Anda di halaman 1dari 10

Komunika: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol.

10(02): 145-153
ISSN: 2621-1645 2023

DOI: 10.22236/komunika.v10i2.10756

Literasi Digital sebagai Upaya Kritis Memerangi Berita Bohong: S t u d i


t e r h a d a p Gerakan Masyarakat Antifitnah Indonesia (MAFINDO)

Rintis Mulyaning Ati1, Albertus Rhangga2, Puti Anggraini3, Hendra Eka Syahputra4, Imam
Mawardi5*
1,2,3,4 Magister
Komunikasi Politik, Universitas Paramadina, Jakarta, Indonesia
5
STKIP PGRI Bangkalan, Madura
*Email Korespondensi: unairmawardi@gmail.com

ABSTRAK
Kata kunci: Penyebaran informasi pada era digital sangatlah cepat. Jika informasi itu bermanfaat
Hoax,
tidak masalah, namun jika informasi tersebut palsu atau hoaks hal ini sangat
Instagram,
MAFINDO merugikan masyarakat luas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
Netizen proses konsep interaksionisme simbolik dalam cek fakta yang dilakukan oleh
Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo). Penelitian ini menggunakan paradigma
konstruktivis dan teori interaksionisme simbolik Narasumber kunci penelitian ini
adalah Presidium Bidang Pencari Fakta Mafindo, Eko Juniarto. Hasil studi menemukan
bahwa netizen dapat berpartisipasi dengan bertanya dan bahkan melakukan klarifikasi
terhadap informasi yang diterimanya melalui media sosial yang dikelola Mafindo
sebagai bentuk literasi digital. Mafindo menggunakan akun media sosialnya sebagai
alat untuk pemberantas hoaks. Proses komunikasi dua arah antara netizen dengan
Mafindo dapat menjadi edukasi bagi warganet untuk mengklarifikasi berita-berita
bohong.

Keyword: ABSTRACT
Hoax,
Instagram, The spread of information in the digital era is swift. If the information is useful, it
MAFINDO doesn't matter, but if the information is fake or a hoax, this is very detrimental to the
,Netizen broader community. This study aims to find out how the concept of interactionism
symbolic is processed in the fact check conducted by the Indonesian Anti-Slander
Society (Mafindo). This study uses the constructivism paradigm and the theory of
symbolic interactionism. The key informant for this research was the Mafindo Fact
Finding Presidium, Eko Juniarto. The study results found that netizen can participate
by asking questions and even clarifying the information they receive through social
media managed by Mafindo as a form of digital literacy. Mafindo uses its social media
accounts as a tool for eradicating hoaxes. The two-way communication process
between netizen and Mafindo can be educational for netizen to clarify fake news.

PENDAHULUAN

Era Disrupsi dengan hadirnya Digitalisasi yang diterima masing-masing orang pastilah
internet dalam semua aspek kehidupan bebeda termasuk media teknologi juga
masyarakat termasuk bagian hasil dari peradaban, mempengaruhinya terhadap informasi yang
yang seharusnya digunakan oleh masyarakat diperoleh. Hal dibutuhkan masyrakat yang cerdas
untuk membentuk aktivitas yang beradab pula. terhadap informasi apa yang digunakan dan
Tetapi pada kenyataannya, internet yang diperoleh(Restianty, 2018)
dipercaya dapat memudahkan segala kegiatan Era Disrupsi, merupakan era perubahan yang
masyarkat secara positif ternyata memiliki dapam mendasar dan fundamental dalam tatanan hidup
negatif. Dampak positif timbul apabila internet manusia. Perubahan yang terjadi tidak hanya pada
digunakan untuk saarana pembelajaran, inovasi, satu aspek kehidupan, melainkan hampir pada
memberikan inspirasi dan alat marketing (Pratama seluruh aspek kehidupan seperti politik, sosial,
et al., 2020). Sedangkan dampatk negatif apabila budaya, bisnis, dan pendidikan. Dalam dunia
internet digunakan sebagai alat propaganda, bisnis, dahulu seseorang harus membutuhkan
intimidasi, sarana memecah belah komunitas atau lahan yang strategis untuk menawarkan barang
SARA bahkan terorisme. Digitalisasi informasi daganganya. Saat ini, seseorang bisa

Email: komunika@uhamka.ac.id 145


Komunika: Jurnal Ilmu Komunikasi

menghasilkan puluhan juta rupiah dengan masyarakat dunia maya untuk lebih peduli akan
memanfaatkan gadget-nya saja. (Barkah et al., berita bohong
2022). Kepala daerah yang ingin mencari masa, Masyarakat bisa melaporkan dengan cara
dahulu membutuhkan spanduk dan membutuhkan melaporkan berita yang berasal dari media online
banyak biaya untuk mencetaknya. Saat ini, social maupun media sosial yang dianggap sebagai hoax,
media menjadi pilihan yang efektif untuk melalui situs www.turnbackhoax.id atau aplikasi
mengkampanyekan dirinya. Cara interaksi antar Hoax Buster Tools. Awalnya, komunitas ini
individu bergeser dari (physical space) yang berasal dari grup facebook bernama Forum Anti
terbatas menjadi cyber space yang Fitnah, hasut, dan hoax (FAFHIH). Disini, para
menghubungkan setiap individu dengan tanpa anggota berinteraksi dan berdiskusi mengenai isu-
batas melalui media sosial. Era disrupsi ditandai isu yang beredar di media sosial. MAFINDO
dengan adanya evolusi teknologi yang terjadi pada kemudian mewadahi empat grup Facebook selain
kehidupan manusia (Hussin, 2018). FAFHIH, antara lain; Indonesia Hoax Buster,
Kemudahan informasi menjadi hal utama Indonesian Hoaxes dan grup Sekoci. Menurut
dalam membangun informasi literasi digital dan Kaplan dan M. Haenlein media sosial merupakan
dalam era disrupsi menjadi peluang terhdap sebuah aplikasi berbasis internet dengan sebuah
pengembangan infomasi literasi digital terhadap layanan web 2.0 yang memungkinkan pengguna
dunia pendidikan serta memberikan dampak besar berbagai konten. Berdasarakan latar belakang
kepada seluruh sistem yang ada di dunia ini, di tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
mana sebelumnya seluruh pekerjaan atau kegiatan mengetahui bagaimana proses konsep
dilakukan secara langsung. (Eschenfelder & interaksionisme simbolik dalam fact checking
Shankar, 2019). Namun, dampak era disrupsi ini penanganan kasus “berita hoaks bendera merah
membuat seluruh pekerjaan tersebut tidak lagi putih pertama yang dikibarkan berasal dari kain
secara nyata melainkan maya (online). seprei dan kain penjual soto”, dengan
Kemudahan ini tidak hanya membawa dampak memanfaatkan media sosial sebagai literasi digital
positif, tetapi juga negatif, seperti maraknya hoax terjadi di MAFINDO. Hasil penelitian ini
serta misinformasi (Wardhana & Ratnasari, 2022). diharapkan akan memberikan kontribusi dalam
Pada 16 Agustus 2021 media sosial perkembangan ilmu komunikasi, terutama
tengah digegerkan dengan sebuah unggahan yang mengenai konsep interaksionime simbolik dalam
mengklaim bahwa bendera merah putih pertama literasi digital media sosial area fact checking.
yang dibuat oleh Fatmawati merupakan kain
sepreinya sendiri yang dijahit bersama kain lain METODE PENELITIAN
yang diperoleh dari sumbangan penjual soto. Penelitian ini menggunakan paradigma
Setelah ditelusuri, rupanya informasi tersebut Symbolic Interacsionism Theory dan menerapkan
tidak benar. Informasi terkait darimana kain metode kualitatif yang bersifat deskriptif dengan
bendera merah putih pertama bisa didapatkan pada melihat kasus mafindo di media sosial (Wardhana,
buku karya Fatmawati Soekarno yang berjudul 2021a). Contoh kasus adalah landasan yang
“Catatan Kecil Bersama Bung Karno”, (1978). menjelaskan bagaimana penerapan media sosial
Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa Fatmawati untuk literasi digital MAFINDO. Metode studi
Soekarno mendapatkan kain katun merah putih kasus yang digunakan adalah studi kasus berita
dari seorang perwira Jepang bernama Chairul hoaks bendera merah putih pertama yang
Basri, pada Oktober 1944. dikibarkan berasal dari kain seprei dan kain
Dalam proses pembelajaran pendidikan penjual soto.
literasi digital dibutuhk sebuah penyeimbang agar Narasumber kunci dari penelitian ini
informasi yang di dapat dari teknologi dapat di adalah Presidium Bidang Pencari Fakta
olah atau di control kembali sehingga setiap Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO),
informasi nanti tidak begitu saja diterima oleh Eko Juniarto. Data sekunder lainnya dikumpulkan
masyarakat. Hadirnya Masyarakat Anti Fitnah dari berbagai sumber, baik dari buku, jurnal,
Indonesia (MAFINDO) adalah sebuah komunitas maupun media massa. Data-data yang yang
yang mengkampanyekan perang terhadap berita dikumpulkan ini kemudian disesuaikan dengan
bohong atau hoax. Organisasi yang diresmikan tujuan penelitian atau rumusan masalah yang akan
pada 19 November 2016 ini menganjak dijawab. Hasil dari penelitian ini adalah secara
umum menjelaskan apa saja yang dilakukan

146
Komunika: Jurnal Ilmu Komunikasi

MAFINDO dalam upaya klarifikasi hoaks kepada berperan sebagai komunitas pengontrol sekaligus
masyarakat sebagai sebuah literasi digital di media kelompok penekan. Hal ini didasari beberapa
sosial. alasan, yaitu munculnya era kesadaran kelompok
Studi ini menggunakan teori Symbolic (public attentive) yang sangat adaptif dengan
Interactionism yang secara spesifik belum pernah kemajuan teknologi informasi. Di samping itu,
dibahas pada area fact checking. Konsep komunitas virtual tidak dibatasi (borderless) oleh
interaksionisme simbolik sendiri diartikan oleh tempat, waktu, ideologi, status sosial, ekonomi,
George Herbert Mead (1934) untuk memahami maupun pendidikan. Hal ini memungkinkan
bagaimana seseorang belajar memaknai terbentuknya kesadaran kelompok terbagi (shared
kehidupan mereka sehari-hari dan membentuk group conciousness). Setiap orang dapat
tindakan mereka dalam dunia sosial yang jauh berinteraksi, bertukar isu, menciptakan tema-
berbeda dari pemahaman behavioris. Peneliti tema fantasi dan visi retoris yang dapat
mengamati adanya keacuhan dalam beberapa membentuk kesadaran kelompok terbagi
individu ketika menerima sebuah berita yang (Wardhana, 2020). Bahkan, sebuah komunitas
belum tentu kebenarannya. Alih-alih melakukan virtual juga dapat terbentuk untuk mendukung
pengecekan fakta, mereka malah melakukan beberapa gerakan sosial dan kemasyarakatan
tindakan menyebarluaskan sebuah berita yang seperti program pendidikan di daerah tertinggal
belum tentu kebenarannya itu (Bauer & Ahooei, hingga untuk melawan penyebaran hoaks yang
2018). kini semakin massif (Tulung & Kalampung,
2019).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Literasi Digital hari-hari ini sudah sangat
mendesak untuk disosialisasikan secara masif.
MAFINDO Sebagai Pengaman Jaring sosial Sebagian besar pengguna internet saat ini berusia
dalam Penyebaran Informasi secara Publik belia dan belum memiliki kecakapan digital yang
Masyarakat Anti Fitnah Indonesia memadai untuk dapat menggunakan internet
(MAFINDO) muncul sebagai komunitas yang secara sehat dan bertanggungjawab. Padahal di
bertugas dan berdedikasi untuk memerangi sisi yang lain, pemanfaatan teknologi informasi di
kekacauan infromasi yang tersebar. Pendiri bidang pendidikan pun mulai digalakkan. Selain
MAFINDO Harry Sufehmi menyatakan bahwa itu, literasi digital adalah kecakapan abad 21 yang
fenomena kabar bohong sudah bertahun-tahun ada sangat penting untuk dimiliki generasi muda
di Indonesia. Harry membentuk MAFINDO pada dalam menyambut revolusi industri 4.0.
tahun 2015 setelah arus hoaks dan seruan bertema Media sosial seperti Instagram telah
kekerasan naik secara signifikan di media sosial dikenal sebagai media komunikasi interaktif bagi
pada masa pemilu presiden setahun sebelumnya pengguna internet sejak pertengahan hingga akhir
(Nurhadi & Muchtarom, 2020). tahun 2000-an. Pada masa itu, penggunaan
“Fenomena ini juga mengungkap isu-isu smartphone juga semakin banyak digunakan
lain yang lebih mendasar yaitu polarisasi politik karena harga yang semakin terjangkau oleh
yang semakin tajam, tingkat literasi digital yang masyarakat. Hal ini membuat penggunaan
rendah, dan penurunan kualitas pemberitaan”, Instagram juga semakin meningkat. Hingga saat
jelas Harry seperti dikutip di laman Unicef. ini, Instagram tercatat sebagai media sosial ke tiga
Gerakan sosial yang bersifat kolektif ini berdiri yang paling banyak dimanfaatkan di Indonesia,
pada tahun 2016, diawali di media sosial dan sebagaimana dikemukakan situs. Pengguna IG
website. Pendiri dan anggota MAFINDO datang menjadi semakin tidak terbatas oleh jarak dan
dari berbagai macam latar belakang profesi. waktu, terhubung antara satu dengan yang lain
Beberapa di antaranya Aribowo Sasmito, Harry dalam ruang virtual.
Sufehmi, dan Eko Juniarto, yang dulunya Van Dijk (2013) menjelaskan bahwa
merupakan penggiat Teknologi Informasi (IT). media sosial merupakan platform media yang
Anita Wahid yang merupakan putri ketiga dari memfokuskan pada eksistensi pengguna yang
K.H. Abdurrahman Wahid juga menjadi memfasilitasi mereka dalam beraktivitas maupun
presidium MAFINDO. berkolaborasi. Oleh karena itu, media sosial dapat
Sejarah mencatat beragam peristiwa yang
terjadi di Indonesia, komunitas virtual dapat

147
Komunika: Jurnal Ilmu Komunikasi

dilihat sebagai medium (fasilitator) online yang


menguatkan hubungan antar pengguna sekaligus
sebagai sebuah ikatan sosial. Sementara menurut
(Lou & Yuan, 2019), media sosial merupakan
kumpulan perangkat lunak yang memungkinkan
individu maupun komunitas untuk berkumpul,
berbagi, berkomunikasi, dan, dalam kasus
tertentu, saling berkolaborasi atau bermain. Media
sosial memiliki kekuatan pada User Generated
Content (UGC), yang memungkinkan konten
dihasilkan oleh pengguna, bukan oleh editor
sebagaimana di institusi media massa

Mafindo Interaksi Simbolik

1. Kelompok/indi
vidu merespon Gambar 2. Klarifikasi MAFINDO
situasi simbolik
(Peran
MAFINDO) Unggahan ini menjadi unggahan
Media
2. Makna (Produk
Sosial terpopuler selama periode 28 Agustus hingga 3
Interaksi September 2021. Dalam data yang dirilis
Meminimalisir Sebagai
Sosial):
Penyebaran Komunikasi Literasi MAFINDO, konten klarifikasi asal-usul bendera
HOAKS (Pesan-pesan Digital merah putih pertama ini disukai 708 akun, terdapat
yang sebanyak 45 komentar, di re-post sebanyak 304
dipertukarkan) kali, di save oleh 73 akun, dan dilihat oleh 14.377
3. Makna yang viewers. Dalam kasus ini, MAFINDO
diinterpretasika
n individu menjelaskan bagaimana pola kerja
(Interpretasi interaksionisme simbolik yang mereka lakukan
terhadap pesan) dalam mengindentifikasi dan mengklarifikasi
hoaks, lalu kemudian mempublikasikan ke media
sosial sebagai sebuah literasi digital. Menurut
Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO),
Gambar 1. Kerangka kerja MAFINDO dalam
informasi atau berita bohong dapat menimbulkan
meminimalisir misinformasi
konflik sosial yang mengarah pada semua lapisan
struktur sosial masyarakat dan mampu
Pada tanggal 3 September 2021,
mengakibatkan disintegrasi bangsa. MAFINDO
MAFINDO mempublikasikan hasil temuan berita
sendiri adalah komunitas yang mengkampanyekan
hoaks bendera merah putih pertama yang
perang (Nurhadi & Muchtarom, 2020).
dikibarkan berasal dari kain seprei dan kain
Organisasi yang berdiri pada tahun 2016
penjual soto di akun instagramnya
mengajak masyarakat dunia maya untuk peduli
@turnbackhoaxid. Dalam unggahan tersebut,
akan berita bohong dengan cara melaporkan berita
MAFINDO memasang foto bendera merah putih
terumata berita viral yang berasal dari media
yang sedang dikibarkan oleh seseorang, serta
online maupun media sosial yang dianggap hoax,
menambahkan judul Konten Yang Menyesatkan.
melalui situs www.Turbackhoax.id atau aplikasi
Selain itu, MAFINDO juga menambahkan
Hoax Buster Tools. Awalnya, komunitas ini
keterangan narasi yang menjelaskan bendera
berasal dari group Facebook bernama forum anti
merah putih yang dikibarkan saat kemerdekaan
fitnah, hasut dan Hoax (FAFIH) di mana para
berasal dari kain seprei dan kain penjual soto.
anggota berinteraksi dan berdiskusi mengenai isu-
isu yang beredar di media sosial. MAFINDO
kemudian mewadahi empat group Facebook
selain FAFIH antara lain; Indonesia Hoax Buster,
Indonesia Hoaxes, dan group Skoci (Aulia, 2018).
Dalam hasil wawancara yang di lakukan
kelompok VI, Presidium Bidang Pencari Fakta

148
Komunika: Jurnal Ilmu Komunikasi

Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO), 5. Koneksi yang Salah; Ketika foto,
Eko Juniarto, menjelaskan bahwa ada lima aktor gambar, judul tidak mendukung
yang berperan dalam MAFINDO, yaitu anggota, konten
delicate checker, fact checker, koordinator, dan 6. Konten yang Salah; Ketika konten
editor. Kelima aktor ini memiliki peran dan fungsi yang asli dipadankan dengan konteks
yang sama dalam menanggapi hoaks. Peran informasi yang salah
mereka adalah melakukan klarifikasi 7. Konten yang Dimanipulasi; Ketika
berita/informasi (salah atau benar), mem-posting informasi atau gambar asli
berita yang dianggap hoaks/bohong, termasuk dimanipulasi untuk menipu.
juga disinformasi (berita dengan penjelasan Adapun jenis berita/informasi yang
informasi yang kurang tepat/keliru) disertai didiskusikan sangat beragam, mulai dari persoalan
dengan berbagai sumber pendukung, melakukan kesehatan, pemerintahan, pangan, merek sebuah
edukasi (memberikan pengetahuan tentang hoaks, produk, kejahatan cyber, dan lain sebagainya.
efek hoaks dan lain sebagainya). Selain peran
tersebut, masih ada peran-peran tambahan yang Contoh kasus yang dikaji dalam
diemban oleh koordinator dan editor (Wardhana et penelitian ini termasuk dalam kategori konten
al., n.d.). Koordinator memiliki peran khusus yang menyesatkan (2). Berita bendera merah putih
untuk menjawab pesan atau komentar di media pertama yang dikibarkan berasal dari kain seprei
sosial. Adapun editor memiliki peran sebagai dan kain penjual soto termasuk penyalahgunaan
penengah jika ada kasus hoaks yang dilontarkan informasi untuk membingkai sebuah isu, saat itu
oleh anggota (Satyawati et al., 2019). dikaitkan dengan momen Kemerdekaan RI Ke-76,
Memang tidak semua anggota/relawan 17 Agustus 2021.
komunitas MAFINDO ini aktif berperan, seperti Admin @turnbackhoax juga menyertakan
bertanya dan melakukan klarifikasi terhadap konten asli sumber hoaks dari halaman Facebook
informasi yang diterimanya, namun setidaknya Opick S yang diunggah tanggal 16 Agustus 2021
mereka aktif memberikan komentar untuk pukul 10.48. Selain itu, admin juga menyertakan
informasi yang di-posting di media sosial sebagai keterangan asal usul bendera merah putih pertama
upaya mendukung literasi digital. Sebagian dari yang diterbikan oleh kompas.com yang berjudul
mereka juga ikut menambahkan beberapa data Sejarah Bendera Merah Putih, serta tangkapan
pendukung dalam ruang komentar, sehingga layar Uzone.id yang berjudul Fakta Sejarah
informasi tersebut menjadi kaya dan dapat Bendera Merah Putih Pertama Berita.
dipercaya sebagai sebuah kebenaran atau justru
sebaliknya, sebuah hoaks (Silalahi et al., 2017). Interpretasi adalah salah satu terminologi
atau istilah yang menunjukkan cara memahami
MAFINDO memiliki interaksi pengalaman. Dalam Kamus Besar Bahasa
komunikasi yang cukup tinggi. Setiap hari, pesan- Indonesia (KBBI), interpretasi adalah sebuah
pesan tentang hoaks di-posting dan didiskusikan pemberian kesan, pendapat atau pandangan
di dalam komunitas ini. Hasil kajian ini teoritis terhadap sesuatu (tafsiran). Fungsi
menemukan bahwa ada beberapa tipe atau penafsiran hampir mirip dengan fungsi
kategori pesan yang saling dibagikan oleh para pengawasan. Tujuan penafsiran ingin mengajak
anggota grup ini yaitu para warganet untuk memperluas wawasan dan
1. Berita/informasi satire/parodi, tidak membahasnya lebih lanjut ketika terjadi proses
ada niat untuk merugikan namun komunikasi, baik secara interpersonal maupun
berpotensi mengelabui antarpersonal (Tulung & Kalampung, 2019).
2. Konten Menyesatkan; Penggunaan Menurut definisi, interpretasi hanya
informasi yang sesat untuk digunakan sebagai suatu metode jika dibutuhkan.
membingkai sebuah isu atau individu Jika suatu objek (karya seni, ajaran, dan lain-lain)
3. Konten Tiruan; Ketika sebuah sumber cukup jelas maknanya, objek tersebut tidak akan
asli ditiru. mengundang suatu interpretasi. Istilah interpretasi
4. Konten Palsu; Konten baru yang sendiri dapat merujuk pada proses penafsiran yang
100% salah dan didesain untuk sedang berlangsung atau hasilnya. Suatu
menipu serta merugikan interpretasi dapat merupakan bagian dari suatu
presentasi atau penggambaran informasi yang

149
Komunika: Jurnal Ilmu Komunikasi

diubah untuk menyesuaikan dengan suatu branding sebuah produk, kejahatan cyber, dan lain
kumpulan simbol spesifik. Informasi itu dapat sebagainya. Terlihat bahwa di balik penyebaran
berupa lisan, tulisan, gambar, matematika atau hoaks ini ada tujuan-tujuan negatif yang dimiliki
berbagai bentuk bahasa lainnya (Aritonang et al., oknum-oknum tertentu untuk menjatuhkan pihak
2019). lain dan meresahkan serta membingungkan
Interpretasi anggota komunitas masyarakat. Hal tersebut diperparah dengan
MAFINDO terhadap makna sebuah pesan budaya literasi digital masyarakat kita yang
cenderung seragam dalam menilai suatu cenderung cepat percaya pada sesuatu tanpa
informasi/berita yang terindikasi hoaks. Akun pembuktian terlebih dahulu, sehingga membuat
@trivanoherdayanto juga memberikan penjelasan hoaks semakin mudah tersebar (Yustitia &
tambahan yang menurutnya cerita menyesatkan Asharianto, 2020).
itu bergulir di masyarakat karena pada zaman itu Hasil penelitian ini juga menunjukkan
banyak pihak yang tidak mau mengaitkan cukup besarnya partisipasi masyarakat yang
kemerdekaan Indonesia adalah pemberian Jepang. tampak dari interaksi simbolik yang berlangsung
di media sosial MAFINDO. Dukungan atas
MAFINDO meluas dan dalam waktu singkat bisa
menyatukan banyak orang dalam satu komunitas
simbolik di dunia maya. Inilah potret ruang publik
kontemporer yang telah mengakomodasi ekspresi
serta partisipasi politik individu warga negara
secara leluasa (Dilla & Candraningrum, 2019).
Hal ini berhubungan erat juga dengan apa
yang dikatakan Boyd (2009) bahwa media sosial
memungkinkan individu maupun komunitas
untuk berkumpul, berbagi, berkomunikasi, dan,
dalam kasus tertentu, saling berkolaborasi. Media
sosial memiliki kekuatan pada user generated
content, yang memberdayakan pengguna untuk
memproduksi konten. Komunitas virtual media
sosial ini juga memungkinkan kumpulan
penggunanya melakukan komunikasi atau
interaksi secara terus- menerus (mendiskusikan
tentang informasi hoaks) melalui mediasi jaringan
komputer (Yu et al., 2017).

1. New Public Sphere


Praktik literasi digital pada media baru
bergantung pada suatu arena yang mewadahi
proses deliberasi. Arena tersebut dikenal sebagai
Gambar 3. Interpretasi Warganet terhadap ruang publik (public sphere). Terbentuknya ruang
unggahan studi kasus bendera merah putih publik harus didasari berbagai syarat: (1)
pertama yang dikibarkan berasal dari kain seprei keterbukaan pada heterogenitas masyarakat, (2)
dan kain penjual soto topik diskusi meliputi hal-hal yang umum dan
universal, (3) ketiadaan dominasi atau klaim ruang
Interpretasi warganet MAFINDO
publik sehingga tercipta netralitas dan kesetaraan
terhadap makna sebuah pesan cenderung seragam
(Suwono, 2017).
dalam menilai suatu informasi/berita yang
Pada kasus MAFINDO, arena kolom komentar di
terindikasi hoaks. Hasil penelitian ini juga
media sosial Instagram menjadi sebuah wadah
menemukan bahwa ternyata begitu banyak
ruang publik baru. MAFINDO bersama-sama
pesan/informasi dengan berbagai topik yang
dengan anggotanya, serta khalayak saling terbuka
dicurigai terindikasi hoaks sehingga perlu
untuk mengutarakan pendapatnya. Selain itu,
mendapatkan klarifikasi dari MAFINDO. Jenis
topik-topik yang dibahas juga sangat luas dan
berita/informasinya pun sangat beragam. Mulai
universal, berdasarkan dari kasus-kasus yang
dari persoalan kesehatan, pemerintahan, pangan,

150
Komunika: Jurnal Ilmu Komunikasi

diangkat oleh MAFINDO. Kemudian ruang


publik baru yang terbentuk itu tidak ditemuka
adanya dominasi dan klaim, karena MAFINDO
telah menjelaskan fakta-fakta dan data mengenai
temuannya, sehingga ruang publik baru bisa netral
dan setara.

2. Relasi Netizen dan Kelompok Sosial


Dinamika komunitas jejaring sosial itu
unik karena memiliki karakteristik yang cair,
kebebasan individu yang sangat besar dan sangat
mungkin digunakan oleh siapa saja untuk
kepentingan apa saja. Ekspresi di internet
termasuk di situs jejaring sosial dan weblog
interaktif sangat beragam. Dari sudut topik
perbincangan, ada komunitas yang sangat intens
mendiskusikan topik-topik serius tetapi juga Gambar 3 Tipologi penggunaan internet untuk
banyak yang hanya berbagi hal-hal sepele dan kepentingan politik
dangkal (Wardhana, 2021b). Dari segi identitas
penggunanya pun beragam, mulai dari yang KESIMPULAN
terang-terangan dengan jati diri mereka (real user) Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat
hingga yang bersembunyi di balik akun-akun disimpulkan bahwa konsep interaksi simbolik
palsu atau kloningan. Aktivitas mereka di dunia
benar-benar terjadi dalam area pemanfaatan media
maya juga membentuk tipologi-tipologi tertentu,
sosial sebagai literasi digital yang dilakukan
ada yang publisist, disseminator, propagandist, MAFINDO pada kasus “berita hoaks bendera
hacktivist dll. Keragaman itu tentu sangat menarik merah putih pertama yang dikibarkan berasal dari
untuk diteliti guna menjadi sebuah studi kasus kain seprei dan kain penjual soto”. Hasil penelitian
yang unik mengenai eksistensi komunitas virtual.
menyimpulkan bahwa MAFINDO dan warganet
(Williams, 2017).
bisa berpartisipasi dengan bertanya dan bahkan
Dalam kasus MAFINDO ini, ekspresi melakukan klarifikasi terhadap informasi yang
netizen sangatlah cari. Sumbangsih ide dan diterimanya di media sosial MAFINDO sebagai
gagasan bisa dilontarkan oleh siapa saja di ruang bentuk literasi digital.
publik baru media sosial, serta identitas user juga
MAFINDO memanfaatkan akun media
sangatlah beragam dari berbagai macam kalangan. sosial Instagram miliknya sebagai salah satu
Tipologi yang ada pada new public sphere media wadah untuk pemberantasan hoaks. Hal ini dapat
sosial MAFINDO adalah Diseminator. Netizen mengembangkan proses komunikasi dua arah
memperbincangkan topik-topik yang sedang yang bertujuan untuk memberikan edukasi
hangat dan isu strategis harian – jangka panjang. klarifikasi berita bohong. Platform instagram juga
Netizen juga menyebarluaskan informasi yang dapat dijadikan sebagai sebuah platform literasi
dipublish oleh MAFINDO. Hal itu menyebabkan digital yang dapat menampung persepsi,
adanya diseminasi dan literasi pemikiran dan interpretasi, dan komunikasi sehingga
sikap mengenai isu hoaks yang diangkat. Hal ini menimbulkan interaksi simbolis antara sesama
sekaligus dapat menggambarkan realitas wagaranet maupun interaksi simbolis admin
hubungan sosial nyata ke medium dunia maya / MAFINDO dan warganet.
media sosial (new public sphere) (Stolze, 2019).

151
Komunika: Jurnal Ilmu Komunikasi

DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, A. I., Yoanita, D., Hadi, I. P., & Tantangan Baru Dalam Literasi Media.
Setiawan, A. (2019). Citizens Journalism Based Gunahumas, 1(1), 72–87.
on Website for Digital Literacy. KnE Social Satyawati, N. P., Utari, P., & Hastjarjo, S. (2019).
Sciences, 191–197. Fact Checking of Hoaxes by Masyarakat
Aulia, D. P. (2018). Memerangi Berita Bohong Di Antifitnah Indonesia. International Journal
Media Sosial (Studi Terhadap Gerakan of Multicultural and Multireligious
Masyarakat Anti Fitnah Indonesia). Fakultas Understanding, 6(6), 159–172.
Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi Silalahi, R. R., Bestari, P., & Saputra, W. T.
Universitas Islam Negeri Syarif …. (2017). Karakteristik Strategi
Barkah, T., Rusgianto, S., & Wardhana, A. (2022). Crowdsourcing untuk Membatasi
Impact of Agricultural Land and the Output Penyebaran Hoaks di Indonesia Studi Kasus:
of Agricultural Products Moderated with Masyarakat Anti Fitnah Indonesia.
Internet Users toward the Total export of Metacommunication; Journal of
Agricultural Product in Three Islamic South Communication Studies, 2(2).
East Asian Countries. Media Agribisnis, 6(1 Stolze, T. (2019). A displaced transition:
SE-Articles). Habermas on the public sphere. In Becoming
https://doi.org/10.35326/agribisnis.v6i1.226 Marxist (pp. 248–260). Brill.
1 Suwono, H. (2017). School literary movement in
Bauer, A. T., & Ahooei, E. M. (2018). Indonesia: Challenges for scientific literacy.
Rearticulating Internet Literacy. Journal of International Conference on Education
Cyberspace Studies, 2(1), 29–53. (ICE2) 2018: Education and Innovation in
Dilla, A. N., & Candraningrum, D. A. (2019). Science in the Digital Era, 309–317.
Komunikasi Persuasif dalam Kampanye Tulung, J. M., & Kalampung, Y. O. (2019).
Gerakan Anti Hoaks oleh Komunitas Digital Literacy Effort by Indonesian
Mafindo Jakarta. Koneksi, 3(1), 199–206. Churches in The Midst of Hoax Problems.
Eschenfelder, K. R., & Shankar, K. (2019). 1st Annual Internatioal Conference on
Prevalence and Use of the Term “Business Social Sciences and Humanities (AICOSH
Model” in the Digital Cultural Heritage 2019).
Institution Professional Literature. Wardhana, A. K. (2020). Information search
International Conference on Information, trends about sharia: a comparation study
391–398. between business-industry genre with book-
Lou, C., & Yuan, S. (2019). Influencer marketing: literature genre. Journal of Halal Product
how message value and credibility affect and Research, 3(1), 35–42.
consumer trust of branded content on social Wardhana, A. K. (2021a). The Application of
media. Journal of Interactive Advertising, Waqf and Endowment Fund Based on the
19(1), 58–73. Principles in the Sharia Maqashid Pillar
Nurhadi, A. M., & Muchtarom, M. (2020). Society. Prosperity: Journal of Society and
Developing civic responsibility in the Empowerment, 1(2), 107–119.
community through the social community https://doi.org/10.21580/prosperity.2021.1.2
“Masyarakat Anti Fitnah Indonesia .8829
(Mafindo).” 3rd International Conference Wardhana, A. K. (2021b). The Impact Of The Pro
on Learning Innovation and Quality And Cons Policies In Jokowi Era’s On The
Education (ICLIQE 2019), 1087–1094. Macro Economy Of Society. Jurnal Ekonomi
Pratama, Y. B., Wardhana, A. K., & Nugroho, P. Dan Bisnis Airlangga, 31(2), 124–136.
A. (2020). HUBUNGAN ANTARA https://doi.org/https://doi.org/10.20473/jeba.
ARTIKEL MENGENAI GAME DAN V31I22021.124-136
TEKNOLOGI INFORMASI PADA Wardhana, A. K., & Ratnasari, R. T. (2022).
SCOPUS: STUDI BIBLIOGRAFI. VISI Analisis sitasi publikasi tentang repositori
PUSTAKA: Buletin Jaringan Informasi bidang studi perpustakaan pada Web of
Antar Perpustakaan, 22(1). Science selama pandemi. Daluang: Journal
Restianty, A. (2018). Literasi Digital, Sebuah of Library and Information Science, 2(1),

152
Komunika: Jurnal Ilmu Komunikasi

53–61. 208.
Wardhana, A. K., Rusgianto, S., & Fauziana, H. Yustitia, S., & Asharianto, P. D. (2020).
(n.d.). Effect of Timber, Palm Oil, and Gold Misinformation and Disinformation of
Output on GNI in Indonesia in the Maqashid COVID-19 on Social Media in Indonesia.
Framework. Proceeding Of Lppm Upn “Veteran”
Williams, C. B. (2017). Introduction: Social Yogyakarta Conference Series 2020–
media, political marketing and the 2016 US Political And Social Science Series, 1(1),
election. Taylor & Francis. 51–65.
Yu, T.-K., Lin, M.-L., & Liao, Y.-K. (2017).
Understanding factors influencing
information communication technology
adoption behavior: The moderators of
information literacy and digital skills.
Computers in Human Behavior, 71, 196–

© 2023 Oleh authors. Lisensi KOMUNIKA: Jurnal Ilmu Komunikasi, Uhamka, Jakarta. Artikel ini bersifat open access yang didistribusikan
di bawah syarat dan ketentuan Creative Commons Attribution (CC-BY) license (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/).

153

Anda mungkin juga menyukai