Anda di halaman 1dari 14

WASPADA CYBERCRIME DAN INFORMASI

HOAX PADA MEDIA SOSIAL FACEBOOK

Machsun Rifauddin* dan Arfin Nurma Halida*

Pengutipan: Rifauddin, M., Halida, A. N. (2018). Waspada cybercrime dan informasi hoax pada
media sosial facebook. Khizanah al-Hikmah : Jurnal Ilmu Perpustakaan, Informasi, dan Kearsipan. 6(2),
98-111.
DOI: https://doi.org/10.24252/kah.v6i2a2

*Institut Agama Islam Negeri Tulungagung


Email korespondensi: machsunr@yahoo.com, arfin.nurma.halida19@gmail.com

ABSTRAK
Informasi dengan sangat mudah tersebar menggunakan teknologi informasi dan internet saat
ini. Namun berbagai permasalahan muncul akibat penyalahgunaan teknologi tersebut, seperti
cybercrime dan penyebaran informasi hoax. Kontrol informasi sangat penting untuk
mengevaluasi kredibilitas informasi dan sumbernya. Penelitian ini menjelaskan bagaimana
mengatasi cybercrime dan hoax melalui seleksi informasi yang tepat. Pendekatan kualitatif
dengan metode studi kepustakaan digunakan dalam penelitian ini serta delengkapi dengan data
dan dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cybercrime dan penyebaran informasi hoax
masih terjadi bahkan sampai saat ini. Terdapat tiga ancaman UU ITE di Indonesia yang
berpotensi menimpa pelaku cybercrime dengan memanfaatkan facebook yaitu ancaman
pelanggaran kesusilaan pasal 27 ayat (1), penghinaan atau pencemaran nama baik pasal 27 ayat
(3), dan penyebaran kebencian berdasarkan suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) pasal
28 ayat (2). Upaya untuk mencegah cybercime dapat dilakukan dengan cara melindungi
komputer dari virus, menjaga privasi, mengamankan e-mail, melindungi Id/Account, membuat
backup data, dan selalu up to date terhadap informasi. Terdapat beberapa faktor yang harus
diperhatikan dalam menyeleksi sumber informasi dari internet agar terhindar dari bahaya
cybercrime, yaitu: relevansi, akurasi, otoritas reputasi, objektivitas, kekinian, cakupan, bukti
yang kuat, serta bahasa dan gaya penulisan.

Kata kunci: Cybercrime; hoax; internet; media sosial; facebook; UU ITE

ABSTRACT
Information is very easily spread use of information technology and the internet today. But various
problems arise out due to the abuse of this technology, such as cybercrime and dissemination hoax. Control
of information is very important to evaluate the credibility of the information and its source. The study
explains how to overcome cybercrime and hoax through the selection of appropriate information.
Qualitative approach with literature study method was used in this research and complemented by data
and document. The results showed that cybercrime and hoax information still occur even today. There
were three threats of UU ITE in Indonesia that could potentially overwrite the perpetrators of cybercrime
by utilizing facebook; the threat of moral violation in article 27 section (1), insults or defamation in article
27 section (3), and the dissemination of hatred based on ethnic, religion, race and intergroup (SARA) in
article 28 section (2). Efforts to prevent cybercime can be done by protecting the computer from viruses,
maintaining privacy, secure e-mail, protecting ID/account data, making backups, and always up to date to
information. There are several factors that must be considered in selecting the source of information from
the internet to avoid the dangers of cybercrime; relevance, accuracy, authority of reputation, objectivity,
currency, coverage, strong evidence, as well as the language and style of writing.
Keywords: Cybercrime; hoax; internet; social media; facebook; UU ITE

98
KHIZANAH AL-HIKMAH Vol.6 No.2, Juli – Desember 2018

1. PENDAHULUAN mengakses informasi dari berbagai


penjuru dunia, berinteraksi satu sama lain
Kemajuan teknologi informasi saat ini tanpa harus bertatap muka. Pada sisi lain,
telah membawa dampak besar terhadap penggunaan internet yang nyaris tanpa
perubahan sosial masyarakat di dunia, kendali menyebabkan berbagai tindak
termasuk juga perubahan perilaku dalam kejahatan di dunia maya, angka kejahatan
pencarian informasi. Hal ini didukung online alias cybercrime telah menjadi tren
oleh adanya internet sebagai media baru di banyak negara saat ini, termasuk
pencarian informasi yang canggih. di Indonesia kejahatan tersebut terjadi
Perkembangan pengguna internet sendiri sejak tahun 1983 (Widodo, 2013: 30).
mengalami peningkatan yang sangat Cybercrime merupakan setiap aktifitas
signifikan di mana hingga saat ini lebih seseorang, sekelompok orang, badan
dari delapan triliun halaman interface hukum yang menggunakan komputer
pada web dan tidak mungkin dapat sebagai sarana melakukan kejahatan, dan
membaca semuanya, bahkan hanya komputer sebagai sasaran kejahatan
melihatpun tidak mungkin sampai selesai (Widodo, 2013: 4).
(Yusuf & Subekti, 2010: 121). Penelusuran
informasi melalui internet sendiri sudah Kasus besar terkait cybercrime di
menjadi tren terkini bagi kalangan Indonesia adalah pembajakan website
masyarakat baik itu akademisi maupun resmi mantan Presiden Republik
non akademisi. Penetrasi pengguna Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono
internet di Indonesia pada Tahun 2016 pada tahun 2013 yang membuktikan
sebesar 132,7 juta jiwa, dan meningkat kerentanan jaringan sistem teknologi
pada Tahun 2017 menjadi 143,26 juta jiwa informasi di Indonesia dan dunia
dari total populasi penduduk Indonesia Internasional (Widodo, 2013: III).
262 juta orang (APJII, 2017). Sedangkan Kejahatan cyber meningkat sangat cepat
berdasarkan survei We Are Social (2018) seiring dengan perkembangan teknologi,
menunjukkan jumlah pengguna internet dan penyelidikan kejahatan cyber menjadi
di dunia pada kuartal kedua 2018 sebesar tugas yang sangat rumit untuk dilakukan
4.087 miliar, dengan jumlah pengguna tanpa kerangka kerja yang tepat (Poonia,
media sosial facebook mencapai total 2014: 119). Tindak pidana cybercrime di
2,234 miliar dan Indonesia menempati Indonesia telah di atur dalam Undang-
urutan ketiga terbanyak pengguna Undang Informasi dan Transaksi
facebook setelah India dan Amerika. Elektronik (UU ITE) Pasal 27 dan 28,
namun penerapanya belum maksimal
Sumber informasi dapat dikategorikan sampai pada saat ini, terbukti dalam
sebagai sumber informasi cetak dan non pembuktian mengenai cybercrime Kitab
cetak (electronic), dalam hal ini sumber Undang-Undang Hukum Acara Pidana
informasi dari internet termasuk dalam belum mengatur mengenai informasi
kategori sumber informasi non cetak. elektronik sebagai salah satu alat bukti
Internet sebagai sumber informasi non- (Windara & Sukranatha, 2013: 5).
cetak memiliki banyak kelebihan dari segi
kemudahan, kecepatan dan ketepatan, Cybercrime dengan sangat mudah
kapasitas (free space), kerahasiaan, efisiensi menyebar dan berkembang di media
dan keefektifan (Yusuf & Subekti, 2010; sosial, karena media sosial menyediakan
57-59). Tanpa disadari kehadiran internet platform bagi penggunanya untuk
saat ini memudahkan seseorang dalam berbicara tentang apa pun topik tanpa

99
Machsun Rifauddin, Arfin Nurma Halida: Waspada cybercrime dan informasi hoax pada media sosial facebook

sensor atau kontrol yang diawasi (Goyal, sesuatu; 3). keseluruhan makna yang
2012: 16). Sebagai contoh facebook yang menunjang amanat yang terlihat dalam
memungkinkan penggunanya bagian-bagian amanat itu”. Pengertian
berinteraksi dengan orang lain baik yang informasi menurut Estabrook, adalah suatu
rekaman fenomena yang diamati, atau bisa
dikenal maupun tidak, sehingga
juga berupa putusan-putusan yang dibuat
membuka peluang bagi kejahatan dunia
(Yusuf & Subekti, 2010: 1). Sedangkan
maya seperti, penculikan, perdagangan menurut Basuki (2010: 135) informasi adalah
manusia (trafficking), hingga pembunuhan sesuatu yang mempengaruhi atau mengubah
(Jayanti, dkk, 2016: 30), dan yang paling status pikiran. Informasi dapat dipahami
sering dijumpai di facebook adalah sebagai segala sesuatu yang memberikan
penyebaran informasi atau berita hoax. penerangan, atau pemberitahuan yang
mempunyai nilai penting, dan dapat
Indonesia merupakan negara mempengaruhi atau mengubah status pikiran
demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah manusia. Informasi merupakan suatu
India dan Amerika yang mengalami kebutuhan yang penting bagi manusia,
permasalahan serius soal penyebaran dengan adanya informasi maka manusia akan
mengetahui kejadian-kejadian baru yang saat
berita palsu (fake news/hoax) (Firmansyah,
ini terjadi di kehidupan dan lingkungan
2017: 230). Hoax telah menyebar seperti
sekitar.
virus yang bermula dari para pembuat
berita, opini, data, foto, dan gambar yang Jika diibaratkan informasi itu ialah isi,
mengandung hoax dan dibagikan melalui maka sumber informasi adalah wadah dari isi
media sosial seperti facebook, twitter, tersebut (Basuki, 2010: 15). Sumber informasi
whatsapp, line, youtube, path, dan dapat dipahami dan diartikan sebagai tempat
instagram (Triartanto, 2015: 33). berkumpulnya informasi dan tempat dimana
Setidaknya sampai saat ini masih banyak informasi itu berasal. Sumber informasi jika
masyarakat yang belum memahami dilihat berdasarkan jenisnya sangat beragam,
dengan benar dan tanpa sengaja antara lain manusia, koran, televisi, VCD, e-
mail, internet, dll. Informasi yang terekam dari
melakukan aktifitas yang mengandung
berbaga media termasuk internet, merupakan
unsur cybercrime di media sosial. Oleh
benda mati apabila tidak memberikan
sebab itu perlu kajian ulang mengenai manfaat atau digunakan (Yusuf dan Subekti,
cybercrime dan hoax serta upaya untuk 2010: 120). Adapun sumber informasi yang
menanggulanginya. terkait dengan kegiatan ilmiah adalah buku,
jurnal, standar, paten, thesis, laporan
2. KAJIAN PUSTAKA penelitian, yang tersedia di perpustakaan atau
dapat di akses melalui internet, pangkalan
a. Informasi dan Sumber Informasi data, maupun katalog secara online (Hartina,
Internet dkk, 2012: 12). Selain perpustakaan, internet
merupakan media yang sering digunakan
Informasi merupakan salah satu istilah oleh masyarakat dalam melakukan
atau kata yang sering digunakan dalam penelusuran informasi. Hal ini dikarenakan
kehidupan sehari-hari hingga saat ini. Dalam internet merupakan media yang bisa
Oxford English Dictionary, informasi digunakan dengan tanpa batas. Internet
mempunyai pengertian, “1) The action of adalah sebuah jaringan yang dibuat
informing; The action of telling or fact of being told sedemikian rupa sehingga dapat
of something, 2) That which one is apprised or told; menghubungkan perangkat komputer dari
intelegence, news” (Case, 2007: 40-42). berbagai wilayah sehingga masing-masing
Sementara, dalam KBBI online, informasi data dapat ditransmisikan ke dalam jaringan
mempunyai arti, yaitu, “1) penerangan; 2). dan dapat diakses dari berbagai wilayah
pemberitahuan; kabar atau berita tentang (Yusuf dan Subekti, 2010: 55).

100
KHIZANAH AL-HIKMAH Vol.6 No.2, Juli – Desember 2018

penyebaran berita palsu (hoax), yaitu artikel


berita yang sengaja dibuat untuk
b. Cybercrime dan Penyebaran Berita Palsu menyesatkan pembaca (Firmansyah, 2017:
(Hoax) 231). Hoax merupakan sebuah isu atau
informasi palsu yang dibuat dan disebarkan
Pada awalnya cybercrime didefinisikan sebagai oleh seseorang atau kelompok dengan
kejahatan komputer. Para sarjana sendiri maksud dan tujuan tertentu. Informasi hoax
mendeskripsikan cybercrime dengan ini muncul seiring dengan perkembangan
menggunakan beberapa istilah seperti teknologi informasi saat ini. Informasi hoax
“computer misuse”, “computer abuse”, “computer biasanya disebarkan oleh orang yang
fraud”, “computer-related crime”, atau “computer membuat informasi namun tidak menutup
crime”, dari beberapa definisi tersebut kemungkinan orang lain yang tanpa sengaja
“computer crime” yang lebih luas dan biasa menyebarkan informasi tersebut karena
digunakan dalam dunia internasional kurangnya pemahaman.
(Puslitbang Hukum dan Peradilan MA RI,
2004: 4). The British Law Commission dalam c. Kategori Pelaku Cybercrime
Suhariyanto mengartikan “computer fraud”
sebagai manipulasi komputer dengan cara Skema taksonomi atau klasifikasi yang
apapun yang dilakukan dengan iktikad buruk dilakukan (Rogers dalam Ghosh dan Turrini,
untuk memperoleh uang, barang atau 2010: 2018-220), menghasilkan tujuh kategori
keuntungan lainnya atau dimaksudkan untuk perilaku kriminal cybercrime yang meliputi:
menimbulkan kerugian pada pihak lain
(Widodo, 2013: 9-10). Cybercrime adalah segala 1) Script Kiddies: Individu dengan
macam penggunaan jaringan komputer untuk pengetahuan teknis terbatas dan
tujuan kriminal dan/ atau kriminal menganggap menyerang suatu sistem
berteknologi tinggi dengan menyalahgunakan adalah sensasi menggetarkan dan
kemudahan teknologi digital (Wahid & Labib, memberikan dorongan adrenalin, tidak
2005: 40). Sedangkan Mansur (2005: 10) memahami konsekuensi dari tindakan
mendiskripsikan cybercrime dengan segala mereka, cenderung memiliki pemahaman
tindak pidana yang berkenaan dengan sistem moral yang belum berkembang, sering
informasi, sistem informasi (information sesumbar tentang eksploitasi mereka dan
system) itu sendiri, serta sistem komunikasi mencari perhatian dan menyerang ego
yang merupakan sarana untuk penyampaian/ orang lain.
pertukaran informasi kepada pihak lainnya 2) Cyber-punks: yaitu kelompok yang
(transmitter/originator to reciptient). Secara garis memperluas mentalitas "punk" dunia
besar cybercrime dapat diartikan sebagai nyata ke dalam dunia maya, tidak
segala bentuk tidak kriminal/perbuatan menghormati otoritas dan simbolnya serta
melanggar hukum yang memanfaatkan mengabaikan norma-norma
teknologi komputer berbasis pada kemasyarakatan. Kelompok ini
kecanggihan perkembangan teknologi didominasi oleh laki-laki berusia 12
internet. Sedangkan penjahat cyber adalah hingga 18 tahun, dan mereka telah
orang yang melakukan tindakan ilegal memahami konsekuensi dari tindakan
dengan niat bersalah atau melakukan mereka, tetapi masih kurang peduli
kejahatan dalam konteks kejahatan dunia karena konsekuensi terhadap diri mereka
maya (Poonia, 2014: 119). Sama seperti masih sangat ringan.
kejahatan konvensional, cybercrime juga terdiri 3) Hacktivist: Individu atau kelompok yang
dari banyak tipe. Berbagai bentuk kejahatan hanya mencoba menyembunyikan
yang dapat dikategorikan sebagai cybercrime, tindakan mereka dibalik semantik
diantaranya e-mail crime, hacking, cyber kamuflase untuk menyamarkan tindakan
terrorism, financial crime, cyber pornography, menyimpangnya, cenderung
cyber stalking, dsb. (lihat Poonia, 2014: 120). membenarkan perilaku destruktif mereka,
Termasuk salah satu bentuk cybercrime adalah termasuk merusak situs web, dengan label

101
Machsun Rifauddin, Arfin Nurma Halida: Waspada cybercrime dan informasi hoax pada media sosial facebook

“pembangkangan publik” dan 1) Cybercrime yang berkaitan dengan


pembenaran politik dan moral atas perbuatan mengakses komputer dan/
perilakunya. Motif pelaku ini adalah balas atau sistem elektronik milik orang lain
dendam, kekuasaan, keserakahan, secara tidak sah, yaitu:
pemasaran, atau perhatian media. a) Distribusi atau penyebaran, transmisi,
4) Thieves: Termasuk kategori penjahat biasa, dapat diaksesnya isi (muatan) yang
dan motivasi utama kelompok ini adalah tidak sah, yang mengandung unsur-
uang dan keserakahan. Kejahatan yang unsur berikut:
dilakukan biasanya adalah penipuan (1) Bertentangan dengan rasa
transfer bank dan penyalahgunaan nomer kesusilaan sebagai mana di atur
kartu kredit, serta pencurian identitas. dalam pasal 27 ayat 1
5) Virus Writers: Sensasi individu berasal dari (2) Perjudian sebagaimana diatur
tantangan mental dan latihan akademis dalam pasal 27 ayat 2
yang terlibat dalam penciptaan virus, (3) Penghinaan atau pencemaran
namun sering kali orang yang nama baik sebagaimana di atur
menyebarkan virus bukanlah orang yang dalam pasal 27 ayat 3
menciptakannya dan orang ini memiliki (4) Pemerasan atau pengancaman
karakteristik dan motivasi yang mirip sebagimana dalam pasal 27 ayat 4.
dengan kelompok cyber-punks, yaitu (5) Berita bohong yang menyesatkan
menginginkan perhatian, pencarian dan merugikan konsumen
sensasi, dan tidak takut sanksi. sebagaimana diatur dalam pasal 28
6) Profressional: Kategori kelompok yang ayat 1
paling elit dalam kelompok penjahat cyber, (6) Menimbulkan rasa kebencian
yang memiliki inteligensi kompetitif dan berdasarkan suku, agama, ras, dan
aktivitas yang abu-abu. Kelompok ini antar golongan (SARA)
terlibat dalam penipuan tingkat tinggi sebagaimana diatur dalam pasal 28
hingga spionase korporat, dan menjual ayat 2
informasi dan kekayaan intelektual (7) Informasi yang berisi ancaman
mereka kepada penawar tertinggi. Bagi kekerasan atau menakut-nakuti
kelompok ini, kegiatan kriminal adalah yang ditujukan kepada pribadi
sebuah pekerjaan dan mereka sangat sebagaimana di atur dalam pasal
profesional. 29 (Widodo, 2013: 9).
7) Cyber-terrorist: Merupakan bagian dari b) Dengan cara apapun mengakses secara
militer atau paramiliter sebuah negara dan tidak sah terhadap sistem elektronik
diposisikan sebagai tentara maupun sebagaimana diatur dalam pasal 30.
sebaliknya sebagai pejuang pembebasan c) Intersepsi tidak sah terhadap informasi
dalam medan peperangan di dunia maya. atau dokumen elektronik dan sistem
Kelompok ini menjalankan dua fungsi elektronik sebagaimana diatur dalam
yaitu menyerang sistem pertahanan pasal 31
musuh dan melindungi sistemnya sendiri 2) Tindak pidana yang berkaitan dengan
dari serangan serupa dari pihak lawan. gangguan (interpensi) terhadap informasi
atau dokumen elektronik, yaitu terdiri
d. Undang-Undang yang Mengatur atas perbuatan berupa:
Cybercrime di Indonesia a) Gangguan terhadap informasi atau
dokumen elektronik sebagaiman di
Cybercrime (kejahatan dunia maya) di ataur dalam pasal 32
Indonesia diatur dalam Undang-Undang b) Gangguan terhadap sistem elektronik
No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan sebagaimana diatur dalam pasal 33
Transaksi Elektronik (UU-ITE). Dalam UU ITE 3) Tindak pidana yang memfasilitasi
tersebut diatur tentang bentuk-bentuk perbuatan yang dilarang oleh hukum
cybercrime di Indonesia yaitu sebagai berikut: sebagaimana diatur dalam pasal 34.

102
KHIZANAH AL-HIKMAH Vol.6 No.2, Juli – Desember 2018

4) Tindak pidana pemalsuan informasi atau dari fasilitas online baik berbayar maupun
dokumen elektronik sebagaimana diatur tidak berbayar (free) jumlah setiap harinya
dalam pasal 35 (Widodo, 2013: 9-10). terus bertambah, dan sumber informasi
tersebut bisa diakses dimana saja dan
Cybercrime dapat dipahami sebagai
kapan saja tanpa melihat ruang dan
kejahatan dalam arti yuridis, yaitu kejahatan
waktu. Salah satu produk perkembangan
yang kualifikasinya sudah diatur dalam
undang-undang. Namun aplikasi dari semua teknologi dan internet saat ini adalah
ketentuan hukum pidana di Indonesia facebook. Facebook adalah sebuah
tersebut tunduk pada “ketentuan induk” layanan jejaring sosial dan situs web yang
hukum pidana, yaitu ketentuan KUHP diluncurkan pada 4 Februari 2004, yang
(Widodo, 2013: 10). dibuat oleh Mark Zuckerberg, seorang
mahasiswa Harvard kelahiran 14 Mei
3. METODOLOGI PENELITIAN 1984. Facebook merupakan situs media
sosial di mana seseorang dapat
Penelitian ini dilakukan dengan berinteraksi, berbagi data dan informasi,
menggunakan pendekatan kualitatif serta menjalin relasi sesama penggunanya
dengan metode studi kepustakaan. (Jayanti, dkk, 2016: 30). Facebook menurut
Analisis data dilakukan dengan Madcoms (2010: 1) adalah suatu situs
mengumpulkan sejumlah literatur baik jejaring sosial yang dapat dijadikan
dari buku, jurnal, website ataupun karya sebagai tempat untuk menjalin hubungan
ilmiah lain, selanjutnya dianalisis dan pertemanan dengan seluruh orang yang
disimpulkan dalam pembahasan hasil ada di belahan dunia untuk dapat
penelitian. Tujuan dari penelitian ini berkomunikasi satu dengan yang lainnya.
adalah untuk menjelaskan unsur-unsur Facebook merupakan situs pertemanan
apa saja yang termasuk dalam kategori yang dapat digunakan oleh manusia
pidana cybercrime khususnya di media untuk bertukar informasi, berbagi foto,
sosial facebook, dan diharapkan pembaca video, dan lainnya.
mampu memahami secara lebih
mendalam mengenai cybercrime dan Penggunaan media sosial facebook
penerapan UU ITE melalui beberapa yang tanpa kontrol terkadang
kasus yang dipaparkan penulis dalam menimbulkan dampak negatif bagi
penelitian ini. Sehingga feedback bagi penggunanya seperti kasus cybercrime.
pembaca agar lebih berhati-hati dalam Beberapa contoh kasus cybercrime yang
menggunakan media sosial khususnya pernah terjadi pada media sosial facebook
media sosial facebook. di Indonesia antara lain:

4. HASIL PENELITIAN DAN 1) Kasus Pornografi/Asusila via Facebook


PEMBAHASAN
Sebagaimana di lansir majalah Tempo
a. Kasus Cybercrime di Facebook dan (16 April 2014) Direktorat Tindak Pidana
Ancaman Pidana UU ITE Khusus Ekonomi Badan Reserse Kriminal
Mabes Polri mengungkap kasus
Internet menyediakan berbagai pornografi anak melalui media Facebook
sumber informasi yang bisa memenuhi dan Kaskus di Surabaya, Jawa Timur.
kebutuhan informasi penggunanya. Kasus yang terjadi tersebut menimpa
Sumber informasi yang ada di internet korban enam anak di bawah umur. Polisi
sangat banyak tanpa batas dan bisa berhasil mengidentifikasi pelaku dan
diakses dengan fasilitas online. Koleksi menetapkan manajer PT. KSM yang

103
Machsun Rifauddin, Arfin Nurma Halida: Waspada cybercrime dan informasi hoax pada media sosial facebook

berinisial TAG sebagai tersangka. Kasus (Hazliansyah, 2012). Kasus pencemaran


yang dilakukan tersangka termasuk nama baik yang dilakukan seseorang baik
dalam ranah cybercrime. Pelanggaran yang senganja maupun tidak sengaja dapat
dilakukan pelaku cybercrime sesuai dikenakan Pasal 27 ayat (3) UU ITE
dengan kasus pornografi/asusila via tentang penyebaran dokumen elektronik
facebook di atas sesuai dengan ketentuan yang memiliki muatan penghinaan
Pasal 27 ayat (1) UU ITE dan ancaman dan/atau pencemaran nama baik, dan
pidana bagi pelanggar pasal tersebut ancaman pidana bagi pelanggar pasal
adalah sesuai yang dijelaskan pada Pasal tersebut adalah sesuai yang dijelaskan
45 ayat (1) UU ITE yaitu pidana penjara pada Pasal 45 ayat (1) UU ITE yaitu
paling lama enam tahun dan/atau denda pidana penjara paling lama enam tahun
paling banyak satu miliar rupiah. Apabila penjara dan/atau denda paling banyak
dipahami secara lebih mendalam, satu miliar rupiah. Dalam ketentuan pasal
ketentuan pasal 27 ayat (1) UU ITE 27 ayat (3) dan pasal 45 ayat (3) Undang-
memiliki cakupan yang sangat luas. Undang ITE tersebut tidak terdapat
Cakupan tersebut bisa saja setiap definisi secara jelas apa yang dimaksud
user/member facebook yang memberikan dengan penghinaan atau pencemaran
gambar-gambar senonoh atau nama baik. Untuk menentukan secara
memberikan hyperlink ke sebuah situs jelas apa yang dimaksud dengan
yang memiliki muatan pornografi atau penghinaan atau pencemaran nama baik,
jasa penjualan seks komersial dan harus merujuk pada ketentuan pasal 310
memanfaatkan facebook sebagai tempat ayat (1) KUHP mengenai pencemaran
transaksi juga dapat dikenakan dalam lisan (smaad), pasal 310 ayat (2) mengenai
pasal ini. Meskipun pengertian porno pencemaran tertulis (smaadscrifft), dan
sendiri masih sangat kabur dan tidak pasal 310 ayat (3) sebagai penghapusan
dapat diinterpretasikan dengan jelas, pidana (untuk kepentingan umum dan
misalnya gambar tersebut dikategorikan pembelaan terpaksa). Ketentuan dari
sebagai unsur seni fotografi. Dalam hal ini Pasal 27 ayat (3) UU ITE dapat kita
tentunya diperlukan prosedur dan pahami bahwa cakupan pasal tersebut
pemahaman lebih mendalam dari para juga cukup luas. Mengenai, perbuatan
penyidik dan hakim. memberikan hyperlink ke sebuah situs
yang memiliki muatan penghinaan atau
2) Kasus Pencemaran Nama Baik Lewat pencemaran nama baik juga dapat dijerat
Facebook unsur ketiga pasal tersebut. Karena itu
mungkin dapat dipahami mengapa
Rektor IKIP Mataram, NTB, sebagian orang melihat pasal tersebut
melaporkan dosen Bahasa Inggris sebagai ancaman serius bagi pengguna
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra facebook pada umumnya. Disisi lain,
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan dalam UU ITE juga dinyatakan bahwa
Mataram ke polisi. Dosen tersebut yang suatu informasi/ dokumen elektronik
menyamarkan identitasnya di facebook tidak dengan serta-merta atau otomatis
menjadi Chunk Jagger kerap menuliskan akan menjadi suatu bukti yang sah. Untuk
hinaan kepada Said. Menurut Kasubag menentukan apakah informasi/ dokumen
Humas Polres Mataram, kemungkinan eletronik dapat menjadi alat bukti yang
terlapor akan dikenakan Undang-Undang sah masih memerlukan suatu prosedur
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi tertentu yang diatur berdasarkan undang-
dan Transaksi Elektronik (UU ITE) undang tersebut. Dalam UU No. 11 Tahun

104
KHIZANAH AL-HIKMAH Vol.6 No.2, Juli – Desember 2018

2008 tentang ITE ini berlaku untuk semua paling lama enam tahun dan/atau denda
orang yang memberikan suatu informasi paling banyak satu miliar rupiah. Ababila
yang memiliki unsur penghinaan. Oleh digeneralisasikan, ancaman pidana ini
karena itu, etika dalam berkomunikasi juga dapat menjerat seseorang yang
menggunakan media sosial harus tetap memberikan hyperlink ke sebuah situs
dijaga oleh segenap masyarakat. yang memiliki muatan berbau SARA
ataupun status facebook yang dianggap
3) Kasus Penyebaran kebencian mengandung SARA dan bisa juga
berdasarkan suku, agama, ras dan antar komentar-komentar di facebook yang
golongan (SARA) mengakibatkan kelompok, suku atau
agama lain terusik ketenangannya. Pada
Menurut laporan merdeka.com dalam kasus ini tidak terlalu banyak pihak yang
Mangadil (2016: 124) menyatakan bahwa dirugikan secara finansial/materi
status facebook salah seorang mahasiswa maupun ekonomi, namun yang jadi
inisial IRF pada 16 Maret 2010 memicu permasalahan adalah dampak yang
kemarahan masyarakat Bali, yang ditimbulkan. Penghinaan terhadap
mayoritas beragama Hindu. Sebab di saat kepercayaan atau agama dapat
mayoritas masyarakat Bali menggelar menimbulkan ketidaknyamanan atau
ritual Nyepi, ia malah menulis status yang bahkan kerusuhan antar umat beragama.
memicu konflik. Status tersebut langsung
menuai komentar kemarahan dari 4) Kasus Penyebaran Informasi bohong
sejumlah temannya di akun tersebut, (Hoax)
hingga akhirnya yang bersangkutan
menuliskan status terbaru yang Termasuk dalam ranah cybercrime yang
menyatakan permintaan maaf kepada paling familiar saat ini adalah penyebaran
seluruh masyarakat Bali, khususnya yang informasi bohong (hoax). Apabila
beragama Hindu. Namun sejumlah grup penyebaran informasi hoax ini
bermunculan yang menyatakan mengandung unsur-unsur pelanggaran
penentangan, dan salah satu grup sebagaimana dijelaskan pada UU ITE
menggalang dukungan untuk mengusir maka juga dapat dikenakan pidana. Kasus
IRF dari Bali. terbaru menimpa salah seorang dosen
Pegawai Negeri Sipil (PNS) Universitas
Kasus tentang SARA sebenarnya telah Sumatera Utara (USU). Direktorat
menjadi masalah besar masyarakat di Krimsus Subdit cybercrime Polda Sumatera
dunia, dan kasus seperti ini sangat sering Utara menangkap tersangka karena salah
terjadi di Indonesia mengingat satu postingan akun facebook yang
masyarakat Indonesia yang beraneka menyebutkan kalau 3 bom gereja di
ragam, terdiri dari banyak suku, ras, Surabaya hanyalah pengalihan isu hingga
golongan bahkan agama sehingga menjadi viral dan mengundang
memungkinkan terjadinya ketegangan perdebatan netizen karena diduga
antara golongan tersebut. Kata-kata dalam mengandung unsur ujaran kebencian
bentuk hinaan atau pencemaran nama (SARA) (TribrataNews, 2018).
baik dan dapat menimbulkan rasa
kebencian bagi seseorang atau golongan Masyarakat media cyber telah terbiasa
(SARA), dan dapat dikenakan Pasal 28 dengan segala teks yang cenderung hoax,
ayat (2) UU ITE dengan ancaman pidana sehingga sulit membedakan informasi
sebagaimana dijelaskan pada Pasal 45A mana yang benar dan yang bohong
ayat (2) UU ITE yaitu pidana penjara (Triartanto, 2015: 33). Meskipun tidak

105
Machsun Rifauddin, Arfin Nurma Halida: Waspada cybercrime dan informasi hoax pada media sosial facebook

terlihat secara langsung, dampak yang keamanan cyber, dan ini


ditimbulkan daripada penyebaran memungkinkan terjadinya cybercrime.
informasi hoax ini, banyak pihak yang 2) Menjaga privasi (identitas diri). Pelaku
dirugikan diberbagai sektor, mulai dari cybercrime pastinya tidak akan
masalah politik, ekonomi, dan sosial. melakukan kejahatan menggunakan
Setidaknya sampai saat ini penyebaran identitasnya sendiri melainkan
informasi hoax di Indonesia semakin memanfaatkan identitas orang lain.
tumbuh subur dan merajalela seakan Oleh sebab itu, kerahasiaan identitas
tidak ada kontrol. Maka dari itu setiap bagi segenap pengguna internet sangat
pengguna facebook diharapkan penting, dan jangan sesekali
memahami secara mendalam mengenai memberitahukan identitas penting
aturan-aturan dalam UU ITE kaitannya seperti NIK, nomor rekening, tanggal
dengan ranah pidana cybercrime dan lahir, dsb kepada orang lain yang
penyebaran informasi hoax. belum dikenal, karena akan sangat
mudah disalah gunakan oleh pelaku
b. Upaya untuk Mengatasi Bahaya kejahatan cyber. Selain itu, penguna
Cybercrime internet harus selalu berhati-hati dan
waspada apabila mengisi identitas diri
Pengguna media sosial khususnya pada aplikasi atau situs web yang
facebook diharapkan berhati-hati dan kurang terpercaya, biasaya pelaku
menjaga etika agar tidak terjadi cybercrime mengarahkan user pada
pelanggaran hukum cybercrime. Beberapa sebuah link dan meminta untuk
contoh kasus di atas dapat dijadikan memasukkan biodata. Hanya 61,38%
peringatan bagi siapa saja yang secara masyarakat pengguna internet di
sengaja ataupun tidak untuk tidak Indonesia yang menyadari pentingnya
menyalahgunakan media sosial sebagai menjaga kerahasiaan data (APJII, 2017),
tempat pencurahan kata-kata penghinaan dan itu yang menjadi salah satu faktor
atau sejenisnya. Beberapa cara yang dapat cybercrime tumbuh subur di Indonesia.
dilakukan untuk mengatasi bahaya 3) Mengamankan e-mail. Salah satu
cybercrime adalah: bentuk cybercrime yang paling mudah
dan sering digunakan pelaku adalah
1) Melindungi komputer. Cybercrime penyerangan e-mail. Pengguna e-mail
seringkali dilakukan pelaku melalui harus waspada setiap menerima atau
penyebaran virus melalui internet. mengirim e-mail yang belum diketahui
Setidaknya setiap pengguna komputer identitasnya dengan jelas. Jika
perlu mengaplikasikan beberapa menerima e-mail dari seseorang yang
program untuk menjaga keamanan, tidak diketahui identitasnya dengan
yaitu antivirus, antispyware, dan firewall. pesan yang aneh atau mengarahkan
Fungsi dari ketiga aplikasi tersebut pada link tertentu maka sebaiknya
menjaga perangkat komputer dari virus abaikan. Selain itu juga harus
yang semakin beragam. Persepsi mewaspadai e-mail palsu yang
masyarakat Indonesia terhadap sekarang banyak digunakan pelaku
keamanan internet dengan pemasangan cybercrime.
anti-virus sebesar 58,52% (APJII, 2017). 4) Melindungi ID/account. Penggunaan
Itu artinya sebagian besar masyarakat kata sandi dalam sebuah aplikasi selain
pengguna internet di Indonesia belum mudah diingat juga harus bervariasi
menyadari arti pentingnya sebuah (susah ditebak). Setiap kali membuat

106
KHIZANAH AL-HIKMAH Vol.6 No.2, Juli – Desember 2018

kata sandi pada sebuah aplikasi 1) Informasi hoax selalu tidak


sebaiknya menggunakan kombinasi mencantumkan sumber informasi
angka, huruf, dan simbol, agar tidak dengan jelas (bukan dari instansi
mudah diketahui orang lain atau resmi), namun terkadang hanya
dibajak. Menggunakan password yang mencatumkan nama tokoh tertentu.
sulit dan bervariasi merupakan Beberapa informasi hoax di facebook
tindakan tepat guna menghindari biasanya hanya mencantumkan sumber
cybercrime. Selain itu, sebaiknya informasi “dari group sebelah” atau
password harus rutin diubah secara “dari kamar sebelah”.
berkala, dan mengeluarkan akun (log- 2) Informasi hoax sering kali bersifat
out) dari aplikasi setiap meninggalkan provokatif atau cenderung
komputer (biasanya dalam penggunaan menggunakan bahasa yang provokatif,
komputer kantor atau warnet). sebagai contoh “ayo viralkan”.
5) Membuat backup atau salinan data. Para Informasi hoax biasanya bersifat aneh
pengguna komputer sebaiknya atau tidak wajar, seperti tidak adanya
memiliki salinan dari dokumen kesesuaian antara judul dengan isi atau
pribadinya, baik dokumen pribadi bertolak belakang. Informasi hoax
yang berupa foto, musik, atau yang biasanya hanya mencantumkan judul
lainnya. Data-data tersebut akan dengan isi yang sepotong kemudian
terselamatkan apabila sewaktu-waktu mencantumkan hyperlink yang sekedar
terjadi pencurian data atau ada untuk di share, like dan comment.
kesalahan pada sistem komputer. 3) Informasi hoax biasanya memanfaatkan
6) Selalu Up to Date dan mencari isu yang sedang tren, misalnya kasus
informasi. Pelaku cybercrime selalu pornografi yang melibatkan tokoh
melihat adanya celah-celah pada sistem terkenal/ pejabat, pelayanan instansi
komputer calon korbanya saat pemerintah yang buruk, atau masalah
melakukan kejahatanya. Oleh karena terorisme dan bom. Isi dari informasi
itu, harus rutin melakukan update yang disebarkan biasanya tidak
aplikasi mulai dari aplikasi antivirus berkualitas dan hanya sebatas
dan aplikasi-aplikasi penunjang menviralkan dan terkadang juga
lainnya. Selain itu pengguna internet digunakan untuk promosi atau iklan.
dapat memantau perkembangan 4) Informasi hoax sering menggunakan
informasi pada salah satu penyedia jasa gaya bahasa tidak baku atau sederhana,
layanan keamanan internet, seperti dan judul terkesan melebih-lebihkan.
National Cyber Alert System dan 5) Informasi hoax biasanya mengandung
sebagainya. Pencarian informasi unsur penghinaan, pencemaran nama
dimaksudkan untuk mengetahui baik bahkan SARA. Seseorang yang
informasi jenis cybercrime yang sedang dengan atau tanpa sengaja
marak terjadi dan bagaimana membagikan informasi hoax yang
menanggulanginya. mengandung unsur-unsur tersebut
dapat dipidanakan.
Terkait media sosial facebook, terdapat
banyak informasi hoax yang tekadang sulit c. Seleksi Informasi dari Internet
untuk dibedakan dengan informasi yang
sebenarnya. Terdapat beberapa informasi Internet menyediakan berbagai sumber
di facebook dapat dindikasikan sebagai informasi yang bisa memenuhi kebutuhan
informasi hoax antara lain: informasi penggunanya. Sumber

107
Machsun Rifauddin, Arfin Nurma Halida: Waspada cybercrime dan informasi hoax pada media sosial facebook

informasi yang ada di internet sangat Penilaian sejauh mana otoritas dan
banyak dan tanpa batas. Koleksi reputasi suatu informasi dapat
elektronik dengan internet bisa diakses dilakukan dengan pertanyaan berikut:
dengan fasilitas online, dan jumlahnya a) Siapa atau instansi apa yang
terus bertambah, dapat diakses dari mana mempublikasi informasi?
saja dan kapan saja. Alasan inilah yang b) Periksa domain situs dari institusi
mendasari tentang diperlukannya seleksi yang mempublikasi informasi
informasi melalui internet. Terdapat tersebut. Apakah doamin tersebut
beberapa faktor yang perlu diperhatikan termasuk domain yang dapat
dalam menyeleksi informasi dari internet, dipercaya (.edu, ac.[kode negara],
yaitu: .sch[kode negara], .gov atau
.go[kode negara]. Atau domain lain
1) Relevansi adalah penilaian tentang seperti .com, .co[kode negara], .org,
sejauh mana informasi yang dikandung .or[kode negara], .net, dan lain
suatu sumber informasi sesuai dengan sebagainya.
masalah yang akan dibahas. Penilaian c) Apakah ada informasi mengenai
ini dapat dilakukan dengan cara kualifikasi penulis ataupun
melihat judul, daftar isi, abstrak, dan lembaga yang mengeluarkan
pendahuluan atau tujuan suatu informasi?
sumber, baik tercetak maupun d) Apakah jelas siapa yang
noncetak, termasuk situs (Diao, 2010: mensponsori dan memlihara
51). konten situs tersebut?
2) Akurasi (accuracy) adalah menentukan e) Apakah ada informasi yang
keakuratan suatu informasi sering kali bernilai mendeskripsikan tujuan
menjadi alasan untuk mengkritisi suatu suatu lembaga ataupun lembaga
sumber informasi. Akurasi suatu yang mensponsori?
informasi selalu dikaitkan dengan f) Apakah ada cara untuk
orang yang menulis atau yang memverifikasi legitimasi halaman
bertanggung jawab atas informasi lembaga. Seperti terdapat nomor
tersebut, dan penjelasan keakuratan telepon atau alamat yang tersedia
sebuah informasi dalam website bisa untuk menghubungi dan
dilihat dalam menu about us, atau menanyakan informasi lebih lanjut?
profile, atau contact us (Cooke, 2001: 21). 4) Objektivitas (objectivity) adalah situs
3) Otoritas reputasi. Menurut Cooke yang terpercaya di dalamnya
(2001, 69) faktor utama untuk menilai menjelaskan tujuan dari situs tersebut.
otoritas dari suatu sumber informasi Misalnya, situs tersebut untuk siapa,
adalah pengetahuan dan keahlian digunakan untuk membahas apa, dan
penanggung jawab pembuat informasi. dibuat untuk apa. Informasi tersebut
Suatu sumber informasi umumnya dapat di lihat pada menu yang terdapat
memiliki otoritas jika ditulis oleh pada situs, sepeti about us (Diao, 2010:
seorang yang ahli, atau diproduksi oleh 51-52). Untuk mengidentifikasi tujuan
sebuah lembaga yang dikenal dari sebuah sumber, dapat dilakukan
berpengetahuan dan keahlian dalam dengan menggunakan pertanyaan
bidang tertentu. Otoritas terkait erat berikut:
dengan reputasi sumber informasi dan a) Apakah ada pernyataan yang
reputasi dari penanggung jawab yang menunjukkan tujuan dari situs
memproduksi informasi tersebut. tersebut?

108
KHIZANAH AL-HIKMAH Vol.6 No.2, Juli – Desember 2018

b) Siapakah pembaca yang dituju kecerobohan mungkin akan


oleh informai tersebut? menjadikan situs tersebut kurang dapat
c) Adakah tujuan dalam situs diandalkan (Doyle, 2006: 56-57).
tersebut bersifat mempengaruhi,
menjual, mendasarkan pada Selain memperhatikan faktor-faktor
pandangan pribadi tanpa data seleksi informasi sebagaimana yang telah
pendukung atau bias terhadap disebutkan, setiap pengguna media sosial
suatu hal? khususnya facebook juga harus mematuhi
5) Kekinian (currency). Berhubungan erat etika dalam penyampaian informasi
dengan ke-update-an informasi, dan untuk mencegah terjadinya cybercrime dan
juga menunjukkan bahwa informasi penyebaran informasi hoax. Cybercrime
tersebut senantiasa diperbarui. dan hoax sebenarnya dapat diminimalisir
Pertimbangan dan penilaian untuk apabila setiap pengguna internet
melihat sejauh mana suatu informasi menyadari batasan-batasan dan selalu
dikatakan update (Chooke, 2001: 75): memperhatikan etika berkomunikasi di
a) Apakah tercantum tanggal pada dunia maya dengan netiquette, yaitu
halaman web yang panduan untuk bersikap dan berperilaku
mengindikasikan kapan halaman sesuai dengan kaidah normatif di
situs tersebut di tulis dan kapan lingkungan internet. Inti aturan netiquette
halaman situs tersebut direvisi adalah menyadari bahwa kita semua
atau diedit?. manusia, bahkan saat berada di internet
b) Apakah ada indikasi lain bahwa sekalipun, mengikuti aturan seperti di
materi informasi yang disajikan kehidupan nyata saat online, selalu ingat
diperbarui secara berkala untuk dimana berada ketika sedang online, dan
memastikan seberapa baru menghormati orang lain ketika sedang
informasi tersebut? online (Nur Hadi, 2006).
6) Cakupan (coverage). Terkait dengan isi
informasi atau dokumen dalam situs, 5. KESIMPULAN
seperti hal apa yang dibahas, seberapa
dalam/detail informasi yang disajikan, Pengguna internet yang semakin
dan adakah link yang terhubung ke banyak menyebabkan berbagai tindak
situs-situs lain yang dapat dipercaya kejahatan cybercrime dibanyak negara
dengan pembahasan informasi yang termasuk Indonesia. Secara garis besar
sama (Proboyekti, 2014). pelaku kejahatan cybercrime baik disengaja
7) Bukti yang kuat yaitu membandingkan maupun tidak disegaja akan dijerat
informasi yang diperoleh dengan dengan Undang-Undang Nomor 11
informasi lainnya yang berasal dari Tahun 2008 tentang Informasi dan
situs lain yang terpercaya, apakah ada Transaksi Elektronik. Setidaknya ada tiga
kesamaan ataukah perbedaan ancaman yang dibawa UU ITE di
(Proboyekti, 2014). Indonesia yang berpotensi menimpa
8) Bahasa dan gaya penulisan. Penulis pelaku cybercrime dengan memanfaatkan
yang tidak memiliki kredibiltas kurang facebook yaitu ancaman pelanggaran
memperhatikan aspek bahasa dan gaya kesusilaan Pasal 27 ayat (1), penghinaan
penulisanya. Meskipun situs yang dan/atau pencemaran nama baik Pasal 27
memiliki bahasa dan gaya penulisan ayat (3), dan penyebaran kebencian
yang bagus bukan merupakan berdasarkan suku, agama, ras dan
indikator situs yang akurat, namun antargolongan (SARA) Pasal 28 ayat (2).
Ancaman pidana bagi pelanggar pasal

109
Machsun Rifauddin, Arfin Nurma Halida: Waspada cybercrime dan informasi hoax pada media sosial facebook

tersebut sesuai yang dijelaskan pada Pasal Doyle, T and John L. H. (2006). Net Cred:
45 ayat (1), Pasal 45 ayat (3) dan Pasal 45A Evaluating The Internet as a Research
ayat (2) UU ITE yaitu penjara paling lama Source. Reference Service Review,
enam tahun dan/atau denda paling Academic Research Library, 34 (1). 56-70.
banyak satu miliar rupiah. Setiap Diao, L. A, dkk. (2010). Literasi Informasi 7
pengguna internet dan media sosial Langkah Knowledge Management.
khususnya facebook harus melakukan Jakarta: Penerbit Universitas Atma
upaya yang dapat dilakukan untuk Jaya.
mencegah cybercrime diantaranya Firmansyah, R. (2017). Web Klarifikasi
dilakukan dengan cara melindungi Berita Untuk Meminimalisir
komputer dari virus, menjaga privasi, Penyebaran Berita Hoax. JURNAL
mengamankan e-mail, melindungi INFORMATIKA, 4 (2). 230-235.
Id/Account, membuat backup data, dan Ghosh. S. dan Turrini. E. (Ed). (2010).
selalu up to date terhadap informasi. Cybercrimes: A Multidisciplinary
mempertimbangkan etika berkomunikasi Analysis. New York: Springer.
yang baik dan seleksi informasi. Terdapat Goyal, S. (2012). Facebook, Twitter,
beberapa faktor yang harus diperhatikan Google+: Social Networking.
dalam menyeleksi sumber informasi dari International Journal of Social
internet, yaitu relevansi, akurasi, otoritas Networking and Virtual Communities
reputasi, objektivitas, kekinian (currency), (Int J SocNet & Vircom),1 (1). 16-18.
cakupan, bukti yang kuat, serta bahasa Hartina, S., Djatin, J dan Tupan, (2012),
dan gaya penulisan. Penelusuran Literatur. Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka.
Hazliansyah. (2012) Tuding Dihina di
DAFTAR PUSTAKA
Facebook, Rektor Polisikan Dosen.
APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Diakses 21 Desember 2017 dari:
Internet Indonesia). (2017). Infografis http://www.republika.co.id/berita/n
Penetrasi & Perilaku Pengguna Internet asional/umum/12/05/10/m3srs3-
Indonesia 2017. Diakses 26 April 2018 tuding-dihina-di-facebook-rektor-
dari: https://apjii.or.id/survei2017. polisikan-dosen.
Baskoro, D. G. (2010). “Effective Internet Jayanti, L, dkk. (2016). Analisa Pola
Research”, Seminar Workshop Literasi Penyalahgunaan Facebook Sebagai
Informasi untuk Trainer. Diakses 20 Alat Kejahatan Trafficking
Desember 2017 dari: Menggunakan Data Mining. E-journal
http://eprints.rclis.org/25690/. Teknik Informatika, 8 (1). 30-35.
Basuki, S. (2010). Materi Pokok Pengantar Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Universitas versi online. Diakses 21 Desember
Terbuka. 2017 dari: http://kbbi.web.id/.
Case, D. O. (2007). Looking for Information: Mangadil, D. M. (2016). Dampak Yuridis
A Survey of Research on Information Penggunaan Media Sosial Menurut
Seeking, Needs, and Behaviour. London: Undang-Undang Nomor 11 Tahun
Academic Press. 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Cooke, A. (2001). A Guide to Finding Elektonik”. Lex et Societatis, 4 (1). 120-
Quality Information on The Internet: 128.
Selection and Evaluation Strategies. Mansur, D. M. Arief dan Ghultom, E.
London: Facet Publishing. (2005). Cyber law-Aspek Hukum
Teknologi Informasi. Bandung: Refika
Aditama.

110
KHIZANAH AL-HIKMAH Vol.6 No.2, Juli – Desember 2018

Nur Hadi, W. (2006). Etika Berkomunikasi di Wahid, A dan Labib, M. (2005). Kejahatan
Dunia Maya dengan Netiquette. Diakses Mayantara (Cyber Crime). Jakarta: PT.
21 Desember 2017 dari: Refika Aditama.
eprints.uny.ac.id/7229/. Widodo. (2013). Memerangi Cybercrime
Puslitbang Hukum dan Peradilan (Karakteristik, Motivasi, dan Strategi
Mahkamah Agung RI. (2004). Naskah Penanganannya dalam Prespektif
Akademis Kejahatan Internet Kriminologi). Yogyakarta: Aswaja
(Cybercrimes). Jakarta: Mahkamah Pressindo.
Agung. We Are Social. (2018). Social Media Use
Poonia A. S. (2014). Cyber Crime: Jumps in Q1 Despite Privacy Fears.
Challenges and its Classification. Diakses 26 April 2018 dari
International Journal of Emerging Trends https://wearesocial.com/blog/2018/
& Technology in Computer Science 04/social-media-use-jumps-in-q1-
(IJETTCS), 3 (6). 119-121. despite-privacy-fears.
Proboyekti, U. (2014). Pengujian Hasil Yusup, M. P dan Subekti, P. (2010). Teori &
Pencarian di Internet. Diakses 22 Praktik Penelusuran Informasi. Jakarta:
Desember 2017 dari Kencana Prenada Media Group.
http://lecturer.ukdw.ac.id/othie/ind
ex.php?itemid=43.
Tempo.co. (2014). Sebar 10 Ribu Pornografi
Anak, Manajer Ditangkap. Diakses 21
Desember 2017 dari:
https://nasional.tempo.co/read/5712
09/sebar-10-ribu-pornografi-anak-
manajer-ditangkap.
Triartanto A. Y. (2015). Kredibilitas Teks
Hoax Di Media Siber. Jurnal
Komunikasi, VI (2). 33-36.
Tribrata News. (2018). Breaking News,
Polda Sumut Tangkap Oknum PNS
Dosen USU Karena Sebut Bom Surabaya
Sebagai Pengalihan Isu. Diakses 21 Mei
2018 dari:
http://tribratanews.sumut.polri.go.id
/2018/05/19/breaking-news-polda-
sumut-tangkap-oknum-pns-dosen-
usu-karena-sebut-bom-surabaya-
sebagai-pengalihan-isu/.
Windara, I M. A dan Sukranatha AA. K.
(2013). Kendala dalam
Penanggulangan Cybercrime Sebagai
Suatu Tindak Pidana Khusus. Kertha
Negara, 01(04).
Undang-Undang No.11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.

111

Anda mungkin juga menyukai