Pengutipan: Rifauddin, M., Halida, A. N. (2018). Waspada cybercrime dan informasi hoax pada
media sosial facebook. Khizanah al-Hikmah : Jurnal Ilmu Perpustakaan, Informasi, dan Kearsipan. 6(2),
98-111.
DOI: https://doi.org/10.24252/kah.v6i2a2
ABSTRAK
Informasi dengan sangat mudah tersebar menggunakan teknologi informasi dan internet saat
ini. Namun berbagai permasalahan muncul akibat penyalahgunaan teknologi tersebut, seperti
cybercrime dan penyebaran informasi hoax. Kontrol informasi sangat penting untuk
mengevaluasi kredibilitas informasi dan sumbernya. Penelitian ini menjelaskan bagaimana
mengatasi cybercrime dan hoax melalui seleksi informasi yang tepat. Pendekatan kualitatif
dengan metode studi kepustakaan digunakan dalam penelitian ini serta delengkapi dengan data
dan dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cybercrime dan penyebaran informasi hoax
masih terjadi bahkan sampai saat ini. Terdapat tiga ancaman UU ITE di Indonesia yang
berpotensi menimpa pelaku cybercrime dengan memanfaatkan facebook yaitu ancaman
pelanggaran kesusilaan pasal 27 ayat (1), penghinaan atau pencemaran nama baik pasal 27 ayat
(3), dan penyebaran kebencian berdasarkan suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) pasal
28 ayat (2). Upaya untuk mencegah cybercime dapat dilakukan dengan cara melindungi
komputer dari virus, menjaga privasi, mengamankan e-mail, melindungi Id/Account, membuat
backup data, dan selalu up to date terhadap informasi. Terdapat beberapa faktor yang harus
diperhatikan dalam menyeleksi sumber informasi dari internet agar terhindar dari bahaya
cybercrime, yaitu: relevansi, akurasi, otoritas reputasi, objektivitas, kekinian, cakupan, bukti
yang kuat, serta bahasa dan gaya penulisan.
ABSTRACT
Information is very easily spread use of information technology and the internet today. But various
problems arise out due to the abuse of this technology, such as cybercrime and dissemination hoax. Control
of information is very important to evaluate the credibility of the information and its source. The study
explains how to overcome cybercrime and hoax through the selection of appropriate information.
Qualitative approach with literature study method was used in this research and complemented by data
and document. The results showed that cybercrime and hoax information still occur even today. There
were three threats of UU ITE in Indonesia that could potentially overwrite the perpetrators of cybercrime
by utilizing facebook; the threat of moral violation in article 27 section (1), insults or defamation in article
27 section (3), and the dissemination of hatred based on ethnic, religion, race and intergroup (SARA) in
article 28 section (2). Efforts to prevent cybercime can be done by protecting the computer from viruses,
maintaining privacy, secure e-mail, protecting ID/account data, making backups, and always up to date to
information. There are several factors that must be considered in selecting the source of information from
the internet to avoid the dangers of cybercrime; relevance, accuracy, authority of reputation, objectivity,
currency, coverage, strong evidence, as well as the language and style of writing.
Keywords: Cybercrime; hoax; internet; social media; facebook; UU ITE
98
KHIZANAH AL-HIKMAH Vol.6 No.2, Juli – Desember 2018
99
Machsun Rifauddin, Arfin Nurma Halida: Waspada cybercrime dan informasi hoax pada media sosial facebook
sensor atau kontrol yang diawasi (Goyal, sesuatu; 3). keseluruhan makna yang
2012: 16). Sebagai contoh facebook yang menunjang amanat yang terlihat dalam
memungkinkan penggunanya bagian-bagian amanat itu”. Pengertian
berinteraksi dengan orang lain baik yang informasi menurut Estabrook, adalah suatu
rekaman fenomena yang diamati, atau bisa
dikenal maupun tidak, sehingga
juga berupa putusan-putusan yang dibuat
membuka peluang bagi kejahatan dunia
(Yusuf & Subekti, 2010: 1). Sedangkan
maya seperti, penculikan, perdagangan menurut Basuki (2010: 135) informasi adalah
manusia (trafficking), hingga pembunuhan sesuatu yang mempengaruhi atau mengubah
(Jayanti, dkk, 2016: 30), dan yang paling status pikiran. Informasi dapat dipahami
sering dijumpai di facebook adalah sebagai segala sesuatu yang memberikan
penyebaran informasi atau berita hoax. penerangan, atau pemberitahuan yang
mempunyai nilai penting, dan dapat
Indonesia merupakan negara mempengaruhi atau mengubah status pikiran
demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah manusia. Informasi merupakan suatu
India dan Amerika yang mengalami kebutuhan yang penting bagi manusia,
permasalahan serius soal penyebaran dengan adanya informasi maka manusia akan
mengetahui kejadian-kejadian baru yang saat
berita palsu (fake news/hoax) (Firmansyah,
ini terjadi di kehidupan dan lingkungan
2017: 230). Hoax telah menyebar seperti
sekitar.
virus yang bermula dari para pembuat
berita, opini, data, foto, dan gambar yang Jika diibaratkan informasi itu ialah isi,
mengandung hoax dan dibagikan melalui maka sumber informasi adalah wadah dari isi
media sosial seperti facebook, twitter, tersebut (Basuki, 2010: 15). Sumber informasi
whatsapp, line, youtube, path, dan dapat dipahami dan diartikan sebagai tempat
instagram (Triartanto, 2015: 33). berkumpulnya informasi dan tempat dimana
Setidaknya sampai saat ini masih banyak informasi itu berasal. Sumber informasi jika
masyarakat yang belum memahami dilihat berdasarkan jenisnya sangat beragam,
dengan benar dan tanpa sengaja antara lain manusia, koran, televisi, VCD, e-
mail, internet, dll. Informasi yang terekam dari
melakukan aktifitas yang mengandung
berbaga media termasuk internet, merupakan
unsur cybercrime di media sosial. Oleh
benda mati apabila tidak memberikan
sebab itu perlu kajian ulang mengenai manfaat atau digunakan (Yusuf dan Subekti,
cybercrime dan hoax serta upaya untuk 2010: 120). Adapun sumber informasi yang
menanggulanginya. terkait dengan kegiatan ilmiah adalah buku,
jurnal, standar, paten, thesis, laporan
2. KAJIAN PUSTAKA penelitian, yang tersedia di perpustakaan atau
dapat di akses melalui internet, pangkalan
a. Informasi dan Sumber Informasi data, maupun katalog secara online (Hartina,
Internet dkk, 2012: 12). Selain perpustakaan, internet
merupakan media yang sering digunakan
Informasi merupakan salah satu istilah oleh masyarakat dalam melakukan
atau kata yang sering digunakan dalam penelusuran informasi. Hal ini dikarenakan
kehidupan sehari-hari hingga saat ini. Dalam internet merupakan media yang bisa
Oxford English Dictionary, informasi digunakan dengan tanpa batas. Internet
mempunyai pengertian, “1) The action of adalah sebuah jaringan yang dibuat
informing; The action of telling or fact of being told sedemikian rupa sehingga dapat
of something, 2) That which one is apprised or told; menghubungkan perangkat komputer dari
intelegence, news” (Case, 2007: 40-42). berbagai wilayah sehingga masing-masing
Sementara, dalam KBBI online, informasi data dapat ditransmisikan ke dalam jaringan
mempunyai arti, yaitu, “1) penerangan; 2). dan dapat diakses dari berbagai wilayah
pemberitahuan; kabar atau berita tentang (Yusuf dan Subekti, 2010: 55).
100
KHIZANAH AL-HIKMAH Vol.6 No.2, Juli – Desember 2018
101
Machsun Rifauddin, Arfin Nurma Halida: Waspada cybercrime dan informasi hoax pada media sosial facebook
102
KHIZANAH AL-HIKMAH Vol.6 No.2, Juli – Desember 2018
4) Tindak pidana pemalsuan informasi atau dari fasilitas online baik berbayar maupun
dokumen elektronik sebagaimana diatur tidak berbayar (free) jumlah setiap harinya
dalam pasal 35 (Widodo, 2013: 9-10). terus bertambah, dan sumber informasi
tersebut bisa diakses dimana saja dan
Cybercrime dapat dipahami sebagai
kapan saja tanpa melihat ruang dan
kejahatan dalam arti yuridis, yaitu kejahatan
waktu. Salah satu produk perkembangan
yang kualifikasinya sudah diatur dalam
undang-undang. Namun aplikasi dari semua teknologi dan internet saat ini adalah
ketentuan hukum pidana di Indonesia facebook. Facebook adalah sebuah
tersebut tunduk pada “ketentuan induk” layanan jejaring sosial dan situs web yang
hukum pidana, yaitu ketentuan KUHP diluncurkan pada 4 Februari 2004, yang
(Widodo, 2013: 10). dibuat oleh Mark Zuckerberg, seorang
mahasiswa Harvard kelahiran 14 Mei
3. METODOLOGI PENELITIAN 1984. Facebook merupakan situs media
sosial di mana seseorang dapat
Penelitian ini dilakukan dengan berinteraksi, berbagi data dan informasi,
menggunakan pendekatan kualitatif serta menjalin relasi sesama penggunanya
dengan metode studi kepustakaan. (Jayanti, dkk, 2016: 30). Facebook menurut
Analisis data dilakukan dengan Madcoms (2010: 1) adalah suatu situs
mengumpulkan sejumlah literatur baik jejaring sosial yang dapat dijadikan
dari buku, jurnal, website ataupun karya sebagai tempat untuk menjalin hubungan
ilmiah lain, selanjutnya dianalisis dan pertemanan dengan seluruh orang yang
disimpulkan dalam pembahasan hasil ada di belahan dunia untuk dapat
penelitian. Tujuan dari penelitian ini berkomunikasi satu dengan yang lainnya.
adalah untuk menjelaskan unsur-unsur Facebook merupakan situs pertemanan
apa saja yang termasuk dalam kategori yang dapat digunakan oleh manusia
pidana cybercrime khususnya di media untuk bertukar informasi, berbagi foto,
sosial facebook, dan diharapkan pembaca video, dan lainnya.
mampu memahami secara lebih
mendalam mengenai cybercrime dan Penggunaan media sosial facebook
penerapan UU ITE melalui beberapa yang tanpa kontrol terkadang
kasus yang dipaparkan penulis dalam menimbulkan dampak negatif bagi
penelitian ini. Sehingga feedback bagi penggunanya seperti kasus cybercrime.
pembaca agar lebih berhati-hati dalam Beberapa contoh kasus cybercrime yang
menggunakan media sosial khususnya pernah terjadi pada media sosial facebook
media sosial facebook. di Indonesia antara lain:
103
Machsun Rifauddin, Arfin Nurma Halida: Waspada cybercrime dan informasi hoax pada media sosial facebook
104
KHIZANAH AL-HIKMAH Vol.6 No.2, Juli – Desember 2018
2008 tentang ITE ini berlaku untuk semua paling lama enam tahun dan/atau denda
orang yang memberikan suatu informasi paling banyak satu miliar rupiah. Ababila
yang memiliki unsur penghinaan. Oleh digeneralisasikan, ancaman pidana ini
karena itu, etika dalam berkomunikasi juga dapat menjerat seseorang yang
menggunakan media sosial harus tetap memberikan hyperlink ke sebuah situs
dijaga oleh segenap masyarakat. yang memiliki muatan berbau SARA
ataupun status facebook yang dianggap
3) Kasus Penyebaran kebencian mengandung SARA dan bisa juga
berdasarkan suku, agama, ras dan antar komentar-komentar di facebook yang
golongan (SARA) mengakibatkan kelompok, suku atau
agama lain terusik ketenangannya. Pada
Menurut laporan merdeka.com dalam kasus ini tidak terlalu banyak pihak yang
Mangadil (2016: 124) menyatakan bahwa dirugikan secara finansial/materi
status facebook salah seorang mahasiswa maupun ekonomi, namun yang jadi
inisial IRF pada 16 Maret 2010 memicu permasalahan adalah dampak yang
kemarahan masyarakat Bali, yang ditimbulkan. Penghinaan terhadap
mayoritas beragama Hindu. Sebab di saat kepercayaan atau agama dapat
mayoritas masyarakat Bali menggelar menimbulkan ketidaknyamanan atau
ritual Nyepi, ia malah menulis status yang bahkan kerusuhan antar umat beragama.
memicu konflik. Status tersebut langsung
menuai komentar kemarahan dari 4) Kasus Penyebaran Informasi bohong
sejumlah temannya di akun tersebut, (Hoax)
hingga akhirnya yang bersangkutan
menuliskan status terbaru yang Termasuk dalam ranah cybercrime yang
menyatakan permintaan maaf kepada paling familiar saat ini adalah penyebaran
seluruh masyarakat Bali, khususnya yang informasi bohong (hoax). Apabila
beragama Hindu. Namun sejumlah grup penyebaran informasi hoax ini
bermunculan yang menyatakan mengandung unsur-unsur pelanggaran
penentangan, dan salah satu grup sebagaimana dijelaskan pada UU ITE
menggalang dukungan untuk mengusir maka juga dapat dikenakan pidana. Kasus
IRF dari Bali. terbaru menimpa salah seorang dosen
Pegawai Negeri Sipil (PNS) Universitas
Kasus tentang SARA sebenarnya telah Sumatera Utara (USU). Direktorat
menjadi masalah besar masyarakat di Krimsus Subdit cybercrime Polda Sumatera
dunia, dan kasus seperti ini sangat sering Utara menangkap tersangka karena salah
terjadi di Indonesia mengingat satu postingan akun facebook yang
masyarakat Indonesia yang beraneka menyebutkan kalau 3 bom gereja di
ragam, terdiri dari banyak suku, ras, Surabaya hanyalah pengalihan isu hingga
golongan bahkan agama sehingga menjadi viral dan mengundang
memungkinkan terjadinya ketegangan perdebatan netizen karena diduga
antara golongan tersebut. Kata-kata dalam mengandung unsur ujaran kebencian
bentuk hinaan atau pencemaran nama (SARA) (TribrataNews, 2018).
baik dan dapat menimbulkan rasa
kebencian bagi seseorang atau golongan Masyarakat media cyber telah terbiasa
(SARA), dan dapat dikenakan Pasal 28 dengan segala teks yang cenderung hoax,
ayat (2) UU ITE dengan ancaman pidana sehingga sulit membedakan informasi
sebagaimana dijelaskan pada Pasal 45A mana yang benar dan yang bohong
ayat (2) UU ITE yaitu pidana penjara (Triartanto, 2015: 33). Meskipun tidak
105
Machsun Rifauddin, Arfin Nurma Halida: Waspada cybercrime dan informasi hoax pada media sosial facebook
106
KHIZANAH AL-HIKMAH Vol.6 No.2, Juli – Desember 2018
107
Machsun Rifauddin, Arfin Nurma Halida: Waspada cybercrime dan informasi hoax pada media sosial facebook
informasi yang ada di internet sangat Penilaian sejauh mana otoritas dan
banyak dan tanpa batas. Koleksi reputasi suatu informasi dapat
elektronik dengan internet bisa diakses dilakukan dengan pertanyaan berikut:
dengan fasilitas online, dan jumlahnya a) Siapa atau instansi apa yang
terus bertambah, dapat diakses dari mana mempublikasi informasi?
saja dan kapan saja. Alasan inilah yang b) Periksa domain situs dari institusi
mendasari tentang diperlukannya seleksi yang mempublikasi informasi
informasi melalui internet. Terdapat tersebut. Apakah doamin tersebut
beberapa faktor yang perlu diperhatikan termasuk domain yang dapat
dalam menyeleksi informasi dari internet, dipercaya (.edu, ac.[kode negara],
yaitu: .sch[kode negara], .gov atau
.go[kode negara]. Atau domain lain
1) Relevansi adalah penilaian tentang seperti .com, .co[kode negara], .org,
sejauh mana informasi yang dikandung .or[kode negara], .net, dan lain
suatu sumber informasi sesuai dengan sebagainya.
masalah yang akan dibahas. Penilaian c) Apakah ada informasi mengenai
ini dapat dilakukan dengan cara kualifikasi penulis ataupun
melihat judul, daftar isi, abstrak, dan lembaga yang mengeluarkan
pendahuluan atau tujuan suatu informasi?
sumber, baik tercetak maupun d) Apakah jelas siapa yang
noncetak, termasuk situs (Diao, 2010: mensponsori dan memlihara
51). konten situs tersebut?
2) Akurasi (accuracy) adalah menentukan e) Apakah ada informasi yang
keakuratan suatu informasi sering kali bernilai mendeskripsikan tujuan
menjadi alasan untuk mengkritisi suatu suatu lembaga ataupun lembaga
sumber informasi. Akurasi suatu yang mensponsori?
informasi selalu dikaitkan dengan f) Apakah ada cara untuk
orang yang menulis atau yang memverifikasi legitimasi halaman
bertanggung jawab atas informasi lembaga. Seperti terdapat nomor
tersebut, dan penjelasan keakuratan telepon atau alamat yang tersedia
sebuah informasi dalam website bisa untuk menghubungi dan
dilihat dalam menu about us, atau menanyakan informasi lebih lanjut?
profile, atau contact us (Cooke, 2001: 21). 4) Objektivitas (objectivity) adalah situs
3) Otoritas reputasi. Menurut Cooke yang terpercaya di dalamnya
(2001, 69) faktor utama untuk menilai menjelaskan tujuan dari situs tersebut.
otoritas dari suatu sumber informasi Misalnya, situs tersebut untuk siapa,
adalah pengetahuan dan keahlian digunakan untuk membahas apa, dan
penanggung jawab pembuat informasi. dibuat untuk apa. Informasi tersebut
Suatu sumber informasi umumnya dapat di lihat pada menu yang terdapat
memiliki otoritas jika ditulis oleh pada situs, sepeti about us (Diao, 2010:
seorang yang ahli, atau diproduksi oleh 51-52). Untuk mengidentifikasi tujuan
sebuah lembaga yang dikenal dari sebuah sumber, dapat dilakukan
berpengetahuan dan keahlian dalam dengan menggunakan pertanyaan
bidang tertentu. Otoritas terkait erat berikut:
dengan reputasi sumber informasi dan a) Apakah ada pernyataan yang
reputasi dari penanggung jawab yang menunjukkan tujuan dari situs
memproduksi informasi tersebut. tersebut?
108
KHIZANAH AL-HIKMAH Vol.6 No.2, Juli – Desember 2018
109
Machsun Rifauddin, Arfin Nurma Halida: Waspada cybercrime dan informasi hoax pada media sosial facebook
tersebut sesuai yang dijelaskan pada Pasal Doyle, T and John L. H. (2006). Net Cred:
45 ayat (1), Pasal 45 ayat (3) dan Pasal 45A Evaluating The Internet as a Research
ayat (2) UU ITE yaitu penjara paling lama Source. Reference Service Review,
enam tahun dan/atau denda paling Academic Research Library, 34 (1). 56-70.
banyak satu miliar rupiah. Setiap Diao, L. A, dkk. (2010). Literasi Informasi 7
pengguna internet dan media sosial Langkah Knowledge Management.
khususnya facebook harus melakukan Jakarta: Penerbit Universitas Atma
upaya yang dapat dilakukan untuk Jaya.
mencegah cybercrime diantaranya Firmansyah, R. (2017). Web Klarifikasi
dilakukan dengan cara melindungi Berita Untuk Meminimalisir
komputer dari virus, menjaga privasi, Penyebaran Berita Hoax. JURNAL
mengamankan e-mail, melindungi INFORMATIKA, 4 (2). 230-235.
Id/Account, membuat backup data, dan Ghosh. S. dan Turrini. E. (Ed). (2010).
selalu up to date terhadap informasi. Cybercrimes: A Multidisciplinary
mempertimbangkan etika berkomunikasi Analysis. New York: Springer.
yang baik dan seleksi informasi. Terdapat Goyal, S. (2012). Facebook, Twitter,
beberapa faktor yang harus diperhatikan Google+: Social Networking.
dalam menyeleksi sumber informasi dari International Journal of Social
internet, yaitu relevansi, akurasi, otoritas Networking and Virtual Communities
reputasi, objektivitas, kekinian (currency), (Int J SocNet & Vircom),1 (1). 16-18.
cakupan, bukti yang kuat, serta bahasa Hartina, S., Djatin, J dan Tupan, (2012),
dan gaya penulisan. Penelusuran Literatur. Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka.
Hazliansyah. (2012) Tuding Dihina di
DAFTAR PUSTAKA
Facebook, Rektor Polisikan Dosen.
APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Diakses 21 Desember 2017 dari:
Internet Indonesia). (2017). Infografis http://www.republika.co.id/berita/n
Penetrasi & Perilaku Pengguna Internet asional/umum/12/05/10/m3srs3-
Indonesia 2017. Diakses 26 April 2018 tuding-dihina-di-facebook-rektor-
dari: https://apjii.or.id/survei2017. polisikan-dosen.
Baskoro, D. G. (2010). “Effective Internet Jayanti, L, dkk. (2016). Analisa Pola
Research”, Seminar Workshop Literasi Penyalahgunaan Facebook Sebagai
Informasi untuk Trainer. Diakses 20 Alat Kejahatan Trafficking
Desember 2017 dari: Menggunakan Data Mining. E-journal
http://eprints.rclis.org/25690/. Teknik Informatika, 8 (1). 30-35.
Basuki, S. (2010). Materi Pokok Pengantar Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Universitas versi online. Diakses 21 Desember
Terbuka. 2017 dari: http://kbbi.web.id/.
Case, D. O. (2007). Looking for Information: Mangadil, D. M. (2016). Dampak Yuridis
A Survey of Research on Information Penggunaan Media Sosial Menurut
Seeking, Needs, and Behaviour. London: Undang-Undang Nomor 11 Tahun
Academic Press. 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Cooke, A. (2001). A Guide to Finding Elektonik”. Lex et Societatis, 4 (1). 120-
Quality Information on The Internet: 128.
Selection and Evaluation Strategies. Mansur, D. M. Arief dan Ghultom, E.
London: Facet Publishing. (2005). Cyber law-Aspek Hukum
Teknologi Informasi. Bandung: Refika
Aditama.
110
KHIZANAH AL-HIKMAH Vol.6 No.2, Juli – Desember 2018
Nur Hadi, W. (2006). Etika Berkomunikasi di Wahid, A dan Labib, M. (2005). Kejahatan
Dunia Maya dengan Netiquette. Diakses Mayantara (Cyber Crime). Jakarta: PT.
21 Desember 2017 dari: Refika Aditama.
eprints.uny.ac.id/7229/. Widodo. (2013). Memerangi Cybercrime
Puslitbang Hukum dan Peradilan (Karakteristik, Motivasi, dan Strategi
Mahkamah Agung RI. (2004). Naskah Penanganannya dalam Prespektif
Akademis Kejahatan Internet Kriminologi). Yogyakarta: Aswaja
(Cybercrimes). Jakarta: Mahkamah Pressindo.
Agung. We Are Social. (2018). Social Media Use
Poonia A. S. (2014). Cyber Crime: Jumps in Q1 Despite Privacy Fears.
Challenges and its Classification. Diakses 26 April 2018 dari
International Journal of Emerging Trends https://wearesocial.com/blog/2018/
& Technology in Computer Science 04/social-media-use-jumps-in-q1-
(IJETTCS), 3 (6). 119-121. despite-privacy-fears.
Proboyekti, U. (2014). Pengujian Hasil Yusup, M. P dan Subekti, P. (2010). Teori &
Pencarian di Internet. Diakses 22 Praktik Penelusuran Informasi. Jakarta:
Desember 2017 dari Kencana Prenada Media Group.
http://lecturer.ukdw.ac.id/othie/ind
ex.php?itemid=43.
Tempo.co. (2014). Sebar 10 Ribu Pornografi
Anak, Manajer Ditangkap. Diakses 21
Desember 2017 dari:
https://nasional.tempo.co/read/5712
09/sebar-10-ribu-pornografi-anak-
manajer-ditangkap.
Triartanto A. Y. (2015). Kredibilitas Teks
Hoax Di Media Siber. Jurnal
Komunikasi, VI (2). 33-36.
Tribrata News. (2018). Breaking News,
Polda Sumut Tangkap Oknum PNS
Dosen USU Karena Sebut Bom Surabaya
Sebagai Pengalihan Isu. Diakses 21 Mei
2018 dari:
http://tribratanews.sumut.polri.go.id
/2018/05/19/breaking-news-polda-
sumut-tangkap-oknum-pns-dosen-
usu-karena-sebut-bom-surabaya-
sebagai-pengalihan-isu/.
Windara, I M. A dan Sukranatha AA. K.
(2013). Kendala dalam
Penanggulangan Cybercrime Sebagai
Suatu Tindak Pidana Khusus. Kertha
Negara, 01(04).
Undang-Undang No.11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.
111