Anda di halaman 1dari 100

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Internet pertama kali dikembangan pada tahun 1969 oleh Departemen
Pertahanan Amerika Serikat dengan nama ARPANET (advanced Research Project
Agency).1 Penemuan ARPANET di temukan oleh seorang ilmuwan komputer
berkebangsaan AS bernama Leonard Kleinrock yang penemuanya di tuliskan di
dalam jurnal dengan judul “Information Flow in Large Communication Nets” (Aliran
Informasi dalam Jaringan Komunikasi Luas). Prinsip-prinsip yang di kemukakan di
dalam jurnal ini dijadikan prinsip di dalam suatu jaringan komputer. Dengan memiliki
misi awal yang sederhana, yaitu mencoba menggali teknologi jaringan yang dapat
menghubungkan para peneliti dengan berbagai sumber daya jauh seperti sistem
komputer dan basis data yang besar.2
Pada tahun 1972 Internet mulai di kenal, ARPANET berkembang sangat pesat
sehingga banyak universitas di Amerika yang ingin bergabung dalam jaringan Internet
awal ini. Di awal perkembangan, Internet hanya menawarkan layanan berbasis teks
meliputi remote access, email/messanging, maupun diskusi melalui news group
(Usenet). Penggunaan Internet yang kormersial dimulai pada 1994. Di Indonesia
sendiri Internet baru dapat di pergunakan secara komersil yang di pelopori oleh
IndoNet, Sebelumnya, beberapa perguruan tinggi seperti Universitas Indonesia telah
terlebih dahulu tersambung dengan jaringan Internet melalui gateway yang
menghubungkan universitas dengan network di luar negeri. Jaringan Internet di
Indonesia lebih dikenal sebagai paguyuban network yang dimana kekeluargaan sangat
terasa di antara pelakunya.3
Pemanfaatan Internet di Indonesia saat ini berkembang luar biasa. Internet
memberikan masyarakat kemudahan berlimpah sejak masuk ke Indonesia, masyarakat
pun semakin mudah terhubung untuk saling berinteraksi. Segala kemudahan yang
diberikan dari perkembangan teknologi terbukti dengan bertambah pesatnya jumlah
pengguna Internet di Indonesia yang di buktikan dengan Indonesia menduduki posisi
peringkat keempat pengguna Internet terbesar di Asia.

1
Iskandar, Panduan Lengkap Internet (Yogyakarta: Andi Offset, 2009), hlm. 1
2
Tracy LaQuey, Sahabat Internet, terjemahan Hans J.W (Bandung: ITB, 1997), hlm. 1-2.
3
Grairfhan Ramadhan, “ Modul Pengenalan Internet” (Online), tersedia di WWW:
http://directory.umm.ac.id/tik/pengenalan_internet.pdf (17 Februari 2019)

1
Gambar 1.1 : Indonesia Peringkat 4 Pengguna Internet Asia
Sumber : Internetworldstats.com
Berdasarkan data tersebut, dapat dipahami bahwa Indonesia berada di bawah
China, India dan Jepang dalam presentase jumlah pengguna Internet di Asia.
Teknologi pada Internet juga terus berinovasi tidak hanya remote access,
email/messanging Salah satunya dengan hadirnya teknologi model web 2.0 Teknologi
web 2.0 menghasilkan banyak aplikasi maupun teknologi baru yang bermunculan,
produk populer dari web 2.0 adalah munculnya berbagai macam website social media
dan blogs.4 Web 2.0 memberi peluang bagi penggunanya untuk lebih bebas
berkontribusi dalam dunia digital seperti mengemukakan pendapat atau opini,
mengunggah foto atau video, melakukan konferensi online, kolaborasi, hingga hadir
dalam dunia digital dengan permainan online.5
Kondisi ini akan membawa perubahan proses distribusi pesan, dimana media
baru mentransformasi pengalaman individu dan masyarakat tentang pesan media
untuk kemudian menjadi perpanjangan tangan manusia, media telah memperpendek
pandangan, pendengaran, dan sentuhan melalui ruang dan waktu disebut netizen.
Dalam dunia cyber, netizen dapat secara aktif memproduksi dan mendistribusikan
informasi, serta melakukan pembahasan selayaknya media massa.6 Media sosial
memberikan kemerdekaan seluas-luasnya bagi para pengguna untuk mengekspresikan
dirinya, sikapnya, pandangan hidupnya, pendapatnya, atau mungkin sekadar
menumpahkan curahan pikiran.7 Perubahan mendasar yang muncul dengan kehadiran
media baru, yakni adanya digitalisasi dan konvergensi atas segala aspek media,

4
Himawan, Arisantoso & Saefullah, “Penggunaan Teknologi Web 2.0 dan Dampak Perubahannya
pada Aplikasi Website berbasis Rich Internet Application (RIA)”. Jurnal Teknik Informatika, 1, 1-3.
5
Tom Funk, Web 2.0 and Beyond: Understanding the New Online Business Models, Trends, and
Technologies (United Stated of America: Praeger, 2009), hlm. 83
6
Apriadi Tambukara, Literasi Media (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 71
7
Vibriza Juliswara “Mengembangkan Model Literasi Media yang Berkebhinnekaan dalam
Menganalisis Informasi Palsu (Hoax) di Media Sosial” Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 4 No. 2, hlm.

2
interaktivitas dan konektivitas jaringan yang semakin meningkat, adanya mobilitas
dan delokasi untuk mengirim dan menerima Informasi.8 Media sosial mendukung
demokratisasi pengetahuan dan informasi. Kemajuan juga di ikuti dengan semakin
banyaknya pengguna media sosial di Indonesia yang di dukung oleh survey mengenai
jumlah pengguna media sosial di Indonesia.

Gambar 1.2 : Jumlah


Pengguna Media Sosial di Indonesia
Sumber : screenshoot We are Social
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh We Are Social yang bekerjasama
dengan Hootsuite, menyebutkan bahwa ada 130 juta orang Indonesia yang terbilang
aktif di media sosial. Bila dilihat dari jumlah pengguna internetnya, maka dapat
dikatakan seluruh pengguna Internet di Indonesia sudah mengakses media sosial. We
Are Social mengatakan 132,7 juta pengguna Internet, 130 juta diantaranya pengguna
aktif di media sosial dengan penetrasi 49%.9 Kemajuan teknologi dan informasi tidak
hanya memberikan dampak positif dengan menghadirkan berbagai kemudahan yang
mampu menjawab kebutuhan masyarakat akan informasi maupun pemanfaatan untuk
kepentingan sosial ekonomi melainkan juga menimbulkan dampak buruk jika
pemanfaatanya dilakukan untuk hal-hal negatif seperti menyebarkan hoax atau berita
bohong baik melalui media sosial, situs online, maupun aplikasi chatting. Data
kemenkominfo menyebutkan bahwa ada sekitar 800.000 situs di Indonesia yang telah
terindikasi sebagai penyebar berita bohong.10

8
Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa; Suatu Pengantar (Penerbit Erlangga: Jakarta) hlm. 153
9
Agus Tri Haryanto “130 Juta Orang Indonesia Tercatat Aktif Di Medsos” (Online) tersedia di
WWW :https://inet.detik.com/cyberlife/d-3912429/130-juta-orang-indonesia-tercatat-aktif-di-medsos
(7 Maret 2019)
10
Ayu Yuliani “Ada 800.000 Situs Penyebar Hoax Di Indonesia” (Online) tersedia di WWW:
https://kominfo.go.id/content/detail/12008/ada-800000-situs-penyebar-hoax-di-indonesia/0/
sorotan_media

3
Berita bohong atau lebih dikenal dengan isitilah hoax memiliki kategori
konten yang berhasil di identifikasi oleh kominfo berikut kategori jenis konten hoax
sekaligus presentase kategori jenis yang sering di terima dimasyarakat sebagai
berikut:

Gambar 1.3 : Jenis Hoax yang sering diterima


Sumber : Tirto.id
Jenis berita hoax yang paling sering diterima oleh masyarakat terkait dengan
isu sosial-politik, seperti pemerintah dan pemilu, terlihat dari 91,80 persen masyarakat
yang menyatakan hal ini. Selain isu tersebut, 88,6 persen masyarakat juga menyatakan
paling sering menerima berita tidak tepat tentang SARA. Selain itu, 41,20 persen
masyarakat juga menyatakan isu kesehatan sebagai jenis hoax yang paling sering
mereka terima. Tirto.id juga melakukan survei 92,40 persen masyarakat menyatakan
media sosial seperti Facebook, Twitter, maupun Instagram adalah saluran yang paling
sering menjadi medium mereka dalam menerima berita hoax.11 Dari semua jenis hoax
yang tersebar di media sosial menyebabkan beberapa hal negatif seperti membuat rasa
tidak aman, melahirkan kebencian, retaknya persaturan dan kesatuan, memicu
kekacauan dan kekerasan, dan menghilangkan nalar pembacanya.12 Melihat
persebaran hoax yang begitu banyak di media sosial dan dampak negatif dari hoax,
Pemerintah telah mengatur kedalam beberapa ketentuan hukum yang akan dikenakan
kepada seorang penyebar hoax, sebagai berikut :

11
Scholastica Gerintya "Hoax dan Bahaya Rendahnya Kepercayaan terhadap Media” (Online) tersedia
di WWW:https://tirto.id/hoax-dan-bahaya-rendahnya-kepercayaan-terhadap-media-cKAx
12
“Tool Kit Penanganan Hoax dan Disinformasi”

4
Tabel 1.1 Tabel Pengaturan Hoax
No. Undang-Undang Pasal
1 KUHP  Pasal 31013
 Pasal 31114
2 UU 1/1946  Pasal 1415
 Pasal 1516
3 UU-ITE  Pasal 28 Ayat 117
Hukum adalah keseluruhan peraturan mengenai tingkah laku yang berlaku
dalam kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan dengan suatu sanksi. Pelaksanaan
hukum tersebut juga dapat berlangsung secara formal dan damai tetapi juga dapat
terjadi karena pelanggaran hukum harus ditegakkan.18 Namun pengaturan mengenai
hoax yang telah di atur sedemikian rupa jika penegakan hukumnya kurang tegas dan
jelas terhadap hoax dan perbuatan tidak menyenangkan lainya di media sosial
seringkali menjadi pemicu banyak terjadinya penyebaran berita bohong tersebut.
Sebagai contoh kasus hoax mengenai petugas kebun binantang di Surabaya yang
menghamili orang utan. Dalam berita tersebut dihebohkan bahwa seorang penjaga di
kebun Binatang Surabaya (KBS) harus berurusan dengan kepolisian setempat usai di
duga melakukan tindakan seksual terhadap seekor orang utan bernama Marylin
hingga hamil. Penjaga yang dilaporkan berusia 38 tahun itu dinyatakan tidak dapat
mengelak lagi karena aksinya terekam CCTV di beberapa titik. Namun, oleh petugas
KBS yang diunggah oleh World AILY News Repor adalah berita bohong. Dari hasil
pemeriksaan yang sudah dilakukan, tidak ada nama staf di KBS bernama Akhiroel
13
(1) Barangsiapa sengaja merusak kehormatan atau nama baik seseorang dengan jalan menuduh dia
melakukan sesuatu perbuatan dengan maksud yang nyata akan tersiarnya tuduhan itu, dihukum karena
menista dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan bulan atau denda sebanyak- banyaknya Rp
4.500,- (2)Kalau hal ini dilakukan dengan tulisan atau gambar yang disiarkan, dipertunjukkan pada
umum atau ditempelkan, maka yang berbuat itu dihukum karena menista dengan tulisan dengan
hukuman penjara selama-lamanya satu tahun empat bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500,-
14
Barangsiapa melakukan kejahatan menista atau menista dengan tulisan, dalam hal ia diizinkan untuk
membuktikan tuduhannya itu, jika ia tidak dapat membuktikan dan jika tuduhan itu dilakukannya
sedang diketahuinya tidak benar, dihukum karena salah memfitnah dengan hukuman penjara selama-
lamanya empat tahun.
15
(1)Barang siapa, dengan menyiarkan berita atau pemberitahuan
bohong, dengan sengaja menerbitkan keonaran dikalangan rakyat, dihukum dengan hukuman penjara
setinggitingginya sepuluh tahun.(2) Barang siapa menyiarkan suatu berita atau mengeluarkan
pemberitahuan, yang dapat menerbitkan keonaran dikalangan rakyat, sedangkan ia patut dapat
menyangka bahwa berita atau pemberitahuan itu adalah bohong, dihukum dengan penjara setinggi-
tingginya tiga tahun.
16
Barang siapa menyiarkan kabar yang tidak pasti atau kabar yang berkelebihan atau yang tidak
lengkap, sedangkan ia mengerti setidak- tidaknya patut dapat menduga, bahwa kabar demikian akan
atau mudah dapat menerbitkan keonaran dikalangan rakyat, dihukum dengan hukuman penjara
setinggitingginya dua tahun.
17
(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang
mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.
18
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, (Jakarta : Grafika Indah, 1996), hlm.30.

5
Yahya. Heri juga mengatakan situs berita tersebut kemungkinan sengaja membuat
berita bohong(hoax) untuk menyerang atau mencemarkan nama baik dari KBS.
Contoh kasus di atas terbukti bahwa banyaknya dampak negatif dari
perkembangan teknologi dan tidak semua informasi yang diperoleh berpengaruh
positif bagi setiap pembacanya. Perkembangan teknologi yang dikenal dengan
sebutan Internet telah mengubah pola interaksi masyarakat. Kemajuan teknologi
informasi khususnya di dunia digital sudah digunakan masyarakat sebagai alat untuk
memperoleh informasi dan kepentingan politik lainya. Di dalam penyebaran berita
bohong juga memiliki kategori masing-masing ada beberapa jenis contohnya hoax
jenis politik sosial, hoax jenis SARA, hoax jenis kesehatan dll. Jika di lihat dari
presentase hoax politik selalu menduduki peringkat pertama untuk jenis hoax yang
paling sering di terima masyarakat Indonesia.
Presentase isu politik mencapai 91,80 persen menduduki peringkat pertama
jenis hoax yang sering diterima, jenis hoax politik yang dimaksud berupa kabar
bohong menyasar pasangan calon presiden dan wakil presiden, partai politik peserta
pemilu, dan penyelenggara pemilu. Seharusnya penggunaan media sosial dapat
digunakan sebagai sarana meningkatkan kualitas demokrasi di Indonesia bukan
menciderai semangat demokrasi.19 Dalam politik khususnya penggunaan media sosial
dapat mempengaruhi lanskap partai politik pertama, sosial media meningkatkan
kompetisi partai. Kedua, sosial media memfasilitasi adanya interaksi antara partai
politik, kandidat, dan pendukung. Ketiga, adapatasi kelembagaan partai politik yaitu
adanya pergeseran bentuk aktifitas politik ke sosial media yang membawa banyak
dampak positif untuk partai kecil hingga partai-partai besar. 20 Contoh kemenangan
penggunaan media sosial dengan bijak sebagai sarana kampanye politik dapat
membuat Obama memimpin Amerika Serikat hanya dengan penggunaan teknologi.
Hal ini menjadi jelas bahwa alat online memainkan peran penting dalam membentuk
opini publik dan pengaturan agenda politik.21
Di Indonesia sendiri media sosial telah resmi menjadi salah satu sarana
kampanye politik yang telah di atur didalam UU-Pemilu Pasal 275 ayat (1) huruf e.22

19
Jakob Oetama, Pers Indonesia: Berkomunikasi dengan Masyarakat Tidak
Tulus (Jakarta: Penerbit Kompas, 2001), Hlm. 85
20
Andrew Chadwick, Routledge Handbook Of Internet Politic (USA: Taylor & Francis Group, 2009),
hlm. 3
21
Fajlurrahman Jurdi, Pengantar Hukum Pemilihan Umum (Jakarta: Kencana, 2018), hlm. 208
22
(1) Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 267 dapat dilakukan melalui: e. media
sosial;

6
Namun kehadiran atau digunakanya media sosial secara terbuka dalam kampanye
oleh partai politik pengusung organisasi masyarakat, pelaku bisnis, elit politik
maupun simpatisan membawa konsekuensi menjadikan media sosial hadir sebagai
ruang pertarungan berbagai macam aktor dengan membawa berbagai kepentingan.
Media sosial menjadi seperti “medan perang” yang di dalamnya meliputi seluruh
elemen masyarakat yang tidak hanya menjadi penonton, tetapi memungkinkan mereka
ikut berpartisipasi di mesia sosial.23 Di sisi lain media sosial menyediakan saluran
komunikasi untuk pendukung, alat yang dekat dan ramah bagi pengguna untuk
mengatur kelompok pendukung dan target pemasaran oleh karena itu berdasarkan
kegunaan diatas, maka dampaknya dapat dilihat dua aspek yaitu keterlibatan politik
dan keputusan memilih.24
Melihat fakta bahwa media sosial seringkali juga disalah gunakan oleh orang-
orang yang tidak bertanggung jawab dengan menyebarkan hoax mengenai para
pasangan capres dan cawapres maupun yang terkait partai politik peserta pemilu.
Hoax kategori isu sosial politik ini juga dapat di indikasi sebagai black campaign
yang sangat berpengaruh dalam merubah budaya demokrasi di negara kita karena
jenis kampanye ini dilakukan untuk menjatuhkan kandidat lainnya dengan hoax yang
menimbulkan propaganda, Hal itu tentu sangat bertentangan dengan asas asas
pelaksanaan pemilu terutama asas jujur dan adil. Hoax sosial politik menjadi pemicu
maraknya konfrontasi di media sosial. Ekspresi politik, saling hujat, saling bela
pilihan politik dan merendahkan pilihan lain yang awalnya di dunia nyata, kini
bergeser ke dunia maya. Tidak heran kemudian intensitas hoax politik begitu viral di
media sosial.25 Beberapa contoh hoax politik yang tersebar di dunia maya selama
masa kampanye pemilu seperti Jokowi yang di isukan PKI yang di posting oleh
Admin Instagram @sr23_official yang diketahui pelaku bernama Jundi dengan
diunggahnya foto jokowi yang sedang berpose hormat dengan menambahkan
lambang palu arit dan tulisan ‘JOKOWI ADALAH SEORANG KOMUNIS’ polisi
menerangkan udah setahun mengintai pergerakan akun-akun Instagram Jundi.
Diketahui, Jundi mengelola akun suararakyat23, suararakyat23id, suararakyat23ind,

23
Pratama et al., “Kandidat Pilkada Jakarta di Media Sosial” (online)
http://www.cnnindonesia.com/kursi panasdki1/20161116223321-522- 173144/perang-kandidat-
pilkada- jakarta-di-media-sosial/ (19 Maret 2019)
24
sodoval almazan & valle- cruz 2018
25
Legionosuko Tri dan Setyo Harnowo “Dinamika Fake News Atau Hoax Sebagai Sumber Konflik
Horisontal Pada Pilkada Propinsi Dki Tahun 2017” Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik Vol. 3
No. 3, hlm. 117.

7
sr23.official, sr23official, sr23_official, suararakyat23_ind dan srct_dta. Akun-akun
tersebut adalah reinkarnasi dari akun-akun yang di buat oleh pelaku. Follower akun
instagram yang dibuat oleh jundi mencapai 100 ribu followers asli, sudah beberapa
kali akun di suspend karena yang bersangkutan melanggar standar dari yang
diberlakukan dalam penggunaan medsos. Namun setelah akunnya di-suspend, pelaku
membuat akun lagi.26
Hoax politik juga menyerang Prabowo Subianto informasi yang beredar
mengenai surat pemberitahuan dimulainya Penyidikan (SPDP) untuk Prabowo
Subianto sebagai tersangka kasus makar tidak tepat. Wakil Ketua Umum Partai
Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad menampik terbitnya Surat Perintah Dimulainya
Penyidikan (SPDP) atas nama Prabowo Subianto terkait kasus makar. SPDP yang
beredar luas itu merupakan SPDP Eggy Sudjana, tersangka kasus dugaan makar.
Dalam SPDP itu status Prabowo adalah terlapor bukan tersangka. Hoax yang tersebar
di media sosial twitter dan facebook dengan akun @superUnknownn.27
Tidak hanya menyerang negara berkembang seperti Indonesia namun hoax,
juga menyerang Negara maju pada saat pemilu seperti Amerika Serikat, yang
menerpa Hillary Clinton dengan tersebarnya gambar Hillary Clinton yang konon
mengenakan wajah hitam, di samping Bill Clinton yang tersenyum. Gambar itu
awalnya menyebar melalui melalui tautan dari sebuah situs yang sudah dihapus, cerita
berlanjut untuk dihapus oleh beberapa blog yang menyebarkan berita palsu. Foto
“Clinton” jelas bukan dirinya. Wanita berwajah hitam memiliki mata coklat
sedangkan Clinton memiliki mata biru. Dan bill Clinton secara signifikan lebih tinggi
dari pada istrinya, sementara pasangan dalam gambar memiliki perbedaan tinggi
badan yang lebih kecil. Selain itu, pria dalam gambar ini bahkan tidak terlalu mirip
dengan Bill Clinton. 28
Di Amerika media massa menjadi sumber utama informasi
politik. Jika pemilih mengalami kesulitan bagaimana cara memilih dan siapa akan
dipilih, mereka akan kembali kepada media, “Mass media as the primary source of
political information.”

26
Audrey Santoso, “Posting Hoax Jokowi PKI, Admin IG sr23_official Ditangkap”
https://news.detik.com/berita/d-4314237/posting-hoax-jokowi-pki-admin-ig-sr23official-ditangkap
27
Muhammad Khairil “[SALAH] SPDP Prabowo Subianto Tersangka Makar”
https://turnbackhoax.id/2019/05/21/salah-spdp-prabowo-subianto-tersangka-makar/
28
Will Sommer “Hillary Clinton Blackface Hoax Explodes After Virginia Scandals” (online) tersedi
di WWW: https://www.thedailybeast.com/hillary-clinton-blackface-hoax-explodes-after-virginia-
scandals (15 Maret 2019)

8
Hoax politik yang mengandung isu pemilu memiliki dampak negatif. Pertama,
Merugikan pemilih dan juga para peserta pemilu, baik partai politik, calon anggota
legislatif, maupun pasangan calon presiden dan wakil presiden. Kedua, Hoax
berpotensi menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggara
pemilu, yang berujung pada menurunya partisipasi pemilih. Ketiga, Masifnya berita
hoax dalam kampanye berpeluang memunculkan konflik horizontal di masyarakat
jelang pemungutan suara.29 Hoax tidak akan terlepas dari media sosial khususnya
platform dimana berita/informasi di unggah, hoax paling banyak ditemukan di
platform Facebook (82,25%), WhatsApp (56,55%), dan Instagram (29,48%).Beberapa
langkah yang dilakukan platform agar masyarakat tidak terjebak dalam berita bohong
yang berpotensi menjatuhkan kandidat-kandidat peserta pemilu legislatif maupun
eksekutif. Platform penyebaran hoax pada saat pemilu juga telah mengambil tindakan
untuk membantu memerangi permasalahan-permasalahan yang ada. Seperti Facebook
menjalin kemitraan dengan organisasi third-party fact-checking yang bertugas
memeriksa fakta.30 Whatsapp yang membatasi forward pesan hanya bisa lima kali.31

Tabel 1.1 Peran Penyelenggara


Platform Pencegahan Penyelenggara
Facebook32  Mempersulit para kreator hoax untuk menerima insentif ekonomi di

29
Rani Diah Anggraini, “hoax dan hate speech, representasi negative kebebasan berpendapat” Jurnal
Ilmu Komunikasi, hlm. 2.
30
Agustin Setyo Wardani, “Basmi Hoax hingga Akun Palsu, Ini Upaya Facebook Lindungi Pemilu”
(online) tersedi di WWW: https://www.liputan6.com/tekno/read/3424255/basmi-hoax-hingga-akun-
palsu-ini-upaya-facebook-lindungi-pemilu (15 Maret 2019)
31
Fino Yurio Kristo, “WhatsApp Batasi Forward Pesan Hanya 5 Kali” (Online) tersedi di WWW:
https://inet.detik.com/law-and-policy/d-4394102/whatsapp-batasi-forward-pesan-hanya-5-kali (15
Maret 2019)

9
Facebook
 Facebook adalah kemitraan dengan organisasi third-party fact-
checking yang bertugas memeriksa fakta.
 Menghapus akun-akun palsu
 Menggunakan perangkat investigasi baru, sehingga kini pihaknya bisa
proaktif mencari tipe kegiatan terkait pemilu yang mungkin berbahaya
Twitter33  Twitter memiliki fitur Report Tweet untuk melaporkan tweet yang
negatif

Instagram34  Fitur untuk menyaring komentar secara global


 Instagram memiliki fitur Report untuk konten spam atau konten yang
tidak pantas.
WhatsApp35  Membatasi forward pesan sampai lima kali.
Peran penyelenggara sebagaimana telah di sebutkan ke dalam tabel di atas
yang telah di berlakukan di seluruh dunia termasuk Indonesia. Fitur-fitur yang di
berlakukan platform untuk membantu melindungi pemilu dari hoax juga tidak akan
mampu membendung permasalahan di internet karena itu perlu peran pemerintah
yang mengatur terkait kampanye hitam dengan cara penyebaran hoax Kampanye
hitam seperti itu dapat dijerat dengan UU-ITE Pasal 2836 dan Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana Pasal 14 dan Pasal 15
Untuk hoax politik yang yang dapat terindikasi black campaign yang
meresahkan masyarakat demi kepentingan tertentu yang menguntungkan
kelompoknya, ini memiliki latar belakang kepentingan politik, ekonomi, maupun
ideologi. Isu-isu yang beredar tidak terlepas dari kepentingan elite tertentu dan
mereka punya agen mobilisasi isu dan mobilisasi massa untuk mempengaruhi opini
masyarakat, permasalahan hoax beredar secara liar dan hoax yang dominan terkait isu
sosial politik, hoax sosial politk dapat mempengaruhi suara pemilih dan menghasilkan
stigma buruk kepada lawan politik. Dalam proses penanggulangan pelaksanaan

32
Agustin Setyo Wardani, “Basmi Hoax hingga Akun Palsu, Ini Upaya Facebook Lindungi Pemilu”
(online) tersedi di WWW: https://www.liputan6.com/tekno/read/3424255/basmi-hoax-hingga-akun-
palsu-ini-upaya-facebook-lindungi-pemilu (15 Maret 2019)
33
Yunita, “Ini Cara Mengatasi Berita “Hoax” di Dunia Maya” (Online) tersedi di WWW:
https://kominfo.go.id/content/detail/8949/ini-cara-mengatasi-berita-hoax-di-dunia-maya/0/
sorotan_media (15 Maret 2019)
34
Wahyunanda Kusuma Pertiwi, “Instagram Bisa Saring Komentar Negatif dalam Bahasa Indonesia”
(Online) tersedi di WWW: https://tekno.kompas.com/read/2018/12/13/10310017/instagram-bisa-
saring-komentar-negatif-dalam-bahasa-indonesia (15 Maret 2019)
35
Fino Yurio Kristo, “WhatsApp Batasi Forward Pesan Hanya 5 Kali” (Online) tersedi di WWW:
https://inet.detik.com/law-and-policy/d-4394102/whatsapp-batasi-forward-pesan-hanya-5-kali (15
Maret 2019)
36
Pasal 28 (1)  Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik. (2)  Setiap Orang
dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa
kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku,
agama, ras, dan antargolongan (SARA).

10
pemilu yang memerangi kampanye hitam dengan cara hoax ada tiga komponen
lembaga penyelenggara Pemilu yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU). Lembaga
independen yang dibentuk oleh pemerintah untuk menyelenggarakan Pemilu dan
didampangi lembaga pengawas yang independen yaitu Badan Pengawas Pemilu
(Bawaslu).37 Komponen kedua dalam penyelenggaraan Pemilu adalah pemerintah
untuk melaksanakan administrasi dan dokumentasi di ketiga lembaga tersebut.
Komponen lainnya adalah masyarakat sebagai peserta Pemilu, Pengelompokan yang
terbesar dan formal adalah partai politik yang dimana warga negara dapat
menyalurkan aspirasinya atau dapat mencalonkan dirinya menjadi wakil rakyat atau
menjadi pemimpin. Tiga komponen atau stake holders yaitu pemerintah, masyarakat
dan partai-partai politik merupakan sasaran atau target yang harus dikoordinasikan
dan dikendalikan oleh KPU agar tercapai suatu penyelenggaraan Pemilu yang
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Berikut tugas KPU, Bawaslu, dan
Kominfo dalam pelaksanaan menangkal hoax Pileg dan Pilpres :38

Tabel 1.4 Tugas KPU dan Bawaslu


KPU Bawaslu Kominfo

37
Gani Bazar “Menciptakan Pemilu yang berkualitas” (Online) tersedi di WWW:
https://www.kompasiana.com/ganibazar/54f6b881a333112e5e8b46b2/menciptakan-pemilu-yang-
berkualitas (15 Maret 2019)
38
Agus Tri Haryanto “Mengungkap Peran Kominfo, Bawaslu, dan KPU Tangkal Hoax Pilpres”
(Online) tersedi di WWW: https://inet.detik.com/cyberlife/d-4409260/mengungkap-peran-kominfo-
bawaslu-dan-kpu-tangkal-hoax-pilpres (15 Maret 2019)

11
a. Menyediakan informasi a. Menyediakan hasil a. Menindaklanjuti rekomendasi
terkait data tim kampanye, pengawasan Pemilihan Umum laporan hasil pengawasan
pelaksana kampanye, petugas tentang konten internet yang terkait konten internet dalam
kampanye, dan juru melanggar peraturan pelaksanaan Pemilihan Umum
kampanye, dan perundang-undangan yang b. Melakukan penanganan
b. Menyediakan informasi berlaku; konten internet yang melanggar
akun media sosial peserta b. Menyediakan data laporan ketentuan peraturan
pemilihan umum yang telah masyarakat terkait akun yang perundang-undangan dalam
didaftarkan kepada pihak memuat inforamsi yang pelaksanaan Pemilihan Umum
kedua. melanggar perundang- Tahun 2019, dan
undangan tentang Pemilihan c. Melakukan sosialisasi dan
Umum; edukasi dalam manajemen dan
c. Menyediakan analisis hasil pengawasan penggunaan
pengawasan terkait media internet terkait materi
sosial dalam kampanye kampanye sesuai dengan
pemilihan umum, dan kewenangan para pihak.
d. Memfasilitasi kegiatan
koordinasi antarlembaga dalam
menunjang manajemen dan
pengawasan konten internet
dan milihan umum di internet.

Peraturan yang di tegakkan ialah pasal 280 39 UU-Pemilu 7/ 2017, pasal ini
yang menjadi pedoman untuk melakukan untuk mengantisipasi kampanye hitam yang
bermuatan hoax, Di sisi lain kominfo tidak pernah berhenti menggalakkan
pemblokiran. Mereka memakai mesin crawling untuk melihat data dan memblokir
konten yang bertentangan dengan undang-undang, lalu Bawaslu turut mengawasi
hoax di berbagai platform media sosial dalam Pemilu 2019. Dengan menggandeng
beberapa aplikasi platform bawaslu sekarang memiliki kewenangan untuk memblokir
akun yang menyebarkan hoax pada saat pilkada serentak, dengan Sembilan aplikasi
antara lain Facebook, Twitter, Instagram (IG), BBM Indonesia, Liveme, Bigo, Line,
dan Google.40 Namun setelah berkolaborasi bersama Sembilan platform bawaslu tetap
kerap menemui kesulitan dalam mengawasi media sosial, karena minimnya pelaporan
dengan format yang benar, pengawas juga sering menemukan akun-akun yang
menghilang meski sudah dilaporkan karena dugaan kampanye hitam. 41 untuk
mengantisipasi kampanye bermuatan negatif peserta pemilu di dalam Peraturan KPU
No. 23 Tahun 2018 pasal 35 bagian keenam mengatur bagaimana ketentuan

39
Pelaksana, peserta, dan tim Kampanye Pemilu dilarang
40
Audrey Santoso, “Cegah Hoax Pilkada, Bawaslu Bisa Minta Bigo dkk Blokir Akun Bandel” (Online)
tersedi di WWW: https://news.detik.com/berita/d-3903944/cegah-hoax-pilkada-bawaslu-bisa-minta-
bigo-dkk-blokir-akun-bandel (20 Maret 2019)
41
Lulu Rahadian, “Bawaslu Laporkan 2 Akun Pelanggar Kampanye ke Perusahaan Medsos” (Online)
tersedi di WWW: https://tirto.id/bawaslu-laporkan-2-akun-pelanggar-kampanye-ke-perusahaan-
medsos-cG71 (20 Maret 2019)

12
penggunaan media sosial sebagai metode kampanye. Di dalam pasal 35 KPU
membatasi setiap peserta pemilu hanya boleh memiliki akun media sosial yang
digunakan untuk kampanye paling banyak 10 akun.Namun KPU tidak mengatur
mengenai penyebaran konten kampanye, yang bisa saja dilakukan oleh orang di luar
tim kampanye, atau oleh buzzer politik musiman yang muncul lima tahun sekali yang
juga harus mendapat perhatian khusus.42 Meski telah diatur sedemikian terkait
pendaftaran akun resmi hal-hal buruk yang nantinya dilakukan oleh simpatisan yang
tidak terverifikasi lalu menyerang lawan politik lain atau menebar isu-isu sensitif
yang mengancam keutuhan dalam berbangsa dan bernegara tetap harus ditindak tegas
didasarkan peraturan yang ada di Indonesia. Di Negara asia lain seperti Singapore
juga telah mengesahkan rancangan undang-undang (RUU) untuk menjerat publikasi
berita bohong atau palsu (hoax), serta mengizinkan pemerintah memblokir dan
memerintahkan penghapusan konten tersebut. RUU itu melarang kepalsuan yang
merugikan Singapura atau cenderung mempengaruhi pemlihan umum dengan
memerintahkan para penyedia layanan untuk menghapuskan konten semacam itu dan
mengizinkan pemerintah memblokirnya. Para pelaku bisa dipenjara sampai 10 tahun
dan denda sampai 1 juta dolar Singapura (Rp 10,5 miliar).43
Tidak hanya Asia yang giat mengatur mengenai berita bohong di Negara
Eropa seperti German juga telah memberlakukan sejak 1 Januari 2018 yang di adopsi
pada tahun 2017, media sosial dan portal diharuskan menghapus konten yang di
anggap ofensif atau ilegal dalam 24 jam, berdasarkan keputusan oleh badan
administrasi publik yang kompeten, diawasi oleh pemerintah federal. Undang-undang
ini tidak menjamin prosedur cepat atau efektif untuk mengajukan banding terhadap
keputusan semacam itu, juga tidak menetapkan kriteria yang jelas untuk memutuskan
apakah konten yang diblokir tidak pantas.44
Seperti yang dibahas sebelumnya bahwa media sosial bisa menjadi alat untuk
mendewasakan demokrasi kita dengan baik jika kita menggunakannya dengan bijak,
namun bisa menjadi sebaliknya jika penggunaan media sosial digunakan dengan cara

42
Diani Hutabarat, “Mengatur kampanye di media sosial” (Online) tersedi di WWW:
https://kominfo.go.id/content/detail/14795/mengatur-kampanye-di-media-sosial/0/sorotan_media (20
Maret 2019)
43
Natasia Christy Wahyuni “Singapura Sahkan RUU Anti-Hoax” (Online) tersedi di WWW:
https://www.beritasatu.com/dunia/553444/singapura-sahkan-ruu-antihoax
44
Anthony Faiola dan Stephanie Kirchner, “How do you stop fake news? In Germany, with a law”
(Online) tersedi di WWW: https://www.washingtonpost.com/world/europe/how-do-you-stop-fake-
news-in-germany-with-a-law/2017/04/05/e6834ad6-1a08-11e7-bcc2-7d1a0973e7b2_story.html?
utm_term=.b6a1e5e3626a ( 20 Maret 2019)

13
yang tidak bijak, yang menyebabkan permasalahan-permasalahan di dunia siber
seperti yang telah disebutkan di atas, di perlukanya Tata Kelola internet dalam aspek
Politik, Tata kelola Internet menjadi sesuatu yang krusial dalam era di mana Internet
telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat baik secara global maupun
di Indonesia.45
Pada hakikatnya Tata Kelola Internet memerlukan kolaborasi multi
stakeholder, yaitu akedemisi, bisnis, praktisi (hacker, programmer, dsb) dan
pemerintah. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa ruang lingkup dan cakupan dari
internet yang begitu luas sehingga tidak mungkin dipegang oleh beberapa pihak saja.
Untuk mengukuhkan eksistensi tata kelola internet dunia, maka dibentuknya IGF atau
Internet Governance Forum (IGF) global di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa pada
tahun 2006.46 Di Indonesia Tata Kelola Internet Indonesia atau Indonesia Internet
Governance Forum (ID-IGF) ini, posisi yang menjebatani atau mewakili komunitas
internet seluruh Indonesia atau semua stakeholder atau dapat disebut pula multi-
stakeholder secara keseluruhan. IGF tidak mengambil keputusan, melainkan
memberikan inspirasi kepada mereka yang punya kapasitas. Dalam mengatasi
penyebaran kampanye hitam dengan muatan hoax diperlukanya peran dari masing-
masing stakeholder. Masyarakat kita terlanjur menggunakan gadget dan media sosial,
tapi banyak yang belum mengetahui rambu-rambunya baik dari sudut pandang
budaya, agama, hukum. Kita sudah memiliki budaya lokal yang sesungguhnya
menentang penyebaran berita bohong dan kebencian. Kita memiliki agama-agama
besar yang melarang penyebaran hoax. Bahkan MUI secara khusus mengeluarkan
fatwa Pedoman Bermuamalah di Media Sosial dan Kita juga sudah punya KUHP &
UU ITE.
Menggalakkan gerakan literasi digital, dengan mendorong konten positif yang
mewarnai media sosial, dan memahamkan masyarakat bagaimana supaya tidak
termakan berita hoax. Hal ini tidak cukup dilakukan secara sporadis, ataupun oleh
para komunitas literasi digital dan komunitas anti hoax. Karena masyarakat sudah
terlanjur menggunakan gadget dan media sosial sehari-hari, maka tidak ada cara lain,
kecuali setiap guru, dosen, ustadz, tokoh agama, ikut menyisipkan materi tentang
literasi digital di sekolah, masjid dan tempat ibadah. Dengan ajakan untuk mengisi

45
Jovan Kurbalija, Tata Kelola Internet( Jakarta:APJII-www.apjii.or.id, 2011) hlm. 1
46
Bambang Pratama “Kuliah Tamu Tentang Tata Kelola Internet” (Online) tersedi di WWW:
http://business-law.binus.ac.id/2018/05/24/kuliah-tamu-tentang-tata-kelola-internet/ (20 Februari 2019)

14
ruang publik di media sosial dengan berita dan cerita yang positif dan menginspirasi,
bukan untuk saling mencaci dan saling membenci. Keterlibatan aktor intelektual yang
ikut mengacaukan media sosial harus juga diusut tuntas, dan dilakukan penegakan
hukum. Bahwa di era demokrasi kita, semua boleh berkompetisi. Namun ketika
berkompeitisi, gunakanlah strategi positif, bukan dengan menghalalkan segala cara,
termasuk dengan membiarkan hoax merajalela. Jika elit bisa pandai bersikap, niscaya
masyarakat juga segan untuk melanggar norma.
Berdasarkan keterangan di atas, untuk itulah penelitian mengenai
permasalahan kampanye hitam dengan cara menyebarkan hoax yang dilakukan oleh
oknum-oknum diluar sana maupun dari elit partai politik ini dibuat dengan judul
penelitian: Pengaturan Hoax Pemilu dalam Hukum Positif.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan di dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaturan hoax di dalam hukum positif?
2. Bagaimana pengaturan hoax terkait pemilu?
3. Apakah tata kelola internet sudah mengatur mengenai permasalahan hoax di
Internet?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penulisan
Tujuan dilakukanya penelitian tentang permasalahan hoax dan yang disebabkan dari
adanya kampanye politik di Internet, maka penulisan ini memiliki tujuan yang ingin
dicapai antara lain :
1. Tujuan khusus, Penulisan ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana
pengaturan Undang-Undang mengenai pengaturan hoax dan pengaturan hoax
jenis politik yang digunakan sebagai sarana kampanye hitam selama masa
pemilu yang berakibat memberikan dampak negatif di masyarakat. Untuk
mengetahui bagaimana penegakan hukum dari pengaturan semua jenis hoax
dan penegakan hukum untuk jenis hoax politik dan mengetahui bagaimana
tata kelola Internet untuk mengatur hoax di dunia digital
2. Tujuan Umum, Penulisian ini dilakukan ini selain salah satu syarat kelulusan,
untuk menambah wawasan baik untuk hukum cyber, dan peran pemerintah
maupun penyelenggara.

15
Selain memiliki tujuan penelitian, penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan
maanfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
selain untuk penulis namun memberikan manfaat bagi dunia pendidikan
khususnya dalam bidang hukum siber.
2. Manfaat Praktis Memberikan sumbangan bagi praktisi, yaitu para penegak
hukum siber, platform digital, partai politik dalam permasalahan hoax pemilu.
1.4 Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu usaha untuk menganalisa serta mengadakan
konstruksi secara metodologis, sistematis dan konsisten. Penelitian merupakan sarana
yang digunakan untuk memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu.
pengetahuan.47 Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan
pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari
satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya. Selain itu,
juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum, untuk kemudian
mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di
dalam gejala yang bersangkutan.48
1.4.1 Jenis Penelitian
Permasalahan yang telah dirumuskan di atas akan dijawab atau dipecahkan
dengan menggunakan metode Pendekatan Yuridis Empiris adalah pendekatan
kepustakaan yang berpedoman pada peraturan-peraturan, buku-buku atau literatur-
literatur hukum serta bahan-bahan yang mempunyai hubungan permasalahan di
pembahasan dalam penulisan skripsi ini.49 Pendekatan yuridis (hukum dilihat sebagai
norma atau das sollen), karena dalam membahas permasalahan penelitian ini
menggunakan bahan-bahan hukum (baik hukum yang tertulis maupun hukum yang
tidak tertulis atau baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder).
Pendekatan empiris (hukum sebagai kenyataan sosial, kultural atau das sein), karena
dalam penelitian ini digunakan data primer yang diperoleh dari lapangan. Jenis
penelitian ini yaitu penelitian yuridis empiris yaitu penelitian terhadap efektivitas
hukum, yang membahas bagaimana hukum beroperasi dalam masyarakat. Faktor-

47
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 3.
48
Ibid. Soerjono Soekanto, hlm. 43.
49
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Ghalia Indonesia: Jakarta,
2001), hlm 10.

16
faktor yang mempengaruhi hukum itu berfungsi dalam masyarakat, yaitu (1) kaidah
hukum/peraturan itu sendiri; (2) petugas/penegak hukum; (3) sarana atau fasilitas
yang digunakan oleh penegak hukum; (4) kesadaran masyarakat.50
Pemilihan jenis pendekatan secara yuridis empiris karena penelitian ini
berhubungan dan bertitik tolak pada segi-segi hukum positif atau hukum yang
berlaku saat ini, yang berupa ketentuan peraturan perundang-undangan dan ketentuan
lainya yang kemudian dihubungkan dengan praktek yang terjadi di lapangan.
Penelitian ini dilakukan dengan mengkaji keberlakuan peraturan-peraturan hukum
mengenai pelaksanaan kampanye pemilu di dalam media sosial dengan berlakunya
UU-Pemilu No. 7 Tahun 2017 yang menjadikan media sosial sebagai sarana
kampanye dan didukung oleh peraturan KPU No. 23 Tahun 2018 dan peraturan
Bawaslu No. 28 Tahun 2018 yang nantinya pengaturan ini mampu mengawal
demokrasi digital saat ini, dan di kaitkan dengan UU-ITE terkait hal-hal buruk yang
nantinya dilakukan oleh simpatisan yang tidak terverifikasi lalu menyerang politik
lain dan menimbulkan perpecahan dari pemberlakuanya Pasal 275 UU-Pemilu. Dalam
empiris ada dua cara yaitu dengan melakukan observasi website mencakup media
sosial yang digunakan oleh para pasangan calon dan juga survey lapangan dengan
kuesioner yang akan di sebarkan di lingkungan business law.
1.4.2 Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, suatu metode yang berfungsi untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data
atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.51 dimaksudkan untuk memberikan
kajian terhadap pengaturan hoax maupun hoax terkait pemilu dan akan membantu
pelaksanaan pemilu yang kondusif tanpa hoax dan pembodohan massal akibat
perkembangan teknologi informasi.
1.4.3 Sumber Data
Secara umum, maka di dalam penelitian biasanya dibedakan antara yang
diperoleh secara langsung dari masyarakat dan dari bahan pustaka. Yang diperoleh
dari masyarakat dinamakan data primer atau data dassar dan yang kedua diberi nama
data sekunder, berikut jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
data sekunder :
50
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum (Jakarta : Sinar Grafika, 2011), hlm. 31
51
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2009)hlm. 29

17
Tabel 1.5 Sumber Data
Bentuk Data Nama Data Sumber Teknik
Pengumpulan

Primer Fakta di lapangan Survey Kuesioner Studi Lapangan


Sekunder Peraturan hoax terkait - UU-Pemilu No. 7 Studi Kepustakaan
pemilu Tahun 2017
- PKPU No. 23
Tahun 2018
- Peraturan
Bawaslu No. 28
Tahun 2018
- UU-ITE Nomor 11
Tahun 2008

Referensi terkait Literatur, Jurnal Studi Kepustakaan


dengan Penelitian Ilmiah, dan Buku-
buku
Dalam penelitian ini, data primer yang digunakan terkait dengan hoax pemilu
adalah Fakta dilapangan dengan survey kecil dan observasi akun resmi para pasangan

18
calon. Bentuk Data sekunder pertama adalah UU-Pemilu No. 7 Tahun 2017, PKPU
No. 23 Tahun 2018, Peraturan Bawaslu No. 28 Tahun 2018, dan UU-ITE Nomor 11
Tahun 2008. Bentuk data sekunder yang kedua adalah bahan hukum yang diperoleh
dari artikel yang berasal dari jurnal tentang hoax dalam pemilihan umum, literatur
hukum, buku-buku mengenai penggunaan media sosial untuk komunikasi politik,
internet, dokumen dan lain lain. Intinya bentuk data ini adalah untuk menunjang
pemberian penjelasan mengenai bahan hukum.
1.4.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini menggunakan
pengumpulan data sebagai berikut:52
1. Studi Lapangan
Pengumpulan data melalui pengisian kuesioner mengenai hoax di media
sosial sebagai data empiris, dan melakukan observasi pada akun resmi
para pasangan calon yang telah di daftarkan ke KPU dan akun-akun yang
terindikasi penyebar hoax.
2. Studi Kepustakaan
Studi dokumen, memperoleh data dengan membaca, mengutip dan
memahami berbagai literatur yang berkaitan dengan materi penelitian
dengan mengunjungi perpustakaan umum, serta buku-buku yang dimiliki
penulis yang relevan dengan topik pengaturan hoax di dalam hukum
positif dan pengaturan hoax terkait pemilu yang dilakukan di media sosial.
1.4.5 Analisis Data
Pada dasarnya analisis data adalah pertama, kegiatan melakukan
klasifikasi/kategorisasi data berdasarkan tema-tema yang muncul yang muncul dari
catatan lapangan dan temuan-temuan penelitian. Kedua, kegiatan melakukan
konfirmasi antara teori dan data.53 Penelitian ini menggunakan metode analisis
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah pendeketan yang digunakan dalam
penelitian dengan cara mengukur indikator-indikator variable pendekatan kuantitatif
untuk mengukur dimensi yang hendak diteliti. 54 Deskriptif kuantitatif ini diselaraskan
dengan variable penelitian yang memusatkan pada masalah-masalah actual dan

52
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Sinar Grafika:Jakarta 2011) hlm. 176
53
Sulistyowati Irianto & Shidarta “Metode Penelitian Hukum Konstelasi dan Refleksi” (IALDF :
Jakarta, 2009) hlm. 310
54
Winardo Surakhmad, “Pengantar Penelitian Sosial Dasar Metode Tehnik” (1998 Penerbit Tarsito:
Bandung, 1998) hlm. 139

19
fenomena yang sedang terjadi pada saat sekarang dengan bentuk hasil penelitian
berupa angka-angka yang memiliki makna.55

1.5 Kerangka Konsep


Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir untuk
memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, diperlukan disusunya sebuah
kerangka konsep yang memuat pikiran yang menggambarkan dari sudut mana
penelitian akan disoroti.56 Berikut kerangka konsep yang sesuai dengan penelitian ini:
Ragaan 2.1 Kerangka Konsep

HOAX

HOAX TERKAIT PEMILU

- UU-ITE - UU-Pemilu No. 7 Tahun 2017


55 - KUHP - PKPU
Nana Sudjana, “CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar” ( Rajawali No.Jakarta,
Press: 23 Tahun 2018
1997) hlm. 53
56 - Peraturan Bawaslu No. 28 Tahun
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial. (Yogyakarta:Gajah Mada Unicersity Press) 1995,
2018
hlm. 39

20
Teori Penegakan Hukum
Teori Tata Kelola Internet
Teori Dot’s Life

Metode :
Fakta
Data website
Survey Lapangan

Analisis

Hasil penelitian

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Konseptual

2.1.1 Pengertian Internet dan Media Sosial

Internet adalah singkatan dari international Network. Internet merupakan


singkatan/akronim tidak resmi dalam Bahasa Indonesia.57 Di dalam KBBI kata
Internet adalah jaringan komunikasi elektronik yang menghubungkan jaringan
komputer dan fasilitas komputer yang terorganisasi di seluruh dunia melalui telepon
atau satelit.58 Secara sederhana internet dapat diartikan sebagai kumpulan dari
beberapa komputer, bahkan jutaan komputer di seluruh dunia yang saling
57
Yuhelizar, 10 Jam Menguasai Internet Teknologi dan Aplikasinya, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2008), hlm. 1
58
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “Pengertian Internet” (Online) tersedia di WWW:
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/internet (1 Februari 2019).

21
berhubungan atau terkoneksi satu sama lainnya. Media yang digunakan bisa
menggunakan kabel/serat optic, satelit atau melalui sambungan telepon. Secara
sederhana Internet merupakan hubungan antara berbagai jenis komputer dan jaringan
di dunia yang berbeda sistem operasi maupun aplikasinya, dimana hubungan tersebut
memanfaatkan kemajuan komunikasi (telepon dan satelit) yang menggunakan
protokol standar dalam berkomunikasi yaitu protokol TCP/IP (Transmission
Control/Internet Protocol)59
1. Sejarah Internet
Internet merajai seluruh dunia dengan tingkat aksesnya yang semakin
meningkat. Tak ketinggalan, internet kemudian mendorong lahirnya media online di
Indonesia guna menyediakan informasi terkait perkembangan negara dan juga
hiburan. Perkembangan tidak akan luput dari sebuah sejarah berikut tabel sejarah
Internet di dunia :
Tabel 2.6 Sejarah Internet
Tahun Sejarah Perkembangan Internet
1969 Awal mula Departemen Pertahanan Amerika U.S Defense Advanced Research Projects
Agency (DARPA) mengadakan riset bagaimana menghubugnkan sejumlah kokmputer
sehingga membentuk jaringan
1970 ARPANET adalah program riset yag dilakukan Pertahanan Amerika U.S Defense
Advanced Research Projects Agency (DARPA) yang berhasil menghubungkan 10
komputer.
1971 ARPANET bertambah menajdi 23 buah node komputer yang terdiri atas computer-
komputer untuk riset milik pemerintah Amerika Serikat dan universitas yang
menjadikan sebuah sejarah internet dimana ARPANET dapat membagi dua proyek
antara internet militer dan non militer.
1972 INWG sebuah kelompok kerja yang disebut International network working group
dibuat untuk meningkatkan teknologi jaringan computer dan membuat jaringan
computer di antaranya adalah internet.
1973 Masuknya beberapa universitas di luar amerika serikat yakni university college of
London dari inggris dan royal radar establishment di norwegia yang menjadi anggota
ARPANET
1974 Vin cerf yang di juluki “Bapak Internet” karena menjadi pembicara pertama dari
organisasi ini dan Bob Kahn mempublikasikan spesifikasi detail protokol transmission
control protocol (TCP) dalam artikel “A protocol for packet network Internconnection’
1977 111 buah computer yang telah terhubung ke ARPANET
1978 TCP dipecah menjadi dua bagian yakni, TCP dan IP atau Internet Protocol
1979 Grup diskusi Usenet pertama kali dibuat, setelah itu pengguna Usenet meningkat.
Pada tahun ini pula, emoticon diusulkan oleh kevin Mckenzie.

1980 Komputer pribadi (PC) mewabah, dan menjadi bagian dari banyak hidup manusia.
Tahun ini tercatat ARPANET telah memiliki anggota hingga 213 host yang terhubung.
Layanan BITNET (Because It's Time Network) dimulai, dengan menyediakan layanan e-
mail, mailing list, dan juga File Transfer Protocol (FTP). CSNET (Computer Science
Network) pun dibangun pada tahun ini oleh para ilmuwan dan pakar pada bidang ilmu,
komputer dari Purdue University, University of Washington, RAND Corporation, dan

59
Aji Supriyanto Aji, “Pengantar Teknologi Informasi” (Salemba Infotek: Jakarta 2007) hlm. 60

22
BBN, dengan dukungan dari National Science Foundation (NSF). Jaringan ini
menyediakan layanan e-mail dan beberapa layanan lainnya kepada para ilmuwan
tersebut tanpa harus mengakses ARPANET.
1982 Istilah "Internet" pertama kali digunakan, dan TCP/IP diadopsi sebagai protokol
universal untuk jaringan tersebut. Name server mulai dikembangkan, sehingga
mengizinkan para pengguna agar dapat terhubung kepada sebuah host tanpa harus
mengetahui jalur pasti menuju host tersebut. Tahun ini tercatat ada lebih dari 1000
buah host yang tergabung ke Internet.

1986 Diperkenalkan sistem nama domain, yang sekarang dikenal dengan DNS (Domain
Name System) yang berfungsi untuk menyeragamkan sistem pemberian nama alamat
di jaringan komputer.
1988 Jarko Oikarinen dari Finland menemukan dan sekaligus memperkenalkan IRC atau
Internet Relay Chat. Setahun kemudian, jumlah komputer yang saling berhubungan
kembali melonjak 10 kali lipat dalam setahun. Tak kurang dari 100.000 komputer kini
membentuk sebuah jaringan
1990 Tahun yang paling bersejarah, ketika Tim Berners Lee menemukan program editor dan
browser yang bisa menjelajah antara satu komputer dengan komputer yang lainnya,
yang membentuk jaringan itu. Program inilah yang disebut www, atau World Wide
Web.
1992 komputer yang saling tersambung membentuk jaringan sudah melampaui sejuta
komputer, dan pada tahun yang sama muncul istilah surfing the internet.
1994 Situs internet telah tumbuh menjadi 3000 alamat halaman, dan untuk pertama kalinya
virtual-shopping atau e-retail muncul di internet. Dunia langsung berubah. Pada tahun
yang sama Yahoo! didirikan, yang juga sekaligus kelahiran Netscape Navigator.

Perkembangan internet memberikan manfaat dan peran jika kita mengakses


internet dengan bijak, dengan mengetahui sejarah perkembangan Internet kita dapat
mengerti dan mngehargai arti dari sebuah penemuan. Internet dapat menghubungkan
orang dari berbagai belahan dunia baik itu yang belum mengenal atau yang sudah
mengenal, baik itu dari suku, rasa atau agama yang berbeda, semuanya dapat
berkomunikasi langsung melalui media internet. Sebab di dalam media internet
memang banyak sarana pendukung bagi manusia untuk melakukan komunikasi. Salah
satu bentuk baru dalam berkomunikasi yang di tawarkan di dunia internet adalah
media sosial.
2. Media Sosial
Seiring dengan jumlah pengguna internet yang terus bertambah, teknologi
pada internet juga akan terus berinovasi, Teknologi pada internet juga terus
berinovasi. Salah satunya dengan hadirnya teknologi model web 2.0 yang merupakan
inovasi dari web 1.0 sebelumnya bersifat statis dan masih menggunakan HTML. Web
web 2.0 adalah sebuah jaringan website yang lebih dinamis dan berada dalam sebuah
platform, yang mana dengan menggunakan teknologi web 2.0 memungkinkan para
pengguna atau pengunjung pada sebuah halaman web dapat beriteraksi dan
berkomunikasi satu sama lainnya. Isi konten dari model web 2.0 juga lebih fleksibel

23
dan dapat dirubah oleh pengguna internet, hal ini yang menimbulkan teknologi web
2.0 menghasilkan banyak aplikasi maupun teknologi baru yang bermunculan, produk
populer dari web 2.0 adalah munculnya berbagai macam website social media dan
blogs.60
Media sosial adalah sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun
di atas dasar teknologi Web 2.0 dan mendukung penciptaan serta pertukaran user-
generated content, juga memungkinkan penggunanya untuk berpartisipasi, berbagi
dalam komunikasi dan dikemas dalam bentuk yang beragam, baik blog, jejaring
sosial, forum, wiki dan lain-lain.61 Media sosial merupakan medium di Internet yang
memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja
sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan membentuk ikatan sosial
secara virtual. Media sosial juga merupakan medium digital tempat realitas sosial
terjadi dan ruang- waktu para penggunanya berinteraksi. Nilai-nilai yang ada di
masyarakat maupun komunitas juga muncul bisa dalam bentuk yang sama atau
berbeda di internet. Namun, pada dasarnya, beberapa akademisi yang meneliti internet
melihat bahwa media sosial di Internet adalah gambaran apa yang terjadi di dunia
nyata, seperti plagiarisme.62
Social media atau dalam bahasa indonesia disebut media sosial adalah media
yang didesain untuk memudahkan interaksi sosial yang bersifat interaktif atau dua
arah. Media sosial berbasis pada teknologi internet yang mengubah pola penyebaran
informasi dari yang sebelumnya bersifat satu ke banyak audiens, banyak audiens ke
banyak audiens.63 Media sosial juga dapat diartikan sebagai penerbitan online dan
alat-alat komunikasi, situs, dan tujuan dari Web 2.0 yang berakar pada percakapan,
keterlibatan, dan partisipasi.64 Di dalam UU-Pemilu media sosial adalah kumpulan
saluran komunikasi dalam jaringan internet yang digunakan untuk interaksi dan
berbagi konten berbasis komunitas.
60
Himawan, Arisantoso & Saefullah, A. (2017). Penggunaan Teknologi Web 2.0 dan Dampak
Perubahannya pada Aplikasi Website berbasis Rich Internet Application (RIA). Jurnal Teknik
Informatika, 1, 1-3.
61
Kaplan, A. M., & Haenlein, M. (2010). Users of the world, unite! The challenges and opportunities
of Social Media. Business horizons , 53 (1), 59- 68.
62
Rulli Nasrullah, . "Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia)". (Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group, 2014) hlm.51
63
Paramitha, Cindy Rizal Putri, 2011. “Analisis Faktor Pengaruh Promosi Berbasis Sosial Media
Terhadap Keputusan Pembelian Pelanggan dalam Bidang Kuliner”. Thesis. Ekonomi S-1, Fakultas
Ekonomi Universitas Dipenogoro. Hlm. 11
64
Susan Gunelius, “30-Minute Social Media Marketing” (United States: McGraw-Hill
Companies,2011) hlm. 10

24
Pemanfataan media sosial yang baik dan bijak akan membawa dampak
dampak positif dan jika media sosial digunakan sebagai sarana negatif, sebagai
berikut :
Tabel 2.7 Dampak Media Sosial
Dampak Positif65 Dampak Negatif66
1. Kemudahan dalam berinteraksi 1. Interaksi secara tatap muka cenderung
2. Memperluas pergaulan, jarak, dan menurun
waktu bukan masalah 2. Malas untuk berinteraksi dengan dunia
3. Kemudahan dalam mengekspresikan diri luar
4. Penyebaran informasi berlangsung 3. Menjadi lahan subur untuk orang yang
secara cepat tidak bertanggung jawab melakukan
5. Biaya lebih murah tindak kriminalnya seperti peneipuan,
judi, pornografi, cybercrime dan
penyebaran hoax dan provokatif
Melihat tabel di atas dampak negatif jika penggunaan media sosial digunakan
dengan tidak bijak, media sosial akan menjadi lahan subur untuk orang yang tidak
bertanggung jawab melakukan kriminal di media sosial salah satunya dengan
menyebarkan hoax, jenis dari hoax yang disebarkan di media sosial juga beragam.
Situs jejaring sosial juga terdapat beberapa macam. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan Facebook, Instagram, Twitter, dan Youtube sebagai objek penelitian
dikarenakan di situs jejaring sosial ini merupakan tempat bersarangnya hoax selama
pemilu.
2.1.2 Pemilu

Pemilihan umum merupakan salah satu sendi untuk tegaknya sistem politik
demokrasi. Oleh karena itu, tujuan pemilihan umum adalah untuk
mengimplementasikan prinsip-prinsip demokrasi dengan cara memilih wakil-wakil
rakyat di Badan Perwakilan rakyat, dalam rangka mengikut sertakan rakyat dalam
kehidupan ketatanegaraan. Mengenai sistem pemilihan umum, telah diketahui bahwa
tidak satupun sistem yang memuaskan dan benar-benar menjamin keterwakilan.67

Pemilu adalah salah satu ciri yang harus ada pada negara demokrasi. Dengan
demikian pemilu merupakan sarana yang penting untuk rakyat dalam kehidupan
65
Anang Sugeng Cahyono, “Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat Di
Indonesia” (Online) tersedia di WWW:
http://www.jurnal-unita.org/index.php/publiciana/article/viewFile/79/73
66
Weny Novia, “Dampak Negatif dan Jejaring Sosial: Penyebaran Berita Hoax dan Provokatif”
(Online) tersedia di WWW:
https://www.kompasiana.com/wenynoviasuryani01/593101bbca23bddf4ce89452/dampak-negatif-dan-
jejaring-sosial-penyebaran-berita-hoax-dan-provokatif

67
Yusril izha mahendra, dinamika tatanegara Indonesia, (Jakarta : Gema insani Press, 1996), hlm. 207

25
bernegara, yaitu dengan jalan memilihwakil-wakilnya yang pada gilirannya akcan
mengendalikan roda pemerintahan.Hasil pemilihan umum yang diselengarakan dalam
suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat,
dianggap mencerminkan dengan cukup akurat mencerminkan aspirasi dan partisipasi
masyarakat.68

Menurut UU-Pemilihan Umum, Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut


Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk
memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang dilaksanakan secara
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.69 Di dalam UU-Pemilu ada beberapa tahapan salah satunya
kampanye.

a. Kampanye dalam Pemilu

Pada pemilihan umum tidak terlepas dari kegiatan kampanye. Kampanye dan
pemilu bagai dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Kampanye
Pemilu dilakukan dengan prinsip pembelajaran bersama dan bertanggungjawab.
Kampanye Pemilu dilaksanakan oleh kampanye dan didukung oleh petugas kampanye
serta diikuti oleh peserta kampanye. Pelaksana kampanye terdiri atas Pengurus Partai
Politik, calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota serta
juru kampanye dan satgas. Peserta kampanye adalah warga masyarakat pemilih,
sedangkan yang dimaksud petugas kampanye adalah seluruh petugas yang
memfasilitasi pelaksanaan kampanye. Pelaksanaan kampanye harus didaftarkan pada
KPU, KPU provinsi, KPU Kabupaten/ Kota, PPK, PPS dan PPLN sesuai dengan
tingkatannya. Pendaftaran kampanye ini ditembuskan kepada Bawaslu, Panwaslu
Provinsi, Panwaslu Kabupaten/ Kota meliputi visi, misi Partai Politik masing-

68
Miriam Budirjo. Dasar-Dasar Ilmu Politik. (Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama,2008), hlm. 461.

69
Abus Nashr Muhammad Al-Iman, Membongkar Dosa-Dosa Pemilu, (Jakarta: Prisma Media, 2004),
hlm. 29

26
masing.70 Metode kampanye yang dilaksanakan oleh peserta Pemilu adalah dalam
bentuk di jelaskan dalam pasal 275 UU-Pemilu:

Kampanye Pemilu selagaimana dimaksud dalam Pasal 275 dapat dilakukan melalui:

a. Pertemuan terbatas;
b. Pertemuan tatap muka;
c. Penyebaran bahan kampanye pemilu kepada umum;
d. Pemasangan alat peraga di tempat umum;
e. Media sosial;
f. Iklan media massa cetak, media massa elektronik, dan internet;
g. Rapat umum;
h. Debat pasangan calon tentang materi kampanye pasangan calon; dan
i. Kegiatan lain yang tidak melanggar larangan kampanye, pemilu dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelaksanaan kampanye dalam bentuk pertemuan terbatas, tatap muka,
Penyebaran melalui media cetak dan media elektronik, penyiaran melalui radio dan/
atau telivisi, penyebaran bahan kampanye kepada umum, dapat dilaksanakan sejak
tiga hari kerja setelah peserta Pemilu ditetapkan sebagai peserta Pemilu sampai
dengan dimulainya masa tenang. Sedangkan rapat umum, dilaksanakan selama 21 hari
kerja sebelum hari dan tanggal pemungutan suara. Ketentuan ini antara lain bertujuan
untuk mengatasi masalah “mencuri start”, Ketentuan mengenai pedoman pelaksanaan
kampanye secara Nasional, baik mengenai waktu, tata cara dan tempat kampanye di
pusat, diatur dengan peraturan KPU. Sedangkan ketentuan mengenai waktu dan
pelaksanaan kampanye di tingkat provinsi diatur dengan keputusan KPU Provinsi dan
mengenai waktu dan pelaksaan kampanye di tingkat Kabupaten/ Kota, diatur dengan
keputusan KPU Kabupaten/ Kota. 71

Klasifikasi jenis-jenis pelanggaran kampanye yang dilakukan dalam bentuk yang di


sebutkan di atas di atur didalam Pasal 280 UU-Pemilu sebagai berikut :

(1) Pelaksana, peserta, dan tim Kampanye Pemilu dilarang:

a. Mempersoalkan dasar negara Pancasila, Pembukaan Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan bentuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
b. Melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia;

70
Prof. H. Rozali Abdullah, S.H. Mewujudkan Pemilu yang Lebih Berkualitas (Pemilu Legislatif),
(PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2009), hlm. 198-199.
71
Prof. H. Rozali Abdullah, ibid, hlm. 200-201

27
c. Menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon, dan/atau Peserta
Pemilu yang lain;
d. Menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupun masyarakat;
e. Mengganggu ketertiban umum;
f. Mengancam untuk melakukan kekerasan atau menganjurkan penggunaan
kekerasan kepada seseorang, sekelompok anggota masyarakat, dan/atau
Peserta Pemilu yang lain;
g. Merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye Peserta Pemilu;
h. Menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan;
i. Membawa atau menggunakan tanda gambar dan/atau atribut selain dari tanda
gambar dan/atau atribut Peserta Pemilu yang bersangkutan; dan
j. menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada peserta
Kampanye Pemilu.

Pasal di atas merupakan hal-hal yang tidak boleh dilakukan selama masa kampanye
pemilu, jika melanggar pasal di atas dapat di katakan melakukan kampanye hitam.
Kampanye hitam dengan cara menyebarkan hoax dapat melanggar beberapa point
pasal di atas seperti huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e.

Macam-macam Kampanye

a. Kampanye positif adalah kampanye yang lebih cenderung mengenalkan calon


pemimpin atau presiden secara pribadi, program kerja dan visi misinya.
Bentuk kampanye ini bisa berupa slogan, baliho, iklan TV, dialog, wawancara
ataupun debat. Kampanye inilah yang harus dilakukan oleh para calon.
Kenyataannya baik calon, tim ataupun fan dari calon pemimpin sangat jarang
membahas ini, justru yang lebih dilakukan adalah mengkampanyekan
kekurangan lawan.
b. Kampanye negatif cenderung menyerang calon pemimpin secara pribadi,
walaupun demikian, kampanye negativeini juga bisa menyerang program kerja
dari visi misi lawan politiknya. Dalam Islam kampanye politik ini disebut juga
„ghibah‟ yang artinya membicarakan kejelekan orang lain. Kampanye ini
walaupun konotasinya jelek, namun sering dipakai agar pemilih berhati- hati
dengan lawan politiknya dengan kekurangan yang ada pihak lawan politik.
Kadang kampanye negatif ini didasari dengan data dan fakta.

Kegiatan kampanye negatif yang bisa dikatakan sebagai kampanye hitam jika
kegiatan tersebut tidak sesuai dengan fakta yang ada dan menjurus pada fitnah dan

28
hujatan.72 Jenis kampanye hitam memiliki tujuan untuk melenyapkan perilaku
individu atau yang merupakan pesaing kampanyenya, informasi yang di terangkan
dalam kampanye hitam tersebut umumnya berbentuk hinaan, kebohongan, dan hoax.˙

2.1.3 Terminologi dan Etimologi Hoax

Etimologis mencoba untuk merekonstruksi asal usul dari suatu kata, dari
sumber apa, dan bagaimana bentuk dan arti dari kata tersebut lahir atau berubah.
Dalam penelusurran historis kata hoax diyakini telah ada sejak ratusan tahun silam,
sekitar 1620-an. Dalam Dictionary.com, diuraikan secara spekulatif oleh John
Tillotson (1630 – 1694), asal kata hoax bermula dari kata hocus dari mantra hocus
pocus, yang kerap disebut penyihir, seperti ucapan “sim salabim” atau
“abrakadabra”.73 Menurut Curtis D. MacDougall, “hoax is a deliberately concocted
untruth made to masquerade as truth.” Maksudnya yaitu hoax adalah sebuah
kebohongan atau informasi sesat yang sengaja disamarkan agar terlihat benar.
MacDougall menunjukan bahwa hoax bukan hal yang baru, praktiknya bukan di
timbulkan pada saat era digital seperti ini, namun setelah di telusuri kembali ke era
Yunani kuno ketika Oktavian menggunakan berita palsu dalam pertempuran
politiknya dengan Marc Antony memberikan kesempatan untuk menggantikan Julius
Caesar.74

Pada konteks di dunia digital, kata hoax dapat dimaknai sebagai teks yang
digunakan sebagai pemberitaan palsu atau upaya menipu yang disebarkan melalui
media siber kepada pembaca untuk mempercayai segala sesuatunya. kemudian
banyak kalangan, terutama para netter menggunakan kata hoax sebagai
penggambaran tentang sesuatu yang mengandung kebohongan. Tak perlu waktu lama,
percepatan siber media dalam menyebarkan istilah hoax pada akhirnya banyak
digunakan oleh berbagai negara. Namun kata hoax merupakan istilah bahasa Inggris,
yang telah dikenal di Amerika pada rentang tahun 1830 – 1880, saat terjadi
penemuan-penemuan ilmiah dan teknologi sebagai sesuatu yang hoax.75 Dalam dunia
berita online terkhusus jejaring sosial terkenal dengan “Hoax”. Di dalam Cambridge
72
Alfred B. David Dodu “Penerapan Regulasi Politik Kampanye Hitam: Studi Kasus Pada Pilkada
Kabupaten Banggai Tahun 2015” Vol. 2, No. 1, Maret 2017: 52 - 60
73
A. Yudo Triartanto “Kredibilitas Teks Hoax Di Media Siber” Jurnal Komunikasi, Volume VI
Nomor 2, September 2015 hlm. 33
74
Colón A, “You are the new gatekeeper of the news. Retrieved from” (online) tersedia di WWW:
https://theconversation.com/you-are-the- new-gatekeeper-of-the-news-71862 (21 April 2019)

29
dictionary76, Hoax adalah kata hoax sendiri berarti tipuan atau lelucon. Kegiatan
menipu, rencana menipu, trik menipu, disebut dengan hoax. Hoax juga dapa
dikatakan sebagai pemberitaan palsu dan upaya penyebarannya yang bertujuan agar
para pembaca percaya terhadap berita palsu tersebut.77

Selain terminologi hoax,  terminologi  fake news juga dikenal untuk menunjuk


fenomena hoax, Fake news adalah adalah frasa yang sering kita dengar akhir-ahir ini.
Seperti post-truth yang meroket pamornya pada tahun 2016, fake-news dianugrahi
frasa tahun 2016 oleh kamus Collins. Secara istilah fake news adalah berita bohong,
berita buatan atau berita palsu yang sama sekali tidak dilandaskan dengan fakta,
kenyataan atau kebenaran. Sejatinya berita palsu bukan fenomena baru, Fake news
selalu ada dari waktu ke waktu. Pada awal 1835, New York Sun menerbitkan enam
bagian berita yang mengklaim ada kehidupan di Bulan. Pada tahun 1844, beberapa
surat kabar di Philadelphia menerbitkan laporan palsu tentang orang Irlandia yang
mencuri Alkitab dari sekolah umum yang menyebabkan kerusuhan.78 Satu-satunya
perbe- dan antara fake news dulu dengan yang sekarang adalah kecepatan. Bangkitnya
Internet serta berbagai platform media sosial telah membuat berita palsu menyebar
secepat kilat. Ball (2016) memberikan penjelasan tentang wujud-wujud fake news.
Pertama kesalahan pelaporan yang tidak disengaja, seperti laporan tidak benar bahwa
Donald Trump telah menyingkirkan patung Martin Luther King Jr dari Oval Office di
Gedung Putih. Kedua rumor yang tidak berasal dari artikel berita tertentu. Ketiga teori
konspirasi yang sulit untuk diverifikasi sebagai informasi benar atau salah, serta
biasanya berasal dari orang-orang yang percaya mereka benar. Keempat berita satire
yang disalahartikan sebagai info faktual. Kelima pernyataan palsu oleh politisi, dan
keenam laporan miring atau menyesatkan meski tidak langsung salah (dalam bahasa
Gentzkow, Shapiro, dan Stone 2016, beri- ta palsu adalah “distorsi,” bukan
“penyaringan”).79
Perbedaan antara fake news dan hoax. Jika fake news adalah berita bohong,
berita buatan atau berita palsu yang tidak berdasarkan kenyataan, hoax justru
75
Lynda Walsh, Sins Against Science: The Scientific Media Hoaxes of Poe, Twain, and Others, (USA:
State University of New York) hlm. 18.
76
Cambride Dictionery “Hoax” (online) tersedia di WWW:
http://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/hoax#translations (30 Maret 2019)
77
Anton Ramdan, “Jurnalistik Islam”, (Ebook Google) hal. 40
78
Glasser, S.B. (2016). Covering Politics in a Post-Truth Ameri- ca.
https://www.brookings.edu/essay/covering-poli- tics-in-a-post-truth-america.
79
J. Ball, Post-Truth: How Bullshit Conquered the World. (London: Ebury Press, 2016) hlm.

30
informasi palsu, berita yang bisa berisi fakta namun telah dipelintir atau direkayasa.
Kata-kata hoax saat ini semakin sering digunakan dan disematkan ketika menyikapi
berita yang sama sekali tidak ada faktanya. Pada zaman ini, dalam hoax melekat
seperengkat atribut fitnah yang digunakan untuk menjatuhan lawan politik. Padahal
asalnya hoax diciptakan dalam bahasa inggris dengan pengertian yang tidak serumit
dan sejahat itu.80
Namun, dari penelitian terbaru yang dikeluarkan oleh Uni Eropa (EU), seluruh
jenis informasi yang dikategorikan sebagai fake news atau hoax di atas lebih tepat jika
dikatakan sebagai ‘disinformasi’, berdasarkan penelitian (EU) ada dua alasan
mengapa terminologi disinformasi lebih tepat digunakan, yaitu (1) fake newadalah
pabrikasi informasi negative yang disebarkan dengan menggunakan media teknologi
informasi, (2) terminologi fake news tidak adekuat untuk menjelaskan fenomena
sesungguhnya tentang informasi negatif, sehingga arti dari terminologi itu sendiri
menyesatkan (misleading).81
Penggunaan disinformasi strategis dapat ditelusuri kembali ke Uni Soviet pada
1920-an, di mana ia dikenal sebagai dezinformatsiya. Dalam bahasa Inggris, istilah ini
pertama kali digunakan pada 1950-an, mengacu pada kampanye disinformasi Perang
Dingin. Komponen kunci dari definisi disinformasi adalah niat orang atau entitas yang
membuat pesan. Disinformasi didistribusikan dengan tujuan khusus menyesatkan
publik. Informasi yang salah dimaksudkan untuk memengaruhi masyarakat dengan
mempengaruhi opini para hadirin. stilah disinformasi dikatakan berasal dari kata
Rusia, dezinformatsiya, dengan beberapa catatan yang menyatakan bahwa Joseph
Stalin menciptakannya. Secara umum diterima bahwa Uni Soviet memelopori
penggunaan informasi palsu yang disengaja sebagai senjata pengaruh pada tahun
1920-an. Kata itu tetap relatif tidak jelas selama beberapa dekade dan digunakan
terutama oleh para profesional militer atau intelijen, bukan masyarakat umum, sampai
tahun 1950-an.82 Gangguan informasi tidak terbatasa pada disinformasi namun ada
Misinformasi, untuk penjelasan Misinformasi adalah informasi palsu atau tidak akurat
yang disebarkan secara tidak disengaja.83
80
Kharisma Dhimas Syuhada, “Etika Media di Era “Post-Truth”, Volume V Nomor 1 April 2017 hlm.
77
81
Bambang Pratama “Hoax Dan Fake News Dalam Uu-Ite” (online) tersedia di WWW:
http://business-law.binus.ac.id/2018/08/09/hoax-dan-fake-news-dalam-uu-ite/
82
Julie Posetti and Alice Matthews "A short guide to the history of ’fake news’ and disinformation" A
LEARNING MODULE FOR JOURNALISTS AND JOURNALISM EDUCATORS
83
Karlova, N. and Lee, J., Notes from the underground city of disinformation: A conceptual
investigation. Proceedings of the American Society for Information Science and Technology 48(1),

31
Basis data terminologi interinstitutional UE IATE (Inter-Active Terminology
for Europe) secara khusus mencatat bahwa disinformasi tidak boleh disalahartikan
dengan misinformasi, yang didefinisikan dalam IATE sebagai “informasi yang salah
atau menyesatkan tetapi tidak disengaja” Dalam hal ini, Perbedaan yang bermanfaat
antara informasi yang salah, informasi yang salah dan informasi yang tidak benar
berdasarkan tingkat faktisitas dan niat untuk membahayakan. Dalam tipologi yang
disarankan, penentuan tentang sifat informasi tidak objektif, tetapi relatif - informasi
yang dibagikan dengan niat jahat diakui sebagai disinformasi, sedangkan informasi
yang sama yang dibagikan oleh pihak yang kurang informasi dipandang sebagai
misinformasi.84
Tabel 2.8 Kesimpulan Terminologi
No. Terminologi Kesimpulan
1 Hoax Informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat-buat
seolah-olah benar adanya. Hal ini tidak sama dengan rumor,
ilmu semu, maupun april mop.
2 Fake News Informasi yang sepenuhnya menggunakan fakta-fakta palsu
3 Disinformasi Informasi yang disebarluaskan didistorsi sedemikian rupa
dengan mengurangi bagian-bagiannya, sehingga menggiring
khalayak pada kesimpulan tertentu, yang menyesatkan.
4 Misinformasi Informasi yang keliru yang disebarluaskan tanpa tujuan
tertentu.
Dampak dari penyebaran hoax, fake news, disinformasi dan misinformasi di
tengah masyarakat menyebabkan beberapa hal negatif. Berikut dampak kepada
masyarakat :85
a. Membuat rasa tidak aman, Ketika informasi salah tersebar di
masyarakat, tentunya akan menyebabkan rasa tidak aman dan nyaman.
Sebab, hoax dan disinformasi mengaburkan kondisi sebenarnya dari
suatu peristiwa.
b. Melahirkan Kebencian, Hoax dan disinformasi dapat menjadi peranti
penyebar kebencian. Melalui informasi yang dipalsukan, seseorang
bisa membenci orang lain tanpa alasan yang logis.
c. Retaknya Persatuan dan Kesatuan, Hoax dan disinformasi merupakan
ancaman persatuan dan kesatuan bangsa. Sebab, beredarnya hoax dan
disinformasi dapat memicu pertengkaran antar individu maupun
kelompok. Pertengkaran itu dapat mengakibatkan pecahnya persatuan
dan kesatuan bangsa Indonesia.
2012, p. 1.
84
Disinformation and propaganda – impact on the functioning of the rule of law in the EU and its
Member States
85
Aribowo Sasimito “Tool Kit Penanganan Hoaks dan Disinformasi” (online) tersedia di WWW:
https://lookaside.fbsbx.com/file/Tool%20Kit%20Penanganan%20Hoaks%20dan%20Disinformasi.pdf?
token=AWyrAzl1kgcgBKWMKlDAyqDSPvXWMvElu02rGtYAdS36tmfs0QJxS9Qcu3GhB76CGw5
18le0Fno6Rbl8V6YPFdy4gpMMlC1o7BD3tRiisybGpEQTCPvmkPEBLh0a85i5wc65aO1sVYDowesJ
fY_EfvZhLrsdWXIhLSVD6pUvyEPGg

32
d. Memicu Kekacauan dan Kekerasan, Informasi yang salah dapat
memancing seseorang untuk melakukan kekerasan sehingga
menghasilkan kekacauan dalam masyarakat. Terutama, ketika
informasi hoax dan disinformasi tersebut menyerang tokoh-tokoh
berpengaruh di masyarakat.
e. Menghilangkan Nalar, Seringnya mengkonsumsi hoax dan
disinformasi sebagai sumber informasi utama dapat membuat
seseorang tidak dapat berpikir kritis dan tak dapat menggunakan
nalarnya untuk mengklasifikasi fakta.

Itulah beberapa dampak yang cukup berbahaya dengan tersebarnya hoaks dan
disinformasi. Selain kelima dampak tersebut, masih banyak dampak negatif lainnya
dari tersebarnya hoax dan disinformasi.

2.1.4 Lembaga Fact Checker


Satu-satunya cara untuk melawan tersebarnya kebenaran semu di masyarakat
ialah dengan melakukan fact checking atau inisiatif cek fakta. Dengan melakukannya,
informasi yang terdistorsi dapat tampak lebih jelas, mana fakta dan mana yang
merupakan hoax atau disinformasi. Permasalahan hoax ini membuat masyarakat turut
memberikan andil dalam penanggulangan permasalahan ini dengan gerakan
Turnbackhoax yang dibuat oleh MAFINDO (Masyarakat Anti Fitnah
Indonesia) Salah satu komunitas online yang bertujuan dalam memerangi informasi
palsu di internet adalah TurnBackHoax. Bermula dari sebuah grup di Facebook,
TurnBackHoax kini telah memiliki web resmi yang beralamat di Turnbackhoax.id.
Dalam kegiatan kami untuk debunking / fact-checking / tabayyun / meneliti
kebenaran suatu berita, perlu ada kesimpulan tentang klasifikasi dari berita tersebut.
Berdasarkan pengalaman bergotong-royong dengan puluhan ribu relawan sejak 2015,
Mafindo juga membuat konstruksi kategori sebagai berikut :

Praktik operasional di lapangan yang telah berlangsung selama ini dalam


membongkar hoax, maka terdapat 4 konstruksi kategori yang digunakan sesuai
keperluan penelitian.
a. Kategori Hoax/Misleading Information
Terdapat berbagai modus yang digunakan untuk membuat hoax dan
misleading information. Disinformation terjadi ketika informasi yang
disebarluaskan didistorsi sedemikian rupa dengan mengurangi bagian-
bagiannya, sehingga menggiring khalayak pada kesimpulan tertentu, yang

33
menyesatkan. Fake news adalah informasi yang sepenuhnya menggunakan
fakta-fakta palsu. Misinformation adalah informasi yang keliru. Tidak
diniatkan pada awalnya sebagai hoax, namun tetap menyesatkan karena
menggiring publik pada persepsi yang keliru. Untuk penelitian ini, kategorisasi
hoax sebagai misleading information dirumuskan mengacu pada panduan
operasional @FAFHH, yang membagi menjadi hoax dan misinformation.
Sesuai dengan konteks penelitian, konstruksi kategori hoax terbagi menjadi :
 Hoax (pemberitaan palsu), adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar,
tetapi dibuat-buat seolah-olah benar adanya. Hal ini tidak sama dengan rumor,
ilmu semu, maupun April Mop.
 Disinformasi: penyampaian informasi yang salah (dengan sengaja) untuk
membingungkan orang lain.

Tabel 2.9 Klasifikasi Disinformasi86

Klasifikasi Hoax Deskripsi


Satire or Parody Satir umumnya dibuat tanpa maksud untuk
mengelabui orang yang melihatnya karena
hanya bersifat sindiran. Namun, bagi yang
tidak memahami gaya bahasa ini dapat
terkecoh dan menganggap informasi yang
dilihatnya sebagai Sebuah kebenaran,
terutama ketika yang menyampaikannya
tidak secara jelas menyatakan bahwa
informasi tersebut satir.
Misleading Content Penggunaan informasi yang sesat untuk
membingkai sebuah isu. Biasanya informasi
berisi konten dipelintir untuk menjelekkan.
Imposter Content lnformasi yang dibuat mirip dengan aslinya
dengan tujuan untuk mengelabui publik,
seperti situs web yang dipalsukan agar
pengunjungnya tertipu dan menganggap
situs tersebut adalah situs aslinya, tokoh
publik dicatut namanya.
Fabricated Content Konten baru yang 100% salah, sengaja
dirancang dan dibuat untuk mengelabui
pemba- canya. Pembuatan konten palsu ini
dapat dilatarbelakangi oleh berbagai tujuan,
baik keun- tungan finansial, propaganda,
maupun kepentingan politik, sehingga
berpotensi menyesatkan dan bahkan
membahayakan masyarakat.

86
Tidak Diketahui Penulis “Metode Klasifikasi Hoax” (online) tersedia di
WWW:https://www.mafindo.or.id/about/metode-klasifikasi-hoax/

34
False Connection Ketika judul, gambar atau keterangan tidak
mendukung konten yang sebenarnya. Salah
satu contohnya adalah metoda click bait,
membuat judul atau gambar yang
mengundang orang untuk mengklik tautan
yang tersedia dengan bentuk yang
provokatif, menarik dan sensasional, padahal
kontennya sendiri tidak "seheboh" judulnya.
False Content Ketikan konten yang asli disampaikan dalam
konteks yang salah, dimana sebuah informasi
(tulisan, gambar atau video) yang benar
ditempatkan dalam konteks yang tidak
sesuai aslinya.
Manipulated Content lnformasi yang asli dimanipulasi dengan
tujuan menipu. Tetapi bisa juga bertujuan
untuk memprovokasi, maupun untuk
kepentingan politik.

Jenis Konten Hoax yang di buat oleh Mafindo mengacu pada topik atau tema-tema
berikut ini :87
1. Agama, Konten yang memuat segala hal yang berkaitan dengan ajaran, sistem
yang mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan yang maha
Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya.
2. Politik, Konten yang memuat segala hal yang berhubungan dengan
penyelenggaraan negara, pembagian kekuasaan, berupa kebijakan atau cara-
cara mempertahankan kekuasaan.
3. Etnis, Konten yang berkaitan dengan segala hal mengenai kelompok sosial
dalam system sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan
tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya.
4. Kesehatan Konten yang memuat segala hal yang berkaitan keadaan sehat
jasmani maupun rohani.
5. Bisnis, Konten yang memuat segala tentang usaha komersial.
6. Penipuan, Konten yang memuat segala hal yang berkaitan dengan upaya
mengecoh yang mengakibatkan kerugian di pihak yang dikecoh baik berupa
uang atau data pribadi.
7. Bencana Alam, Konten yang memuat hal-hal yang terkait kejadian alam yang
memakan korban.
8. Kriminalitas, Konten yang memuat hal-hal yang berkaitan dengan tindak
kejahatan.

87
Nuril Hidayah, Cahya Suryani, Mizati Dewi Wasdiana “PEMETAAN HOAX DI INDONESIA”

35
9. Lalu Lintas, Konten yang memuat hal-hal yang berkaitan dengan lalu lintas
baik itu berupa kebijakan atau insiden.
10. Peristiwa Ajaib, Konten yang memuat kejadian yang tidak lazim dan mustahil.
11. Lain-lain, Konten yang tidak termasuk dalam kesepuluh kategori lain.

Di Amerika Serikat gerakan seperti TurnBackHoax dan Farret Fact Checking


juga dilakukan oleh masyarakat Amerika Serikat dengan adanya situs PolitiFact situs
web pengecekan fakta non-partisan yang berfokus pada klaim yang dibuat dalam
ranah politik di AS. Ini termasuk pernyataan oleh politisi, topik politik seperti
imigrasi, dan berita umum. Edisi global situs ini menangani cerita dari bagian lain
dunia. Situs web ini memiliki beberapa elemen unik yang membuatnya lebih unik dari
fact checker lainya. Pertama, ada Truth-o-Meter, yang menilai tingkat kebenaran
dalam sebuah pernyataan. Skala ini mencakup level seperti benar, setengah benar,
sebagian besar salah, dan bahkan peringkat "Pants On Fire" di ujung meter. Situs ini
bahkan memiliki aplikasi terafiliasi bernama PolitiTruth yang bertujuan untuk
menguji pengetahuan politik pembacanya dan kerentanan terhadap berita palsu.
Jurnalis politifact mencari pernyataan untuk diperiksa fakranya dengan
membaca transkrip, pidato, berita, siaran pers, dan brosur kampanye. Pembaca
politifact juga dapar memberikan saran melalui email yang tertera di website,
politifcat juga memeriksa fakta yang dikirimkan oleh pembaca.
Dalam memutuskan pernyataan mana yang akan diperiksa, kami
mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan ini:88
1. Apakah pernyataan itu berakar pada fakta yang dapat diverifikasi?
Kami tidak memeriksa pendapat, dan kami menyadari bahwa di dunia
pembuatan pidato dan retorika politik, ada lisensi untuk hiperbola.
2. Apakah pernyataan itu keliru atau terdengar salah?
3. Apakah pernyataan itu signifikan? Kami menghindari minor "gotcha"
pada klaim yang jelas-jelas tergelincir.
4. Apakah pernyataan itu kemungkinan diteruskan dan diulangi oleh
orang lain?
5. Apakah orang biasa mendengar atau membaca pernyataan dan
bertanya-tanya: Apakah itu benar?
Politifact lebih sering memeriksa fakta partai yang memegang kekuasaan atau orang-
orang yang berulang kali membuat pernyataan yang menarik perhatian atau
88
Angie Drobnic Holan “The Principles of the Truth-O-Meter: PolitiFact’s methodology for
independent fact-checking” (online) tersedia di WWW:
https://www.politifact.com/truth-o-meter/article/2018/feb/12/principles-truth-o-meter-politifacts-
methodology-i/

36
menyesatkan. PolitiFact menggunakan wawancara on-the-record dan menerbitkan
daftar sumber dengan setiap pengecekan fakta. Proses pelaporan politifact meiliputi,
1) peninjauan terhadap apa yang ditemukan oleh pemeriksa fakta sebelumnya 2)
pencarian Google yang menyeluruh 3) pencarian database online 4) konsultasi dengan
berbagai pakar 5) tinjauan publikasi dan tinjauan keseluruhan akhir dari bukti yang
tersedia. Klasifikasi yang di buat oleh politifacts yang diberikan nama Truth-O-Meter
Tujuan, Truth-O-Meter adalah untuk mencerminkan akurasi relatif dari suatu
pernyataan. Meteran memiliki enam peringkat, dalam menurunkan tingkat kebenaran:
1. TRUE - Pernyataan itu akurat dan tidak ada yang signifikan yang hilang.
2. MOSTLY TRUE - Pernyataan itu akurat tetapi membutuhkan klarifikasi atau
informasi tambahan.
3. HALF TRUE - Pernyataan ini sebagian akurat tetapi meninggalkan detail
penting atau mengambil hal-hal di luar konteks.
4. MOSTLY FALSE - Pernyataan itu mengandung unsur kebenaran tetapi
mengabaikan fakta-fakta kritis yang akan memberi kesan berbeda.
5. FALSE - Pernyataan itu tidak akurat.
6. PANTS ON FIRE - Pernyataan itu tidak akurat dan membuat klaim yang
konyol.
Beban pembuktian ada pada pembicara, dan kami menilai pernyataan berdasarkan
informasi yang diketahui pada saat pernyataan itu dibuat.
2.1.5 Pengaturan

Pengaturan dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) proses, cara, dan
perbuatan yang mengatur.89 Definisi pengaturan menurut Utrecht adalah suatu
perintah atau larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan
seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan. 90 Menurut Hans
Kelsen pengertian pengaturan adalah sebuah ketentuan sosial yang mengatur perilaku
mutual antar manusia, yaitu sebuah ketentuan yang mengatur perilaku tertentu dan
berkaitan dengan sebuah sistem norma. Sedangkan menurut Leon Duguit, pengaturan
adalah suatu perbuatan untuk mengatur tingkah laku para anggota masyarakat, daya
gunanya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari
kepentingan bersama, dan jika timbul pelanggaran dari pengaturan terebut akan
menimbulkan reaksi bersama terhadap orang yang melakukan.91 Menurut M.H
Tirtaamidjata Pengaturan adalah semua aturan (norma) yang diarahkan dan harus
89
KBBI “Pengaturan” (online) tersedia di WWW: https://kbbi.web.id/atur (30 Maret 2019)
90
E. Utrecht, Pengantar dalam Hukum Indonesia, (Jakarta: Ichtiar 1957), hlm 180.
91
Bagir Manan, Ketentuan-Ketentuan Mengenai Pengaturan Penyelenggaraan Perizinan, Makalah
Tidak Dipublikasikan, Jakarta, 1995, hlm. 8.

37
dituruti dalam tingkah laku tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan
ancaman adanya ganti kerugian jika melanggar sistem pengaturan itu.

2.1.6 Hukum Positif

Hukum Poisitif atau ius constitutum dapat diartikan sebagai tata hukum.
Dalam konteks ini hukum diartikan sebagai peraturan yang saat ini sedang berlaku
yaitu hukum positif, dan mengatur segala aspek kehidupan masyarakat, baik yang
menyangkut kepentingan individu (hukum privat) maupun kepentingan dengan
Negara (Hukum Publik hubungan kerjasama positif antar anggota masyarakat dapat
dapat berjalan aman dan tertib.92 Selanjutnya secara terperinci dijelaskan oleh webiste
resmi Mahkamah agung Republik Indonesia. Hukum positif adalah kumpulan asas
dan kaidah hukum tertulis yang ada pada saat ini sedang berlaku dan mengikat secara
umum atau khusus dan ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan
dalam Negara Indonesia.Hukum positif dapat diklasifikasi kedalam berbagai macam
pengelompokan, yaitu antara lain dilihat dari sumbernya, bentuknya, isi materinya
dan lain sebagainya.93 Bagir manan, mengartikan hukum positif (Indonesia) sebagai
‘kumpulan asas dan kaidah hukum tertulis dan tidak tertulis yang pada saat ini sedang
berlaku dan mengikat secara umum atau khusus dan ditegakkan oleh atau melalui
pemerintah atau pengadilan dalam negara Indonesia.94

2.1.6.1 Sumber Hukum Positif

Menurut sudikno, kata sumber hukum sering digunakan dalam beberapa arti, yaitu:95

a. Sebagai asas hukum, sebagai sesuatu yang merupakan permulaan


hukum,
misalnya kehendak Tuhan, akal manusia jiwa bangsa dan sebagainya.
b. Menunjukkan hukum terdahulu yang memberi bahan kepada hukum
sekarang yang berlaku, seperti hukum Perancis, hukum Romawi.

92
Wasis S.P., Pengantar Ilmu Hukum, (Malang: UMM Press, 2002), hal 11.
93
Perpustakaan Mahakamah Agung http://perpustakaan.mahkamah.agung.go.id/, diakses pada tanggal
19 Maret 2016, pukul 23.30 wib.
94
Bagir Manan, Hukum Positif Indonesia (Satu Kajian Teoritik) hlm. 1
95
Budi Ruhiatudin, Pengantar Ilmu Hukum, (Yogyakarta: Teras), 2009, hal. 29-30.

38
c. Sebagai sumber berlakunya, yang memberi kekuatan berlaku secara
formal kepada peraturan hukum (penguasa, masyarakat).
d. Sebagai sumber hukum. Sumber yang menimbulkan aturan hukum.
e. Sebagai sumber darimana kita dapat mengenal hukum, misalnya
dokumen, undan-undang, lontar, batu bertulis, dan sebagainya.

Sumber hukum sendiri diklasifikasikan kedalam dua dua bentuk, yaitu sumber
hukum formil dan sumber hukum materiil. Sumber hukum formil menjadi determain
formil membentuk hukum, menentukan berlakunya hukum. Sedangkan sumber-
sumber hukum materiil membentuk hukum, menentukan isi dari hukum. Sumber
hukum yang formil adalah:
a. Undang-Undang, istilah undang-undang dapat digunakan dalam dua arti
yang berbeda, yaitu:96
- Undang-undang dalam arti formal. Undang-undang dalam arti formal
adalah peraturan yang disebut undang-undang mengingat formalitas cara
terjadinya. Undang-undang dalam arti formal ini biasanya cukup disebut
sebagai undang-undang saja
- Undang-undang dalam arti material. Undang-undang dalam arti material
adalah peraturan yang disebut undang-undang mengingat isinya yang
mengikat umum. Disini dikatakan mengikat umum sebab berbeda dengan
suatu surat keputusan yang hanya mengikat orang atau orang-orang tertentu
saja. Undang-undang dalam arti material atau peraturan perundang-
undangan ini mencakup mulai dari UUD sampai peraturan daerah
b. Adat dan Kebiasaan, Peranan kebiasaan dalam kehidupan hukum pada
masa sekarang ini memang sudah banyak merosot. Sebagaimana telah
diketahui, kebiasaan merupakan tidak lagi sumber yang penting sejak ia
didesak oleh perundang-undangan dan sejak sistem hukum semakin
didasarkan pada hukum perundang-undangan atau jus scriptum.97
Kebiasaan dan adat merupakan sumber kaidah bagi orang indonesia
kebiasaan dan adat tidaklah sama.98 Dalam buku Mengenal Hukum yang
menguraikan mengenai perbedaan kebiasaan dan adat sebagaimana yang
dikutip oleh Sudikno:
kebiasaan merupakan pola tingkah laku yang ajeg, tetap, normal atau adat
dalam masyarakat atau pergaulan tertentu. Pergaulan hidup ini merupakan
lingkungan yang sempit seperti desa, tetapi dapat luas juga yakni meliputi
masyarakat Negara yang berdaulat. Perilaku yang tetap atau ajeg berarti
merupakan perilaku manusia yang diulang. Perilaku yang diulang itu
mempunyai kekuatan normative, mempunyai kekuatan mengikat. Karena
diulang oleh banyak orang maka mengikat orang lain untuk melakukan hal
yang sama, karenanya menimbulkan keyakinan atau kesadaran, bahwa hal
itu memang patut dilaksanakan, bahwa itulah adat.99

96
Prof. Donald Albert Rumokoy & Frans Maramis, SH., M.H. “Pengantar Ilmu Hukum” (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2014) hlm. 87-112
97
Satjipto Rahardjo, “Ilmu Hukum”(Citra Aditya: Bandung 2014) hlm. 180
98
E. Utrecht, “Pengantar Dalam Hukum Indonesia” (Sinar Harapan: Jakarta 2013) hlm. 133
99
R. Soeroso “Pengantar ilmu hukum” (Sinar Grafika: Jakarta 1996) hlm. 150

39
c. Traktat, Merupakan perjanjian yang diadakan dua negara atau lebih.
Biasanya memuat peraturan-peraturan hukum. Jenis-jenis traktat di
antaranya yaitu:
1). Traktat Bilateral, yaitu traktat yang terjadi antara dua negara saja.
2). Traktat Multirateral, yaitu traktat yang dibuat oleh lebih dari dua negara.
3). Traktat Kolektif, yaitu traktat multirateral yang membuka
kesempatan bagi mereka yang tidak ikut dalam perjanjian itu untuk menjadi
anggotanya.
d. Yurisprudensi, adalah putusan pengadilan tertinggi yang bersifat
menetapkan suatu norma, di mana putusan tersebut diikuti oleh hakim
lainya. Menurut suatu kamus hukum, yurisprudensi adalah “kumpulan atau
sari keputusan Mahkamah Agung tentang berbagai vonis beberapa macam
jenis perkara berdasarkan pemutusan kebijaksanaan para hakim sendiri
yang kemudian dianut oleh para hakim lainya dalam memutuskan kasus-
kasus perkara yang (hampir) sama.100
e. Pendapat Para Ahli, atau sering disebut dengan doktrin dalam bahasa latin,
doctrine, berarti “ajaran ilmu”. doktrin adalah pendapat para sarjana hukum
yang merupakn sumber hukum tempat hakim dapat menemukan hukumnya.
Seringkali terjadi bahwa hakim dalam keputusannya menyebut sarjana
hukum. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hakim menemukan
hukumnya dalam doktrin itu. Doktrin yang demikian itu adalah sumber
hukum formil.101
f. KUHPerdata ditentukan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah
mengikat sebagai undang-undang bagi pihak yang membuatnya. Kata
semua menunjukan bahwa dalam hukum perjanjian dianut sistem terbuka,
yaitu orang boleh membuat perjanjian apa saja, asalkan memenuhi syarat-
syarat sahnya suatu perjanjian sebagaimana diatur di dalam pasal 1320
KUHperdata.

2.1.6.2 Unsur-Unsur Hukum Positif

Setelah melihat definisi-definisi hukum, dapat diambil kesimpulan bahwa hukum


positif meliputi beberapa unsur, yaitu:

a. Pada saat ini sedang berlaku


b. Mengikat secara umum atau khusus
c. Ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan
d. Berlaku dan ditegakkan di indonesia.

Mengantisipasi munculnya konten kampanye yang melanggar UU ITE di media sosial


saat masa Pemilu, Hukum positif yang berlaku saat ini dalam permasalahan hoax dan

100
Yan Pramadya Puspa, “Kamus hukum edisi lengkap bahasa belanda indonesia inggris” (Aneka
Ilmu: semarang 1997) hlm. 927-928
101
Prof. Dr.Mr.L.J. Van Apeldoorn “Pengantar Ilmu Hukum” (Pradnya Paramita: Jakarta 1990) hlm.
307

40
hoax terkait pemilu yang dilakukan peserta kampanye yang akunya di daftarkan resmi
di KPU adalah sebagai berikut:

1. UU-Pemilu No. 7 Tahun 2017


2. Peraturan KPU No. 23 Tahun 2018
3. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum No. 28 Tahun 2018

Namun untuk di luar peserta kampanye Kominfo bisa menangani permasalahan hoax
dengan menggunakan UU-ITE Pasal 28, Dengan keberlakuan UU-Pemilu pasal 275
sebagai peluang bagi peserta pemilu untuk memanfaatkan media sosial guna
kepentingan kampanye, tentunya hal ini menjadi kompleks dengan Merebaknya isu-
isu sensitive bernuansa suku, ras, agama, antar golongan untuk kepentingan politik
menjadi ancaman bagi kebebasan berdemokrasi kita, Ini lah yang menjadi tugas kita
bersama dalam mengawal sistem demokrasi yang dewasa dengan
mengharmonisasikan Undang-undang pemilu dengan UU ITE.

2.2 Landasan Teori

Kerangka teori adalah kemampuan seorang peneliti dalam mengaplikasikan


pola berpikirnya dalam menyusun secara sistematis teori-teori yang mendukung
permasalahan penelitian. Menurut Kerlinger, teori adalah himpunan konstruk
(konsep), definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang
gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan
meramalkan gejala tersebut.102 Teori berguna menjadi titik tolak atau landasan
berpikir dalam memecahkan masalah. Fungsi asli teori ialah untuk menemukan
keterkaitan fakta-fakta yang ada secara sistematis.103
2.2.1 Teori Penegakan Hukum
Penegakan hukum merupakan usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-
konsep hukum yang diharapakan rakyat menjadi kenyataan. Penegakan hukum
merupakan suatu proses yang melibatkan banyak hal.104 Penegakan hukum adalah
proses dilakukannya upaya tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara
nyata sebagai pedoman pelaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum

102
Jalaludin Rakhmat, “Metode Penelitian Komunikasi” (Rosdakarya:Bandung 2004) hlm. 6
103
Onong Uchjana Effendy, “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” (PT. Remaja Rosdakarya:Bandung
2004) hlm. 224
104
Dellyana,Shant, “Konsep Penegakan Hukum”. (Yogyakarta: Liberty, 1988) hal 32

41
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Penegakan hukum merupakan usaha
untuk mewujudkan ide-ide dan konsep konsep hukum yang diharapakan rakyat
menjadi kenyataan. Penegakan hukum merupakan suatu proses yang melibatkan
banyak hal.105
Penegakan hukum merupakan rangkaian proses penjabaran ide dan cita hukum
yang memuat nilai-nilai moral seperti keadilan dan kebenaran kedalam bentuk-bentuk
konkrit, dengan kata lain bahwa penegakan hukum pada hakikatnya mengandung
supremasi nilai substansial yaitu keadilan. Secara konsepsional, maka inti dari
penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang
terjabarkan di dalam kaidah-kaidah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran
nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian
pergaulan hidup.106 Konsep Penegakan Hukum dan Faktor Yang memengaruhinya
Dalam korelasi negara modern, hukum dapat difungsikan sebagai sarana rekayasa
sosial. Sedangkan menurut Jimly Asshiddiqie, penegakan hukum adalah proses
dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara
nyata sebagai pedoman perilaku atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.107Meskipun demikian, dalam kaitannya dengan hukum
publik pemerintahlah yang bertanggung jawab. Penegakan hukum dibedakan menjadi
dua, yaitu :108
1. Ditinjau dari sudut subyeknya, dalam arti luas proses penegakkan hukum
melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja
yang menjalankan aturan normative atau melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang
berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakkan aturan hukum.Dalam arti
sempit, penegakkan hukum hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan
hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum
berjalan sebagaimana seharusnya.
2. Ditinjau dari sudut obyeknya, dalam arti luas penegakkan hukum yang
mencakup pada nilai-nilai keadilan yang di dalamnya terkandung bunyi aturan
formal maupun nilai-nilai keadilan yang ada dalam bermasyarakat. Dalam arti
sempit, penegakkan hukum itu hanya menyangkut penegakkan peraturan yang
formal dan tertulis.

105
Rif’ah Roihanah, “Penegakan Hukum di Indonesia” (Online), tersedia di WWW:
http://digilib.unila.ac.id/2827/12/BAB%20II.pdf (11Maret 2019).
106
Lukman Ali, “Hukum Islam: antara Superior dan Inferior dalam Penegakan Hukum di Indonesia”
Jurnal Hukum Diktum, vol. 13, no 1. 2015, hlm 23.
107
Bambang Waluyo, Penegakan Hukum di Indonesia, Sinar Grafika 2016. Hlm. 98.
108
Dellyana,Shant, “Konsep Penegakan Hukum”, (Libert: Yogyakarta, 1988) hlm. 32

42
Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan
hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam kaidah-kaidah/pandangan nilai yang
mantap dan mengejewantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap
akhir untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan
hidup. Menurut Soerjono Soekanto dalam kerangka proses penegakan hukum terdapat
lima faktor yang mempengaruhi penegakan hukum sebagai berikut109:

1. Faktor Hukum
Praktik penyelenggaraan hukum di lapangan ada kalanya terjadi pertentangan
antara kepastian hukum dan keadilan, hal ini disebabkan oleh konsepsi
keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak, sedangkan kepastian
hukum merupakan suatu prosedur yang telah ditentukan secara normatif.
Justru itu, suatu kebijakan atau tindakan yang tidak sepenuhnya berdasar
hukum merupakan sesuatu yang dapat dibenarkan sepanjang kebijakan atau
tindakan itu tidak bertentangan dengan hukum. Maka pada hakikatnya
penyelenggaraan hukum bukan hanya mencakup law enforcement, namun
juga peace maintenance, karena penyelenggaraan hukum sesungguhnya
merupakan proses penyerasian. antara nilai kaedah dan pola perilaku nyata
yang bertujuan untuk mencapai kedamaian.
2. Faktor Penegakan Hukum
Fungsi hukum, mentalitas atau kepribadian petugas penegak hukum
memainkan peranan penting, kalau peraturan sudah baik, tetapi kualitas
petugas kurang baik, ada masalah. Oleh karena itu, salah satu kunci
keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau kepribadian
penegak hukum.
3. Faktor Sarana atau Fasilitas Pendukung
Faktor sarana atau fasilitas pendukung mencakup perangkat lunak dan
perangkat keras, salah satu contoh perangkat lunak adalah pendidikan.
Pendidikan yang diterima oleh Polisi dewasa ini cenderung pada hal-hal yang
praktis konvensional, sehingga dalam banyak hal polisi mengalami hambatan
di dalam tujuannya, diantaranya adalah pengetahuan tentang kejahatan
computer, dalam tindak pidana khusus yang selama ini masih diberikan
wewenang kepada jaksa, hal tersebut karena secara teknis yuridis polisi
dianggap belum mampu dan belum siap. Walaupun disadari pula bahwa tugas
yang harus diemban oleh polisi begitu luas dan banyak.
4. Faktor Masyarakat
Penegak hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai
kedamaian di dalam masyarakat. Setiap warga masyarakat atau kelompok
sedikit banyaknya mempunyai kesadaran hukum, persoalan yang timbul
adalah taraf kepatuhan hukum, yaitu kepatuhan hukum yang tinggi, sedang,
atau kurang. Adanya derajat kepatuhan hukum masyarakat terhadap hukum,
merupakan salah satu indikator berfungsinya hukum yang bersangkutan.
5. Faktor Kebudayaan

109
Soerjono Soekanto. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegeakan” (Raja Grafindo Persada:
Jakarta 2004) hlm. 42

43
Berdasarkan konsep kebudayaan sehari-hari, orang begitu sering
membicarakan soal kebudayaan. Kebudayaan menurut Soerjono Soekanto,
mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat, yaitu
mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak,
berbuat, dan menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang
lain. Dengan demikian, kebudayaan adalah suatu garis pokok tentang
perikelakuan yang menetapkan peraturan mengenai apa yang harus dilakukan,
dan apa yang dilarang.

Kelima faktor tersebut saling berkaitan, merupakan esensi dari penegakan


hukum dan menjadi parameter untuk menentukan efektifitas penegakan
hukum.110Dalam proses penegakan hukum, tentunya dimaksudkan agar hukum atau
peraturan perundang-undangan yang diberlakukan dapat berfungsi sesuai yang
dikehendaki atau dipatuhi dalam masyarakat. Dalam penelitian ini kelima faktor akan
di analisa untuk menjawab mengenai penegakan hukum dari kelima faktor untuk
permasalahan persebaran hoax di media sosial.

Suatu kepatuhan hukum antara lain ditentukan pada kesadaran hukumnya. Sedangkan
kesadaran hukum itu merupakan faktor dari diri seseorang dan memiliki indikator
sebagai berikut :111

1. Pengetahuan tentang peraturan (Law awareness) Dalam hal ini, merupakan


pengetahuan seseorang berkenaan dengan perilaku tertentu yang diatur oleh
hukum tertuluis, yakni tentang apa yang dilarang atau apa yang dibolehkan.
2. Pengetahuan tentang isi peraturan (law acquaintance) Yang dimaksud adalah
bahwa sejumlah informasi yang dimiliki seseorang mengenai isi dari aturan
hukum (tertulis), yakni mengenai isi, tujuan, dan manfaat dari peraturan
tersebut.
3. Sikap hukum (legal attitude) Merupakan suatu kecenderungan untuk
menerima atau menolak hukum karena adanya penghargaan atau keinsyafan
bahwa hukum tersebut bermanfaat atau tidak bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Dalam hal ini sudah ada elemen apresiasi terhadap aturan hukum. 112

110
Soerjono Soekanto, ibid. hlm 44.
111
Soerjono Soekanto & Mustofa Abdullah, “Sosiologi Hukum dan Masyarakat” (Rajawali: Jakarta,
1980), Hlm. 96
112
Munir Fuady. Sosiologi Hukum Kontemporer, Interaksi Kekeuasaan, Hukum, dan Masyarakat
(Bandung : Citra Aditya Bakti, 2007), hlm. 80

44
4. Perlakuan hukum (legal behavior) yang dimaksud adalah tentang berlaku atau
tidaknya suatu aturan hukum dalam masyarakat. Jika berlaku suatu aturan
hukum, sejauh mana berlakunya dan sejauh mana masyarakat mematuhinya.

2.2.2 Teori Tata Kelola Internet

Penggunaan analogi dalam tatakelola Internet memiliki sejumlah keterbatasan.


Pertama, istilah “Internet” sendiri adalah istilah yang luas. Internet dapat mencakup
beragam layanan, mulai dari surat elektronik (email) yang setara dengan telepon,
layanan web (yang sebanding dengan layanan penyiaran televisi), database (setara
dengan perpustakaan). Perumpamaan terhadap aspek tertentu dari Internet, bisa jadi
akan terlalu menyederhanakan pemahaman tentang Internet.
Kedua, dengan meningkatnya konvergensi dari layanan telekomunikasi dan
media yang beragam, menyebabkan perbedaan tradisional dari beragam layanan ini
pun makin kabur. Misalnya, dengan dikenalnya VoIP, makin sulit membedakan
secara tegas antara Internet dan telepon. Analogi menjadi alat kognitif (pemahaman)
utama untuk membantu menyelesaikan kasus yang terkait dengan hukum, serta
mengembangkan rezim tatakelola Internet.113
Tata Kelola Internet itu sendiri ialah Pembangunan dan penerapan prinsip-
prinsip, norma-norma, aturan- aturan, prosedur-prosedur pembuatan keputusan, dan
program-program yang membentuk evolusi dan penggunaan Internet secara bersama-
sama, oleh pemerintah, swasta dan masyarakat sipil dalam peran masing-masing. 114
Tata kelola internet juga dapat di artikan suatu pengembangan dan penerapan oleh
pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil, dalam peranan mereka masing-
masing, terkait prinsip, norma, aturan, prosedur pengambilan keputusan, dan program
bersama yang membentuk evolusi dan penggunaan Internet.115
Tata kelola internet memiliki pendeketan dan sejumlah pendekatan dan pola
telah dikembangkan dan mengangkat poin- poin di mana terjadi berbagai posisi
berbeda dalam perundingan, yang juga mengidentifikasi budaya nasional dan
profesional. Klasifikasi dari isu-isu tata kelola Internet Tata kelola Internet merupakan
ranah yang pelik dan membutuhkan pemetaan konseptual awal serta pengelompokan
(klasifikasi). Kompleksitas ini terkait dengan sifatnya yang terdiri dari bermacam

113
Citizen Lab et al, Pengantar Tata Kelola Internet, (Jakarta: ICT watch, 2015) hlm. 7
114
Jovan Kurbalija, Op. Cit. hlm. 7
115
WGIG, Report of the Working Group on Internet Governance (2005), 4, http://www.wgig.org.

45
disiplin, mencakup banyak aspek, termasuk teknologi, sosial ekonomi, pembangunan,
hukum dan politik.
Laporan WGIG (2004) mengidenttifikasi empat area utama :
1. Isu-isu terkait dengan infrastruktur dan manajemen sumber daya Internet yang
penting.
2. Isu-isu terkait dengan penggunaan Internet, termasuk spam, keamanan
jaringan dan kejahatan dunia-maya (cybercrime).
3. Isu-isu terkait dengan aspek-aspek pembangunan dari tata kelola Internet,
terutama yang terkait dengan peningkatan kapasitas di negara-negara
berkembang.
4. Isu-isu terkait dengan Internet tetapi memiliki dampak yang jauh lebih luas
dari Internet, dan bagi organisasi-organisasi yang saat ini bertanggung jawab.
Misalnya hak atas kekayaan intelektual atau perdagangan internasional.

Mengklasifikasikan kelompok tata kelola Internet dalam 40-50 isu-isu utama, ke


dalam lima “keranjang”, mencakup Infrastruktur dan standardisasi, Hukum, Ekonomi,
Pembangunan dan Sosial Budaya. Isu-isu tata kelola Internet ini yang di bahas oleh
para pemangku kepentingan dalam tata kelola Internet yang beragam
(multistakeholder) :116
3. Pemerintah, Tujuh tahun terakhir – sejak masuknya tata kelola Internet ke
dalam agenda kebijakan tahun 2003 – merupakan proses pembelajaran untuk
kebanyakan pemerintah. Bahkan untuk negara-negara besar dan kaya
sekalipun,penanganan isu-isu tata kelola Internet merupakan bidang yang
penuh tantangan, seperti mengelola karakteristik tata kelola Internet yang
lintas-disiplin [aspek- aspek teknologi, ekonomi dan sosial], dan para pelaku
yang beragam. Banyak pemerintah perlu melatih para pejabatnya untuk
mengembangkan kebijakan, dan berpartisipasi aktif dalam beragam forum tata
kelola Internet, seraya terbata-bata mengikuti fenomena baru bernama tata
kelola Internet ini.
3. Sektor Bisnis/Perusahaan, Ketika ICANN berdiri [1998], salah satu hal yang
menjadi perhatian utama dari sektor bisnis adalah perlindungan atas merek
dagang. Banyak perusahaan berhadapan dengan penyalahgunaan nama domain
[cyber-squatting] dan merek dagang mereka oleh orang-orang yang sudah
terlebih dahulu mendaftarkan merek- merek mereka. Dalam proses pendirian
ICANN, para pemain dari lingkaran bisnis jelas-jelas memprioritaskan
perlindungan merek dagang dan memastikan agar isu ini segera dibahas begitu
ICANN terbentuk. Kini,dengan pertumbuhan Internet yang begitu
pesat,kepentingan bisnis dalam hal tata kelola Internet berkembang begitu luas
dan beragam, yang diisi oleh kelompok-kelompok perusahaan bisnis utama.
Mulai dari perusahaan nama domain, penyedia layanan internet, perusahaan
telekomunikasi, pengembang perangkat lunak hingga perusahaan konten
Internet.
3. Masyarakat sipil, Masyarakat sipil merupakan pendukung paling nyaring dan
aktifdari pendekatan beragam pemangku kepentingan terhadap tata kelola
116
Jovan Kurbalija, ibid, hlm. 177-185

46
Internet. Kritik yang lazim terdengar mengenai partisipasi masyarakatsipil
dalam forum-forum multilateral adalah, kurangnya koordinasi dan peran dari
suara-suara yang begitu banyak, dan kadang-kadang sumbang.
3. Organisasi-Organisasi Internasional, ITU merupakan organisasi
internasional pusat dalam proses WSIS.
Organisasi ini menjadi tuan rumah dari
Sekretariat WSIS dan memberikan
masukan kebijakan untuk isu-isu utama.
Keterlibatan ITU ini merupakan bagian dari
upaya berkelanjutan untuk mendefinisikan
dan mengonsolidasi posisi baru arena
telekomunikasi global yang berubah
begitu cepat, yang semakin banyak
dibentuk oleh Internet. Namun peran
ITU telah banyak mendapatkan tantangan
dalam berbagai cara.
3. Komunitas Internet, Komunitas Internet mencakup institusi dan individu
yang telah mengembangkan dan mempromosikan Internet sejak awal
terbentuk. Sejarah memperlihatkan bahwa anggota komunitas Internet melekat
pada universitas-universitas di Amerika Serikat, di mana mereka berperan
utama mengembangkan standar- standar teknis dan membentuk fungsi dasar
Internet. Komunitas Internet juga menciptakan semangat awal Internet,
berdasarkan prinsip-prinsip berbagai sumber daya, akses yang terbuka dan
perlawanan terhadap keterlibatan pemerintah dalam regulasi Internet. Sejak
awal, anggota-anggota komunitas ini memang melindungi konsep awal
Internet dari komersialisasi intensif dan campur tangan pemerintah yang
berlebihan.
Penggunaan teori tata kelola internet dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
infrastruktur internet yang sedang berjalan saat ini dalam menanggulangi
permasalahan persebaran hoax di Internet terutama di media sosial. Tata kelola
internet akan dibagi menjadi dua bagian yaitu tata kelola internet formal dan tata
kelola internet non-formal.

2.2.3 Teori Dot’s Life


Lawrence lessig mengemukakan bahwa dalam cyberspace terdapat empat modalitas
yang membatasi kebebasan manusia, yaitu law, social norms, code dan market117

117
Frank H. Easterbrook “Cyberspace and the Law of the Horse” (Online), tersedia di WWW:
https://chicagounbound.uchicago.edu/cgi/viewcontent.cgi?
referer=&httpsredir=1&article=2147&context=journal_articles

47
Gambar 2.4 Pathetic Dot Theory
Sumber : Wikipedia
Law (Hukum) mengatur perilaku manusia dengan menentukan atau melarang
aktivitas tertentu dengan akibat sanksi bagi yang melanggarnya secara ex post facto.
Namun di sana terdapat debat apakah cyberspace memerlukan seperangkat hukum
khusus atau apakah hukum di dunia nyata dapat diterapkan di dalam cyberspace
dengan beberapa penyesuaian.118 Di dalam dunia nyata, hukum mengatur perilaku
manusia secara langsung, akan tetapi di cyberspace hukum mengatur perilaku
manusia secara tidak langsung dengan tujuan untuk merubah market, norms dan code.
Kelompok yang menentang regulasi cyberspace (terutama anti-law Chicago School)
berasumsi bahwa market, norms dan code/architecture adalah hukum yang bebas
(independent of law), akan tetap menurut Lessig, ketiganya merupakan produk hukum
yang mengatur cyberspace secara bersama-sama.119
Social norms mengatur perilaku manusia dengan ancaman pidana secara ex
post yang dilaksanakan oleh komunitas, bukan oleh pemerintah. Norms (norma) yang
mengatur perilaku di cyberspace adalah Internet Etiquette dan social custom.120
Markets (pasar) mengatur dengan harga, oleh karena pasar dapat membatasi perilaku
itu hanya karena hukum dan norma sosial mengijinkan, maka pasar merupakan
pembatasan perilaku terhadap individu dan masyarakat. Kebijakan harga dari Internet
Service Provider (ISP) menentukan tinggi rendahnya akses ke internet. 121 Lessig
mencatat bahwa teknologi tidak hanya mempengaruhi kerangka pengaturan
(framework regulatory), akan tetapi teknologi itu sendiri dapat menjadi kerangka
pengaturan. Lessig juga membicarakan mengenai standard sebagai salah satu point
dalam pembahasan tentang code. Standards dalam jaringan komputer sama dengan
koordinasi dan regulasi yang digunakan dalam berinteraksi dengan menggunakan

118
Richard A. Spinello, “Cyberethics, Morality and Law in Cyberspace” (Jones and Bartlett Publishers
Int’l: London, 2000) hlm. 3
119
Lawrence Lessig, “Code” (Basic Books: New York 2006) hlm.
120
Lawrence Lessig, ibid. hlm.
121
Pembatasan dari pasar seringkali berbeda antara di cyberspace dengan di dunia nyata. Sebagai
contoh, pornografi dapat dengan mudah dan murah diperoeh dan didistribusikan di cyberspace,
sedangkan di dunia nyata akan berkebalikan keadaannya. Richard A. Spinello, op.cit, hal. 2-3.

48
internet, seperti TCP/IP, FTP dan HTML. Alokasi ruang (space allocation) pada
server jaringan (a network server) adalah standar regulasi yang menugaskan
pembatasan ruang penyimpanan pada pengguna tertentu yang mengijinkan banyak
pengguna untuk menggunakan sumber penyimpanan yang sama. 122
Keempat modalitas itu beroprasi dan berinteraksi secara bersama-sama
sehingga masing-masing saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak
langsung. Lessig mengkaji dua hal, yaitu pengaruh hukum terhadap pasar, norma dan
architecture dan pengaruh architecture terhadap hukum, pasar dan norma. Dari
kajiannya itu, Lessig berkesimpulan bahwa pemerintah dapat mengatur dan
membatasi perilaku seseorang di atau terhadap cyberspace dengan cara menentukan
software atau hardware tertentu yang mencegah seseorang mengakses informasi
tertentu. Akan tetapi pembatasan ini terkendala dengan produk (software) yang tidak
tunduk pada rezim hukum tertentu, yaitu software yang bersifat open source. Produk
ini milik semua orang dan pemerintah tak dapat menjangkaunya.
Penelitian ini menggunakan teori patthetic dots, karena berkaitan dengan judul
serta permasalahan yang akan dibahas, yaitu pengaturan mengenai tata kelola Internet
mengenai permasalahan persebaran hoax di media sosial. Dalam hal ini perilaku yang
ingin di atur adalah kebiasaan masyarakat penyebaran hoax di media sosial. Dalam
teori ini salah satu faktor yang menjadi kekuatan untuk mengatur perilaku yaitu
kekuatan hukum, arsitektur, pasar dan norma.

BAB III
HASIL PENELITIAN
3.1 Kasus Hoax

Hasil penelitian akan di dijelaskan di dalam bab ini dengan cara menyajikan fakta
yang ada di lapangan dalam bentuk narasi maupun tabel, yang dimana fakta tersebut
di temukan di masyarakat dalam penggunaan internet yang berdampak negatif seperti
penyebaran berita bohong di media sosial. Kasus-kasus yang akan di pilih dan di

122

49
susun akan terkait hoax pemilu yang dimana bagian dari hoax politik yang marak di
media sosial. Kasus-kasus tersebut di antaranya sebagai berikut :
Gambar 3.5 Hoax

1. Kasus Hoax
Isu Penculikan
anak

Penyebaran
pesan berantai isu
penculikan
anak hanya

menimbulkan keresahan dan ketakutan masyarakat. Karena itu, penyebaran


kabar hoax sedang diselidiki tim dari Cyber Bareskrim. Isu penculikan anak
yang disebut dilakukan orang yang berpura-pura menjadi pengemis dan orang
gila makin membuat khawatir masyarakat. Isu penculikan anak yang
meresahkan warga, akhirnya memakan korban orang yang tak tahu apa-apa.
Seorang perempuan yang diduga mengalami gangguan jiwa jadi bulan-
bulanan warga yang marah. Perempuan tersebut bernama Siti Nuryatinah asal
Dusun Baru Klinting, Desa Baruharjo, Kecamatan Durenan, Kabupaten
Trenggalek. Saat kejadian pada Rabu 31 Oktober 2018, dia turun di ruas jalan
tol Mojokjerto- Surabaya. Perempuan yang berpenampilan lusuh dengan

50
membawa satu bungkus plastik warna hitam ini berjalan masuk ke Desa
Sembung, Kecamatan Wringinanom. Lalu, dia menghampiri anak kecil yang
sedang bermain di halaman rumahnya. Karena penampilan wanita itu
menyeramkan, bocah berusia 7 tahun tersebut lari sambil teriak. Sejumlah
warga yang berada di sekitar lokasi beramai-ramai mengamankannya. Warga
pun membawanya ke balai desa setempat.

2. Hoax Telepon Disadap dan Chat di WhatsApp Dipantau Pemerintah


Pada awal 2018 beredar berita hoax melalui broadcast message tentang
pemantauan segala aktivitas pengguna ponsel. Bahkan informasi itu
menunjukkan pengguna ponsel akan disadap dan dipantau oleh Badan Siber
dan Sandi Negara (BSSN). Aktivitas yang disebut dipantau pemerintah mulai
panggilan telepon hingga media sosial. Dalam pesan tersebut dikatakan
kebijakan itu berkenaan dengan peraturan komunikasi baru dan jaringan
keamanan dari BSSN. Kemudian ditulis secara rinci apa saja yang akan
dipantau oleh pemerintah mulai dari panggilan telepon, WhatsApp, sampai
Facebook.
Kondisi itu memunculkan pertanyaan masyarakat pengguna jejaring
dan media sosial. Kebijakan yang tidak bisa dilacak sumbernya itu
meresahkan warganet karena ruang media komunikasi yang dianggap privasi
dipantau oleh pemerintah. Tentu saja informasi yang disampaikan itu tidak
benar.
3. Kasus Hoax Legalisasi LGBT dan Perzinahan
Beredarnya draft rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan
Seksual (RUU P-KS) di sosial media yang tidak sesuai dengan Draff aslinya.
Draft tersebut ditambahkan pasalnya seolah RUU P-KS ini melegalkan LGBT
dan Perzinahan. Fraksi PKB yang mengawal terus rancangan undang-undang
mengatakan itu hoax. Fraksi PKB sebagai bagian instrumen di Parlemen, ia
menyebutkan secara detail pointers penting dalam Draft RUU P-KS,
diantaranya soal aturan rehabilitasi hingga persoalan hukum bagi pelaku
kekerasan seksual. Publik hari ini menurutnya, jangan mudah percaya jika
menerima informasi khususnya menyangkut kebijakan politik apalagi
mengenai draft rancangan UU yang diproses di parlemen.

51
4. Kasus Hoax ‘server KPU di-setting menangkan Jokowi-Ma’ruf’
Tersengaka pembuat hoax’server KPU di-setting menangkan Jokowi-
Ma’ruf 57 persen meminta maaf atas perbuatanya. Diketahui dalam kasus ini,
polisi telah mengamankan dua tersangka yang berperan sebagai buzzer.
Keduanya ditangkap terpisah yakni di Jakarta timur dan Lampung. Rickynaldo
menyampaikan masih ada lagi seorang yang diperiksa terkait kasus ini. Dia
adalah si perekam ucapan WN saat sedang melakukan presentasi dalam rapat
koordinasi pemenangan paslon capres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di
kediaman mantan Bupati Serang Ahmad Taufik Nuriman.123 Tersangka diduga
melakukan tindak pidana menyiarkan suatu berita/informasi bohong tentang
bocornya server KPU dan sudah disetting angka 57 persen untuk salah satu
pasangan calon dan/atau penghinaan dan pencemaran nama baik serta
menghina badan umum yang ada di Indonesia dalam hal ini KPU. Info hoax
ini sempat tersebar di media sosial diantaranya Facebook, Twitter, dan
Youtube sehingga sangat merugikan pihak KPU sebagai penyelenggara
pemilu.
5. Kasus Hoax Jokowi PKI

Kasus ini berawal dari seorang pria berinisial EY ditangkap polisi


lantaran mengatakan Presiden Joko Widodo sebagai PKI di akun media
sosialnya. Polisi menilai EY telah menyebar fitnah atau berita tidak benar
tentang presiden, yang merupakan lemabaga Negara. EY diduga melakukan
penghiinaan melalui akun Facebook dengan nama Egiet Yusatanagi
penangkapan dilakukan setelah penyidik mendapat informasi beredarnya
konten penghinaan terhadap jokowi dan hoax jokowi adalah PKI. Tidak hanya
itu namun EY juga menyebar hoax tentang tewasnya saksi pasangan calon 02
Prabowo-Sandi karena di bacok PPK Amalatu, Seram, Maluku. Polisi turut
menyita barang bukti yaitu satu unit tablet, tiga unit ponsel, dua akun
Facebook, dan satu akun Instagram.124

123
Audrey Santoso “Pembuat Hoax 'Server KPU Di-setting' Minta Maaf ke KPU dan Pemerintah”
(online) tersedia di WWW : https://news.detik.com/berita/d-4589385/pembuat-hoax-server-kpu-di-
setting-minta-maaf-ke-kpu-dan-pemerintah
124
Audrey Santoso “Sebar Hoax Jokowi PKI, Pria di Tangsel Ditangkap” (online) tersedia di WWW :
https://news.detik.com/berita/d-4541803/sebar-hoax-jokowi-pki-pria-di-tangsel-ditangkap

52
Kasus pertama, Hoax Isu Penculikan anak adalah contoh kasus hoax yang
berjenis kriminalalitas karena konten yang memuat hal-hal berkaitan dengan tindak
kejahatan. Lalu kasus hoax telepon disadap dan chat di whatsapp dan dipantau dan
kasus hoax legalisasi lgbt dan perzinahan pemerintah ini adalah contoh hoax jenis
politik yang dimana konten yang memuat segala hal yang berhubungan dengan
penyelenggara negara, pembagian kekuasaan, berupa kebijakan atau cara-cara
mempertahankan kekuasaan. Hoax yang tersebar berkaitan dengan penyelenggara
negara dan kasus hoax legalisasi LGBT dan perzinahan berkaitan dengan kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah.
Dua kasus terakhir adalah contoh kasus hoax pemilu yang dimana adalah
bagian dari hoax politik namun terbatas hanya menyerang peserta pemilu Kasus Hoax
‘server KPU di-setting menangkan Jokowi-Ma’ruf’ dan kasus hoax Jokowi PKI
menyerang calon presiden Jokowi dan hoax server KPU di setting juga secara tidak
langsung menyerang penyelenggara pemilu.
3.2 Sistem Pembatasan yang dilakukan oleh Penyelenggara Sistem Elektronik
Sebelum bawaslu melakukan kewenanganya untuk berkolaborasi memberantas hoax
dengan melakukan perjanjian agar media sosial berkomitemen menangkal hoax
khususnya soal Pemilu, penyelenggara sistem elektronik telah melakukan pembatasan
terhadap konten-konten yang mengandung unsur hoax. dalam hal ini pembatasan
yang dimaksud adalah safety by design yang biasanya dimiliki oleh penyelenggara
sistem elektronik. Media sosial masing-masing mempunyai fitur-fitur yang
merupakan batasan-batasan. Berikut adalah fitur-fitur yang dimiliki sistem
penyelenggara sistem elektronik
3.20 Fitur PSE

Media sosial Fitur pembatas


Facebook  Fitur Fact Checking yaitu third party fact
checker125
 Advertising transparency126
 Fitur breaking news dan menghapus
fitur trending topic127
 Membuat tombol pelaporan berita
125
Erwin Prima, “Facebook Kembangkan Fact-Checking untuk Foto dan Video “(online) tersedia di
WWW: https://tekno.tempo.co/read/1126971/facebook-kembangkan-fact-checking-untuk-foto-dan-
video (12 MAY 2019)
126
Desy Setyowati “Tiga Fitur Facebook Cegah Peredaran Hoax Saat Pilpres
“(online) tersedia di WWW: https://katadata.co.id/berita/2018/05/18/tiga-fitur-facebook-cegah-
peredaran-hoax-saat-pilpres (12 MAY 2019)

53
hoax128
 Dapat melakukan pemblokiran;129
Twitter  fitur BRIM (Block, Report, Ignore dan
Mute)
 Menerapkan fitur Trusted Flagger130
Youtube  fitur isyarat Informasi / information
cues131
 Fitur Panel Informasi (Cek fakta)132
 Fitur kolom Video Berita133

Instagram  Fitur pop-up134


 memperbolehkan pengguna untuk
meminta lambang centang verifikasi
yang menandakan akun resmi.
 Melakukan pemblokiran

Whatsapp  frequently forwarded135


 fitur search by image136
 fitur forwarding info137

Dari tabel yang telah diuraikan di atas, beberapa penyelenggara sistem elektronik
telah mengatur batasan-batasan yang untuk melindungi dan menjaga media sosial agar

127
Jeko I. R. “Fitur Trending Topic Dihapus di Facebook, Apa Alasannya?” (online) tersedia di
WWW: https://www.liputan6.com/tekno/read/3547600/fitur-trending-topic-dihapus-di-facebook-apa-
alasannya (12 MAY 2019)
128
“Kompas.com” (Online), terseida di WWW:
https://tekno.kompas.com/read/2016/11/29/19240047/cara.melaporkan.berita.hoax.di.facebook.google.
dan.twitter (18 April 2019)
129

“Facebook.com” (Online), tersedia di WWW: https://id-id.facebook.com/help/174623239336651 (18


April 2019).
130
“DailySocialid”(Online), tersedia di WWW: https://dailysocial.id/post/tangkal-konten-negatif-
kominfo-pakai-fasilitas-trusted-flagger-untuk-google-dan-twitter/ (18 April 2019).
131
Rehia Sebayang,” Perangi Hoax, YouTube Akan Beri Kutipan Wikipedia di Video” (online) tersedia
di WWW : https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20180314171217-33-7258/perangi-hoax-youtube-
akan-beri-kutipan-wikipedia-di-video
132
 Alika Noor Kholifah “YouTube Luncurkan Fitur Cek Fakta, Lawan Hoax” (online) tersedia di
WWW : https://www.msn.com/id-id/berita/teknologidansains/youtube-luncurkan-fitur-cek-fakta-
lawan-hoax/ar-BBUvW3J
133
Cahyandaru Kuncorojati “Lawan Hoax, YouTube Sediakan Kolom Video Berita” (online) tersedia
di WWW : https://www.medcom.id/teknologi/news-teknologi/RkjZ86Gk-lawan-hoax-youtube-
sediakan-kolom-video-berita
134
Virgina Maulita Putri “Begini Cara Instagram Periksa Konten Hoax” (online) tersedia di WWW :
https://inet.detik.com/mobile-apps/d-4540394/begini-cara-instagram-periksa-konten-hoax
135
Fino Yurio Kristo “WhatsApp Batasi Forward Pesan Hanya 5 Kali” https://inet.detik.com/law-and-
policy/d-4394102/whatsapp-batasi-forward-pesan-hanya-5-kali
136
Ahmad Luthfi “WhatsApp Uji Fitur Pencarian Gambar untuk Tangkal Berita Hoax” (online)
tersedia di WWW : https://techno.okezone.com/read/2019/03/14/326/2029915/whatsapp-uji-fitur-
pencarian-gambar-untuk-tangkal-berita-hoax
137
Genda Omaryhara"WhatsApp Rancang Fitur untuk Kenali Spam Lewat Forwarding Info" (online)
tersedia di WWW : https://tirto.id/whatsapp-rancang-fitur-untuk-kenali-spam-lewat-forwarding-info-
dkec

54
pesta demokrasi Indonesia berjalan dengan damai. Berikut penjelasan fitur yang
dimiliki penyelenggara sistem elektronik facebook :

1. Fitur Fact Checking, foto dan video tersebut dikirim kepada fact-checker
untuk selanjutnya ditinjau lebih lanjut, atau mitra fact-checker juga bisa
menemukan konten tersebut. Kebanyakan mitra third-party fact checker
Facebook memiliki keahlian untuk mengevaluasi foto dan video. untuk
melakukan periksa data terhadap konten-konten di Facebook dan akan
memberikan rekomendasi kepada penggunanya.

Gambar 3.6 Fitur fact Checking Facebook

Sumber : buzzfeed.com

Secara teknis, fitur ini akan mendeteksi berita bohong atau hoax yang ada di
Facebook. Facebook akan mengurangi distribusi konten dan menyuruh rekan fact
checking Indonesia yang telah bekerja sama dengan Facebook seperti tirto.id,
Mafindo dll. Apabila fact checker yang telah menjadi rekan facebook menilai sebuah
itu sebuah hoax maka akan muncul notifkasi “telah ditandai pemeriksa fakta
diragukan akurasinya” Selain itu, pengguna Facebook juga akan diberi fitur “baca
juga” yang berisi konten-konten yang meng-counter.138

Ahmad Zaenudin"Facebook Gandeng Tirto.id untuk Program Third Party Fact Checking"
138

https://tirto.id/facebook-gandeng-tirtoid-untuk-program-third-party-fact-checking-cG7s.

55
1. Advertising transparency, yang mewajibkan politikus menyertakan data diri
jika berkampanye senilai lebih dari US$ 500 atau setara Rp 7 juta. Nantinya,
informasi seputar politikus tersebut bisa diketahui pengguna jika membuka
tautan iklan. 
2. Fitur breaking news dan menghapus fitur trending topic, Facebook benar-
benar ingin memastikan berita yang mereka lihat di Facebook berasal dari
sumber yang dapat dipercaya dan berkualitas. Sebagai contoh, Facebook
nantinya akan memiliki sejumlah fitur pengganti Trending Topic agar
penggunanya tetap bisa mendapatkan informasi.
3. Membuat tombol pelaporan berita hoax, pelaporan ini bisa dilakukan dengan
cara klik tanda panah ke bawah yang ada di sebalah kanan atas akun dan pilih
“laporkan kiriman”, setelah itu akan ada pertanyaan “apa yang terjadi” dan
disini akan diminta alsan mengapa konten tersebut dilaporkan dan dapat
dijelaskan lebih rinci lagi dalam jendela selanjutnya yaitu pilihan opsi, dan
dapat dijelaskan mengenai konten tersebut adalah berita yang salah.
4. Blokir dapat dilakukan apabila terdapat perilaku seseorang yang dianggap
mengesalkan atau mengganggu.

Selanjutnya Penyelenggara sistem elektronik yaitu twitter, berikut penjelasan


beberapa fitur yang dimiliki twitter:

1. Fitur BRIM (Block, Report, Ignore dan Mute), yang dapat digunakan oleh
penggunanya terhadap konten yang membuat mereka tidak nyaman.
2. Memiliki program Trusted Flagger, program in memberikan wewenang
kepada individu atau organisasi untuk melaporkan konten yang dinilai
melanggar Pedoman Komunitas kepada Youtube atau Google.

Penyelenggara sistem elektronik yang ketiga ada Youtube yang merupakan media
sosial yang menampilkan berbagai macam video untuk ditayangkan, berikut
merupakan fitur-fitur yang dimiliki Youtube dan juga penjelasannya:

1. Information Cues, YouTube berniat menambahkan sumber informasi


alternatif di dalam video yang mempertanyakan sains atau menampilkan
teori konspirasi mengenai kejadian-kejadian tertentu, seperti pendaratan di

56
bulan. Ia mengatakan isyarat informasi seperti itu akan diterapkan pertama
kali di topik-topik yang paling banyak memiliki video di YouTube.
2. Fitur Panel Informasi (Cek fakta), Fitur ini menyediakan pemeriksaan
fakta bagi pengguna yang mencari istilah atau frasa tertentu.
3. Fitur kolom Video Berita, apabila melakukan pencarian video YouTube
mengenai pendaratan manusia di bulan, akan muncul sebuah potongan
artikel yang memberikan penjelasan mengenai momen atau peristiwa di
dalam video tersebut. 

Penyelenggara sistem elektronik yang keempat adalah Instagram, berikut merupakan


beberapa fitur yang dimiliki oleh Instagram beserta penjelasannya:
1. Fitur pop up, instagram juga disebut akan menambahkan pop-up yang akan
muncul ketika pengguna mencari kata kunci yang terkait dengan misinformasi,
seperti konten hoax.
2. memperbolehkan pengguna untuk meminta lambang centang verifikasi yang
menandakan akun resmi.
3. Instagram juga memiliki kebijakan pemblokiran agar akun yang melakukan
blokir tersebut tidak mendapat gangguan kembali oleh akun yang diblokir;

Penyebaran hoax juga terdapat di aplikasi chatting yaitu whatsapp, selain digunakan
untuk berkomunikasi dengan orang lain, WhatsApp juga seringkali disalahgunakan
untuk membagikan kabar bohong alias hoax dan informasi negatif lainnya,
Menindaklanjuti banyaknya informasi hoax, whatsapp memberikan fitur-fitur
pembatas yangdigunakan untuk menanggulangi hoax sebagai berikut :
1. Frequently Forwarded, membatasi jumlah forward pesan hingga lima kali.
2. Fitur Search By Image, Fitur itu diproyeksikan dapat mengidentifikasi
keaslian gambar yang telah mereka terima dalam obrolan
3. Fitur Forwarding Info, sejatinya memberikan informasi berapa kali pesan
yang di-forward itu diteruskan, sebagaimana tampak pada gambar di bawah
(sebelah kiri), Informasi tersebut bisa dilihat dengan menekan pesan yang di-
forward di jendela chat, kemudian menekan ikon "i" atau info di bagian kanan
atas jendela chat, sama seperti ketika pengguna ingin mengetahui apakah
pesan di WhatsApp sudah terbaca atau terkirim.

3.3 Sistem Pembatasan yang dilakukan oleh Penyelenggara Pemilu

57
1. Bawaslu
Dalam kasus ini penyelenggara pemilu memiliki kewenangan membatasi bilama
konteksnya berkaitan dengan pemilu bawaslu memiliki kewenangan untuk mengkaji,
dan akan merekomendasikan kepada kominfo atau platform (media sosial). Bawaslu
meminta delapan aplikasi media sosial di antaranya :139

1. Facebook
2. Twitter
3. Instagram
4. BBM Indonesia
5. Liveme
6. Bigo
7. Line
8. Google

Aplikasi di atas telah membuat deklarasi dengan kominfo akan membantu proses
pilkada serentak yang bersih dari hoax. kewajiban kedelapan aplikasi ini melakukan
suspend dan take down. Pemberian kewenangan kepada Bawaslu ini didasari
deklarasi yang ditandatangani kesembilan aplikasi media sosial dan Kominfo.
Suspend dan Take down.
3.4 Data Hoax
3.4.1 Data Hoax Mafindo
Berbagai temuan mengenai penyebaran berita bohong di media sosial
berdasarkan jenisnya yang ditemukan di tengah masyarakat sebagai dampak
penggunaan media sosial. Data hoax yang digunakan di penelitian ini berasal dari
Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax atau lebih terkenal dengan nama lembaga resmi
yaitu MAFINDO. Gerakan masyarakat ini setiap bulanya membuat peta sebaran hoax.
Untuk laporan data hoax yang akan digunakan di penelitian ini keseluruhan dari
berbagai jenis hoax dan di mulai dari 2018 dan 2019.
Diagram 3.1 Jumlah Hoax Tahun 2018
Berapa Jumlah hoax per bulanya selama 2018 ?

139
Audrey Santoso “Cegah Hoax Pilkada, Bawaslu Bisa Minta Bigo dkk Blokir Akun Bandel”
https://news.detik.com/berita/d-3903944/cegah-hoax-pilkada-bawaslu-bisa-minta-bigo-dkk-blokir-
akun-bandel

58
Jumlah Hoax
Tahun 2018
101 101 111 88
76 76 79 83 76
65 79 62

i i t l i i li s r r r r
uar uar are pri Me Jun Ju stu be be be be
n r M A u m to m m
Ja Feb Ag pte Ok ove ese
Se N D

Pada diagram di atas dapat dilihat bahwa jumlah hoax yang di terima dan
tersebar di media sosial dari bulan Januari-Desember tahun 2018 jumlahnya fluktuasi.
Pada bulan Januari terdapat 76 konten hoax yang tersebar di media sosial, pada bulan
Februari berjumlah sama dengan bulan januari, pada bulan Maret berjumlah 79 hoax,
untuk bulan April berjumlah 101, dan bulan Mei berjumlah 83, untuk bulan juni
berjumlah 76, bulan juli berjumlah 65, bulan agustus terdapat berjumlah 79, di bulan
September berjumlah 101, pada bulan Oktober berjumlah 111, untuk bulan
Novermber berjumlah 62, dan di bulan Desember berjumlah 88. Dilihat bulan
Oktober adalah bulan dengan jumlah terbanyak yaitu 111. Sepanjang 2018 Komiite
Fact Checker Mafindo telah melakukan klarifikasi atau debunking terhadap 997 hoax
yang beredar di tengah masyarakat. Hoax yang tersebar di media sosial juga terdiri
dari beberapa jenis hoax. Dalam penelitian ini jenis hoax kategori politik yang akan
menjadi perhatian penelitian ini.

Diagram 3.2 Jumlah Hoax Bertema Politik


Berapa Jumlah Hoax bertema politik pada tahun 2018?

59
Data Hoax di Indonesia Tahun 2018
Jumlah Hoax tahun 2018
Hoax (49,94%) diantaranya bertema politik

31%

69%

Pada diagram di atas selama 2018 dari 997 hoax, 488 di antaranya adalah hoax
kategori jenis atau bertema politik (49,94%). Hoax politik memang mendominasi
sepanjang bulan di tahun 2018. Perlu disampaikan, angka ini bukan menjelaskan
banyaknya jumlah hoaks politik yang beredar di tengah masyarakat, namun item
hoaks politik yang diterima Komite Fact Checker MAFINDO baik berasal dari
laporan publik maupun hasil pindaian anggota MAFINDO. Jumlah hoax di tengah
publik dengan menggunakan berbagai saluran tentunya jauh lebih banyak dan lebih
masif tersebar luas.
Diagram 3.3 Jumlah Hoax Politik Per-bulan
Berapa jumlah Hoax bertema politik setiap bulanya selama 2018?

Hoax Politik Per-bulan


69
61
47 46 47
28 31 26
35 30 32 36
se er
Ap t

r
ei
ni

pt us
Ag uli

Ok ber

ve r
Fe ari
ri

ril
e

be
No tobe
ar

M
Ju

De mb
ua

Se st
J
nu

m
em
M

u
br
Ja

Pada diagram di atas memperlihatkan hoaks politik selama setiap bulan dalam
tahun 2018. Bulan April (61) dan bulan September (69) mencatat rekor hoaks politik.
Pemetaan hoaks politik selanjutnya akan dilakukan berdasarkan sasaran target dan
tema hoaks politik. Kali ini, mapping tidak dilakukan selama setahun, tetapi merekam
dinamika hoaks politik selama 6 (enam) bulan terakhir di tahun 2018, jumlahnya
mencapai 259 hoaks. Pemilihan waktu ini disesuaikan dengan masa-masa menjelang
pemungutan suara dalam Pemilu 2019, di mana kampanye dilaksanakan semakin
intens, dan hoaks politik diperkirakan semakin banyak. Terlihat bahwa pada bulan

60
September, hoaks politik memuncak mencapai 69. Peristiwa yang terjadi pada saat itu
adalah pengundian nomor urut capres.
Siapa yang menjadi target hoaks politik selama enam bulan terakhir di tahun
2018? Terdapat enam pihak yang teridentifikasi secara general berdasarkan mapping
ini, yaitu: (1) Capres 1; (2) Capres 2, (3) pemerintah pusat; (4) pemerintah daerah
(local government); (5) partai politik; dan (6) tokoh-tokoh tertentu (significant
person). Dari ke-6 pihak tersebut, hoaks politik paling banyak menimpa Capres 1, (75
hoaks politik, 28,96%), pemerintah pusat (60 hoaks politik, 23,16%), significant
persons (57 hoaks politik, 22,01%), Capres 2 (54 hoaks politik, 20,85%), partai politik
(9 hoaks politik, 3,48%) dan pemerintah daerah (4 hoaks politik, 1,54%). Dinamika
target hoaks politik selama 6 bulan terakhir dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Setelah tahun 2018 berikut adalah jumlah data hoax yang tersebar dalam bulan
januari-maret tahun 2019
Diagram 3.4 Jumlah Hoax Bulan Januari-Maret 2019
Berapa Jumlah hoax per bulanya selama bulan Januari-Maret 2019

Data Hoax bulan Januari-Maret


2019
109
107

104

Januari Februari Maret

Pada diagram di atas disebutkan bahwa pada bulan januari ditemukan 109
hoax telah di klarifikasi oleh komite Fact Checkers Mafindo. Jumlah ini bertambah
sebanyak 21 jika di bandingkan dengan hoax bulan Desember yang berjumlah 88.
Terdapat penurunan jumlah hoaks di bulan Februari 2019, jika dibandingkan dengan
periode sebelumnya. Bulan ini, hoaks tangkapan Tim Fact Checking Mafindo
berjumlah 104 item. Ini berarti terjadi penurunan sebesar 4,59% jika dibandingkan
dengan temuan hoaks bulan Januari 2019 (109 item). Pada bulan Maret 2019, 107
hoax telah diklarifikasi oleh Komite Fact Checkers MAFINDO. Jumlah ini bertambah
sebanyak 3 item jika dibandingkan dengan tangkapan hoaks bulan Februari 2019 (104
item).
Diagram 3.5 Data Jumlah Hoax Politik Bulan Januari-Maret 2019
Berapa Jumlah hoax Politik per bulanya selama bulan Januari-Maret 2019

61
Hoax Politik Bulan Januari-Maret 2019
90
80
70
60
50
Pada 40 diagram di atas
30
dapat dilihat 20 bahwa di bulan
10
januari jumlah 0 postingan hoax
Januari Februari Maret
politik tetap tercatat
mendominasi keseluruhan hoax. Di bulan Januari 2019, hoaks politik ditemukan
berjumlah 58 buah (53.21%). hoax politik di bulan Februari tetap mendominasi,
jumlahnya melonjak tajam. Jika bulan lalu hoaks politik berjumlah 58 item, Februari
ini jumlahnya mencapai 71 item (68,27%). Seperti telah diperkirakan sebelumnya,
jumlah postingan hoax dengan konten politik di bulan Maret mendominasi
keseluruhan hoaks dengan jumlah mencapai 78 buah (72,89%).

3.3.2 Data Hoax Kominfo

62
Tidak hanya MAFINDO yang membuat laporan jumlah hoax setiap bulanya,
Kominfo juga mengidentifikasi jumlah hoax yang beredar di Internet sejak Agustus
2018- Maret 2019 yang di umumkan melalui Siaran Pers No.
69/HM/KOMINFO/04/2019 Senin, 1 April 2019

Gambar 3.7
Temuan Isu Hoax
Sumber : Kominfo
Total jumlah hoaks yang ditemukenali oleh Kemkominfo menjadi 1.224 hoaks
pada periode Agustus 2018 sampai dengan Maret 2019. Jumlah konten hoaks yang
beredar di tengah masyarakat cenderung meningkat dari bulan ke bulan. Di bulan
Agustus 2018, hanya 25 informasi hoaks yang diidentifikasi oleh Tim AIS Subdit
Pengendalian Konten Ditjen Aplikasi Informatika. Di Bulan September 2018, naik
menjadi 27 hoaks, sementara pada Oktober dan November 2018 masing-masing di
angka 53 dan 63 hoaks. Di bulan Desember 2018, jumlah info hoaks terus naik di
angka 75 konten. Jumlah hoaks, kabar bohong, berita palsu dan ujaran kebencian
terus meningkat menjelang hari pencoblosan 17 April 2019. Peningkatan jumlah
konten hoaks sangat signifikan terjadi pada bulan Januari dan Februari 2019.
Sebanyak 175 konten hoaks yang berhasil diverifikasi oleh Tim AIS Kementerian
Kominfo. Angka itu naik dua kali lipat di Februari 2019 menjadi 353 konten hoaks.
Angka tersebut menjadi 453 konten hoaks selama Maret 2019. Dari jumlah 453 hoaks
yang diidentifikasi selama Maret 2019 tersebut, selain terkait isu politik, juga
menyasar isu kesehatan, pemerintahan, hoaks berisikan fitnah terhadap individu
tertentu, terkait kejahatan, isu agama, internasional, mengarah ke penipuan dan
perdagangan serta isu pendidikan.

63
Gambar 3.8 Temuan Isu Hoax
Sumber : Kominfo
Dari total jumlah hoax 1.224, hoax yang paling banyak di temukan hoax jenis politik
sebanyak 319konten. Tim AIS Kemkominfo dibentuk oleh Menteri Kominfo
Rudiantara pada Januari 2018 untuk melakukan pengaisan, verifikasi dan validasi
terhadap seluruh konten internet yang beredar di cyber space Indonesia, baik konten
hoaks, terorisme dan radikalisme, pornografi, perjudian, maupun konten negatif
lainnya. 
3.4 Data Survey Akun Kampanye
Temuan data ini merupakan kampanye hitam dengan cara penyebaran hoax
yang dilakukan oleh orang-orang di luar tim kampanye seperti buzzer politik, akun
palsu, dll. data ini merupakan perbandingan antara kuantitas hoax yang di temui
kominfo dan Mafindo. Selain pengambilan data kuantitas data hoax yang telah di
temukann kominfo dan mafindo, di dalam peenlitian ini jg dilakukan survey kecil
untuk memantau akun-akun resmi media sosial yang digunakan sebagai sarana
kampanye dari para pasangan calon. Berikut akun media sosial yang telah di
daftarkan ke KPU oleh kubu Jokowi-Ma'ruf Amin:
Tabel 3.12 Akun Media sosial Pasangan Jokowi – ma’ruf

No Media Sosial Akun


1 Facebook https://facebook.com/jokowi.amin (Jokowi-Amin)
2 Instagram https://instagam.com/jokowi.amin (Jokowi-Amin)

3 Twitter https://twitter.com/jokowi_amin (@jokowi_amin)


4 Youtube https://www.youtube.com/channel/UCLlBh_VXKckypg2gQMrlCKw
(Jokowi Amin)

64
Berbeda dengan Jokowi-Ma'ruf, pasangan calon nomor 02 Prabowo-Sandi, justru
melaporkan akun pribadi masing-masing. Tidak ada akun pasangan calon yang
didaftarkan ke KPU. Berikut akun-akun dimaksud:
Tabel 3.13 Akun Media sosial Pasangan Prabowo - Sandiaga

No Media Sosial Akun


1 Facebook https://facebook.com/PrabowoSubianto
https://facebook.com/SandiSUno

2 Instagram https://www.instagram.com/prabowo/
https://www.instagram.com/sandiuno/

3 Twitter https://twitter.com/prabowo
https://twitter.com/sandiuno

4 Youtube -

3.4.1 Hasil Survey periode Kampanye 24 September – 22 May


Survey kecil yang dilakukan seperti memantau isi dari konten yang di unggah
kedalam 4 media sosial yang telah di daftarkan ke KPU berikut hasil survey untuk
akun pasangan Jokowi - Ma’ruf
Tabel 3.14 Hasil Survey Kubu Jokowi

No Media Akun Pelanggaran


Sosial
1 Facebook https://facebook.com/jokowi.amin (Jokowi-Amin) Tidak ada
palanggaran
2 Instagram https://instagam.com/jokowi.amin (Jokowi-Amin) Tidak ada
palanggaran
3 Twitter https://twitter.com/jokowi_amin (@jokowi_amin) Tidak ada
palanggaran
4 Youtube https://www.youtube.com/channel/UCLlBh_VXKckypg2gQMrlCKw Akun
(Jokowi Amin) youtube
tidak dapat
di akses

Secara garis besar kesimpulan setelah melakukan pemantauan di akun media sosial
yang telah di daftarkan ke KPU berikut adalah rangkuman isi dari masing-masing
media sosial sebagai berikut :
Tabel 3.15 Kesimpulan Hasil Survey

Facebook Instagram Youtube Twitter

- Unggahan video kampanye ⁃ foto yang - - Memberikan Informasi

65
offline ditambahkan narasi menggambarkan visi misi dan Hasil Suara Sementara
menceritakan kampanye yang program kartu sembaok Dari Real Count
dilakukan. murah, kratu pra kerja, kartu - Memberitakan 20 Visi
pintar kuliah Dan Misi Jokowi-Amin Jika
⁃ video yang di unggah Memenangkan Pemilu
komentar influeancer 2019-2024
mengenai kubu jokowi.amin - Meretweet Hal-Hal
serta dukunganya Positif Dr Para Pendukung
Jokowi-Amin (Memberikan
Semangat Serta Motivasi)
- Memberikan Informasi
Suasana Kejadian Pada
Masa Kampanye Di Tiap
Daerah

Pemantauan akun media sosial juga dilakukan untuk pasangan calon Prabowo-
sandiaga, berikut adalah hasil survey kecil yang dilakukan pemantauan untuk akun
pasangan prabowo – sandiaga :
Tabel 3.16 Hasil Survey Kubu Prabowo

No Media Sosial Akun Pelanggaran

1 Facebook https://facebook.com/PrabowoSubianto Tidak ada


https://facebook.com/SandiSUno palanggaran

2 Instagram https://www.instagram.com/prabowo/ Tidak ada


https://www.instagram.com/sandiuno/ palanggaran

3 Twitter https://twitter.com/prabowo Tidak ada


https://twitter.com/sandiuno palanggaran

4 Youtube Tidak mendaftarkan akun youtube


Secara garis besar kesimpulan setelah melakukan pemantauan di akun media sosial
yang telah di daftarkan ke KPU berikut adalah rangkuman isi dari masing-masing
media sosial sebagai berikut :
Tabel 3.17 Kesimpulan Hasil Survey

Facebook Instagram Youtube Twitter


Facebook Prabowo Instagram @Prabowo - Twitter @Prabowo
- Unggahan video motivasi - foto yang di unggah - Menyapa para pengikut
untuk para pengikut mengenai kegiatan kampanye - Memberikan info sedang
- Live facebook ketika offline dan hobi beliau. berjalanya kampanye di
mengadakan konfrensi pers suatu daerah
- Unggahan video kampanye Instagram @Sandiaga - Bercengkarama dengan
offline di berbagai daerah - mengutarakan program para pendukung dengan
kerja pengikut
Facebook Sandiaga uno - foto kegiatan kampanye - Tweet ucapan
- Unggahan video mengenai Offline berbelasungkawa atau
kampanye offline yang sekedar mengucapkan doa

66
dilakukan di berbagai daerah untuk kesembuhan para
- Ucapan belasungkawa dalam tokoh di indonesia
bentuk foto Twiter @Sandiuno
- Unggahan mengenai - Menceritakan kegiatan
program rumah siap kerja, kampanye
program ok oce - Tweet berupa visi misi
- Unggahan mengenai - Memberikan info sedang
kegiatan sehari-hari yang berjalanya kampanye di
dilakukan berupa lari pagi suatu daerah
- Menjeleskan program
program kerja seperti
rumah siap kerja dan
Program ok oce
- Tweet motivasi
- Memberikan info sedang
berjalanya kampanye di
suatu daerah.
Dapat disimpulkan bahwa akun yang telah di daftarkan ke KPU telah berkampanye
sesuai dengan ketentuan yang ada, namun survey kecil yang dilakukan dalam
penelitian ini menemukan fakta lain bahwa hoax justru berasal dari akun instagram
partai dan kader partai politik sebagai berikut :
3.4.2 Temuan Hoax Pada Media Sosial Elit Politik
Tabel 3.18 Hoax di Media Sosial

No Hoax Klasfikasi (Mafindo) Platform


1 Kategori : Fabricated Sumber: Akun
Content facebook
Hendra Bastari
Platform :
Facebook

2 Kategori : False Context/ Sumber :


konten disajikan dengan twitter
narasi konteks yang salah. @aniarief__

67
3 Sumber : akun
Kategori : Fabricated twitter partai
Content/ 100% konten gerindra
palsu. @gerindra

4 Kategori : Fabricated Sumber : akun


Content : 100% konten twitter
palsu. @RondeTapusa
ra / Kader
Demokrat

5 Fabricated Content : Sumber : akun


100% konten palsu. twitter partai
gerindra
@gerindra

Dalam hal ini seharusnya penyeleggara pemilu harus lebih bertaggung jawab
atas maraknya hoax terkait pemilu yang terjadi di media sosial, dari data di atas
terlihat bahwa penggunaan media sosial yang tidak bijak dengan menyebar kan hoax
menyalahkan aturan penggunaan media sosial dan menyalahkan prinsip kampanye
prinsip yaitu jujur, terbuka dan dialogis.

68
3.5 Hasil Wawancara Mafindo
Tabel 3.19 Hasil Wawancara Mafindo (Hoax)

No. 5 Faktor Penegakan Hukum Hasil Wawancara


1 Faktor Hukum Ketidak jelasan terhadap aturan berita bohong, adanya hal
yang perlu diperhatikan dan diperjelas lagi bahwa mengenai
pembagian payung hukum dalam kategori berita bohong
(hoax) sekaligus hukuman pidana yang pantas perlu ditindak
menjadi jelas. Tren baru penyebar hoax yang berlindung dari
penyebaran hoax dengan berbalik bertanya, Postingan
dengan gaya tersebut belum ada payung hukum dan aturan.
2 Faktor Aparat Penegakan Masih sedikitnya aparat penegak hukum yang belum siap
Hukum dalam mengantisipasi maraknya kejahatan ini karena masih
banyak aparat penegak hukum yang gagap teknologi hal ini
disebabkan oleh masih banyaknya institusi-institusi penegak
hukum di daerah yang belum didukung dengan jaringan
internet.
3 Faktor Masyarakat Masyarakat lebih senang membahas aspek-aspek yang
berkaitan dengan kekerasan, sensualitas, drama, intrik dan
misteri, Belum adanya pemahaman tentang bagaimana
menggunakan media sosial dan mengambil sisi positifnya,
serta bagaimana menghindari dampak negatifnya, serta
kurangnya kesadaran hukum masyarakat dan sifat malas
masyarakat untuk mulai mengkofirmasi apapun informasi
yang di dapat.
4 Faktor Sarana atau Fasilitas Mafindo menjadi salah satu sarana selain sebagai Fact
Pendukung Checker juga sebagai wadah belajar terkait hoax di Internet.
Tidak ada fasilitas pendukung khusus untuk permasalahan
hoax hanya sebatas jasa layanan dan jasa seluler Internet.
6 Faktor Kebudayaan Masih rendahnya budaya kritis dalam masyarakat kita.

69
Tabel 3.20 Hasil Wawancara Mafindo (Hoax Jenis Politik)
No Faktor Yang Hasil Wawancara
Mempengaruhi
Penegakan Hukum
1 Faktor Hukum Pasal 280 UU-Pemilu telah menyebutkan dengan jelas
larangan dalam kampanye seperti menghasut, memfitnah,
mengadu domba partai politik, perseorangan dan atau
kelompok masyarakat. seharusnya masih relevan digunakan
untuk menindak penyebaran hoax di media sosial.
2 Faktor Aparat Penegak Penegakan hukum tidak dilakukan serius di media sosial
Hukum sebagaimana di media konvensional seperti alat peraga dan
bahan kampanye. penyelenggara pemilu bisa lebih responsif
apabila ada hoax yang tersebar di media sosial, utamanya
yang berkaitan dengan proses penyelenggaraan pemilu.
3 Faktor Sarana atau Sarana atau fasilitas tersebut antara lain, mencakup tenaga
Fasilitas manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang
baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan
seterusnya. kapabilitas penyelenggara pemilu dalam
menangkal penyebaran hoax.
4 Faktor Masyarakat Calon Peserta Pemilu yang juga menjadi masyarakat yang
seharusnya di contoh pada saat tahun pemilu seperti ini,
calon peserta pemilu tidak mempunyai komitmen untuk
memerangi hoax. Kalaupun ada imbauan dari pasangan calon
kepada tim sukses, pendukung, dan simpatisan mereka untuk
tidak menyebarkan hoax, bahasa yang digunakan terlalu
formal. Dan masyarakat merasa menyebarkan berita hoax ini
bukan kejahatan.
5 Faktor Kebudayaan Budaya literasi saat ini merupakan salah satu program
pemerintah di ranah pendidikan untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Literasi tidak sekedar melek baca saja namun
bermakna komprehensif. Kurangnya budaya membaca

70
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengaturan Hoax dalam Hukum Positif
Penyebaran hoax atau berita bohong yang begitu massif di media sosial yang
menyesatkan masyarakat sudah seharusnya di atur sebagai wujud penanggulangan
dari perkembangan teknologi informasi yang digunakan dengan tidak bijak dengan
menyebarkan berita/informasi palsu atau hoax di media sosial akan dikenakan sanksi.
Di dalam hukum positif di Indonesia pelaku penebar hoax telah diatur oleh
pemerintah Indonesia melalui UU-ITE peraturan khusus yang mengatur penyebaran
hoax dengan menggunakan media elektronik. Namun sebelumnya pemerintah
Indonesia telah mengatur kedalam 14 dan/ Pasal 15 UU 1/1946 Peraturan Hukum
Pidana (UU Peraturan Hukum Pidana) dan KUHP. Ketentuan mengenai aturan-aturan
ini akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut.

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang


perubahan atas Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik

Mengenai larangan menyebarkan berita bohong di atur ke dalam pasal 28 ayat (1), isi
dari Pasal tersebut sebagai berikut :

(1)  Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong
dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi
Elektronik.

Sanksi bagi penyebaran berita bohong (hoax) diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas Undang- Undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik pada Pasal 45A
Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong
dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi
Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
1 miliar

71
Dari apa yang telah di sampaikan di atas, Pasal tersebut diatur tenatang penyebaran
berita bohong disebutkan bahwa “dalam transaksi elektronik” adalah Transaksi
Elektronik adalah perbuatan hukum yang dengan menggunakan Komputer, jarngan,
Komputer dan/ atau media elektronik lainya penjelasan tersebut sesuai Pasal 1 No. 2,
sesuai keterangan penjelasan pasal untuk pasal 28 ayat 1 cukup jelas. bagi yang
melanggardapat dikenakan sanksi berikut : Pasal 45 A ayat (1) yaitu muatan berita
bohong dan menyesatkan.
Dalam upaya penanggulangan berita bohong di media sosial pemerintah juga
memiliki wewenang menerapkan sistem pemblokiran untuk menertibkan situs dan
akun di media sosial yang menyebarkan berita palsu, agar tidak tersebar lebih luas.
Dalam kasus yang lebih serius, pemerintah menggunakan dasar hukum Undang-
Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) untuk menggiring para
penyebar konten berita palsu ke meja hijau. Pemblokiran terhadap pelaku hoax
dengan sanksi yang telah di uraikan di atas. Dasar hukum pemerintah menutup dan
memblokir situs maupun akun penebar hoax adalah pasal 40 ayat 2 dan 2a UU ITE :
(2) Pemerintah melindungi kepentingan umum dari segala jenis gangguan
sebagai akibat penyalahgunaan Informasi Elektronik dan Transaksi
Elektronik yang mengganggu ketertiban umum, sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan
(2a) Pemerintah wajib melakukan pencegahan penyebarluasan dan
penggunaan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan yang dilarang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal ini memperkuat peran pemerintah dalam memberikan perlindungan


dari segala jenis gangguang akibat penyalahgunaan informasi dan transaksi elektronik
dengan menyisipkan kewenangan tambahan pada ketentuan pasal 40 ayat 2 dan 2a.
Untuk menerapkan sistem pemblokiran untuk menertibkan situs dan akun di media
sosial yang menyebarkan berita palsu jika dilihat dari pasal 40 ayat 2 hoax
memberikan dampak menganggu ketertiban umum dan di pasal 40 ayat 2 huruf a
memblokir akun penyebar berita bohong merupakan pencegahan penyebarluasan
informasi yang memiliki muatan yang dilarang sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan. Namun tindakan pemerintah ini tidak efektif untuk menghalau
permasalahan penyebaran hoax di media sosial karena jika satu akun di
blokir/suspend oleh pemerintah, keesokan harinya akan ada akun baru lagi jadi
walaupun akun sebelumnya pernah di tangguhkan, bukan tidak mungkin penyebar
berita bohong itu jera atau enggan mengulangi tindakanya tersebut.

72
Selain penjelasan mengenai pengaturan hoax, maka selanjutnya bagiamana
pengaturan disinformasi, misinformasi dan fake news menurut hukum positif
Indonesia khususnya UU-ITE. Pengaturan hoax dalam hukum positif jika di tinjau
dari terminologi lain, sebagai berikut :

Tabel 4. Terminologi Hoax

No Terminologi Definisi Peraturan


1 Disinformasi Informasi yang disebarluaskan  Pasal 32 ayat
(Satire or Parody, didistorsi sedemikian rupa dengan (1)140 dan (3)141
Misleading Content, mengurangi bagian-bagiannya, UU-ITE
Imposter Content, sehingga menggiring khalayak pada  Pasal 35 UU-
Fabricated Content, kesimpulan tertentu, yang ITE142
False Connection, menyesatkan.
False Content dan
Manipulated Content)
2 Misinformasi Informasi yang keliru yang -
disebarluaskan tanpa tujuan tertentu.
3 Fake News Informasi yang sepenuhnya 28 ayat (1)
menggunakan fakta-fakta palsu
4 Berita Bohong Informasi yang sesungguhnya tidak 28 ayat (1)
benar, tetapi dibuat-buat seolah-olah
benar adanya.
Jika dilihat macam-macam disinformasi mengurangi bagian suatu informasi untuk
menyesatkan pembacanya dapat dikenakan pasal 32 ayat 1 san 3 dan juga pasal 35
UU-ITE dan untuk terminologi fake news dapat dikenakan pasal 28 sama seperti hoax
jika di lihat dari definisinya. Perbuatan yang di atur dari pasal 27-35 UU-ITE adalah
perbuatan yang dilarang. Walaupun UU-ITE tidak menjelaskan apa yang di maksud
berita bohong dan menyesatkan. tetapi jika di cermati lagi UU-ITE dan perubahaya
khusus mengatur mengenai hoax yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam
transaksi elektronik. Berita bohong yang tidak mengakibatkan kerugian konsumen
dalam transaksi elektronik dapat dikenakan UU-ITE tergantung dari muatan untuk
menyesatkan konsumen, seperti:

140
(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun
mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan,
menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik milik Orang lain atau
milik publik;
141
(3) Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang mengakibatkan terbukanya suatu
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang bersifat rahasia menjadi dapet diakses oleh
publik dengan keutuhan data yang tidak sebagaimana mestinya.
142
(5) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan manipulasi,
penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
dengan tujuan agar Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik tersebut dianggap seolah-olah
data yang otentik.

73
Tabel 4.

No Perilaku Peraturan
1 Jika berita bohong bermuatan kesusilaan maka dapat Pasal 27 ayat (1) UU ITE
dijerat pidana berdasarkan

2 Jika bermuatan penghinaan dan/atau pencemaran nama Pasal 27 ayat (3) UU ITE
baik dipidana berdasarkan

3 Jika bermuatan pemerasan dan/atau pengancaman Pasal 27 ayat (4) UU ITE;


dipidana berdasarkan

4 Jika bermuatan menimbulkan rasa kebencian berdasarkan Pasal 28 ayat (2) UU ITE
SARA dipidana berdasarkan

5 Jika bermuatan ancaman kekerasan atau menakut-nakuti Pasal 29 UU ITE.


yang ditujukan secara pribadi dipidana berdasarkan

Selain itu, pengaturan mengenai penyebaran berita bohong juga sudah di atur
sebelumnya kedalam KUHP sebagai berikut :

2. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

KUHP juga mengatur hal yang serupa walaupun dengan rumusan yang sedikit
berbeda yaitu digunakanya frasa “menyiarkan kabar bohong” Berikut ini penjabaran
singkat terkait Pasal 390 di dalam kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) yang
mengatur tentang hoax:

Pasal 390

Barang siapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang
lain dengan melawan hak menurunkan atau menaikkan harga barang
dagangan, fonds atau surat berharga uang dengan menyiarkan kabar bohong,
dihukum penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan.

Seseorang hanya dapat dihukum dengan Pasal 390 KUHP, apabila ternyata
bahwa kabar yang disiarkan itu adalah kabar bohong, yang dipandang sebagai kabar
bohong, tidak saja memberitahukan suatu kabar yang kosong, akan tetapi juga
menceritakan secara tidak betul tentang suatu kejadian.143

.Soesilo. “Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap


143

Pasal Demi Pasal” (Politeia : Bogor 1991) hlm.

74
Selain itu, pengaturan mengenai penyebaran berita bohong juga sudah di atur
sebelumnya kedalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1946 Tentang Peraturan Hukum
Pidana

3. Undang-Undang No. 1 Tahun 1946 Tentang Peraturan Hukum Pidana

Ketentuan lain selain UU-ITE yang mengatur mengenai berita bohong diatur kedalam
pasal 14 dan 15 UU 1/1946 Tentang Peraturan Hukum Pidana, yaitu:

Pasal 14

(1) Barangsiapa, dengan menyiarkan berita atau pemberitahuan bohong,


dengan sengaja menerbitkan keonaran dikalangan rakyat, dihukum dengan
hukuman penjara setinggi-tingginya sepuluh tahun.
(2) Barangsiapa menyiarkan suatu berita atau mengeluarkan pemberitahuan
yang dapat menerbitkan keonaran dikalangan rakyat, sedangkan ia patut
dapat menyangka bahwa berita atau pemberitahuan itu adalah bohong,
dihukum dengan penjara setinggi-tingginya tiga tahun.

Pasal 15
Barangsiapa menyiarkan kabar yang tidak pasti atau kabar yang berkelebihan
atau yang tidak lengkap, sedangkan ia mengerti setidak-tidaknya patut dapat
menduga bahwa kabar demikian akan atau sudah dapat menerbitkan
keonaran dikalangan rakyat, dihukum dengan hukuman penjara setinggi,
tingginya dua tahun

Dari apa yang telah di sampaikan di atas, Di dalam penjelasan undang-


undang nomor 1 tentang peraturan hukum pidana penjelasan untuk Pasal XIV (14)
Ialah sama dengan "Verordening No. 18 van het Militair Gezag". Keonaran adalah
lebih hebat dari pada kegelisahan dan menggoncangkan hati penduduk yang tidak
sedikit jumlahnya. Kekacauan meuat juga keonaran. Menyiarkan artinya sama dengan
"verspreiden" dalam pasal 171 Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Jika dilihat dari
penjelasan pasal bahwa dampak keonaran yang diberikan pada saat menyiarkan berita
atau pemberitahuan bohong harus dirasakan masyarakat banyak jadi tidak hanya satu
atau dua orang yang dirugikan namun masyarakat dengan jumlah banyak. Kata
menyiarkan dapat disama artikan dengan kata “verspreiden” yang berasal dari bahasa
belanda yang artinya menyebarluaskan. Untuk penjelasan Pasal XIV (15) Disusun
tidak begitu luas sebagai "verordening No. 19 van het Militair Gezag". Pasal ini

75
mengenai "kabar angin" (kabar yang tidak pasti) dan kabar yang disiarkan dengan
tambahan atau dikurangi. Menyiarkan kabar benar secara yang benar tidak dihukum.
Arti perkataan "keonaran" telah dijelaskan dalam penjelasan pasal XIV.
Berdasarkan penjelasan dari UU-ITE, KUHP, dan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana. Penyebaran berita bohong telah diatur
sejak tahun 1946, untuk persamaanya di dalam Pasal masing-masing UU sama sama
mengatur penyebaran berita bohong/kabar bohong namun yang membedakan kata
menyesatkan (UU-ITE) dan keonaran (UU 1/1946) tetapi dua kata tersebut bisa
dikatakan sama sama dampak dari penyebaran berita bohong tersebut. Namun untuk
Pasal 390 KUHP unsur yag harus terpenuhi adalah kabar bohong yang
menguntungkan diri sendiri atau orang lain. Perbedaan berita bohong yang diatur di
dalam UU 1/1946, KUHP dan UU-ITE ialah tempat dimana berita bohong itu
tersebar, untuk permasalahan penelitian ini menggunakan UU-ITE karena penyebaran
berita bohong dengan menggunakan media elektronik sedangkan Penyebaran berita
bohong (hoax) yang dilakukan tanpa menggunakan media elektronik, dapat dijerat
dengan Pasal 14 dan/atau Pasal 15 UU 1/1946 dan Pasal 390 KUHP.
4.1.1 Penegakan Hukum Hoax di Indonesia
Penegakan hukum pada pembahasan rumusan masalah ini ditujukan untuk
masyarakat yang telah melanggar pasal-pasal yang telah di uraikan di atas karena
penegakan hukum merupakan rangkaian proses penjabaran ide dan cita hukum yang
memuat nilai-nilai moral seperti keadilan dan kebenaran ke dalam bentuk-bentuk
konkrit, dengan kata lain bahwa penegakan hukum pada hakikatnya mengandung
supremasi nilai substansial yaitu keadilan. Secara konsepsional, maka inti dari
penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang
terjabarkan di dalam kaidah-kaidah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran
nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian
pergaulan hidup.144

Konsep Penegakan Hukum dan Faktor Yang memengaruhinya Dalam


korelasi negara modern, hukum dapat difungsikan sebagai sarana rekayasa sosial.
penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku atau

144
Lukman Ali, “Hukum Islam: antara Superior dan Inferior dalam Penegakan Hukum di Indonesia”
Jurnal Hukum Diktum, Vol. 13, No 1. hlm 23.

76
hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 145

Menurut Soerjono Soekanto dalam kerangka proses penegakan hukum terdapat lima
faktor yang mempengaruhi penegakan hukum yaitu faktor hukum, faktor penegak
hukum, faktor sarana atau fasilitas, faktor masyarakat, dan faktor kebudayaan.

Kelima faktor tersebut saling berkaitan, merupakan esensi dari penegakan


hukum dan menjadi parameter untuk menentukan efektifitas penegakan hukum.146
Berikut uraian penegakan hukum untuk permasalahan markanya hoax id media sosial
dengan analisa yang didasari oleh jawaban wawancara bersama Bapak Ari selaku CO-
Founder Mafindo sebagai lembaga yang turut serta kelima faktor di atas.

Faktor Hukum147 Dengan fakta yang ada faktor hukum sudah turut serta dalam
penegakan hukum terbukti karena adanya UU-ITE namun Peraturan perundang-
undangan sudah banyak yang mengatur sebelumnya mengenai penyebaran berita
bohong mulai dari KUHP, UU 1/1946 dan UU-ITE adalah bentuk perwujudan dari
tanggung jawab yang harus diemban oleh Negara, untuk memberikan perlindungan
maksimal pada seluruh aktivitas pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di
dalam negeri agar terlindungi dengan baik dari potensi kejahatan dan penyalahgunaan
teknologi. Akan tetapi masih banyak pada kalangan masyarakat terutama di sosial
media terjadi penyebaran informasi yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang berlaku yang seharusnya dipatuhi karena memang untuk keamanan dan
ketertiban masyarakat itu sendiri. Dengan melihat angka temuan data hoax yang
ditemukan Mafindo dan Kominfo, sebagai berikut :

145
Bambang Waluyo, Penegakan Hukum di Indonesia, Sinar Grafika 2016. Hlm.98.
146
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegeakan Hukum, Raja Grafindo
Persada 2004. hlm 44.
147
ketidakjelasan aturan hukum mengenai berita bohong, adanya hal yang perlu diperhatikan dan
diperjelas lagi bahwa mengenai pembagian payung hukum dalam kategori berita bohong sekaligus
hukuman pidana yang pantas perlu ditindak menjadi jelas, Dalam Undang- Undang ITE sebagai
payung hukum memang telah mengatur bentuk-bentuk permasalahan di media sosial yaitu berita yang
berisi fitnah, menghasut dan berita bohong. Namun, beragam berita bohong (hoax) yang tersebar setiap
harinya. tren baru penyebar berita bohong (hoax) yang berlindung dari penyebaran berita bohong
(hoax) dengan berbalik bertanya. Postingan dengan gaya tersebut belum ada payung hukum dan
aturannya sehingga perlu kolaborasi antara komunitas dan pemerintah dalam hal tersebut penegak
hukum dan kementerian komunikasi dan informatika (Kominfo) agar terjadi pemahaman yang utuh
terkait berita bohong (hoax).

77
Diagram 4. Perbandingan Temuan Isu Hoax

Berapa jumlah hoax yang di temukan pada bulan Agustus 2018 – Maret 2018?

Temuan Isu Hoax


Agustus -2018 - Maret 2019

1224 550

Kominfo Mafindo

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penyebaran berita hoax dalam
kurun waktu 8 bulan yang ditemukan oleh Kominfo sudah mencapai 1224 dan temuan
Mafindo sebanyak 550. Perbedaan jumlah temuan isu hoax yang di temukan oleh
Kominfo dan Mafindo selama periode yang sama memiliki perbedaan jumlah
dikarenakan Mafindo hanya melakukan check fakta terkait hoax yang dilaporkan oleh
masyarakat atau temuan para jurnalis Mafindo yang melakukan check fakta.
Sementara, Kominfo memiliki mesin pengais (crawling) yang bernama Mesin Ais
sebagai langkah untuk menangkal konten-konten negatif di internet. Sedangkan
Mafindo hanya memiliki perangkat yang sederhana yang dapat di askes oleh orang
banyak seperti google image reverse dan mencari fakta lain untuk membantah hoax
yang beredar.

Jika dilihat dari angkanya dalam waktu kurang dari setahun penyebaran
berita bohong begitu tinggi. terdapat beberapa kendala dan hambatan yang harus
disikapi dalam proses penegakan hukum pada faktor hukumnya sendiri yaitu
peraturan perundang-undangan atau regulasi yang belum bersesuaian dan belum
tersistematisasi secara baik dan benar. Seperti yang dikatan pada saat melakukan
wawancara bersama mafindo ada beberapa postingan dengan model postingan dengan
di akhiri tanda tanya perlu adanya kolaborasi antara komunitas dan pemerintah dalam
hal penegak hukum dan Kominfo agar terjadi pemahaman yang utuh terkait berita
bohong. Belum beraturannya regulasi yang tidak sejalan dengan asas lex scripta
(prinsip hukum itu harus tertulis), lex certa (tidak multitafsir), dan lex stricta (harus
ditafsirkan seperti yang dibaca) tersebut pada gilirannya telah memicu timbulnya

78
inflasi hukum, dimana terdapat begitu banyak peraturan peundang- undangan yang
diterbitkan, namun pada hakikatnya nilai dan kualitasnya dianggap terus mengalami
penurunan dalam kehidupan bermasyarakat.148

Faktor Aparat Penegak Hukum149, pada dasarnya sudah diatur mengenai peran
pemerintah sebagai aparat penegak hukum telah di atur kedalam UU-ITE, sebagai
berikut :

Pasal 40
(1)  Pemerintah memfasilitasi pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Fasilitas pemanfaatan Teknologi Informasi,
termasuk tata kelola Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik yang aman, beretika, cerdas,
kreatif, produktif, dan inovatif. Ketentan ini termasuk memfasilitasi masyarakat luas, instansi
pemerintah, dan pelaku usaha dalam mengembangkan produk dan jasa Teknologi Informasi dan
Komunikasi.
(2)  Pemerintah melindungi kepentingan umum dari segala jenis gangguan sebagai akibat
penyalahgunaan Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik yang mengganggu ketertiban
umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2a) Pemerintah wajib melakukan pencegahan penyebarluasan dan penggunaan Informasi
Elektronik dan / atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang dilarang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan.
(2b) Dalam melakukan pencegahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2a), Pemerintah
berwenang melakukan pemutusan akses dan / atau memerintahkan kepada penyelenggara
sistem elektronik untuk melakukan pemutusan akses terhadap Informasi Elektronik dan / atau
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar hukum.
(3) Pemerintah menetapkan Instansi atu Institusi yang memiliki Data Elektronik strategis yang
wajib dilindungi.
(4)  Instansi atau Institusi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus membuat Dokumen
Elektronik dan Rekam Cadang Elektronik serta menghubungkannya ke pusat data tertentu untuk
kepentingan pengamanan data.
(5)  Instansi atau Institusi lain selain diatur pada ayat (3) membuat Dokumen Elektronik dan
Rekam Cadang Elektronik nya sesuai dengan keperluan perlindungan data yang dimilikinya.
(6)  Ketentuan lebih lanjut mengenai peran Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), ayat (2a), ayat (2b) dan ayat (3) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Di dalam pasal ini disebutkan tugas Pemerintah sebagai salah satu aparat
Penegak Hukum, namun menurut Mafindo sebenarnya Aparat penegak Hukum di
Indonesia saat ini, mengalami kesulitan dalam menghadapi merebaknya cybercrime.
148
Amal Nur Ngazis “Mayarakat Anti Hoax Sebut Aturan Hukum Hoax Belum Jelas”
http://www.viva.co.id (12 Juli 2018)
149
Aparat Penegak hukum di Indonesia saat ini, mengalami kesulitan dalam menghadapi merebaknya
cybercrime. Hal ini dilatarbelakangi dengan masih sedikitnya aparat penegak hukum yang memahami
seluk beluk teknologi informasi (internet), terbatasnya sarana dan prasarana, serta kurangnya kesadaran
hukum masyarakat dalam upaya penanggulangan tindak pidana teknologi informas salah satunya
penyebaran berita bohong. Di samping itu aparat penegak hukum di daerah pun belum siap dalam
mengantisipasi maraknya kejahatan ini karena masih banyak aparat penegak hukum yang gagap
teknologi hal ini disebabkan oleh masih banyaknya institusi-institusi penegak hukum di daerah yang
belum didukung dengan jaringan internet.

79
Hal ini dilatarbelakangi dengan masih sedikitnya aparat penegak hukum yang
memahami seluk beluk teknologi informasi (Internet), terbatasnya sarana dan
prasarana, serta kurangnya kesadaran hukum masyarakat dalam upaya
penanggulangan tindak pidana teknologi informasi salah satunya penyebaran berita
bohong. Di samping itu aparat penegak hukum di daerah pun belum siap dalam
mengantisipasi maraknya kejahatan ini karena masih banyak aparat penegak hukum
yang gagap teknologi (gaptek) hal ini disebabkan oleh masih banyaknya institusi-
institusi penegak hukum di daerah yang belum didukung dengan jaringan Internet.

Faktor Masyarakat150, faktor utama yang menyebabkan informasi palsu (hoax)


mudah tersebarnya di Indonesia. Faktor itu yakni karakter asli masyarakat indonesia
yang dinilai tidak terbiasa berbeda pendapat atau berdemokrasi secara sehat. Ia
menyebut bahwa kondisi itu merupakan salah satu faktor mudahnya masyarakat
menelan hoax yang disebarkan secara sengaja. Kesadaran hukum masyarakat
merupakan hal yang sangat penting dan menentukan berlakunya suatu hukum dalam
masyarakat. Apabila kesadaran hukum masyarakat tinggi dalam melaksanakan
ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh hukum, dipatuhi oleh masyarakat, maka
hukum tersebut dapat dikatakan telah efektif berlakunya, tetapi jika ketentuan hukum
tersebut diabaikan oleh masyarakat, maka aturan hukum itu tidak efektif berlakunya.
Kesadaran hukm masyarakat itu menyangkut faktor-faktor apakah suatu ketentuan
hukum diketahui, dipahami, diakui, dihargai dan ditaati oleh masyarakat sebagai
pengguna hukum tersebut. Kesadaran hukum masyarakat merupakan unsur utama
yang harus diperhitungkan dalam berfungsinya hukum secara efektif dalam
masyarakat Berkaitan hal tersebut di atas, kesadaran hukum masyarakat menjadi
pedoman bagi penegakan hukum dan ketaatan hukum. Hal ini berarti kesadaran
hukum masyarakat menjadi parameter utama dalam poses penaatan hukum. Bukan
karena sanksi ataupun karena rasa takut melainkan karena kesadaran bahwa hukum
tersebut sesuai dengan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat,
sehingga harus ditaati.

Faktor sarana dan Prasarana151, Keterbatasan alat-alat khusus cyber crime yang
dimiliki oleh Polisi di daerah-daerah kabupaten sampai dengan tingkat kecamatan
150
kebanyakan masyarakat tidak terbiasa mencatat dan menyimpan data sehingga sering berbicara
tanpa data, di sisi lain masyarakat, menyebut masyarakat lebih senang membahas aspek-aspek yang
berkaitan dengan kekerasan, sensualitas, drama, intrik dan misteri, Masyarakat memasuki budaya baru
yang belum sepenuhnya disadari kelebihan maupun kelemahannya. masyarakat tidak mengetahui
pemahaman tentang bagaimana menghindari dampak negatif penggunaan Internet
151
Mafindo menjadi salah satu sarana selain sebagai Fact Checker juga sebagai wadah belajar terkait
hoax di Internet. Tidak ada fasilitas pendukung khusus untuk permasalahan hoax hanya sebatas jasa
layanan dan jasa seluler Internet.

80
untuk menunjang sarana prasarana penyidik dalam mengungkap tindak pidana
penyebaran berita bohong / penipuan transaksi elektronik. Keterbatasan alat-alat
modern di daerah menyebabkan waktu cukup lama dalam mengungkap tindak
kejahatan penipuan transaksi elektronik dan alat-alat yang dibutuhkan juga
memerlukan biaya yang besar.

Faktor Kebudayaan152 rendahnya budaya kritis dalam masyarakat kita. Selama


ini, pendidikan kritis tentang cara berpikir, bertindak, dan bernalar tidak pernah
diajarkan. Budaya kritis muncul dari kesadaran kritis yang tumbuh dalam alam
budaya berpikir. Budaya kritis lahir dari sikap yang selalu mempertanyakan
kebenaran dan sumber kebenaran yang sesungguhnya. Kebudayaan kritis melahirkan
sikap dan cara berpikir yang tidak mudah dimanipulasi oleh pihak-pihak yang
menggunakan proganda sebagai alat untuk mengaduk emosi publik lewat berita
bohong.

152
Masih rendahnya budaya kritis dalam masyarakat kita.

81
Hukum yang telah Arsitektur yang
4.1.2 Pathetic Dots
mengatur berita telah dilakukan
bohong: platform
 UU-ITE penyebaran berita
 KUHP Gambar 4. Pathetic Dots bohong
 UU 1/1946
Teori Patthetic
pada tahun 1998. Peraturan ini membahas mengenai bagaimana kehidupan individu
dan membatasi perilaku manusia yang diatur oleh empat kekuatan, yaitu hukum (law),
norma sosial (norm), pasar (market), dan infrastruktur (architecture). Hukum, apabila
tidak dipatuhi akan menimbulkan sanksi. Norma sosial, ditegakkan oleh masyarakat.
Pasar, dilakukan melalui penawaran dan permintaan menetapkan harga pada berbagai
item atau perilaku. Kekuatan terakhir adalah arsitektur sosial. Jika kita
implementasikan teori yang dikemukakan lawrance lessig, titik dots hitam di tengah
adalah kebiasaan masyarakat dengan menyebar berita bohong di Internet dan empat
kekuataan yang akan mempengaruhi perilaku

82
4.2 Pengaturan Hoax Pemilu dalam Hukum Positif

Di tengah meningkatnya pengguna internet Indonesia, media sosial tidak bisa


dipungkiri keberadaanya sebagai sarana paling efektif untuk menyalurkan pendapat
masyarakat. APJII (Asosiasi Peneyelanggara Jasa Internet Indonesia) mencatat
sedikitnya jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 143juta atau lebih dari
separuh jumlah penduduk Indonesia. Ditetapkan pertama kali oleh KPU sekitar
76,47% DPT atau daftar pemilih tetap adalah pengguna internet. kampanye di media
sosial juga dinilai jauh lebih efektif dan efisien menyasar semua kalangan,
dibandingkan dengan kampanye konvensional, yaitu dengan atribut partai politik dan
berorasi di ruangan terbuka. Dalam UU-Pemilu Pasal 1 ayat 35 kampanye pemilu
adalah kegiatan peserta pemilu atau pihak lain yang ditunjuk oleh Peserta Pemilu
untuk meyakinkan pemilih menawarkan visi, misi, program dan atau citra diri Peserta
Pemilu.
Kampanye pemilu tidak hanya dilakukan di dunia nyata saja namun seiring
Perkembangan teknologi menuntut kandidat untuk lebih kreatif dalam menawarkan
visi dan misinya kepada masyarakat dengan berkampanye di media sosial, alasanya
berbagai macam namun berkampanye di media sosial tidak menggunakan biaya dan
memiliki banyak peminat. Di dukung dengan adanya Pasal 275 UU-Pemilu
Pemerintah memberikan memberikan lampu hijau menjadikan media sosial sebagai
sarana kampanye. Didalam menggunakan media sosial sebagai sarana kampanye
pemilu untuk peserta, tim kampanye harus bertanggungjawab yang dapat diartikan
segala ucapan dan tindakan yang dilakukan memiliki konsekuensi hukum sehingga
harus siap menanggung segala akibatnya. Karena penggunaan media sosial tidak
hanya berdampak positif bagi kampanye pemilu namun ada beberapa orang yang
menggunakan media sosial dengan tidak bijak dalam masa kampanye Melihat fakta
bahwa perkembangan teknologi yang begitu pesat penyelenggara pemilu mengambil
tindakan dengan diaturnya media sosial sebagai sarana kampanye. Penggunaan
dengan bijak akan membawakan dampak positif, namun penggunaan media sosial
dengan tidak bijak dan tidak bertangguung jawab berdampak persebaran hoax di
media sosial.

83
Melihat fakta bahwa perkembangan teknologi yang begitu pesat penyelenggara
pemilu mengambil tindakan dengan diaturnya media sosial sebagai sarana kampanye
di dalam pasal sebagai berikut
pasal 275 ayat (1) :
(1) kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 267 dapat dilakukan
melalui:
a. pertemuan terbatas;
b. pertemuan tatap muka;
c. penyebaran bahan kampanye Pemilu kepada umum;
d. pemasangan alat peraga di tempat umum;
e. media sosial;
f. iklan media massa cetak, media massa elektronik, dan internet;
g. rapat umum;
h. debat Pasangan Cdon tentang materi IGmpanye Pasangan Calon; dan
i. kegiatan lain yang tidak melanggar larangan Kampanye , Pemilu dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Namun penggunaan internet sebagai sarana kampanye juga menjadikan
dunia digital sebagai medan perang yang dimana masyarakat tidak hanya sebagai
penonton namun masyarakat dapat berpartisipasi di dalamnya. Berdasarkan kegunaan
media sosial untuk sarana kampanye maka ada dua dampak aspek yaitu keterlibatan
politik dan keputusan memilih. Media sosial juga menjadi sarana mudah untuk
penyebar berita bohong dengan kategori hoax jenis pemilu yang dimana dapat
dikatakan juga hoax pemilu karena pemilu adalah bagian dari politik. Dengan
penyebaranya yang begitu massif jenis hoax pemilu menduduki peringkat nomor 1
untuk jenis hoax yang sering di terima di masyarakat. Dengan begitu diperlukanya
pengaturan dalam hukum positif yang mengatur mengenai hoax pemilu bagian dari
jenis hoax politik namun hoax pemilu terbatas hanya mengenai para peserta pemilu,
penyelenggara pemilu dan semua yang berkaitan dengan pemilu.
Jika dilihat bahwa hoax jenis politik sosial juga terindikasi sebagai kampanye
hitam karena kampanye pemilu dengan menyebarkan berita yang tidak diikut sertakan
faktanya bersifat fitnah dan dapat dikatakan sama seperti hoax jenis politik sosial.
Sesuatu yang dapat dikatakan sebagai kampanye hitam di atur kedalam
1. UU-Pemilu
Pasal 280
(1) Pelaksana, peserta, dan tim Kampanye Pemilu dilarang:
a. Mempersoalkan Dasar Negara Pancasila, Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Dan Bentuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
b. Melakukan Kegiatan Yang Membahayakan Keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia;

84
c. Menghina Seseorang, Agama, Suku, Ras, Golongan, Calon, Dan/Atau
Peserta Pemilu Yang Lain;
d. Menghasut Dan Mengadu Domba Perseorangan Ataupun Masyarakat;
e. Mengganggu Ketertiban Umum;
f. Mengancam Untuk Melakukan Kekerasan Atau Menganjurkan Penggunaan
Kekerasan Kepada Seseorang, Sekelompok Anggota Masyarakat, Dan/Atau
Peserta Pemilu Yang Lain;
g. Merusak Dan/Atau Menghilangkan Alat Peraga Kampanye Peserta Pemilu;
h. Menggunakan Fasilitas Pemerintah, Tempat Ibadah, Dan Tempat
Pendidikan;
i. Membawa Atau Menggunakan Tanda Gambar Dan/Atau Atribut Selain Dari
Tanda Gambar Dan/Atau Atribut Peserta Pemilu Yang Bersangkutan; Dan
j. Menjanjikan Atau Memberikan Uang Atau Materi Lainnya Kepada Peserta
Kampanye Pemilu.

Ketentuanya diatur dalam Pasal 280 dilihat untuk kampanye hitam dengan cara
menyebarkan hoax melanggar Pasal 280 huruf B, huruf C, huruf D dan huruf E.
Karena menyebarkan hoax salah satu kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara
karena salah satu dampak penyebaran hoax adalah perpecahan di tengah masyarakat
yang jika di diamkan akan membahayakan keutuhan Negara. Kampanye hitam yang
juga banyak yang berisikan menghina agama, suku, ras, golongan, calon dan atau
peserta pemilu lain sesuai dengan kontenya. Selanjutnya, menghasut dan mengadu
domba perseorangan ataupun masyarakat juga ciri-ciri hoax yang beredar karena
penyebaran hoax memang dituju untuk mengahsut dan mengadu domba masyarakat.
Mengganggu ketertiban juga salah satu dampak akibat dari persebaran hoax di media
sosial.
Pasal 521
Setiap pelaksana, peserta, dan/atau tim Kampanye Pemilu yang dengan
sengaja melanggar larangan pelaksanaan Kampanye Pemilu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 280 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e,
huruf f, huruf g, huruf h, huruf i, atau huruf j dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp.24.000.000,00 (dua
puluh empat juta rupiah).

Tidak hanya UU-Pemilu yang mengatur ancaman pidana bagi Pelaku kampanye hitam
dengan penyebaran berita bohong, perbuatan tindak pidana pemilu sebelum terbitnya
UU mengenai kepemiluan sudah diatur dalam KUHP Pidana Buku II Bab IV tentang
Kejahatan terhadap Pelaksanaan kewajiban negara yaitu sebagai berikut :
2. KUHP

85
Ancaman pidana pelaku kampanye hitam sesuai dengan pasal yang
didakwakan yakni ada yang pidana penjara paling lama Sembilan bulan dan adapula
yang empat tahun, berikut adalah kutipan lengkap Pasal-Pasal yang mengatur
mengenai kampanye hitam di KUHP. Pertama, Pasal 150153 di dalam pasal ini, jika
hoax yang tersebar di media sosial merupakan perbuatan menipu yang mengakibatkan
seorang lain daripada yang dimaksudkan sipemilih itu jadi dipilih, jika melanggar
pasal 150 akan dikenakan hukum penjara selama sembilan bulan. Kedua, Pasal 311154
di dalam pasal ini jika hoax memang ditujukan untuk pencemarah tertulis maupun
tidak dan penyebar hoax tidak dapat membuktikanya maka dia di ancam fitnah
dengan pidana empat tahun dan ketiga, Pasal 317 155 dari pasal 37 kata pemberitahuan
palsu yang dapat dikatakan sebagai hoax dan isi konten hoaxnya menyerang
kehormatan orang lain diancam karena sama saja melakukan fitnah akan dikenakan
sanksi paling lama empat tahun.
3. UU-ITE
Praktiknya pada permasalahan kampanye hitam dengan menyebarkan hoax
di Internet misalnya terjadi dalam bentuk editing foto dan/atau video yang tidak sesuai
dengan kenyataan, kandidat yang menyikapi suatu isu padahal tidak, pesan singkat
melalui whatsapp, pembuatan dan penyebaran berita hoax, polling palsu, dan lain
sebagainya. Pasal-pasal dalam UU-ITE yang mengatur kampanye hitam yaitu pasal
28 ayat (1)156 jika seseorang melanggar pasal 28 ayat 1 akan dikenakan hukuman
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 1 miliar. Pasal 32 ayat (1) dan (3) 157 jika seseorang memenuhi unsur
153
Barang siapa pada waktu diadakan pemilihan berdasarkan aturan- aturan umum, melakukan tipu
muslihat berdasarkan aturan-aturan umum, melakukan tipu muslihat sehingga suara seorang pemilih
menjadi tidak berharga atau menyebabkan orang lain daripada yang dimaksud oleh pemilih yang
ditunjuk, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan.
154
Jika yang melakukan kejahatan pencemaran atau pencemaran tertulis dibolehkan untuk
membuktikannya, dan tuduhan dilakukan bertentangan dengan apa yang diketahui, maka dia diancam
melakukan fitnah dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
155
Barang siapa dengan sengaja mengajukan pengaduan atau pemberitahuan palsu kepada penguasa,
baik secara tertulis maupun untuk dituliskan, tentang seseorang sehingga kehormatan atau nama
baiknya terserang, diancam karena melakukan pengaduan fitnah, dengan pidana penjara paling lama
empat tahun.
156
(1)  Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan
yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik
157
(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun
mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan,
menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik milik Orang lain atau
milik publik;
(3) Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang mengakibatkan terbukanya suatu
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang bersifat rahasia menjadi dapet diakses oleh
publik dengan keutuhan data yang tidak sebagaimana mestinya.

86
sebagaimana dimaksud di pasal 31 ayat 1 dan 3 akan dipidana penjara paling lama
delapan tahun atau denda paling banyak dua milyar rupiah untuk yang melanggar
ayat1 untuk ayat 3 seseorang yang memenuhi unsur sebagaimana di maksud di dalam
pasal 32 ayat 2 dipidana pling lama sepuluh bulan dan denda paling banyak lima
milyar rupiah, dan Pasal 35158 seseorang yang memenuhi unsur sebagaimana dalam
pasal 35 dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 tahun atau denda sebanyak
dua belas milyar rupiah.
Penjelasan mengenai pasal di atas yang dapat dikenakan untuk setiap orang
yang melakukan kampanye hitam dengan menyebarkan berita bohong untuk UU-
Pemilu hanya dapat dikenakan untuk setiap pelaksana, peserta, dan atau tim
kampanye pemilu sebagaimana dimaksud pasal 521 UU-Pemilu. Untuk diluar subjek
yang disebutkan di dalam UU-Pemilu para pelaku kampanye hitam dengan
menyebarkan hoax dapat dikenakan UU-ITE, KUHP dan UU 1/1946.
4.2.1 Penegakan Hukum Hoax Pemilu

Konsep Penegakan Hukum dan Faktor Yang memengaruhinya Dalam


korelasi negara modern, hukum dapat difungsikan sebagai sarana rekayasa sosial.
penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku atau
hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 159

Menurut Soerjono Soekanto dalam kerangka proses penegakan hukum terdapat lima
faktor yang mempengaruhi penegakan hukum yaitu faktor hukum, faktor penegak
hukum, faktor sarana atau fasilitas, faktor masyarakat dan faktor kebudayaan. Berikut
uraian penegakan hukum untuk permasalahan markanya hoax id media sosial dengan
analisa yang didasari oleh jawaban wawancara bersama Mafindo sebagai lembaga
yang mendalami dan membasmi hoax di media sosial.

158
(5) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
melakukan manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik dengan tujuan agar Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik

159
Bambang Waluyo, Penegakan Hukum di Indonesia, Sinar Grafika 2016. Hlm.98.

87
Faktor Hukum160, terlepas dari pentingnya semua jenis hoax harus di perhatikan
penegakan hukumnya, di penelitian ini akan menjelaskan faktor hukum
mempengaruhi jenis hoax politik karena faktanya hoax bahkan sudah menjadi bagian
dari politik dan tidak dapat dipisahkan. Hukum telah mengatur bagaimana persebaran
berita bohong di dunia digital di dalam Pasal 28 ayat 1 dengan sanksi pidana penjara
paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1 miliar. Untuk hoax
berjenis politik juga dapat dikenakan pasal UU-Pemilu namun subjeknya harus
diberikan pemahaman bahwa yang di tuliskan di UU-Pemilu hanya dikenakan untuk
para calon anggota DPRD,DPD, DPR dan Presiden dan Wakil Presiden saja, dengan
sanksi pidana yang diatur di ddalam pasal 521 yaitu Setirap pelaksana, peserta,
dan/atau tim Kampanye Pemilu yang dengan sengaja melanggar Larangan
pelaksanaan kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280 ayat (1) huruf
a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, huruf i, atau huruf j
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp24.000.000 (dua puluh empat juta rupiah). Lalu bagimana subjek hukum diluar
pasangan calon, atau calon DPD, DPRD dan DPD akan dikenakan pasal 28 ayat 1
mengenai berita bohong. Dengan melihat jumlah data hoax politik apakah faktor
hukum membuat para penyebar hoax karena jika dilihat presentase.

Diagram 4. Perbandingan Jumlah Data Hoax Politik

Berapa Jumlah Data Hoax Politik Agustus 2018 – Maret 2018

Data Hoax Politik

319
207

Kominfo
Mafindo

160
Karena adanya disparatis penegakan hukum, maka regulasi praktik penyebaran
hoax jadi tidak terjangkau. Pada pasal 280 UU-Pemilu seharusnya masih relevan
digunakan untuk menindak penyebaran hoax di media sosial.

88
Perbedaan jumlah penemuan data hoax didasari dari teknik pencarian hoax
yang telah di jelaskan sebelumnya. Jenis hoax politik yang ditemukan kominfo
berjumlah 319 dan Mafindo 207, jika di lihat data ini di ambil mulai dari bulan
Agustus 2018 – Maret 2019 dalan kurun waktu 8 bulan dari awal mulai di resmikanya
kampanye untuk semua para pasangan calon yaitu tanggal 22 September hingga
mendekati bulan Pemilihan Umum yang di selenggarakan serentak pada tanggal 17
April 2019. Faktor hukum tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya aparat
penegakan hukum, untuk permasalahan hoax politk penegakan hukum tidak dilakukan
serius di media sosial sebagaimana di media konvensional seperti alat peraga dan
bahan kampanye. Untuk aparat penegak hukum dalam kasus hoax politik yaitu
penyelenggara pemilu (KPU dan Bawaslu) peran faktor penyelenggara pemilu bisa
lebih responsif apabila ada berita bohong yang tersebar di media sosial, utamanya
yang berkaitan dengan proses penyelenggaraan pemilu. Karena dampak dari
penyebaran hoax politik di tengah masa kampanye akan merugikan pemilih yaitu
masyarakat dan juga para peserta pemilu. Faktor aparat penegak hukum161 dalam
permasalahan hoax (KPU dan Bawaslu) telah bekerja sama dengan para kandidat,
parpol pengusung, dan tim kampanye harus buka mata atas penggunaan Hoax dalam
proses pemilu. komitmen melawan hoax harus juga seharusnya dilakukan tidak hanya
pada tim kampanye saja, fakta yang ditemukan melalui survey kecil untuk pasangan
calon presiden dan wakil presiden telah mengikuti berkampanye yang dengan baik
karena tidak ditemukanya pelanggaran dalam masa survey kecil yang dilakukan
namun justru hoax dating dari beberapa kader partai di temukan menyebarkan hoax
yang telah diuraikan sebelumnya ada beberapa kader partai demokrat yang
mengunggah suatu informasi yang telah di konfirmasi bahwa itu hoax dan akun
twitter resmi partai gerindra juga mengunggah suatu informasi yang telah di
konfirmasi bahwa itu hoax. Dalam survey kecil dapat dilihat lebih dari satu kali akun
tersebut mengunggah dapat disimpulkan bahwa penegak hukum yaitu penyelenggara
pemilu tidak melakukan tindakan appaun sehingga akun tersebut kembali
mengunggah berita bohong tersebut.

Kpu dan Bawaslu telah melakukan nota kesepahaman dengan lembaga fact
checker yang dimana salah satunya adalah MAFINDO untuk pemilu dan demokrasi
161
Pihak penyelenggara pemilu diharapkan lebih serius dan responsif melakukan penegakan hukum di
media sosial, sehingga berkurangnya penyebaran hoax terutama proses pemilu pada media
konvensional seperti bahan kampanye dan alat peraga.

89
Kerja sama ini untuk memberikan pendidikan pemilih, penanganan konten
disinformasi, dan ujaran kebencian di media daring. Bawaslu dan Mafindo akan
berkolaborasi melakukan pendidikan politik. Bawaslu akan berbagi data dan
informasi berkaitan temuan dan penanganan laporan pelanggaran yang mengandung
aspek, hoaks, fitnah dan ujaran kebencian. Bawaslu, turut mengawasi hoaks dan
ujaran kebencian di berbagai platform media sosial dalam Pemilu 2019. Mereka
bekerja sama dengan Facebook, Twitter, YouTube, atau Instagram. Ketika ada
laporan masuk ke Bawaslu terkait hoaks, maka akan diteruskan ke platform untuk
ditangani dan ke Polri.

Faktor Masyarakat162, kendala dalam pelaporan konten hoax politik kepada


bawaslu memiliki kendala masyarakat tidak mengetahui bagaimana tata cara
pelaporan yang baik agar cepat di proses karena itu dibutuhkanya lembaga Fact
checker yang memberikan penjelasan atas suatu fakta maupun opini dan dapat
menjadi rujukan apakah berita tersebut benar atau salah. Melalui situs tersebut,
masyarakat dapat mengetahui apakah informasi tersebut hoax atau tidak berdasarkan
penjelasan dan data yang diberikan. Hoax politik yang beredar berkaitan dengan
negara, pemerintah diharapkan memberikan informasi terpercaya, misalnya berupa
data yang dapat menjadi rujukan bagi kementerian dan lembaga lainnya, sehingga
masyarakat mengetahui informasi yang benar lebih cepat. Memberantas hoax dimulai
dari elit politik yang dimana bagian dari masyarakat, para elit politik tanah air yang
tidak bisa menjadi contoh untuk masyarakat dengan berpolitik secara santun dan baik.
Padahal, mereka merupakan tokoh publik yang sudah pasti sikapnya akan ditiru para
konstituen. Para elit politik juga terlihat kurang sportif sehingga kurang terlatih dalam
memberikan apresiasi kepada lawan politiknya.
Faktor Fasilitas dan Sarana163, Kendala sarana dan prasarana memliki
pengaruh dalam upaya mencegah penanggulangan tindak pidana pelaku penyebar
berita bohong jenis politik sampai kepada pengungkapan pelaku penyebar berita
bohong (hoax) masih memiliki keterbatasan. Akses dan koordinasi dengan provider
penyedia layanan dan jasa seluler dan internet, tidak adanya ketegasan operator agar

162
Calon Peserta Pemilu disebut juga masyarakat harus memberi contoh kepada tim sukses,
pendukung dan simpatisan untuk tidak menyebarkan hoax. Terutama pada tahun pemilihan umum
untuk mengajak masyarakat jangan menyebarkan berita hoax.
163
Sarana atau fasilitas tersebut antara lain : tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil,
organisasi yang baik, keuangan yang cukup, dan seterusnya. Kapabilitas penyelenggara pemilu dalam
menangkal penyebaran hoax.

90
tidak menjual kartu perdana tanpa identitas yang jelas Saat ini sudah ada mekanisme,
tapi kenyataanya masih ada yang bisa mendapatkan kartu perdana tanpa memberikan
identitas.
Faktor kebudayaan164 juga sebenarnya sama dengan hoax jenis lainya tidak
hanya untuk jenis hoax politik saja namun mengantisipasi jumlah hoax akan naik
setiap dilakukanya pemilu. Budaya baca bagi sebagian masyarakat merupakan hal
yang sudah menjadi pembiasaan, namun tidak juga bagi kelompok masyarakat yang
lain. Sebagian kecil masyarakat membaca merupakan kebutuhan. Jenis bacaan dapat
berupa media cetak maupun media elektronik. Jenis bacaan media cetak dapat berupa
koran, surat kabar, tabloid mapun majalah. Jenis bacaan media elektronik di era
digital seperti saat ini merupakan hal yang pandang lebih praktis dalam memperoleh
informasi dengan cepat.

4.3 Tata Kelola internet di Indonesia

Dalam era digital saat ini, beragam informasi semakin merasuk hingga ke gawai
setiap orang, baik yang diharapkan ataupun tidak. Kemampuan individu memilah dan
memilih informasi, lantas menjadi hal yang mendesak. Tata kelola internet sudah
dirasa perlu ada upaya bersama para pemangku kepentingan majemuk
(multistakeholder) dalam memberikan panduan, arahan ataupun petunjuk agar
pengguna internet dapat mengoptimalkan dampak positif Internet sekaligus
meminimalisir dampak negatif dari keterbukaan informasi di era digital ini. Beberapa
para pemangku kepentingan tata kelola Internet pemerintah, perusahaan, organisasi-
organisasi internasional dan komunitas Internet. Pengaturan tata kelola internet di
Indonesia adalah salah satu peran pemerintah sebagai salah satu pemangku
kepentingan tata kelola internet, sebagai berikut:

4.3.1 Pengaturan Tata Kelola Internet

Tata Kelola Intermet di Indonesia telah di atur ke dalam beberapa Undang-Undang


yaitu UU-ITE dan PP No. 82 2012 Tentang Penyelenggara Sistem Dan Transaksi
Elektronik, berikut penjelasan mengenai tata kelola internet di Indonesia :

164
Budaya Literasi di ranah Pendidikan seharusnya dimanfaatkan oleh setiap masyarakat untuk lebih
mengetahui kebenaran suatu berita yang ada di media cetak maupun media elektronik. Literasi tidak
sekedar melek baca saja, namun bermakna komprehensif.

91
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang
perubahan atas Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik

Ketentuan mengenai penyelenggara sistem elektronik dalam UU-ITE diatur


kedalam Pasal 15 dan Pasal 16, berikut isi pasal 15 mengatur:
Pasal 15 mengatur:
(1) Setiap Penyelenggara Sistem Elektronik harus menyelenggarakan Sistem
Elektronik secara andal dan aman serta bertanggung jawab terhadap
beroperasinya Sistem Elektronik sebagaimana mestinya.
(2) Penyelenggara Sistem Elektronik bertanggung jawab terhadap
Penyelenggaraan Sistem Elektroniknya.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam hal
dapat dibuktikan terjadinya keadaan memaksa, kesalahan, dan/atau
kelalaian pihak pengguna Sistem Elektronik.
Pada pasal di atas disebutkan bahwa ‘penyelenggara sistem elektronik
harus menyelenggarakan sistem elektronik secara andal dan aman serta
bertanggung jawab terhadap beroperasinya sistem sebagaimana mestinya’ kata
andal di dalam penjelasan pasal ialah artinya Sistem Elektronik memiliki
kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan penggunaannya dan kata aman
adalah artinya Sistem Elektronik terlindungi secara fisik dan non fisik. Berikut
pasal 16 :
(1) Sepanjang tidak ditentukan lain oleh undang-undang tersendiri, setiap
Penyelenggara Sistem Elektronik wajib mengoperasikan Sistem
Elektronik yang memenuhi persyaratan minimum sebagai berikut:
a. Dapat menampilkan kembali Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik secara utuh sesuai dengan masa retensi yang ditetapkan
dengan Peraturan Perundang-undangan;
b. Dapat melindungi ketersediaan, keutuhan, keotentikan, kerahasiaan,
dan keteraksesan Informasi Elektronik dalam Penyelenggaraan
Sistem Elektronik tersebut;
c. Dapat beroperasi sesuai dengan prosedur atau petunjuk dalam
Penyelenggaraan Sistem Elektronik tersebut;
d. Dilengkapi dengan prosedur atau petunjuk yang diumumkan dengan
bahasa, informasi, atau simbol yang dapat dipahami oleh pihak yang
bersangkutan dengan Penyelenggaraan Sistem Elektronik tersebut;
dan
e. Memiliki mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga kebaruan,
kejelasan, dan kebertanggungjawaban prosedur atau petunjuk.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang Penyelenggaraan Sistem Elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

92
Dari kedua pasal tersebut dapat dikatakan bahwa pasal 15 telah
mengharuskan Penyelenggara sistem elektronik bertanggung jawab secara
andal dan aman, faktanya penggunaan media sosial berutjuan untuk
mendapatkan informasi yang jelas namun banyaknya berita bohong atau haoks
yang tersebar di media sosial tidak menggambarkan ketentuan yang telah
diatur di dalam pasal 15 karena persebaran berita bohong di media sosial
memberikan dampak tidak aman terhadap penggunanya seperti yang telah
disebutkan bahwa berita hoaks yang tersebar di dunia maya memberikan
dampak dapat memicu kepanikan publik dan memicu konflik di masyarakat,
salah satu kasus yang terjadi ialah kasus Saracen dan MCA (Muslim Cyber
Army) yang menggunakan media sosial sebagai sarana bisnis ilegal dengan
memproduksi hoaks yang memberikan rasa tidak aman dan memicu konflik di
masyarakat banyak yang menimbullkan rasa tidak aman dan dari kata ‘andal’
di dalam pasal 15 yang diartikan sistem elektronik memiliki kemampuan yang
sesuai dengan kebutuhan yang sesuai dengan kebutuhan penggunanya jika
dilihat dari faktanya berarti penyelenggara sistem elektronik tidak mengkuti
perkembangan kebutuhan penggunanya.
Dalam pasal 16 di atas hanya mengatur mengenai persyaratan
minimum yang wajib dilakukan oleh penyelenggara sistem elektronik di dalam
pasal sudah tertulis cukup jelas. ketentuan lain menganenai ini diatur dalam
Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan
Transaksi Elektronik.
2. PP No. 82 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem & Transaksi
Elektronik
Peraturan ini telah mengatur mengenai penyelenggara sistem elektronik yang
diatur di dalam Pasal 4 mulai dari pendaftaran, perangkat keras, perangkat
lunak, tenaga ahli, tata kelola, pengaman, sertifikasi kelaiakan sistem
elektronik dan pengawasan, dari pasal 4 yang akan di bahas penelitian ini yaitu
pendaftaran, tata kelola, dan pengawasan yg diatur kedalam beberapa pasal,
yaitu :
Pasal 3
(1) Penyelenggaraan Sistem Elektronik dilaksanakan oleh Penyelenggara
Sistem Elektronik.
(2) Penyelenggaraan Sistem Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dilakukan untuk:

93
a. Pelayanan publik; dan
b. Nonpelayanan publik.
(3) Kriteria pelayanan publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 5
(1) Penyelenggara Sistem Elektronik untuk pelayanan publik wajib
melakukan pendaftaran.
(2) Penyelenggara Sistem Elektronik untuk nonpelayanan publik dapat
melakukan pendaftaran.
(3) Kewajiban pendaftaran bagi Penyelenggara Sistem Elektronik untuk
pelayanan publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sebelum Sistem Elektronik mulai digunakan publik.
(4) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diajukan
kepada Menteri.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendaftaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.

Pada ketentuan di atas disebutkan bahwa pendaftaran ditujukan untuk


penyelenggara sistem elektronik untuk pelayanan publik dan non publik.
Penjelasan pelayanan publik di dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Komunikasi
Dan Informatika Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tata
Cara Pendaftaran Penyelenggara Sistem Elektronik meliputi :
(1) Penyelenggara Sistem Elektronik untuk Pelayanan Publik meliputi:
a. institusi penyelenggara negara yang terdiri dari lembaga negara dan/atau
lembaga pemerintahan dan/atau Satuan Kerja Penyelenggara
di lingkungannya;
b. korporasi berupa Badan Usaha Milik Negara dan/atau Badan Usaha
Milik Daerah dan/atau Satuan Kerja Penyelenggara di lingkungannya;
c. lembaga independen yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang
dan/atau Satuan Kerja Penyelenggara di lingkungannya; atau
d. badan hukum lain yang menyelenggarakan Pelayanan Publik dalam
rangka pelaksanaan Misi Negara.

Dapat disimpulkan bahwa platform seperti facebook, twitter, instagram dan


youtube dapat diketagorikan sebagai non publik yang berarti tidak diwajibkan
melakukan pendaftaran melakukan pendaftaran. Selanjutnya Pasal Tata Kelola
yang diatur di dalam sebagai berikut :
Pasal 12
(1) Penyelenggara Sistem Elektronik wajib menjamin:
a. Tersedianya perjanjian tingkat layanan;
b. Tersedianya perjanjian keamanan informasi terhadap jasa layanan
Teknologi Informasi yang digunakan; dan

94
c. Keamanan informasi dan sarana komunikasi internal yang
diselenggarakan.
(2) Penyelenggara Sistem Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib menjamin setiap komponen dan keterpaduan seluruh Sistem
Elektronik beroperasi sebagaimana mestinya.

Pasal 13
Penyelenggara sistem elektronik wajib menerapkan manajemen risiko
terhadap kerusakan atau kerugian yang ditimbulkan.

Pasal 14
(1) Penyelenggara Sistem Elektronik wajib memiliki kebijakan tata kelola,
prosedur kerja pengoperasian, dan mekanisme audit yang dilakukan
berkala terhadap Sistem Elektronik.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan tata kelola, prosedur kerja
pengoperasian, dan mekanisme audit sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dalam Peraturan Menteri.

Pada pasal 12 ayat (1) pada huruf a sistem elektronik wajib menjamin perjanji
Tingkat layanan (Service Level Agreement) adalah pernyataan mengenai
tingkatan mutu layanan sistem elektronik. Pada Pasal 13 yang di maksud
“menerapkan manajemen risiko” adalah melakukan analisis risiko dan
merumuskan langkah mitigasi dan penanggulangan untuk mengatasi ancaman,
gangguan, dan hambatan terhadap Sistem Elektronik yang dikelolanya. Untuk
pasal 14 ayat (1) Yang dimaksud dengan ’’kebijakan tata kelola” antara lain,
termasuk kebijakan mengenai kegiatan membangun struktur organisasi, proses
bisnis (business process), manajemen kinerja, dan menyediakan personel
pendukung pengoperasian Sistem Elektronik untuk memastikan Sistem
Elektronik dapat beroperasi sebagaimana mestinya. Selanjutnya pasal
mengenai tata kelola internet juga di atur kedalam pasal sebagai berikut :
Pasal 15
(1) Penyelenggara Sistem Elektronik wajib:
a. Menjaga rahasia, keutuhan, dan ketersediaan Data Pribadi yang
dikelolanya;
b. Menjamin bahwa perolehan, penggunaan, dan pemanfaatan Data
Pribadi berdasarkan persetujuan pemilik Data Pribadi, kecuali
ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan; dan
c. Menjamin penggunaan atau pengungkapan data dilakukan
berdasarkan persetujuan dari pemilik Data Pribadi tersebut dan
sesuai dengan tujuan yang disampaikan kepada pemilik Data Pribadi
pada saat perolehan data.
(2) Jika terjadi kegagalan dalam perlindungan rahasia Data Pribadi yang
dikelolanya, Penyelenggara Sistem Elektronik wajib memberitahukan
secara tertulis kepada pemilik Data Pribadi tersebut.

95
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman perlindungan Data Pribadi
dalam Sistem Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dalam Peraturan Menteri.
Pasal 16
(1) Penyelenggara Sistem Elektronik untuk pelayanan publik wajib
menerapkan tata kelola yang baik dan akuntabel.
(2) Tata kelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memenuhi persyaratan:
a. Tersedianya prosedur atau petunjuk dalam Penyelenggaraan Sistem
Elektronik yang didokumentasikan dan/atau diumumkan dengan
bahasa, informasi, atau simbol yang dimengerti oleh pihak yang
terkait dengan Penyelenggaraan Sistem Elektronik tersebut;
b. Adanya mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga kebaruan dan
kejelasan prosedur pedoman pelaksanaan;
c. Adanya kelembagaan dan kelengkapan personel pendukung bagi
pengoperasian Sistem Elektronik sebagaimana mestinya;
d. Adanya penerapan manajemen kinerja pada Sistem Elektronik yang
diselenggarakannya untuk memastikan Sistem Elektronik beroperasi
sebagaimana mestinya; dan
e. Adanya rencana menjaga keberlangsungan Penyelenggaraan Sistem
Elektronik yang dikelolanya.
(3) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Instansi
Pengawas dan Pengatur Sektor terkait dapat menentukan persyaratan
lain yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman tata kelola Sistem Elektronik
untuk pelayanan publik diatur dalam Peraturan Menteri

Pasal 17

(1) Penyelenggara Sistem Elektronik untuk pelayanan publik wajib memiliki


rencana keberlangsungan kegiatan untuk menanggulangi gangguan atau
bencana sesuai dengan risiko dari dampak yang ditimbulkannya.
(2) Penyelenggara Sistem Elektronik untuk pelayanan publik wajib
menempatkan pusat data dan pusat pemulihan bencana di wilayah
Indonesia untuk kepentingan penegakan hukum, perlindungan, dan
penegakan kedaulatan negara terhadap data warga negaranya.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban penempatan pusat data dan
pusat pemulihan bencana di wilayah Indonesia sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur oleh Instansi Pengawas dan Pengatur Sektor terkait
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan setelah
berkoordinasi dengan Menteri.

Dalam penjelasan pasal 17 ayat (1) yang dimaksud dengan “rencana


keberlangsungan kegiatan (business continuity plan)” adalah suatu rangkaian
proses yang dilakukan untuk memastikan terus berlangsungnya kegiatan
dalam kondisi mendapatkan gangguan atau bencana. Pasal 17 ayat (2) Yang

96
dimaksud dengan “pusat data (data center)” adalah suatu fasilitas yang
digunakan untuk menempatkan Sistem Elektronik dan komponen terkaitnya
untuk keperluan penempatan, penyimpanan, dan pengolahan data. Yang
dimaksud dengan “pusat pemulihan bencana (disaster recovery center)” adalah
suatu fasilitas yang digunakan untuk memulihkan kembali data atau informasi
serta fungsi-fungsi penting Sistem Elektronik yang terganggu atau rusak akibat
terjadinya bencana yang disebabkan oleh alam atau manusia.
Tata kelola internet sistem elektronik yang di atur ke dalam pasal 12
mengatur mengenai huruf b perjanjian keamanan informasi terhadap jasa
layanan teknologi informasi yang digunakan dan huruf c keamanan informasi
dan sarana komunikasi internal yang diselenggarakan, seperti yang dilakukan
facebook berkolaborasi dengan fact checker di indonesia seperti tirto.id,
Mafindo, dll untuk menanggulangi persebaran berita bohong di facebook,
namun fitur tersebut masih belum efektif unutk mengurangi maupun
mencegah berita bohong yang tersebar di platform facebook selain fitur ini
dikeluarkan awal tahun 2018 namun persebaran hoaks di platform facebook
masih menduduki peringkat pertama Pembahasan setelah ini adalah
pengawasan yang di atur kedalam sebagai berikut :

Pasal 33
(1) Menteri berwenang melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan
Sistem Elektronik.
(2)  Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup
pemantauan, pengendalian, pemeriksaan, penelusuran, dan pengamanan.
(3)  Ketentuan mengenai pengawasan atas penyelenggaraan Sistem Elektronik
dalam sektor tertentu wajib dibuat oleh Instansi Pengawas dan Pengatur
Sektor terkait setelah berkoordinasi dengan Menteri.

Di dalam pasal 33 menteri yang berwenang melakukan pengawasan terhadap


penyelenggara sistem elektronik diatur kedalam Pasal 1 No. 35 menteri adalah
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang komunikasi dan
informatika jadi dapat dikatakan bahwa di yang dimaksud kedalam pasal 33
adalah Kementerian Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia atau
biasa kita sebut Kominfo. Jadi penyelenggara sistem elektronik tetap dalam
pengawasan mencakup pemantauan, pengendalian, pemeriksaan, dan
pengamanan yang dilakukan oleh kominfo.

97
4.3.1 Penerapan Pengaturan Tata Kelola Internet

Lewat pemangku kepentingan yang lain seperti perusahaan sebagai


penyelenggara sistem elektronik, selain mematuhi undang-undang yang ditetapkan
Negara, perusahaan yang aktif di ranah internet juga menjawab tekanan dari
pemerintah di Negara tempat mereka beroperasi dengan menjalankan berbagai swa-
regulasi. Semakin cepatnya perubahan teknologi jaringan dan aplikasi Internet berarti
bahwa swa-regulasi oleh industri semakin sering dipandang sebagai pilihan yang
disukai banyak Negara yang berusaha keras mengatur perilaku masyarakat di dunia
digital.

Perusahaan khususnya yang berada di lapisan aplikasi, seperti Facebook,


twitter, instagram, dan youtube juga telah menjawab tekanan dari para pengguna
mereka untuk bertindak dengan cara yang menghargai hak asasi manusia, misalnya
dengan menerbitkan laporan transparansi yang menjabarkan bagaimana mereka telah
menjawab permintaan pemerintah berbagai negara untuk memberikan informasi
pengguna, dan membuat fitur-fitur sebagai tindakan pencegahan dari penyelenggara
sistem elektronik untuk sebagai antisipasi PSE terhadap konten negatif yang tersebar
di platformnya seperti yang telah di jelaskan sebelumnya, fitur yang dibuat oleh PSE

Media sosial Fitur pembatas


Facebook  Fitur Fact Checking yaitu third party fact
checker165
 Advertising transparency166
 Fitur breaking news dan menghapus
fitur trending topic167
 Membuat tombol pelaporan berita
hoax168
 Dapat melakukan pemblokiran;169

165
Erwin Prima, “Facebook Kembangkan Fact-Checking untuk Foto dan Video “(online) tersedia di
WWW: https://tekno.tempo.co/read/1126971/facebook-kembangkan-fact-checking-untuk-foto-dan-
video (12 MAY 2019)
166
Desy Setyowati “Tiga Fitur Facebook Cegah Peredaran Hoax Saat Pilpres
“(online) tersedia di WWW: https://katadata.co.id/berita/2018/05/18/tiga-fitur-facebook-cegah-
peredaran-hoax-saat-pilpres (12 MAY 2019)
167
Jeko I. R. “Fitur Trending Topic Dihapus di Facebook, Apa Alasannya?” (online) tersedia di
WWW: https://www.liputan6.com/tekno/read/3547600/fitur-trending-topic-dihapus-di-facebook-apa-
alasannya (12 MAY 2019)
168
“Kompas.com” (Online), terseida di WWW:
https://tekno.kompas.com/read/2016/11/29/19240047/cara.melaporkan.berita.hoax.di.facebook.google.
dan.twitter (18 April 2019)
169

“Facebook.com” (Online), tersedia di WWW: https://id-id.facebook.com/help/174623239336651 (18


April 2019).

98
Twitter  fitur BRIM (Block, Report, Ignore dan
Mute)
 Menerapkan fitur Trusted Flagger170
Youtube  fitur isyarat Informasi / information
cues171
 Fitur Panel Informasi (Cek fakta)172
 Fitur kolom Video Berita173

Instagram  Fitur pop-up174


 memperbolehkan pengguna untuk
meminta lambang centang verifikasi
yang menandakan akun resmi.
 Melakukan pemblokiran

Whatsapp  frequently forwarded175


 fitur search by image176
 fitur forwarding info177

Dalam bukunya, Jovan Kurbalija menyebutkan bahwa terdapat beberapa isu-


isu terkait tata kelola Internet. Biasanya isu yang dibahas adalah isu-isu yang baru,
yang terdiri dari keranjang infrastruktur dan standarisasi, keranjang hukum, keranjang
ekonomi, keranjang pembangunan, dan keranjang sosial budaya. Fitur-fitur ini adalah
salah satu infrastruktur dan standarisasi.

Negara sendiri cenderung memperluas kedaulatan cyber mereka melalui instrumen


hukumnya masing- masing. Di samping itu, muncul juga paham multistakeholderism
yang menekankan pada relasi antar pemangku kepentingan. Terjadi perdebatan,

170
“DailySocialid”(Online), tersedia di WWW: https://dailysocial.id/post/tangkal-konten-negatif-
kominfo-pakai-fasilitas-trusted-flagger-untuk-google-dan-twitter/ (18 April 2019).
171
Rehia Sebayang,” Perangi Hoax, YouTube Akan Beri Kutipan Wikipedia di Video” (online) tersedia
di WWW : https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20180314171217-33-7258/perangi-hoax-youtube-
akan-beri-kutipan-wikipedia-di-video
172
 Alika Noor Kholifah “YouTube Luncurkan Fitur Cek Fakta, Lawan Hoax” (online) tersedia di
WWW : https://www.msn.com/id-id/berita/teknologidansains/youtube-luncurkan-fitur-cek-fakta-
lawan-hoax/ar-BBUvW3J
173
Cahyandaru Kuncorojati “Lawan Hoax, YouTube Sediakan Kolom Video Berita” (online) tersedia
di WWW : https://www.medcom.id/teknologi/news-teknologi/RkjZ86Gk-lawan-hoax-youtube-
sediakan-kolom-video-berita
174
Virgina Maulita Putri “Begini Cara Instagram Periksa Konten Hoax” (online) tersedia di WWW :
https://inet.detik.com/mobile-apps/d-4540394/begini-cara-instagram-periksa-konten-hoax
175
Fino Yurio Kristo “WhatsApp Batasi Forward Pesan Hanya 5 Kali” https://inet.detik.com/law-and-
policy/d-4394102/whatsapp-batasi-forward-pesan-hanya-5-kali
176
Ahmad Luthfi “WhatsApp Uji Fitur Pencarian Gambar untuk Tangkal Berita Hoax” (online)
tersedia di WWW : https://techno.okezone.com/read/2019/03/14/326/2029915/whatsapp-uji-fitur-
pencarian-gambar-untuk-tangkal-berita-hoax
177
Genda Omaryhara"WhatsApp Rancang Fitur untuk Kenali Spam Lewat Forwarding Info" (online)
tersedia di WWW : https://tirto.id/whatsapp-rancang-fitur-untuk-kenali-spam-lewat-forwarding-info-
dkec

99
apakah kedaulatan cyber ini perlu diwujudkan dengan pendekatan demarkasi
teritorial, atau justru dibuat pengaturan secara global itu sendiri.

100

Anda mungkin juga menyukai