Anda di halaman 1dari 20

Kecepatan Penyebaran Berita Hoax dan Perilaku Sosial Masyarakat

Demokrasi Digital,
Media Sosial, dan Hoax
Drs. JOKO J. PRIHATMOKO, M.Si
Pengajar dan peneliti FISIP Unwahas
Direktur eksekutif LPPI Semarang
Demokrasi Digital
Secara substansial demokrasi adl keterlibatan (engagement) aktif warga negara dlm
proses pembuatan kebijakan pemerintah, yg mempengaruhi kehidupan mrk.
Cyberdemokrasi adl sebuah konsep yg melihat internet sbg teknologi yg memiliki
pengaruh sosial transformatif dan memperluas partisipasi demokrasi.
Sbg sebuah konsep yg mrpkn perpaduan dr cyberspace dan demokrasi, cyberdemokrasi
mengandalkan sebagian besar pd prinsip-prinsip akses dan pertukaran informasi yg
bebas. Media baru, dgn karakteristiknya yg mudah diakses dan partisipatif,
menjadikannya sebuah ruang demokrasi yg ideal, di mana orang dpt berkomunikasi
scr bebas dan berpartisipasi dlm forum yg dibangun utk pengambilan keputusan
kolektif.
Informasi digital akan menjadi empowering force –di luar harapan banyak orang.
Cyberdemokrasi juga mendorong adopsi teknologi internet dan mendorong
terjadinya etos pertukaran bebas informasi, yg akan memudahkan orang utk
mengakses informasi, dan mendorong terjadinya demokrasi.
Para pendukung cyberdemokrasi melihat internet sbg sarana utk menyediakan kontrol
konstituen yg lebih besar atas wakil-wakil mereka.
Fitur Kunci Demokrasi Digital
Ada bbrp fitur kunci dr media interaktif yg menawarkan potensi utk
pengembangan varietas baru demokrasi, yaitu :
1. Interactivity,
2. Global network (interconnectivity),
3. Free speech,
4. Free association,
5. Construction and dissemination of information,
6. Challenge to professional and official perspectives,
7. Breakdown of nation-state identity.
(Barry Hague dan Brian Loader (1999).
Warga Digital
Partisipasi di dunia maya inilah yg kmdn menciptakan warga digital (digital
citizenship), yg oleh Karen Mossberger, dkk (2008), didefinisikan sbg
kemampuan utk berpartisipasi dlm masyarakat online.
Scr lebih luas dpt dikatakan bhw warga digital adl (1) mrk yg srg
menggunakan teknologi, (2) mrk yg menggunakan teknologi utk memenuhi
kewajiban sbg warga negara, dan (3) mrk yg menggunakan teknologi di
tempat kerja utk keuntungan ekonomi.
Partisipasi politik online mencakup diskusi politik mll email grup, posting
komentar, gambar, photo, meme, dll di blog atau websiste. Smtr, bentuk-
bentuk sosial media lain, seperti facebook, twitter, instagram, whatsap, dll
dinilai jg mjd sarana partisipasi politik online, ketika media ini digunakan utk
memberikan informasi politik, atau setidaknya mengandung informasi politik
(Karen Mossberger, dkk (2008).
Kritik terhadap Demokrasi Digital
Paul Virilio (2002), seorang teoritikus budaya dr Prancis, melihat cyberdemokrasi
sbg orang yg tll optimis dan bhkn keliru. Teknologi media baru, yg memiliki
karakteristik interaktif dan kecepatan arus informasi, mengandung sejumlah
konsekuensi :
1. Kecepatan menghancurkan pemikiran dan kemungkinan musyawarah
demokratis. Kecepatan teknologi menghasilkan budaya di mana komunikasi
digunakan utk mengkondisikan tanggapan dr masyarakat.
2. Penyebaran global teknologi komunikasi dan informasi menciptakan
terbentuknya terminal citizen. Dgn menghancurkan hubungan temporal antara
dekat dan jauh, manusia mjd lbh peduli dgn realitas layar daripada realitas fisik.
3. Paradoks masyarakat informasi: peningkatan mobilitas virtual menyebabkan
kelemahan fisik. Terminal citizen tdk perlu bergerak shg tdk begitu byk
kemungkinan aksi publik.
4. Mempercepat realitas scr real time memiliki dampak individualistis, dimana
informasi mjd terfokus pd diri sendiri. Proses ini, membuat manusia krg
memperhatikan lingkungan nyata yg mendukung semua bentuk kehidupan.
Media Sosial
Jk media tradisional menggunakan media cetak dan broadcast, media sosial
menggunakan internet. Media sosial mengajak siapa saja yg tertarik utk
berpartisipasi dgn memberi kontribusi dan feedback scr terbuka, memberi
komentar, serta membagi informasi dlm waktu yg cepat dan tak terbatas.
Media sosial adl media online, dgn pr penggunanya mudah berpartisipasi,
berbagi, dan menciptakan isi, meliputi: blog, jejaring sosial, wiki, forum, dan
dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki mrpkn bentuk media sosial yg plg
umum digunakan.
Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sbg
“sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yg membangun di atas dasar
ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan yg memungkinkan penciptaan dan
pertukaran user-generated content”.
Media sosial mrpkn media online yg mendukung interaksi sosial dan media
sosial menggunakan teknologi berbasis web yg mengubah komunikasi mjd
dialog interaktif.
Perbedaan Media Komunikasi dan Media Sosial
Perbedaan Media Komunikasi Media Sosial
YANG MEMBATASI Pemilik media Para konsumen
KONTROL Brand Konsumen
JENIS KOMUNIKASI Satu arah Dua arah
SIFAT PESAN Mengulang pesan yg ada Mengadaptasi pesan
FOKUS Brand Konsumen
Mempengaruhi dan
SIFAT Menghibur
melibatkan
PEMBUAT KONTEN Perusahaan Para pengguna
Penggunaan Medsos
APJII- BPS: pengguna internet 71,19 juta org hingga akhir thn 2013. Dibandingkan
akhir 2012 yg sebanyak 63 juta org, tumbuh 13%. Penetrasi internet di Indonesia
sekitar 28%. (15/1/2013).
Situs jejaring sosial yg plg byk diakses adl Facebook dan Twitter. Indonesia menempati
peringkat 4 pengguna Facebook terbesar (stlh USA, Brazil, dan India) dan peringkat 5
pengguna Twitter terbesar di dunia (stlh USA, Brazil, Jepang dan Inggris).
Webershandwick (perusahaan PR dan pemberi layanan jasa komunikasi): pengguna
Facebook aktif di Indonesia ada sekitar 65 juta. Sebanyak 33 juta pengguna aktif per
hari, 55 juta pengguna aktif yg memakai perangkat mobile dlm pengaksesannya per
bulan dan sekitar 28 juta pengguna aktif yg memakai perangkat mobile per hari.
PT Bakrie Telecom: pengguna Twitter19,5 juta di Indonesia dr total 500 juta
pengguna global. Twitter mjd salah satu jejaring sosial plg besar di dunia shg mampu
meraup keuntungan mencapai USD 145 juta.
Jejaring sosial lain yg dikenal di Indonesia adl Path dgn jumlah pengguna 700.000, Line
10 juta, Google+ 3,4 juta dan Linkedlin 1 juta pengguna, dll.
Medsos Mempengaruhi
Pola Komunikasi (1)
Saat teknologi internet dan mobile phone mkn maju maka jejaring sosial pun
ikut tumbuh dgn pesat. Kini utk mengakses Facebook atau Twitter misalnya,
bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja hanya dgn menggunakan sebuah
mobile phone. Dmkn cepatnya orang bisa mengakses jejaring sosial
mengakibatkan terjadinya fenomena besar thd arus informasi tidak hanya di
negara-negara maju, ttp juga di Indonesia.
Krn kecepatannya jejaring sosial jg mulai tampak menggeser peranan media
massa konvensional dlm menyebarkan berita-berita. Pesatnya perkembangan
jejaring sosial kini krn semua orang spt memiliki media sdr.
Sgt disayangkan jk perkembangan dan kemajuan teknologi internet ini hny
digunakan utk sekadar update status atau slg menimpali komentar atau foto
yg diunggah ke Facebook dan Twitter.
Dgn jumlah pengguna sdmkn bnyk, media sosial tentu memiliki kemungkinan
besar dpt mengubah atau menciptakan perubahan baru di masyarakat.
Medsos Mempengaruhi
Pola Komunikasi (2)
Media sosial dpt mengubah budaya dan media massa, yg disebabkan pola
komunikasi yg berubah dan sosial media yg bs menjadi sebuah media massa
krn dibaca oleh ribuan orang –tergantung teman yg mengikuti social media
yg dimiliki seseorang. (Majalah Cyber Edisi Okt. 2012: hal 3)
Perubahan pola komunikasi yg tjd stlh tumbuhnya social media cukup besar.
Dulu, konsep dasar komunikasi pd media adl adanya komunikator yg sering
dijabarkan sbg media massa, kelompok besar atau organisasi, sdg komunikan
adl masyarakat yg hny menerima dan memberikan respon atau feedback
tertunda. Kini, konsep itu berubah drastis. Saat ini, individu dpt mjd
komunikator utk khalayak luas. Seorang komunikan pun dpt berubah mjd
komunikator ktk ia dpt mengungkapkan atau mendorong bhkn
mempropaganda masyarakat lain. (dlm skripsi Ratih Dwi Kusumaningtyas
‘Peran Media Sosial Online (Facebook) sbg Saluran Self Disclosure Remaja
Putri di Surabaya’; Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timu;
Surabaya; 2010).
Ketika Medsos Menjadi Candu (1)
Fungsi media sosial adl sbg ruang komunikasi antarmanusia yg tdk dibatasi.
Penciptanya sengaja mengkreasi media sosial agar penggunanya bs
berimajinasi dlm ruang hampa (cyber space) tanpa hrs melihat keadaan atau
realitas sebenarnya.
Media sosial sgt jauh dr realitas sebenarnya (realitas semu). Seseorang bs
saja mlkkn apa saja dgn media sosial tanpa hrs memperlihatkan wujud
aslinya. Pengguna dimanjakan dgn bbg fitur lain (Mis: online shop).
Ini adl realitas semu tapi nyata terjadi dan begitu dekat dgn lingkungan
sekitar. Akibat media sosial, manusia yg semula makhluk sosial kini telah
bergeser menjadi makhluk berteknologi. Krn sebegitu dekatnya kita dgn
media sosial hingga menggeserkan fungsi-fungsi manusia itu sendiri.
Inilah yg disebut Emile Durkheim (1858-1917) sbg fakta sosial yg secara
perlahan tlh bergeser mulai dr kelompok, struktur, pranata, solidaritas sosial,
serta nilai-nilai.
Ketika Medsos Menjadi Candu (2)
Konsep solidaritas sosial mrpkn konsep sentral Emile Durkheim (1858-
1917) dlm mengembangkan teori sosiologi.
Durkheim (dlm Lawang, 1994:181) menyatakan bhw solidaritas sosial mrpkn
suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yg didasarkan
pd perasaan moral dan kepercayaan yg dianut bersama dan diperkuat oleh
pengalaman emosional bersama. Solidaritas menekankan pd keadaan
hubungan antarindividu dan kelompok dan mendasari keterikatan bersama
dlm kehidupan dgn didukung nilai-nilai moral dan kepercayaan yg hidup dlm
masyarakat. Wujud nyata dr hubungan bersama akan melahirkan pengalaman
emosional shg memperkuat hubungan antarmereka.
Di dlm media sosial, ada juga solidaritas sosial yg terbentuk seperti realitas
sebenarnya. Kita bs flashback pada kasus-kasus yg terjadi pada Prita
Mulyasari, Cecak vs Buaya, dll. Itu adl contoh dr bentuk solidaritas sosial
pada media sosial yg mampu berimplikasi pada realitas sebenarnya.
Ketika Medsos Menjadi Candu (3)
Fungsi media sosial utk membangun realitas sebenarnya. Juga berperan
sangat penting menjadi pengontrol kondisi sosial yg ada. Tidak hanya kasus
Prita, gerakan sosial pun muncul dr berbagai belahan dunia. Salah satu faktor
kemenangan dr Obama adl seringnya dia mlkkn kampanye mll media sosial.
Krn pada saat itu masyarakat AS sangat akrab dgn media sosial shg cara yg
sgt ampuh utk mendekatkan diri dgn warga adl dgn cara menggunakan
media sosial.
Inilah realitas semu yg bs berimplikasi menjadi sebuah realitas yg sebenarnya
terjadi. Media sosial mmg mampu mengubah segalanya mulai dr cara pandang
hingga perilaku penggunanya. Sehingga istilah “socmed is a ‘opium’ in the
people” sangat tepat utk masyarakat saat ini.
Ketika Medsos Menjadi Candu (4)
Dalam Socialnomics How Social Media Transforms The Way We Live and Do
Business (2010), Erik Qualman meyakini media sosial mempercepat kematian
social schizophrenia (berperilaku berbeda tergantung setting di mana berada).
Lebih lanjut dgn adanya media sosial, seseorang tdk dpt lagi berpura-pura
mjd orang lain dan memiliki kepribadian berbeda di tempat berbeda.
Qualman mengungkapkan dua dampak dari media sosial, yakni preventative
behavior dan braggadocian behavior.
Preventative behavior diumpamakan “live your life as if your mother is
watching”. Tipe ini adl individu yg sll berhati-hati dlm mem-post status, meng-
upload gambar, atau nge-tweet.
Braggadocian behavior jika ditinjau scr bahasa berasal dari kata braggart
(pembual atau penyombong). Perilaku tipe ini sering sampai sgt srg update
status, nge-tweet, bhkn meng-upload foto dgn gaya narsis.
Ciri-ciri Hoax
Hoax atau fake news smkn marak dgn berkembangnya media sosial dan group-group
massaging. Penyebaran hoax mjd smkn mudah dan stp orang berpotensi mjd fowader-
nya. Adapun ciri-ciri hoax antara lain:
1. Sumber tdk jelas. Biasanya tdk dpt atau sulit dilacak penulis aslinya.
2. Saat ini berkembang jenis hoax baru, yakni fake news, yg diambil dr website tidak jelas,
dgn tujuan meng-generate berita palsu.
3. Agar tampak ilmiah dan meyakinkan hoax lazim menggunakan istilah-istilah rumit dan
akademik.
4. Menggunakan kutipan pendapat pakar atau hasil penelitian dr universitas.
5. Utk menarik pembaca, judul tdk sll dramatis dan sensasional, dilanjutkan dgn
penggunaan frasa ttt, spt ......heboh, akhirnya terungkap, mengerikan, ternyata, dan
sebagainya.
6. Isi artikel tdk logis, too good to be true atau sebaliknya to bad to be true.
7. Cocoklogi, gotak gatik, atau kelirumologi. Fakta-fakta yg bersesuaian dgn teori atau
argumentasi yg ingin dibangun, dicocok-cocokan agar nampak benar dan logis.
8. Acapkali disertai himbauan untuk menyebarluaskan.
Motivasi Hoax
1. Sekadar iseng. Menikmati kepuasaan tertentu jika kabar
bohong berhasil disebarkan dan dipercaya orang banyak.
2. Penipuan. Mem-broadcast kabar bohong utk menipu calon
korban.
3. Persaingan bisnis. Menyebarkan informasi palsu utk
merugikan lawan bisnis.
4. Politis/ideologis. Menyebarkan informasi palsu dan
menyesatkan utk kepentingan politis/ideologis kelompok ttt.
5. Komersial utk mendapatkan keuntungan ttt.
Mengapa Banyak yang Tertipu dan
Menyebarkan Hoax?
1. Manusia cenderung senang bbg informasi.
2. Manusia cenderung mencari pembenaran atas keyakinannya.
3. Manusia cenderung waspada dan mancari aman.
4. Ingin mendapatkan perhatian.
5. Kurang literasi.
6. Motivasi religius.
7. Ingin mjd bagian dari (feeling in group) dan diterima dan mjd
bagian dr kelompok tsb.
8. Sebagian orang suka dgn semacam teori konspirasi.
Mengapa Banyak yang Tertipu dan
Menyebarkan Hoax?
1. Manusia cenderung senang bbg informasi. Berita yg dirasakan bagus, penting, dan bermanfaat dgn mudah
cenderung di-share di kelompoknya.
2. Manusia cenderung mencari pembenaran atas keyakinannya shg bersikap mudah percaya, kurang kritis thd
informasi2 yg sesuai dgn nilai-nilai yg diyakini, lalu dgn mudah menyebarkan berita-berita yg pro thd
keyakinan agama ttt, sesuai aliran yg diikutinya, atau memperkuat kelompok politik yg didukung.
3. Manusia cenderung waspada dan mancari aman. Informasi ttg obat yg berbahaya atau makanan beracun mdh
disebarluaskan krn kendati disadari blm tentu benar tetapi dirasa penting utk disebarkan.
4. Mendapatkan perhatian. Pd kasus ttt, sebagian orang cenderung ingin mendapatkan perhatian dr
komunitasnya, ingin mendapatkan status sbg “sumber informasi”, ingin mendapatkan komentar atas
postingannya, atau mengharapkan Like, Love, atau retweet, atas informasi yg disampaikan.
5. Kurang literasi. Sebagian orang kesulitan atau enggan menganalisa, membedakan informasi, malas membaca
literatur atau artikel scr keseluruhan, dan sebagian percaya dr hanya dgn membaca judul, dgn cepat
menyimpulkan dan nge-share.
6. Motivasi religius. Merasa berkewajiban menyebarkan pesan-pesan bernada relijius. Sebenarnya niat itu baik
(dakwah) ttp krn tll bersemangat shg alpa (atau mrs tdk perlu) menguji kesahihan berita-berita yg disebarkan.
7. Asosiasi thd kelompok ttt. Manusia cenderung ingin mjd bagian dr kelompok sosial ttt (feeling in group). Agar
diterima dan mjd bagian dr kelompok tsb, orang mrs perlu terlibat dlm aktivitas yg menunjukkan dan
memperkuat identitas kelompok, di antaranya dgn menyebarkan informasi yg relevan dgn nilai-nilai
kelompoknya.
8. Sebagian orang suka dgn semacam teori konspirasi. Rasanya seru membayangkan dunia ini spt di film-film, sll
ada kelompok di luar sana yg berkomplot dan berkonspirasi utk berbuat kejahatan.
Agar Terhindar menjadi Penyebar Hoax
1. Kenali ciri hoax (antara lain disebutkan di atas).
2. Check atau recheck (Tabbayun). Biasakan selalu mengecek dan menyelidiki
kebenaran suatu informasi. Search di internet, kalau informasi itu benar dan
penting hampir tdk mgkn tdk diberitakan di situs-situs terpercaya.
3. Kembangkan sikap kritis. Analisa terlebih dhl informasi sblm memutuskan
ikut menyebarkan. Apakah informasi itu benar? Kalau benar, apakah
informasi itu bermanfaat?
4. Think before you share. Jika suatu informasi diragukan kebenarannya dan sulit
diverifikasi, lbh baik tdk usah disebarkan. Buang jauh-jauh prinsip “Yang
penting sebar dulu, siapa tau beneran” atau “Sekalian nge-chek, toh kalau hoax
entar ada yang comment”.
5. Pertimbangkan jg sensitivitas content informasi. Apakah trmsk ujaran
kebencian (hate speech) atau apakah akan ada pihak yg tersinggung atau
tersakiti dgn berita tsb.
Terima kasih
Semoga
bermanfaat
Drs. JOKO J. PRIHATMOKO, MSi
jokopri_smg@yahoo.com//
0813-2552-6118

Anda mungkin juga menyukai