Anda di halaman 1dari 6

PERAN INTELIJEN DALAM MELAKSANAKAN DETEKSI DINI DEMI

TERCIPTANYA KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT DALAM


MENYUKSESKAN BADAN OTORITA DANAU TOBA

PENDAHULUAN

Kata Intelijen berasal dari bahasa Inggris “ Intelligence “ yang berarti


kecerdasan, secara khusus yang berkaitan dengan upaya mengamankan Negara
dan Bangsa. Dasar Intelijen dapat dibedakan yaitu Intelijen sebagai bahan
keterangan yang sudah diolah, sebagai Organisasi dan sebagai kegiatan. Intelijen
Keamanan merupakan bagian integral dari fungsi organik Polri yang
menyelenggarakan kegiatan dan operasi Intelijen baik berupa penyelidikan,
pengamanan maupun penggalangan dalam bidang keamanan bagi kepentingan
pelaksanaan tugas operasional dan manajemen Polri dalam rangka mewujudkan
keamanan dalam negeri.

Fungsi Intelkam merupakan fungsi intelkam yang bertugas sebagai Mata dan
Telinga kesatuan Polri yang berkewajiban melaksanakan deteksi dini dan
memberikan peringatan masalah dan perkembangan masalah dan perubahan
kehidupan sosial dalam masyarakat dan juga bertugas mengidentifkasi ancaman,
gangguan atau hambatan terhadap Kamtibmas.

Badan Otoritas Danau Toba (BODT) ditetapkan berdasarkan Peraturan


Presiden Nomor 49 tahun 2016. BODT dibentuk dalam rangka melaksanakan
pengembangan Kawasan Pariwisata Danau Toba. Peraturan Presiden ini selanjutnya
disebut Otorita Danau Toba. BODT bertanggungjawab kepada Presiden Republik
Indonesia.

BODT merupakan badan layanan umum yang dirancang sebagai lembaga


khusus untuk mempercepat pengembangan Danau Toba sebagai salah satu
destinasi utama pariwisata prioritas di Indonesia. BODT merupakan sebuah satuan
kerja di bawah Kementerian Pariwisata Republik Indonesia dan juga melakukan

1
koordinasi di bawah Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Republik
Indonesia.

BODT yang diatur oleh PP No. 49/2016 memberikan hak pengelolaan


setidaknya 500 hektar lahan untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata terpadu
yang dikelola secara profesional untuk mengimplementasikan fungsi otoritatif
lembaga ini. BODT juga ditugaskan untuk menjalankan fungsi koordinatif selain
fungsi otoritatifnya. BODT ditugaskan untuk menjalankan fungsai koordinatif yang
secara aktif berkoordinasi dengan Kementerian dan Lembaga terkait, baik
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dari 8 Kabupaten di sekitar Danau
Toba sebagai Kawasan Paroiwisata Strategis Nasional.

Namun demikian, program Pemerintah Pusat melalui Badan Otoritas Danau


Toba tidak akan berjalan dengan sukses apabila mengalami permasalahan
Keamanan, dan Ketertiban Masyarakat. Kondisi keamanan yang kondusi sangat
dibutuhkan untuk sebuah kawan yang menjadi tujuan investasi.

Begitu pentingnya peran Kamtibmas agar program BODT berjalan sukses,


maka diperlukan sebuah kajian ilmiah yang mengulas tentang investasi di Danau
Toba dan permasalah keamanan dan ketertiban masyarakat. Dalam karya ilmiah ini
disampaikan mengenai kondisi terkini di kawasan danau Toba, hingga strategi tindak
lanjut yang dapat dilakukan.

PEMBAHASAN

Badan Otoritas Danau Toba

Badan Pelaksana Otorita Danau Toba berdiri berdasarkan Peraturan Presiden


RI no. 49 tahun 2016. BPODT dibentuk untuk dapat menjadi sebuah Badan Layanan
Umum yang dikelola secara profesional untuk terjadinya percepatan pengembangan
dan pembangunan di Kawasan Pariwisata Danau Toba untuk meraih target 1 Juta
Wisatawan Mancanegara di tahun 2020.

2
Badan Pelaksan Otorita Danau Toba memiliki 2 Tugas dan Fungsi Utama,
yaitu: a) Otoritatif yaitu Melakukan Perencanaan, Pengembangan, Pembangunan,
Pengelolaan, dan Pengendalian di Kawasan Pariwisata yang Hak Pengelolaannya
diberikan kepada BPODT; b) Koordinatif yaitu melakukan koordinasi, sinkronisasi,
dan fasilitasi perencanaan, pengembangan, pembangunan, dan pengendalian di
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Danau Toba mencakup 8 Kabupaten yang
mengelilingi Danau Toba.

BODT telah merancang program sebagai berikut:


a. Pengembangan Atraksi yaitu dgn mengenalkan kekayaan budaya batak
dan membuat even – even olah raga bertaraf internasional seperti balap
sepeda, para layang dan arum jeram.
b. Pengembangan akses yaitu dgn membangun jalan, dermaga, kapal
penyebrangan, transportasi online, digitalisasi lokasi wisata dan
pembangunan bandara udara.
c. Pengembangan Amenitas yaitu berupa pembangunan hotel, toko cendra
mata, cafe dan kekinian.
d. Pengembangan SDM yaitu dgn program beasiswa, sosialisasi sadar
wisata, pelatihan bahasa inggris dan digital torism.
e. Pengembangan pemasaran.

Walaupun di atas kertas program BODT di atas memiliki visi yang bagus bagi
pengembangan pariwisata dan diharapkan berdampak pada ekonomi masyarakat,
pada kenyataannya masyarakat terutama masyarakay adat di kawasan Danau Toba
menolak keras rencana BODT dikarenakan akan mengancam tanah ulayat dan
doianggap akan menggusur masyarakat. Konflik-konflik antara masyarakat dan
BODT mulai menampakkan persoalan Kamtibmas, yang rinmgkasnya dapat
dijelaskan sebagai berikut.

Masalah BODT dengan Masyarakat Desa Sigapiton ( Bius Paropat )

Namun demikian pengembangan wisata Bada Otoritas Danau Toba pada


dasarnya terdapat persoalan yang dapat dilihat dari fakta-fakta berikut:

3
Setelah Dikeluarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia tentang Penetapan Batas Areal Pelepasan Kawasan Hutan
Produksi yang dapat Dikonversi untuk Pengembangan Wilayah Kawasan Pariwisata
Danau Toba atas nama Gubernur Sumut yang Terletak di Kab. Tobasa Prov Sumut
Seluas 386,72 Ha pada tanggal 17 Juni 2018, Mulai Timbul Potensi Konflik dari
Pihak-pihak / Kelompok Masyarakat Tertentu Di Sekitaran Objek BPODT, yaitu
Mengklaim Zona yang Menjadi Objek BPODT adalah Milik Kelompok Masyarakat
tersebut.
Sengketa lahan antara masyarakat dengan pihak BPODT adalah sebagai
berikut : a) Desa Simotung : Raja Bius Empat Marga seluas ± 107 Ha klaim
merupakan tanah adat empat marga dan Managam Manurung klaim seluas ± 225
Ha; b) Desa Sigapiton : Bius Paropat klaim ± 120 Ha, OP. Ondol Butar-Butar; c)
Desa Pardamean Sibisa : Rikson dan Eliando Sirait klaim seluas ± 28 Ha.
Pembangunan ini mulai memunculkan aksi demonstrasi. Terdapat beberapa
aksi yang mulai memunculkan persoalan kemanan dan ketertiban masyarakat,
sebagai berikut:
1. Demonstrasi Aliansi Mahasiswa Peduli Danau Toba yang menolak BPODT
karena tidak berdampak pada pembangunan ekonomi masyarakat.
2. Keturunan Raja Bius Paropat Sigapiton sejulah : 30 ( tiga puluh orang)
omrang menghadang alat berat yang masuk Kedalam zona, kemudian
setelah mediasi dengan pihak Pemkab dan Kepolisian masyarakat
membubarkan diri.
3. Massa dari Desa Sigapiton lebih kurang 50 ( lima ) orang dengan di
Dampingi oleh Kelompok Study Pengembangan Pemrakarsa Masyrakat (
KSPPM ) melakukan penghalangan dengan menduduki lahan dan
melaksanakan ibadah.
Agar terdapat solusi dari konflik antara masyarakat dan BODT langkah pertama
yang dilakukan adalah menjalankan kesepakatan yang telah dirumuskan bersama,
hasil rapat tersebut sebagai berikut:
a. Proyek jalan bisa dilaksanakan akan tetapi bangunan tidak boleh sebelum
ada jawaban dari kehutanan tentang pengakuan ulayat.

4
b. Jangan sampai ada bencana akibat adanya pembangunan ( Misalnya :
Longsor)
c. Tidak ada sumber mata air terganggu jangan ada dampak limbah kepada
tempat tinggal masyarakat di bawah.
d. Jangan adanya masyarakat yang digusur.
e. Situs sejarah ( makam ) jangan di pindahkan atau pun di gusur.
f. Listrik didesa yang tiangnya sudah terpasang agar segera di masukan
listriknya.
g. Isi kesepakatan tertulis dan di tanda tangani dan di saksikan kepada semua
perwakilan rapat.

Apabila pihak BODT secara konsisten menjalankan hasil kesepakatan dengan


masyarakat tersebut, maka investasi BODT tidak akan mengalami persoalan
Kamtibmas yang berarti. Karena bagaimanapun masyarakat juga menginginkan
adanya perubahan ekonomi mereka jika investasi di Danau Toba sesuai dengan
yang direncanakan.

PEMECAHAN MASALAH

Berdasarkan fakta-fakta di atas untuk mendukung BODT perlu dilakukan


tindakan-tindakan sebagai berikut:
1. Agar dilakukan Pengamanan terbuka dan tertutup pada saat kegiatan
pekerjaan.
2. Agar dilakukan Patroli ke Kawasan Desa Pardamean Sibisa , Desa Sibisa
Motung dan Desa Sigapiton.
3. Agar dilakukan tindakan tegas terhadap oknum oknum yang melakukan /
menghambat pembangunan Kawasan Danau Toba ( BODT ).
4. Agar berkordinasi dengan Pihak Pemkab, Kehutanan dan Pihak terkait
untuk mempercepat penyelesaian masalah.

5
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa.
1.Konflik muncul karena masyarakat menolak Tanah Ulayat dialihfungsikan
menjadi lahan yang digunakan BODT.
2.Terdapat negosiasi antara masyarakat dan pihak BODT yang apabila dijalankan
dengan komitmen konflik dapat diminimalisir dan program BODTP dapat
dilanjutkan
Saran
Penulis menyampaikan saran sebagai berikut.
1. Pihak BODT, masyarakat, Pemerintah Psat dan Pemerintah Daerah perlu
melakukan kesepakatan yang tidak merugikan masyarakat di sisi lain program
BODT dapat berjalan lancar.
2. Intelijen sebagai mata dan telingan pimpinan harus tetap melaksanakan
deteksi dini guna terciptanya situasi yang aman dan kondusif.
3. Pihak kepolisian tetap menjalankan fungsi menjaga Kamtibmas sesuai standar
operasi dan perundangan.

Anda mungkin juga menyukai