Anda di halaman 1dari 164

SKRIPSI

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK


KAWASAN WISATA GUNUNG TIDAR

(Studi Kasus Terhadap Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar,


Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah)

Disusun Oleh :
Rendi Redona
NIM : 511100081

JURUSAN HOSPITALITY
SEKOLAH TINGGI PARIWISATA AMPTA
YOGYAKARTA
2015

i
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK


KAWASAN WISATA GUNUNG TIDAR
(Studi Kasus Terhadap Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar, Kecamatan
Magelang Selatan, Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah)

Disusun oleh
Rendi Redona
NIM : 511100081
Jurusan Hospitality

Telah Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

(Arif Dwi Saputra, SS, M.MPar) (Angela Ariani, SH, M.MPar)


NIDN. 0525047001 NIDN. 0530106001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Hospitality

(Arif Dwi Saputra, SS, M.MPar)


NIDN. 0525047001

ii
BERITA ACARA UJIAN

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK


KAWASAN WISATA GUNUNG TIDAR
(Studi Kasus Terhadap Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar, Kecamatan
Magelang Selatan, Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah)

Disusun oleh
Rendi Redona
NIM : 511100081
Jurusan Hospitality

Telah dipertahankan di depan penguji


Dan dinyatakan : Lulus
Pada tanggal 15 April 2015

Penguji : (Dra. Nuharani EK, M.Pd)


NIDN.0530046603

Pembimbing I : (Arif Dwi Saputra, SS, M.MPar )


NIDN. 0525047001

Pembimbing II : (Angela Ariani, SH, M.MPar )


NIDN. 0530106001

Mengetahui,
Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA

(Drs. H Santoso, MM)


NIDN. 0519045901

iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertandatangan di bawah ini,

Nama : Rendi Redona

NIM : 511100081

Program Studi : Sarjana/ S1 Pariwisata

Judul Skripsi : STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK KAWASAN

WISATA GUNUNG TIDAR

(Studi Kasus Terhadap Kawasan Wisata Spiritual Gunung

Tidar, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang,

Provinsi Jawa Tengah).

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 15 April 2015


Penulis,

Rendi Redona
NIM. 511100081

iv
MOTTO:

Datanglah kepada rakyat,


Hiduplah bersama mereka,
Belajarlah dari mereka,
Cintailah mereka,
Mulailah dari apa yang mereka tahu,
Bangunlah dari apa yang mereka punya;
Tetapi pendamping yang baik adalah,
Ketika pekerjaan selesai dan tugas dirampungkan rakyat berkata:
“kami sendirilah yang mengerjakan”.
(Lao Tse , 700 SM)

“Seorang Pendaki Kehidupan Merasa Yakin pada Sesuatu yang Lebih Besar
Daripada Dalam Dirinya. Dia Berkeyakinan bahwa Segala Hal Bisa dan Akan
Terlaksana, Kendati Orang Lain Lebih Banyak Memilih Berhenti dari jalur
Pendakian atau Berkemah.”
(Paul G. Stoltz, Psikolog)

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Allah, Gusti kang Maha Kuasa


Tuhan seluruh makhlukyang Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.
Karena atas kuasa-Mu hingga kini anugrah dan karunia
masih dapat kunikmati, sehat lahir maupun batin.

Kupersembahkan karya ku ini untuk:

 Bapak dan Ibuku, Budi Utomo dan Sumaeni, sembah sungkem rasa
hormat baktiku, terimakasih doa dan restunya.

 Mbak Heni Idayati, dan Mas Hobby Haryoko yang selalu


menyayangiku, terimakasih nasehat dan dukungannya.

 Keluarga besar eyang Soemowardoyo sekalian.

 Dewi Astuti yang sudah tiada namun semangat darimu tetap


mengalir dalam jiwaku, terimakasih semuanya.

 Keluarga Kadang Kadeyan Sabdalangit (KKS), terutama Bapak


Sabda, Mami Untari, Pak Pur, Mas Parjo dan para kadang para
pinesepuh sekalian di ndalem Wijilan, Yogyakarta, yang banyak
memberikan tauladan akan budaya adi luhung Nusantara,

 Sahabat – sahabat seperjuangan angkatan 2011 dan teman – teman


di Himpunan Mahasiswa Hospitality Sekolah Tinggi Pariwisata
AMPTA.

 Dan teman – teman di “KAPALA AMPTA” .

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Gusti Kang Maha Kuasa, Tuhan seluruh

Makhluk yang Maha Penyayang, atas segala limpahan rahmat, hidayah dan karunia-

Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “STRATEGI

PENGEMBANGAN PRODUK KAWASAN WISATA GUNUNG TIDAR, Studi

Kasus Terhadap Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar, Kecamatan Magelang

Selatan, Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah”. Skripsi ini disusun untuk

memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pariwisata dalam Program Studi

Pariwisata Jurusan Hospitality Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta.

Dalam proses penyelesaian studi sarjana ini tidak lepas dari bimbingan, arahan,

dan dukungan penuh semangat dari semua pihak internal civitas lembaga Sekolah

Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta dan pihak- pihak eksternal, dalam keluarga,

masyarakat maupun komunitas organisasi yang penulis ikuti. Karenanya pada

kesempatan ini dengan rasa syukur yang mendalam dari penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar- besarnya dan apresiasi yang setinggi – tingginya kepada

pihak yang berpartisipasi dalam penyususnan skripsi sebagai berikut:

1. Bapak Arif Dwi Saputra, SS, M.MParselaku Pembimbing Utama sekaligus

menjabat Ketua Jurusan Hospitality yang telah membimbing materi maupun

penulisan skripsi.

2. Ibu Angela Ariani, SH, M.MPar selaku Dosen Pembimbing Kedua yang telah

banyak membimbing materi maupun penulisan skripsi.

3. Ibu Dra. Nuharani EK, M.Pd Selaku Penguji yang telah memberikan kritik dan

sarannya.

vii
4. Bapak Drs. H Santoso, MM selaku Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA

Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian.

5. Ibu Dra. Heni Susilowati, MM selaku Sekretaris Jurusan Hospitality yang telah

membantu keperluan administrasi surat – menyuratdalam penelitian.

6. Para dosen pengampu mata kuliah yang tidak dapat saya sebutkan satu – persatu,

yang telah memberikan bimbingannya dalam belajar dasar – dasar teori,

memperkaya wawasan dan cara berpikir ilmiah yang kritis selama menempuh

pendidikan di Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta.

7. Kabid Kesbang Badan Kesbanglinmas Daerah Istimewa Yogyakarta Dra.

Amiarsi Harwani, SH, MS yang telah memberikan rekomendasi penelitian lintas

provinsi.

8. Kepala Badan Penanaman Modal Provinsi Jawa Tengah Ir. Sujarwanto

Dwiatmoko, MSi yang telah memberikan rekomendasi izin penelitian.

9. Kepala Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Magelang, Ir. Eri Widyo Saptoko,

M.Si yang telah memberikan rekomendasi penelitian.

10. Bapak Drs. Hartoko selaku Kepala Dinas Pemuda, Olah Raga, Budaya, dan

Pariwisata, yang telah memberikan kesempatan berharga melakukan penelitian

pariwisata Gunung Tidar maupun berkenan sedia diwawancarai sebagai

responden.

11. Ibu Sri Subekti,SE. selaku Kabid Pariwisata Disporabudpar, Bapak Susilo

Handoyo, S.Sen selaku Ketua Dewan Seni Kota Magelang, Bapak Sus Anggoro,

SE. selalu Kabid Budaya Disporabudpar, dan Bapak Iwan Triteny Setyadi, ST.

MT., selaku Ka. Sub Bid Pendidikan, Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan

viii
pariwisata Bappeda Kota Magelang yang telah menyempatkan waktunya kepada

penulis untuk memberikan informasi.

12. Ibu Sutijah selaku Juru Kunci Makam Gunung Tidar dan Bapak Widodo, SE

Kepala UPT Kawasan Gunung Tidar, dan Bapak Supardiselaku Koordinator

Petugas Jagawana Kawasan Gunung Tidar yang telah memberikan izin dan

menjadi informan penulis melakukan penelitian.

13. Bapak Sabdalangit Ae Banyusegoro, SIP,MM yang merupakan Pimpinan

komunitas budaya Kadang Kadeyan Sabdalangit (KKS) selaku informan

budayawan maupun praktisi spiritual, yang telah berkenan memberikan

informasi mengenai Gunung Tidar dari sudut pandang spiritualitas budaya jawa.

14. Dr. Suparjo Sujadi, S.H., M.H., atau yang lebih akrab dipangil Mas Parjo yang

saat ini menjadi pengamat Hukum Agraria dari Universitas Indonesia selaku

inspirator yang telah memberikan ide – ide dan masukan bagi penulis.

15. Ryanto Dhamar Widyaraja yang telah membantu penulis dalam pengambilan

dokumentasi photo penelitian.

16. Seluruh pihak yang tidak dapat satu persatu penulis sebutkan, terimakasih atas

bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis bersyukur dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

kesadaran penuh bahwasannya skripsi ini belum sempurna dan tidak luput dari

kekurangan. Semoga karya ilmiah ini dapat memberi secercah manfaat dan harapan

kepada para pembaca dalam perkembangan ilmu.

Yogyakarta, 10 April 2015


Penulis,

Rendi Redona

ix
DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….........I

HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................ii

BERITA ACARA UJIAN ………………………………………………………..iii

HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………………...... iv

MOTTO ………………………………………………………………………… v

HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………......... vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii

ABSTRAKSI …………………………………………………………………... xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6

C. Batasan Masalah ……………………………………………….. 6

D. Tujuan Penelitian …...................................................................... 7

E. Manfaat Penelitian ........................................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Teorisasi ....................................................................................... 10

x
1. Pariwisata …………………………………………………… 10

2. Strategi ………………………………………………………. 12

3. Pengembangan Produk ……………………………………… 14

4. Kawasan Wisata ……………………………………………….15

5. Wisata Spiritual ........................................................................ 17

6. Pengembangan Produk Pariwisata ........................................... 20

7. Faktor Internal dan Eksternal .................................................. 28

B. Kerangka Pemikiran .................................................................... 32

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 35

1. Lokasi………………………................................................... 35

2. Waktu ………………………………………………................ 35

B. Populasi dan Sampel ................................................................... 36

1. Populasi ......................................................................................36

2. Sampel ..................................................................................... 36

C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 39

D. Variabel Penelitian dan Indikator ................................................. 40

1. Variabel Produk Utama (Core Procuct)................................... 41

2. Variabel Produk Tambahan (Augmented Product)…………….42

3. Variabel Pariwisata Berkelanjutan ……………………….….. 44

E. Definisi Konseptual ……………................................................... 46

F. Teknik Analisis Data ……............................................................. 46

1. Analisis Deskriptif Kuantitatif ………………………….….... 47

xi
2. Analisis Deskriptif Kualitatif ……………………….……….. 47

3. Analisis Matriks IFAS dan EFAS ………………………….. 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar ..... 53

1. Sejarah Perkembangan Kawasan Gunung Tidar, Legenda,

Dan Mitologi …………………………………..….……….. 53

2. Kondisi Lingkungan Fisik ……………………………..….. 58

3. Kondisi Kependudukan Kelurahan Magersari ……………… 61

4. Kondisi Kelembagaan …………….……………………..….. 63

5. Kondisi Infrastruktur…………….……………………..….. 65

6. Profil UPT Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar ……... 67

B. Identifikasi Potensi Pariwisata Spiritual di Gunung Tidar …….. 70

1. Potensi Wisata Spiritual Berbasis Alam (Area Ring 1,2,3) .. 70

2. Potensi Wisata Spiritual Berbasis Spiritual dan Religi ……. 71

C. Analisis Faktor Lingkungan Internal dan Eksternal ……..…….. 74

1. Analisis Lingkungan Internal ……………………………….. 74

2. Analisis Lingkungan Eksternal ……………………………... 86

D. Strategi Pengembangan Produk Kawasan Wisata

Gunung Tidar ……………………………………………………. 97

1. Strategi Umum (Grand Strategy) ………................................ 97

2. Strategi Program …………………………………………… 100

3. Strategi Khusus ……………………………………………… 104

xii
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ……………………………………………............. 108

B. Rekomendasi ……………………………………..……..…….. 111

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 2.1 Dimensi Ekonomi, Ekologi, Sosial, dan Budaya Dalam Pariwisata

Berkelanjutan .....................................................................................27

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ………………………………………………….. 36

Tabel 3.2 Jumlah Sampel dan Informan ……………………………………….39

Tabel 3.3 Indikator Wisata Spiritual ................................................................ 41

Tabel 3.4 Indikator Produk Tambahan dan Kelembagaan …………………....43

Tabel 3.5 Indukator Pariwisata Berkelanjutan …..…………………………….44

Tabel 3.6 Matriks IFAS (Internal Factors Analysis Summary) ....................... 49

Tabel 3.7 Matriks EFAS (External Factors Analysis Summary)………….... 51

Tabel 3.8 Matriks Internal - Ekternal …..……………………………………. 52

Tabel 3.9 Matriks SWOT ................................................................................. 52

Tabel 4.1 Hasil Identifikasi Produk Kawasan Wisata Spiritual Berdasarkan


Berdasarkan Pembagian Ruang Wisata Kawasan Gunung Tidar ….73

Tabel 4.2 Potensi Tempat (Places) Kawasan Gunung Tidar Dilihat dari
Kepuasan Wisatawan terhadap Kualitas Produk Wisata Spiritual… 76

Tabel 4.3 Ketersediaan Daya Tarik (Attraction) Spiritual Kawasan Gunung


Tidar ………………………………………………………………..77

Tabel 4.4 Potensi Motivasi (Motives) Wisatawan Berkunjung ke Kawasan


Gunung Tidar dilihat Berdasarkan Sikap …………………………..78

Tabel 4.5 Identifikasi Hipotesis Kelemahan dan Kekuatan …………….…… 84

Tabel 4.6 Konfirmasi Temuan Kelemahan dan Kekuatan Internal ……..…… 85

Tabel 4.7 Matriks Internal Factors Summary (IFAS) …………………………85

xiv
Hal.

Tabel 4.8 Hasil Penilaian Terhadap Pengaruh Lingkungan Eksternal ………. 87

Tabel 4.9 Matriks Eksternal Factors Summary ……………………………….96

Tabel 4.10 Matriks Internal - Eksternal………………………………………. 98

Tabel 4.11 Analisis SWOT Pengembangan Produk Kawasan Wisata Gunung


Tidar ................................................................................................ 103

xv
DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.1 Elemen Wisata Spiritual …………………………………………19

Gambar 2.2 Konsep Pendekatan Kesesuaian Penawaran dan Permintaan ........


22

Gambar 2.3 Elemen Dasar Destinasi Pariwisata ……………………………. 24

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Penelitian ………………………............... 33

Gambar 4.1 Lokasi Area Makam Kiai Semar …………………………….….55

Gambar 4.2 Gambar Foto Satelite Kawasan Gunung Tidar ……………….…59

Gambar 4.3 Ifrastruktur Jalan Inspeksi Menuju Puncak Gunung Tidar …...... 66

Gambar 4.4 Struktur Kedudukan UPT Kawasan Gunung Tidar dalam Dinas

Pertanian, Peternakan, dan Perikanan …………………………. 67

Gambar 4.5 Area Berbasis Spiritual makam Kiai Semar, dan Tugu Pancang....71

Gambar 4.6 Area Berbasis religi Makam Syekh Subakir dan Kiai Sepanjang.72

Gambar 4.7 Fasilitas Shelter Pedagang Kaki Lima (PKL) ………………...... 89

Gambar 4.8 Fasilitas Kebersihan di Area Parkir Komunal Bus....................... 90

Gambar 4.9 Kondisi Visual Suasana Lingkungan Kampong Tejosari Desa

Magersari ………………………………………………………...91

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Rekomendasi Izin Penelitian

Lampiran 2. Kuisioner Rating Terhadap Elemen Wisata Spiritual

Lampiran 3. Daftar Jawaban Responden Wisatawan Penilaian Terhadap

Elemen Wisata Spiritual

Lampiran 4. Kuisioner Lingkungan Internal Kawasan Pariwisata Spiritual

Gunung Tidar

Lampiran 5. Kuisioner Lingkungan Eksternal Kawasan Pariwisata Spiritual

Gunung Tidar

Lampiran 6. Hasil dan Pembahasan Perhitungan Faktor Eksternal

Lampiran 7. Daftar Informan/ Responden Stakeholders

Lampiran 8 Daftar Responden Wisatawan Penilaian Persepsi Terhadap Elemen Wisata

Spiritual

Lampiran 9 Ringkasan Hasil Observasi dan Wawancara

Lampiran 10. Dokumentasi Foto

Lampiran 11. Daftar Riwayat Hidup

xvii
ABSTRAKSI

Trend wisata spiritual atau yang juga biasa dikenal dengan ziarah adalah
salah satu fenomena yang cukup menarik untuk dikembangkan menjadi potensi
pariwisata. Upaya eksploratif perlu dilakukan sehingga juga dapat mengetahui
dampak negatif untuk dicarikan upaya mencegah supaya langkah pengembangan ke
dapannya tidak menjadi ekploitatif. Salah satu tempat tujuan wisata spiritual yang
ada di destinasi Kota Magelang adalah Kawasan Gunung Tidar.
Pengembangan produk merupakan salah satu strategi dalam dunia
manajemen. Untuk menentukan langkah strategis dalam perkembangan isu – isu
terkini secara efektif dan tepat. Oleh karenanya judul penelitian ini adalah “Strategi
Pengembangan Produk Kawasan Wisata Gunung Tidar” studi kasus terhadap
kawasan wisata spiritual Gunung Tidar.
Penelitian menggunakan pendekatan fenomenologis, bertujuan untuk
mengidentifikasi katagori pariwisata spiritual yang ada di Kawasan Gunung Tidar,
menganalisis lingkungan internal dan eksternal dan mendeskripsikan strategi
pengembangan produk kawasan wisata spiritual Gunung Tidar. Penelitian ini
bersifat eksploratif mendeskripsikan data yang diperoleh melalui pengamatan visual,
penyebaran kuesioner, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Data dianalisis
dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif, kuantitatif dengan analisis IFAS,
EFAS yang menghasilkan strategi umum dan analisis SWOT menghasilkan strategi
khusus.
Hasil penelitian menunjukan bahwa, ditemukan klasifikasi pariwisata
spiritual yang berbasis alam dan pariwisata spiritual berbasis spiritual yang terdiri
wisata berbasis spiritual dan wisata berbasis religi. Namun untuk wisata spiritual
yang berbasis konseling, alunan musik, kreativitas, spiritual berbasis fisik
berdasarkan penelitian ini mayoritas wisatawan memberi keterangan tidak
melakukan aktifitas spiritual tersebut.
Hasil analisis faktor internal dan eksternal pengambangan di Kawasan
Wisata Spiritual Gunung Tidar berada pada posisi pertumbuhan. Hasil analisis
lingkungan internal manajemen pengembangan produk memperoleh nilai 2,7923
yang berarti pada posisi sedang dan analisis lingkungan eksternal yang meliputi
kondisi daya dukung ekonomi, sosial, budaya dan ekologi memperoleh nilai 2,5210
yang juga berarti sedang.
Berdasarkan matriks Internal Eksternal diketahui berada pada posisi kuadran
V. Hal ini berarti bahwa strategi yang harus diterapkan yaitu pertahankan dan
pelihara (strategi tidak berubah). Strategi umum yang diterapkan yaitu strategi
pengembangan produk tambahan maupun market share. Berdasarkan analisis
SWOT diketahui bahwa empat strategi alternatif yang relevan diterapkan adalah
strategi pengembangan produk, strategi pengembangan promosi, strategi pariwisata
berkelanjutan dan pengembangan kelembagaan dan SDM.

Kata kunci : Pariwisata, Strategi Pengembangan Produk, Kawasan Wisata,


Wisata Spiritual, Faktor Internal dan Eksternal

xviii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi tujuan

wisata di dunia. Indonesia juga memiliki potensi alam dan keragaman budaya

yang sangat kaya. Namun berdasar World Economic Forum, WEF (2013),

destinasi Indonesia saat ini hanya menempati peringkat ke-70 dari 140 negara

di dunia dan peringkat ke-4 di Negara-negara ASEAN setelah Singapore,

Malaysia dan Thailand. Daya saing Indonesia masih kalah dengan negara

tetangga kita Singapore, Malaysia dan Thailand (http://www.weforum.org

diakses 30 Januari 2015). Hal ini kontradiktif dengan pengakuan dunia

internasional atas kekayaan sumber daya pariwisata Indonesia. Diduga bahwa

salah satu faktor yang berperan disini adalah strategi pengembangan sumber

daya pariwisata baik dari tingkat lokal sampai internasional yang berbeda jauh

dari negara – negara pesaing kita di pasar Internasional.

Saat ini juga tengah dihadapi persiapan dalam rangka program

Masyarakat Ekonomi ASEAN yang jika benar, mekanismenya akan ditetapkan

akhir tahun 2015. Seperti dinyatakan oleh Direktur Jenderal Kerjasama

ASEAN, I Gusti Agung Waseka Puja bahwa, “MEA sudah semakin dekat.

Indonesia harus mampu memanfaatkan integrasi negara – negara anggota

ASEAN yang akan dimulai tanggal 31 Desember 2015” (www.pikiran-

rakyat.com di akses 30 Januari 2015). Istilah Masyarakat Ekonomi ASEAN

disingkat MEA merupakan salah satu dari capaian 10 visi ASEAN yang tidak

1
2

lain adalah outward looking, economic integration, harmonious environment,

prosperity, caring societies, common regional identity, living in peace, stability

,democratic, dan shared cultural heritage. (http://economy.okezone.com di

akses 30 Januari 2015). Hal ini merupakan peluang untuk mendongkrak sektor

pariwisata sebagai kontribusi devisa negara.

Selain gambaran dinamika tingkat global dan regional tersebut industri

pariwisata daerah dihadapkan tantangan nasional terutama bila dikaitkan

dengan era otonomi daerah. Era otonomi daerah yang ditandai dengan lahirnya

Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian diubah dengan

Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah

memberikan keleluasaan kepada daerah kabupaten/ kota untuk mengurus

rumah tangganya sendiri dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

masyarakat secara mandiri. Kemandirian tersebut, diharap dapat menciptakan

pertumbuhan ekonomi lebih baik, termasuk pengelolaan sektor pariwisata

daerah yang lebih profesional.

Di sisi lain, seringkali kegiatan pariwisata lebih mengutamakan pada

upaya untuk meningkatkan kunjungan wisatawan yang berorientasi pada

pendapatan tanpa memikirkan dampaknya terhadap lingkungan, sosial dan

budaya masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan produk wisata yang

ditawarkan pengelola cenderung mengarah pada pengembangan pariwisata

masal (mass tourism). Tentunya, apabila hal ini dibiarkan maka pengembangan

wisata, cenderung berefek negatif yaitu kurang memperhatikan aspek ekologi

sosial dan budaya bahkan dapat menjadi eksploitatif terhadap sumber dayanya.
3

Sementara itu berdasarkan studi terbaru, Damanik dan Cemporaningsih (dalam

Damanik dan Frans Teguh, 2013:13) wisatawan Lokal maupun Nusantara

semakin kritis memilih destinasi pariwisata yang mampu menawarkan nilai

kepuasan optimal walaupun dengan biaya yang relatif mahal. Hal ini dapat

diasumusikan bahwa wisatawan saat ini lebih cenderung mencari kualitas

daerah tujuan wisata yang akan dikunjunginya.

Alternatif konsep menyikapi dampak negatif pariwisata massal adalah

konsep pariwisata yang tidak massal. Konsep pengembangan yang dapat

dinikmati sekarang dan masa depan oleh anak cucu kita adalah konsep

pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Pengembangan pariwisata

berkelanjutan sangat diperlukan dalam mengahadapi tuntutan pergerakan

manusia yang semakin meningkat dalam melakukan kegiatan wisata terlebih

lagi dalam dunia global dan aktifnya Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi

ASEAN. Pembangunan pariwisata berkelanjutan berarti pembangunan yang

berorientasi pada peningkatan keuntungan dari sumber daya pariwisata bagi

masyarakat setempat sambil tetap mempertahankan integrasi masyarakat

tersebut secara kultural dan ekologis serta meningkatkan perlindungan kawasan

dan warisan alam yang sensitif secara ekologis (Neto, 2013:7).

Salah satu jenis wisata yang sesuai dengan konsep pariwisata

berkelanjutan adalah wisata spiritual. Jenis wisata ini mulai berkembang

dikarenakan sifatnya yang eco-friendly dan juga atas dasar tekanan hidup yang

luar biasa membuat orang cenderung mencari aktifitas yang dapat memberikan

keheningan dan ketenangan batin. Wisata spiritual dapat dilakukan tanpa harus
4

mencari tempat yang berada dalam kawasan taman nasional, hutan maupun

lokasi yang menyatu dengan alam, tetapi cukup suasana historis atau

ketenangan meskipun dalam suatu desa dan tengah kota. Di Bali wisata jenis

ini tergolong menjadi trend dengan konsep Tri Hita Karana yaitu hubungan

antara manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan

hubungan manusia dengan alam. Sedangkan di Yogyakarta pariwisata jenis ini

dapat dijumpai di Kawasan Wisata Spiritual Imogiri dan Makam Kota Gede,

tepatnya di kompleks makam Raja – raja Mataram. Di Eropa, kaitannya dengan

fenomena wisata spiritual, banyak kasus unik, seperti dalam hal agama atau

sejarahnya, bangunan sakral yang berusia berabad-abad, tradisi perjalanan

ziarah, berkunjung ke kuil-kuil lokal merupakan aset tak terbantahkan yang

membentuk ruang wisata daerah (Duda, 2012:36).

Selaras dengan isu – isu pariwisata, secara mikro dapat dilihat di Kota

Magelang. Kota Magelang adalah daerah otonom bagian dari Provinsi Jawa

Tengah, memiliki kondisi strategis sebagai daerah transit transportasi lintas

kota dan provinsi yaitu di jalur raya Semarang – Yogyakarta, Purworejo –

Semarang, Yogyakarta, Temanggung – Wonosobo. Daerah ini sedang

berbenah dalam sektor pariwisata karena terlihat dari langkah Pemerintah Kota

(Pemkot) Magelang dalam upaya promosi pariwisata melalui program di tahun

2015 bertema “Ayo Ke Magelang 2015”. Program tersebut sangat didukung

dengan selesainya proyek pelebaran Jalan Raya Jogja – Magelang – Semarang.

Terlebih lagi Kota ini memiliki daya tarik yaitu Gunung Tidar.
5

Gunung Tidar merupakan salah satu aset milik Pemerintah Kota

Magelang sebagai kawasan hutan lindung hasil reboisasi tahun 60-an sehingga

saat ini menjadi paru – paru kota yang sejuk. Di Gunung ini juga dipercaya

merupakan tempat bersemayamnya leluhur yang diagungkan Kiai Semar,

Syekh Subakir, Kiai Sepanjang (http://berita.suaramerdeka.com diakses 30

Januari 2015) dan sudah lama menjadi tujuan orang berziarah atau melakukan

kegiatan spiritual keyakinannya. Pemerintah Kota mulai meningkatkan

pengelolaannya dengan mendirikan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kawasan

Gunung Tidar di bawah Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan

(Dispeterikan). UPT tersebut resmi ditetapkan awal tahun 2015 berdasarkan

Perwal No 47 Tahun 2014. Ditunjang dengan perbaikan sarana maupun

penambahan fasilitas-fasilitas baru seperti monumen “Pakuning Tanah Jawa”

berbentuk paku raksasa di pintu masuk kawasan dan rencana kebijakan

penghargaan bagi para pendaki yang sampai ke puncak akan diberi sertifikat.

Hal ini ditempuh atas dasar trend pengunjung Kawasan Wisata Gunung Tidar

makin hari kian bertambah. (http://berita.suaramerdeka.com di akses 30 Januari

2015).

Terkait dengan isu – isu di atas untuk menentukan arahan pengembangan

produk pariwisata secara tepat sesuai karakteristik kawasan, pihak manajemen

juga harus menerapkan strategi yang efektif yang dapat beradaptasi seiring

dengan tuntutan perkembangan dan menyikapi perubahan – perubahan baik

secara internal maupun eksternal. Oleh karenanya judul penelitian ini adalah

“Strategi Pengembangan Produk Kawasan Wisata Gunung Tidar”, studi


6

kasus terhadap Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar, Kecamatan Magelang

Selatan, Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi penelitian ini dipilih

karena Gunung Tidar saat ini baru saja ditetapkan sebagai UPT. Akan tetapi,

pihak pengelola belum mengidentifikasi potensi pariwisata spiritual,

menganalisis pengaruh internal maupun eksternal dan mendeskripsikan strategi

pengembangan produk kawasan wisata spiritual yang tepat bagi perkembangan

pariwisata Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka

dapat dikemukakan pokok permasalahan yaitu:

1. Produk pariwisata spiritual apa sajakah yang ada di Kawasan Wisata

Gunung Tidar?

2. Bagaimana kondisi lingkungan internal dan faktor eksternal yang

berpengaruh terhadap pengembangan wisata spiritual di Kawasan Wisata

Spiritual Gunung Tidar?

3. Bagaimana strategi pengembangan produk Kawasan Wisata Gunung Tidar?

C. Batasan Masalah

Untuk menjawab dan memecahkan permasalahan dalam rumusan

masalah diatas, maka batasan masalah penelitian Strategi Pengembangan

Produk Kawasan Wisata Gunung Tidar ini adalah :

1. Dalam mengidentifikasi produk pariwisata Kawasan Gunung Tidar batasan

masalah penelitian ini secara substansi memfokuskan pada kajian


7

identifikasi produk utama yaitu produk wisata spiritual yang berada dalam

ruang lingkup spasial di kawasan zona ring 1, ring 2, dan ring 3 Kawasan

Gunung Tidar.

2. Dalam menentukan kondisi lingkungan internal, peneliti membatasi pada

masalah aspek produk utama dan aspek lain yang diduga berpengaruh

terhadap performance kondisi internal yang meliputi aspek produk

tambahan dan kondisi manajemen organisasi kelembagaan pariwisata dalam

proses pengembangan pariwisata Gunung Tidar. Sedangkan untuk

menentukan kondisi lingkungan eksternal, penelitian membatasi masalah

pada aspek secara langsung atau dekat menimbulkan dampak baik negatif

maupun positif. Pengaruh ekternal tersebut antara lain aspek ekonomi,

sosial, budaya dan lingkungan.

3. Secara substansi dalam batasan mengenai Strategi Pengembangan Produk

Kawasan Wisata Spiritual masalah yang dikaji merupakan upaya

memonitor, mengevaluasi masalah lingkungan internal dan eksternal yang

dikenali bagi keberlanjutan pariwisata Kawasan Wisata Gunung Tidar

melalui analisis data kemudian merumuskan program pengembangan secara

umum dan khusus.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan batasan di atas, tujuan penelitian ini

adalah:

1. Mengidentifikasi produk wisata spiritual di Kawasan Wisata Gunung Tidar.


8

2. Menganalisis lingkungan internal dan eksternal potensi Kawasan Wisata

Spiritual Gunung Tidar.

3. Mendeskripsikan strategi pengembangan produk di Kawasan Wisata

Gunung Tidar.

E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap Kawasan Wisata Gunung

Tidar diharapkan dapat mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Pemerintah Kota Magelang

a. Penelititan ini mendeskripsikan strategi bagi pengembangan produk

pariwisata spiritual di Kawasan Wisata Gunung Tidar.

b. Penelitian ini juga diharapkan menjadi bahan masukan bagi instansi

terkait, dalam menentukan kebijakan pengembangan kawasan wisata

minat khusus yaitu mengenai wisata spiritual yang ada di Gunung

Tidar.

2. Bagi Lembaga STP AMPTA Yogyakarta

a. Sebagai ukuran keberhasilan mahasiswa dalam menyerap ilmu dan

menerapkan di dunia kerja.

b. Sebagai masukan atau referensi mengenai kajian pengembangan

produk kawasan wisata khusunya wisata spiritual.

c. Sebagai masukan atau umpan balik yang berguna untuk bahan

penyempurnaan kurikulumsesuai dengan perkembangan.


9

3. Bagi Mahasiswa

a. Memperdalam teori – teori yang ada untuk ditingkatkan wawasan

kemampuan berpikir mahasiswa sehingga mampu menerapkan ilmu

pengetahuan dalam bidang pariwisata

b. Memperdalam pengertian dan penghayataan tentang kemanfataan

ilmu yang telah dipelajarinya secara langsung dalam.

c. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa lain dalam kajian

pengembangan produk kawasan wisata spiritual.


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teorisasi

Dalam teorisasi ini berisikan teori – teori yang digunakan untuk

menentukan variable sebagai alat analisa penelitian. Teori – teori dan

kebijakan menurut para pakar yang akan diuraikan meliputi teori mengenai

pariwisata, strategi, pengembangan produk, kawasan wisata, wisata spiritual,

pengembangan produk pariwisata, faktor internal dan faktor eksternal. Adapun

uraian sebagai berikut:

1. Pariwisata

a. Definisi Wisata

Istilah wisata berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya

perjalanan atau bepergian. Kata wisata (tour) secara harfiah dalam

kamus berarti: Perjalanan dimana si pelaku kembali ke tempat awalnya;

perjalanan sirkuler yang dilakukan untuk tujuan bisnis, bersenang –

senang, atau pendidikan, pada berbagai tempat dikunjungi dan biasanya

menggunakan jadwal perjalanan terencana (Murphy, 1985 dalam

Sedarmayanti, 2014:3). Sedangkan definisi lain wisata adalah kegiatan

yang berhubungan dengan masuk, tinggal dan bergeraknya penduduk

asing di dalam atau luar suatu negara atau wilayah (Norval dalam Kesrul,

2003: 3).

10
11

b. Definisi Pariwisata

Dari definisi wisata juga terdapat istilah pariwisata dengan

penambahan kata pari (bahasa sangsekerta) yang berarti berulang-ulang.

Menurut Sedarmayanti (2014:3), “meskipun pariwisata telah lama

menjadi perhatian, baik dari segi ekonomi, politik, administrasi

kenegaraan, maupun sosiologi, sampai saat ini belum ada kesepakatan

mengenai apa itu wisatawan dan pariwisata”. Macintosh (1980 dalam

Sedarmayanti, 2014: 3) menyebut pariwisata adalah “The sum of the

phenomena and relationships arising from the interaction of tourist,

businesses, hostgoverment, and comunities, in the process of attracting

and hosting these tourist and other visitors”. Undang- Undang Nomor 10

tahun 2009, yang dimaksud Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan

wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh

masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah (UU

Kepariwisataan No. 10 Tahun 2009).

Spillane (1989, dalam Maulana, 2014:129), menerangkan bahwa

jenis – jenis pariwisata yang terdapat di daerah tujuan wisata yang

menarik wisatawan untuk mengunjunginya sehingga dapat pula diketahui

jenis pariwisata yang mungkin layak untuk dikembangkan dan

mengembangkan jenis sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan

pariwisata tersebut.
12

c. Jenis Pariwisata

Pendit (2006:38) merinci penggolongan pariwisata menjadi

beberapa 13 jenis wisata antara lain wisata budaya, wisata kesehatan,

wisata olah raga, wisata komersil, wisata industri, wisata politik, wisata

konvensi, wisata sosial, wisata pertanian, wisata maritim (marina) atau

bahari, wisata cagar alam, wisata buru, wisata pilgrim, wisata bulan

madu.

2. Strategi

a. Definisi Strategi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga menyebutkan

strategi sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai

sasaran khusus. Pengertian strategi menurut Rangkuti (2005: 3) dijelaskan

seperti berikut ini:

“Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam


kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut
serta prioritas alokasi sumber daya. Dalam hubungannya dengan
perencanaan strategis mempunyai tujuan agar perusahaan dapat
melihat secara objektif kondisi internal dan eksternal, sehingga
perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal.”

Sedangkan kata “strategi”sendiri merupakan bahasa yunani kuno

“Strategeos” yang berarti seni berperang. Istilah tersebut berkembang

hingga saat ini dan digunakan oleh suatu organisasi dalam prosesnya

mencapai tujuan dari organiasi.


13

b. Penentuan Strategi Melalui Matrik SWOT

Menurut Utama dan Mahadewi (2012:150), Analisis SWOT atau

Tows adalah alat analisis yang umumnya digunakan untuk merumuskan

strategi atau identifikasi berbagai faktor secara strategis berdasarkan intuisi

(pemahaman dan pengetahuan) expert terhadap objek.

Analisis SWOT (singkatan bahasa Inggris dari "kekuatan"/

strengths, "kelemahan"/ weaknesses, "kesempatan"/ opportunities, dan

"ancaman"/ threats) adalah metode perencanaan strategis yang digunakan

untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam

suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan

tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi

faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam

mencapai tujuan tersebut (Wikipedia Indonesia, 2009).

Tahap penentuan strategi yang dibangun untuk suatu perusahaan

melalui matrik SWOT menurut (Utama dan Ni Made E.M, 2012:150)

sebagai berikut:

1) Buat daftar peluang eksternal perusahaan (atau objek wisata)

2) Buat daftar ancaman ekternal perusahaan (atau objek wisata)

3) Buat kekuatan internal perusahaan (atau objek wisata)

4) Buat kelemahan internal perusahaan (atau objek wisata)

5) Buat analisis matriks IFAS

6) Buat analisis matriks EFAS

7) Buat Matriks Internal Eksternal IE


14

8) Buat strategi alternatif (Alternative Strategy) melalui matriks SWOT.

3. Pengembangan Produk

Pengembangan produk terdiri dari dua suku kata yaitu pengembangan

dan produk. Purwadarminta, (2005:538) mendefinisikan bahwa,

“Pengembangan sebagai suatu proses, cara, perbuatan mengembangkan

sesuatu menjadi lebih baik, maju sempurna dan berguna”. Jadi

pengembangan merupakan suatu proses atau aktifitas untuk memajukan

yang ditata sedemikian rupa dengan memajukan atau memelihara yang

sudah ada agar menjadi menarik dan lebih berkembang.

Sementara itu pengertian produk adalah segala sesuatu yang dapat

ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau

dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk

mencakup objek fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, dan gagasan (Kotler,

2001 dalam Ridwan 2012: 48).

Dari definisi pengembangan dan produk di atas, Kotler (1997: 273)

memberikan pengertian pengembangan produk seberti berikut:

“Pengembangan produk merupakan pengembangan dari produk yang


sudah ada atau menciptakan produk yang sama sekali baru melalui
riset dan penelitian yang dilakukan oleh para manajer pemasaran
maupun melalui departemen penelitian dan pengembangan.”

Sedangkan menurut Yoeti (1996:53) pengembangan suatu produk

pada dasarnya adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan berencana

untuk memperbaiki produk yang sedang berjalan dan menambah jenis

produk yang dihasilkan ataupun yang akan dipasarkan.


15

4. Kawasan Wisata

a. Pengertian Kawasan Wisata

Pengertian kawasan berasal dari bahasa Sansekerta, kawaśan

yang berarti daerah. Sedangkan waśa artinya wewenang, kuasa. Di

dalam wikipedia dijelaskan daerah yang memiliki ciri khas tertentu atau

berdasarkan pengelompokan fungsional kegiatan tertentu

(http://id.wikipedia.org).

Berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun

2007 tentang Penataan Ruang, kawasan adalah wilayah yang memiliki

fungsi utama lindung atau budi daya. Undang- Undang No. 10 tahun

2009 disebutkan dengan istilah Kawasan Strategis Pariwisata, terdapat

dalam pasal 1 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Kawasan

Strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama

pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang

mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti

pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya

alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

Menurut Ismayanti (2010:144), Usaha Kawasan Wisata

merupakan usaha yang kegiatannya membangun dan mengelola

kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk

kepentingan dan memenuhi kebutuhan pariwisata. Kemudian

disebutkan lagi bahwa hal – hal yang harus diperhatikan sebagai

berikut:
16

1) “Kemampuan untuk mendorong peningkatan perkembangan


kehidupan ekonomi dan sosial budaya
2) Nilai – nilai agama, adat istiadat, pandangan serta nilai – nilai
yang hidup dalam masyarakat.
3) Kelestarian budaya dan lingkungan hidup
4) Kelangsungan usaha pariwisata.
5) Tata ruang
6) Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah”.

b. Konsep Dasar Kawasan Pariwisata

Konsep dasar kawasan pariwisata dibagi dua macam yaitu kawasan

pariwisata murni dan kawasan pariwisata terbuka.

1) Kawasan pariwisata murni adalah kawasan yang seluruh lahan

diperuntukkan bagi pengembangan dan pembangunan sarana dan

prasarana pariwisata.

2) Kawasan pariwisata terbuka adalah kawasan yang bobot utamanya

untuk pengembangan pariwisata, yang dapat pula digunakan untuk

kegiatan lain, seperti pemukiman, hutan, perkebunan, pertanian,

perindustrian (Ismayanti, 2010: 145).

Berdasarkan pengertian dan konsep kawasan pariwisata di atas

dapat ditarik kesimpulan bahwa Kawasan Pariwisata yang ada di

Gunung Tidar dapat digolongkan kawasan pariwisata terbuka, karena

terdapat kegiatan lain, khususnya pemukiman penduduk yang

berbatasan langsung dengan wilayah hutan lindung atau Ruang Terbuka

Hijau yang dikelola pemerintah kota Magelang.


17

5. Wisata Spiritual

a. Definisi Wisata Spiritual

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III (2001:1087) yang

dimaksud spiritual adalah berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan

(rohani dan bathin).

Pengertian wisata spiritual hampir sama dengan wisata religi

maupun ziarah meskipun sejauh ini juga masih banyak berdebatan

mengenai istilah tersebut. Pemahaman wisata spiritual dan wisata religi

menurut kesimpulan Sutama (2013:11- 12), Wisata Spiritual adalah jenis

wisata atau perjalanan wisata yang dilakukan oleh seseorang ke tempat

manapun dengan tujuan untuk mencari ketenangan kedamaian dan

keharmonisan dengan alam atau dengan Sang Maha Pencipta namun

kegiatan wisata tidak terkait sama sekali dengan agama atau unsure –

unsur yang berkaitan dengan agama. Tempat – tempat tersebut bisa

tempat suci agama tertentu sepanjang dimungkinkan, gunung, pantai,

monument atau tempat lain yang dirasa memancarkan vibrasi

spiritualitas. Sedangkan wisata religi adalah jenis wisata yang terkait

dengan perintah agamadan wajib pula mengikuti aturan – aturan yang

ditetapkan oleh agama.

Berdasar perspektif pariwisata secara universal, Dalam World

Tourism Organisation (WTO) yang menyatakan Pariwisata adalah “The

activities of persons traveling to, and staying in, palces outside their

usual environment for not more than one consecutive year for leisure,
18

business or other purposes” (WTO 2004, dalam Pitana dan Diarta,

2009:45). Aktifitas perjalanan ziarah dan wisata religi atau spiritual dapat

masukkan ke dalam definisi pariwisata karena baik peziarah, perjalanan

spiritual, maupun perjalanan religi melibatkan keputusan untuk

melakukan perjalanan dari tempat tinggalnya dengan niat bukan untuk

tinggal menetap.

Berkemenn 2006 (dalam Sutama, 2013) menyatakan bahwa secara

umum pariwisata spiritual berarti segala bentuk perjalanan wisata yang

menyangkut perjalanan fisik dan spiritual, interaksi antara tubuh (body)

dan pikiran (mind).

Pendapat lain adalah Smith & Kelly (2006 dalam Maulana, 2014:

132) yang memberikan penjelasan mengenai wisata spiritual sebagai

berikut: “spiritual tourism as one that provides the visitor with activities

and/ or treatment aimed at developing, maintaining and improving the

body, mind and spirit”. Pengertian tersebut dapat diterangkan bahwa

wisata spiritual adalah segala jenis aktivitas dan atau perlakuan yang

bertujuan untuk mengembangkan merawat, dan meningkatkan badan,

pikiran dan jiwa.

Pendapat pendit (2006:41) mengenai pengertian wisata spiritual

yang dinyatakan dengan wisata pilgrim, sebagai berikut:

“Jenis wisata ini dikaitkan dengan agama, sejarah, adat – istiadat


dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Ini
Banyak dilakukan oleh rombongan atau perorangan ke tempat –
tempat suci, ke makam – makam orang besar, bukit atau gunung
yang dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin
yang di anggap legenda. Contoh makam Bung Karno di Blitar,
19

Makam Wali Songo, tempat ibadah seperti Candi Borobudur,


Pura Besakih di Bali, Sendang Sono di Jawa Tengah dan
sebagainya.”

b. Elemen Wisata Spiritual

Pechlaner dalam Maulana (2014: 132) memberikan gambaran

mengenai elemen – elemen dalam melakukan perjalanan spiritual seperti

gambar berikut (dalam Gambar 2.1):

Gambar 2.1

Elemen Wisata Spiritual

Sumber: Pechlaner dalam Maulana (2014:132)

Elemen – elemen dari wisata spiritual terbagi menjadi 3 elemen besar

yaitu Atraksi, Tempat, dan Motivasi.

c. Karakter Wisata Spiritual

1) Karakter Tempat Tujuan Wisata Spiritual

Shackley dalam Blackwell (2007: 35-47) menetapkan klasifikasi

berdasarkan tempat yang menjadi tujuan pariwisata spiritual sebagai

berikut:
20

a) “Natural phenomena (lakes, mountains, islands, gardens,


etc.);
b) Buildings and places that are originally made for religious
purposes;
c) Buildings with religious contents;
d) Special events of religious importance that are held in non-
religious places ;
e) Places built on secular thoughts that are relevant with tragic
stories or those events that are particularly political. For
example, Nelson Mandela’s prison on Robin island”

Mencermati cakupan tersebut di atas klasifikasi tersebut mengarah

pada elemen tempat yang menjadi kriteria atraksi wisata spiritual.

2) Karakteristik Kegiatan Wisata Spiritual

Aktifitas wisata spiritual dijelasakan oleh ahli Conrady R., &

Martin Buck (2011:204) berdasarkan trend dan isu pariwisata global

tahun 2011, Wisata spiritual dikatagorikan sebagai berikut:

a) “Interaction with nature & exercise: pilgrimages, meditative


hiking, meditative walking.
b) With counseling: talk with pastoral worker; talk with shaman;
talk with spiritual coach.
c) With music: singing mantras, chanting, tones.
d) With creativity: meditative painting, ikebana.
e) With physical exercises: yoga, tai chi, meditative dances, circle
dances.
f) With spiritual exercises: spiritual exercises (in silince),
contemplation, meditation, trips to shamans.”

6. Pengembangan Produk Pariwisata

a. Kebijakan Pariwisata Sebagai Industri

Dalam perspektif industri pariwisata, menurut Soetomo WE

(2011: 20), “sektor kepariwisataan tingkat keberhasilan

pembangunannya banyak bergantung pada komponen dan variabel yang

lain dari pada pembangunan pada umumnya”. Artinya, tingkat


21

keberhasilan pembangunan kepariwisataan banyak bergantung pada

partisipasi sektor yang lain, misalnya sektor perhubungan, sektor

lingkungan, sektor pendidikan, sektor sosial, sektor ekonomi, hankam,

agama dan sektor – sektor yang yang lainnya, baik formal maupun non

formal. Sehingga dalam industri pariwisata dihindari egoisme sektoral.

Pendapat Soetomo WE (2011:15), tentang pembangunan

kepariwisataan mendasarkan pemahaman tidak boleh digarap secara

partial, akan tetapi harus integral, menghindari egoisme sektoral, dan

arogansi institusional serta perlunya sinkronisasi dan koordinasi

menjadi pemikiran baru pada pembangunan kepariwisataan.

Ridwan (2012:47) menyatakan pendapatnya tentang kebijakan

perencanaan pengembangan pariwisata seperti berikut:

“Perencanaan pengembangan pariwisata pada dasarnya adalah


untuk mencari titik temu antara penawaran dengan permintaan.
Oleh karena itu, dalam melakukan perencanaan pengembangan
pariwisata seharusnya terlebih dahulu mengidentifikasi produk
wisatanya (Penawaran) yang ada di daerah tujuan wisata dan
pasar wisatawan (Permintaan), baik aktual maupun potensial
kemudian dilakukan suatu analisis terhadap kedua aspek tersebut
tercapai”

Konsep pendekatan kesesuaian antara permintaan dapat dilihat pada

Gambar 2.2 halaman 22.


22

Gambar 2.2
Konsep Pendekatan Kesesuaian Penawaran dan Permintaan

PENAWARAN PERMINTAAN

PRODUK WISATA WISATAWAN


Kepuasan
1. Atraksi 1. Motivasi
Kualitas
2. Aksesbilitas Nilai Jual
2. Keinginan
3. Amenitas 3. Kebutuhan

KONSEP STRATEGIS
PERENCANAAN PENGEMBANGAN PARIWISATA

Sumber: Data Sekunder (Ridwan, 2012: 47)

1) Permintaan Wisatawan

Seperti Gambar 2.2 di atas, Permintaan wisatawan timbul

oleh berbagai macam motivasi, kebutuhan, dan keinginan.

Penelitian ini yang menjadi latar belakang dalam kajian

pengembangan produk adalah motivasi spiritual wisatawan.

Ilmu Psikologi mengenal pembagian aspek intrinsik dan

ekstrinsik. Sementara itu faktor intrinsik manusia atas tiga

katagori yaitu: aspek kognitif yang mencakup pengetahuan dan

pemahaman, aspek afektif yang mencakup perasaan, minat,

motivasi, sikap dan nilai – nilai, yang ketiga adalah aspek

psikomotorik yang mencakup pengamatan dan gerak – gerakan

motorik (Sumarmi,2012:138).

Menurut Ridwan (2012:51), Motivasi adalah faktor – faktor

yang mempengaruhi dan pendorong meningkatnya permintaan

wisata. Menurut Soekadijo (2000: 38- 47) motif wisata menjadi


23

10 kelompok, yaitu : motif bersenang-senang atau tamasya, motif

rekreasi, motif kebudayaan, wisata olah raga, wisata bisnis, wisata

konvensi, motif spiritual, motif interpersonal, motif kesehatan dan

wisata sosial.

Sedangkan sumber lain menyatakan kegiatan perjalanan

wisata dipengaruhi oleh ketersediaan uang/ distribusi dan

peningkatan pendapatan wisatawan, pengurangan jam kerja, iklim

dan lingkungan hidup, pendidikan masyarakat (Freyer, 1993: 30;

Mundt, 1998: 79-86), kebijakan penetapan jumlah jam kerja,

teknologi transportasi, pendidikan yang semakin meningkat,

pengaruh kondisi iklim daerah asal panas, polusi air, tanah, udara

cenderung mencari daerah wisata yang beriklim sejuk dan

pencemaran yang minimal(Damanik dan Weber, 2006:3-5).

2) Penawaran Produk Pariwisata

a) Pembagian Produk

Menurut WTO dalam Damanik dan Teguh 2013:52),

produk pariwisata adalah unsur utama yang menarik

wisatawan ke destinasi dan memenuhikepuasan wisata

mereka disana. Secara umum,ada 6 komponen elemen dasar

destinasi pariwisata yang dapat ditawarkan berdasarkan WTO

terdiri dari, (1) atraksi, (2) amenitas, (3) aksesbilitas, (4)

sumber daya manusia/ SDM, (5) citra dan karakter, (6) harga

(lihat gambar 2.3 hal. 24).


24

Gambar 2.3
Elemen Dasar Destinasi Pariwisata

Elemen Destinasi yang Memberikan Pengalaman dan Daya Tarik

Atraksi Harga

Amenitas Aksesbilitas SDM Citra & Karakter

Sumber: WTO dalam Damanik dan Teguh, 2013: 52

Menurut Medelik and Middleton (The Tourist Product

and It Implication, 1972 dalam Ridwan 2012: 48), Produk

wisata adalah semua bentuk pelayanan yang dinikmati

wisatawan semenjak ia berangkat meninggalkan tempat

dimana ia biasa tinggal hingga ia kembali pulang.

Menurut Kotler (1994) ada tiga tingkatan produk

wisata, (a) Produk utama (core product), (b) Produk sekunder

(facilitating product), (c) Produk tambahan (augmented

product). Produk utama adalah objek dan daya tarik yang

menjadi tujuan utama oleh wisatawan untuk berkunjung ke

daerah tersebut. Produk sekunder adalah layanan terhadap

pasar agar pasar dapat menikmati produk yang ditawarkan

secara optimal. Produk tambahan adalah produk yang terkait

dengan hal – hal bersifat abstrak atau relatif, misalnya

suasana (atmosphere); dan pelayanan (service) yang intinya

mendukung performansi core product secara umum.

Kemudian secara detail,


25

b) Kriteria Produk Pariwisata

Damanik dan Weber (2006:13) menyatakan tentang

kriteria kualitas produk pariwisata yang baik terkait dengan

empat hal sebagai berikut:

(1) “Keunikan, diartikan sebagai kombinasi


kelangkaan dan daya tarik yang khas melekat pada
suatu objek wisata.
(2) Originalitas atau keaslian mencerminkan keaslian
atau kemurnian, yakni seberapa jauh suatu produk
tidak terkontaminasi oleh atau tidak mengadopsi
model atau nilai yang berbeda dengan nilai aslinya.
(3) Otentisitas, mengacu pada keaslian. Bedanya,
otenstisitas lebih sering dikaitkan dengan derajat
keantikan atau eksotisme budaya sebagai atraksi
wisata.
(4) Keragaman atau diversitas produk artinya,
keanekaragaman produk dan jasa yang ditawarkan.
Wisatawan harus diberikan banyak pilihan produk
dan jasa yang secara kualitas berbeda – beda.”

b. Kebijakan Pengembangan Kawasan Lindung

Menurut Gunn dalam Nugroho (2004: 19) sebagai suatu sistem,

pariwisata kadang menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitar,

baik terhadap keberadaan sumber daya, keberlangsungan habitat flora

dan fauna serta kadang dapat menimbulkan potensi konflik dengan

masyarakat sekitar. Untuk mengurangi/menekan terjadinya dampak

terhadap kawasan yang dilindungi tersebut, Dirjen Pariwisata (Yoeti,

2000: 45) telah menetapkan dasar dasar pengembangan wisata alam,

yang secara umum sebagai berikut: (1) bersifat ramah lingkungan,

termasuk lingkungan sosial-budaya, (2) tetap terjaganya fungsi dan

daya dukung lingkungan, (3) ada tindakan untuk mengantisipasi


26

dampak, (4) merupakan tanggung jawab semua pihak terkait, (5) ada

pendidikan dan pelatihan bagi pekerja kepariwisataan dan (6) adanya

akses informasi ke masyarakat tentang konservasi alam. Berkaitan

dengan hal itu maka pembangunan prasarana dan sarana sangat

dianjurkan dilakukan sesuai kebutuhan saja dan menggunakan bahan-

bahan yang ada di wilayah tersebut. Penggunaan teknologi dan fasilitas

modern dibatasi seminimal mungkin. Sementara itu Yoeti (200: 39)

menambahkan bahwa untuk mengurangi tekanan terhadap hutan, perlu

juga memaksimalkan peran serta penduduk lokal dan mempertahankan

adat dan kebiasaan sehari- hari masyarakat.

Menurut Fandeli dan Nurdin (2005: 31) menyatakan bahwa:

“Pada dasarnya jenis pariwisata ini tidak memerlukan


pembangunan fasilitas pariwisata, karena kegiatan seperti
penelitian, pendidikan, pengamatan satwa, hiking, climbing
dan lain sebagainya tidak memerlukan fasilitas. Bangunan
yang dapat dikembangkan hanya fasilitas kantor dan tourist
information center. Namun apabila memang diperlukan, maka
pembangunan dapat dilakukan pada zona penyangga yang
berada di luar kawasan taman nasional.”

Dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan Damanik dan

Weber (2006: 30) menjabarkan dimensi – dimensi yang harus

diperhatikan oleh penyedia jasa dalam merencanakan pariwisata (dalam

Tabel 2.1, halaman 27).


27

Tabel 2.1
Dimensi Ekonomi, Ekologi, Sosial dan Budaya Dalam
Pariwisata Berkelanjutan

No Dimensi Wisatawan Penyedia Jasa


1. Ekonomi ­ Peningkatan ­ Peningkatan dan
kepuasan wisata pemerataan pendapatan
­ Peningkatan ­ Penciptaan kesempatan
belanja kerja terutama bagi
masyarakat lokal
­ Peningkatan kesempatan
berusaha/ diversifikasi
pekerjaan
2. Ekologi ­ Penggunaan ­ Penentuan dan konsistensi
produk dan pada daya dukung
layanan wisata lingkungan
berbasis ­ Pengelolaan limbah dan
lingkungan pengurangan penggunaan
(green product) bahan baku hemat energi
­ Kesediaan ­ Prioritas pengembangan
membayar lebih produk dan layanan jasa
mahal untuk berbasis lingkungan
produk dan ­ Peningkatan kesadaran
layanan wisata lingkungan dengan
ramah kebutuhan konservasi
lingkungan
3. Sosial ­ Kepedulian ­ Pelibatan sebanyak
sosial yang mungkin stakeholder dalam
meningkat perencanaan, implementasi
­ Peningkatan dan monitoring
konsumsi ­ Peningkatan kemampuan
produk lokal masyarakat lokal dalam
pengelolaan jasa – jasa
wisata
­ Pemberdayaan lembaga
lokal dalam pengambilan
keputusan pengembangan
pariwisata
­ Menguatnya posisi
masyarakat lokal terhadap
masyarakat luar
­ Terjaminnya hak – hak
dalam pemanfaatan dan
pengelolaan sumber daya
pariwisata
­ Berjalannya aturan main
Berlanjut Halaman 28.
28

Kelanjutan Tabel 2.1 Halaman 27: Dimensi Ekonomi, Ekologi, Sosial


dan Budaya Dalam Pariwisata Berkelanjutan

yang adil dalam


pengusahaan jasa wisata
4. Budaya ­ Penerimaan ­ Intensifikasi komunikasi
kontak dan lintas budaya
perbedaan ­ Penonjolan ciri atau produk
budaya budaya lokal dalam
­ Apresiasi penyediaan atraksi,
budaya aksesbilitas, dan amenitas
masyarakat ­ Perlindungan warisan
local budaya, kebiasaan –
kebiasaan dan kearifan local
Sumber: Damanik dan Helmut F. Weber (2006: 30-31)

7. Faktor Internal dan Eksternal

a. Faktor Internal

Faktor Internal dalam ekonomi sering digunakan dalam proses untuk

membuat strategi dalam suatu perusahaan dengan mengetahui kelemahan

dan kekuatan. Menurut Fred R. David (2002:10) “kekuatan dan

kelemahan internal adalah aktivitas dalam kendali organisasi yang

prestasinya luar biasa baik atau buruk. Kekuatan dan kelemahan tersebut

muncul dalam aktifitas manajemen salah satunya proses penelitian dan

pengembangan”.

Sementara itu dalam ilmu psikologis juga terdapat faktor internal

yang mempengaruhi individu. Faktor Internal menurut Sumarmi (2012:

138), adalah faktor dari dalam individu yang mempengaruhi individu

dalam bertindak. Berikut ini faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku

seseorang sebagai berikut (Sumarmi, 2012: 138-154):


29

1) Ranah Kognitif mencakup:

a) Pengetahuan: hal – hal yang pernah dipelajari

b) Pemahaman: mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan

arti sesuatu yang pernah dipelajari.

c) Penerapan mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah

atau metode.

d) Analisa : mencakup kemampuan untu merinci suatu kesatuan ke

dalam bagian – bagian sehingga struktur keseluruhan dapat

dipahami.

e) Sintesis : mencakup kemampuan untuk membentuk satu kesatuan

ke pola baru.

f) Evaluasi: mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat

mengenai suatu hal.

Jadi kesimpulan dalam penerapan dalam penelitian ini ranah

kognitif dibutuhkan untuk mengukur pengetahuan dengan

menggunakan angket untuk mengetahui responden tahu atau paham

tentang suatu permasalahan serta digunakan dalam memilih sample

yang secara kualitas dapat diukur dengan metode purposive sampling.

2) Ranah Sikap (Afektif)

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap

seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau

memihak maupun perasaan tidak mendukung terhadap objek

(Bermowitz dalam Sumarmi, 2012). Dalam teori penelitian ini, teori


30

sikap oleh Likert, digunakan dalam membuat angket dan untuk

menguji bobot skala apakah responden mendukung atau memikat pada

objek tertentu.

Sementara itu sikap juga diartikan kecenderungan untuk

bertindak secara potensial. Jika sikap seseorang terhadap objek positif,

tindakan orang tersebut cenderung positif.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan peluang dan ancaman yang patut

diperhitungkan dalam membuat strategi baik bagi individu maupun

organisasi. Fred R. David (2002:10) menyatakan bahwa:

“peluang eksternal dan ancaman eksternal merujuk pada


keadaan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan,
politik, hukum pemerintahan, teknologi, dan kecenderungan
persaingan serta peristiwa yang dapat menguntungkan atau
merugikan suatu organisasi secara signifikan di masa depan”.

Sebagai tindak lanjut menyikapi dunia persaingan global yang

kian deras pengembangan ekonomi kerakyatan menjadi alternatif

dewasa ini, sesuai dengan kondisi sistem demokrasi Indonesia adalah

yang lebih mementingkan kepentingan rakyat kecil dan upaya untuk

menjaga lingkungan. Suansri dalam (Nurhidayati, 2007: 198), aspek

utama pengembangan Communty Based Tourism (CBT) berupa 5

dimensi, yaitu:

1) Dimensi ekonomi, dengan indikator:

a) Adanya dana untuk pengembangan komunitas

b) Terciptanya lapangan pekerjaan di sektor pariwisata


31

c) Timbulnya pendapatan masyarakat lokal dari sektor

pariwisata

2) Dimensi Sosial, dengan indikator:

a) Peningkatan kualitas hidup

b) Peningkatan kebanggaan komunitas

c) Pembagian peran adil laki – laki perempuan, generasi muda

dan tua

d) Membangun penguatan organisasi komunitas

3) Dimensi lingkungan, dengan indikator:

a) Mempelajari carryng capacity area

b) Mengatur pembuangan sampah

c) Meningkatkan kepedulian akan perlunya konservasi

4) Dimensi Budaya, dengan indikator:

a) Mendorong masyarakat untuk menghormati budaya yang

berbeda

b) Membantu berkembangnya pertukaran budaya

c) Budaya pembangunan melekat erat dalam budaya lokal

5) Dimensi Politik, dengan indikator:

a) Meningkatkan partisipasi dari penduduk lokal

b) Peningkatan kekuasaan komunitas yang lebih luas

c) Menjamin hak – hak dalam pengelolaan Sumber Daya Alam


32

B. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini diawali dengan identifikasi potensi produk pariwisata

spiritual yang ada di objek studi penelitian. Kemudian menguji kelayakan

produk wisata spiritual di Kawasan Gunung Tidar yang memiliki supply chain

(daya tawar utama yaitu core product) terhadap persepsi wisatawan spiritual

(permintaan). Kemudian berdasarkan fenomena pengembangan pariwisata

yang relevan dan juga berdasarkan ketentuan perencanaan pengembangan

pariwisata di kawasan hutan lindung, dilakukan analisis faktor internal dengan

cara mengetahui persepsi maupun sikap stakeholders tentang kondisi produk

utama dan produk tambahan pariwisata. Faktor- faktor tersebut diuraikan

dengan Matrikx Internal Factors Analysis Summary (IFAS). Langkah

selanjutnya menganalisis faktor eksternal meliputi studi dampak ekonomi,

sosial, budaya dan lingkungan masyarakat melalui Matriks External Factors

Analysis Summary (EFAS). Setelah teridentifikasi dan dianalisis menghasilkan

output dari proses yaitu, kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman

/SWOT: Strength (S), Weaknesses (W), Opportunities (O), Threats (T).

Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan Matriks Internal External (IE)

dan Strategi SO, WO, ST, WT untuk merumuskan strategi umum dan

alternatifnya.

Untuk memudahkan dalam memecahkan permasalahan yang sudah

dirumuskan, diperlukan alur kerangka pikir dalam bentuk gambar yang

merupakan interpretasi dari pemikiran penelitian penulis. Adapun gambar

kerangka pikir dalam gambar 2.4, halaman 33.


33

Gambar 2.4
Kerangka Pemikiran Penelitian

Potensi Produk Wisata Spiritual Kawasan Gunung Tidar

Bagaimana Strategi Pengembangan


Produk Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar?

Internal

Produk Wisata Persepsi


Spiritual Kualitas & Wisatawan
- Attraction Kepuasan Spiritual
- Places - Motives

PROSES

Eksternal
Potensi Pengembangan Pariwisata
- Kondisi Organisasi/ Kelembagaan - Lingkungan Ekonomi
Manajemen Destinasi Pariwisata - Lingkungan Sosial
- Produk Tambahan (Augmented - Lingkungan Ekologi
Product) - Lingkungan Budaya

Sikap atau Persepsi


Stakeholders

Kelemahan Kekuatan Ancaman Peluang

Matriks SWOT & IE

Strategi SO, WO, ST, WT

Strategi Pengembangan Produk Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar

Sumber: Suharsimi dimodifikasi penulis, 2015


34

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

pengumpulan data penelitiannnya (Suharsimi, 2006: 136) agar mendapatkan

hasil yang memuaskan dari suatu penelitian maka harus ditunjang dengan

berbagai metode yang tepat dan benar secara ilmiah, sehingga kebenaran

objektif yang hendak dicapai dapat ditemukan.

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yaitu mendeskripsikan

hal- hal yang terkait dengan hubungan, kegiatan- kegiatan, sikap- sikap,

pandangan- pandangan, proses- proses yang sedang berlangsung danpengaruh-

pengaruh dari suatu fenomena (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000: 29; Nazir,

1988). Sehingga penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologis. Data

yang diperoleh melalui pendekatan fenomenologis kemudian dideskripsikan

atau dilakukan scoring maupun pembobotan untuk mengkonfirmasi tingkat

kondisi dan tingkat kepentingan pihak – pihak terkait atau stakeholders.

Metode penelitian deskriptif dapat dilakukan melalui penelitian studi

kasus, studi dampak atau studi tindak lanjut, survei, studi hubungan atau

korelasi dan studi strategi pengembangan (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000: 29;

Nazir, 1988). Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan tipe penelitian

studi kasus dengan langkah – langkah sebagai berikut:

34
35

A. Lokasi dan Waktu

1. Lokasi

Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah Kawasan

Wisata Gunung Tidar terletak di Kota Magelang. Kawasan yang juga

difungsikan sebagai hutan lindung ini memiliki luas ± 73,74 Ha. Sangat

mudah menjangkau pintu gerbang masuk kawasan wisata ini. Akses

masuk bagi kalangan umum berada di kampung Barakan, Desa Magersari,

sisi Utara lereng Gunung Tidar, tepatnya di belakang terminal lama Jl

Ikhlas Kecamatan Magelang Selatan. Sedangkan Kota Magelang sendiri

merupakan bagian dari Propinsi Jawa Tengah dengan wilayah terkecil

dibanding dengan Kabupaten/ Kota lainnya yang secara administrasi

dikelilingi oleh Wilayah Kabupaten Magelang.

Kawasan Gunung Tidar ini dikelola sepenuhnya oleh Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Kawasan Gunung Tidar. UPT di bawah

dinasnomenklatur yang terdiri dari bidang Pertanian, Peternakan, dan

Perikanan (Dispeterikan). Mulai resmi terbentuk awal tahun 2015 melalui

Perwal No 47 Tahun 2014.

2. Waktu

Penelitian ini telah direncanakan dan dilaksanakan dalam waktu 4

bulan, dari Bulan 09 Januari 2015 – 09 April 2015. Rincian kegiatan

penelitian sebagai berikut (dalam Tabel 3.1 hal. 36)


36

Tabel 3.1
Jadwal Penelitian

Jan Feb Mar Apr


Kegiatan
2015 2015 2015 2015

Pengajuan Judul dan Penulisan Proposal


Memasuki Lapangan
Pencarian Data Melalui Kuisioner, Wawancara,
Literatur
Analisis IFAS, EFAS dan SWOT
Menarik Kesimpulan dan Strategi
Penyusunan Draf laporan dan Diskusi dan
Penyempurnaan
Diujikan
Sumber : Hasil olahan Penulis (2015)

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri

ciri yang telah ditetapkan (Moh. Nazir, 1988). Populasi penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Populasi Wisatawandi Kawasan Wisata Gunung Tidar.

b. Populasi Pelaku Usaha Perjalanan Wisata Spiritual dan Praktisi

Spiritual

c. Populasi Pengelola Kawasan Wisata Gunung Tidar.

d. Populasi masyarakat dan aparat Desa Magersari di Kawasan Wisata

Gunung Tidar.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat – sifat yang

sama dari objek yang merupakan sumber data (Sukadarrumidi, 2006:50


37

dalam Utama dan Ni Made E.M, 2012:68). Penelitian yang dilakukan ini

termasuk dalam penelitian survei, yaitu dengan melakukan pengamatan

terhadap sampel yang terbatas untuk memperoleh gambaran secara umum

dari keseluruhan populasi (Singarimbun, 1989). Survei sampel adalah suatu

prosedur dimana hanya sebagian dari populasi saja yang diambil dan

dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari

populasi (Moh. Nazir,1988). Teknik pengambilan sampel terhadap populasi

menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Quota Sample atau Sampel Kuota

Sampel Kuota adalah metode memilih sampel yang mempunyai

ciri – ciri tertentu dalam jumlah atau kuota yang diinginkan (Utama dan

Mahadewi, 2012: 74). Teknik ini digunakan untuk menentukan sampel

wisatawan (pengunjung ) yang mempunyai ciri – ciri tertentu dari

populasi wisatawan spiritual. Berdasarkan pertimbangan peneliti secara

sengaja berdasarkan motivasi tujuan berziarah atau spiritual. Untuk

responden wisatawan yang berziarah di Makam Syekh Subakir

ditetapkan 10 responden dan wisatawan yang berziarah di Makam Kiai

Semar ditetapkan sebanyak 10 responden (Data primer lampiran, 2015).

b. Purposive Sampling

Purposive Sampling/ Sampel Bertujuan. Teknik ini dilakukan

dengan cara mengambil subyek dan penunjukan narasumber dilakukan

secara langsung untuk keperluanwawancara sebagai informan yang

meliputi, Aparat terkait dari pihak Unit Pengelola Teknis (UPT)


38

Kawasan Tidar, pelaku usaha perjalanan khusus wisata spiritual yang

telah berpengalaman, praktisi spiritual, pakar yang ahli di bidangnyadan

tokoh masyarakat Desa Magersari (Data primer lampiran, 2015).

Menurut Mahadewi dan Utama (2012: 75-76), sampel yang

diambil secara purposive ini peneliti harus memenuhi syarat – syarat

sebagai berikut:

1) Mengetahui pengetahuan yang cukup tentang populasi

2) Tepat dalam menentukan persyaratan

3) Menguasai benar – benar materi penelitian dengan segala

permasalahannya.

Penetapan narasumber dilakukan dengan pertimbangan aparat terkait

merupakan pihak yang terlibat menanganikegiatan pariwisata di

Kawasan Wisata Gunung Tidar sehingga cukup mamahami

permasalahan. Pertimbangan tokoh masyarakat sebagai informan karena

merupakan pihak yang dituakan dalam masyarakat sehingga dianggap

cukup mewakili suara masyarakat. Sedangkan pertimbangan pelaku

usaha perjalanan spiritual dipertimbangkan nara sumber tersebut orang

yang lebih tahu mengenai motivasi wisatawan spiritual maupun pelaku

yang memang telah berpengalaman. Teknik sampling ini juga digunakan

untuk menetapkan area pengambilan sampel, yaitu dengan menetapkan

Desa Magersari dengan pertimbangan bahwa desa tersebut berbatasan

langsung dan diduga terkena dampak adanya kegiatan pariwisata secara

langsung.
39

Dari penjelasan mengenai sampel di atas jumlah direkap dalam

bentuk tabel 3.2 sebagai berikut:

Tabel 3.2
Jumlah Sampel dan informan

Besar Sampel/
No Populasi Metode Pengambilan Sampel
Responden
1 Masyarakat Purposive Sampling 3 orang
informan
2 Wisatawan Spiritual Quota Sampling 20 orang
dan Wisatawan Religi responden
3 Pemerintah Purposive Sampling 3 orang
4 Pakar terkait Purposive Sampling 3 orang
narasumber
4 Praktisi spiritual Purposive Sampling 1 orang
narasumber
Jumlah Sample 30orang
Sumber: Lampiran data primer penulis, 2015

C. Teknik Pengumpulan Data

Didalam teknik pengambilan data, digunakan beberapa teknik

pengambilan yaitu:

1. Pengamatan visual, yakni dengan mengamati secara langsung objek

penelitian dengan mengandalkan kemampuan penulis sendiri. Untuk

memperkuat data ini dilakukan pengambilan gambar/ foto dari objek

penelitian tersebut.

2. Angket (questionnaire), yakni satu daftar yang berisikan rangkaian

pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang diteliti (Mahadewi

dan Utama, 2012: 56). Dengan melalui daftar pertanyaan untuk diisi oleh

responden. Angket yang digunakan berbentuk skala likert. Skala ini


40

dikembangkan ileh Rensis Likert (1932) yang paling sering digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi responden terhadap suatu objek.

3. Teknik wawancara, yaitu untuk mendapatkan data dengan jalan

melakukan wawancara atau tanya jawab mendalam secara langsung antara

peneliti dengan informan (dapat dibaca dalam lampiran 7). Sedangkan

teknik wawancara dalam penelitian ini menggunakan wawancara

terpimpin yaitu wawancara yang menggunakan panduan pokok- pokok

masalah yang diteliti (interview guide, Mahadewi dan Utama, 2012: 65)

4. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data melalui dokumen – dokumen dan

catatan – catatan yang sudah ada sebelumnya.

5. Studi Kepustakaan, yaitu untuk mendapatkan data dengan jalan

menggunakan literatur yang ada di perustakaan.

D. Variabel Penelitian dan Indikator

Variabel adalah konsep yang memiliki bermacam – macam nilai (Nazir,

1988: 149). Variabel penelitian merupakan suatu konsep atau hal yang

sedang diteliti. Variabel juga sering disebut objek penelitian (Suharsimi, 2010:

161). Berdasarkan judul penelitian “Strategi Pengembangan Produk Kawasan

Wisata Gunung Tidar”, maka yang menjadi bahan kegiatan identifikasi aspek

internal dan eksternal dalam penelitian ini yang sudah diketahui adalah

sebagai berikut:
41

1. Variabel Produk Utama (Core Product)

Variabel produk menjadi aspek internal yang menjadi kajian dalam

penelitian ini. Adapun indikator kualitas produk berupa tempatyang

menjadi tujuan pariwisata spiritual berdasarkan teori kriteria parameter

yang akan diteliti terangkum dalam tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3
Indikator Wisata Spiritual

No Variabel Indikator Kriteria Berdasarkan Teori


1 Tempat Fenomena ­ Lokasi natural
(Places) ­ Dahulu memang sebagai kegiatan
Makam spiritual (keaslian)
Syekh Konsep ­ Desain lokasi atau bangunan
Subakir berkonsep religi atau keyakinan
dan Kiai Relevansi situs ­ Keaslian bangunan/ situs sesuai
Sepanjang dengan sejarah dengan latar belakang sejarah tempat
Makam Fenomena ­ Lokasi natural
Kiai ­ Dahulu memang sebagai kegiatan
Semar spiritual (keaslian)
Konsep ­ Desain lokasi atau bangunan
berkonsep religi atau keyakinan
Relevansi situs ­ Keaslian bangunan/ situs sesuai
dengan sejarah dengan latar belakang sejarah lokasi

2 Daya Wisata ­ Pengunjung dapat atau tidaknya


Tarik Spiritual melakukan hiking dengan sikap
(Attraction) Berbasis Alam meditasi
­ Pengunjung dapat atau tidaknya
melakukan perjalanan dengan sikap
zikir
Wisata ­ Pengunjung dapat atau tidaknya
Spiritual melakukan konsultasi dengan Kiai
Berbasis ­ Pengunjung dapat atau tidak
Konseling melakukan konsultasi dengan ahli
spiritual
Wisata ­ Pengunjung dapat menikmati irama
Spiritual suara atau pujian religi
Berbasis ­ Pengunjung dapat menikmati irama
Musik suara tembang musik tradisional

Berlanjut Halaman 42.


42

Kelanjutan Tabel 3.3 Halaman 41. Indikator Wisata Spiritual


Wisata ­ Pengunjung memungkinkan
Spiritual melakukan pelajaran/ pengalaman
Berbasis lewat kesempatan melakukan
Kreatvitas aktivitas budaya seperti wayang
kulit, melukis/ membathik (lebih
cenderung ke buatan)
Wisata ­ Pengunjung dapat/ tidaknya
Spiritual menikmati spiritualitas dengan
Berbasis kegiatan yang membutuhkan peran
Aktivitas Fisik serta fisk guna mencapai tingkat
spiritualitas tertentu. Contoh
Jathilan, tari – tarian
Wisata ­ Pengunjung dapat atau tidaknya
Spiritual melakukan aktivitas spiritual yang
Berbasis sangat erat kaitannya dengan olah
Spiritual. kebatinan untuk menangkan diri atau
mendekatkan diri kepada Tuhan atau
misi tujuan tertentu.
3 Motivasi Motivasi ritual ­ Apakah dimotivasi oleh agama
(Motives) agama/ ziarah tertentu atau keyakinan tertentu
sehingga mempengaruhi kuat/
lemah?
Motivasi ­ Apakah dimotivasi oleh budaya atau
budaya / event event sehingga keyakinan untuk
datang berziarah kuat/ lemah?
Menemukan ­ Apakah merupakan motivasi dari
identitas diri pencarian jati diri pengunjung?
Sumber : Data Sekunder di olah, 2015

2. Variabel Produk Tambahan (Augmented Product)

Variabel produk tambahan merupakan komponen yang juga diduga

menjadi pengaruh terhadap proses pengembangan pariwisatasebagai satu

kesatuanpengembangan produk kawasan spiritual Gunung Tidar secara

utuh. Beradasarkan pengertian pariwisata sendiri menyatakan bahwa

“Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung

berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,


43

pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah (UU Kepariwisataan No.10

Tahun 2009).

Hal ini juga diperkuat pendapat, menurut Damanik dan Teguh

(2013:40), “hal yang mendasar dalam manajemen pengembangan produk

adalah upaya memberikan pelayanan prima kepada wisatawan (visitor

servicing) yang disediakan di pusat informasi pariwisata”.

Berdasarkan acuan tersebut maka dalam penelitian ini yang menjadi

hipotesis adalah variabel visitor servicing dan variabel kondisi organisasi

manajemen destinasi di kawasan pariwisata spiritual Gunung Tidar masih

lemah dan diduga berpengaruh terhadap kondisi internal. Adapun

indikator yang akan teliti pada tabel 3.4.

Tabel 3.4
Indikator Produk Tambahan dan Kelembagaan

No Komponen Indikator Hipotesis


1 Produk - Belum tersedia sistem informasi Kelemahan
Tambahan pariwisata yang memadai
- Daya tarik wisata kuliner Kelemahan
sebagai produk tambahan masih
dinilai kurang
2 Organisasi - Kapasitas wewenang peran UPT Kelemahan
Manajemen sebagai organisasi dalam
Destinasi lingkup pengelolaan pariwisata
(kelembagaan dalam scope destinasi kawasan
pariwisata) pariwisata Gunung Tidar masih
terbatas.
- Belum terbentuk struktur Kelemahan
organisasi manajemen destinasi
Kawasan Wisata Gunung Tidar
Sumber: Data Primer, 2015
44

3. Variabel Pariwisata Berkelanjutan

Variabel ini yang digunakan sebagai bagian dari penilaian

performansi eksternal untuk mengetahui tingkat peluang dan ancaman

pengembangan produk yang ada dalam masyarakat seperti mengkaji dari

aspek ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan masyarakat.

Tabel 3.5
Indikator Pariwisata Berkelanjutan

Variabel
No Pariwisata Indikator Bukti – bukti yang diteliti
Berkelanjutan
1. Ekonomi ­ Peningkatan dan ­ Sejauh mana kebijakan
pemerataan anggaran untuk
pendapatan pengembangan
­ Penciptaan kesempatan pemberdayaan masyarakat
kerja terutama bagi dalam bidang usaha jasa
masyarakat lokal ­ Kualitas konsumsi
­ Peningkatan wisatawan spiritual
kesempatan berusaha/ dibandingkan dengan
diversifikasi pekerjaan wisatawan konvensional
­ Masyarakat dapat
mengelola fasilitas produk
tambahan bagi wisatawan
2. Ekologi ­ Penentuan dan ­ ada atau tidaknya
konsistensi pada daya penetapan batas jumlah
dukung lingkungan wisatawan di Kawasan
­ Pengelolaan limbah Wisata
dan pengurangan ­ ada atau tidaknya
penggunaan bahan penyuluhan pembuangan
baku hemat energi sampah
­ Prioritas ­ Adanya penyuluhan
pengembangan produk prioritas pentingnya
dan layanan jasa penggunaan produk
berbasis lingkungan ramah lingkungan
­ Peningkatan kesadaran ­ peran masyarakat dan
lingkungan dengan wisatawan dalam aksi
kebutuhan konservasi konservasi
3. Sosial ­ Pelibatan sebanyak ­ Jumlah stakeholder
mungkin stakeholder dalam pelibatan
dalam perencanaan, pengelolaan wisata
implementasi dan spiritual
45

monitoring
­ Peningkatan ­ Ada atau tidaknya
kemampuan upaya dalam pendidikan
masyarakat lokal pengelolaan jasa
dalam pengelolaan jasa pariwisata
– jasa wisata ­ Kekuatan organisasi
­ Pemberdayaan komnitas dalam kontrol
lembaga lokal dalam sosial terutama yang
pengambilan berkaitan dengan isu
keputusan perbedaan budaya
pengembangan (agama)
pariwisata
­ Menguatnya posisi ­ Pembagian peran yang
masyarakat lokal adil antara laki laki
terhadap masyarakat perempuan, generasi
luar muda dan tua
­ Terjaminnya hak – hak
dalam pemanfaatan
dan pengelolaan
sumber daya
pariwisata
­ Berjalannya aturan
main yang adil dalam
pengusahaanjasa wisata
4. Budaya ­ Intensifikasi ­ Kecenderungan
komunikasi lintas domonasi ragam budaya
budaya dalam karakter tidar
­ Penonjolan ciri atau ­ Persepsi wisatawan
produk budaya lokal mengenai penyediaan
dalam penyediaan fasilitas dan sarana
atraksi, aksesbilitas,kawasan wisata spiritual
dan amenitas ­ peran pemerintah pusat
­ Perlindungan warisan dalam mendukung
budaya, kebiasaan – pengusahaan UPT
kebiasaan dan kearifan untuk mendukung
local prioritas budaya kawasa
pariwisata spiritual
­ Upaya pemerintah
dalam pelurusan sejarah
Sumber: Damanik dan Weber dimodifikasi, 2015
46

E. Definisi Konseptual

Adapun dalam kajian “Strategi Pengembangan Produk Kawasan Wisata

Gunung Tidar” terdapat definisi konseptual sebagai berikut:

1. Kegiatan identifikasi kondisi internal dalam kajian ini merupakan

kegiatan untuk mengetahui tingkat kepentingan dan kenyataan kondisi

terkini pada variabel yang berpengaruh terhadap pengembangan kawasan

wisata spiritual.

2. Produk utama (core product), dalam kajian ini adalah tempat yang

menjadi tujuan atau daya tarik wisata spiritual di Kawasan Gunung Tidar

yang terdiri dari 3 elemen wisata spiritual, ialah: (1) tempat, (2) atraksi,

(3) motivasi (Pechlaner dalam Maulana, 2014:132)

3. Produk tambahan (augmented product), dalam kajian ini meliputi visitor

service dan organisasi manajemen destinasi atau kelembagan di kawasan

pariwisata spiritual Gunung Tidar.

4. Kegiatan identifikasi faktor eksternal dalam kajian penelitian ini adalah

pengaruh – pengaruh lingkungan yang secara langsung berdampak pada

keberlanjutan pariwisata. Pengaruh tersebut antara lain lingkungan,

ekonomi, sosial masyarakat (Damanik dan Weber, 2006: 30-31).

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan empat metode analisis yaitu: analisis

deskriptif kuantitatif, deskriptif kualitatif, analisis IFAS – EFAS dan analisis

matrik SWOT. Adapun metode analisis tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut:
47

1. Analisis Deskriptif Kuantitatif

Analisis data secara kuantitatif ini dilakukan guna mendukung

gambaran data yang diperoleh melalui tabel frekuensi atau statistik

sederhana untuk memperkuat hasil analisis deskriptif kualitatif. Metode ini

digunakan untuk mengkaji tentang dimensi ekonomi, social, budaya dan

lingkungan sebagai berikut:

a. Persepsi Wisatawan terhadap kualitas dan kepuasan produk wisata

spiritual di Kawasan Wisata Gunung Tidar,

b. Persepsi atau sikap stakeholders melalui penilaian dan tingkat

kepentingan terhadap variable internal dan eksternal yang menghasilkan

output proses pengembangan produk yaitu kekurangan, kekuatan,

peluang dan ancaman bagi Kawasan Wisata Gunung Tidar, seperti yang

akan diterangkan dalam teknik analisis matriks IFAS dan EFAS.

2. Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis deskriptif kualitatif adalah proses mengatur, mengurutkan,

mengelompokan, memberi kode, mengkatagorikan, mengartikan, dan

menginterpretasikan/ menafsirkan data dan informasi kualitatif dan

kuantitatif tanpa ada hitung – hitungannya. Proses ini berusaha

mendeskripsikan, menggambarkan fenomena atau hubungan antar

fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual dan akurat (kusmayadi,

2000: 29). Analisis deskriptif kualitatif ini untuk mengidentifikasi

pariwisata spiritual yang ada di Gunung Tidar, menganalisis kondisi aktual

berdasarkan teori yang relevan dan menafsirkan pandangan pemangku


48

kepentingan (stakeholders) dalam pengembangan kawasan wisata di

Gunung Tidar.

3. Analisis Matriks IFAS dan EFAS

Analisis matriks IFAS (Internal Factor Analisys Summary) dan

EFAS (Eksternal Factor Analysis Summary) merupakan metode analisis

untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor – faktor internal dan

eksternal yang dianalisis terhadap kondisi kawasan pariwisata di Kawasan

Wisata di Gunung Tidar.

a. Analisis Matriks IFAS

Setelah faktor – faktor strategi internal diidentifikasi, maka

selanjutnya dilakukan analisis dengan matriks IFAS (Internal Factor

Analysis Summary) dengan tahapan sebagai berikut:

1) Membuat daftar faktor – faktor internal kondisi kawasan spiritual

di Gunung Tidar yang berupa kekuatan (Strengths) dan kelemahan

(Weaknesses).

2) Melakukan pembobotan dengan metode perbandingan

berpasangan, sehingga total bobot sama dengan satu.

3) Memberi peringkat (rating) antara 1 sampai dengan 4 bagi masing

– masing faktor kekuatan dan kelemahan, yang memiliki nilai 1

(sangat lemah), 2 (tidak begitu lemah), 3 (cukup kuat), 4 (sangat

kuat). Penentuan rating bagi faktor yang bersifat positif (kekuatan)

dengan nilai + 1 (sangat lemah) sampai dengan +4 (sangat kuat).

Sedangkan faktor yang bersifat negatif (kelemahannya),


49

merupakan kebalikannya. Jadi nilai rating menunjukan tingkat

pengaruh dan mengacu pada kondisi kawasan pariwisata di

Gunung Tidar, sedangkan bobot menunjukkan pada kepentingan

dari pengaruh internal bagi pengembangan kawasan pariwisata di

Gunung Tidar.

4) Mengalikan antara bobot dan rating dari masing – masing faktor

untuk menentukan nilai skornya.

5) Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi

objek yang dinilai (Kawasan Wisata Gunung Tidar). Jika nilainya

dibawah 2,5 menandakan bahwa secara internal kawasan adalah

lemah, sedangkan nilai yang berada diatas 2,5 menunjukan posisi

internal yang kuat. Analisis matrik IFAS seperti dilihat pada Tabel

3.6.

Tabel 3.6
Matriks IFAS (Internal Factors Analysis Summary)

Faktor – Faktor Bobot Rating Skor


Strategi internal (bobot x rating)
1 2 3 4
Kekuatan
1) ....................
2) ....................,dst.
Kelamahan
1) ....................
2) ....................,dst.
Total 1

Sumber : Rangkuti,2005
50

b. Analisis matriks EFAS

Jika telah diidentifikasi faktor – faktor eksternal berupa peluang

dan ancaman, maka dilanjutkan dengan melakukan analisis faktor –

faktor strategis eksternal untuk: menganalisis hal – hal yang menyangkut

persoalan ekonomi, sosial-budaya, demografi, politik, hukum, teknologi,

dan persaingan yang tentunya akan berpengaruh terhadap pengembangan

kawasan spiritual Gunung Tidar. Analisis matriks EFAS (Eksternal

Factors Analysis Summary) dengan tahapan seperti tabel dengan tahapan

sebagai berikut:

1) Membuat daftar faktor – faktor eksternal konsisi kawasan wisata di

Gunung Tidar berupa Peluang (opportunities) dan ancaman (Threats).

2) Melakukan pembobotan dengan metode perbandingan berpasangan,

sehingga total bobot sama dengan satu.

3) Memberi peringkat (rating) antara 1 sampai dengan 4 bagi masing –

masing faktor peluang dan ancaman, yang memiliki nilai 1 (sangat

lemah), 2 (tidak begitu lemah), 3 (cukup kuat), 4 (sangat kuat).

Penentuan rating bagi faktor yang bersifat positif (peluang) dengan

nilai + 1 (sangat lemah) sampai dengan +4 (sangat kuat). Kemudian

mengalikan antara bobot dan rating dari masing – masing faktor untuk

menentukan nilai skornya. Jadi nilai rating menunjukan tingkat

pengaruh dan mengacu pada kondisi luar manajemen pengembangan

produk pariwisata, sedangkan bobot menunjukkan pada kepentingan


51

dari pengaruh eksternal bagi pengembangan kawasan pariwisata di

Gunung Tidar.

4) Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi objek

yang dinilai (Kawasan Wisata Gunung Tidar). Jika nilainya dibawah

2,5 menandakan bahwa secara eksternal objek adalah lemah,

sedangkan nilai yang berada di atas 2,5 menunjukan posisi eksternal

yang kuat. Analisi Matrik EFAS seperti dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7
Matriks EFAS (External Factors Analysis Summary)

Faktor – Faktor Bobot Rating Skor


Strategi External (bobot x rating)
1 2 3 4
Peluang
1) ....................
2) ....................,dst.
Ancaman
1) ....................
2) ....................,dst.
Total 1

Sumber : Rangkuti,2005

Dari nilai total faktor internal dan eksternal, maka dilakukan

plotting pada matrix internal dan eksternal berupa diagram

sembilan sel, seperti gambar dibawah ini (lihat Tabel 3.8).


52

Tabel 3.8
Matriks Internal – Eksternal

TOTAL NILAI IFAS


T 4 3 2 1
O II
I
T Tumbuh dan bina III
Tumbuh dan bina
A 3 (konsentrasi via Pertahankan pelihara
(konsentrasi via
L integrasi (pertumbuhan berputar)
integrasi vertikal)
horizontal)
N VI
I V
Panen dan divestasi
L IV Pertahankan dan
2 (kawasan terkait atau
A Tumbuh dan bina pelihara (strategi
jual habis
I tidak berubah)
kewaspadaan)
E
VII VIII
F
Pertahankan dan Panen atau IX
A
1 pelihara divestasi Panen atau divestasi
S
(diversifikasi diversivikasi (likuidasi)
konsentrasi) kongklomerasi)
Sumber: Rangkuti, 2001

c. Analisis Matrk SWOT

Tabel 3.9
Matriks SWOT

IFAS Kekuatan (S) Kelemahan (W)


Tentukan faktor Tentukan faktor
EFAS kekuatan Internal kelemahan Internal
Peluang (O) Strategi SO Stratego OW
Tentukan faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi
peluang eksternal menggunakan kekuatan yang meminimalkan
untuk memanfaatkan kelemahan untuk
peluang memanfaatkan
peluang
Ancaman (T) Strategi ST Strategi TW
Tentukan faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi
ancaman eksternal menggunakan kekuatan yang meminimalkan
untuk mengatasi kelemahan dan
ancaman menghindari
ancaman
Diadopsi dari Rangkuti, 2001
53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kawasan Wisata Gunung Tidar

1. Sejarah Perkembangan Kawasan Gunung Tidar, Legenda dan

Mitologi

Gunung Tidar merupakan salah satu aset milik Pemerintah Kota

Magelang sebagai kawasan hutan lindung bagi kota dibawahnya dan

merupakan destinasi wisata spiritual. Awal munculnya kegiatan wisata

spiritual di Gunung Tidar tidak diketahui secara pasti kapan mulai

didatangi oleh para pengunjung. Namun berdasarkan pernyataan Juru

Kunci Makam Gunung Tidar diperkirakan kegiatan itu sudah berlangsung

sejak dulu.

Awalnya gunung ini merupakan lahan yang gundul kemudian

dilakukan reboisasi secara bertahap. Berikut perkembangan upaya

penghijauan yang dilakukan oleh pihak Akmil sebagai berikut:

a. Tahun 1968 – 1975, penghijauan lahan kritis yang berada di ujung utara

Akmil.

b. Tahun 1976, penanaman pohon pinus, flamboyant, dammar, kalianda

±34.700 batang.

c. Tahun 1979, penanaman pohon pinus, flamboyant, kteriside, kelapa,

beringin, ±5.000 batang.

d. Tahun 1982, penanaman pohon kalianda, asem londo, filisium, waru,

sonokeling, berjumlah ±8.000 batang.

53
54

e. Tahun 1985, penanaman pohon holtikultura berupa tanaman buah,

±20.000 batang.

f. Tahun 1988, penanaman pohon salam, tarena, mahoni, waru, filisium,

±4.000 batang.

g. Tahun 1990, asem londo, salak, nanas, dan pinus; ±2.000 batang.

h. Tahun 1992, penanaman lereng sebelah utara dan barat laut dengan

pinus; ±7.000 batang (Sumber: Dispeterikan, 2015).

Dilihat dari perkembangan pengelolaannnya, sekitar tahun 1960,

upaya pengelolaan kawasan merupakan hak Pemerintah Kota Magelang

dan upaya untuk melakukan penghijauan pada saat itu belum berhasil.

Kemudian status pengelolaan terhadap Gunung Tidar ditangani oleh pihak

Akademi Militer sekitar tahun 1976 upaya penghijauan digerakkan

kembali hingga sukses. Pada tahun 2007 status pengelolaan Gunung Tidar

diserahkan kembali kepada Pemkot Magelang hingga pada tahun 2009

kemudian diserahkan kepada Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan

(Dispeterikan) Kota Magelang. Dalam perencanaan pengembangan

kawasan sebagai daya tarik wisata Dispeterikan bekerjasama dengan

instansi – instansi lain di dalam SKPD Kota Magelang.

Sedangkan dalam pengelolaan manajemen upaya melakukan

konservasi terhadap Gunung Tidar dan pengelolaan pariwisata dikelola

Unit Pengelola Teknis (UPT) secara independen kedudukannya di bawah

Kepala Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan (Dispeterikan). Mulai

resmi terbentuk awal tahun 2015 melalui Perwal No 47 Tahun 2014.


55

Gambar 4.1
Lokasi Area Makam Kiai Semar

Sumber: Data Primer, 2015

Legenda yang berkembang menurut informan masyarakat umum

dikisahkan adalah pada zaman pulau Jawa masih jarang penduduknya dan

sebagian besar masih berupa hutan lebat. Ketika itu Gunung Tidar adalah

hutan lebat tiada penghuni seseorangpun, dan merupakan hutan yang

tertutup dan sangat angker. Bahkan binatangpun takut tinggal di hutan

Tidar. Konon gunung Tidar merupakan tempat tinggal Kiai Semar beserta

punggawanya dan rakyat yang dari bangsa makhuk astral.

Konon pada zaman itu juga ada seorang Syekh yang berasal dari

Turki yang dikenal dengan nama Syekh Subakir dikisahkan sebagai alim

ulama dan berilmu tinggi. Syekh Subakkir setelah berkelana akhirnya tiba

di Gunung Tidar dan tertarik dengan kesuburan tanahnya karena

dikelilingi gunung – gunung dan berniat membuka hutan untuk dijadikan

pemukiman. Kedatangan Syekh Subakir didampingi oleh seorang

pengikutnya yang berjumlah tujuh pasang dengan harapan sebagai cikal

bakal pemukiman Gunung Tidar kelak.


56

Setelah membuka hutan dan telah lama tinggal di Gunung Tidar

mendadak ketujuh pasang pengikut Syekh Subakir meninggal tanpa sebab.

Syekh Subakir sangat heran dan marah kemudian berusaha ingin

mengetahui sebab – musabab kematian tersebut. Adapun upaya tersebut

dengan jalan puasa empat puluh hari dan bersemedi di puncak Gunung

Tidar. Pada hari yang terakhir Syekh Subakir ditemui oleh penghuni

Gunung Tidar yaitu Kiai Semar. Maka terjadilah pembicaraan keduanya.

Dalam pembicaraan itu diungkapkan niat hati Syekh Subakir dan

pengikutnya untuk membuka daerah baru dan tinggal di sekitar Gunung

Tidar, tetapi hal tersebut ditolak mentah – mentah oleh kiai Semar karena

“daerah ini adalah milik dan tempat tinggal kerajaan-Ku” , kata Kiai

Semar. “Tapi ingatlah aku ini makhuk yang sempurna diantara makhuk

ciptaan Allah, aku dan bangsaku adalah makhuk yang dicintai Allah”,

Jawab Syekh Subakir. Segara Syekh Subakir meninggalkan gunung Tidar

dan pulang ke negerinya untuk membuat perhitungan atas perbuatan Kiai

Semar. Diceritakan kembalinya Syekh Subakir ke Turki untuk mengambil

sebuah pusaka berupa tombak yang maha sakti untuk melawan kesaktian

Kiai Semar beserta rakyatnya.

Dengan berbekal tombak pusaka tersebut Syekh Subakir kembali ke

Gunung Tidar yang kali ini diiringi oleh pengikutnya yang berjumlah

empat puluh pasang. Kesemua pengikutnya tidak diturunkan ke Gunung

Tidar tetapi diturunkan di sebelah Timur Gunung Tidar yang saat ini

masih sampai sekarang disebut desa Trunan (turun + an = turunan –


57

trunan). Setelah menurunkan dan menempatkan orang – orangnya maka

bergegas Syekh Subakir naik Gunung Tidar untuk melakukan semedi, dan

berdoa memohon kepada Allah dan mengubur tombak pusakanya sebagai

tumbal tolak – balak. Berkat kesaktian tombak tersebut Kiai Semar dan

pengikutnya merasa panas dan tersiksa. Akhirnya tidak betah tinggal di

Gunung Tidar dan menyingkir ke Gunung Srandil dan Gunung Merapi.

Mitologi yang berkembang di masyarakat Jawa, meskipun gunung

Tidar relative kecil dibanding dengan gunung – gunung yang ada di tanah

Jawa, tetapi memiliki peran strategis karena letak Gunung Tidar yang

terletak di tengah – tengah Pulau Jawa. Karena letaknya tersebut, ada

mitologi Jawa yang meyakini bahwa Gunung Tidar adalah Pakuning

Tanah Jawa. Bahkan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Surakarta

pada saat tertentu menyajikan sesaji.

Ada juga mitologi bahwa diceritakan pada kala itu tanah Jawa

terombang – ambing di tengah Samudra, sehingga supaya tenang tidak

terseret air samudera dipaku dengan Bumi Gunung Tidar di tengah –

tengah pulau Jawa, setelah itu pulau Jawa menjadi tenang.

Pada hari Selasa Kliwon atau Jum’at Kliwon Gunung Tidar banyak

diziarahi oleh peziarah. Bahkan sudah menjadi tradisi para raja dari

Surakarta Hadiningrat tiap tahun nyadran ke puncak Gunung Tidar dengan

sesaji tertentu, tradisi ini terhenti setelah mangkatnya Sri Susuhunan

Pakubuwono X pada tahun 1939. Namun tradisi tersebut masih tetap

dilaksanakan oleh keluarga Keraton Ngayogyakarta (Disporabudpar, 2015)


58

2. Kondisi Lingkungan Fisik

a. Kondisi Geografis dan Batas Administratif

Secara geografis terletak pada posisi 7026’18” - 7030’9” LS dan

110012’30” – 110012’52” BT. Posisi ini terletak di tengah - tengah

pulau Jawa. Secara administratif Kawasan objek studi pengembangan

produk kawasan wisata spiritual berada dalam Kawasan Hutan

Lindung Gunung Tidar yang dikelola oleh UPT Dispeterikan dan

tepatnya di wilayah kampung Barakan, Kelurahan Magersari.

Kelurahan Magersari sendiri memiliki luas 157,2 Ha. Wilayah studi ini

juga berada dalam Kawasan Rejomulyo Gunung Tidar (Peraturan

Daerah Kota Magelang Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Magelang Tahun 2011- 2031)

Sedangkan batas – batas wilayah administrasi wilayah Kelurahan

Magersari adalah sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Wilayah Kelurahan Kemirirejo

 Sebelah Selatan: Batas Wilayah Kota dengan Kabupaten Magelang

 Sebelah Barat : Kelurahan Jurang Ombo Selatan

 Sebelah Timur : Rejowinangun

Adapun jika dilihat dari kajian Rencana Tata Ruang dan Wilayah

(RTRW) Kota Magelang tahun 2011- 2031 kawasan pengembangan

produk Kawasan Wisata Gunung Tidarmasuk di dalam katagori

sebagai berikut:
59

Gambar 4.2
Gambar Foto Satelite Kawasan Gunung Tidar

: Potensi Usaha Pariwisata Masyarakat


: Jalan Eksisting
: Ring 3/ Batas Kawasan Mikro (Ring 1 dan2) dengan pemukiman
: Batas Kawasan Ring 4 dalam RTRW

Sumber: Bappeda dimodifikasi penulis, 2015

1) Kawasan Mikro, Secara fisik berada dalam Kawasan Gunung Tidar.

Kawasan Gunung Tidar sendiri adalah kawasan lindung yang

memiliki vegetasi tumbuhan dengan tegakan yang relative rapat

dan merupakan kawasan tidak berpenghuni yang selanjutnya

disebut dengan kawasan inti atau core area dan merupakan

kawasan tidak terbangun (non-built up area). Kawasan inti juga

disebut sebagai kawasan konservasi memiliki luas 73,74 Ha.


60

2) Kawasan Mezzo; merupakan kawasan pemukiman penduduk atau

perkampungan. Diantara Kawasan inti dengan kawasan pendukung

sudah terdapat batas tembok permanen (Ring 3) sebagai fungsi

pembatas pemanfaatan pemukiman dengan batas kawasan hutan

konservasi atau Hutan Lindung Gunung Tidar.

Kawasan Studi Pengembangan Produk Wisata Spiritual

sebagaimana tercantum pada RTRW Kota Magelang tersebut

mencakup kawasan wilayah konservasi (mikro) dan kawasan

pemukiman penduduk (mezzo) di Kampung Tejosari, Kelurahan

Magersari. Dalam kawasan ini yang menjadi produk daya tarik utama

wisata spiritual adalah Wisata Spiritual Makam Syekh Subakir, Kiai

Sepanjang dan Makam Kiai Semar.

Kondisi letak Kawasan Pariwisata ini berhubungan terhadap jalur

aksesbilitas ke destinasi lainnya yaitu jalur transportasi antar kota

maupun provinsi, antara Semarang – Yogyakarta, Semarang –

Purworejo, Yogyakarta – Temanggung - Wonosobo dan kota – kota

disekitarnya. Dari Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah, Semarang berjarak

75 km. Kota magelang dengan Kabupaten Temanggung berjarak 22

km, Kabupaten Purworejo berjarak 43 km dan D.I. Yogyakarta

berjarak sekitar 40 km.

b. Kondisi Topografi

Wilayah kawasan studi pengembangan ini dalam kawasan inti

mempunyai ketinggian 503 mdl atas permukaan air laut. Kelerengan


61

kawasan dengan rata – rata kemiringan untuk sisi Barat: 20 %; Selatan

33%; Timur; 25 % dan Utara : 26 %. Dengan kemiringan yang ada pada

kawasan inti Gunung Tidar akan sangat rawan terjadinya erosi akibat

run off air hujan dan longsor bila tidak ada vegetasi berupa tanaman

keras. Sementara itu kelerengan yang ada pada kawasan pendukung

berada pada 400 m di atas permukaan laut yang merupakan kawasan

pemukiman penduduk dan prasarana kota (Sumber: Data Sekunder,

Bappeda, 2015).

3. Kondisi Kependudukan Kelurahan Magersari

Berdasarkan data monografi dalam angka tahun 2015 jumlah

penduduk Kelurahan Magersari 8.730 Jiwa dengan banya Kepala Keluraga

sebanyak 2.555 KK. Laki – laki sebanyak 4.322 Jiwa dan perempuan

sebanyak 4.408 Jiwa. Berikut ini gambaran kondisi kependudukan

masyarakat Kelurahan Magersari dilihat berdasarkan Kondisi umum sosial

ekonomi dan sosial budaya masyarakat sebagai berikut (Kelurahan

Magersari, 2015):

a. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Dari data identifikasi penduduk berdasarkan data monografi tahun

2015, menurut mata pencaharian terlihat bahwa mayoritas penduduk di

objek studi Kelurahan Magersari bekerja di sector swasta yaitu

sebanyak 999 jiwa, Pegawai Negeri Sipil sebanyak 123 jiwa, TNI/

POLRI sebanyak 21/10 Jiwa, Tukang sebanyak 5 Jiwa, Pendiun

sebanyak 9 Jiwa, dan Sektor Jasa sebanyak 4 Jiwa. Sektor swastadalam


62

hal ini didominasi oleh para pedagang pasar yang berjualan dipasar

stress yang berada di wilayah Magersari. Pasar tersebut adalah salah

satu daya tarik bagi pembeli barang bekasyang dapat juga menjadi

daya tarik wisata bagi wisatawan yang berwisata di Kawasan Wisata

Spiritual. Menurut salah satu masyarakat Magersari, Kristianto

(Wawancara, 27 Maret 2015), “pasar stress adalah pasar yang

menyediakan aneka macam barang – barang bekas dari kendaraan.”Hal

ini menjadi karakter lembah Gunung Tidar dan yang menciptakan

suatu ciri khas tersendiri.

b. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat

Pola adat istiadat atau kebiasaan yang berlaku di masyarakat

yang menjadi karakter sosial budaya masyarakat Kelurahan Magersari

pada umumnya sama dengan adat istiadat yang berlaku di JawaTengah.

Kebiasaan arisan, karang taruna, pertemuan warga tingkat RW danRT,

saling mengunjungi rumah tetangga masih sangat kental. Tradisi

“gugur gunung” atau gotong royong merupakan tradisi yang masih

berjalan terutamauntuk pembangunan sarana dan prasarana umum,

perbaikan atau pembangunan rumah penduduk yang lazim disebut

“sambatan” dan kerukunan antar umat beragama.

Masyarakat Magersari warganya mengkonsepkan norma – norma

adat setempat terhadap Gunung Tidar yang diyakini memiliki kekuatan

supranatural dengan berbagai keyakinan tertentu antara lain:


63

1) Gunung Tidar tidak boleh dtanami palawija, yaitu tenaman yang

menghasilkan buah yang langsung dapat dimakan seperti ketela,

jagung, kacang, dll.

2) Pantangan membuat sumur di sekitar Gunung Tidar karena

merupakan sumber mata air yang berhubungan dengan samudera.

Gunung Tidar diibaratkan sumbat sumber mata air yang

berhubungan dengan samudera.

3) Tidak boleh diberi sabuk atau dalam bahasa Jawa “dikenditi” dalam

hal ini diartikan jalan yang melingkari Gunung Tidar.

4) Tidak boleh dirubah bentuknya karena dianggap tempat keramat atau

suci.

5) Gunung Tidar merupakan tempat kraton makhuk halus dengan kiai

Semar sebagai pemimpinnya, yang petilasannya berada di puncak

Gunung Tidar.

6) Karena di anggap tempat yang suci dilarang melakukan perbuatan

asusila dan perbuatan yang tidak baik lainnya.

7) Gunung Tidar merupakan tutup sumber mata air samudera.

8) Pantangan nanggap wayang kulit dengan lakon Bharatayuda untuk

kampong disekitar gunung Tidar.

4. Kondisi Kelembagaan

Berlakunya otonomi daerah membawa konsekuensi terhadap

pelaksanaanpemerintahan di daerah Kota Magelang.Seperti tertuang

dalamUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


64

Daerah telah memberikan keleluasaan kepada daerah kabupaten/ kota

untuk mengurus rumah tangganya sendiri dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat secara mandiri. Sehingga berdasarkan Undang –

undang tersebut peran pemerintah ditujukan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat terkait dengan pengembangan terhadap Sumber

Daya Alamnya. Sehingga Kawasan Wisata Gunung Tidar pengelolaannya

melibatkan dari berbagai pihak. Adapun pihak – pihak manajemen yang

terlibat secara umum, yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Lembaga Pemerintah

Pihak pemerintah saat ini berperan menangani kebijakan dalam

tataran perencanaan pembangunan sarana dan prasarana Kawasan

Gunung Tidarterdiri beberapa instansiatau Satuan Kerja Pemerintah

Daerah (SKPD) terkait Pariwisata dan Budaya, Konservasi,

Perdagangan, Kebersihan dan Pertamanan, Perhubungan, Sarana dan

Prasarana Infrastruktur di lingkup Kota Magelang dengan Bappeda

sebagai koordinator perencana pengembangan. Sedangkan sebagai

fungsi konservasi Gunung Tidar dilaksanakan oleh UPT Kawasan

Gunung Tidar yang merupakan Unit Pengelola Teknis berbentuk

independen di bawah Dinas nomenklatur bidang Pertanian, Perikanan,

Peternakan (Dispeterikan) Kota Magelang. Namun kapasitas

kewenangannya dalam mengelola pariwisata masih terbatas (Sumber:

Perwal Magelang Nomor 47 Tahun 2014).


65

b. Lembaga Masyarakat

Lembaga masyarakat yang terkait dengan pengembangan

masyarakat sekitar objek adalah lembaga Kelurahan Magersari,

Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang, dikepalai oleh seorang

Kepala Desa Murtiani, SE. Warga Magersari merupakan kesatuan

masyarakat yang tinggal dan menetap berdasarkan status

kependudukan yang sah di Kelurahan Magersari. Warga Magersari

juga memiliki organisasi swadaya masyarakat yang dikelola secara

mandiri yang berkaitan dengan pariwisata antara lain: Paguyuban

Masyarakat Sahabat Gunung Tidar dan Kelompok Pedagang Gunung

Tidar.

5. Kondisi Infrastruktur

Adapun kondisi infrastruktur secara umum dapat digambarkan sebagai

berikut:

a. Jalan, prasarana jalan di perkampungan di sekitar kawasan inti

khususnya di Kelurahan Magersari, cukup baik kondisinya dengan

perkerasan jalan aspal dan pada gang – gang pemukiman menggunakan

beton, paving atau aspal. Selain jalan di perkampungan juga terdapat

jalan ispeksi. Jalan inspeksi merupakan jalur pendakian yang dibangun

pemerintah sebagai sarana fasilitas jalan penunjang pariwisata. Kondisi

jalan ini sudah baik dengan perkerasan menggunakan paving batu

andesit yang ditata berundak. Namun berdasarkan pengamatan penulis,

secara visual belum ada drainase di sisi jalur tersebut yang berfungsi
66

mencegah pengikisan jalan karena run off air hujan yang mengalir disisi

jalan inspeksi.

Gambar 4.3
Infrastruktur Jalan Inspeksi Menuju Puncak Gunung Tidar

Sumber: Data Primer, 2015

b. Drainase; drainase pada jalur inspeksi, pada sisi jalur tersebut kondisinya

belum ada (Sumber: Data primer, 09/4/2015). Selain itu terdapat

drainase yang ada pada kawasan pendukung yaitu drainase Kali Manggis

yang merupakan saluran irigasi atau selokan kota di sebelah Timur

kawasan. Di perbatasan dengan kawasan Hutan juga terdapat drainase

tersier permanen yang menampung run off air hujan pada sisi lereng

gunung Utara, sehingga tidak menggangu pemukiman di kelurahan

Magersari. Kondisi drainase terawatt baik dan berfungsi optimal untuk

mengairkan air ke Kali Manggis, sehingga meminimalkan terjadinya

erosi atau pengikisan tanah.

c. Prasarana persampahan khususnya di Kelurahan Magersari sudah

tersistem masuk dalam system pengelolaan sampah Kota Magelang.

Distribusi sampah dari rumah ditampung pada bin di depan rumah,

sehingga dibawa dengan menggunakan gerobak sampah ke tempat


67

penampungan sementara atau TPS. Dari TPS dibawa menggunakan truk

ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah.

d. Prasarana air bersih khususnya di kawasan Gunung Tidar yang menjadi

objek studi tercukupi dari system perpipaan dari Perusahaan Air Minum

Daerah Kota Magelang. Sedangkan sumur gali tidak boleh dibangun

dikarenakan adanya system adat sekitar yang membuat sumur.

e. Pelistrikan sebagian besar kawasan inti maupun yang ada pemukiman

telah terlayani oleh listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).

f. Telepon dari PT. Telkom mencakup pula kawasan Gunung Tidar.

6. Profil UPT Kawasan Gunung Tidar

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kawasan Gunung Tidar ditunjuk

sebagai pengelola Kawasan Gunung Tidar berdasarkan Peraturan Walikota

Magelang Nomor 47 Tahun 2014. UPT tersebut baru saja didirikan dan

mulai resmi melakukan manejemen terhitung mulai Januari 2015.

Gambar 4.4
Struktur OrganisasiUPT Kawasan Gunung Tidar

Kepala Dinas (Dispeterikan) Kota Magelang

Sekretaris

Kepala UPT
Subbag Umum Subbag Subbag
Kawasan Gunung Tidar dan Perencanaan, Keuangan
Kepegawaian Penelitian

Kabid Kabid Kabid


Pertania Peternakan Peternakan
n Kelompok Jabatan
Fungsional

Sumber: UPT Kawasan Gunung Tidar, 2015


68

Struktur organisasi UPT Kawasan Gunung Tidar seperti gambar 4.4

tersebut, merupakan organisasi independen Dispeterikan Kota Magelang

didasarkan pada faktor – faktor fungsi pelaksana tugas – tuganya. Adapun

tugas pokok Kepala UPT Kawasan Gunung Tidar adalah membantu Kepala

Dinas dalam hal melaksanakan pengelolaan kawasan Gunung Tidar.

Sedangkan fungsi Kepala UPT sebagai berikut:

a. Perencanaan penyususnan program dan kegiatan UPT Kawasan Gunung

Tidar.

b. Pengkoordinasian dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

kegiatan UPT Kawasan Gunung Tidar.

c. Pelaksanaan kegiatan UPT Kawasan Gunung Tidar

d. Pengendalian dan pembinaan terhadap pelaksanaan operasional di

lingkup tugasnya.

Sedangkan rincian tugas penyelenggaraan fungsi sebagai berikut:

a. Menyusun rencana dan kegiatan UPT Kawasan Gunung Tidar

b. Mengumpulkan, mengkaji data, dan informasi lainnya sebagai bahan

perumusan kebijakan teknis yang berhubungan dengan pelayanan UPT

Kawasan Gunung Tidar.

c. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait dalam penyususnan

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

d. Malaksanakan standar operasional prosedur pengelolaan keamanan,

ketertiban lingkungan.
69

e. Melaksanakan pembinaan dan penyuluhan terhadap pemandu, juru kunci

dan masyarakat sekitar Gunung Tidar.

f. Melakukan pemasaran dan promosi.

g. Melaksanakan koordinasi perlindungan dan pengamanan kawasan

Gunung Tidar dari aktivitas perambahan, penebangan liar, pemanfaatan

lahan liar, tanpa izin dan ancaman bahaya kebakaran.

h. Melaksanakan pelestarian, pelayanan, konservasi dan pemanfaatan nilai-

nilai sejarah dan seni budaya.

i. Memberi petunjuk, mengawasi, dan mengevaluasi pelaksanaan tugas

bawahan.

j. Memberikan saran dan pertimbangan kepada atasan sebagai bahan

masukan.

k. Melaksanakan tertib administrasi dan menyusun laporan pelaksanaan

tugas/ kegiatan UPT Kawasan Gunung Tidar.

l. Melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai tugas

poko dan fungsi.

Berdasarkan Tugas Pokok dan fungsi di atas, tidak menjelaskan

terkait Pariwisata. Sementaa itu dilihat dari jabatannya, Kepala UPT

Kawasan Gunung Tidar merupakan jabatan structural eselon IVa. Sehingga

pejabat yang berada pada posisi ini hanya berwenang pada wilayah

kawasan Gunung Tidar artinya tidak mempunyai otorita atau wewenang

selain yang sudah ada dalam Tupoksi struktur jabatan dalam

Dinaspeterikan Kota Magelang. Sumber Daya Manusia yang dipekerjaakan


70

saat ini di UPT Kawasan Gunung Tidar masih dalam kontrak yang direkrut

dari masyarakat sekitar. Tugas tenaga kontrak tersebut saat ini dipekerjakan

untuk membantu Kepala UPT dalam melaksanakan Tugas, Pokok dan

Fungsinya menjaga kawasan konservasi Gunung Tidar.

B. Identifikasi Potensi Pariwisata Spiritual di Gunung Tidar

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis dengan mengacu pada

pendapat ahli Conrady R., & Martin Buck (2011) berdasarkan trend dan isu

pariwisata global tahun 2011, pariwisata spiritualyang ada di Kawasan

Gunung Tidar penulis menemukan 2 (dua) potensi dari 6 enam klasifikasi

wisata spiritual:

1. Potensi Wisata Spiritual Berbasis Alam (Area Ring 1, 2, 3)

Potensi pariwisata spiritual berbasis alam di Kawasan Gunung Tidar

merupakan satu kesatuan tempat atau keadaan alam yang dapat dinikmati

oleh para wisatawan. Area potensi pariwisata spiritual berbasis alam

berada pada dalam kawasan ring 1, ring 2, dan ring 3 Gunung Tidar. Latar

belakang kepercayaan masyarakat yang meyakini bahwa Gunung Tidar

merupakan tempat yang sakral merupakan sensasi tersendiri bagi pelaku

pejalan spiritual dalam menikmati kondisi alam yang banyak ditumbuhi

pepohonan. Pengunjung dapat menikmati pilgrimage dengan sikap

meditasi ataupun hiking menikmati landscape hijaunya daun yang tumbuh

lebat dan suasana kesejukan untuk mendekatkan diri pada Tuhan Yang

Maha Esa.
71

2. Potensi Wisata Spiritual Berbasis Spiritual dan Religi


Potensi wisata spiritual berbasis spiritual berdasarkan perbedaan

pengertian dengan wisata religi, maka identifikasi pariwisata spiritual

dibagi menjadi dua. Adapun hasil penemuan di lapangan sebagai berikut.

a. Area Berbasis Spiritual (Area Ring 1)

Pengertian makna spiritual itu sendiri menjadi dasar dalam

menentukan identifikasi objek yang berbasis spiritual. Dengan

mengacu pada pendapat Sutama (2013) tentang wisata spiritual tidak

terkait sama sekali dengan agama atau unsur – unsur yang berkaitan

dengan agama. Sedangkan di Kawasan Gunung Tidar sendiri

berdasarkan pengamatan penulis bahwa objekmakam yang berada

diarearing 1 yaitu Makam Kiai Semar dan area di sekitarnya yang

terdiri dari bukti objek fisik seperti Monumen Tugu dengan huruf jawa

‘Sa’ dan Tugu tiang pancang berbentuk seperti Paku. Jika dilihat latar

belakang figur, tokoh Semar merupakan figur dari mitos budaya Jawa,

bukan tokoh sejarah dari latar belakang agama tertentu.

Gambar 4.5
Area Berbasis Spiritual, Makam Kiai Semar dan Tugu Pancang

Sumber:Hasil Dokumentasi Penulis, 2015


72

b. Area Berbasis Religi (Area Ring 2)

Wisata religi adalah jenis wisata yang terkait dengan perintah

agama atau wajib pula mengikuti aturan – aturan yang ditetapkan oleh

agama(Sutama, 2013). Tempat di Gunung Tidar yang berbasis religi

berada di area ring 2 yaitu Makam Syekh Subakir dan Kiai Sepanjang.

Wisatawan yang melakukan ritual di area ring 2 ini umumnya

berlatarbelakang agama tertentu. Petilasan Syekh Subakir yang terletak

di pertengahan jalan menuju Puncak Gunung Tidar dengan kondisi

telah difasilitasi dengan adanya tempat tetirah, toilet, mushola dan

telah disaluri sarana listrik yang. Area wisata religi yang juga berada di

ring 2 ini adalah petilasan Kiai Sepajang yang terletak di bawah

puncak.

Gambar 4.6
Area Berbasis Religi
Makam Kiai Sepanjang (atas) dan Makam Syekh Subakir (bawah)

Sumber: Hasil Dokumentasi Penulis, 2015


73

Dengan indikator tokoh figuryang diagungkan merupakan

kriteria dari fenomena tujuan wisata ziarah. Dalam penelitian ini

penulis menemukan bahwa yang dimakamkan di area 2 mengarah pada

latar belakang sejarah tokoh yang mana Syekh Subakir merupakan

tokoh agama islam yang berasal dari Turki. Selaras dangan pengakuan

Supardi selaku informan tokoh masyarakat sekaligus juga selaku

pengurus Jagawana yang menyatakan bahwa: “… di lokasi ini

pengunjungnya dari kalangan NU biasanya, tetapi kalau yang

berkunjung di Makam Mbah Semar mereka biasanya membawa dupa

atau kembang.” (Wawancara tanggal 23 Maret 2015).

Tabel 4.1
Hasil Identifikasi Produk Kawasan Wisata Spiritual
Berdasarkan Pembagian Ruang Wisata Kawasan Gunung Tidar
Produk Ring 1 Ring 2 Ring 3 Ring 4
Core Product 1.Wisata 1. Wisata Wisata -
(Pemanfaatan Berbasis Spiritual Spiritual
Produk Utama Spiritual Religi Berbasis Alam
Potensial di 2.Wisata 2. Wisata
Kawasan Inti/ Berbasis Berbasis
Mikro) Alam Alam
facilitating 1. Tugu 1. Jalan inspeksi 1. Gapura 1. Jalan
product 2. Tempat 2. Fasilitas 2.Parkir Lingkunga
(Fasilitas Berteduh Makam Komunal Bus n
Penunjang 3. Jalan (Mushola, 3.Parkir Motor 2. Shalter
yang sudah inspeksi Toilet, 4.Kantor PKL
terbangun di Tempat Penjaga 3. Parkir
kawasan Tetirah) Komunal
mikro dan di Desa
mezzo) Magersari
augmented - 1. Wisata 1. Warung 1. Wisata
product Konservasi Makan/ Belanja
(Produk Minum 2. Wisata
Tambahan 2. Potensi (Visitor Pedesaan
potensial) Services 3. Wisata
Management/ Pendidikan
TIC)
Sumber: Data Primer diolah, 2015
74

C. Analisis Faktor Lingkungan Internal dan Eksternal

Kondisi lingkungan internal dan eksternal merupakan faktor – faktor

terdiri dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang menjadi

pengaruh terhadap pengembangan rantai nilai (value chain) kualitas produk

utama (kawasan wisata spiritual) sehingga analisis data internal dan eksternal

dalam mengembangkan produk yang merupakan rantai pendukung (supply

chain) dikembangakan berdasarkan fenomena pengembangan hutan lindung

yang relevan.

1. Analisis Lingkungan Internal

Ada tiga elemen yang perlu diperhatikan dalam upaya analisis

terhadap variabel produk wisata spiritual, yaitu atraksi, tempat, dan

motivasi. Untuk mengetahui kondisi kualitas, penulis menggunakan

analisis kepuasan maupun persepsi dan sikap wisatawan dengan sample

sebanyak 20 responden terhadap ketiga elemen wisata spiritual. Dalam

survei lingkungan internal ini juga menggunakan analisis deskriptif

kualitatif untuk menyeleksi variabel lain yang turut berpengaruh dalam

pengembangan produk kawasan yaitu adanya variabel fasilitas tanbahan

dan kondisi kolaborasi manajemen organisasi yang menaungi

pengembangan produk pariwisata secara utuh dalam kawasan wisata

Gunung Tidar sebagai destinasi. Penyeleksian datayang dianalisissecara

purposive berdasarkan ketentuan pengembangan fasilitas di kawasan

lindung. Penentuan responden wisatawan spiritual yang akan diteliti

digunakan teknik purposive sampling dimana responden dipilih dengan


75

mengambil sample yang mempunyai ciri-ciri melakukan tujuan ziarah atau

ritual yang dalam hal ini adalah wisatawan yang benar- benar pelaku

wisata spiritual.

a. Kualitas Tempat (Places)

Di Gunung Tidar ada dua area ring 1 dan 2 yang memiliki

petilasan yang masing – masing memiliki peziarah tersendiri. Potensi

tempat yang diteliti bagi pengembangan wisata spiritual terutama

adalah kondisi fenomena, konsep, bentuk dan situs yang berada di

kawasan Gunung Tidar.

Hasil penemuan menyatakan fenomena keaslian makam masih

terawat sehingga kesesuaian karakter dari suatu tempat spiritual saat

ini masih memiliki potensi yang kuat bagi daya tarik wisatawan religi

maupun spiritual. Hal ini ditunjukkan oleh jawaban yang diberikan

responden yang yang dibagi dalam dua segmen pengunjung area

Makam Syek Subakir dan area Makam Kiai Semar. Secara dominan

menunjukan bahwa keduapuluh responden menjawab fenomena

lokasi yang natural atau sejak dulu memang sebagai tempat kegiatan

spiritualjadi tidak direkayasa, desain bangunan berkonsep religi dan

situs spiritual yang terbangun relevan dengan sejarah/ legenda yang

berkembang. Hal ini merupakan kekuatan. Sebagaimana Tabel 4.2

berikut:
76

Tabel 4.2
Potensi Tempat (Places) Kawasan Gunung Tidar
Dilihat dari Kepuasan Wisatawan Terhadap Kualitas ProdukWisata
Spiritual

Jawaban Responden
Area Makam Syekh Area Makam Kiai
No Tempat
Subakir (N= 20) Semar(N= 20)
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Fenomena 0 0 2 18 0 0 7 13
Natural (0%) (0%) (10%) (90%) (0%) (0%) (35%) (65%)
2 Fenomena 0 0 3 17 0 0 4 16
tidak (0%) (0%) (15%) (85%) (0%) (0%) (20%) (80%)
direkayasa
3 Konsep 0 0 8 12 0 0 10 10
area (0%) (0%) (40%) (60%) (0%) (0%) (50%) (50%)
4 Relevansi 0 0 12 8 0 0 3 17
dengan (0%) (0%) (60%) (40%) (0%) (0%) (15%) (85%)
sejarah
Keterangan Kepuasan : 1 = Sangat Tidak Puas, 2 = Tidak Puas, 3 = Puas, 4 =
Sangat Puas
Sumber : Data Primer di olah, 2015

b. Ketersediaan Daya Tarik Spiritual (Attraction)

Identifikasi potensi daya tarik wisata spiritual di kawasan wisata

Gunung Tidar, berdasarkan 6 (enam) katagori daya tarik wisata spiritual

antara lain: potensi wisata spiritual berbasis alam, potensi wisata

spiritual berbasis musik, potensi wisata spiritual berbasis konseling,

potensi wisata spiritual berbasis kreativitas, potensi wisata spiritual

berbasis aktivitas fisik, dan potensi wisata spiritual aktivitas spiritual.

Adapun tabel 4.3 akan menjelaskan frekuensi persepsi dari 20

responden wisatawan terhadap kawasan Gunung Tidar.


77

Tabel 4.3
Ketersediaan Daya Tarik (Attracction)Spiritual
Kawasan Gunung Tidar

Jawaban Responden (N=20)


No Daya Tarik
1 2 3 4
1 Wisata Spiritual Berbasis 0 0 14 6
Alam (0%) (0%) (90%) (10%)
2 Wisata Spiritual Berbasis 13 0 7 0
Konseling (65%) (0%) (5%) (0%)
3 Wisata Spiritual Berbasis 19 0 1 0
Musik (95%) (0%) (5%) (0%)
4 Wisata Spiritual Berbasis 20 0 0 0
Kreatvitas (100%) (0%) (0%) (0%)
5 Wisata Spiritual Berbasis 20 0 0 0
Aktivitas Fisik (100%) (0%) (0%) (0%)
6 Wisata Spiritual Berbasis 0 0 1 19
Spiritual. (0%) (0%) (5%) (95%)
Keterangan Kepuasan : 1 = Sangat Tidak Leluasa, 2 = Tidak Leluasa, 3 =
Leluasa, 4 = Sangat Leluasa
Sumber : Data Primer diolah, 2015

Dari tabel distribusi frekuensi Tabel 4.3 di atas jawaban responden

mengenai persepsi responden terhadap Kawasan Wisata Gunung Tidar

adalah mayoritas merasa sangat leluasa melakukan wisata spiritual

berbasis alam dan wisata spiritual berbasis laku spiritual. Wisata spiritual

berbasis konseling, musik, kreativitas dan fisik mayoritas menjawab

sangat tidak leluasa artinya wisatawan tidak dapat melakukan aktivitas

spiritual yang berbasis konsultasi dengan ahli spiritual, berkreativitas,

maupun melakukan kegiatan spiritual dengan fisik untuk meningkatkan

spiritualitas tertentu. Hal ini juga didukung dengan pernyataan Supardi

selaku ketua pengurus Jagawana Kawasan Gunung Tidar yang juga

merupakan pengurus paguyuban masyarakat “Sahabat Gunung Tidar”

desa Magersari, bahwa:


78

“..dengan berbagai macam keyakinan peziarah yang saya sering


ketahui hanya melakukan doa khusus di sekitar area makam syekh
Subakir dan Kiai Sepanjang dan komleks Makam Kiai Semar.
Karena untuk melakukan ritual dengan alunan gamelan atau
berbagai kesenian dalam masyarakat sini menurut saya tidak ada
jikalau adapun butuh banyak biaya untuk menyelenggaakan ritual
atau event secara khusus dengan kondisi area utama yang berada
diketinggian, apa lagi ahli spriritual. Kalau wisata spiritual disini
ya hanya orang tirakat dan kalau dalam agama saya melakukan
baca Tahlil.” (Wawancara tanggal 23 Maret 2015).

c. Motivasi (Motives) Wisatawan

Kegiatan perjalanan wisata spiritual dimotivasi oleh dorongan agama,

budaya dan pencarian jati diri. Dalam menentukan tingkat motivasi

wisatawan berkunjung ke Kawasan Wisata Gunung Tidar penelitian ini

menggunakan analisis sikap yang paling dominan mendorong pelaku

wisata spiritual dalam mengunjungi Kawasan Wisata Gunung Tidar.

Adapun keterangan 20 responden yang dibagi dalam 2 kuota wisatawan di

area makam Syekh Subakir dan wisatawan di area makam kiai Semar

dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut.

Tabel 4.4
Potensi Motivasi (Motives)Wisatawan Berkunjung Ke Kawasan
Gunung Tidar Dilihat Berdasarkan Sikap

Jawaban Responden
Wisatawan Area Wisatawan Area Makam
No Motivasi Makam Syekh Subakir Kiai Semar
(N= 10) (N= 10)
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Dorongan 0 0 2 8 6 2 2 0
Agama (0%) (0%) (20%) (80%) (60%) (20%) (20%) (0%)
2 Dorongan 6 1 3 0 0 1 8 1
Budaya (60%) (10%) (30%) (0%) (0%) (10%) (80%) (10%)
3 Pencarian 7 0 2 1 0 0 2 8
Jatidiri (70%) (0%) (20%) (10%) (0%) (0%) (20%) (80%)
Keterangan : 1 = Sangat Tidak Kuat, 2 = Tidak Kuat, 3 = Kuat, 4 = Sangat Kuat
Sumber : Data Primer di olah, 2015
79

Dari hasil analisis potensi sikap wisatawan berdasarkan motivasi

seperti tabel 4.4 di halaman sebelumnya, wisatawan yang mengunjungi

area makam Syekh Subakir cenderung dimotivasi oleh dorongan religi

atau agama dan motivasi mencari jati diri sebanyak 80% dan 70 %. Hal ini

lantas mengarah pada latar belakang sejarah yang mana Syekh Subakir

merupakan tokoh agama islam yang berasal dari Turki. Pernyataan Bapak

Supardi selaku petugas Jagawana sekaligus tokoh masyarakat Magersari

yang menyatakan bahwa “… di lokasi ini pengunjungnya ada yang dari

kalangan Nahdatul Ulama biasanya, tetapi kalau yang berkunjung di

Makam Mbah Semar mereka biasanya membawa dupa atau kembang.”

(Wawancara tanggal 23 Maret 2015). Dari pernyataan tersebut

memperkuat bahwa pengunjung yang melakukan ziarah di Makam Syekh

Subakir dimotivasi oleh suatu system religi yang dalam hal ini merupakan

segmen motivasi dari dorongan agama.

Sedangkan wisatawan yang mengunjungi area makam Kiai Semar

mayoritas memberi keterangan bahwa mereka tidak dilatarbelakangi oleh

dorongan agama sebesar 60 % dan sisanya responden sebanyak 40 %

secara seimbang responden memberi keterangan tanpa memberi

penekanan dipengaruhi dorongan religi dan tidak dipengauhi dorongan

religi. Namun secara dominan menunjukkan motivasi kuat sebanyak 80 %

responden dilatarbelakangi oleh dorongan budaya dan sangat kuat

sebanyak 80 % responden dilatarbelakangi oleh keinginan mencari jati diri.

Sehingga segmen wisatawan yang berkunjung ke area Makam Kiai Semar


80

didorong kuat oleh motivasi budaya dan sangat kuat oleh motivasi

pencarian jati diri. Sementara itu, segmen wisatawan yang berkunjung ke

area Makam Syekh Subakir dimotivasi oleh agama dan pencarian jati diri.

d. Visitor Servicing sebagai Produk Penunjang

Untuk memberikan layanan terhadap pasar dalam hal ini para

pengunjung dan para peziarah agar dapat menikmati produk yang

ditawarkan secara optimal hal yang mendasar dalam manajemen

pengembangan produk adalah upaya memberikan pelayanan prima kepada

wisatawan (visitor servicing) yang disediakan di pusat informasi

pariwisata (Damanik dan Teguh, 2013:40).

Dalam observasi yang dilakukan peneliti tidak diketemukan sistem

informasi pariwisata yang memadahi. Informasi pariwisata menyangkut

Gunung Tidar hanya melalui informasi secara lisan oleh Juru Kunci yang

rumahnya berada di depan pintu gerbang masuk Gunung Tidar.

Berdasarkan wawancara terhadap Kepala UPT Gunung Tidar, Widodo

menyatakan bahwa:

“Saat ini peranan manajemen untuk mengelola kegiatan usaha


pelayanan pariwisata di Gunung Tidar, keberadaan UPT belum ke
arah sana secara penuh. Tetapi untuk pengelolaan menjaga
konservasi dan pelestarian itu memang sudah tugas kami yang
sudah tercantum dalam Perwal. Peran UPT dalam manajemen
pengunjung memang kita sadari masih harus banyak belajar,
bekerjasama dengan Disporabudpar, dan instansi lain yang terkait”
(Wawancara Tanggal 27 Maret 2015)

Terkait dengan pelayanan dan sisteminformasi pariwisata sebagaimana

juga diperkuat pendapat salah satu responden wisatawan bernama Prayit


81

Wiyoko asal Malang yang menyatakan ekspektasinya tentang Kawasan

Gunung Tidar bahwa:

“Papan Informasi mengenai sejarah seharusnya juga dibangun


karena saya lihat di Kawasan ini lagi banyak dibangun sarana
prasarana. Alangkah bagus jika juga dibuat papan profil mengenai
cerita sejarah di Gunung Tidar supaya anak cucu kita bisa belajar
dengan mudah” (Wawancara Tanggal 27 Maret 2015)

Selain tentang pengelolaan layanan system informasi untuk

meningkatkan kepuasan berwisata, dalam pengembangan layanan produk

pendukung. Mengacu pada pendapat Damanik dan Weber (2006) salah

satu dimensi yang harus diperhatikan oleh penyedia jasa dalam

merencanakan pariwisata adalah upaya untuk meningkatkan belanja.

Berdasarkan pengamatan visual saat ini fasilitas usaha makan dan

minum yang disediakan warga masih belum menarik. Hal tersebut terlihat

adanya beberapa pedagang dari masyarakat yang masih menggunakan

kawasan Ring 2 yang sebenarnya merupakan area di dalam kawasan

lindung. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari responden wisatawan

bernama Adi Swandono asal Sleman mengenai fasilitas penunjang jenis

usaha sarana makan dan minum menyatakan sikapnya bahwa: “Warung

makan kelihatannya sih kurang menarik saja, saya malah berharap ada

tempat yang nyaman untuk ngopi atau sambil melihat lalu lalang orang

berziarah” (Wawancara tanggal 31 Maret 2015).

Pendapat yang senada juga di ungkapkan oleh Bapak Widodo selaku

Kepala UPT Kawasan Gunung Tidar, yang menyatakan bahwa:


82

“Ketersediaan kawasan pendukung sebagai lokasi khusus untuk


berjualan warga masyarakat saat ini belum ada, kecuali di area
parkir. Untuk pedagang yang berjualan di area konservasi karena
mereka dari penduduk bawah kami toleransi. Tetapi nantinya
kawasan inti Gunung Tidar harus bebas dari kegiatan ekonomi”
(Hasil wawancara tanggal 31 Maret 2015)

e. Organisasi Manajemen DestinasiPariwisata Kawasan Gunung Tidar

Baik disadari maupun tidak atau baik secara formal maupun tidak

formal, bahwa antarapengelola UPT dengan pihak masyarakat terjadi

saling ketergantungan atau kerja sama yang saling menguntungkan antara

kedua pihak. Ketergantungan atau kerja sama ini terjadi bila ada

kesamaan persepsi mengenai destinasi pariwisata sehingga dapat

mengetahui keunggulan dan kekurangan masing-masing dalam

kapasitasnya mengelola pelayanan pariwisata secara prima.

Organisasi UPT selaku fungsi menjaga kelestarian Gunung Tidar

sudah terbentuk dengan mapan. Namun yang terjadi di lapangan adalah

masih terbatasnyakapasitas dalam mengambil kebijakan pariwisata secara

scope destinasi kawasan inti dan penyangga dalam mengambil kebijakan

pelayanan prima kepada wisatawan (visitor servicing). Berdasarkan hasil

wawancara terhadap Kepala UPT Kawasan Gunung, Widodo menyatakan

bahwa:

“Tugas UPT dalam kaitanya dengan manajemen pariwisata tidak


dijelaskan secara detail dalam Perwal No. 47 Tahun 2015. Dalam
pengelolaan pariwisata secara terpadu saat ini kita bekerja sama
dengan dinas – dinas terkait. Misalanya untuk menangani tentang
promosi kita bekerjasama dengan Disporabudpar karena
wewenang dalam promosi mereka yang lebih andil berperan.
Sedangkan dalam menarik biaya parker dan retribusi (mengisi
kotak amal) dikelola oleh kelompok paguyuban” (Hasil
wawancara tanggal 31 Maret 2015)
83

Berdasarkan uraian keterangan tersebut dalam implementasi program

dalam hal ini pengembangan manajemen pariwisata terpadu sudah selaras

dengan pendapat Soetomo WE (2011: 15), bahwa pariwisata tidak boleh

digarap secara partial, akan tetapi harus integral, menghindari egoisme

sektoral, dan arogansi institusional serta perlunya sinkronisasi dan

koordinasi menjadi pemikiran baru pada pembangunan kepariwisataan.

Namun, jika dilihat konteks efektifitas kerangka implementasi

manajemententang perlunya kapasitas kelembagaan pariwisata yang

menyatakan bahwa manajemen destiasi mensyaratkan suatu struktur

organisasi yang kuat yang ditandai oleh otoritas dan mekanisme

pekerjaan yang tegas, dukungan sumber daya, dan pengakuan luas dari

publik (Kotari dan Fesenmainer dalam Damanik dan Teguh, 2013:28).

Permasalahan kapasitas otoritas kelembagaan dalam hal ini dapat dilihat

dalam analisis jabatan yang tertuang dalam Perwal Magelang Pasal 9 ayat

1 menyatakan bahwa “Kepala UPT merupakan jabatan struktural eselon

IVa”, jabatan tersebut bertanggungjawab kepada Kadispeterikan.

Sedangkan Kadispeterikan merupakan SKPD nomenklatur yang terdiri

beberapa bidang yaitu membidangi Pertanian, Peternakan dan Perikanan

(Perwal Magelang Pasal 1 ayat 4). Tentunya dalam hal ini secara struktur

dan pekerjaan di bidang pariwisata mekanismenya tidak akan tegas

artinya peran UPT Gunung masih terbatas hanya menyangkut dibidang

pelestarian Gunung Tidar belumlah menyangkut bidang pariwisata dan

perwilayahan.
84

Tabel 4.5
Identifikasi Hipotesis Kelemahan dan Kekuatan

Elemen Temuan/
No Keterangan
Analisis Hipotesis
1 Tempat Kriteria tempat masih layak menjadi Kekuatan
(y1) tujuan wisata spiritual(x1)
2 Daya Tarik Mayoritas wisatawan merasa sangat Kekuatan
(y2) leluasa melakukan wisata spiritual
berbasis alam dan wisata spiritual
berbasis laku spiritual baik religi
maupun spiritual. (x2)
3 Motivasi Merupakan daya tarik wisata spiritual Kekuatan
(y3) bagi wisatawan yang memiliki segmen
motivasi agama, budaya, maupun
pencarian jati diri (x3)
4 Produk Belum tersedia sistem informasi Kelemahan
Tambahan pariwisata yang memadai (x4)
(y4) Daya tarik wisata kuliner sebagai Kelemahan
produk tambahan masih dinilai
kurang(x5)
5 Organisasi Kapasitas kebijakan peran UPT Kelemahan
Manajemen sebagai organisasi dalam lingkup
Destinasi pengelolaan pariwisata dalam scope
(y5) destinasi kawasan pariwisata Gunung
Tidar masih terbatas. (x6)
Belum terbentuk strukturorganisasi Kelemahan
manajemen destinasi Kawasan Wisata
Gunung Tidar (x7)
Sumber: Data Primer, 2015

Dari Tabel 4.5 di atas setelah di konfirmasi dengan penilaian oleh

responden yang terdiri dari sample yang di nilai sangat kuat mewakili

berbagai pemangku kepentingan pariwisata, sosial budaya maupun

lingkungan ekologi bahkan juga ada pakar seni, terhadap Gunung Tidar

ditujukkan pada tabel 4.6 di halaman 85.


85

Tabel 4.6
Konfirmasi Temuan Kelemahan dan Kekuatan Internal

Temuan dan
No Variabel/ indicator Rating
Konfirmasi (Ho)
Tempat (Places)
1. X1 4 Temuan terbukti
Daya tarik (Attraction)
2. X2 3.9 Temuan terbukti
Motivasi (Motives)
3. X3 3.7 Temuan terbukti
Produk Tambahan (augmented product)
4. X4 2 Temuan terbukti
5. X5 2 Temuan terbukti
Organisasi Manajemen Destinasi (DMO)
6. X6 2 Temuan terbukti
7. X7 1.7 Temuan terbukti
Sumber: Lampiran Data Primer di olah (2015)

Analisis selanjutnya adalah memasukan bobot masing-masing

indikator dari tiap-tiap variabel pada lingkungan internal sesuai dengan

pembobotan pada tabel dan penilaian responden pada tabel. Skor analisis

lingkungan internal dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7
Matriks Internal Factor Summary (IFAS)

No Ratin Bobot x
Variabel dan indicator Bobot g Rating
1 Kriteria tempat masih layak menjadi 0.1552 4 0.6206
tujuan wisata spiritual (x1)
2 Mayoritas wisatawan merasa sangat 0.151 3.9 0.5888
leluasa melakukan wisata spiritual
berbasis alam dan wisata spiritual
berbasis laku spiritual baik religi
maupun spiritual. (x2)
3 Merupakan daya tarik wisata spiritual 0.1385 3.7 0.5124
bagi wisatawan yang memiliki
segmen motivasi agama, budaya,
maupun pencarian jati diri (x3)
4 Belum tersedia sistem informasi 0.1391 2 0.2782
pariwisata yang memadai (x4)
Berlanjut halaman 86.
86

Kelanjutan Tabel 4.7 Halaman 85. Matriks Internal Factor Summary (IFAS)

5 Tempat untuk makan dan minum dari 0.1389 2 0.2779


warga dinilai kurang menarik
6 Kapasitas kebijakan peran UPT 0.1428 2 0.2856
sebagai organisasi dalam lingkup
pengelolaan pariwisata dalam scope
destinasi kawasan pariwisata Gunung
Tidar masih terbatas. (x6)
7 Belum terbentuk struktur organisasi 0.1345 1.7 0.2286
manajemen destinasi Kawasan
Wisata Gunung Tidar (x7)
1 2.7923
Sumber: Lampiran data primer diolah penulis, 2015

2. Analisis Lingkungan Eksternal

Dalam analisis eksternal ini upaya yang dilakukan adalah

mengetahui seberapa kuat peluang dan ancamanyang berasal dari luar

manajemen penyedia jasa pariwisata dalam proses mengembangkan

produk pariwisata. Berdasarkan pendapat ahli ada empat rujukan yang

perlu diperhatikan menganalisis kondisi lingkungan dalam pengembangan

pariwisata berkelanjutan.Empat sub variabel yang dijadkan faktor

eksternal tersebut yaitu pertimbangan faktor kondisi aspek ekonomi

masyarakat, sosial, budaya dan lingkungan.

Analisis lingkungan dilakukan dengan cara pemberian rating

lingkungan eksternal oleh responden yang terdiri dari berbagai pemangku

kepentingan pariwisata yaitu 2 orang unsur tokoh masyarakat Desa

Magersari (Juru Kunci dan tokoh masyarakat), 3 orang unsur SKPD terkait

pariwisata dan Gunung Tidar (Kepala Dinas Porabudpar Kota Magelang,

Kepala UPT Gunung Tidar, Ka Sub Bidang Pemuda, Olah Raga, Budaya

dan Pariwisata di Bappeda Kota Magelang), 3 orang pakar terkait


87

(NaraSumber bidang Pariwisata, Seni dan Budaya), 1 orang praktisi

spiritual, dan 1 orang lagi masyarakat umum yang menggemari olah

meditasi/ sering ziarah (Data primer lampiran, 2015). Sehingga 10 sample

yang diseleksi tersebut dinilai secara purposive sangat mewakili pelaku

kepentingan terhadap Gunung Tidar untuk ditanyakan sikapnya terhadap

nilai, situasi, maupun ide –ide yang berkembang dimasyarakat secara

dinamis dan terkiniyang diperoleh melalui angket. Pengertian sikap itu

sendiri mengacu pada pendapat yang menyatakan bahwa sikap merupakan

kecenderungan bertindak, berperilaku, berpersepsi dalam menghadapi

objek, ide, situasi, atau nilai (Sobur dalam Sumarni, 2012:141). Penentuan

responden dari pemangku kepentinganyang akan ditelitidigunakan teknik

Purposive Sampling. Adapaun hasil penelitian mengenai rating tentang

dimensi dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan tersaji dalam

analisis Eksternal Factors Sumarry (EFAS) Tabel 4.8 dibawah ini.

Tabel 4.8
Hasil Penilaian Terhadap PengaruhLingkungan Eksternal
No Variabel dan indicator Rating Temuan
Ekonomi
1. Dukungan Komisi V DPR RI akandana 3,0 Peluang
pengembangan pariwisata Kawasan Gunung Tidar.
2. Tingkat belanja/ wisatawan spiritual tinggi 3,2 Peluang
Ketersediaan lahan/ sarana sekitar kawasan Gunung
3. Tidar yang dibangun/ disediakan oleh pemerintah 2,8 Peluang
untuk masyarakat dalam berusaha.
Ekologi
4. Belum adanya perhatian dan batas jumlah 1,9 Ancaman
wisatawan di Kawasan namun di anggap belum jadi
masalah yang berarti oleh pihak terkait
5. Adanya perhatian pemerintah upaya penyuluhan 2,7 Peluang
dan mengatur pembuangan sampah.
6. Rendahnya kesadaran warga masyarakat 2,3 Ancaman
akanpenggunaan produk ramah lingkungan
Berlanjut halaman 88.
88

Kelanjutan Tabel 4.8 Halaman 87. Hasil Penilaian Terhadap Pengaruh


Lingkungan Eksternal
7. Partisipasi masyarakat dalam aksi konservasi 2,9 Peluang
lingkungan sekitar tinggi.
Sosial
8. Jumlah stakeholders dalam kolaborasi pelibatan 2,6 Peluang
pengelolaan pariwisata spiritual banyak
9. Upaya pendidikan pengelolaan jasa pariwisata 2,6 Peluang
10. Kurangnya kekuatan organisasi komunitas dalam 2,3 Ancaman
kontrol social
11. Pembagian yang adil akan peran laki – laki dan 2,4 Ancaman
perempuan, maupun generasi muda sekitar kawasan
Budaya
12. Adanya isu kecenderungan dominasi satu ragam 2,1 Ancaman
budaya dalam karakter ‘Tidar’
13. Adanya isu kecenderungan subyektifitas warna 2,1 Ancaman
corak dan karakter Kawasan Gunung Tidar.
14. Isu sebagian kalangan yang menginginkan 1,8 Ancaman
pelurusan sejarah dari pemerintah
Sumber: Data diolah dari hasil penelitian, 2015

Dari Tabel 4.8 di atas berdasarkan rata-rata dari nilai yang

diperoleh masing- masing indikator menghasilkan peluang dan ancaman

terhadap keberlanjutan pariwisata Kawasan Gunung Tidar. Faktor

kekuatan berada pada rentang 2,51 sampai 4,00 dan faktor kelemahan

berada pada rentang 1,00 sampai 2,50. Analisis terhadap faktor eksternal

dapat dilihat pada lampiran skripsi ini.

a. Faktor Daya Dukung Ekonomi

Hasil penilaian pengaruh eksternalterhadap pengembangan

pariwisata di Kawasan Gunung Tidar, ketersediaan dukungan dana dari

pemerintah mendapat rating sebesar 3,0 yang berarti merupakan

peluang. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui website Pemrov.

Jawa Tengah, http://www.promojateng-pemprovjateng.com/ (diakses

tanggal 23 Februari 2015) diberitakan bahwa Komisi V DPR RI


89

sanggup mengupayakan bantuan sekitar Rp 2,5 miliar untuk

merealisasikan kawasan Gunung Tidar menjadi destinasi wisata

baru.Sedangkan indikator belanja peziarah di yakini responden

memiliki tingkat belanja yang tinggi.Indikator ini miliki nilai tertinggi

diantara semua faktor eksternal. Tingkat belanja peziarah yang tinggi

selaras denga pendapat yang menyatakan pariwisata spiritual dapat

dikategorikan salah satu jenis pariwisata yang berkualitas karena tingkat

pengeluaran tinggi wisatawan jenis ini umumnya berasal dari kaum

terpelajar, serta kalangan menengah ke atas (Maulana, 2014:133).

Gambar 4.7
Fasilitas Shalter Pedagang Kaki Lima (PKL)

Sumber: Dokumentasi penulis, 2015

Peluang dalam aspek ekonomi yang ketiga yaitu ketersediaan

lahan/ sarana sekitar kawasan Gunung Tidar yang dibangun dan

disediakan oleh pemerintah bagi masyarakat dalam berusaha yang

memperoleh point 2,8. Dengan tingkat rating tersebut pihak terkait

menganggap meskipun ada yang berjualan di dalam kompleks ring 2

namun pedagang tersebut masih bisa dikendalikan oleh pihak UPT


90

karena merupakan warga asli yang rumahnya sangat berdekatan dengan

pintu masuk.

b. Faktor Daya Dukung Ekologi

Variabel lingkungan terdiri dari beberapa indikator antara

lainpenetapan batas jumlah wisatawan di kawasan, kondisi terkini

perkembangan dalam upaya penyuluhan dan mengatur pembuangan

sampah, penyuluhan pentingnya prioritas penggunaan produk ramah

lingkungan, dan peran konservasi masyarakat. Di antara keempat

indikator tersebut, perkembangan dalam upaya mengatur

pembuaangan sampah dengan rating 2,7 dan peran masyarakat dalam

konservasi (2,7) sehingga potensial bagi terciptanya kondisi

masyarakat pariwisata yang bersih dan mau turut berperan dalam

menjaga kelestarian lingkungan. Sedangkan penyuluhan daya dukung

dalam penetapan batas kunjungan wisatawan mendapat rating 1,9.

Gambar 4.8
Fasilitas Kebersihandi Area Parkir Komunal Bus

Sumber: Dokumentasi penulis, 2015


91

Gambar 4.9
Kondisi Visual Suasana Lingkungan Kampung
Tejosari, Desa Magersari

Sumber: Dokumentasi penulis, 2015

c. Faktor Daya Dukung Sosial

Faktor daya dukung sosial dalam penilaian ini variabel

sosialdengan indikator kuantitas jumlah stakeholders dalam

mengambangkan fasilitas sarana dan prasarana sosial menjadi faktor

pendukung yang dianggap oleh para pemangku kepentingan saat ini

telah terjalin dengan baik dengan nilai rating sebesar 2,6. Didukung

dari wawancara secara langsung di lapangan terhadap Juru Kunci,

Sutijah:

“… pemerintah sering melibatkan kampung, tidak lama ini


kelompok kesenian tari topeng ireng binaan pemerintah diajak
buat menyambut kedatangan turis dan bulan ini tanggal 11
April2015 akan diadakan sambutan lagi untuk wisatawan”
(Wawancara tanggal 1 April 2015)

Faktor daya dukung sosial yang kedua yaitu upaya pendidikan

pengelolaan jasa pariwisata dengan nilai rating 2,6. Menurut Sri

Subekti selaku Kabid Pariwisata, Disporabudpar Kota Magelang:


92

“Dalam kaitan pembinaan kegiatan pariwisata belum lama ini


Pokdarwis dan penyuluhan saptapesona telah kami lakukan.”
(Wawancara tanggal, 1 April 2015).

Hal ini dinilai sebagai dasar dari pengembangan produk dari sisi Sumber

Daya Manusia, dimana ada usaha menumbuhkan partisipasi masyarakat

atau ada upaya binaan dari sisi sosial sehingga ada kemitraan dalam

meningkakan pelayanan wisatawan dikembangkan lebih lanjut ketingkat

partisipasi perencanaan kawasan secara mandiri. Hal ini selaras dengan

teori tipologi partisipasi secara kualitas dapat dilihat dari tingkatannya

terdiri, 1) perencanaan atau idea planning stage , 2) pelaksanaan /

implementation stage, 3) tingkat memanfaatkan hasil utilization stage

(Sumarmi, 2012:160).

Untuk indikator yang menjadi ancaman adalah masih lemahnya

organisasi komunitas lokal dalam upaya kontrol sosial masyarakat.

Mayoritas responden menganggap bahwa kondisi organisasi dalam

control sosial masih menjadi ancaman dengan nilai rating 2,3 karena

disadari Pokdarwis saat ini baru saja terbentuk sehingga masih

dianggap perlu lebih intensif dalam pembinaan. Berdasarkan informasi

menurut Sutijah selaku Juru Kunci Makam Gunung Tidar, bahwa:

“Sebenarnya bukan organisasinya tapi kembali ke


indivudunya, kalau dalam mengatasi perbedaan salah satunya
melalui temu masyarakat, dan ini juga sering kok dilakukan
pemerintah. Tetapi secara kondisi umum kampong sini
toleransinya bagus. Kita ga membeda bedakan semua itu sama
dihadapan Tuhan” (Hasil wawancara, 1 April 2015)
93

Sedangkan Indikator sosial terakhir yaitu pembagian peran laki – laki

dan perempuan dianggap oleh responden pihak terkait masih menjadi

ancaman dengan nilai rating 2,4.

d. Faktor Daya Dukung Budaya

Penilaian faktor pengaruh fenomena budaya atau daya dukung

budaya merupakan hal yang mendasar dari pengembangan produk

spiritual di Kawasan Gunung Tidar karena variabel budaya sendiri

merupakan salah satu yang menjadi motivasi wisatawan dalam

menentukan tujuan berwisata spiritual. Wujud kebudayaan menurut

Koentjaraningrat (1984) ada tiga yaitu (1) wujud kebudayaan sebagai

suatu kompleks dari ide – ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, (2)

wujud kebudayaan sebagai kompleks aktivitas kelakukan atau system

sosial (2) wujud kebudayaan sebagai benda – benda hasil karya

manusia. Dalam analisis ekternal ini indikator yang diangkat adalah

kompleks dari ide, ada opini publik yang mengatakan bahwa Gunung

Tidar karakternya didominasi satu ragam budaya dan upaya pelurusan

sejarah Gunung Tidar saat ini kurang (Data primer penulis, 2015).

Hasil pembobotan dimensi budaya terhadap 10 sample dari

kalangan budayawan, seniwan, tokoh masyarakat, pihak dinas

pariwisata, Juru Kunci Makam Gunung Tidar, praktisi spiritual, dan

sample wisatawan spiritual mengenai pendapatnya tentang faktor yang

berpengaruh terhadap pengembangan produk Gunung Tidar, ternyata

mayoritas responden memang menganggap bahwa pengajuan hipotesis


94

yang terdiri dari tiga indikator dalam penelitian ini penting, sehingga

hipotesis diterima. Hasil penilaian tersebut, responden rata – rata

dengan nilai 3,1 yang berarti penting untuk perlunya pengembangan

untuk meminimalisir kecenderungan dominasi ragam budaya tertentu,

hasil nilai rata – rata 3,7 yang berarti juga penting peran pemerintah

dalam menggalakan perlindungan warisan budaya Kawasan Gunung

Tidar dan hasil nilai rata – rata 2,9 yang berarti pentingnya upaya

pelurusan sejarah Gunung Tidar Gunung Tidar. Sehingga ketiga

indikator tersebut menunjukkan bobot yang penting.

Jika dilihat dari penilaian kondisi pengaruh daya dukung budaya,

ternyata ketiga indikator tersebut dianggap para responden dengan

sikap jawaban yang menyatakan kondisi saat ini ‘kurang’ diperhatikan,

dengan nilai rating secara beurutan indikator pertama dari dimensi

budaya mendapat rating 2,1; indikator kedua 2,1 dan indikator ketiga

rating 1,8. Dengan nilai rating pada titik terendah berada pada

penilaian upaya pelurusan sejarah terkait dengan Gunung Tidar.

Namun, berdasarkan penuturan Hartoko selaku Kepala Dinas Pemuda,

Olah Raga, Budaya dan Pariwisata (Disporabudpar) Kota Magelang,

pihaknya khawatir jika sejarah Gunung Tidar diusut akan

menimbulkan berbagai pernyataan pro dan kontra dan pertanyaan

publik yang tidak diharapkan.

Namun khusus terkait dengan pelurusan sejarah saat ini disikapi

oleh Kepala Dinas, dan 2 responden dari pakar budaya Kota Magelang
95

(Susilo Handoyo dan Sus Anggoro) mereka sepakat bahwa pelurusan

sejarah Gunung Tidar belum dapat dijadikan hal yang penting. Hal ini

bertolak terhadap sample dari kalangan budayawan sekaligus praktisi

spiritual. Sabdalangit Ae Banyusegoro memberikan pandangan bahwa:

“Pengembangan situs sebagai warisan budaya sebagai identitas


budaya dan spiritual yang benar – benar sesuai dengan akarnya.
Objektifitas history atau pelurusan sejarah menjadi sangat
penting dilakukan karena saat ini masih ada kecenderungan
dominasi satu religi, identitas local yang masih samaratau
disamarkan karakter jawa kurang kuat atau tampak” (Hasil
wawancara, tanggal 18 Maret 2015)

Berdasarkan uraian di atas ada pendapat yang menyatakan bahwa

wisatawan spiritual memiliki tujuan mencari ketenangan kedamaian

dan keharmonisan dengan alam maupun dengan Tuhan (Sutama,

2013). Sehingga mengacu pada pendapat tersebut esensi daya tarik

Gunung Tidar dari sisi kesahihan sejarah saat ini dapat juga

dipandang bukan sebagai tujuan wisatawan spiritual ke destinasi.

Sehingga faktor pelurusan sejarah juga dapat dikatakan tidak terlalu

penting karena wisatawan spiritual cenderung mencari keharmonisan

hubungannya dengan masyarakat, alam, dan Tuhan.

Analisis selanjutnya adalah memasukan bobot masing-masing

indikator dari tiap-tiap variabel pada lingkungan eksternal sesuai dengan

pembobotan pada tabel dan penilaian responden pada tabel. Skor analisis

lingkungan eksternal dapat dilihat pada Tabel 4.9 halaman 96.


96

Tabel 4.9
Matriks Eksternal Factors Summary (EFAS)
Bobot x
No Variabel dan indicator Bobot Rating
Rating
Ekonomi
1. Dukungan Komisi V DPR RI akan dana 0.082 3 0.2489
pengembangan pariwisata Kawasan Gunung
Tidar.
2. Tingkat belanja/ wisatawan spiritual tinggi 0.074 3.2 0.2386
3. Dukungan pengadaan fasilitas sekitar 0.081 2.8 0.2272
kawasan Gunung Tidar yang dibangun oleh
pemerintah untuk masyarakat dalam
berusaha.
Ekologi
4. Belum adanya perhatian dan batas jumlah 0.048 1.9 0.0927
wisatawan di Kawasan namun di anggap
belum jadi masalah yang berarti oleh pihak
terkait
5. Adanya perhatian pemerintah upaya 0.083 2.7 0.2247
penyuluhan dan mengatur pembuangan
sampah.
6. Rendahnya kesadaran warga masyarakat 0.071 2.3 0.1646
akan penggunaan produk ramah lingkungan
7. Partisipasi masyarakat dalam aksi 0.081 2.9 0.2353
konservasi lingkungan sekitar tinggi.
Sosial
8. Jumlah stakeholders dalam kolaborasi 0.074 2.6 0.1941
pengelolaan pariwisata spiritual banyak
9. Upaya pendidikan pengelolaan jasa 0.081 2.6 0.2112
pariwisata
10. Kurangnya kekuatan organisasi komunitas 0.070 2.3 0.1621
dalam kontrol social
11. Pembagian yang adil peran laki – laki dan 0.047 2.4 0.1131
perempuan, dan generasi muda sekitar
kawasan
Budaya
12. Adanya isu kecenderungan dominasi satu 0.064 2.1 0.1360
ragam budaya dalam karakter ‘Tidar’
13. Adanya isu kecenderungan subjektifitas 0.077 2.1 0.1637
warna corak dan karakter Kawasan Gunung
Tidar.
14. Isu sebagian kalangan yang menginginkan 0.060 1.8 0.1083
pelurusan sejarah
Total 1,000 2.5210
Sumber: Lampiran data primer diolah penulis, 2015
97

D. Srategi Pengembangan Produk Kawasan Wisata Gunung Tidar

1. Strategi Umum (Grand Strategy)

Metode yang ditempuh untuk mendeskripsikan lingkungan internal

dan eksternal organisasi pengelola pengembangan produk kawasan

pariwisata di Kawasan Wisata Gunung Tidar, pada Bab sebelumnya telah

diuraikan dengan jelas. Diawali dengan menguraikan faktor- faktor

internal dan eksternal. Faktor internal dianalisis dengan menggunakan

matriks IFAS dan faktor- factor eksternal dianalisis dengan menggunakan

matriks EFAS. Dari penggabungan hasil kedua matriks (IFAS dan EFAS)

yang telah diperoleh, kemudian menentukan strategi yang bersifat umum

(grand strategy). Setelah itu dilanjutkan dengan menggunakan matriks

SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) untuk

merumuskan strategi alternatifnya.

Strategi umun (grand strategy) yang dapat direncanakan adalah

menggunakan kesempatan sebaik-baiknya, mencoba mengantisipasi dan

menanggulangi ancaman, menggunakan kekuatan sebagai modal dasar

operasional pengelolaan dan memanfaatkannya semaksimal mungkin,

serta mengusahakan untuk mengurangi dan menghilangkan kelemahan

yang masih ada.

Berdasarkan hasil analisis faktor internal dan eksternal telah di

peroleh masing - masing total skor faktor internal dan eksternal kawasan

pariwisata spiritual Gunung Tidar yaitu, 2.7923 dan 2.5210. Langkah

selanjutnya membuat ploting pada matriks internal dan eksternal Matrik IE


98

berupa diagram sembilan sel. Adapun hasil ploting yang dimaksud sebagai

berikut (Pada tabel 4.10 di bawah ini).

Tabel4.10
Matriks Internal – Eksternal

TOTAL NILAI IFAS2,7923


T 4 3,9 3 2,99 2,5 2 1,99
O 3,9
I II III
T Tumbuh dan bina Tumbuh dan bina Pertahankan pelihara
A (konsentrasi via (konsentrasi via (pertumbuhan
L integrasi vertikal) integrasi horizontal) berputar)
3
2,9 V
N VI
Pertahankan
I Panen dan divestasi
2.5210 IV dan pelihara
L 2,5 (kawasan terkait
Tumbuh dan bina
A atau jual habis
(strategi tidak
I kewaspadaan)
2 berubah)
E 1,9 VII
VIII
F Pertahankan dan IX
Panen atau divestasi
A pelihara Panen atau divestasi
diversivikasi
S (diversifikasi (likuidasi)
kongklomerasi)
1 konsentrasi)
Sumber: Data diolah, 2015

Berdasarkan Matrik Internal Eksternal (IE) di atas menunjukan bahwa

pertemuan antara nilai lingkungan internal dan lingkungan eksternal berada

pada sel V yakni strategi pertahankan dan pelihara. Strategi yang dapat

diterapkan pada sel V adalah strategi pengembangan produk. Pada posisi

tersebut juga sesuai dengan pendapat Yoeti (1996:53) pengembangan suatu

produk pada dasarnya adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan

berencana untuk memperbaiki produk yang sedang berjalan dan menambah

jenis produk yang dihasilkan ataupun yang akan dipasarkan.


99

Dalam pengembangan produk kawasan Gunung Tidar yang dimaksud

adalah produk yang ditambah disesuaikan dengan zona pemanfaatannya

supaya tetap patuh terhadap prinsip – prinsip pembangunan berkelanjutan

dan ketentuan yang ada di dalam peraturan Rencana Tata Ruang dan

Wilayah (RTRW) Kota Magelang.

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk

menarik perhatian, perolehan, pemakaian dan konsumsi dan yang mungkin

memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Konsep produk tidak

terbatas pada objek tanguible saja namun juga intanguible atau produk jasa,

Produk mencakup objek fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, dan gagasan

(Kotler, 2001 dalam Ridwan 2012: 48). Core produk kajian ini adalah

kualitas wisata spiritual Gunung Tidar dan augmented product–nya adalah

visitor servicing dan potensi kelembagaan destinasi atau Destination

Managemen Organization (DMO) yang dapat menaungi pemangku –

pemangku kepentingan di Kawasan Pariwisata Spiritual Gunung Tidar.

Sehingga strategi terkait dengan kajian pengembangan produk

kawasan wisata spiritual studi kasus terhadap Kawasan Wisata Gunung

Tidar, Desa Magersari, Kecamatan Magelang Selatan, Kotamadya

Magelang” adalah strategi mempertahankan kualitas produk inti (wisata

spiritual), dengan mengembangkan manajemen produk jasa/ pelayanan di

Kawasan Pariwisata Spiritual Gunung Tidar.


100

2. Strategi Program

Dalam pembagian pemanfaatan yang ada di kawasan Gunung Tidar,

terdapat pembagian kawasan kajian mikro dan mezzo. Kawasan kajian

mikro difokuskan pada pengemabangan potensi Gunung Tidar yang

meliputi pengembangan wisata sekaligus sebagai kawasan hutan kota yang

bermanfaat baik dari segi lingkungan, sosial maupun ekonomi. Sedangkan

kawasan mezzo adalah wilayah buffer 100 m dari Gunung Tidar yang

dibatasi lebih lanjut dengan batas fisik jalan (Sumber: Bappeda Kota

Magelang, 2015)

Strategi dalam program pengembangan pariwisata terdiri dari 4

program (lihat tabel 4.11. hal. 103) yang merupakan opsi-opsi

pengembangan dari Grand Strategy. Adapun strategi yang dideskripsikan

dalam pengembangan produk kawasan wisata spiritual diuraikan sebagai

berikut:

a. Strategi SO (Strength Opportunity): Program Pengembangan Produk

Tambahan (Visitor Service/ Hospitality)

Merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang, menghasilkan strategi peningkatan pelayanan

sebagai produk tambahan Kawasan Wisata Gunung Tidar. Opsi dalam

program ini antara lain:

1) Mengembangkan kegiatan mezzo kawasan (di ring 3 dan ring 4)

untuk mempertahankan kualitas produk inti di kawasan mikro area

ring 1, ring 2 Gunung Tidar.


101

2) Program penataan usaha makan dan minum di kawasan mezzo

wisata spiritual Gunung Tidar.

3) Program Pengadaan Tourist Information Center (TIC) melalui

pembangunan museum budaya dan spiritual di Kawasan Mezzo

wisata spiritual Gunung Tidar.

b. Strategi WO (Weakness Opportunity): Program Pengembangan

Pemasaran Produk Inti dan Promosi Produk Tambahan

Merupakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk

memanfaatkan peluang, menghasilkan strategi pengembangan

promosi. Opsi kegiatan dalam program ini adalah:

1) Program Pemasaran Kawasan Wisata Gunung Tidar

2) Program Promosi Produk Layanan Melalui Peningkatan Daya

Tarik Usaha Makan dan Minum

c. Strategi ST (Strength Threat): Program Pengembangan Kawasan

Pariwisata Spiritual Berkelanjutan

Merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi

ancaman, menghasilkan program strategi pengembangan pariwisata

berkelanjutan. Adapun opsi – opsi dalam program ini adalah:

1) Program peningkatan kualitas lingkungan mezzo dan mikro

kawasan pariwisata spiritual Gunung Tidar

2) Program Peningkatan kualitas kehidupan sosial masyarakat mezzo

pariwisata spiritual Gunung Tidar


102

3) Program Peningkatan nilai situs cagar budaya fisik dan non fisik

mezzo dan mikro pariwisata spiritual Gunung Tidar

4) Program pengembangan ekonomi kreatif masyarakat Magersari

d. Strategi WT (Weakness Threat): Program Pengembangan

Kelembagaan dan SDM kawaasan pariwisata (Destination

Management Organization)

Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari

ancaman menghasilkan strategi mengembangkan Sumber Daya

Manusia (SDM) dan kelembagaan. Adapun opsi dalam strategi ini

adalah:

1) Program Pembentukan Local Working Group yang berwenang

mengelola kawasan pariwisata spiritual Gunung Tidar karena

kawasan pariwisata spiritual mencakup ruang mezzo dan mikro.

2) Program peningkatan kualitas SDM dan Budaya lokal.

Setelah mendeskripsikan strategi umum dan usulan program

pengembangan Kawasan Wisata Gunung Tidar langkah selanjutnya adalah

mendeskripsikan strategi khusus atau hal yang bersifat teknis yang akan

dijelaskan dalam analisis SWOT pada halaman 103.


103

Tabel 4.11
Analisis SWOT Pengembangan Produk Kawasan Wisata Gunung Tidar

Strengthts/ Kekuatan (S) Weaknesses/ Kelemahan(W)


Faktor internal 1. Kriteria tempat masih layak 1. Belum tersedia sistem
menjadi tujuan wisata spiritual informasi pariwisata yang
2. Mayoritas wisatawan merasa memadai
sangat leluasa melakukan 2. Tempat untuk makan dan
wisata spiritual berbasis alam minum dari warga dinilai
dan wisata spiritual berbasis kurang menarik
laku spiritual baik religi 3. Kapasitas kebijakan peran
maupun spiritual. UPT Kawasan Gunung Tidar
3. Merupakan daya tarik wisata terbatas
spiritual bagi wisatawan yang
memiliki segmen motivasi
agama, budaya, maupun
Faktor eksternal pencarian jati diri.

Opportunities/ Peluang (O) Strategi (SO) Strategi (WO)


1. Dukungan Komisi V DPR RI akan dana Strategi yang menggunakan Strategi yang meminimalkan
pengembangan pariwisata Kawasan kekuatan dan memanfaatkan kelemahan untuk
Gunung Tidar. peluang memanfaatkan peluang
2. Tingkat belanja/ wisatawan spiritual
tinggi
3. Ketersediaan sarana sekitar kawasan
Gunung Tidar yang dibangun/ disediakan
oleh pemerintah untuk masyarakat dalam
berusaha. Pengembangan produk Pengembangan
4. Adanya perhatian pemerintah upaya tambahan pemasaran produk inti
penyuluhan dan mengatur pembuangan (Visitor Service/ dan promosi produk
sampah.
Hospitality) tambahan
5. Partisipasi masyarakat dalam aksi
konservasi lingkungan sekitar tinggi. (Market Share)
6. Jumlah stakeholders dalam kolaborasi
pelibatan pengelolaan pariwisata spiritual
banyak
7. Upaya pendidikan pengelolaan jasa
pariwisata
Threats/ Ancaman (T) Strategi (ST) Strategi (WT)
1. Belum adanya perhatian dan batas Strategi yang menggunakan Strategi yang meminimalkan
jumlah wisatawan di Kawasan namun di kekuatan untuk mengatasi kelemahan dan menghindari
anggap belum jadi masalah yang berarti ancaman. ancaman.
oleh pihak terkait
2. Rendahnya kesadaran warga masyarakat
akan penggunaan produk ramah
lingkungan
3. Kurangnya kekuatan organisasi
komunitas dalam kontrol sosial
4. Pembagian yang adil akan peran laki – Pengembangan Kawasan Pengembangan
laki dan perempuan, maupun generasi Pariwisata Spiritual Kelembagaan dan SDM
muda sekitar kawasan
5. Adanya isu kecenderungan dominasi satu Berkelanjutan (Destination Management
ragam budaya dalam karakter ‘Tidar’ (bottom- up development) Organization)
6. Adanya isu kecenderungan subyektifitas
warna corak dan karakter Kawasan
Gunung Tidar.
7. Isu sebagian kalangan yang
menginginkan pelurusan sejarah dari
pemerintah
Sumber: Data Primer diolah, 2015
104

3. Strategi Khusus

Berdasarkan kekuatan (S), kelemahan (W), ancaman (T), dan

peluang (O) yang telah diketahui maka melalui matrik SWOT akan

ditemukan beberapa strategi khusus yang dapat dijadikan rekomendasi

yang digambarkan pada Matriks Analisis SWOT Tabel 4.11. di halaman

103. Adapun rumusan strategi sebagai berikut:

a. Implementasi Pengembangan Produk Tambahan (SO)

Potensi atau peluang adanya dukungan dana dari pemerintah

pihak terkait selaku pemerintah kotamadya Magelang saat ini tengah

mengupayakan masterplan Kawasan Gunung Tidar yang terdiri dari:

1) Penataan pedagang

Memanfaatkan potensi wisatawan spiritual yang memiliki

potensi kualitas konsumsi tinggi oleh karena itu perlu penataan

terhadap keberadaan pedagang. Penataan dilakukan dengan

mencari lokasi alternatif yang tepat bagi para pedagang.

2) Pengadaan atau perluasan fasilitas daya tarik wisata (di Ring 4)

Pengembangan ini meliputi pembangunan ruang terbuka

hijau yang berada di luar zona mikro kawasan Gunung Tidar untuk

memecah pola kunjungan supaya dapat menyebar, sehingga

wisatawan tidak hanya memiliki alternative berziarah namun juga

mendapatkan kepuasan terhadap produk diluar kawasan wisata

spiritual Gunung Tidar selagi masih berada pada destinasi. Selain

ruang terbuka hijau pemerintah saat ini juga tengah mengupayakan


105

pembangunan Rumah Budaya sebagi Tourist Information Center

(TIC), dan yang penting juga pengadaan papan profil cerita sejarah

singkat Gunung Tidar.

b. Implementasi kegiatanprogram di bidang promosi produk

tambahan (WO)

1) Membentuk kesankenyamanan menikmati makanan dan

minuman

Penyediaan tempat berjualan makanan dan minuman yang

nyaman dan dapat menikmati suasana sosial budaya

masyarakat sekitar sehingga karakter budaya lokalitas

masyarakat dapat member kesan pada wisatawan.

2) Branding Image terhadap Kota Sejuta Bunga untuk mendukung

program “Ayo ke Magelang tahun 2015”

Karakter Kota Sejuta Bunga di kawasan ring 4 saat ini dari

pihak pemerintah telah merealisasikan sisi punggung Gunung

Tidar sebelah Timur dengan membangun taman bunga.

3) Pengembangan system informasi: teknologi system informasi

saat ini dapat digunakan sebagai media promosi pada semua

kalangan yang sering berziarah ke Gunung Tidar. Bahwa saat

ini segmen peziarah di Gunung Tidar terbagi menjadi 2 segmen

yaitu: wisatawan yang didorong oleh system religi (Misalnya:

Nahdatul Ulama) dan orang yang suka ziarah (bisa kalangan

religi, atau mungkin juga dari group secular). Cara promosi


106

dilakukan melalui media jejaring sosial seperti FB, Twitter,

Website, dll., melalui segmen group komunitas religi, forum

spiritual, forum budaya, forum kejawen.

c. Implementasi kegiatanprogram di bidang pengembangan kawasan

pariwisata berkelanjutan (ST)

1) Kegiatan dialog lintas budaya

Kegiatan ini dinilai perlu dilakukan untuk mendengarkan

masukan dalam mengembangkan pariwisata dan budaya secara

objektif.

2) Pembangunan berbasis masyarakat

Saat ini pihak manajemen UPT Gunung Tidar telah

mengupayakan pemberdayaan masyarakat melalui perekrutan

tenaga sebagai sumber daya dalam melakukan perlindungan

Kawasan Gunung Tidar, Hal ini telah sesuai dengan teori Stör

dalam (Sumarmi, 2012, 62) pertumbuhan hakekatnya berasal

dari bawah (bottom- up development) yang mengembangkan

wilayah itu sendiri dengan memaksimalkan sumber daya alam

dan manusianya secara integral.

3) Penggunaan bahan-bahan produk yang ramah lingkungan di

sekitar daya tarik wisata khususnya zona ring 1, 2, dan 3.

Cara ini dilakukan dengan pendekatan softskill masyarakat

dengan mengefektifkan komunikasi melalui dengan bentukan

organisasi teknis di bidang sosial khusunya Pokdarwis.


107

3) Meningkatkan pengawasan pembuangan sampah

Hal ini dapat dilakukan dengan mensosialisasikan Undang –

Undang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidap atau

menggunakan penghargaan Kalpataru bagi masyarakat yang

berperan aktif dalam menjaga lingkungan.

4) Melakukan konservasi Gunung Tidar dan lingkungan di

sekitarnya secara berkelanjutan

Peran UPT Gunung Tidar sangat penting dalam mengelola

kelestarian alam Gunung Tidar sesuai dalam tugas pokok dan

fungsinya.

d. Implementasi KegiatanProgram di Bidang Kelembagaan Dan

SDM (WT)

Pengaruh keterbatasan kapasitas kebijakan kewenangan

otorita lembaga UPT yang merupakan organisasi independen di

bidang Pertanian, Perikanan, dan Peternakan. Sehingga

berdasarkan analisis, strategi khusus sebagai berikut:

1) Kegiatan penelitian dan evaluasi kelembagaan terkait dengan

format kelembagaan yang tepat bagi penyedia jasa pengelola

manajemen kawasan pariwisata Gunung Tidar.

2) Konsolidasi dengan para memangku kepentingan dan pihak

terkait untuk menjalin kerjasama

3) Kegiatan peningkatan kualitas SDM


108

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Kesimpulan ini merupakan jawaban dan rangkuman dari sasaran tujuan

yang telah ditentukan pada Bab sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian

survey identifikasi, kemudian dilakukan studi analisis pemabahasan hasil,

serta deskripsi dalam memecahkan masalah. Adapun kesimpulan yang

dirangkum sebagai berikut:

1. Produk pariwisata spiritual yang ada di Kawasan Wisata Gunung Tidar,

penulis menemukan potensi yang meliputi 2 (dua) katagori dari 6 (enam)

klasifikasi daya tarik yang menjadi tujuan wisata spiritual. Adapun daya

tarik pariwisata spiritual di Kawasan Wisata Gunung Tidar terdiri sebagai

berikut:

a. Produk Wisata Spiritual Berbasis Alam, mencakup area Ring 1, Ring 2

dan Ring 3.

b. Produk Wisata Spiritual Berbasis Spiritual

Produk wisata spiritual berbasis spiritual, ada 2 (dua) yaitu:

1) Area Wisata Spiritual Berbasis Spiritual berada di Area Ring 1

yaitu Makam Ki Semar, Petilsan Makam Pangeran Purboyo, Tugu

bertulisan huruf Jawa ‘Sa’, dan tiang pancang berbentuk paku.

2) Area Wisata Berbasis Religi berada di Ring 2 yaitu area makam

Syekh Subakir dan Area Makam Kiai Sepanjang.

108
109

2. a. ) Kondisi lingkungan internal berupa faktor – faktor kekuatan (Strength)

terkait dengan pengembangan produk kawasan wisata spiritual Gunung

Tidar yaitu meliputikriteria tempat masih layak menjadi tujuan wisata

spiritual, mayoritas wisatawan merasa sangat leluasa melakukan wisata

spiritual berbasis alam dan wisata spiritual berbasis laku spiritual baik

religi maupun spiritual, merupakan daya tarik wisata spiritual bagi

wisatawan yang memiliki segmen motivasi agama maupun spiritual jawa,

budaya, maupun pencarian jati diri. Faktor kelemahan (weaknesses)

meliputi belum tersedia sistem informasi pariwisata yang memadai, daya

tarik wisata kuliner sebagai produk tambahan masih dinilai kurang,

kapasitas kebijakan peran UPT Kawasan Gunung Tidar sebagai organisasi

dalam lingkup pengelolaan pariwisata dalam scope destinasi kawasan

pariwisata Gunung Tidar masih terbatas, belum terbentuk struktur

organisasi dalam konteks ‘manajemen destinasi pariwisata’Kawasan

Wisata Gunung Tidar. b.) Kondisi lingkungan eksternal berupa faktor –

faktor peluang (opportunities) yang meliputidukungan Komisi V DPR RI

akan dana pengembangan pariwisata Kawasan Gunung Tidar, potensi

tingkat belanja/ wisatawan spiritual tinggi, ketersediaan lahan/ sarana

sekitar kawasan Gunung Tidar yang dibangun/ disediakan oleh pemerintah

untuk masyarakat dalam berusaha, adanya perhatian pemerintah upaya

penyuluhan dan mengatur pembuangan sampah, partisipasi masyarakat

dalam aksi konservasi lingkungan sekitar tinggi, jumlah stakeholders

dalam kolaborasi pelibatan pengelolaan pariwisata spiritual banyak, dan


110

adanya upaya pendidikan pengelolaan jasa pariwisata. Kemudian yang

mendadi ancaman (Threats) meliputi belum adanya perhatian dan batas

jumlah wisatawan di Kawasan namun di anggap belum jadi masalah yang

berarti oleh pihak terkait, rendahnya kesadaran warga masyarakat akan

penggunaan produk ramah lingkungan, kurangnya kekuatan organisasi

komunitas dalam kontrol sosial, pembagian yang adil akan peran laki –

laki dan perempuan, maupun generasi muda sekitar kawasan, adanya isu

kecenderungan dominasi satu ragam budaya dalam karakter ‘Tidar’,

adanya isu kecenderungan subyektifitas warna corak dan karakter

Kawasan Gunung Tidar. Dan terakhir adalah ancaman isu sebagian

kalangan yang menginginkan pelurusan sejarah Gunung Tidar.

3. Berdasarkan posisi Kawasan Wisata Gunung Tidar saat ini berada pada sel

V (lima), maka berada pada rujukan strategi pertahankan dan pelihara.

Grand Strategy yang sesuai pada posisi kuadran ini adalah strategi

pengembangan produk atau pemasaran. Sedangkan strategi alternatif

pengembangan produk Kawasan Wisata Gunung Tidar adalah sebagai

berikut:

a. Strategi SO (Strength Opportunity) : Program Pengembangan Produk

Tambahan (Visitor Service/ Hospitality) yang meliputi, pengembangan

kegiatan untuk mempertahankan kualitas produk inti di kawasan mikro

area ring 1, ring 2 Gunung Tidar, penataan usaha makan dan minum di

kawasan mezzo wisata spiritual Gunung Tidar, Pengadaan Tourist


111

Information Center (TIC) melalui pembangunan museum budaya dan

spiritual di Kawasan Mezzo wisata spiritual Gunung Tidar.

b. Strategi WO (Weakness Opportunity): Program Pengembangan

Pemasaran Produk Inti dan Promosi Produk Tambahan yang meliputi

opsi pemasaran Kawasan Wisata Gunung Tidar, promosi produk

layanan melalui peningkatan daya tarik Usaha Makan dan Minum

c. Strategi ST (Strength Threat): Program Pengembangan Kawasan

Pariwisata Spiritual Berkelanjutan yang meliputi, peningkatan kualitas

lingkungan mezzo dan mikro kawasan pariwisata spiritual Gunung

Tidar, peningkatan kualitas kehidupan sosial masyarakat mezzo

pariwisata spiritual Gunung Tidar, peningkatan nilai situs cagar

budaya fisik dan non fisik mezzo dan mikro pariwisata spiritual

Gunung Tidar, pengembangan ekonomi kreatif masyarakat Magersari

e. Strategi WT (Weakness Threat): Program Pengembangan

Kelembagaan dan SDM (Destination Management Organization)

meliputi Pembentukan Local Working Group Destinasi Kawasan

Mezzo wisata spiritual Gunung Tidar dan Program peningkatan

kualitas SDM dan Budaya.

B. Rekomendasi

Sebagai sumbangan pemikiran, agar penelitian ini dapat memberikan

manfaat, baik bagi pihak pengelola UPT Kawasan Gunung Tidar maupun

pihak- pihak yang terkait dalam pengelolaan pariwisata khusunya di kawasan


112

zona mikro dan mezzo kawasan Gunung Tidar, beberapa saran yang

dapatdisampaikan penulis adalah sebagai berikut:

1. Dalam pengelolaan Produk Kawasan Pariwisata Spiritual khusunya

kawasan zona mikro dan mezzo kawasan Gunung Tidar sebagai destinasi

pariwisata, pemerintah perlu memaksimalkan peran serta masyarakat,

khususnya masyarakat Magersari. Dukungan yang kuat dari masyarakat

sekitar dapat menjamin keberlanjutan pengembangan produk kawasan

wisata di Gunung Tidar.

2. Pemerintah pengambil kebijakan hendaknya perlu mengadakan studi

banding dengan kawasan spiritual di daerah lain danmengadakan pelibatan

pakar budaya internal dan eksternal kelompok sistem religi, sistem

komunitas budaya maupun kelompok spiritual melalui dialogkarena

Gunung Tidar sejak dahulu identik dengan cerita mitos masyarakat Jawa.

3. Untuk mendukung fungsi kawasan sebagai Hutan Kota yang merupakan

Hutan Lindung, pengembangan produk pariwisata tambahan dapat

dilakukan di luar zona mikro sebagai upaya menimbulkan dampak

ekonomi. Sedangkan pada kawasan zona mikro pengembangan dilakukan

untuk menjaga keaslian kawasan sebagai area konservasi dan ketenangan

wisatawan dalam melakukan aktifitas spiritual. Infrastruktur jalan inspeksi

/ jalur pendakian yang sudah terbangun perlu dibuat juga saluran drainase

untuk meminimalisir kerusakan akibat run off air hujan yang mengalir di

sisi jalan inspeksi tersebut sehingga tidak menimbulkan kerusakan fisik

bangunan.
113

4. Pengembangan organisasi manajemen destinasi kawasan pariwisata

Gunung Tidar hendaknya perlu dilakukan analisis penelitian lebih lanjut

terkait dengan format kelembagaan yang prima atau tepat untuk

mengoptimalkan efisiensi koordinasi dalam mengambil kebijakan di

Kawasan Pariwisata Gunung Tidar.


114

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik. Edisi


Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Blackwell, R. 2007.Motivations for Religious Tourism, Pilgrimage, Festivals and
Eventsin R.Raj and N. Morpeth, Religious Tourism and Pilgrimage
Festivals Management: An International Perspective. Wallingford, UK:
CABI Publishing.
Conrady R. & Martin Buck. 2011. Trends and Issues in Global Tourism 2011, In
Colaboration with Pia Viehl and Kartin Tittle. Springer Verlag Berlin
Heidelberg. Germany.
Damanik, J dan Teguh.2013. Manajemen Destinasi Pariwisata. , Edisi Revisi.
Jakarta: Kepel Press.
Damanik, Jdan Helmut F. Weber.2006. Perencanaan Ekowisata: Dari Teori ke
Aplikasi. Yogyakarta: C.V. Andi Offset
Dirgantoro, Crown. 2004. Manajemen Stratejik: Konsep, Kasus, dan
Implementasi. Jakarta: PT Gramedia
Fandeli, Chafid dan Muhammad Nurdin.2005. Pengembangan Ekowisata
Berbasis Konservasi di Taman Nasional. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan
UGM.
Fred R. David. 2002. Manajemen Strategis. Edisi ke Tujuh.Konsep/ Fred R.
David; alih bahasa, Alexander Sindoro; Penyunting, Agus Widyantoro.
Jakarta: Prenhallindo.
Fred R. David .2004. Manajemen Strategis, Terjemahan oleh Kresno Saroso,
Edisi kesembilan. Jakarta: Indeks.
Ismayanti.2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta: Grasindo.
Kesrul, M. 2003. Penyelenggarakan Operasi Perjalanan Wisata. Jakarta:
Grasindo.
Koentjaraningrat. 1984. Metode – Metode Penlitian Masyarakat. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Kotler, Philip. 1997. Marketing Manajemen. Analisys, Planning, Implementation
and Control, USA: Printice-Hall.
Kotler, Philip, 2000. Marketing Management. Edisi Millenium, New Jersey:
Prentice Hall International, Inc.
115

Kusmayadi dan Sugiarto, E. 2000. Metodologi Penelitian Dalam Bidang


Kepariwisataan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Maulana, Addin. 2014. Strategi Pengembangan Wisata Spiritual di Kabupaten
Badung, Provinsi Bali. Jurnal Kepariwisataan Indonesia. Edisi Juni 2014,
Vol. 9, No. 2.
Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pendit, Nyoman S. 1999. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. PT.
Pradnya Paramita. Jakarta
Peraturan Daerah Kota Magelang, Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Magelang Tahun 2011 – 2031
Peraturan Walikota Magelang, Nomor 47 Tahun 2014 tentang Pembentukan UPT
Kawasan Gunung Tidar Kota Magelang.
Pitana, I. Gede dan Gayatri, Putu G. 2005.Sosiologi Pariwisata. Jogjakarta. C.V
Andi offset.
Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT, Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Ridwan. 2012. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta:PT.
Softmedia.
Sedarmayanti. 2014. Membangun dan Mengembangkan Kebudayaan Industri
Pariwisata.Bandung: PT Refika Aditama.
Spillane, James. 1994. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya.Yogyakarta:
Kanisius.
Sumarmi. 2012. Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Edisi Cetakan Pertama.
Yogyakarta. Aditya Media Publishing.
Umar, Husein. 2003. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Utama, I Gusti R dan Ni Made E.M.2012. Metodologi Penelitian Pariwisata dan
Perhotelan. Yogyakarta. CV. Andi Offset.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan.
Undang - Undang Penataan Ruang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007.
Wahyudi, Agustinus Sri, MBA. 1996. Manajemen Strategik. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Yoeti, Oka A.1996. Ekonomi Pariwisata. Introduksi, Informasi dan Implementasi.
Bandung: Angkasa.
116

Yoeti, Oka A. 2000. Ekowisata, Pariwisata Berwawasan Lingkungan Hidup.


Jakarta: PT. Pertja.

Sumber Internet:
ASEAN. 2015. (http://economy.okezone.com/read/2014/03/24/23/959646/mea-
2015-dan-daya-saing-kita/large) diakses 30 Januari 2015.
Duda, Tomasz. 2014. "Sacral landscape and its influence on the tourism space
development in the region (based on the example of Western Pomerania
region NW Poland)," International Journal of Religious Tourism and
Pilgrimage (Online): Vol. 2: Iss. 2, Article 4, Page 36
(http://arrow.dit.ie/ijrtp/vol2/iss2/4) diakses 19 Februari 2015.
Jawa Tengah. 2015. (http://www.promojateng-pemprovjateng.com/detail
news.php.id=14973) diakses 23 Februari 2015.
Magelang. 2015 (http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/kelola-gunung-tidar-
perlu-libatkan-warga/) diakses 30 Januari 2015.
Magelang. 2015 (suaramerdeka.com http://berita.suaramerdeka.com/pemkot-
magelang-bakal-dibangun monumenpaku-tidar/) diakses 30 Januari 2015.
Neto. 2003. “A New Approach to Sustainable Tourism Development: Moving
Beyond Environment Protection”. UN-DESA Discussion Paper No 29.
(http://www.un.org.esa/papers.htm) diakses 31 Januari 2015.
Nurhidayati, Sri. E. 2007. Community Based Tourism (CBT) sebagai pendekatan
Pembangunan Priwisata Berkelanjutan. Masyarakat, Kebudayaan dan
Politik. Jurnal Unair, (Online), Vol. 8. No.3, Hal 198
(http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Lepasan%20Naskah%203%20%28191-
202%29.pdf) di akses 04 Februari 2015.
Sutama, I Ketut, 2013. Pariwisata Spiritual di Bali dari Perspektif Stakeholders
Pariwisata. Jurnal Perhotelan dan Pariwisata, (Online), Vol.3, No. 2,Hal. 2
(http://jurnal.triatmajaya.ac.id/index.php/JPnPIV/issue/view/8), di akses 03
Februari 2015.
World Economic Forum (WEF). 2013. (http://www.weforum.org/issues/travel-
and-tourism-competitiveness) diakses 30 Januari 2015.
117

LAMPIRAN
118

Lampiran 1. Hasil Rekomendasi Izin Penelitian

Foto Copy Rekomendasi Penelitian dari Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata


AMPTA.
119

Foto CopySurat Rekomendasi Perizinan Badan Kesbang Linmas Yogyakarta


ditujukan ke Badan Penanaman Modal Daerah Prov. Jawa Tengah.
120

Foto Copy Surat Balasan Rekomendasi Penelitian ditujukan ke u.p. Kepala Badan
Kesbangpol dan Linmas Kota Magelang
121

Foto Copy Rekomendasi Penelitian Dari Badan Penanaman Modal Daerah Prov.
Jawa Tengah
122

Foto Copy Surat Rekomendasi Survei dari Badan Kesbangpol dan Linmas
Pemerintah Kota Magelang
123

Foto Copy Surat Perintah Melakukan Penelitian


124

Lampiran 2. Kuisioner RatingTerhadap Elemen Wisata Spiritual


Assalamulaikum Wr. Wb.
Salam Sejahtera,
Perkenalkan, nama saya, Rendi Redona. Saya adalah mahasiswa
Program S1 Pariwisata, Jurusan Hospitality Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA
Yogyakarta. Saat ini sedang mengadakan penelitian akhir (skripsi) mengenai
pengembangan produk wisata. Judul skripsi saya adalah “Strategi
Pengembangan Produk Kawasan Wisata Spiritual”, studi kasus terhadap
Kawasan Wisata Gunung Tidar, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang,
Provinsi Jawa Tengah.”
Responden yang saya interview melalui kuesioner ini adalah wisatawan
di Kawasan Wisata Gunung Tidar, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang,
Provinsi Jawa Tengah. Sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara untuk meluangkan waktu mengisi kuesioner yang saya
lampirkan.
Pengisian kuesioner ini semata-mata bertujuan untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan. Tidak ada jawaban yang salah. Semua jawaban adalah benar
jika sesuai keadaan Bapak/Ibu/Saudara. Oleh karena itu saya berharap agar
seluruh pertanyaan dijawab dengan sejujur-jujurnya. Atas kesediaan dan
waktu yang diluangkan dalam penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Peneliti,
Rendi Redona
NIM. 511100081
Keterangan : Silahkan jawab menurut Bapak/ Ibu/ Sdr/I sesuai, atau beri tanda
centang (√) menurut jawaban yang sesuai dengan penilaian dan harapan Bapak/
Ibu/ Sdr sebagai wisatawan spiritual

Tanggal Survei : ......, ........................... 2015


Profil Responden
Umur : ...........................................................
Nama Lengkap : ...........................................................
Jenis Kelamin : ...........................................................
Tempat Tinggal (Kota/ Kab.; Provinsi) : .........................................................

1. Bagaimana pemahaman dan pengetahuan Bapak/ Ibu/ Sdr/i mengenai wisata


sepiritual maupun religi?

2. Apa penilaian Bapak/Ibu/ Saudara terhadap Bangunan di area Makam Syekh


Subakir, Kiai Sepanjang dan Makam Kyai Semar di kawasan Gunung Tidar sebagai
kawasan wisata spiriual?
125

Aspek Tempat di area Makam Syekh Subakir dan Kiai Sepanjang


Sangat tidak Tidak Setuju Sangat
No Fenomena Makam Syekh Subakir
Setuju Setuju Setuju
a Lokasi natural
b Dahulu memang sebagai kegiatan spiritual
(keaslian)
Aspek Tempat di Makam Kiai Semar
Sangat tidak Tidak Setuju Sanga
No Fenomena Makam Kiai Semar
Setuju Setuju Setuju
c Lokasi natural
d Dahulu memang sebagai kegiatan spiritual
(keaslian)
Aspek Konsep Bangunan di area Makam Syekh Subakir/ Kiai Sepanjag
No Konsep lokasi / bangunan Sangat tidak Tidak Sesuai Sangat
Makam Syekh Subakir sesuai sesuai Sesuai
e Desain lokasi atau bangunan berkonsep
religi atau keyakinan
Aspek Konsep Bangunan di Makam Kiai Semar
No Konsep lokasi / bangunan Sangat tidak Tidak Sesuai Sangat
Makam Kiai Semar sesuai sesuai Sesuai
f Kesesuaian desain lokasi atau bangunan
berkonsep religi atau keyakinan

Aspek Situs Religi atau Sekuler di area Makam Syekh Subakir


No Sangat Tidak Sesuai Sangat
Situs Religi/ Sekuler
tidak Setuju Sesuai
Makam Syekh Subakir
Setuju
g Relevansi situs dengan sejarah/ legenda
Aspek Situs Religi atau Sekuler di area Makam Ki Semar
No Sangat Tidak Sesuai Sangat
Situs Religi/ Sekuler
tidak Setuju Sesuai
Makam Kiai Semar
Setuju
h Relevansi situs dengan sejarah / legenda

3. Apa penilaian Bapak/Ibu/ Saudara terhadap ketertarikan kawasan Gunung


Tidar sebagai wahana aktivitas spiritual?
Aspek Daya Tarik
No Sangat tidak Tidak Leluasa Sangat
Wisata Spiritual Berbasis Alam
leluasa leluasa leluasa
a Pengunjung melakukan hiking dengan sikap
meditasi
b Pengunjung melakukan perjalanan dengan sikap
zikir
Alasan (Sebutkan bila ada) .....................................................................................................
..................................................................................................................................................
126

Wisata Spiritual Berbasis Konsul di Sekitar Sangat tidak Tidak Dapat Sangat
Kawasan Gunung Tidar dapat dapat dapat
c Peziarah melakukan konsultasi dengan Kiai
d Peziarah melakukan konsultasi dengan ahli
spiritual
Alasan (Sebutkan bila ada) .....................................................................................................
..................................................................................................................................................

No Sangat Tidak Dapat Sangat


Wisata Spiritual Berbasis Musik/ alunan
tidak dapat mungkin dapat
e Pengunjung menikmati irama suara atau pujian religi
f Pengunjung menikmati irama suara tembang musik
tradisional
Alasan (Sebutkan bila ada) ...............................................................................................................
..............................................................................................................................................
Sangat Tidak Dapat Sangat
Wisata Spiritual Berbasis Kreativitas tidak dapat dapat
dapat
g Pengunjung melakukan pelajaran/ pengalaman lewat
kesempatan melakukan aktivitas budaya seperti wayang
kulit, melukis/ membathik (lebih cenderung ke buatan)
Alasan (Sebutkan bila ada) ............................................................................................................
.........................................................................................................................................................
Sangat Tidak Dapat Sangat
Wisata Spiritual Berbasis Aktifitas Fisik tidak Leluasa leluasa
Leluasa
h Pengunjung menikmati spiritualitas dengan kegiatan
yang membutuhkan peran serta fisk guna mencapai
tingkat spiritualitas tertentu. Contoh Jathilan, tari –
tarian
Alasan (Sebutkan bila ada) .....................................................................................................
Sangat Tidak Dapat Sangat
Wisata Spiritual Berbasis Laku Spiritual
Leluasa Leluasa leluasa
i Pengunjung melakukan aktivitas spiritual yang sangat
erat kaitannya dengan olah kebatinan untuk menangkan
diri atau mendekatkan diri kepada Tuhan atau misi
tujuan tertentu.
Alasan (Sebutkan bila ada) .....................................................................................................
..................................................................................................................................................
8. Apa penilaian Bapak/Ibu/ Saudara terhadap motivasi datang ke kawasan
Gunung Tidar sebagai wahana perjalanan ziara/ spiritual?
No Sangat Lemah Kuat Sangat
Motivasi ritual agama/ ziarah
Lemah kuat
a Dimotivasi oleh agama tertentu atau keyakinan tertentu
sehingga mempengaruhi ............
127

Alasan (Sebutkan bila ada) .....................................................................................................


..................................................................................................................................................
Motivasi Budaya Sangat Lemah Kuat Sangat
Lemah kuat
b Dimotivasi oleh budaya atau event spiritual sehingga
keyakinan untuk datang berziarah
Alasan (Sebutkan bila ada) .....................................................................................................
..................................................................................................................................................
No Sangat Lemah Kuat Sangat
Motivasi Menemukan Jati Diri
Lemah kuat
c merupakan motivasi dari pencarian jati diri pengunjung.
Alasan (Sebutkan bila ada) .....................................................................................................
Terimakasih atas kesediaan Bapak/ Ibu/ Saudara dalam meluangkan waktu
mengisi kuisioner ini. Informasi yang telah diberikan, akan sangat bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Wassalamualaikum, Wr. Wb.
128

Lampiran 3. Daftar Jawaban Responden Wisatawan Penilaian Terhadap


Elemen Wisata Spiritual

JAWABAN RESPONDEN SURVEY PENILAIAN TERHADAP ELEMEN WISATA SPIRITUAL


Places Attraction Motives
PERTANYAAN
WR WS WR WS WS WR WS WR WR WS WR WS
a b c d e F g h a B c d E f g h i a b c
1 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 2 2 3 1 1 1 4 1 4 3
R 2 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 4 1 2 3
3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 2 2 1 1 1 1 4 3 3 4
E 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 1 1 1 1 1 1 4 1 3 4
5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 1 1 1 1 1 1 4 2 3 4
S 6 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 2 2 1 1 1 1 4 1 3 4
7 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 2 2 1 1 1 1 4 2 3 4
P 8 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 1 1 1 1 1 1 4 3 3 4
9 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 2 2 1 1 1 1 4 1 3 4
O 10 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 1 1 1 1 1 1 4 1 3 4
11 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 2 2 1 1 1 1 4 3 1 1
N 12 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 1 1 1 1 1 1 4 3 3 1
13 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 1 1 1 1 1 1 4 4 1 1
D 14 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 1 1 1 1 1 1 4 4 1 1
15 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 1 1 1 1 1 1 4 4 1 1
E 16 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 1 1 1 1 1 1 4 4 1 1
17 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 1 4 4 3 1
N 18 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 1 1 1 1 1 1 3 4 3 4
19 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 2 1 1 1 1 1 4 4 1 3
20 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 1 1 1 1 1 1 4 4 2 3

WS = Wisata Spiritual di Makam Kiai Semar


WR = Wisata Religi di Makam Syekh Subakir
129

Lampiran 4. Kuisioner Lingkungan Internal Kawasan Pariwisata Spiritual


Gunung Tidar

KUESIONER
STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK KAWASAN WISATA
SPIRITUAL
(Studi Kasus Terhadap Kawasan Wisata Gunung Tidar, Kecamatan Magelang
Selatan, Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah)

Bapak/Ibu/Saudara/Saudari yang terhormat,


Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswa (S1) Program Studi Pariwisata, Jurusan
Hospitality Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta. Saya mengumpulkan data dalam
rangka pelaksanaan penelitian untuk penyusunan laporan akhir skripsi yang berjudul STRATEGI
PENGEMBANGAN PRODUK KAWASAN WISATA SPIRITUALStudi Kasus Terhadap
Kawasan Wisata Gunung Tidar, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang, Provinsi Jawa
Tengah)
Dalam proses pengumpulan data saya ingin menyertakan pendapat Bapak/Ibu/Saudara dengan
mengisi kuesioner dan memberikan bobot serta penilaian terhadap lingkungan internal dan
eksternal Kawasan Wisata Gunung Tidar.
Atas dukungan dan Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara dalam mengisi kuesioner ini, saya ucapkan
terima kasih.

Magelang, 1 April 2015


Peneliti

(Rendi Redona)
NIM. 511100081

KUISIONER LINGKUNGAN INTERNAL KAWASAN PARIWISATA


SPIRITUAL GUNUNG TIDAR
Identifikasi Responden
Nama : ............................................. Jenis Kelamin: L / P
Alamat : ............................................. Pekerjaan :
............................................................
Tlp/Hp : ............................................. Tanggal :
Umur : .............................................
Petunjuk Pengisian :
Berilah Nilai pada faktor-faktor internal Kawasan Wisata Gunung Tidar sesuai
dengan apa yang Bapak/Ibu rasakan dan tingkat kepentingannya dengan memberi
tanda (V) pada Kolom yang tersedia.
Bobot : Sangat penting = 4, penting = 3, kurang penting = 2, tidak penting = 1.
Rating : sangat baik = 4, baik = 3, kurang = 2, sangat kurang = 1.
130

No. Bobot Rating


Sangat Tidak Sangat Sangat
Variabel/ Indikator
Penting Penting Baik Kurang
Catatan:(Hasil Survei Penulis/ Hipotesis)
4 3 2 1 4 3 2 1
A. Produk Core
1. Kelayakan tempat dari sudut fenomena bangunan sesuai
dengan karakter, konsep, keaslian situs menjadi tujuan
wisata spiritual.
2. Pertimbangan anda bila “mayoritas wisatawan merasa
sangat leluasa melakukan wisata spiritual berbasis alam
dan wisata spiritual berbasis laku spiritual”
3 Merupakan daya tarik wisata spiritual bagi
wisatawan yang memiliki segmen motivasi agama,
budaya, maupun pencarian jati diri
B. Produk Layanan
4. Ketersediaan dan kualitas system informasi
pariwisata (TIC, penyajian informasi fisik, dll)
5 Daya tarik wisata kuliner sebagai produk tambahan
(warung makanan dan minuman milik warga)
C. Kerangka Implementasi Organisasi Manajemen
6 Kapasitas kebijakan peran UPT dalam lingkup
pengelolaan pariwisata scope destinasi kawasan
pariwisata Gunung Tidar masih terbatas
7. Belum terbentuknya struktur kelembagaan
(Organisasi Manajemen Destinasi) kawasan
pariwisata spiritual Gunung Tidar

Catatan: Silahkan jawab sesuai dengan sikap maupun persepsi Bapak/ Ibu/ Sdr/i
 Kotak nomor 4 PALING KIRI merupakan jawaban bila anda berharap
atau memiliki ekspektasi SANGAT PENTING terhadap upaya maupun
kebijakan sehingga sesuai dengan diri anda/ sebaliknya.
 Kotak nomor 4 sebelah kanan merupakan jawaban bila anda memberikan
penilaian SANGAT BAIK terhadap indikator yang terjadi saat ini.
131

Lampiran 5. Kuisioner Lingkungan Eksternal Kawasan Pariwisata Spiritual


Gunung Tidar
KUISIONER LINGKUNGAN EKSTERNAL KAWASAN PARIWISATA
SPIRITUAL GUNUNG TIDAR
Identifikasi Responden
Nama : ............................................. Jenis Kelamin : L/P
Alamat : ............................................. Pekerjaan :
Tlp/Hp : ............................................. Tanggal :
Umur : .............................................
Petunjuk Pengisian :
Berilah Nilai pada faktor-faktor eksternalKawasan Wisata Gunung Tidar sesuai
dengan apa yang Bapak/Ibu rasakan dan tingkat kepentingannya dengan memberi
tanda (V) pada Kolom yang tersedia.
Bobot : Sangat penting = 4, penting = 3, kurang penting = 2, tidak penting = 1.
Rating : sangat baik = 4, baik = 3, kurang = 2, sangat kurang = 1.
Bobot Rating
Sangat Tidak Sangat Sangat
No Penting Penting Baik Kurang
. Variabel/ Indikator

4 3 2 1 4 3 2 1
A Ekonomi
1. Adanya dana untuk pengembangan masyarakat
pariwisata Kawasan Gunung Tidar
2. Kualitas tingkat konsumsi atau belanja para peziarah
3. Adanya produk sarana/ lahan sekitar Kawasan Gunung
Tidar yang dibangun/ disediakan oleh pemerintah untuk
masyarakat dalamberusaha
B Ekologi
4. Penetapan batas jumlah wisatawan di Kawasan
5. Penyuluhan dan mengatur pembuangan sampah
6. Penyuluhan prioritas pentingnya penggunaan produk
ramah lingkungan
7. Peran masyarakat dalam aksi konservasi lingkungan
sekitar
C. Sosial
8. Jumlah stakeholder (pemangku kepentingan) dalam
kolaborasi pelibatan pengelolaan pariwisata spiritual
9. Upaya pendidikan pengelolaan jasa pariwisata
10 Kekuatan organisasi komunitas dalam kontrol sosial
.
11 Pembagian peran yang adil laki laki dan perempuan dan
. generasi muda
D. Budaya
12 Kecenderungan dominasi satu ragam budaya dalam
. karakter ‘Tidar’ saat ini.
132

13 Peran pemerintah dalam menggalakkan perlindungan


warisan budaya untuk meminimalisir subyektifitas dalam
mewarnai corak dan karakter Kawasan Gunung Tidar.
14 Upaya pelurusan sejarah Gunung Tidar

Catatan: Silahkan jawab sesuai dengan sikap maupun persepsi Bapak/ Ibu/ Sdr/i
 Kotak nomor 4 PALING KIRI merupakan jawaban bila anda berharap
atau memiliki ekspektasi SANGAT PENTING terhadap upaya maupun
kebijakan sehingga sesuai dengan diri anda/ sebaliknya.
 Kotak nomor 4 sebelah kanan merupakan jawaban bila anda memberikan
penilaian SANGAT BAIK terhadap indikator yang terjadi saat ini.
133
134
135
136

Lampiran7.Daftar Informan / Responden Stakeholders


No Nama Jabatan/ Instansi Kalangan
1 Sdr. Jontek Karyawan, CV Lakutama (Biro Swasta
Permana Perjalanan “Spiritual Odyssey”) (Biro Perjalanan)
Alamat: Jalan Panembahan, Kecamatan
Keraton, Yogyakata, Telp:
08156808xxx, 081224545xxx
2. Bpk. Drs. Hartoko Kepala Dinas Pemuda, Olah raga, Aparat
Budaya dan pariwisata Kota magelang Pemerintah
Telp. 081328091xxx Pengambil
Kebijakan
3. Ibu Sutijah Juru Kunci Makam Gunug Tidar, Tokoh
Alamat: Tejosari RT 07 RW 07 Masyarakat
Kelurahan Magersari. Telp. Magersari
085728192xxx (Juru Kunci)
4 Bpk Sus Anggoro, Ketua Dewan Kesenian Kota Magelang Budayawan Kota
SE Kota Magelang, Alamat: Jln Salak No Magelang
2, Kramat Magelang, Telp:
08156800xxx
5 Ibu Sri Subekti, SE Kabid. Pariwisata Dinas Pemuda, Olah Pakar Pariwisata
Raga, Budaya dan Pariwisata Kota
Magelang. Telp: 08562887xxx
6 Bpk Tatak. BIA Pengajar di SMA N 1 Magelang, Tokoh
Mantan Ketua RW Kelurahan Masyarakat
Magersari. Alamat: Kelurahan Magersari
Magersari
7 Bpk. Susilo Budayawan (Disporabudpar Kota Seniwan/
Handoyo, S. Sen Magelang) Jalan Gatot Subroto, Kota Budayawan
magelang, Telp. 08587818xxx
8 Bpk. Iwan Triteny Ka.Sub Bid. Pendidikan, Pemuda Pakar
Setyadi, ST. MT Olahraga, kebudayaan, & Pariwisata,Pembangunan
BAPPEDA Kota Magelang. Alamat Bidang
Tinggal: Bumi Prayudan, Magelang Pariwisata
(Bappeda)
9 Bpk Sabdalangit Ae Pimpinan Forum Budaya KKS Praktisis Spiritual
Banyusegoro, SIP, (Kadang Kadeyan Sabdalangit), web: dan Budayawan
MM http://kadangkadeyan.sabdalangit.net
10 Bpk. Widodo Kepala UPT Kawasan Gunung Tidar, Pihak Pengelola
Dispeterikan Kota Magelang Konservasi
Gunung Tidar
(Dispeterikan
Kota Magelang)
11 Bpk. Supardi Petugas Jagawana Kawasan Gunung Informan
Tidar dan Pengurus Paguyuban Masyarakat
Sahabat Gunung Tidar
137

Lampiran 8. Daftar Responden Wisatawan Penilaian Persepsi Terhadap


Eleman Wisata Spiritual
No Nama Alamat Wisatawan
1 Bagus Prasetya. A Semarang Spiritual
2 Prayit Wiyoko Malang Spiritual
3 Kholik Jepara Spiritual
4 Adi Swandono Sleman Spiritual
5 Sunarto Yogyakarta Spiritual
6 Irwan K Bekasi/ Kulonprogo Spiritual
7 Agus Supriyono Semarang Spiritual
8 Andi M. Solikhin Muntilan Magelang Spiritual
9 Yulianto Bintaro Spiritual
10 Indra Krstiawan Jakarta/ Kota magelang Spiritual
11 Rizal Purworjo Religi
12 Bayu Blitar Religi
13 Farchan Nur Rochman Jakarta/ Magelang Religi
14 Amin Fandoli Jepara Religi
15 Iwan Purnomo Muntilan Magelang Religi
16 Andriyanto Muntilan, magelang Religi
17 Junaedi Muntilan Magelang Religi
18 Haris Rismedi - Religi
19 Heru Nugroho Jombang, Jatim Religi
20 Mul Anwari Mungkid, Magelang Religi
138

Lampiran 9. Ringkasan Hasil Observasi dan Wawancara


1. Bagaimana dengan sejarah Gunung Tidar?
(data sekunder, Bappeda, 2015)
2. Bagaimana yang dimaksud dengan kawasan pariwisata spiritual Gunung Tidar?
(data sekunder, Bappeda, 2015 )
WAWANCARA TERHADAP INFORMAN BAPPEDA
“Kawasan Pariwisata Gunung Tidar kita mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah,
jadi didalam kawasan pariwisata terdiri dari ring 1, 2,3, 4. Untuk lebih jelasnya silahkan
anda saya pinjamkan masterplan Kawasan Gunung Tidar dan silahkan kaji sendiri”

3. Sejauh mana masyarakat ikut ambil bagian dalam musyawarah untuk menusun atau
merencanakan pengembangan pariwisata?

WAWANCARA TERHADAP INFORMAN UPT KAWASAN GUNUNG TIDAR


Saat ini masyarakat kami beri hak untuk menarik Kas dari pengunjung.

4. Sejauh mana masyarakat ikut serta atau ambil bagian dalam kegiatan pelaksanaan adanya
pariwisata?

WAWANCARA TERHADAP INFORMAN UPT KAWASAN GUNUNG TIDAR


Masyarakat kami beri hak dalam memungut retribusi parker motor, sebagian masyarakat
kami rekrut untuk jadi petugas Jagawana yang selama ini dari pihak Dispeterikan dengan
system kontrak kerja. Tupoksi berada dalam struktur Dispeterikan

5. Bagaimana kelayakan tempat dari sudut bangunan sesuai karakter, konsep, keaslian situs
maupun relevansinya dengan sejarah/ legenda sehingga menjadi dastisasi pariwisata spiritual?

WAWANCARA TERHADAP PRAKTISI SPIRITUAL


Menurut saya Gunung Tdar masih ada kecenderungan dominasi satu religi identitas local
yang masih samar atau disamarkan karakter Jawa kurang kuat.
6. Bagaimana harapan atau ekspektasi dalam upaya pengembangan tempat sesuai karakternya?
WAWANCARA TERHADAP PRAKTISI SPIRITUAL
Sebagai identitas budaya dan spiritual yang benar – benar sesuai dengan akarnya objektifitas
history atau pelurusan sejarah menjadi sangat penting dilakukan.

7. Bagaimana pendapat anda tentang daya tarik wisata spiritual apa saja yang ada di Gunung
Tidar?
WAWANCARA TERHADAP PRAKTISI SPIRITUAL
Bagaimana persepsi Bapak tentang wisata spiritual berbasis konsul
Kiai tidak objektif melihat sejarah dan tidak mendalam ilmu spiritualnya

8. Bagaimana dengan ketersediaan daya tarik yang menyediakan bagi segmen wisatawan
motivasi budaya, agama, maupun spiritual?
WAWANCARA TERHADAP INFORMAN UPT KAWASAN GUNUNG TIDAR
“Saat ini kelengkapan untuk menunjang pariwisata di Gunung Tidar, keberadaan UPT belum
ke arah sana. Tetapi untuk pengelolaan menjaga konservasi dan pelestarian itu memang
sudah tugas kami yang sudah tercantum dalam Perwal. Peran UPT dalam manajemen
pengunjung memang kita sadari masih harus banyak belajar dan bekerjasama dengan
Disporabudpar.” (Wawancara Tanggal 27 Maret 2015)

9. Bagaimana ekspektasi bapak untuk kawasan wisata Gunung Tidar? Produk tambahan apa saja
yang relevan menurut Bapak?
WAWANCARA TERHADAP INFORMAN WISATAWAN
139

“Papan Informasi mengenai sejarah seharusnya juga dibangun karena saya lihat di
Kawasan ini lagi banyak dibangun sarana prasarana. Alangkah bagus jika juga dibuat
papan profil mengenai cerita sejarah di Gunung Tidar supaya anak cucu kita bisa
belajar dengan mudah” (Wawancara Tanggal 27 Maret 2015)

10. Bagaimana tentang fasilitas pendukung yang ada selama ini?

WAWANCARA TERHADAP INFORMAN UPT KAWASAN GUNUNG TIDAR


“Saat ini kelengkapan untuk menunjang pariwisata di Gunung Tidar, keberadaan UPT
belum ke arah sana. Tetapi untuk pengelolaan menjaga konservasi dan pelestarian itu
memang sudah tugas kami yang sudah tercantum dalam Perwal. Peran UPT dalam
manajemen pengunjung memang kita sadari masih harus banyak belajar dan
bekerjasama dengan Disporabudpar.” (Wawancara Tanggal 27 Maret 2015)
WAWANCARA TERHADAP INFORMAN WISATAWAN
Warung makan keliatannya sih kurang menarik saja, saya malah berharap ada tempat
yang nyaman untuk ngopi atau sambil melihat lalu lalang orang berziarah” (Wawancara
tanggal 31 Maret 2015).

11. Bagaimana kapasitas UPT Kawasan Gunung Tidar dalam manajemen destinasi pariwisata?
WAWANCARA TERHADAP INFORMAN UPT KAWASAN GUNUNG TIDAR
“Tugas UPT dalam kaitanya dengan manajemen pariwisata tidak dijelaskan secara
detail dalam Perwal No. 47 Tahun 2015. Dalam pengelolaan pariwisata secara terpadu
saat ini kita bekerja sama dengan dinas – dinas terkait. Misalanya untuk menangani
tentang promosi kita bekerjasama dengan Disporabudpar karena wewenang dalam
promosi mereka yang lebih andil berperan. Sedangkan saat ini juga yang menarik karcis
wisata kita memberikan hak kepada masyarakat desa” (Hasil wawancara tanggal 31
Maret 2015)
12. Bagaimana struktur organisasi yang telah terbentuk?
(Data primer, Dispeterikan, 2015)
WAWANCARA TERHADAP INFORMAN UPT KAWASAN GUNUNG TIDAR
“Saat ini kalau struktur organisasi gabungan tidak ada, kita hanya bermitra.”

13. Bagaimana upaya pemerintah dalam memberdayaakan masarakat


mengingat saat ini ada pedagang yang berjualan di area inti Kawasan
Gunung Tidar?
WAWANCARA TERHADAP INFORMAN UPT KAWASAN GUNUNG TIDAR
“Ketersediaan kawasan pendukung sebagai lokasi khusus untuk berjualan warga
masyarakat saat ini belum ada, kecuali di area parkir. Untuk pedagang yang berjualan
di area konservasi karena mereka dari penduduk bawah kami toleransi. Tetapi nantinya
kawasan inti Gunung Tidar harus bebas dari kegiatan ekonomi” (Hasil wawancara
tanggal 31 Maret 2015)
140

Lampiran 10. Lampiran Dokumentasi Foto

DISPORABUDPAR KOTA MAGELANG


Sumber: Dok. Rey Widyaradja, 2015

Gunung Tidar, Tampak dari ARTOS Jalur Hijau dan Gunung Tidar di Jalan Ikhlas
Sumber: Dok. Penulis, 2015 Sumber: Dok. Penulis, 2015

Pintu Masuk Gerbang Utama di


Parkir Komunal Bis dan Food Court
Terminal Komunal Bis, jalan Ikhals
Sumber: Dok Penulis, 2015
Magelang
Sumber: Dok. Penulis, 2015

Tembok batas Kawasan Gunung Tidar Pintu Masuk Kawasan mikro Gunung
(kawasan mikro)dengan zona mezzo, Tidar,di Kampung Tejosari
posisi perbatasan yang merupakan Ring3 Sumber: Dok. Penulis, 2015
Sumber: Dok Penulis, 2015
141

Kantor Kelurahan Magersari


Sumber: Dok. Penulis, 2015

Diskusi terbuka sebelum mengisi kuisioner dan


Wawancara kepada Ibu Sri Subekti Kabid. wawancra. Sus Anggoro dan Susilo Handoyo
Pariwisata, Disporabudpar Kota Magelang selaku Pimpinan Dewan Seni Kota Magelang dan
Sumber: Dok. Rey Widyaradja, 2015 Pakar Budaya
Sumber: Dok. Rey Widaraja, 2015

Drs. Hartoko, Kegiatan Pengisian Kuisioner Penilaian dan Pembobotan Faktor Internal
dan Eksternal Kawasan Pariwisata Spiritual Gunung Tidar
Sumber: Dok. Rey Widyaraja, 2015
142

Survei Di Kantor Bappeda Kota Magelang


Sumber: Dok Penulis, 2015

Fasilitas Mushola, Lokasi juga berada di


Fasilitas Toilet, Lokasi berada pada zona Ring
zona Ring 2 .
2 (Kawasan Mikro) Gunung Tidar
Sumber: Dok. Penulis, 2015
Sumber: Dok. Penulis, 2015

Pendopo/ Tempat Tetirah, objek – objek


serupa dapat dijumpai disepanjang jalur
hiking ke Puncak Gunung Tidar (Sumber:
Dok. Penulis, 2015)

Tugu Tiang Pancang, Berbentuk Seperti Paku,


Menurut Supardi, Berfungsi Untuk Pengibaran
Bendera Merah Putih, (Sumber, Dok Penulis,
Interior bangunan di objek makam kiai
2015)
Sepanjang (Sumber: Dok Penulis, 2015)
143

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi
Nama : Rendi Redona
Jenis Kelamin /Gol. darah : Laki- laki / B
Alamat : Dusun Trojayan RT 02 RW 03,
Kelurahan Paremono, Kecamatan,
Mungkid, Kab. Magelang,
Prov. Jawa Tengah.
Kode Pos : 56552
Tempat dan Tanggal lahir : 05 Januari 1987
Kewarganegaraan : Indonesia
Nomor Telephone : 085729450888
E-mail : rendy_dona@yahoo.co.id
Pendidikan
Periode Sekolah/ Institusi / Major
Perusahaan
1994 - 2000 SD N Paremono IV -
2000 - 2003 SMP Negeri 1 Mungkid -
2003 - 2006 SMA Negeri 1 Muntilan Ilmu Pengetahuan Sosial
20 September Pusat Pelatihan Bahasa Bahasa Jepang dan Teknik
2007 s/d 15 Jepang dan Pelatihan Etos Pengecetan Bangunan
Oktober 2007 Kerja Yatsuka IMM, Japan
15 Desember Sekolah Kursus LPK Kursus Operator Komputer
2010 s/d 15 Harapan Bangsa Program Ms Word & Ms Excel
Januari 2011
2011 - 2015 Sekolah Tinggi Pariwisata Program Sudi (S-1) Pariwisata
AMPTA Yogyakarta Jurusan Hospitality
Pengalaman Kerja dan Berorganisasi
2003 s/d 2006 : Anggota Kelompok Pecinta Alam SMA Negeri 1
Muntilan.
2007 s/d 2010 : Operator Produksi Material Bangunan,
Spesifikasi Pekerjaan Pengecetan Bangunan dan
Forklift Truck Operator,di Takinokakouzai, Ltd.
Japan.
2011 (2 bulan) : Casual F&B Service ,di LPP Garden Hotel, Yk.
2012 s/d 2015 : Anggota Organisasi Mahasiswa Pecinta Alam,
KAPALA “AMPTA” Yogyakarta.
2012 s/d 2013 : Sekretaris Himpunan Mahasiswa Hospitality,
Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta.
2012 s/d ~ : Forum Budaya “Kadang Kadeyan
Sabdalangit”, Jln. Panembahan Kec. Keraton,
Yogyakarta.
2014 (2 bulan) : Praktek Kerja Lapangan di Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Magelang
PEMBAHASAN PERHITUNGAN INTERNAL ANALYSIS SUMARRY
Langkah 1 Langkah 2
JAWABAN RESPONDEN JAWABAN RESPONDEN
TERHADAP EKSPEKTASI PENGEMBANGAN PRODUK TERHADAP PENILAIAN KONDISI PRODUK
VARIABEL 1 2 3 4 5 6 7 JUMLAH VARIABEL 1 2 3 4 5 6 7
R 1 4 4 3 3 3 3 4 24 R 1 4 4 3 2 1 2 2
E 2 4 4 3 3 3 3 4 24 E 2 4 4 4 2 1 2 2
S 3 4 4 4 4 4 4 4 28 S 3 4 4 4 2 2 2 2
P 4 4 4 4 4 3 4 4 27 P 4 4 4 4 2 1 2 2
O 5 4 4 4 4 4 4 4 28 O 5 4 4 4 1 2 1 1
N 6 4 4 4 4 4 4 4 28 N 6 4 4 4 1 2 1 1
D 7 4 4 3 4 4 4 1 24 D 7 4 4 3 4 4 4 1
E 8 4 3 3 4 3 4 3 24 E 8 4 3 3 4 3 3 3
N 9 4 4 4 3 4 4 4 27 N 9 4 4 4 1 3 1 1
10 4 4 4 3 4 3 3 25 10 4 4 4 1 1 2 2
Jumlah 40 39 36 36 36 37 35 Jumlah 40 39 37 20 20 20 17
Rata - rata = 4 3.9 3.6 3.6 3.6 3.7 3.5 Rata - rata 4 3.9 3.7 2 2 2 1.7
Langkah 3
KONFIRMASI PROPORSI BOBOT PENGEMBANGAN PRODUK Langkah 4
VARIABEL INTERNAL HASIL INTERNAL ANALYSIS SUMARRY (IFAS)
1 0.167 0.167 0.125 0.125 0.125 0.125 0.1667 1 No Variabel Bobot Proporsi Rating
2 0.167 0.167 0.125 0.125 0.125 0.125 0.1667 1 1 1 0.1552 4 0.6206
3 0.143 0.143 0.143 0.143 0.143 0.143 0.1429 1 2 2 0.151 3.9 0.5888
4 0.148 0.148 0.148 0.148 0.111 0.148 0.1481 1 3 3 0.1385 3.7 0.5124
5 0.143 0.143 0.143 0.143 0.143 0.143 0.1429 1 4 4 0.1391 2 0.2782
6 0.143 0.143 0.143 0.143 0.143 0.143 0.1429 1 5 5 0.1389 2 0.2779
7 0.167 0.167 0.125 0.167 0.167 0.167 0.0417 1 6 6 0.1428 2 0.2856
8 0.167 0.125 0.125 0.167 0.125 0.167 0.125 1 7 7 0.1345 1.7 0.2286
9 0.148 0.148 0.148 0.111 0.148 0.148 0.1481 1 1 2.7923
10 0.16 0.16 0.16 0.12 0.16 0.12 0.12 1
1.552 1.51 1.385 1.391 1.389 1.428 1.3449 10
Proporsi
Bobot 0.155 0.151 0.138 0.139 0.139 0.143 0.1345 1
Responden 1 ( Jontek Permana), 2 (Drs. Hartoko), 3(Ibu Sutijah/Juru Kunci), 4(Bpk Sus Anggoro/Budayawan), 5 (Ibu Sri Subekti/Pariwisata), 6 (Tatak Bia),7 (Bpk Susilo
Handoyo), 8 (Iwan TS), 9 (Sabdalangit), 10 (Bpk Widodo)
PEMBAHASAN PERHITUNGAN EKSTERNALL ANALYSIS SUMARRY
Langkah 1
KONFIRMASI JAWABAN RESPONDEN PIHAK TERKAIT TENTANG TINGKAT KEPENTINGAN PENGARUH LINGKUNGAN EKSTERNAL
Ekonomi Ekologi Sosial Budaya
VARIABEL Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
R 1 4 3 3 1 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 48
E 2 4 3 4 1 4 2 3 4 4 3 3 3 4 1 43
S 3 4 4 4 2 4 4 4 2 4 2 3 4 4 4 49
P 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 1 1 4 1 44
O 5 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 50
N 6 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 2 4 4 4 50
D 7 3 4 4 3 4 2 4 3 4 3 2 2 1 1 40
E 8 4 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3 2 4 4 45
N 9 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 52
10 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 2 4 4 2 50
Jumlah 39 35 38 23 39 34 38 35 38 33 22 31 37 29 471
Rata - rata = 3.9 3.5 3.8 2.3 3.9 3.4 3.8 3.5 3.8 3.3 2.2 3.1 3.7 2.9

Langkah 2
JAWABAN RESPONDEN TERHADAP PENILAIAN KONDISI LINGKUNGAN
VARIABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
R 1 4 3 3 1 3 2 3 3 3 3 3 2 2 1
E 2 4 3 4 1 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3
S 3 4 4 4 2 4 4 4 2 3 2 3 4 4 4
P 4 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1
O 5 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2
N 6 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 1 1 1
D 7 3 4 4 3 4 2 4 4 4 3 2 3 1 1
E 8 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3
N 9 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 3 1 2 1
10 4 4 2 2 2 2 2 3 3 2 2 1 1 1
Jumlah 30 32 28 19 27 23 29 26 26 23 24 21 21 18
Rata - rata 3 3.2 2.8 1.9 2.7 2.3 2.9 2.6 2.6 2.3 2.4 2.1 2.1 1.8
Responden 1 (Jontek Permana),2 (Drs. Hartoko), 3(Ibu Sutijah/Juru Kunci), 4(Bpk Sus Anggoro/Budayawan),
5 (Ibu Sri Subekti/Pariwisata), 6 (Tatak Bia),7 (Bpk Susilo Handoyo), 8 (Iwan TS), 9 (Sabdalangit), 10 (Bpk Widodo)
Langkah 3
KONFIRMASI PROPORSI BOBOT PENGARUH LINGKUNGAN
VARIABEL EKSTERNAL
1 0.083 0.063 0.063 0.021 0.083 0.083 0.083 0.083 0.083 0.063 0.063 0.063 0.083 0.083 0.479
R 2 0.093 0.070 0.093 0.023 0.093 0.047 0.070 0.093 0.093 0.070 0.070 0.070 0.093 0.023 0.488
E 3 0.082 0.082 0.082 0.041 0.082 0.082 0.082 0.041 0.082 0.041 0.061 0.082 0.082 0.082 0.531
S 4 0.091 0.068 0.091 0.045 0.091 0.091 0.091 0.091 0.091 0.091 0.023 0.023 0.091 0.023 0.568
P 5 0.080 0.060 0.080 0.040 0.080 0.080 0.080 0.080 0.080 0.080 0.020 0.080 0.080 0.080 0.500
O 6 0.080 0.080 0.080 0.080 0.080 0.080 0.080 0.060 0.060 0.040 0.040 0.080 0.080 0.080 0.560
N 7 0.075 0.100 0.100 0.075 0.100 0.050 0.100 0.075 0.100 0.075 0.050 0.050 0.025 0.025 0.600
D 8 0.089 0.067 0.067 0.044 0.067 0.067 0.089 0.067 0.067 0.089 0.067 0.044 0.089 0.089 0.489
E 9 0.077 0.077 0.077 0.038 0.077 0.077 0.077 0.077 0.077 0.077 0.038 0.077 0.077 0.077 0.500
N 10 0.080 0.080 0.080 0.080 0.080 0.060 0.060 0.080 0.080 0.080 0.040 0.080 0.080 0.040 0.520
Jumlah 0.830 0.746 0.812 0.488 0.832 0.716 0.811 0.747 0.812 0.705 0.471 0.648 0.780 0.602 10.000
Proporsi
Bobot 0.083 0.075 0.081 0.049 0.083 0.072 0.081 0.075 0.081 0.070 0.047 0.065 0.078 0.060 1.000
Responden 1 (Jontek Permana),2 (Drs. Hartoko), 3(Ibu Sutijah/Juru Kunci), 4(Bpk Sus Anggoro/Budayawan),
5 (Ibu Sri Subekti/Pariwisata), 6 (Tatak Bia),7 (Bpk Susilo Handoyo), 8 (Iwan TS), 9 (Sabdalangit), 10 (Bpk Widodo)
Langkah 4
HASIL EKSTERNAL ANALYSIS SUMARRY (EFAS)
No Variabel Bobot Proporsi Rating Bobot x Rating
1 1 0.0829 3 0.2489
2 2 0.0745 3.2 0.2386
3 3 0.0811 2.8 0.2272
4 4 0.0488 1.9 0.0927
5 5 0.0832 2.7 0.2247
6 6 0.0715 2.3 0.1646
7 7 0.0811 2.9 0.2353
8 8 0.0746 2.6 0.1941
9 9 0.0812 2.6 0.2112
10 10 0.0704 2.3 0.1621
11 11 0.0471 2.4 0.1131
12 12 0.0647 2.1 0.1360
13 13 0.0779 2.1 0.1637
14 14 0.0601 1.8 0.1083
1 2.5210

Anda mungkin juga menyukai