Disusun Oleh :
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
DAFTA ISI ............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1.Latar belakang ............................................................................................... 1
1.2.Dasar Hukum ................................................................................................ 3
1.3.Tujuan diklat ................................................................................................. 3
1.4.Sasaran Diklat ............................................................................................... 4
BAB II PELAKSANAAN DIKLAT ........................................................................... 5
2.1. standar Kompetensi ..................................................................................... 5
2.2 Sruktur Program dan Materi ......................................................................... 7
2.3. Metode ......................................................................................................... 8
2.4. Buku / Bahan Ajar ....................................................................................... 8
2.5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan.................................................................. 8
2.6. Hambatan / Kendala dan Solusi .................................................................. 8
2.7 Hasil Evaluasi Peaksanaan Diklat ................................................................ 9
BAB III PENUTUP .................................................................................................11
3.1. Simpulan .....................................................................................................11
3.2. Saran ...........................................................................................................11
LAMPIRAN-LAMPIRAN
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
.
Globalisasi dengan segala dampaknya sudah tidak dapat dibendung lagi
kedahsyatannya, dan oleh sebab itu keluarga dan sekolah harus bahu membahu
memberikan pendidikan yang terbaik untuk menyiapkan mereka memasuki zaman
yang sangat persaingannya. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa, berkarakter dan bermoral untuk membangun negeri ini.
Beberapa diantaranya yaitu pengaruh internet yang sudah merambat luas bagi
pendidikan di Indonesia. Tugas orang tua dalam mengawasi anak pada zaman serba
digital ini menjadi sebuah tantangan tersendiri. Selain mengawasi tumbuh kembang
anak, para orang tua juga harus mengawasi anak-anak mereka dalam menggunakan
teknologi dan mengakses internet. Kesadaran akan pentingnya pendidikan masih
rendah kemudian ditambah dengan faktor ekonomi yang kurang mendukung dan
pola asuh serta pola pergaulan yang kurang diperhatikan, membuat beberapa anak
usia 3-12 tahun justru terkena dampak buruk smartphone yang ada pada aplikasi,
game online dan lain sebagainya. Dampak negative yang dirasakan yaitu waktu
dalam penggunaan gadget yang tidak dibatasi sehingga menghambat proses belajar
anak, kedua yaitu adanya konten pornografi yang mulai bebas tersebar di dunia
maya.
Indonesia termasuk negara yang jumlah pengguna internetnya sangat banyak.
Dari sekitar 133 juta jiwa yang di survei pada April 2016, komposisi pengguna
internet terbanyak berdasarkan rentang usia ialah pada usia 35 sampai 44 tahun,
yaitu sekitar 39 juta jiwa. Sedangkan, pada anak-anak menempaati urutan ketiga,
yaitu sekitar 25 juta jiwa. Sisa jumlah komposisi pengguna internet lainnya pada
usia 25 sampai 34 tahun dan 55 tahun ke atas (Sumber: Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia). Artinya, sebagian besar manusia telah melakukan aktivitas
melalui internet tanpa memandang rentang usia. Hal ini didukung oleh data
pengguna internet keseluruhan di Indonesia sebanyak 281 juta jiwa, sedangkan
jumlah penduduk di Indonesia 252 juta jiwa (Sumber: Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia). Dari data tersebut terlihat bahwa jumlah pengguna internet
justru lebih banyak dari jumlah penduduk, hal ini disebabkan karena satu orang bisa
saja memiliki 2 sampai 3 handphone sekaligus. Inilah yang menyebabkan kita tidak
bisa seutuhnya menghilangkan internet dari diri kita, sebab dimanapun kita berada
internet akan tetap ada di sekeliling kita.
Fenomena di atas bukanlah fenomena yang ada sejak dahulu. Ini adalah hasil
dari proses perkembangan era digital yang berkembang setelah generasi-generasi
sebelumnya lahir. Para orang tua yang lahir antara tahun 1960 sampai 1980 kita
kenal dengan generasi X. Generasi ini adalah generasi yang belum mengenal
internet sehingga aktivitas mereka dilakukan secara mandiri tanpa ada bantuan
1
internet, meski setelahnya teknologi muncul di akhir tahun 80-an. Sedangkan,
generasi yang lahir di atas tahun 1980 hingga 1990 dikenal dengan generasi Y. Pada
generasi inilah hiruk pikuk perkembangan teknologi seperti internet dan gadget
muncul sehingga generasi ini lebih inovatif dan berpikiran terbuka dibandingkan
dengan generasi X. Setelah generasi Y, kita kenal lagi generasi Z. Generasi ini lahir
di akhir tahun 90-an, dimana terjadi ledakan inovasi teknologi di berbagai bidang
dengan akses yang semakin mudah dan murah. Hampir semua generasi Z telah
melakukan aktivitas melalui internet. Generasi Z inilah yang biasa dikenal dengan
istilah digital native.
Digital native adalah gambaran bagi seseorang (terutama anak hingga remaja)
yang sejak kelahirannya telah terpapar gencarnya perkembangan teknologi, seperti
perkembangan komputer, internet, animasi, dan sebagainya yang terkait dengan
teknologi. Hal inilah yang menyebabkan karakter serta kebiasaan digital native
cenderung berbeda dengan generasi sebelum mereka. Mereka cenderung memiliki
wawasan, pengetahuan, serta pikiran yang sangat terbuka terhadap perkembangan
teknologi, cepat menangkap berbagai informasi, dan dapat beradaptasi dalam situasi
apapun. Para digital native percaya bahwa belajar dapat dilakukan dengan cara yang
menyenangkan, misalnya sambil menonton TV, bermain games, atau
mendengarkan musik sambil menonton Youtube. Sedangkan, generasi sebelumnya
berpandangan tidak ada proses belajar yang bisa dilakukan dengan cara seperti itu.
Belajar adalah proses yang memang seharusnya tidak diiringi aktivitas
menyenangkan. Perbedaan pola pikir inilah yang membuat orang tua yang lahir
pada generasi sebelumnya kesulitan memahami digital native sehingga diperlukan
digital native education bagi mereka agar bisa mengikuti dengan baik
perkembangan zaman saat ini. Jika tidak, maka akan terjadi banyak ketimpangan
dan kesalahan yang diakibatkan oleh ketidakpahaman generasi sebelum digital
native. Misal, kita melarang anak untuk bermain games dan menjauhi gadget,
padahal anak bisa saja mendapatkannya dari orang lain. Maka yang perlu kita
lakukan adalah membantu mereka menyiapkan diri agar kuat menghadapi
kecepatan perkembangan teknologi dan tidak terbawa arus negatif yang dihasilkan
dari perkembangan teknologi. Sebab, teknologi internet juga tidak semuanya
mengandung konten negatif.
Digital native Education adalah upaya memperkenalkan dunia digital native
kepada para orangtua, serta mengedukasi mereka agar mampu mempersiapkan anak
menghadapi kencangnya perkembangan teknologi. Digital native education
melibatkan peran orangtua dalam mendampingi anaknya menghadapi era digital
sehingga ada keahlian yang harus orangtua miliki agar tidak terkecoh dengan
kecanggihan zaman sekarang. Keahlian tersebut berupa cara berkomunikasi
terhadap anak cara memproteksi gadget anak, cara membuat kesepakatan kepada
anak, dan sebagainya. Oleh sebab itu, modul ini dibuat untuk mengedukasi para
orangtua bagaimana menjadi orangtua bijak di era digital.
2
1.2 Dasar Hukum
a) PP Nomor 99 Tahun 2017 Gerakan Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga
b) PP Nomor : 101 Tahun 2002 tentang Pendidikan dan Pelatihan
Jabatan Pegawai Negeri Sipil.
c) Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1972, tentang tanggung
jawab fungsional pendidikan dan latihan
d) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 tahun 2011 Tentang
Pedoman Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga
e) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 31 Tahun 2007 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan di
Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah
f) Surat Menteri Dalam Negeri No: 890/2946/SJ Tanggal 10 Agustus
2009 tentang Pembinaan Diklat.
g) Surat Menteri Dalam Negeri No: 420/2248/SJ Tanggal 4 Agustus
2008 tentang Pedoman Penyusunan Program Diklat Tahun 2009
h) Surat Edaran Kepala Badan Diklat Depdagri No
:182.1/2799/Diklat Tanggal 28 Juli 2009 tentang Pendidikan dan
Pelatihan penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah (PPNS-D)
i) UU RI No 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan atas UU No. 11 tahun
2008 tentang Informasi dan Trasnsaksi Elektronik
3
1.4 Sasaran Diklat
Sasaran diklat yang akan kami selenggarakan adalah ibu-ibu yang menjadi
anggota Pembinaan Kesejaheraan Keluarga (PKK) di Gang Pisang Rt 02,
Kelurahan Sekaran, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang sudah dilakukan di tempat tesebut,
beberapa orang tua masih kesulitan mengontrol anak dalam penggunaan
smartphone . Jumlah peserta pelatihan adalah 30-40 orang. Jumlah ini adalah
jumlah ideal pelatihan yang dapat berjalan efektif, karena dalam pelatihan fasilitator
akan menggunakan diskusi dalam membedah kasus, simulasi penggunaan gadget
sehingga proses ini diharapkan berjalan dengan lancar dan efektif
4
BAB II
PELAKSANAAN DIKLAT
5
Kontrol Orang Mampu Mengoperasika Mengaktifkan
Tua ) mengoperasik n aplikasi pengaturan
an aplikasi Dunia Anak – sistem mode
Parenting Kontrol Orang terbatas
Control Tua Melakukan
instalasi
aplikasi
Dunia Anak –
Kontrol
Orang Tua
Mengenal
menu dalam
aplikasi
Dunia Anak –
Kontrol
Orang Tua
Mengelola
aplikasi
Dunia Anak –
Kontrol
Orang Tua
6
2.2.Struktur Program
NO. PROGRAM MATERI NARA
WAKTU
SUMBER
1. UMUM Pembukaan DIKLAT
Novi
Pengenalan Anggota Diklat 1 JP
Kurniasih
Penjelasan Sistematika Diklat
2. POKOK Pengenalan digital native
1. Definisi digital native di
era digital
2. Aktivitas Anak dengan
Gadget
3. Dampak bahaya Gadget
pada anak
4. Cara Berkomunikasi Tirami
2 JP
dengan Digital Native dan Widyawati
anak
5. Cara membuat aturan dan
dan kesepakatan
penggunaan gadget pada
anak
6. Ketrampilan menghadapi
anak Digital Native
Pengaturan Youtube 2 JP
M. Zaki
Melakukan pengaturan sistem
Ahadiat
mode terbatas
2.3.Metode
Metode/Strategi penyampaian, pengorganisasian dan
pengelolaan yang akan digunakan dalam penyelenggaraan diklat
adalah ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan diskusi dalam kelompok
PKK. Pelatihan ini dirancang dengan menggunakan pendekatan
andragogi, yaitu proses untuk melibatkan peserta didik dewasa ke
dalam suatu struktur pengalaman belajar.
2.4.Buku/Bahan Ajar
Materi yang akan disampaikan kepada peserta diklat
menggunakan modul dan presentasi. Modul ini digunakan peserta untuk
pedoman serta sumber belajar selama proses diklat berlangsung.
Modul yang kami susun berisikan tentang materi diklat meliputi
tutorial-tutorial parenting digital native di era digital. (modul terlampir).
2.5.Waktu dan Pelaksanaan
Diklat DIKLAT PARENTING GADGET di Era Digital (Digital Native
Education) pada Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Gang Pisang
SEKARAN pada :
Hari : Minggu dan Sabtu
Tanggal : 04 November Dan 17 November 2018
Waktu : Hari 1 (15.00 s/d 17.30 WIB)
Hari 2 (09.00 s/d 11.30 WIB)
Tempat : Gang Pisang Rt. 2 Rw. 3 Sekaran Gunungpati, Semarang
Jumlah Peserta : 35 orang
Tenaga Pengajar: 2 orang
2.6.Hasil Hambatan dan Solusi
2.6.1. Hambatan dan Solusi
1) Pra kegiatan
a) Analisis Kebutuhan
Hambatan saat melakukan analisis kebutuhan dikarenakan
kompleksnya masalah yang dihadapi masyarakat di jaman
sekarang. Solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan terjun
langsung ke masyarakat agar mengetahui apa yang mereka
butuhkan.
8
b) Pemilihan Materi
Hambatan yang kami rasakan selanjutnya adalah menentukan dan
memilih materi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Analisis pemilihan materi yang kami lakukan dengan cara
mendata aplikasi terkait kontrol terhadap anak dan aplikasi yang
kami pilih adalah Aplikasi Dunia Anak karna mudah
penggunaannya dan cakupan yang dimiliki sangat luas.
2) Pelaksanaan Kegiatan
a) Peserta
Sasaran dari diklat yang kami lakukan adalah Ibu-ibu PKK dan
anggota posyandu di gang Pisang. Namun tidak semua anggota
PKK di gang Pisang tersebut merupakan anggota posyandu. Hal
ini menyebabkan jumlah peserta pada hari pertama dan kedua
kegiatan berubah-ubah.
b) Tempat Pelaksanaan
Hambatan lain dalam penyelenggaraan diklat Parenting yang
dilaksanakan adalah keterbatasan tempat. Tidak tersedianya
tempat yang kondusif dalam pelaksanaan kegiatan sehingga
akhirnya diklat dilaksanakan di rumah warga.
3) Pasca kegiatan
a) Tindak lanjut kegiatan
Hambatan lain dalam pelaksanaan diklat adalah menentukan
follow-up setelah kegiatan diklat berakhir. Kegiatan selanjutnya
agar lebih ditingkatkan dan dikembangkan dalam segi proses
pembelajaran, fasilitator, fasilitas penunjang.
2.7. Hasil Evaluasi Pelaksanaan DIKLAT
a. Keberhasilan Program
Setelah kegiatan Diklat selesai dilaksanakan tahap selanjutnya akan
diadakan kegiatan evaluasi untuk peserta diklat. Evaluasi peserta diklat
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman dan penguasaan
materi oleh peserta mengenai Digital Native yang telah disampaikan. Teknik
evaluasi yang digunakan didalam pelaksanaan diklat ini adalah penyebaran
angket . Dari panitia akan memberikan angket kepada peserta diklat terkait
materi Digital Native yang telah disampaikan, kemudian peserta diberi
waktu untuk menjawab pernyataan dalam angket tersebut. Berdasarkan hasil
jawaban peserta diklat maka dapat diketahui seberapa besar keberhasilan
program diklat yang telah kami dilaksankan. Dari hasil tersebut menunjukan
bahwa program diklat yang telah kami laksanakan berhasil tapi belum
maksimal. Dinyatakan berhasil karena ibu-ibu PKK di Gang Pisang merasa
terbantu dan menambah pengetahuan mereka tentang Digital Native serta
9
membantu mereka dalam mengontrol dan mendidik anaknya menggunakan
Gadget. Namun keberhasilan Diklat Perenting Gadget yang telah kami
laksanakan belum maksimal dikarenakan waktu yang kita miliki dalam
melakukan pelatihan terbatas . Untuk angket terlampir.
b. Respon Peserta
Respon peserta saat pelaksaan diklat sangat baik, karena mereka menerima
materi yang kita berikan. Ada beberapa PKK yang menyarankan supaya
diklat ini ada tindak lanjut untuk hasil yang maksimal dan dapat
mengedukasi PKK gang pisang dalam mendidik dan mengontrol
penggunaan Gadget anaknya.
c. Fasilitator
Fasilitas dalam kegiatan diklat Parenting Gadget di Era digital untuk PKK
gang pisang Sekaran sudah cukup memadai. Terlihat dari beberapa
perlengkapan yang disediaakan oleh tim penyelenggara diklat untuk
mendukung proses pelaksanaan contohnya : LCD proyektor, Seperangkat
sound, print out modul, instrumen evaluasi, dan lain lain
d. Penyelenggara/Panitia
Kerjasama antar panitia cukup bagus dalam penyenggaraan program diklat
ini. Persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan sudah di persiapakan
sedemiakian rupa untuk menunjang keberhasilan program diklat.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Perkembangan global terus meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Hal
tersebut mempengaruhi banyak segmentasi termasuk di dalam segi pendidikan.
Orang tua sebagai guru atau pengajar pertama dalam kehidupannya, perlu lebih
ekstra untuk memberikan pengetahuan kepada anak-anaknya di era digital seperti
sekarang ini. Pengetahuan atau berbagai hal dapat dicari secara instan dengan internet
pada era saat ini maka dari itu orang tua perlu mengontrol pembatasan apa yang
dilihat, didengar, dan dibaca oleh anaknya, agar anak tidak melihat atau mendengar
sesuatu yang tidak sesuai dengan umur mereka.
Adanya program pendidikan dan pelatihan Digital Parenting Gadget ini
bermaksud agar memberikan pengetahuan kepada para orang tua khususnya ibu-ibu
yang berada di Gang Pisang agar dapat mengetahui dampak dari era digital. Selain
itu, untuk memberikan pengetahuan mengenai cara mengendalikan atau mengontrol
apa yang anak lihat saat menggunakan internet. Metode yang digunakan dalam
melakukan diklat yaitu ceramah, diskusi dan tanya jawab. Buku ajar yang digunakan
yaitu modul. Diklat ini berlangsung selama dua hari pada tanggal 4 November dan
17 November 2018. Jumlah peserta sekitar 35 orang yang hadir dalam pendidikan
dan pelatihan dan tenaga pengajar terdiri dari dua orang.
Keberhasilan program diklat ini cukup berhasil, karena ibu-ibu yang
sebelumnya belum mengetahui terkait digital native dan dampaknya menjadi tau dan
membiasakan pembatasan penggunaan gadget kepada anak nya. Walaupun dalam
penyampaian materi diklat dikenai waktu yang terbatas dan suasana yang cukup
ramai. Namun, hambatan tersebut bisa diatasi dengan pengondisian anak-anak dan
dengan adanya layar proyektor yang dapat memudahkan tutorial yang disampaikan.
3.2. Saran
Sebaiknya diklat parenting gadget ini dilakukan tindak lanjut untuk dapat
memaksimalkan hasil pelatihan kepada ibu PKK, baik pengetahuan terkait materi
Parenting Gadget lebih dapat terserap kepada sasaran diklat itu sendiri. Serta adanya
perizinan kepada lembaga daerah tersebut agar kegiatan diklat yang dilaksanakan.
11
LAMPIRAN 1
RANCANGAN KURIKULUM
Disusun
Oleh :
Mengetahui,
Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang
KURIKULUM DIKLAT ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas izinNya
kami dapat meyellenggarakan Diklat dengan judul program : “Parenting Gadget
di era Digital (Digital Natïve Education) pada Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga (PKK) Gang Pisang SEKARAN” dapat diselesaikan dengan baik.
Modul ini disusun berdasarkan pelatihan yang telah dilakukan dengan tema “Aku
Cerdas Berinternet”
Dokumen kurikulum ini dikembangkan berdasarkan permasalahan yang
kita hadapi di era digital saat ini. Seiring dengan perkembangan gadget yang sangat
cepat, tidak dapat dipungkiri gadget bagaikan dua mata pisau yang memiliki
dampak positif dan dampak negatif. Selama ini anak sebagai bagian dari pengguna
gadget, menggunakan gadget hanya untuk bermain games dan mencari informasi di
internet tanpa mengetahui cara terhindar dari bahaya gadget yang digunakannya
diantaranya konten pornografi.
Untuk itu, Modul ini dibuat sangat dinamis sehingga tidak menutup
kemungkinan adanya perubahan dalam penggunaannya. Harapan kami, Modul ini
dapat memberikan manfaat dalam mendukung turunnya angka anak korban
pornografi.
Penulis
KURIKULUM DIKLAT 3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
KURIKULUM DIKLAT 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Latar Belakang
.
Globalisasi dengan segala dampaknya sudah tidak dapat dibendung lagi
kedahsyatannya, dan oleh sebab itu keluarga dan sekolah harus bahu membahu
memberikan pendidikan yang terbaik untuk menyiapkan mereka memasuki zaman
yang sangat persaingannya. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa, berkarakter dan bermoral untuk membangun negeri ini.
Beberapa diantaranya yaitu pengaruh internet yang sudah merambat luas bagi
pendidikan di Indonesia. Tugas orang tua dalam mengawasi anak pada zaman serba
digital ini menjadi sebuah tantangan tersendiri. Selain mengawasi tumbuh kembang
anak, para orang tua juga harus mengawasi anak-anak mereka dalam menggunakan
teknologi dan mengakses internet. Kesadaran akan pentingnya pendidikan masih
rendah kemudian ditambah dengan faktor ekonomi yang kurang mendukung dan pola
asuh serta pola pergaulan yang kurang diperhatikan, membuat beberapa anak usia 3-
12 tahun justru terkena dampak buruk smartphone yang ada pada aplikasi, game
online dan lain sebagainya. Dampak negative yang dirasakan yaitu waktu dalam
penggunaan gadget yang tidak dibatasi sehingga menghambat proses belajar anak,
kedua yaitu adanya konten pornografi yang mulai bebas tersebar di dunia maya.
Indonesia termasuk negara yang jumlah pengguna internetnya sangat banyak.
Dari sekitar 133 juta jiwa yang di survei pada April 2016, komposisi pengguna
internet terbanyak berdasarkan rentang usia ialah pada usia 35 sampai 44 tahun, yaitu
sekitar 39 juta jiwa. Sedangkan, pada anak-anak menempaati urutan ketiga, yaitu
sekitar 25 juta jiwa. Sisa jumlah komposisi pengguna internet lainnya pada usia 25
sampai 34 tahun dan 55 tahun ke atas (Sumber: Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia). Artinya, sebagian besar manusia telah melakukan aktivitas melalui
internet tanpa memandang rentang usia. Hal ini didukung oleh data pengguna internet
keseluruhan di Indonesia sebanyak 281 juta jiwa, sedangkan jumlah penduduk di
Indonesia 252 juta jiwa (Sumber: Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia).
Dari data tersebut terlihat bahwa jumlah pengguna internet justru lebih banyak dari
jumlah penduduk, hal ini disebabkan karena satu orang bisa saja memiliki 2 sampai
3 handphone sekaligus. Inilah yang menyebabkan kita tidak bisa seutuhnya
menghilangkan internet dari diri kita, sebab dimanapun kita berada internet akan
tetap ada di sekeliling kita.
Fenomena di atas bukanlah fenomena yang ada sejak dahulu. Ini adalah hasil
dari proses perkembangan era digital yang berkembang setelah generasi-generasi
sebelumnya lahir. Para orang tua yang lahir antara tahun 1960 sampai 1980 kita kenal
dengan generasi X. Generasi ini adalah generasi yang belum mengenal internet
sehingga aktivitas mereka dilakukan secara mandiri tanpa ada bantuan internet,
meski setelahnya teknologi muncul di akhir tahun 80-an. Sedangkan, generasi yang
lahir di atas tahun 1980 hingga 1990 dikenal dengan generasi Y. Pada generasi inilah
KURIKULUM DIKLAT 1
hiruk pikuk perkembangan teknologi seperti internet dan gadget muncul sehingga
generasi ini lebih inovatif dan berpikiran terbuka dibandingkan dengan generasi X.
Setelah generasi Y, kita kenal lagi generasi Z. Generasi ini lahir di akhir tahun 90-
an, dimana terjadi ledakan inovasi teknologi di berbagai bidang dengan akses yang
semakin mudah dan murah. Hampir semua generasi Z telah melakukan aktivitas
melalui internet. Generasi Z inilah yang biasa dikenal dengan istilah digital native.
Digital native adalah gambaran bagi seseorang (terutama anak hingga remaja)
yang sejak kelahirannya telah terpapar gencarnya perkembangan teknologi, seperti
perkembangan komputer, internet, animasi, dan sebagainya yang terkait dengan
teknologi. Hal inilah yang menyebabkan karakter serta kebiasaan digital native
cenderung berbeda dengan generasi sebelum mereka. Mereka cenderung memiliki
wawasan, pengetahuan, serta pikiran yang sangat terbuka terhadap perkembangan
teknologi, cepat menangkap berbagai informasi, dan dapat beradaptasi dalam situasi
apapun. Para digital native percaya bahwa belajar dapat dilakukan dengan cara yang
menyenangkan, misalnya sambil menonton TV, bermain games, atau mendengarkan
musik sambil menonton Youtube. Sedangkan, generasi sebelumnya berpandangan
tidak ada proses belajar yang bisa dilakukan dengan cara seperti itu.
Belajar adalah proses yang memang seharusnya tidak diiringi aktivitas
menyenangkan. Perbedaan pola pikir inilah yang membuat orang tua yang lahir pada
generasi sebelumnya kesulitan memahami digital native sehingga diperlukan digital
native education bagi mereka agar bisa mengikuti dengan baik perkembangan zaman
saat ini. Jika tidak, maka akan terjadi banyak ketimpangan dan kesalahan yang
diakibatkan oleh ketidakpahaman generasi sebelum digital native. Misal, kita
melarang anak untuk bermain games dan menjauhi gadget, padahal anak bisa saja
mendapatkannya dari orang lain. Maka yang perlu kita lakukan adalah membantu
mereka menyiapkan diri agar kuat menghadapi kecepatan perkembangan teknologi
dan tidak terbawa arus negatif yang dihasilkan dari perkembangan teknologi. Sebab,
teknologi internet juga tidak semuanya mengandung konten negatif.
Digital native Education adalah upaya memperkenalkan dunia digital native
kepada para orangtua, serta mengedukasi mereka agar mampu mempersiapkan anak
menghadapi kencangnya perkembangan teknologi. Digital native education
melibatkan peran orangtua dalam mendampingi anaknya menghadapi era digital
sehingga ada keahlian yang harus orangtua miliki agar tidak terkecoh dengan
kecanggihan zaman sekarang. Keahlian tersebut berupa cara berkomunikasi terhadap
anak cara memproteksi gadget anak, cara membuat kesepakatan kepada anak, dan
sebagainya. Oleh sebab itu, modul ini dibuat untuk mengedukasi para orangtua
bagaimana menjadi orangtua bijak di era digital.
1.4 Dasar Hukum
j) PP Nomor 99 Tahun 2017 Gerakan Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga
k) PP Nomor : 101 Tahun 2002 tentang Pendidikan dan Pelatihan
Jabatan Pegawai Negeri Sipil.
l) Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1972, tentang tanggung
jawab fungsional pendidikan dan latihan
KURIKULUM DIKLAT 2
m) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 tahun 2011 Tentang
Pedoman Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga
n) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 31 Tahun 2007 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan di
Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah
o) Surat Menteri Dalam Negeri No: 890/2946/SJ Tanggal 10 Agustus
2009 tentang Pembinaan Diklat.
p) Surat Menteri Dalam Negeri No: 420/2248/SJ Tanggal 4 Agustus 2008
tentang Pedoman Penyusunan Program Diklat Tahun 2009
q) Surat Edaran Kepala Badan Diklat Depdagri No
:182.1/2799/Diklat Tanggal 28 Juli 2009 tentang Pendidikan dan
Pelatihan penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah (PPNS-D)
r) UU RI No 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan atas UU No. 11 tahun
2008 tentang Informasi dan Trasnsaksi Elektronik
KURIKULUM DIKLAT 3
BAB II
KURIKULUM DIKLAT
KURIKULUM DIKLAT 4
Anak – Kontrol
Orang Tua
Mengelola
aplikasi Dunia
Anak – Kontrol
Orang Tua
KURIKULUM DIKLAT 5
14.PENUNJANG Diskusi Panel 1 JP Novi
Kurnasih
Evaluasi Diklat
Dona
3) Pembagian Angket
Pariana
4) Wawancara
Penutup
Novi
Pemberian Kenang-
Kurnasih
Kenangan dan Serifikat
2.4 Silabus
KOMPETENSI MATERI INDIKATOR WAKTU
Memahami dan Konsep - Definisi digital 2 JP
mengaplikasikan digital native native di era digital
pola asuh anak di - Aktivitas Anak
(parenting
era digital dengan Gadget
digital) - Dampak positif dan
Mengoperasikan negative
aplikasi Parenting penggunaan Gadget
Control (Security pada anak
Youtube dan - Cara
Dunia Anak – Berkomunikasi
Kontrol Orang dengan Digital
Tua Native dan anak
- Cara membuat
aturan dan
kesepakatan
penggunaan gadget
pada anak
- Peran orang tua
dalam menghadapi
anak Digital Native
Mengoperasikan - Mengetahui fungsi 1 JP
Aplikasi dan manfaat kontrol
Youtube orangtua di aplikasi
Youtube.
- Mengenal menubar
dan toolbar beserta
fungsinya pada
aplikasi Youtube
- Menjelaskan
langkah- langkah
proteksi pada mode
terbatas dalam
aplikasi Youtube
- Menjelaskan
langkah langkah
mengaktifkan mode
KURIKULUM DIKLAT 6
terbatas pada
aplikasi youtube
Mengintallasi - Mengetahui fungsi 1 JP
aplikasi Dunia dan manfaat
anak- Kontrol penggunaan
aplikasi parenting
Orang tua
Gadget (Dunia
anak)
- Menjelaskan langkah
Langkah instalasi
aplikasi parenting
Gadget (Dunia anak
Kontrol orang tua)
- Menjelaskan menu
pada aplikasi
dunia anak control
orang tua
- Memasukkan dan
menjalankan serta
megontrol aplikasi-
aplikasi yang telah
diorganisir di
aplikasi Dunia
Anak
Deskripsi Materi
Materi yang akan kami sampaikan dalam diklat ini adalah Digital
native Education adalah upaya memperkenalkan dunia digital native
kepada para orangtua, serta mengedukasi mereka agar mampu
mempersiapkan anak menghadapi kencangnya perkembangan teknologi.
Digital native education melibatkan peran orangtua dalam mendampingi
anaknya menghadapi era digital sehingga ada keahlian yang
harus orangtua miliki agar tidak terkecoh dengan kecanggihan zaman
sekarang. Keahlian tersebut berupa cara berkomunikasi terhadap
anak cara memproteksi gadget anak, cara membuat kesepakatan kepada
anak, dan sebagainya.
2.5 Buku/Bahan Ajar
Materi yang akan disampaikan kepada peserta diklat menggunakan
modul. Modul ini digunakan peserta untuk pedoman serta sumber belajar
selama proses diklat berlangsung. Modul yang kami susun berisikan
tentang materi diklat meliputi tutorial-tutorial parenting digital native di
era digital. (modul terlampir)
KURIKULUM DIKLAT 7
2.6 Metode
Metode/Strategi penyampaian, pengorganisasian dan pengelolaan
yang akan digunakan dalam penyelenggaraan diklat adalah ceramah,
demonstrasi, tanya jawab dan diskusi daam kelompok PKK. Pelatihan ini
dirancang dengan menggunakan pendekatan andragogi, yaitu proses
untuk melibatkan peserta didik dewasa ke dalam suatu struktur
pengalaman belajar.
2.7 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari : Minggu
Tanggal : 04 dan 17 November 2018
Waktu : 09.00-11.30 WIB
Tempat : PKK Gang Pisang Rt 2 Sekaran- Semarang
2.8 Peserta Diklat
Kriteria peserta yang dapat mengikuti program diklat :
1. Sehat Jasmani dan Rohani
2. Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar
3. . Orang Tua (ibu PKK gang Pisang Sekaran)
4. Mampu mengoperasikan samarthphone
5. Peserta harus menaati peraturan yang dibuat oleh panitia
2.9 Tenaga Pengajar
Kriteria tenaga pengajar diklat :
1. Sehat Jasmani dan Rohani
2. Ahli dalam pengoperasian aplikasi di smartphone
3. Memenuhi syarat sebagai pembicara yang baik
2.10 Susunan Kepanitian
Nama Jabatan
Novi Kurniasih Acara. humas
1102416011
Dona Pariana Sekretaris dan
1102416014 Perkap
Tirami Widya Wati PJ Pemateri dan
1102416018 Perkap
Marsellyna Umi Pratiwi Bendahara
110216023
Zaki Ahadiat Ketua Panitia
1102416034
Eka Sedyoningrum Konsumsi, acara
1102416051
Triana Fikri Aulita Konsumsi, humas
1102416070
KURIKULUM DIKLAT 8
2.11. Sarana dan Prasarana
KURIKULUM DIKLAT 9
5. Menjelaskan Langkah
Langkah Mengaktifkan Mode
Terbatas di aplikasi Youtube.
2.13 Pembiayaan
No. Pengeluaran Jumlah
1. Penyewaan Proyektor 2x 80.000
2. Cetak Modul dan lembar Instrumen 120.000
3. Plakat 40.000
4. Mmt 2x1 36.000
Konsumsi
5. Roti 35 x @1500 = Rp. 52.500 70.500
Aqua Gelas 1 dus x @18.000 = Rp. 18.000
6. Sewa Sound 40.000
7. Plakat Kenang Kenangan 40.000
8. Doorprize Gelas 3 x @5000 15.000
9. Bolpoint Peserta 4 Pack x @10.000 40.000
10.Kuota 5Gb 60.000
11.Sertifikat -
Jumlah Total 541.500
KURIKULUM DIKLAT 10
BAB III
EVALUASI DAN SERTIFIKASI
2.11.EVALUASI
Setelah kegiatan Diklat selesai dilaksanakan maka selanjutnya akan
diadakan kegiatan evaluasi untuk peserta diklat. Evaluasi peserta diklat dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman dan penguasaan materi oleh peserta
mengenai Digital Native yang telah disampaikan.Teknik evaluasi yang digunakan
didalam pelaksanaan diklat ini adalah tes. Dari panitia akan memberikan beberapa
pertanyaan terkait materi Digital Native yang telah disampaikan, kemudian
peserta diberi waktu untuk menjawab soal tersebut. Berdasarkan hasil jawaban
maka akan dapat diketahui seberapa besar keberhasilan program diklat yang
telah dilaksankan. Untuk soal evaluasi terlampir.
2.12. SERIFIKASI
Sertifikasi dilakukan didalam program diklat dimaksudkan untuk
menunjukkan adanya bukti surat pernyatan ( Sertifikat) yang menyatakan peserta
diklat telah tuntas dalam melaksanakan program diklat. Kriteria kelulusan dalam
program diklat ini ialah peserta mengikuti serangkaian kegiatan dari awal sampai
akhir, menaati semua tata tertib yang telah ditetapkan oleh panitia. Serta peserta
dinyatakan lulus apabila peserta mampu melampaui nilai minimal yang telah
ditetapkan oleh panitia sebagai kriteria lulusan.
Kriteria kelulusan diklat Digital Native ialah peserta diklat mampu
menjawab soal yang telah diberikan dengan benar dan tepat, mampu memahami
dengan betul materi diklat digital Native yang telah di sampaikan. Untuk
desai sertifikat terlampir.
KURIKULUM DIKLAT 11
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pusat Bahasa. Indonesia: Gramedia Pustaka Utama.
Kecamatan Gunung Pati dalam Angka. 2011. kerjas sama team Bappeda
Kota Semarang dan Badan Pusat Statistik Kota Semarang
KOMPAS.com
https://lifestyle.kompas.com/read/2012/11/07/09360668/Mendampingi.Anak.Gen
erasi.Gadget (Di akses pada tanggal 12 November 2018)
MetroNews.com http://digital.metrotvnews.com/anakdigital/ (diakses pada
Tanggal 12 november 2018)
Markustianto, D (2017). Keluarga Sebagai Gadget Bagi Anak. Artikel.
https://indonesiana.tempo.co/read/7113655/2017/07/17/deasmarkustianto/kelu
arga-sebagai-gadget-bagianak (Diakses 31 Oktober 2018)
Tanenbaum, AS. Computer Networks.Prentise Hall. 1996
VandenBos, Gary. APA Dictionary of Psychology. 2007. Washington DC:
American Psychological Association.
http://health.kompas.com/read/2015/11/21/170000223/Menteri.Yohana.Ana
k.Main.Gadget.Perlu.Dikontrol (Di akses pada tanggal 12 November 2018)
http://news.liputan6.com/read/831545/30-juta-anak-melek-internet-hati-
hati-dampak-negatifnya (Di akses pada tanggal 12 November 2018)
http://female.kompas.com/read/2015/05/29/090000820/4.Dampak.Buruk.Ga
dget.Bagi.Anak (Di akses pada tanggal 12 November 2018)
https://schoolofparenting.id/gadget-mindset/ (Di akses pada tanggal 12
November 2018)
http://tekno.liputan6.com/read/2305979/manfaat-positif-teknologi-untuk-
orang-tua-dan-anak (Di akses pada tanggal 12 November 2018)
Azizah, Leni Nurul, dkk. 2017. Modul Pelatihan Parenting di Era Digital.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindugan Anak Republik
Indonesia
KURIKULUM DIKLAT 12
Evaluasi :
NO PERTANYAAN YA TIDAK
1. Apakah Anda tahu mengenai Digital
Native?
2. Menurut Anda apakah pengetahuan
tentang Digital Native penting untuk
orang tua?
3. Pernahkan Anda mendapatkan
pelatihan tentang Digital Native
sebelumnya?
4. Menurut Anda apakah gadget
berpengaruh buruk terhadap anak?
5. Perlukah mengontrol anak dalam
mengakses internet?
6. Perlukah mengontrol anak dalam
penggunaan gadget?
7. Menurut Anda apakah tindakan
kontrol yang Anda lakukan itu sudah
tepat ?
8. Apakah sebelumnya Anda sudah
menggunakan aplikasi Dunia Anak?
9. Apakah Anda bisa mengoperasikan
aplikasi dunia anak?
10. Apakah setelah Anda mengenal
Aplikasi dunia anak memundahkan
anda dalam mengontrol anak?
KURIKULUM DIKLAT 13
KURIKULUM DIKLAT 14
KURIKULUM DIKLAT 15
KURIKULUM DIKLAT 16