Latar belakang munculnya Koordinasi Strategis ini merupakan penugasan dari bapak Menteri PPN, yang mendapat tanggapan dari beberapa daerah
tentang besarnya potensi EBT di daerah tersebut, tetapi tidak kunjung dibangun. Serta banyak tawaran dari negara lain untuk membantu
mengembangkan EBT di Indonesia namun karena belum ada pemetaan yang komprehensif, jadi belum dapat dilakukan pembahasan lebih lanjut.
Sudah banyak dilakukan studi untuk mengembangkan EBT namun berjalan sendiri-sendiri/tidak terkoordinasi dengan baik, untuk itu kegiatan ini lebih
diarahkan pada kegiatan koordinasi strategis untuk merumuskan tindak lanjut yang perlu dilakukan oleh masing-masing Kementerian/ Lembaga, agar
tidak overlapping.
Bebarapa pertanyan penting yang harus di jawab dalam pengembangan EBT antara lain: i) Bagaimana Road Map/ Action Plan Menuju 2025 dan 2050
(RUEN/RUED) dan mencapai target RPJMN 2015-2019? ii) Bagaimana Peta Potensi dan Kebutuhan EBT di setiap wilayah (Sumatera, Jawa-Bali,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua?iii) Bagaimana tata kelola pemenuhan EBT (Regulasi, Organisasi, Tata ruang dan lahan, Infrastruktur,
Pembiayaan Pembagian Peran Pusat dan Daerah, dan Pengembangan Kerja sama Pemerintah dan Swasta)? iv) Tantangan/Hambatan dan peluang apa
yang akan dihadapi ?
Target pencapaian rasio elektrifikasi 100% dirasa masih cukup sulit dengan mempertimbangkan kondisi daerah-daerah terpencil dan perbatasan.
Bagaimana mengembangkan EBT sesuai dengan potensi per wilayah dan bagaimana hal ini dapat mendorong pengembangan wilayahnya.
Telah menjadi komitmen bersama bahwa EBT bukan lagi menjadi alternatif tetapi malah menjadi sumber energi utama
Outlook disusun berdasarkan kondisi saat ini, sedangkan outlook di DEN mencakup bagaimana mencapai target energi.
Kendala pemenuhan kebutuhan energi: ketersediaan energi fosil sangat terbatas
PLN di daerah belum banyak menggunakan energi EBT (biofuel, panas bumi) karena biaya yang sangat besar dibandingkan dengan sistem yang telah
ada di daerah tersebut.
Bagaimana mendorong BUMN untuk berinvestasi di luar Indonesia untuk mendorong peningkatan
Kunci sukses pemenuhan kebutuhan energi: 4P
Saat ini, sudah banyak pelaku industri yang telah menggunakan EBT namun perlu didukung dengan insentif bagi pelaku industri untuk dapat
menggunakan EBT
Perlu dicermati: Perlu didalami bagaimana net importer energi, kondisi ini perlu diantisipasi
Proyeksi yang dipaparkan adalah: (i) Kebutuhan energi final berdasarkan jenis energi; (ii) Kebutuhan energi final menurut sektor; (iii)
Pembangunan pembangkit listrik; (iv) Kapasitas pembangkit; (v) Penyediaan energi primer
Berdasarkan proyeksi tersebut, maka dilakukan analisis bahwa: (i) Potensi penghematan energi final sebesar 20.9% sektor industri dan 25,8%
sektor transportasi; (ii) Potensi penghematan energi primer sebesar 47.4% batubara, 9,2% gas, 46,9% minyak bumi dan peningkatan
pemanfaatan energi baru terbarukan sebesar 117.8% dengan total penghematan energi primer sebesar 21%; (iii) Potensi penurunan emisi CO 2
sebesar 42,5% pada tahun 2050; (iv) Kebutuhan biodiesel terus meningkat dari tahun ke tahun dan pada tahun 2050 mencapai 64.62 MTOE;
(v) Kebutuhan bioetanol belum ada di 2013 namun mulai ada kebutuhan di 2014 dan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Tahun
2050 diproyeksikan mencapai 9.56 MTOE
Pencapaian target EBT akan sulit dicapai jika tidak memasukan nuklir.
RPMN ditetapkan melalui Perpres namun dibahas di DPR sehingga setara dengan UU dan disusun inline dengan kebijakan lain yang ada.
SESI DISKUSI 1
Dr. Tatang Hernas Soerawidjaja ( ITB)
Terjadi perbedaan sumber untuk energi fosil dan energi terbarukan, karakternya berbeda. Energi fosil lebih ke bahan bakar sedangkan energi terbarukan
lebih ke listrik dimana saat ini tidak ada teknologi yang bisa mengubah listrik menjadi bahan bakar. Faktor-faktor rencana teknologi yang akan digunakan
belum menjadi paramater dalam penyusunan outlook
Bapak Taufik ( BPPT)
Outlook adalah kajian sehingga memiliki tema per tahunnya dengan melihat apa yang sudah direncanakan sampai dengan outlook disusun.
Outlook DEN disusun untuk melihat bagaimana perencanaan, mencoba melihat inisiatif dibandingkan dengan BAU.
Permasalahan: Bagaimana mengarahkan teknologi dapat muncul dalam perencaaan ? dan Bagaimana polanya ?
Bapak Andri ( Menko Kemaritiman)
Limbah sawit juga dapat menghasilkan listrik dan potensinya sangat besar. Beberapa data mengaktakan 15 ribu ha
perkebunan sawit dapat melistriki 2-3 kecamatan. Hal ini dapat di contoh di bangka-belitung
Dapatkah hal ini di jadikan aturan untuk seluruh pengusaha sawit, untuk juga memanfaatkan limbahnya. Untuk
terwujudnya hal ini perlu dukungan oleh BAPPENAS dalam koordinasi.
Dirketorat EBTKE menargetkan minimal 96% seluruh kebutuhan energi di Sumba akan di penuhi oleh EBT
Banyak Pilot-Pilot project yang telah dibuat unutk mendukung terwujudnya kedaulatan energi
Tidak mundah untuk mencapai target yang telah ditetapkan kan karena besarnya investasi yang dibutukan.
Masalah dari EBT ini salah satunya adalah Pemberian Izin lahan.
Peran dari Menteri Keuangan sangat besar untuk perkembangan pembangunan EBT dalam pemberian insentif. Serta perlunya dukunga kemudahan
dalam membangun industri peralatan EBT
Perlu diperhatkan: sumber finansial untuk mendanai pengembangan EBT. Jika ingin mengembangkan EBT dengan dana
sendiri, maka dana yang ada tidak akan mencukupi.
Pengembangan EBT tidak menguntungkan dilihat dari aspek bisnis, misalnya pengembangan energi surya yang
terkendala kondisi matahari yang sering tertutup awan.
Hambatan EBT: (1) Tidak ekonomis/ menguntungkan dari segi bisnis; (2) Belum adanya kepastian dan kelengkapan data
untuk memetakan potensi EBT dalam pengembangan dan keberlangsungannya; (3) Belum ada perencanaan EBT yang
terintegrasi dengan sector lain (mis, transportasi dan konservasi ekosistem)
Sudah ada kerjasama dengan Pusat Penelitian ITB dengan beberapa instasi, untuk mengembangkan energi baru
terbarukan
Di negara maju sudah ada standar untuk mengembangkan energi baru terbarukan, indonesia dapat mencontoh dari
mereka. Di Kyoto University sudah ada perencanaan sampai dengan 100 tahun ke depan
Penyediaan energi di masa yang akan datang akan semakin mahal sehingga kita harus mampu memanfaatkan seluruh
potensi yang ada termasuk nuklir. Indonesia sudah memiliki cukup pemahaman tentang pengembangan nuklir
Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan biofuel dari sawit. Karena potensi limbah dari sawit yang sangat
besar di beberapa daerah
Indonesia perlu mengembangkan geothermal, meskipun biaya yang diperlukan pada awalnya akan sangat mahal namun
dalam waktu 20 tahun ke depan akan terasa manfaatnya,
Dengan melakukan Konservasi Energi kita dapat memanfaatkan energi secara efisien, sebagai contoh: Green Building ,
yang dapat menekan konsumsi listrik secara signifikan
RPJMN mengamanatkan pembangunan dari daerah pinggiran dengan mempertimbangkan potensi di masing-masing daerah
Ir. Kasbani, M. Sc
Sedang dilakukan survei untuk energi angin sudah dibuat peta di masing-masing daerah, draftnya sudah diserahkan ke bu maritje. Daerah yang
memiliki potensi sebagian besar di indonesia bagian selatan (jawa, ntb)
Litbang P3TKEBTKE telah memiliki peta potensi hidro diseluruh indonesia
Semua potensi EBT yang ada harus dikembangkan. Perencanaan yang paling utama adalah kepastian data untuk memetakan potensi EBT yang ada.
Selain survei juga dilakukan pengukuran setempat dan akan ditambah titik-titik pengukurannya
Pulau terluar/pulau terdepan: pengembangan EBT dapat dilakukan bersinergi dengan pengembangan wilayahnya
Hambatan: izin lokasi
Apakah mungkin bappenas ini memfasilitasi pengembangan riset dan teknologi di masa mendatang. Sebagai acuan untuk semua, sehingga bisa
dikembangkan teknologi apa yang akan dikembangkan di masa mendatang. Biar focus dan sinergi antara lembaga penelitian dan PT, untuk itu kita
membutuhkan kejelasan roadmap energi.
Ketika ingin mengembangkan energi dalam jumlahj besar, masalah kesiapan teknologi, penyediaan SDM. Ada berapa banyak SDM yang perlu disiapkan,
sehingga kapasitas SDM dapat memenuhi dalam pengembanagan EBT.