Anda di halaman 1dari 29

8 KARAKTERISTIK GENERASI INTERNET

Nama : Hasril
Npm : 2003110233
Kelas : 5C Humas Siang
Matkul : Teknologi Informasi dan Komunikasi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
ILMU KOMUNIKASI
DAFTAR ISI

Pembahasan.................................................................................................................................................. 2
1. KEBEBASAN ............................................................................................................................................... 4
2. KUSTOMISASI ............................................................................................................................................ 6
3. PENYELIDIK ................................................................................................................................................ 9
4. INTEGRITAS ............................................................................................................................................... 9
5. KOLABORASI ............................................................................................................................................ 14
6. HIBURAN ................................................................................................................................................. 19
7. KECEPATAN ............................................................................................................................................. 21
8. INOVASI ................................................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 28
Delapan Karakteristik Generasi Internet

Lahirnya teknologi dimasa sekarang ini mendorong setiap orang akan terus mengikuti
pemkembangan teknologi yang tiada habisnya. Kebutuhan manusia terhadap teknologi
semakin menigkat, hal ini dikarenakan fasilitas yang ada di internet sudah sangat beragam
dan mudah untuk didapatkan. Menurut Saverin dan Tankard (2011), sejarah awal kehadiran
internet merupakan jaringan komputer ARPANET, yaitu sistem komunikasi yang terkait
dengan pertahanan-keamanan yang terus dikemabangkan Amerika Serikat pada tahun 1960-
an.

Internet juga mengubah praktik politik dunia. Internet menjelma menjadi ruang publik yang
memungkinkan seluruh warga negara untuk saling berdialektika. Tidak ada sekat dan tidak
atas batasan informasi. Warga negara dapat mengkritik pemerintah melalui tulisan-tulisan
mereka di webblog, atau menggalang gerakan sosial melalui postingan di media sosial.

Kekuatan internet tidak dapat dibendung. Diskusi-diskusi isu politik di internet dapat
menggerakan massa untuk menggulingkan pemerintahan yang sah. Sebagai contoh, Presiden
Tunisia Zine El Abidine Ben Ali yang telah memerintah selama 23 tahun berhasil
digulingkan oleh rakyatnya. Proses penggalangan aksi rakyat Tunisia ini dilakukan melalui
media sosial.

Internet bukan hanya menciptakan kebutuhan baru di masyarakat, namun juga turut
melahirkan bentuk baru generasi. Banyak pakar yang menggunakan istilah berbeda untuk
menyebut generasi ini, Tapscot (2009) menyebut sebagai Net Generation, Palfrey dan Gasser
(2008) memperkenalkan terminologi digital natives, sedangkan Veens (2006)
memperkenalkan istilah home zappiens.

Perkembangan dunia teknologi menghasilkan karakteristik norma-norma generasi internet.


Tiap norma merupakan kumpulan sikap dan perilaku yang menentukan generasi ini.

Menurut Chris Anderson, Generasi internet merupakan generasi yang dibesarkan di dunia
online itu berbeda, keterampilan-keterampilan mereka di lingkungan kerja dan ke dunia, dan
peran-peran mereka pasti memiliki kerja yang mengejutkan.

Remaja di kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia dan Indonesia juga tidak lepas
dari aktifitas yang tinggi dalam mengakses media sosial. Sebuah riset yang dilakukan
oleh Mustaffa et al (2013) mengkaji ketergantungan terhadap internet dan aktivitas
online di kalangan remaja Lembah Kilang, Malaysia menemukan bahwa internet
dimanfaatkan oleh remaja untuk berbagi informasi sesama rekan mereka (Fahrimal,
2018: 68). Dalam kajian mereka, Facebook menjadi media sosial paling banyak
digunakan oleh responden dalam berhubungan dengan orang lain. Sementara di
Indonesia, berdasarkan riset yang dilakukan oleh Qomariyah (2009) terhadapremaja di
perkotaan terkait dengan penggunaan internet, didapati bahwa tujuan utama dari para remaja
perkotaan mengakses internet didominasi aktivitas mencari kesenangan dan hiburan.

Dari hal tersebut terbentuk lah 8 norma. Norma-norma ini penting untuk memahami generasi
dalam mengubah dunia kerja, dunia niaga, Pendidikan, keluarga dan masyarakat. Delapan
karakteristiknya, adapun:

• Kebebasan
• Kustomisasi
• penyelidik
• Integritas
• Kolaborasi
• Hiburan
• kecepatan
• Inovasi

Penjelasan dan beserta contohnya sebagai berikut:

A. Kebebasan
Kebebasan seperti oksigen bagi generasi ini. Sementara generasi lebih tua merasa
kewalahan oleh berlipatgandanya saluran-saluran penjualan, tipe produk, dan merek,
Generasi Internet menganggap itu biasa. Net gener memanfaatkan teknologi untuk
mengatasi kekusutan dan memadukan kehidupan kerja mereka dengan rumah dan
kehidupan. Mereka menggunakan teknologi untuk melepaskan kekangan-kekangan
kantor tradisional, agar dapat memilih bekerja kapan dan dimanapun, dengan
menyesuaikan keadaan mereka.
- Kebebasan dalam keluarga
Remaja di Bandung memiliki berbeda-beda agama dalam satu keluarga, yang di
sebabkan oleh orang tua yang dulunya menikah tidak seiman. Sebagian besar ada
yang sudah ditentukan oleh kedua orang tua sejak kecil hingga dewasa. Orang tua
sudah melalui kesepakatan untuk anaknya untuk memilih siapa. Akan tetapi,
seiring si anak bertumbuh dewasa, anak tersebut di bolehkan untuk memilih
agama yang mana untuk diikutinya. Hal ini juga di dukung oleh negara, yang
dimasa sekarang ini hukum Indonesia memperbolehkan masyarakat untuk
menikah berbeda agama.
- Kebebasan berdasarkan aspek sosial budaya dan agama
Pewatakan pengguna berubah-ubah dengan keseluruhannya menerima pakai
aspek kebebasan di media dengan adab-adab Islam dan Melayu yang tenggelam
akibat motif pengguna yang terlepas pandang isu berkenaan.
Islam menggariskan peradaban sosial yang jelas dan merumuskan dua adab
yang merangkumi keseluran peradaban sosial yang ketara dalam jaringan sosial
kini iaitu adab pergaulan dan adab aurat.Dimensi ini boleh digunapakai secara
terusuntuk menafsirkan aktiviti sosial dalam jaringan sosial berkenaan
dengan merujuk dua aspek utama ciri-ciri jaringan sosial iaitu berbentukvisual
dan penulisan.Secara kesimpulannya, batasan bersosial perlu diteliti dan
dipertimbangkan dalam menilai semula permasalah sosial yang menular
terutama dalam kalangan pengguna kelompok remaja yang mempunyai
‘kebebasan yang mutlak’di persekitaran maya.
- Kebebasan dalam aspek ruang publik di media sosial
Media eletronik dan media sosial menjadi platform mengalirnya berbagai
informasi dan tentu ini menjadi wadah bagi warga negara untuk berpendapat dan
berekspresi. Dalam konteks negara demokrasi media mampu menjadi wadah
penyampaian aspirasi publik. Media sosial sebagai ruang publik memberikan
dampak positif dalam negara demokrasi. Pasalnya aspirasi publik dapat diserap
melalui media sosial.
Kebebasan berekspresi dan berpendapat dimaknai sebagai hak yang melekat pada
setiap manusia, untuk memiliki. Kebebasan berekspresi digunakan untuk
menyampaikan pandangan dan pendapat, baik antar individu atau kelompok
(Wiratraman, 51: 2016). Konsep HAM dalam hal kebebeasan berekspresi dan
berpendapat berkaitan dengan konsepsi negara hukum. Indonesia mengatur
kebebasan berpendapat dan berekspresi dalam Pasal 28E ayat (3) “setiap orang
berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.” Pasal
28F ”Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh memiliki mengelolah, menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran tersedia.” Sejalan dengan itu, Pasal 14 ayat (1)
dan (2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia juga
mengatur hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi yang diperlukan
serta untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengelolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis sarana yang tersedia.
- Kebebasan dalam politik
Generasi muda mengusung jargon demokrasi di media online ataupun media
baru, semata – mata didasarkan kepada aspek yang emosional dan tidak berdasar.
Padahal, mengingat ruang yang digunakan adalah milik publik, maka harus hati –
hati dalam menyampaikan pendapat di media baru. Banyak kasus yang terjadi
sampai ke ranah hukum, akibat pernyataan yang tersebar di media baru berbasis
jaringan internet Generasi muda mestinya menyadari, bahwa kebebasan
komunikasi yang diperoleh adalah kerja keras generasi muda sebelumnya, yang
berjuang melawan pemerintahan tertutup, anti kritik dan melembagakan
kerahasiaan demi untuk kelanggengan kekuasaan. Jadi, jangan sampai perjuangan
generasi muda dan mahasiswa menjadi sdia – sia, ketika kebebasan itu sendiri
ditafsirkan sesuai dengan kepentingan kelompok. Akibatnya muncul konflik yang
berbahaya bagi kelangsungan demokrasi di Indonesia. Generasi muda harus
memahami berbagai regulasi yang mengatur tentang kebebasan komunikasi.
Sebab, media baru yang didukung oleh jaringan internet, yang merepresentasikan
ruang publik dalam media online, tidak bisa dipakai untuk menyuarakan tuntutan
demokrasi, dengan mengabaikan berbagai ketentuan yang sudah diatur. Jangan
sampai maksud baik untuk memperbaiki kehidupan berbangsa dan bernegara,
terperangkap dalam belenggu kebebasan tanpa batas, yang justru dilakukan oleh
generasi muda sebagai pionir dari reformasi politik menuju Indonesia yang
demokratis
B. Kustomisasi
Hal ini berkaitan dengan personalisasi sebuah produk bagi generasi milenial. Hasrat
mereka adalah personalisasi dan aksesoris meskipun hanya untuk kepentingan estetika
saja bukan karena aspek fungsional. Generasi milenial menyukai sesuatu yang dapat
mereka otak atik dan sesuaikan dengan keinginan mereka. Mereka sangat menyukai
proses modifikasi berbagai produk untuk dijadikan bagian dari citra diri mereka.
Ketika saya masih kanak-kanak, saya tidak pernah bisa mengubah The Mickey Mouse
Club sesuai selera saya. Saat ini kaum muda dapat mengubah dunia media di sekitar
mereka-desktop mereka, situs Web mereka, nada dering mereka, screen saver, sumber
berita, dan hiburan mereka.
- Kustomisasi dalam keluarga
Pola asuh orang tua yang diberikan kepada generasi X mempengaruhi
bagaimana generasi X mendidik generasi Z maupun Alpha. Orang tua
generasi X lebih cenderung sebagai orang tua yang menjadi sarang bagi anaknya,
memastikan mereka lebih banyak bersama keluarga dan anak-anak gen Z
mereka tidak terlalu sering ditinggalkan di rumah sebagaimana mereka dulu.
Pengalaman generasi X diasuh oleh orang tua yang sering meninggalkan
mereka, maka generasi X sebagai orang tua berusaha membangun ikatan
yang special dengan anak-anaknya.
- Kustomisasi dalam dirinya sendiri dan kedepannya.
Gen Z mempunyai kemampuan yang tak tertandingi untuk memilih dan
mengontrol preferensi mereka, mereka sangat terfokus menciptakan merek
individu mereka sendiri sehingga membiarkan identitas mereka lebih
terkustominasasi. Generasi Z selalu berusaha untuk menyesuaikan identitas
mereka dan melakukan kustomisasi agar dikenal dunia. Kemampuan mereka
untuk mengustomisasi segala sesuatu menimbulkan ekspektasi bahwa perilaku
dan keinginan mereka sudah sangat akrab untuk dapat dipahami.
- Kustomisasi dalam Sekolah
Adapun penerapan model layanan yang digunakan sekolah adalah Software as a
Service (SaaS) yang memungkinkan berbagai tingkatan sekolah mulai dari SD
hingga SMA untuk menggunakan sistem ini. Hal ini karena sistem akan
digunakan oleh banyak sekolah. Kelebihan dari sistem ini, yaitu sekolah tidak
perlu menyediakan server dan data center sendiri. Sekolah cukup melakukan
registrasi pada sistem, kemudian dapat melakukan pengaturan secara fleksibel
sesuai kebutuhan (Hermawan, Miru, & Mukhalif, 2019). Mengingat sistem
tersebut digunakan oleh banyak sekolah, sekolah harus mendaftarkan diri ke
sistem hingga akun terverifikasi untuk bisa melakukan modifikasi sistem
informasi sekolah sesuai kebutuhannya. Adapun bentuk kustomisasi yang dapat
dilakukan sekolah, di antaranya kustomisasi peran dan hak pengguna, tampilan
header rapor, penyesuaian logo sekolah, serta komponen yang ada pada mata
pelajaran dari setiap sekolah sesuai dengan kebutuhan (Hermawan et al., 2019).
- Kustomisasi dalam kebiasaan
Kebiasaan mengkustomisasi suatu hal yang akan terus terjadi akan hal yang biasa
di masa sekarang ini. Talscott juga menyatakan bahwa Generasi Internet ini suka
untuk membuat sesuai dengan seleranya yang disebut dengan kustomisasi.
Mereka membuat atau mengubah tampilan sosial miliknya sesuai selera yang
mereka inginkan. Seperti Generasi Internet berekspresi dengan mengubah
foto profil dan tema yang berjalan di latar Whatsapp miliknya.
- Kustomisasi dalam perusahaan
Perusahaan menentukan strategi mana yang tepat untuk dilakukan pada para
konsumennya. Di dalam membangun sebuah hubungan yang baik dengan
pelanggan, sedapat mungkin bisa mempelajari berbagai macam hal yang bisa
memuaskan pelanggan. Oleh karena itu strategi kustomisasi dirasa lebih tepat
dilakukan oleh perusahaan Multinasional karena, perusahaan lebih melakukan
pendekatan kepada konsumennya. Misalnya bagaimana cara mendesain produk
dan pelayanan terhadap pelanggan, proses pengiriman tagihan, dan bagaimana
produk dikemas. Hal-hal tersebut merupakan salah satu contoh pengembangan
hubungan yang lebih baik dengan pelanggan. Perbedaan budaya dan karakter
setiap negara dapat menimbulkan persepsi yang berbedabeda pula terhadap profil
perusahaan. Sehingga jika menggunakan strategi CRM yang sama antar satu
negara dengan negara lain dapat menyebabkan ketidakselarasan dengan budaya
setempat. Strategi Kustomisasi CRM memang membutuhkan biaya yang lebih
besar tetapi untuk perusahaan multinasional tentunya bukan masalah yang cukup
berat jika dibanding dengan kepuasan pelanggan. Dibanding menggunakan
strategi standarisasi yang bisa saja setiap negara memiliki stereotype yang
berbeda-beda dan mampu menyebabkan perusahaan tutup.
- Kostumisasi dalam permasalahan
Permasalahan mengenai penyampaian usulan atau saran yang terkait dengan
vendor seremoni pernikahan. Terkadang minimnya anggaran dari calon
mempelai menjadikan kendala dalam melakukan produksi gambar dan video
kenangan pernikahan. Hal ini menyebabkan tidak bisa dihadirkannya vendor
yang professional. Pihak perusahaan tetap berinisiatif untuk membuat video
kenangan pernikahan dengan anggaran yang minimum sekalipun untuk
memuaskan kedua mempelai. Namun seorang editor yang ditunjuk perusahaan
mengalami kesulitan dalam melakukan kustomisasi gambar dan video ketika
sedang berhadapan langsung dengan kliennya. Hal ini dikarenakan mahalnya
perangkat video yang profesional dalam menampilkan scene dari video footage
terhadap calon mempelai di PT Inti Solusi Amanah.
C. Penyelidik
Generasi milenial dianggap sebagai generasi yang memiliki kesadaran yang tinggi
terhadap dunia di sekeliling mereka. Mereka punya rasa ingin tahu lebih banyak
tentang peristiwa yang terjadi. Kesukaan mereka terhadap internet salah satunya
adalah karena norma ini. Internet menyediakan berbagai hal yang dapat mereka cari
dan kumpulkan sebagai bahan informasi mereka. Diakui Tapscot (2009) bahwa
generasi internet telah mampu menghasilkan informasi lebih banyak dari pada
generasi sebelumnya. Dalam hitungan jam, mereka dapat mengumpulkan ratusan
informasi tentang suatu peristiwa yang sedang terjadi.

Kemampuan dalam membedakan fakta dan fiksi. Memiliki kesadaran yang tinggi dan
rasa ingin tahu yang lebih banyak tentang apa yang terjadi di sekeliling mereka. Net
gener tahu kapan harus bimbingan dalam online.
- Penyelidikan dalam berita hoax di paltform medsos
Pada Generasi Z sekarang banyak berita hoax yang tersebar. Generasi Z harus
melakukan penyelidikan ketika mendapatkan sebuah informasi, karena sangat lah
buruk akibatnya, jika Gen Z menelan mentah mentah informasinya tanpa di
selidiki terlebih dahulu.
D. Integrasi
Generasi milenial peduli terhadap nilai-nilai integritas seperti kejujuran, keprihatinan,
transparan, dan setia kepada komitmen mereka. Mereka juga merupakan generasi
yang memiliki toleransi yang tinggi. Norma ini mereka miliki karena internet yang
menjadi teman hidup mereka menyediakan berbagai informasi yang tidak terbatas.
Mereka dapat mencari tahu dan menggunakan komunitas-komunitas sosial seperti
Facebook untuk memberitahu semua teman mereka.

Net gener peduli akan integritas, jujur, memiliki perhatian, transparan, dan setia
kepada komitmen mereka serta mereka juga memiliki toleransi yang besar sekali.
- Integritas dalam aspek pendidikan
Aspek integritas peserta didik masih banyak dilihat hanya pada aspek integritas
akademik yang tereduksi dalam pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Ukuran yang
digunakan masih terfokus kepada frekuensi kecurangan dalam UN maupun
kebocoran soal dalam UN.

Salah satu cara untuk mendapat sistem pendidikan yang diinginkan adalah
dengan melihat ke dalam (inward looking) arah pembangunan dan cita-cita
bangsa kita dengan berpegang pada nilai-nilai agama dan sosial budaya. Sistem
pendidikan yang bagus dapat mempersiapkan peserta didik yang berkepribadian
kuat sebagai generasi penerus membangun bangsa yang berbudaya dan
berkarakter, serta memiliki integritas yang kuat sesuai dengan harapan dan
citacita luhur negara kita, yaitu menciptakan masyarakat yang adil, makmur, dan
sejahtera.

Integritas yang kuat dapat dibangun melalui pembiasaan dan pembudayaan


karakter prilaku dan sikap yang sesuai dengan norma-norma sosial masyarakat
dan nilai-nilai agama. Penguatan integritas pada peserta didik sangat perlu
dilakukan karena peserta didik sekarang adalah generasi penerus bangsa.
Penguatan integritas dapat dilakukan dan dilihat melalui kejujuran,
tanggungjawab, toleransi, dan sikap cinta tanah air
- Integritas dalam kemandirian
Kemandirian merupakan pengertian yang mengacu kepada kemampuan
untuk bertindak bebas, tanpa tekanan dan tergantung dari orang lain, membuat
keputusan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap keputusannya. Tegasnya,
kemandirian merupakan perasaan dan tindakan otonom seseorang yang
didasarkan atas kepercayaan pada diri sendiri, berintegritas dan bertanggung
jawab terhadap keputusan yang dibuat yang telah dipertimbangkan sebelumnya.

Kemandirian menjadi penting ditanamkan pada peserta didik/siswa,


menjadikan bagian diri dan karakter yang menjunjung integritas dan tanggung
jawab dalam mewujudkan perilakunya. Atas dasar itu, seyogyanya guru
dapat menjalankan peran fasilitatornya dalam merancang dan memfasilitasi
kegiatan yang membangun kemandirian peserta didik/siswa ini, menanamkan
rasa percaya diri terhadap perwujudan perilakunya secara bertanggung jawab,
dan terlepas dari ketergantungan kepada orang lain. Berbagai cara dapat
dilakukan untuk membangun kemandirian peserta didik/siswa, baik bersifat
teoretis maupun praktis.

Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia,


komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggung jawab, keteladanan, dan
menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas). Kelima nilai
utama karakter bukanlah nilai yang berdiri sendiri melainkan berinteraksi satu
sama lain, dinamis, dan membentuk keutuhan pribadi.
- Integritas dalam profesi
Saat bekerja mereka menerapkan budaya integritas dan kerja keras dengan tanpa
melupakan kodratnya sebagai wanita yang sesungguhnya. Seringkali wanita
karier Bali dalam pekerjaanya menghadapi berbagai hambatan seperti konflik
peran, hambatan sosial budaya, sejarah, steorotype gender yang kuat (Budhwar,
2005; Fernando dan Cohen, 2011). Dimana hal tersebut sangat mempengaruhi
sisi psikologis dan perilaku mereka di tempat bekerja, akan tetapi mereka mampu
bertahan karena mereka memandang pekerjaan secara subyektif berdasarkan
sudut pandang mereka sendiri, budaya inilah yang ditanamkan sehingga wanita
menjadi pemimpin yang efektif di masa depan (Appelbaum et al.,2003).

Wanita sebagai ibu rumahtangga dalam pelaksanaan peran keluarga mampu


melestarikan budaya dengan selalu menjaga sikap dan sifat keibuan, penyayang,
tangguh dan melayani keluarga. Sifat-sifat yang ditanamkan ibu ini akan
ditunjukkan melalui sikap penyayang, toleransi, saling menghargai, pekerja keras
dan integritas dalam tingkah laku anak-anaknya. Hal ini kemudian akan diikuti
dan menjadi panutan bagi anak cucunya kelak, sebagai proses turun temurun
yang berkelanjutan. Ibu yang baik akan menjadi cermin keluarga, sehingga
menciptakan generasi penerus yang berintegritas. Peran keluarga yang
dilakoninya diharapkan mampu mengukir karakter generasi penerus bangsa yang
dapat dibanggakan.

Dapat dikatakan bahwa peran keluarga yang dijalankan oleh wanita Bali sangat
vital, mereka mampu memberi pahatan yang menjadikan generasi penerus
memiliki sikap integritas, tangguh, penuh tanggung jawab, serta peka lingkungan,
sehingga diharapkan akan mampu menjadi sumber daya (resources) yang tanggap
dan cepat beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
- Integritas dalam bangsa
Profil masyarakat dan generasi muda Indonesia yang berkarakter, memiliki
integritas, dan berdaya saing tinggi sebagaimanapotret ideal yang diinginkan
semakin jauh dari harapan. Gejala dan kecenderungan yang terjadi
menunjukkan bahwa semua lapisan masyarakat mulai dari kelompok
masyarakat elite sampai dengan rakyat biasa, yang berpendidikan dan yang
tidakberpendidikan, yang tuadan yang muda, demikian juga yang tinggal di
kota dan desa, semuanya sedang mengalami disorientasi, distorsi,dan
dekandensi mental, etik dan moral.

Indonesia dituntut untuk memperkuat eksistensi masyarakatdan generasi


mudanya guna memenangkan persaingan dan mengkokohkan eksistensinya
diantara masyarakat bangsa lainnya. Yaitu suatu komunitas masyarakat dan
generasi muda yang memiliki integritas dan karakteryang kuat
sertakemampuan dan daya saing yang tinggi dalam berkompetisidengan
masyarakat bangsa-bangsa lainnya.
- Integrasi dalam kepempinan
Integritas mengandung arti integritas, kejujuran, ketulusan, kesinambungan
dalam perkataan dan tindakan yang dapat dipercaya. Pemimpin yang baik
juga harus memiliki integritas, kejujuran, dan kesetiaan (Peramesti &
Kusmana, 2018).

Covey (2009) menggambarkan integritas sebagai ketulusan untuk


menyeimbangkan kata dan emosi dengan pikiran dan tindakan, tanpa
keinginan apapun selain untuk kepentingan orang lain, tanpa dendam atau
keinginan untuk menipu, mendapatkan keuntungan, mengeksploitasi, atau
mengontrol. Kejujuran ini adalah prinsip yang harus dipatuhi oleh
karyawan dan organisasi. Penting untuk menegakkan prinsip integritas,
keterusterangan, kesinambungan dalam ucapan dan perilaku dalam perilaku
yang baik dan memungkinkannya dalam program kerja suatu organisasi.
Integritas adalah sikap dan tekad untuk mempraktekan moral atau perbuatan yang
baik. Integritas tidak hanya terkait dengan masalah besar seperti nepotisme,
manipulasi, dan konspirasi tetapi juga hal-hal kecil seperti tidak tepat waktu. Hal
ini akan menjadi masalah dan perilaku korupsi karyawanjuga akan melemahkan
integritas. (Arifin, A. L. 2021a), mengemukakan karakter atau perilaku
seorang pemimpin yang menjunjung tinggi integritas seperti:
a. Terbuka (being trasparent) dan berkata jujur (telling the truth)
b. Menjadi contoh bawahan, teman sejawat, dan atasan (role model), di
mana pengajar (trainer) dan pemimpin harus mampu menjadi pendamping
(mentor),
c. Mampu menjaga standar prosedur, kualitas, dan kinerja yang baik bagi
perushaan (quality control).

Hancurnya suatu lembaga, apapun bentuk dan bidang garapannya, sangat


ditentukan oleh aspek integritas pimpinan dalam melaksanakan tugas
kepemimpinannya. Kasus-kasus tentang lemahnya integritas dan dampaknya
terhadap mutu dan keberterimaan sekolah oleh masyarakat yang terjadi selama
ini, membuktikan bahwa integritas merupakan unsur terpenting yang menentukan
kredibilitas. Kesadaran terhadap pentingnya integritas tersebut, menggiring
seluruh organisasi untuk meletakkan aspek integritas sebagai program prioritas
(Sobri, dkk., 2018; Pertiwi, dkk., 2018; Gunawan, 2017b; Kusumaningrum, dkk.,
2016; Gunawan, 2016), walaupun dalam wujud yang berbeda-beda. Di Indonesia,
pada tingkat pusat dibentuk suatu badan yang disebut dengan Komisi
Pemberantasan Korupsi.

Pemimpin harus memahami arti dan makna integritas dengan


mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Caranya adalah dengan
mendorong diri dan orang lain untuk menggunakan pikiran dalam memahami
unsur-unsur yang memiliki makna sebagai suatu proses meningkatkan motivasi
diri dalam rangka membangun kepercayaan diri dan keyakinan diri sebagai acuan
agar seorang pemimpin dapat menjadi pioner kemajuan.

Pada akhirnya pemerintahan yang efektif akan terwujud apabila para pemimpin di
republik ini memenuhi kualifikasi-kualifikasi sebagai pemimpin yang kredibel,
mempunyai kemampuan, intelektual, dan visi yang jauh kedepan. Namun
pemimpin yang baik juga harus memiliki integritas, kejujuran, kesetiaan pada
kepentingan rakyat.

E. Kolaborasi
Generasi milenial adalah kolaboratorkolaborator alami. Mereka adalah genrasi untuk
hubungan antar-manusia. Generasi milenial berkolaborasi secara online dalam
kelompokkelompok chat, bermain video game untuk multiuser, menggjnakan miling
list, serta berbagai bahan pelajaran, pekerjaan, atau sekedar mencari hiburan. Mereka
saling mempengaruhi melalui yang disebut Tapscot (2009) sebagai N-Fluence
network, yaitu, tempat generasi milenial membahas merek, perusahaan, produk, dan
jasa.
- Kolaborasi dalam inovasi pelayanan publik
Dalam penyelenggaraan Negara, inovasi harus terus didorong agar permasalahan
dalam pelayanan publik dapat diatasi, maka dari itu konsep sustaining innovation
yang lebih dulu diperkenalkan dalam dunia bisnis juga harus diterapkan ke dalam
penyelenggaraan Negara. Pemimpin merupakan bagian penting yang sangat
berpengaruh dengan keberlangsungan sustaining innovation karena dituntut untuk
berpikir kreatif. Dalam era globalisasi saat ini semangat entrepreneurship harus
ada dalam konsep penyelenggaraan Negara, karena hubungan kolaborasi inovasi
yang diciptakan oleh sektor bisnis dan pemerintahan sudah tidak dapat dipisahkan
dan saling berkaitan satu sama lain.

Inovasi tidak hanya hadir pada produk, melainkan pada model bisnis, yaitu
ekonomi gotong royong, sharing resources, atau terkadang disebut ekonomi
kolaborasi.

Di era disrupsi saat ini konsep sharing economy menjadi pilar penting dalam
menghadapi era disrupsi. Karena selain mengandalkan teknologi, sesuatu yang
low cost menjadi hal yang sangat dibutuhkan masyarakat. Berbicara konsep
sharing economy dalam hal pelayanan kesehatan khususnya E-Health di kota
Surabaya, konsep ini masih belum dijalankan dan diterapkan namun hal ini telah
dianalisis oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya untuk segera di hadirkan dan di
kolaborasikan dengan inovasi E-Health yang mana memiliki tujuan untuk
semakin mempermudah masyarakat mendapatkan layanan kesehatan tanpa
batasan ruang dengan biaya yang diminimalisir.

E-Health dapat dikatakan inovatif karena penyebab kedua alasan terebut sudah
dipenuhi dan pelayanan ini berusaha memberikan perubahan dan pengembangan
yang baru yang mana hal ini belum pernah dilakukan dalam pelayanan kesehatan
di Kota Surabaya maupun di Indonesia itu sendiri. Selain itu, E-Health dikatakan
inovatif karena dalam proses penerapannya di tengah masyarakat berhasil
memanfaatkan serta mengkolaborasikan Teknologi informasi dan Komunikasi
dengan Teknologi Statistik, karena suatu inovasi terlebih yang tengah terjadi di
era disrupsi ini tentu tidak dapat terlepas dari pengolahan TIK , khususnya
internet yang mana hal ini dapat meningkatkan transparansi suatu instansi dan
mampu meningkatkan efektivitas pelayanan.

Berdasarkan kategori inovasi, E-Health saat ini masih belum dapat dikategorikan
dalam inovasi terusan/berkelanjutan (sustaining innovation) karena masih adanya
faktor yang belum sepenuhnya dijalankan dan diciptakan walaupun dalam
penerapannya saat ini inovasi E-Health merupakan perubahan baru dalam
pelayanan publik dengan menggunakan kondisi pelayanan, sistem atau produk
yang telah ada dan dikolaborasikan dengan pemanfaatan TIK yang canggih.

- Kolaborasi dalam budaya


Kemampuan tradisi sebagai salah satu bentuk dari kebudayaan dalam beradaptasi
bahkan berkolaborasi dengan perkembangan zaman merupakan salah satu solusi
efektif dalam memperkenalkan kebudayaan pada generasi muda. Keberadaan
generasi muda yang memiliki kecenderungan untuk melibatkan diri dalam
kepentingan umum. Realita tersebut menjadi kekuatan generasi muda dalam
upaya melestarikan kearifan lokal. Kendati mereka belum memiliki kompetensi
mumpuni secara kognitif dan psikimotorik mengenai prosedur tradisi tersebut,
tetapi dalam menjalankan perannya sebagai support systempada pelaksanaan
tradisi tersebut sudah lebih baik dari waktu sebelumnya.

Era modernisasi saat ini mengakibatkan kehidupan masyarakat menjadi lebih


efisien dan efektif. Kolaborasi kebudayaan dengan kemajuan zaman merupakan
proses adaptasi sekaligus strategi jitu dalam mempertahankan kebudayaan terkait,
tanpa merusak nilai esensialnya. Putra dan Ratmanto (2019) menegaskan
pemanfaatan teknologi menjadi kunci pelestarian kearifan lokal pada era modern,
bahkan teknologi merupakan sarana dalam memperkenalkan kearifan lokal pada
khalayak umum. Kemajuan zaman perlu dimanfaatkan sebaik dan sebijaksana
mungkin, khususnya dalam upaya memperkuat keterlibatan warga negara melalui
pelestarian kearifan lokal.

Perkembangan zaman perlu disikapi secara bijaksana agar tidak menjadi bangsa
yang tertinggal dari bangsa lain. Untuk menjadi bangsa modern tidak harus
melupakan kebudayaan yang sejatinya menjadi identitas serta kekuatan bangsa.
Diperkuat Hendro (2018) yang menegaskan Jepang dan Korea Selatan sangat
kukuh dalam mempertahankan, melestarikan, serta mengembangkan
kebudayaannya sehingga menjadi bekal dalam mengatasi arus globalisasi.
Implikasinya saat ini mereka menjadi bangsa yang kuat, modern, dan maju.

- Kolaborasi dalam kepemimpinan dakwah


Sementara literasi manusia adalah terkait dengan kemampuan untuk
berkomunikasi, berkolaborasi, berfikir kritis, kreatif dan inovatif.
Kemampuan ini adalah kemampuan yang diformulasikan oleh para ahli
untukmenghadapi fenomena revolusi industri4.0. Di Indonesia formula ini
sudah diadopsi oleh Kementrian Pendidikan dalam penyusunan
kurikulum. Sehingga dengan kemampuan ini pemimpin da’wah dapat
mengkomunikasikan pesan-pesan da’wahnya secara lebih efektif.

Sebagai contoh, menurut Dr. Lynell Burmark, seorang konsultan pendidikan,


pesan yang disampaikan secara visual jauh lebih kuat dibandingkan
dengan pesan yang disampaikan secara lisan. Sebab kata-kata diproses oleh
memori jangka pendek yang hanya dapat menangkap 7 keping informasi.
Sementara gambar akan ditangkap oleh memori jangka panjang yang
menyebabkan gambar tersebut akan terukir lama dan sulit terhapus. Maka
dari pemahaman terhadap konsep ini, seorang pemimpin da’wah dituntut untuk
kreatif dalam menyampaikan pesan-pesan da’wahnya secara visual. Pesan
yang biasa disampaikannya dengan kata-kata, harus didesain dalam bentuk
gambar.
Maka seorang pemimpin da’wah yang menguasai literasi manusia ini dapat
menyesuaikan metode komunikasinya kepada generasi digital sesuai dengan
karakteristik mereka. Misalnya ketika pemimpin da’wah memahami bahwa
generasi digital lebih menyukai kolaborasi, maka dalam berkomunikasi ia akan
berusaha untuk mengajak generasi digital terlibat.

Seorang pemimpin da’wah akan dapat memahami karakter dari generasi


digital. Selain itu juga akan dapat mengimbangi cara generasi digital dalam
berkomunikasi. Sehingga diharapkan komunikasi pemimpin da’wah terhadap
generasi digital dapat berjalan secara efektif.

- Kolaborasi dalam pendidikan dan teknologi


Di era persaingan global yang sangat ketat, inovasi usaha harus diiringi dengan
berbagai macam rekayasa teknologi agar dapat melipatgandakan performa dari
usaha tersebut. Pemanfaatan teknologi mutakhir tepat guna dalam pengembangan
usaha yang berdasarkan pada jiwa entrepreneur yang mapan akan dapat
mengoptimalkan proses sekaligus hasil dari unit usaha yang dikembangkan.
Inilah yang disebut technopreneurship: sebuah kolaborasi antara penerapan
teknologi sebagai instrumen serta jiwa usaha mandiri sebagai kebutuhan.

Informasi Teknologi yang telah hadir dan terus berkembang dapat diinovasikan
untuk mendukung berdirinya berbagai UMKM, Technopreneurship dapat
menjadi motor penggerak ekonomi dan pembangunan sekaligus strategi ampuh
dalam menghadapi pasar global. Pemanfaatan teknologi dengan tepat menjadi
pondasi utama dalam mengembangkan jiwa dan semangat technopreneurship.
Kerjasama yang baik antara peran perguruan tinggi dan pemerintah serta
Kolaborasi kelompok komunitas usaha menjadikan Technopreneur akan tumbuh
dan berkembang di dalam diri mahasiswa sehingga nantinya akan tercipta lulusan
perguruan tinggi yang pakai dan siap berkomptisidi era society 5.0

- Kolaborasi dalam perilaku generasi pascamilenial


Generasi pascamilenial sangat pandai menggunakan teknologi untuk menciptakan
cara-cara baru dalam melakukan berbagai hal, mereka senang untuk
berkolaborasi dalam membuat proyek jangka panjang sebagai video digital,
bermain video game, dan terhubung dengan teman-teman dan keluarga besar di
seluruh dunia melalui metodecrowed sourcing. Mereka menggunakan teknologi
untuk membuat jejaring sosial dan keluarga baru dengan teman-teman
berdasarkan persamaan mereka seperti musik yang mereka dengarkan, buku
yang mereka baca, gambar yang mereka ambil, dan produk yang mereka
konsumsi, sehingga teknologi telah menjadi kelompok dan berbagi pengalaman
melalui tidak hanya sosial. Dengan teknologi di ujung jari mereka pada tingkat
yang hampir konstan, generasi pasca milenials telah mendapatkan harapan
kepuasan instan untuk semua keinginan dan kebutuhan mereka.

Melalui teknologi dan permainan video, mereka mampu meningkatkan


keterampilan motorik, spasial, dan strategi mereka dengan cara yang sebelumnya
tidak pernah terpikirkan. Mereka percaya bahwa hubungan mereka dengan
teknologi akan mengubah cara pandangan masyarakat dan berhubungan dengan
teknologi. Dengan teknologi di ujung jari mereka hampir secara konstan.
Tak butuh banyak orang, bisnis startup bisa berkembang dengan pesat dengan
cepat di Indonesia. Jenisnya beragam. Di antaranya seperti pengembang aplikasi,
sistem pembayaran, jasa, dan banyak lainnya. Coworking space bisa menjadi
tempat berkolaborasi dan kerja sama dan ini sangat cocok dengan perpustakaan
sebagai tempat untuk berkolaborasi dalam menggerakkan pengetahuan.

Kolaborasi dan berjejaring akan sering dilakukan melalui bantuan teknologi


seperti jaringan media sosial, situs untuk berbagi tautan, foto, atau media lain
dan informasi dengan pengguna online. Untuk memenuhi kebutuhan mereka
berjejaring, wajah perpustakaan akan banyak bertrasformasi sebagai tempat
untuk menyalurkan hobby mereka berjejaring dan berkolaborasi.

- Kolaborasi dalam informasi perpustakaan


Pada bidang pengadaan informasi perpustakaan akan berkolaborasi dengan
sejumlah ecommerce dalam pemenuhan kebutuhan pemustaka akan pengetahuan
selain dan pegelolaan informasi di perpustakaan akan semakin didominasi oleh
teknologi sebagai alat dimana kecerdasan buatan dan machine learning akan
semakin dominan dalam pengelolaan.
Layanan perpustakaan Selama beberapa tahun ini telah terjadi lompatan layanan
perpustakaan dari hanya sekedar pusat informasi yang dipenuhi oleh buku dan
e-resources menjadi pusat aktivitas pemustaka yang dipenuhi dengan sentuhan
dan harapan baru mengenai layanan perpustakaan. Perpustakaan menjadi tempat
untuk mempersiapkan pemustakanya menjadi penuh kemampuan (skillfull)bukan
hanya dengan teori (pengetahuan) semata namun juga melalui praktikum
dengan aktivita-aktivitas yang mendukung kreatifitasnya.

F. Hiburan
Internet memberikan generasi milenial kesempatan yang berlimpah untuk menghibur
diri di dunia online. Web menyediakan alat menyenangkan yang dapat dipilih, tempat
orang bisa membaca judul-judul berita, mencari sesuatu di Google, memeriksa email,
dan berkirim pesan instan dengan temanteman. Bagi generasi milenial, bekerja
haruslah menyenangkan. Mereka berharap pekerjaan mereka dapat memberikan
kepuasan emosi mereka. Mereka dapat berselancar di internet untuk memenuhi
kebutuhan ini, atau dalam sebutan Tapscot (2009) bahwa generasi milenial
membutuhkan waktu untuk “mendinginkan kepala” setelah lelah bekerja dan internet
menyediakan hal ini.

Riset Mustaffa et al (2013) mengkaji ketertantungan terhadap internet dan aktivitas


online di kalangan Remaja Lembah Kilang, Malaysia menemukan bahwa internet
dimanfaatkan oleh remaja untuk berbagi informasi sesama rekan mereka. Dalam
kajian mereka, Facebook menjadi media sosial paling banyak digunakan oleh
responden dalam berhubungan dengan teman mereka.

Untuk konteks Indonesia, Qomariyah (2009) melakukan riset terhadap remaja di


perkotaan terkait pola penggunaan internet mereka. Hasil risetnya mendapati bahwa
tujuan utama dari para remaja perkotaan mengakses internet didominasi aktivitas
mencari kesenangan dan hiburan. Hal tersebut berimplikasi terhadap aktifitas yang
lebih penting bagi mereka, yaitu, belajar. Selain itu, intensitas mengakses internet
yang tinggi dapat membuat remaja terlena dan terjebak dalam realitas virtual yang
dihadirkan oleh berbagai program di internet.
Kepopuleran media sosial di kalangan generasi milenial telah meningkatkan resistensi
dalam dunia nyata. Generasi milenial menggunakan media sosial untuk
mengekspresikan eksistensi mereka. Dalam konstruksi pikiran mereka, sehari saja
tidak mengakses media sosial seperti tercabut dari peradaban (Boyd, 2010).

Eksistensi ini ditunjukkan melalui mengunggah gambar, video, komentar, ucapan,


kata-kata penghiburan, kutipan inspirasional dan gambar yang diambil dari situs web
seperti Photobucket di profil mereka (Martinez 2010).

Kebanyakan di antara mereka melakukan stalking ke setiap akun yang menarik


perhatian mereka. Beberapa pengguna media sosial bahkan mencari tahu informasi
tentang teman mereka meskipun mereka sudah tidak bicara untuk waktu yang lama
(Gershon, 2010).

Generasi Z lebih Memilih ponsel daripada televisi, sebab menonton acara


televisibukan lagi menjadi sebagaihiburan karena apapun bisa mereka temukan
di smartphone.Dalam menghadapi generasi ini, kita di tuntut untuk mampu dalam
penguasaan ilmu dan teknologi yang senantiasa mengikuti kemajuanzaman.

- Hiburan dalam media massa terhadap akhlak pelajar islam


Mohd Ali Iksan (2010) di mana kajian mereka juga menunjukkan bahan
media massa berbentuk hiburan yang paling diminati oleh remaja yang juga
dikategorikan dalam kalangan pelajar. Bahan hiburan ini diperolehi sama ada
melalui Internet, televisyen, majalah hiburan juga radio (Fariza Md. Sham,
Sulaiman Ibrahim & Ideris Endot, 2000). Dapatan ini diperkukuhkan lagi
dengan kajian Mohd Ali Iksan (2010) di mana pengaruh hiburan ke arah
keseronokan menjadi pilihan utama masyarakat berbanding slot agama dan
wacana ilmu yang boleh menambahkan ilmu pengetahuan. Sebagaimana kajian
yang dijalankan oleh Ab. Halim Tamuri et al. (2005) mendapati majalah-majalah
hiburan merupakan antara media massa yang paling tinggi mendapat sambutan
dalam kalangan remaja di mana majalah tersebut banyak memfokuskan
tentang hiburan semata-mata malah ia tidak memberikan sumbangan yang
positif kepada perkembangan akhlak generasi muda hari ini.
Secara keseluruhannya, tahap penampilan akhlak pelajar politeknik dalam kajian
ini berada pada tahap yang tinggi. Ini menunjukkan media massa banyak
memberi pengaruh positif kepada pelajar dan mereka masih lagi dapat memilih
antara yang berfaedah mahupun sebaliknya. Di samping itu, dapatan ini
juga menunjukkan minat pelajar terhadap bahan-bahan media massa yang
berbentuk hiburan, humor, seram dan lucah boleh memberi kesan negatif
kepada penampilan akhlak sebagai pelajar.

- Hiburan dalam faktor pendidikan dan ekonomi


Ternyata, digital native adalah mitos belaka. Kemahiran generasi ini
ditentukan oleh berbagai faktor. Antara lain terpaan teknologi digital,
tingkat pendidikan ibu, dan tingkat ekonomi keluarga. Anak-anak yang
lahir di keluarga kelas ekonomi dan social menengah cenderung lebih
mahir, produktif dan memahami keamanan teknologi digital dibandingkan
anak-anak kelas bawah yang hanya diajari gawai untuk permainan dan
hiburan. Apalagi bila ibunya tidak pernah mendiskusikan teknologi itu
(Livingstone, 2009).

- Hiburan dalam sumber infotmasi


Sumber informasi penerimaan mahasiswa baru dari teman, keluarga, dan kerabat
masih menempati urutan pertama dalam memberikan informasi kepada
mahasiswa baru. Namun, strategi digital marketing sudah mulai diminati generasi
milenial bagi mahasiswa baru. Sikap mahasiswa baru dalam menilai platform
media sosial menunjukkan bahwa platform media sosial memberikan informasi
masih dinilai baik, tidak memberikan unsur negatif, serta dianggap masih belum
memberikan hiburan.

G. Kecepatan
Tumbuh di zaman digital mereka mengharapkan kecepatan. Net Gener mengandaikan
bahwa semua orang lain dunia mereka yang cepat ketika mereka menjawab dengan
cepat. Salah satu janji utama teknologi adalah kecepatan dalam segala aspek
kehidupan. Kecepatan, menurut Supelli (2010) dianggap sebagai daya teknologi yang
paling ampuh. Lewat teknologi, slogan Olympiade citius, altius, dan fortius (makin
cepat, makin tinggi, makin kuat) tidak hanya tinggal sebagai mimpi para atlet, tetapi
juga membayang-bayangi dunia sehari-hari.

Transaksi informasi semakin dinamis sejak adanya internet. Kecepatan, melampaui


sekat ruang dan waktu menjadi ciri utama dari internet sehingga ia sangat digemari
oleh masyarakat dewasa ini. Perkembangan internet yang semakin luas membuat
manusia dapat terhubung dengan masyarakat dunia. Mereka saling berbagi informasi,
mencari hal-hal baru terkait berbagai minat, menonton video atau film, mencari dan
mengunduh lagu-lagu yang mereka suka, atau sekedar bermain game.

Generasi milenial sangat mengandalkan kecepatan. Dalam interaksi di ruang chat


misalnya, mereka saling berinteraksi dengan kecepatan. Pesan-pesan yang dikirimkan
melalui instan messenger seketika akan dibalas.

- Kecepatan dalam teknologi komunikasi


Munculnya media baru dipicu oleh kekuatan teknologi komunikasi yang
mendukung penyebaran berita, dengan kecepatan tinggi, kemudahan akses dan
lebih adaptif terhadap pengguna. Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika
dinamika informasi, diwarnai oleh aplikasi teknologi komunikasi, dari tingkat
sederhana yang tersebar ke seluruh lapisan masyarakat, maupun yang memiliki

Teknologi komunikasi memberikan kontribusi besar terhadap media massa,


dalam meningkatkan kecepatan dan menjangkau khalayak lebih luas. Gebner
(dalam Corner, 1984:164), media massa adalah representasi dari teknologi dan
kelembagaan yang berbasis pada produksi massa dan distribusi yang seluas –
luasnya untuk dibagikan secara terus menerus melalui aliran publik dalam
masyarakat industri.

Menguatnya, media baru yang didukung oleh teknologi komunikasi mendorong


media konvensional mengikuti karakter media baru yang mengandalkan
kebebasan, kecepatan, fleksibilitas dan transparansi dalam penyebaran informasi.
Sejalan dengan itu, Utari (dalam Junaidi dkk, 2011: 49), menyatakan, teknologi
internet dapat dengan mudah diakses kapanpun, dimanapun dan oleh siapapun.
Dia memilki konektivitas dan jangkauan secara global. Efisien dalam
penggunaanya, melibatkan interakktivitas, fleksibel dan yang paling pentinmg
bersifat pribadi.

Perkembangan teknologi informasi merupakan konsekuensi dari perkembangan


ilmu pengetahuan yang mendukung kebutuhan manusia saat ini. Pada kehidupan
manusia modern, mereka membutuhkan kecepatan dankeefisienan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kehadiran teknologi informasi saat ini tidak
bisa dihindari. Dengan hadirnya teknologi informasi dan komunikasi, dalam
hal ini popular dengan internet memberikan banyak manfaat bagi para
penggunanya. Dampak positif dan negative dari penggunaan internet.

- Kecepatan dalam komunikasi


Perubahan budaya komunikasi di era konvensional ke era media baru, yakni dari
komunikasi face to face menjadi komputer mediated communication. Bagi digital
native budaya komunikasi yang terbentuk yaitu budaya teskting dengan
membangun nilai kedekatan emosional an kemudahan dalam menyampaikan
informasi, serta menganut norma kecepatan, hiburan, kustomisasi, dan kebebasan.

Dan norma lainnya yang di anut generasi internet adalah kecepatan. Digital native
mengharapkan komunikasi yang sama cepat dari pihak-pihak lain, setiap pesan
instan harus menghasilkan tanggapan yang juga instant.

Kebiasaan baru dalam budaya berkomunikasi itu terjadi akibat pengunaan


teknologi smartphone yang terus menerus dijadikan sebagai media komunikasi
yang paling efektif. Digital vative mengadopsi nilai kedekatan dan kepraktisan
dalam menyebarkan berbagai informasi melalui media massa sosial Whatsap.
Sehingga pada era media baru saat ini generasi internet menganut norma
kebebasan, kustomisasi, hiburan, dan kecepatan.

- Kecepatan dalam pola asuh


Sebuah studi dari (Rahmat, 2018)menemukan bahwa pengguna internet
banyak yang mempunyai sikap cepat marah, tergantung kecepatan signalinternet
dan hal tersebut menjadi pemicu anak senang dengan hal yang instan dan
tidak mau membuang waktu untuk menyelesaikan masalah. Maka dapat
disimpulkan bahwa jika orangtua tidak mengetahui pola asuh yang akan
diimplementasikan maka akan berdampak buruk bagi kehidupan anak.
H. Inovasi
Generasi milenial lahir dalam kultur yang penuh inovasi dan penemuan. Mereka
selalu ingin meng-update perangkat mereka tiap tiga bulan. Mereka rela untuk
menabung uang belanja sekolah hanya untuk membeli gadget atau game baru. Mereka
sangat menikmati dan menghargai inovasi yang hadir di tengah mereka.

Kemajuan teknologiadalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan ini,
karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi
kehidupan manusia.

Kehadiran media sosial juga menjadi faktor pengaruh tingginya konsumsi internet di
kalangan generasi milenial. Media sosial seperti Facebook. Twitter, Instagram, Path,
Youtube, Whatsapp, dan lain sebagainya telah menjadi sarana bagi generasi milenial
untuk menjalin dan mengembangkan pertemanan serta saling berbagi minat sesama
jejaring mereka (Ito et al, 2010). Sistem aktivitas media sosial menyerupai sistem
jaringan, dimana tiap invidu atau node saling terhubung. Hanya saja mereka
terhubung dalam bentuk virtual

Media sosial sangat berpengaruh terhadap kepribadian generasi milenial yang


notabenenya masih remaja. Chambers (2013) secara rapi menghimpun beberapa
penelitian yang dilakukan oleh berbagai peneliti terkait pola penggunaan dan
pengaruh media sosial terhadap generasi milenial di Amerika Serikat dan Eropa yang
berkesimpulan bahwa media sosial menjadi wahana rekreasi bagi generasi milenial.

Mereka dapat mengakses media sosial selama 24 jam dalam sehari, dan 7 hari dalam
sepekan. Mereka berselancar seperti tidak merasa lelah dan menemukan dunia yang
mereka kehendaki. Hasil riset Livingstone et al (2008) kepada anak-anak di negara-
negara Uni Eropa menemukan bahwa situs jejaring sosial seperti Facebook, MySpace,
dan Bebo dianggap sebagai media yang sangat mengasyikkan. Sekitar 60 persen
pengguna media sosial yang masih remaja hampir selalu mengakses akun tersebut
setiap hari dan 93 persen mengaksesnya setiap akhir pekan.

Angka ini tentu akan meningkat seiring dengan hadirnya smartphone yang membuat
akses ke media sosial menjadi lebih mudah.

Remaja di kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia dan Indonesia juga tidak lepas
dari aktifitas yang tinggi dalam mengakses media sosial. Riset Mustaffa et al (2013)
mengkaji ketertantungan terhadap internet dan aktivitas online di kalangan Remaja
Lembah Kilang, Malaysia menemukan bahwa internet dimanfaatkan oleh remaja
untuk berbagi informasi sesama rekan mereka.

- Inovasi dalam revolusi industri 4.0


Revolusi Industri 4.0 merupakan puncak dari perkembangan teknologi informasi,
dimana dampaknya berupa disrupsi diberbagai bidang terkhusus pada bidang
ekonomi yang merupakan sektor paling krusial bagi suatu negara. Era Revolusi
Industri 4.0 dikenal dengan era serba digital. Hampir seluruh kegiatan manusia
diambil alih dan dipermudah oleh teknologi, sehingga bagi negara dengan jumlah
penduduk yang tinggi hal ini akan menjadi sebuah tantangan. Generasi Milenial
sebagai generasi yang menjadi angkatan kerja pada era disrupsi 4.0 dituntut untuk
dapat memiliki skill dan inovasi yang tinggi agar dapat bersaing, oleh sebab itu
salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan prinsip atau
konsepmelek teknologi pada segala lini usaha yang digeluti agar dapat
menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Konsep yang dikembangkan
oleh melek teknologi jika dikombinasikan dengan karakter yang dimiliki oleh
generasi milenial akan menjadi sebuah solusi dalam menghadapi bonus
demografi dan masalah kesenjangan ekonomi di Indonesia. Sehingga remaja kita
yang disebut generasi Z siap dan mampu bersaing.

Manusia juga sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-
inovasi teknologi yang telah dihasilk-an dalam dekade terakhir ini.

- Inovasi dalam kebudayaan


Merupakan komponen internal dalam suatu masya-rakat. Inovasi kebudayaan
yang paling mudah ditemukan adalah munculnya teknologibaru. Kebutuhan
masyarakat yang semakin kom-pleks memaksa individu untuk berpikir kreatif
dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
- Inovasi dalam pembajakan digital
Pembajakan digital adalah sebuah fenomena global yang sangat lazim di berbagai
belahan di dunia. Industri musik telah berubah secara dramatis dalam dekade
terakhir ini, dengan adanya inovasi teknologi yang meningkatkan popularitas
musik digital melalui kegiatan copy atau salinmenyalin (Brown dan MacDonald,
2014). International Federation of Phonographic Industry (2015) mengungkapkan
bahwa search engine adalah penggerak signifikan untuk masuk ke situs musik
ilegal, dan memainkan peran utama dalam mempengaruhi keputusan pengguna
internet tentang dimana dan bagaimana untuk mendapatkan konten tersebut.
Google telah menghapus total tautan atau link bajakan hingga 900 juta tautan
sepanjang 2016 yang menuju konten bajakan, seperti film, musik atau software,
di mesin pencarinya setelah ada permintaan dari para pemegang hak cipta atas
dasar hukum Digital Millennium Copyright Act (DMCA).

Pembajakan masih menjadi masalah besar bagi industri musik, bertindak sebagai
penghalang pada pertumbuhan yang berkelanjutan (IFPI, 2015). Maraknya illegal
download menyebabkan perlahan industri musik mulai menggeser tren ke arah
bisnis pertunjukan.

- Inovasi dalam perkembangan digital di era society 5.0


Perkembangan digital di era society 5.0 memaksakan semua orang untuk dapat
memanfaatkan dan menggunakan teknologi digital, termasuk ke dalam lingkup
keluarga.Banyak hal yang harus dipersiapkan untuk dapat
menggunakan,memanfaatkan maupun menciptakan penemuan baru di era society
5.0, peran keluarga sangatlah besar dalam hal menggunakan teknologi digital
seperti gadget/telfon pintar, peran sebagai orang tua untuk mengawasi dan
mengontrol penggunaan telfon pintar sesuai kebutuhan anak yang tepat, jika anak
tersebut dapat memanfaatkan telfon pinter/gadget sesuai dengan kebutuhannya
bahkan dapat membuat sebuah inovasi seperti aplikasi belajar yang menarik
merupakan hal yang positif, yang dimana peran orang tua atau keluarga harus
selalu mendukung anak melakukan kegiatan yang positif dan munkin berguna
bagi banyak orang.

Akan tetapi disini peran keluarga terkhusus orang tua juga tidak boleh lengah
terhadap penggunaan gadget yang berlebihan terhadap anak, penggunaan yang
belebihan dan tidak sesuai kebutuhan dapat menyebabkan pengaruh atau
kebiasaan yang buruk seperti malas untuk bersosialisasi antar anggota keluarga
yang lain, selalu menyendiri, asik dengan gadget maupun emosi menjadi tidak
terkontrol,maka dari itu orang tua sebagai anggota yang berperan sangat penting
di dalam keluarga harus dapat menyeimbangkan porsi dan kebutuhan anak sesuai.

Orang tua selaku pendamping yang setiap hari bertemu dengan anak harus tau
bagaimana perkembangan anak setiap harinya,walaupun ayah mencari nafkah dan
ibu menjadi ibu rumah tangga akan etapi pengawasan baik dari ayah dan ibu juga
harus sama. Ataupun kedua orang tua sama-sama bekerja maka ayah dan ibu
harus extra menjadi pendamping dan pembimbing anak dalam menggunakan
gadget.
Daftar Pustaka

http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=1539347&val=14475&title=NETIQUET
TE%20ETIKA%20JEJARING%20SOSIAL%20GENERASI%20MILENIAL%20DALAM%20MED
IA%20SOSIAL

https://ict4ngo.com/2015/09/delapan-norma-generasi-internet/

https://penerbit.uthm.edu.my/ojs/index.php/JTS/article/view/1361/92

http://elearning.iainkediri.ac.id/pluginfile.php/194538/mod_resource/content/1/Artikel%20Kebebasan
%20Berpendapat.pdf

http://repository.untar.ac.id/473/1/1246-2939-1-PB.pdf

https://journal.uinmataram.ac.id/index.php/qawwam/article/view/749/839

https://www.neliti.com/publications/265273/perubahan-budaya-komunikasi-pada-pengguna-
whatsapp-di-era-media-baru

https://www.neliti.com/publications/265273/perubahan-budaya-komunikasi-pada-pengguna-
whatsapp-di-era-media-baru

http://eprosiding.ars.ac.id/index.php/psi/article/view/241/131

https://jurnal.unived.ac.id/index.php/prof/article/view/943/788

http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/pip/article/view/4509/3419

https://repository.unja.ac.id/3829/28/199_206_aimi.pdf

https://journal.umpo.ac.id/index.php/istawa/article/view/168/152

https://journal.stieputrabangsa.ac.id/index.php/fokbis/article/view/750/439

https://repository.unair.ac.id/74654/2/FULLTEXT_Fis.AN.69%2018%20Put%20i.pdf

http://journal2.um.ac.id/index.php/jppk/article/view/12831/6086

https://jurnal-stidnatsir.ac.id/index.php/dakwah/article/view/90/141

https://jurnal.ipi.web.id/jurnalipi/article/view/80/48

http://www.ojs.iptpisurakarta.org/index.php/Edudikara/article/view/93/70

https://ojie.um.edu.my/index.php/O-JIE/article/view/5536/3293

http://e-jurnal.unisda.ac.id/index.php/MADANI/article/view/3267/2070
https://ojs.umrah.ac.id/index.php/jme/article/view/2402/1043

https://www.neliti.com/publications/265273/perubahan-budaya-komunikasi-pada-pengguna-
whatsapp-di-era-media-baru

https://ejournal.iai-tribakti.ac.id/index.php/piaud/article/view/2519/1137

https://journal.moestopo.ac.id/index.php/dianmas/article/view/1493/731

https://journal.uny.ac.id/index.php/jppfa/article/view/2616/2171

https://www.researchgate.net/profile/Syafrizal-
Helmi/publication/336029378_NORMA_SUBJEKTIF_DAN_SIKAP_TERHADAP_KEPUTUSAN_
PEMBELIAN_TIKET_KONSER_DENGAN_MINAT_MENGUNDUH_MUSIK_DIGITAL_ILEGA
L_DAN_MINAT_BELI_MUSIK_LEGAL_SEBAGAI_VARIABEL_INTERVENING/links/5d8b888
992851c33e93bf390/NORMA-SUBJEKTIF-DAN-SIKAP-TERHADAP-KEPUTUSAN-
PEMBELIAN-TIKET-KONSER-DENGAN-MINAT-MENGUNDUH-MUSIK-DIGITAL-ILEGAL-
DAN-MINAT-BELI-MUSIK-LEGAL-SEBAGAI-VARIABEL-INTERVENING.pdf

http://ejournal.goacademica.com/index.php/ja/article/view/542/507

file:///C:/Users/user/Downloads/4133-Article%20Text-20155-1-10-20220630.pdf

file:///C:/Users/user/Downloads/67-Article%20Text-88-1-10-20181127.pdf

file:///C:/Users/user/Downloads/42648-121292-2-PB%20(1).pdf

file:///C:/Users/user/Downloads/15517-47012-1-PB.pdf

file:///C:/Users/user/Downloads/413-Article%20Text-1124-2-10-20190814.pdf

file:///C:/Users/user/Downloads/647-Article%20Text-939-1-10-20191114.pdf

file:///C:/Users/user/Downloads/4133-Article%20Text-20155-1-10-20220630.pdf

Anda mungkin juga menyukai