ESSAY
Oleh :
PENDAHULUAN
Media sosial merupakan sebuah media dimana para pengguna tersebut dapat
bersosialisasi,berbagi dan mendapatkan informasi,seerta sebagai tempat untuk seseorang
mengekpresikan diri mereka dengan jangkau yang tidak terbatas.Perkembangan teknologi
yang menyangkut media sosial telah dikembangkan sejak tahun 1978,walaupun hanya berupa
Bullein Board System (BBS) yang digunakan untuk mengirim atau menjawab informasi
tertentu.Dan dengan berjalannya waktu,diciptakanlah suatu tekologi yang disebut
smartphone,benda kecil yang dapat dibawa kemanapun dan memiliki banyak kemampuan
yang menyerupai computer.dengan benda ini,pengguna tersebut dapat menggunakan media
sosial dimanapun dan kapanpun selama terdapatnya sinyal (Kurniawati, 2017).
Tantangan lebih berat dihadapi pemimpin di era milenial. Sebuah era dimana anggota
tim atau organisasi terdiri dari banyak atau didominasi oleh generasi milenial. Untuk
mengetahui siapakah generasi milenial diperlukan kajian literatur dari berbagai sumber yang
merupakan pendapat beberapa peneliti berdasarkan rentang tahun kelahiran. Istilah milenial
pertama kali dicetuskan Strauss dan Howe dalam bukunya yang berjudul Millenials Rising:
The Next Great Generation (2000). Mereka menciptakan istilah ini tahun 1987 yaitu ketika
anak-anak yang lahir tahun 1982 masuk pra-sekolah. Saat itu media mulai menyebut sebagai
kelompok yang terhubung ke millennium baru di saat lulus sma di tahun 2000. Jika
didasarkan pada Generation Theory yang dicetuskan oleh Karl Manheimmaka generasi
milenial adalah generasi yang lahir pada rasio tahun 1980 sampai dengan 2000. Generasi
milenial disebut juga sebagai generasi Y. Istilah ini mulai dikenal dan digunakan pada
editorial Koran besar Amerika Serikat pada agustus 1993 (Pohan, 2019:157).
Tingginya pengguna media sosial di Indonesia tidak selaras dengan kesadaran
pengaruh positif dan negatifnya. (Sulistyo and Najicha 2022).
Kenyataannya, di era digital ini kerusakan moral menjadi kondisi yang sangat
memprihatinkan. (Gunawan, Fatma, and Najicha 2022).
TEORI PENUNJANG
Bab ini akan membahas tantang teori penunjang dalam mengurangi orang orang yang
kurang memahami niai-nilai pancasila dalam bermidia sosial.Untuk itu dalam pembahasan
dasar teori akan didasarkan beberapa tinjauan yakni :
Pancasila adalah ideologi dasar bagi Negara Indonesia. Nama ini terdiri dai dua nama
sansa kerta yaitu panca yang artinya lima dan sila yang artinya prinsip ata asas.
Pancasila merupakan formulasi dan panduan kehidupan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima pilar utama yang menyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, yang tercantum pada alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945. Sejarah mencatat bahwa
meskipun bangsa Indonesia pernah mengalami tiga kali pergantian UUD, rumusan Pancasila
tetap berlaku di dalamnya. Saat ini, yang terpenting adalah bagaimana rakyat, terutama
kalangan elite nasional, melaksanakan Pancasila dalam segala sendi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Janganlah menjadikan Pancasila sekadar rangkaian kata-kata indah tanpa makna.
Jika begitu, maka Pancasila tidak lebih dari rumusan beku yang tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945. Pancasila akan kehilangan makna bila para elite tidak mau bersikap atau
bertindak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Bila Pancasila tidak tersentuh dengan
kehidupan nyata, Pancasila tidak akan bergema. Maka, lambat-laun pengertian dan kesetiaan
rakyat terhadap Pancasila akan kabur dan secara perlahan-lahan menghilang. Oleh karena itu,
guna meredam pengaruh dari luar, perlu dilakukan akulturasi kebudayaan. Artinya, budaya
dari luar disaring oleh budaya nasional sehingga output yang dihasilkan seusai dengan nilai
dan norma bangsa dan rakyat Indonesia. Teknologi itu sendiri adalah keseluruhan sarana
untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan
hidup manusia.
Pancasila berbunyi :
Sila-sila tersebut banyak sekali makna yang terkandung di dalamnnya yang selalu
menjadi patokan dalam Negara kita untuk membuat sebuah peraturan dan juga untuk
landasan bagi seluruh bangsa Indonesia.
Media sosial memiliki beberapa karakteristik yang tidak dimiliki oleh jenis media
lainnya, seperti jaringan, informasi, arsip, interaksi, simulasi sosial, konten yang dibuat oleh
pengguna, dan penyebaran. Media sosial umumnya digunakan untuk saling berbagi dan
berpartisipasi. Tidak jarang, media sosial juga digunakan sebagai sarana untuk melakukan
interaksi sosial. Hal ini disebabkan oleh kemudahan dalam mengakses media sosial yang
dapat dilakukan kapan pun dan di mana pun.
Kehadiran media dengan segala kelebihannya telah menjadi bagian hidup manusia.
Perkembangan zaman menghasilkan beragam media, salah satunya media sosial. Media
sosial merupakan media di internet yang memungkinkan pengguna untuk mewakili diri
maupun berinteraksi, bekerjasama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan
membentuk ikatan sosial secara virtual.
Menurut peneliti, media sosial adalah sebuah media online di mana setiap pengguna
dapat bebas untuk saling berbagi ataupun berpartisipasi baik itu informasi maupun hiburan
yang mampu mendukung adanya interaksi sosial.
Bullying secara langsung atau tatap muka dan cyberbullying seringkali dapat
terjadi secara bersamaan. Namun cyberbullying meninggalkan jejak digital – sebuah
rekaman atau catatan yang dapat berguna dan memberikan bukti ketika membantu
menghentikan perilaku salah ini.
Milenial, juga dikenal sebagai generasi Y atau generasi langgas, merupakan kelompok
demografi yang muncul setelah generasi X. Berbeda dengan generasi sebelumnya, milenial
tidak memiliki batasan waktu yang pasti untuk awal dan akhir era mereka. Namun, para
peneliti dan ahli umumnya menggunakan rentang waktu mulai dari awal tahun 1980-an
hingga awal tahun 2000-an untuk mengelompokkan milenial.
2.4.1 Karakteristik Generasi Milenial
Di sebagian besar wilayah di dunia, pengaruh dari generasi milenial ditandai oleh adanya
peningkatan dalam hal liberalisasi politik dan ekonomi. Salah satu contohnya adalah masa
resesi besar atau The Great Recession yang memiliki dampak signifikan pada generasi
milenial, seperti peningkatan tingkat pengangguran dan potensi krisis sosial dan ekonomi
jangka panjang.
Menurut dua studi yang diterbitkan oleh Pewresearch dan Livescience, terdapat beberapa
karakteristik yang dimiliki oleh generasi milenial:
2.4.1.1 Powresearch
JURNAL RUJUKAN
31. Penerapan Nilai-nilai Pancasila Pada GenerasiMilenial di Media Sosial
3.1.1 Kesimpulan
Komunikasi dalam media sosial memberikan kebebasan seluas-luasnya bagi
para pengguna untuk mengekspresikan dirinya, sikapnya, pandangan hidupnya,
pendapatnya, atau mungkin sekedar menumpahkan kekesalan. Termasuk memberikan
kebebasan apakah media sosial akan digunakan secara positif atau negatif. Kita patut
prihatin dengan kondisi saat ini, cukup banyak orang yang menggunakan media sosial
untuk menyebarkan kebencian dan provokasi.
Adanya media sosial dapat digunakan untuk menjadi metode efektif baru
untuk memaparkan nilai-nilai Pancasila. Pengetahuan mengenai Pancasila yang sudah
diterapkan ini membuat pengaruh negatif dari media sosial dapat dinetralisasi
sehingga mayoritas dari responden kami juga tidak mendapatkan pengaruh buruk dari
media sosial. Mereka cenderung mengetahui bentuk dari pelanggaran aturan dan nilai
Pancasila pada media sosial seperti cyberbullying. Oleh karena itu, media sosial tidak
terlalu memberikan pengaruh buruk terhadap nilai yang terkandung dalam Pancasila
pada generasi milenial karena media sosial digunakan menjadi sarana baru untuk
memaparkan nilai Pancasila sehingga nilai-nilai itu tidak pudar.
3.2 Pancasila Dalam Menangani Permasalahan Digital Di Indonesia
3.2.1 Kesimpulan
Dalam era digitalisasi ini, manusia, khususnya masyarakat Indonesia, harus
bijak dalam menggunakan media sosial dengan pedoman dari Pancasila. Sila-sila
Pancasila, apabila ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari, akan membuka
kemungkinan agar seluruh warga negara Indonesia merasa aman dan tentram. Media
sosial, sebagai wadah untuk berekspresi tanpa hambatan dan mengetahui batasan apa
yang seharusnya dibagikan dan tidak, harus dijadikan sebagai sarana yang sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila.
Pancasila, yang menjadi pedoman hidup masyarakat Indonesia, harus terus
diimplementasikan di mana pun dan kapan pun. Tingkah laku masyarakat Indonesia
bukan hanya agar patuh terhadap aturan, namun juga diharapkan bisa lebih bijak
dalam mengelola media massa. Tidak sedikit korban yang merasa trauma akibat
banyaknya ucapan dan tulisan buruk yang dilontarkan kepada mereka melalui media
sosial. Seringkali, aparat sulit mencari siapa pelaku yang kerap kali menyamarkan
identitasnya.
Sebagai warga Indonesia yang bijak, sudah seharusnya kita menerapkan sila-
sila Pancasila dengan tujuan menjaga kenyamanan dan ketertiban antarumat manusia.
Semua ini dapat dilakukan jika ada kemauan dari diri sendiri. Ketertiban umat
Indonesia akan sangat terjaga apabila masyarakat sadar akan pentingnya Pancasila
dan menghindari serta meminimalisir kasus-kasus yang merugikan orang lain.
Bagian Persamaan Perbedaan
(https://www.kemenkopmk.go.id/mengekspresikan-pancasila-melalui-media-sosial
19 September 2023)
(https://eprints.umm.ac.id/40601/3/BAB%20II.pdf
01 Oktober 2023)
(https://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/view/2777
15 Oktober 2023)
(https://osf.io/qjk9t/download/?format=pdf
15 Oktober 2023)