Anda di halaman 1dari 13

KURANGNYA PEMAHAMAN NILAI-NILAI PANCASILA

DALAM BERMEDIA SOSIAL SEHINGGA TERJADINYA


CYBERBULLYING DI GENERASI MILENIAL

ESSAY

Oleh :

-Rafael Aditya (Ketua Kel) -Muhammad Ghorib Nawaz


-Kaka Fadilah Akbar Sidik -Hilmi Alfaruq
-M.Rafly Drajat Maulana -Ardiah Yunita
-Adi Maulana -Rizki Rhomadhon

MATA KULIAH PANCASILA


PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS ADHIRAJASA RESWARA SANJAYA
2023
BAB I

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi komunkasi yang diikuti dengan berkembangnya pengunaan


internet akhrinya memunculkan realitas yang bernama new media (media
baru).Perkembangan teknologi dan informasi,khususnya yang terjadi di Indonesia terjadi
sangat dinamis.Perkembangan tersebut tentu saja berdampak pada segala bidang,seperti
ekonomi,kesehatan,sosial dan tentunya pada bidang pendidikan (Cholik,2017).

Media sosial merupakan sebuah media dimana para pengguna tersebut dapat
bersosialisasi,berbagi dan mendapatkan informasi,seerta sebagai tempat untuk seseorang
mengekpresikan diri mereka dengan jangkau yang tidak terbatas.Perkembangan teknologi
yang menyangkut media sosial telah dikembangkan sejak tahun 1978,walaupun hanya berupa
Bullein Board System (BBS) yang digunakan untuk mengirim atau menjawab informasi
tertentu.Dan dengan berjalannya waktu,diciptakanlah suatu tekologi yang disebut
smartphone,benda kecil yang dapat dibawa kemanapun dan memiliki banyak kemampuan
yang menyerupai computer.dengan benda ini,pengguna tersebut dapat menggunakan media
sosial dimanapun dan kapanpun selama terdapatnya sinyal (Kurniawati, 2017).

Tantangan lebih berat dihadapi pemimpin di era milenial. Sebuah era dimana anggota
tim atau organisasi terdiri dari banyak atau didominasi oleh generasi milenial. Untuk
mengetahui siapakah generasi milenial diperlukan kajian literatur dari berbagai sumber yang
merupakan pendapat beberapa peneliti berdasarkan rentang tahun kelahiran. Istilah milenial
pertama kali dicetuskan Strauss dan Howe dalam bukunya yang berjudul Millenials Rising:
The Next Great Generation (2000). Mereka menciptakan istilah ini tahun 1987 yaitu ketika
anak-anak yang lahir tahun 1982 masuk pra-sekolah. Saat itu media mulai menyebut sebagai
kelompok yang terhubung ke millennium baru di saat lulus sma di tahun 2000. Jika
didasarkan pada Generation Theory yang dicetuskan oleh Karl Manheimmaka generasi
milenial adalah generasi yang lahir pada rasio tahun 1980 sampai dengan 2000. Generasi
milenial disebut juga sebagai generasi Y. Istilah ini mulai dikenal dan digunakan pada
editorial Koran besar Amerika Serikat pada agustus 1993 (Pohan, 2019:157).
Tingginya pengguna media sosial di Indonesia tidak selaras dengan kesadaran
pengaruh positif dan negatifnya. (Sulistyo and Najicha 2022).

Kenyataannya, di era digital ini kerusakan moral menjadi kondisi yang sangat
memprihatinkan. (Gunawan, Fatma, and Najicha 2022).

Pancasila belum dapat diimplementasikan dalam sendi-sendi kehidupan. Terbukti


dengan masih banyaknya kasus tidak pancasilais yang terjadi di Indonesia. (Rizqullah and
Najicha 2022). Tentunya, tidak hanya warga negara yang harus ambil bagian dalam kasus
cyberbullying ini. Pemerintah juga harus ambil bagian dalam pemberdayaan masyarakat dan
juga memperkuat berbagai peraturan yang dapat meminimalisasi cyberbullying ini. (Minarso
and Najicha 2022).

Cyberbullying lebih mudah dilakukan seseorang daripada kekerasan dengan cara


berhadapan langsung antara korban dan pelaku, karena tindak pidana ini bisa dilakukan
pelaku tanpa harus menghadapi target. Tindakan ini dapat berupa komentar menghina di
media sosial, menyebarkan video intimidasi, dan pencemaran nama baik melalui media
sosial. (Sari et al. 2022).
BAB II

TEORI PENUNJANG

Bab ini akan membahas tantang teori penunjang dalam mengurangi orang orang yang
kurang memahami niai-nilai pancasila dalam bermidia sosial.Untuk itu dalam pembahasan
dasar teori akan didasarkan beberapa tinjauan yakni :

1. Tinjauan Teori Pancasila.


2. Tinjauan Teori Media Sosial.
3. Tinjauan Teori Cyberbullying.
4. Tinjauan Teori Generasi Milenial.

2.1 Tinjauan Teori Pancasila

Pancasila adalah ideologi dasar bagi Negara Indonesia. Nama ini terdiri dai dua nama
sansa kerta yaitu panca yang artinya lima dan sila yang artinya prinsip ata asas.

Pancasila merupakan formulasi dan panduan kehidupan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima pilar utama yang menyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, yang tercantum pada alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945. Sejarah mencatat bahwa
meskipun bangsa Indonesia pernah mengalami tiga kali pergantian UUD, rumusan Pancasila
tetap berlaku di dalamnya. Saat ini, yang terpenting adalah bagaimana rakyat, terutama
kalangan elite nasional, melaksanakan Pancasila dalam segala sendi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Janganlah menjadikan Pancasila sekadar rangkaian kata-kata indah tanpa makna.
Jika begitu, maka Pancasila tidak lebih dari rumusan beku yang tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945. Pancasila akan kehilangan makna bila para elite tidak mau bersikap atau
bertindak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Bila Pancasila tidak tersentuh dengan
kehidupan nyata, Pancasila tidak akan bergema. Maka, lambat-laun pengertian dan kesetiaan
rakyat terhadap Pancasila akan kabur dan secara perlahan-lahan menghilang. Oleh karena itu,
guna meredam pengaruh dari luar, perlu dilakukan akulturasi kebudayaan. Artinya, budaya
dari luar disaring oleh budaya nasional sehingga output yang dihasilkan seusai dengan nilai
dan norma bangsa dan rakyat Indonesia. Teknologi itu sendiri adalah keseluruhan sarana
untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan
hidup manusia.

Pancasila berbunyi :

1. Ketuhanan yang maha esa.


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sila-sila tersebut banyak sekali makna yang terkandung di dalamnnya yang selalu
menjadi patokan dalam Negara kita untuk membuat sebuah peraturan dan juga untuk
landasan bagi seluruh bangsa Indonesia.

Peran Pancasila dalam Menghadapi Era Milenial dan Terkikisnya Nilai-Nilai


Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara harus Menjadi Alarm Kritis bagi Kita
sebagai Bangsa yang menjadikan Pancasila sebagai Dasar Negara. Karena bagaimanapun,
ideologi dalam hal ini, merupakan hal yang paling sentral. Dalam momentum pekan
Pancasila ini, seharusnya semangat Pancasila berada di garis terdepan dalam mengatasi
segala kekacauan yang terjadi saat ini. Tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia
saat ini adalah perkembangan teknologi digital yang sangat pesat. Fenomena teknologi ini
terjadi di mana batasan-batasan antar negara seakan memudar karena terjadinya berbagai
perkembangan di segala aspek kehidupan, khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dengan terjadinya perkembangan berbagai aspek kehidupan, khususnya di bidang
IPTEK, maka manusia dengan lebih mudah bisa mendapatkan berbagai informasi yang ada
dan yang terjadi di dunia. Namun fenomena teknologi ini tidak selalu positif, berbagai
perubahan yang terjadi akibat dari teknologi sudah sangat terasa, baik itu di bidang Politik,
Ekonomi, Sosial, Budaya, dan Teknologi Informasi.

2.2 Tinjauan Teori Media Sosial


Media sosial adalah platform di internet yang memungkinkan pengguna untuk
mewakili diri mereka sendiri dan berinteraksi, bekerja sama, berbagi, dan berkomunikasi
dengan pengguna lain, serta membentuk ikatan sosial secara virtual. Media sosial merupakan
media digital di mana realitas sosial terjadi dan pengguna dapat berinteraksi dalam ruang dan
waktu yang berbeda. Nilai-nilai yang ada dalam masyarakat atau komunitas juga dapat
muncul dalam bentuk yang sama atau berbeda di internet.

Media sosial memiliki beberapa karakteristik yang tidak dimiliki oleh jenis media
lainnya, seperti jaringan, informasi, arsip, interaksi, simulasi sosial, konten yang dibuat oleh
pengguna, dan penyebaran. Media sosial umumnya digunakan untuk saling berbagi dan
berpartisipasi. Tidak jarang, media sosial juga digunakan sebagai sarana untuk melakukan
interaksi sosial. Hal ini disebabkan oleh kemudahan dalam mengakses media sosial yang
dapat dilakukan kapan pun dan di mana pun.

Kehadiran media dengan segala kelebihannya telah menjadi bagian hidup manusia.
Perkembangan zaman menghasilkan beragam media, salah satunya media sosial. Media
sosial merupakan media di internet yang memungkinkan pengguna untuk mewakili diri
maupun berinteraksi, bekerjasama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan
membentuk ikatan sosial secara virtual.

Menurut peneliti, media sosial adalah sebuah media online di mana setiap pengguna
dapat bebas untuk saling berbagi ataupun berpartisipasi baik itu informasi maupun hiburan
yang mampu mendukung adanya interaksi sosial.

2.3 Tinjauan Teori Cyberbullying


Cyberbullying (perundungan dunia maya) ialah bullying/perundungan dengan
menggunakan teknologi digital. Hal ini dapat terjadi di media sosial, platform chatting,
platform bermain game, dan ponsel. Adapun menurut Think Before Text, cyberbullying
adalah perilaku agresif dan bertujuan yang dilakukan suatu kelompok atau individu,
menggunakan media elektronik, secara berulang-ulang dari waktu ke waktu, terhadap
seseorang yang dianggap tidak mudah melakukan perlawanan atas tindakan tersebut. Jadi,
terdapat perbedaan kekuatan antara pelaku dan korban. Perbedaan kekuatan dalam hal ini
merujuk pada sebuah persepsi kapasitas fisik dan mental.

Cyberbullying merupakan perilaku berulang yang ditujukan untuk menakuti,


membuat marah, atau mempermalukan mereka yang menjadi sasaran. Contohnya
termasuk:
1. Menyebarkan kebohongan tentang seseorang atau memposting foto
memalukan tentang seseorang di media sosial
2. Mengirim pesan atau ancaman yang menyakitkan melalui
platform chatting, menuliskan kata-kata menyakitkan pada kolom komentar
media sosial, atau memposting sesuatu yang memalukan/menyakitkan
3. Meniru atau mengatasnamakan seseorang (misalnya dengan akun palsu
atau masuk melalui akun seseorang) dan mengirim pesan jahat kepada
orang lain atas nama mereka.
4. Trolling - pengiriman pesan yang mengancam atau menjengkelkan di
jejaring sosial, ruang obrolan, atau game online
5. Mengucilkan, mengecualikan, anak-anak dari game online, aktivitas, atau
grup pertemanan
6. Menyiapkan/membuat situs atau grup (group chat, room chat) yang berisi
kebencian tentang seseorang atau dengan tujuan untuk menebar
kebencian terhadap seseorang

7. Membuat akun palsu, membajak, atau mencuri identitas online untuk


mempermalukan seseorang atau menyebabkan masalah dalam
menggunakan nama mereka
8. Memaksa anak-anak agar mengirimkan gambar sensual atau terlibat
dalam percakapan seksual.

Bullying secara langsung atau tatap muka dan cyberbullying seringkali dapat
terjadi secara bersamaan. Namun cyberbullying meninggalkan jejak digital – sebuah
rekaman atau catatan yang dapat berguna dan memberikan bukti ketika membantu
menghentikan perilaku salah ini.

2.4 Tinjauaan Teori Generasi Milenial

Milenial, juga dikenal sebagai generasi Y atau generasi langgas, merupakan kelompok
demografi yang muncul setelah generasi X. Berbeda dengan generasi sebelumnya, milenial
tidak memiliki batasan waktu yang pasti untuk awal dan akhir era mereka. Namun, para
peneliti dan ahli umumnya menggunakan rentang waktu mulai dari awal tahun 1980-an
hingga awal tahun 2000-an untuk mengelompokkan milenial.
2.4.1 Karakteristik Generasi Milenial

Berbeda dengan generasi sebelumnya, generasi milenial memiliki karakteristik


yang beragam tergantung pada wilayah serta kondisi ekonomi dan sosial yang
mempengaruhinya. Namun demikian, secara umum, generasi milenial ditandai oleh
peningkatan penggunaan dan keakrabannya dengan komunikasi, media, dan teknologi digital.

Di sebagian besar wilayah di dunia, pengaruh dari generasi milenial ditandai oleh adanya
peningkatan dalam hal liberalisasi politik dan ekonomi. Salah satu contohnya adalah masa
resesi besar atau The Great Recession yang memiliki dampak signifikan pada generasi
milenial, seperti peningkatan tingkat pengangguran dan potensi krisis sosial dan ekonomi
jangka panjang.

Menurut dua studi yang diterbitkan oleh Pewresearch dan Livescience, terdapat beberapa
karakteristik yang dimiliki oleh generasi milenial:

2.4.1.1 Powresearch

Menurut Pewresearch, generasi milenial memiliki karakteristik sebagai


berikut:

1. Berdasarkan data dari Biro Sensus di Amerika, populasi generasi


milenial pada tahun 2014 mencapai 74,8 juta jiwa. Pada tahun
2015, populasi generasi milenial mengalami peningkatan menjadi
75,3 juta jiwa, menjadikannya kelompok generasi terbesar pada
saat itu.

2. Tingkat imigrasi generasi milenial diketahui lebih tinggi


dibandingkan dengan generasi lainnya. Diperkirakan bahwa tingkat
transmigrasi pada generasi milenial akan mencapai puncaknya
pada tahun 2036, dengan perkiraan jumlah populasi mencapai 81,1
juta jiwa.
2.4.1.2 Livescience

Pada tahun 2012, sebuah penelitian yang diterbitkan


oleh livescience menunjukkan bahwa generasi milenial
memiliki karakteristik yang cenderung individualistik. Selain
itu, generasi milenial juga cenderung mengabaikan masalah
politik dan lebih fokus pada nilai-nilai materialistis.

Generasi milenial juga dinilai kurang peduli dalam


membantu sesama, jika dibandingkan dengan generasi X
maupun generasi baby boomer pada usia yang sama. Penelitian
ini didasarkan pada analisis dua database yang mencakup 9 juta
orang yang saat itu berada di bangku SMA atau baru saja
memasuki perguruan tinggi.

Jika dilihat dari sisi negatifnya, generasi milenial dapat


dikarakterisasi sebagai pemalas, narsis, dan cenderung sering
berpindah pekerjaan.

Namun, di sisi lain, generasi milenial juga memiliki


aspek positif yang patut diapresiasi. Salah satunya adalah sikap
terbuka dalam berpikir dan mendukung hak-hak kesehatan
seperti LGBT serta kaum minoritas.

Selain itu, generasi milenial juga memiliki tingkat


kepercayaan diri yang baik. Mereka mampu mengungkapkan
perasaan dengan baik, memiliki sikap liberal, optimis, dan
mampu menerima ide dan gaya hidup yang positif.

Majalah Time menemukan karakteristik khas dari


generasi milenial, seperti keinginan untuk memiliki jam kerja
yang lebih fleksibel, mengalokasikan waktu untuk diri sendiri
saat bekerja, serta cenderung terbuka terhadap saran dan kritik,
termasuk menerima nasihat dari pimpinan perusahaan
mengenai perkembangan karir mereka.
BAB III

JURNAL RUJUKAN
31. Penerapan Nilai-nilai Pancasila Pada GenerasiMilenial di Media Sosial
3.1.1 Kesimpulan
Komunikasi dalam media sosial memberikan kebebasan seluas-luasnya bagi
para pengguna untuk mengekspresikan dirinya, sikapnya, pandangan hidupnya,
pendapatnya, atau mungkin sekedar menumpahkan kekesalan. Termasuk memberikan
kebebasan apakah media sosial akan digunakan secara positif atau negatif. Kita patut
prihatin dengan kondisi saat ini, cukup banyak orang yang menggunakan media sosial
untuk menyebarkan kebencian dan provokasi.
Adanya media sosial dapat digunakan untuk menjadi metode efektif baru
untuk memaparkan nilai-nilai Pancasila. Pengetahuan mengenai Pancasila yang sudah
diterapkan ini membuat pengaruh negatif dari media sosial dapat dinetralisasi
sehingga mayoritas dari responden kami juga tidak mendapatkan pengaruh buruk dari
media sosial. Mereka cenderung mengetahui bentuk dari pelanggaran aturan dan nilai
Pancasila pada media sosial seperti cyberbullying. Oleh karena itu, media sosial tidak
terlalu memberikan pengaruh buruk terhadap nilai yang terkandung dalam Pancasila
pada generasi milenial karena media sosial digunakan menjadi sarana baru untuk
memaparkan nilai Pancasila sehingga nilai-nilai itu tidak pudar.
3.2 Pancasila Dalam Menangani Permasalahan Digital Di Indonesia
3.2.1 Kesimpulan
Dalam era digitalisasi ini, manusia, khususnya masyarakat Indonesia, harus
bijak dalam menggunakan media sosial dengan pedoman dari Pancasila. Sila-sila
Pancasila, apabila ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari, akan membuka
kemungkinan agar seluruh warga negara Indonesia merasa aman dan tentram. Media
sosial, sebagai wadah untuk berekspresi tanpa hambatan dan mengetahui batasan apa
yang seharusnya dibagikan dan tidak, harus dijadikan sebagai sarana yang sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila.
Pancasila, yang menjadi pedoman hidup masyarakat Indonesia, harus terus
diimplementasikan di mana pun dan kapan pun. Tingkah laku masyarakat Indonesia
bukan hanya agar patuh terhadap aturan, namun juga diharapkan bisa lebih bijak
dalam mengelola media massa. Tidak sedikit korban yang merasa trauma akibat
banyaknya ucapan dan tulisan buruk yang dilontarkan kepada mereka melalui media
sosial. Seringkali, aparat sulit mencari siapa pelaku yang kerap kali menyamarkan
identitasnya.
Sebagai warga Indonesia yang bijak, sudah seharusnya kita menerapkan sila-
sila Pancasila dengan tujuan menjaga kenyamanan dan ketertiban antarumat manusia.
Semua ini dapat dilakukan jika ada kemauan dari diri sendiri. Ketertiban umat
Indonesia akan sangat terjaga apabila masyarakat sadar akan pentingnya Pancasila
dan menghindari serta meminimalisir kasus-kasus yang merugikan orang lain.
Bagian Persamaan Perbedaan

• pembahasan media Media sosial Dengan adanya penambahan,


sosial merupakan platform media sosial merupakan
online yang digunakan media di internet yang
untuk keperluan memungkinkan pengguna
komunikasi jarak jauh.. untuk mewakili diri maupun
berinteraksi, bekerjasama,
berbagi, berkomunikasi
dengan pengguna lain, dan
membentuk ikatan sosial
secara virtual.

• Terdapat kesamaan Pembahasan mengenai


pembahasanpancasila dalam pembahasan Pancasila dalam materi ini
teori Pancasila. merupakan penjelasan
mengenai ideologi dasar bagi
negara Indonesia. Nama
Pancasila berasal dari dua
kata dalam bahasa Sanskerta,
yaitu "panca" yang berarti
lima dan "sila" yang berarti
prinsip atau asas.

• Metode penelitian Sama-sama Memasukan dua teori yang


menggunakan metode berbeda
penelitian kualitatif
atau pendekatan
deskriptif.

• Definisi media sosial Masyarakat Indonesia Melengkapi susunan


harus mematuhi perundang-undangan atas
Pancasila dan undang- dasar teori yang berasal dari
undang dalam berbagai literatur penelitian
penggunaan media (Fuchs, 2014 dalam
sosial. Nasrullah, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

(https://www.kemenkopmk.go.id/mengekspresikan-pancasila-melalui-media-sosial
19 September 2023)
(https://eprints.umm.ac.id/40601/3/BAB%20II.pdf
01 Oktober 2023)
(https://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/view/2777
15 Oktober 2023)
(https://osf.io/qjk9t/download/?format=pdf
15 Oktober 2023)

Anda mungkin juga menyukai