Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH

“Konten Eksplisit Podcast dalam Membangun Persepsi Milenial”

Dosen Pengampu: Dr. Hj.Nuryah Asri Syafirah, M.Si.


Untuk memenuhi tugas mata kuliah: Media, Budaya dan Teknologi

Disusun oleh:
Muh. Irfan Maulana
210120200010

Program Studi Magister


FAKULTAS KOMUNIKASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
Konten Eksplisit Podcast dalam Membangun Persepsi Milenial

PENDAHULUAN

media massa saat ini merupakan sebuah pendukung kebutuhan informasi dan hiburan
dalam aktifitas masyarakat pada era globalisasi secara praktis dan efektif. Secara teori, media
massa bertujuan menyampaikan informasi dengan benar secara efektif dan efesien kepada setiap
khalayak (Sobur, 2004;114).

Dengan berkembangya media massa saat ini membut masyarakat memiliki banyak
pilihan untuk mendapatkan informasi atau hiburan yang mereka inginkan. Dalam
perkembanganya kini media massa berkembang dengan berbagai ragam bentuk untuk
menyampaikan informasi mulai dari digitalisai media cetak, audio dan bahkan audio visual.
Dengan perkembangan media massa semacam ini, pengetahuan informasi bagi masyarakat
secara tidak langsung bisa terpenuhi.

Teknologi baru yang semakin maju, internet yang semakin mudah untuk di akses,
aplikasi semakin banyak serta media sosial untuk berinteraksi semakin beragam. Setiap orang
dengan akses internet baik melalui komputer, laptop, smartphone atau perangkat jenis lainnya
bisa dengan mudah mengunakannya. Babak baru dalam berkembangnya teknologi biasa disebut
new wave technology, new wave technology didukung oleh perangkat teknologi yang semakin
canggih untuk menghubungkan antar individu dan kelompok.

Pada awal 2018, sebuah media baru mulai populer di Indonesia, media itu adalah
Podcast. Podcast biasanya merupakan rekaman asli audio atau video, tetapi bisa juga merupakan
siaran televisi atau program radio, kuliah, pertunjukan, atau acara lain. Memiliki format file
audio. Podcast mulai dikenal sejak lahirnya iPod buatan Apple yang diperkenalkan oleh Steve
Jobs pada 2001. Podcast umumnya bersifat on demand. Kita bisa mendengarkan siaran ini kapan
saja dan di mana saja tanpa perlu menunggu waktu siaran layaknya radio. Podcast juga bisa
diunduh melalui smartphone atau computer yang membuatnya audiens semakin mudah untuk
menikmatinya. Seiring waktu, materi podcast semakin berkembang dan beragam. Kemasannya
dapat berupa sandiwara, talk show, monolog dan feature/dokumenter. Temanya pun beragam,
tidak ada standar tema yang ditentukan. Saat ini pembuat podcast tidak hanya perorangan atau
kelompok, tetapi perusahaan-perusahaan besar juga mulai tertarik dengan podcast dengan tujuan
ingin memberikan pandangan baru kepada konsumennya atau membuat jalur informasi baru dan
sebuah hiburan yang tidak biasa. Bagi pendengar podcast adalah sebuah cara untuk menikmati
konten menarik dari seluruh dunia secara gratis. Kalangan masyarakat yang mengkonsumsi
platform tersebut kebanyaka anak muda dengan rentan usia 15-29 tahun.Berbagai genre yang
sering didengarkan oleh para melinial adalah eduksi, olahraga, horror dan lain sebagainya.
Dengan mudahnya podcasat di akses membuat milenial banyak yang menggunakanya, mereka
bisa mendengarkan dimasa saja ketika sedang mengendarai, diangkutan umum dan ketika
sebelum tidur. Ada banyak pula konten yang di buat oleh podcaster yaitu konten ekplisit yang
mengumbar perbuatan negatif mereka, seperti halnya pornografi, berperilaku tidak baik, dan
masih banyak lagi. Konten yang menayangkan konten ekplisit tersebut sempat popoler di
kalangan milenial dan bahkan sampai saat ini.
Kini pelaku podcast tidak hanya menyuguhkan konten mereka berupa audio saja, akan
tetapi mereka juga menmaanfaatkan platform youtube untuk mendistribusikan konten mereka.
Dengan beralihnya konten podcast menuju platform audio visual berupa konten youtube tentu
semakin banyak pendengar mereka.

TINJAUAN PUSTAKA
Teori Uses and Gratification
Teori uses and gratifications lebih mengarah kepada perhatian penggunaan (uses) isi
media untuk mendapatkan pemuasan (gratification) terhadap kebutuhan seseorang, yang mana
dalam teori ini, khalayak yang aktif sengaja menggunakan media untuk memenuhi
kebutuhannya. “Pendekatan uses and gratifications mempersoalkan yang dilakukan orang pada
media, yakni menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya.”
Katz, Blumer & Gurevitch menjelaskan mengenai asumsi dasar dari teori Uses and
Gratification, yaitu: (1) Masyarakat aktif dan penggunaan media berorientasi pada tujuan dari
mereka sendiri. Asumsi teori ini mengenai masyarakat yang aktif dan penggunaan media yang
berorientsi pada tujuan cukup jelas. (2) Inisiatif dalam menghubungkan pemuasan kebutuhan
pada pilihan media tertentu terdapat pada anggota masyarakat. Asumsi ini menghubungkan
kepuasan akan kebutuhan pada pilihan terhadap sebuah media yang berada di tangan masyarakat
karena orang adalah agen yang aktif, mereka mengambil inisiatif. Implikasinya adalah
masyarakat mempunyai banyak sekali otonomi dalam proses komunikasi massa. (3) Media
massa harus bersaing dengan sumber- sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan
yang dipengaruhi media lebih luas, bagaimana kebutuhan ini terpenuhi memalui konsumsi media
amat bergantung pada prilaku masyarakat yang bersangkutan. Media berkompetisi dengan
sumber lainnya untuk kepuasan akan kebutuhan, berarti bahwa media dan masyarakatnya tidak
berada dalam kevakuman. Keduanya adalah bagian dari masyarakat luas dan hubungan antara
media dan masyarakat dipengaruhi oleh masyarakat; (4) Orang mempunyai cukup kesadaran diri
akan penggunaan media mereka, minat dan motif sehingga dapat memberikan sebuah gambaran
yang akurat mengenai kegunaan tersebut.

Teori Penyusunan Tindakan


Teori penyusunan tindakan dikembangkan oleh John Greene, teori ini menguji cara
individu mengatur pengetahuan dalam pikiran seseorang dan menggunakannya untuk
membentuk pesan. Menurut teori ini individu membentuk pesan dengan menggunakan
kandungan pengetahuan dan pengetahuan prosedural. Secara spesifik, pengetahuan prosedural
terdiri dari urat syaraf yang berhubungan dengan perilaku, akibat, dan situasi. Rekam prosedural
adalah sekumpulan hubungan diantara syaraf dalam sebuah jaringan tindakan yang sebagiannya
adalah hubungan otomatis.
Menurut teori ini, kapan pun individu bertindak, maka ia harus menyusun hubungaan
perilaku dari prosedur catatan yang tepat. Individu menyusun prosedur yang dianggap penting
untuk meraih semua objektif ini, dan hasilnya adalah sebuah representasi mental untuk
serangkaian tindakan yang terkoordinasi. Model mental ini adalah representasi keluaran (Output
representation), ini adalah “rencana” pikiran individu yang menyimpan apa yang akan
dilakukannya terhadap situasi yang dihadapi. Masing-masing dari semua syaraf yang aktif ini
adalah bagian dari variasi prosedur pencatatan. Semua ini menyatu dengan apa yang Greene
sebut sebagai koalisi (coalition). Tidak ada satu tindakan pun yang dapat berdiri sendiri. Setiap
tindakan melibatkan tIndakan lainnya dalam suatu cara atau cara lainnya. Proses penyusunan
tindakan tidak hanya membutuhkan pengetahuan dan motivasi, tetapi juga memiliki kemampuan
untuk mendapatkan kembali serta mengatur tindakan secara efisien dengan cepat.
PEMBAHASAN
Konten eksplisit podcast mempengaruhi perilaku milenial
Generasi milenial memiliki karakter unik berdasarkan wilayah dan kondisi sosial-
ekonomi. Salah satu ciri utama generasi milenial ditandai dengan peningkatan penggunaan dan
keakraban komunikasi, media dan teknologi digital. Generasi ini memiliki ciri kreatif dan
informatif yang punya passion dan produktivitas sesuai perkembangan kemajuan teknologi.
Perilaku merupakan perbuatan atau tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat
diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya (Arifin,
2015). Komunikasi merupakan suatu yang penting bagi manusia, bahkan kualitas hidup manusia
ditentukan oleh pola komunikasi yang dilakukannya (Takariani, 2011). Milenial merupakan
generasi yang akan menggantikan kepemimpinan di masa sekarang. Perubahan perilaku juga
akan menentukan bagaimana arah perjalanan bangsa berikutnya. Terlebih dengan semakin
antusias milenial menggunakan platform Podcast.
Konten podcast saat ini sangat beragam mulai dari yang mendidik hingga konten yang
kurang mendidik. Nyatanya konten-konten yang kurang mendidik tidak sedikit pula yang
mengkonsumsinya terutama generasi milenial. Banyak sekali konten yang kurang mendidik saat
ini seperti halnya konten yang didalamnya banyak kata kasar, konten berbau seksual yang
ditayangkan di youtube. Tentunya konten seperti ini akan mempengaruhi persepsi pada generasi
milenial yang setiap mengkonsumsi podcast.

Berdasarkan teori penyusunan tindakan, individu membentuk pesan dengan


menggunakan kandungan pengetahuan dan pengetahuan procedural . Secara spesifik,
pengetahuan procedural terdiri dari urat syaraf yang berhubungan dengan perilaku, akibat dan
situasi. Rekam procedural adalah sekumpulan hubungan diantara syaraf dalam sebuah jaringan
tindakan sebagianya adalah hubungan otomatis.
Rekam prosedural pada milenial yang mengkonsumsi konten eksplisit podcast terjadi
terjadi ketika mereka aktif dalam mengkonsumsi konten tersebut atau bisa dibilang mereka
dengan sukarela atau sendirinya sengaja mendengarkan konten eksplisit tersebut. Secara tidak
sadar selama mereka mendengarkan konten itu akan menjadikan pengalaman panca indra yang
akan terekam dalam memori dan ingatan mereka. Memori yang tersimpan akan membimbing
mereka untuk berfikir termasuk dalam tindakan menyampaikan pesan., dan tentunya terkait
dengan perilaku yang akan dilakukan.
Dengan secara tidak sengaja pengaruh konten ekplisit tersebut terbawa pada kehidupan
nyata, mulai dari perkataan ataupun ketika menceritakan hal yang bersifat sara. Akan tetapi
ketika individu dihadapkan dengan sitiasi tertentu mereka cenderung tidak mengikuti hal
tersebut. Biasanya mereka secara tidak sengaja menirukan atau terpengaruh oleh konten eksplisit
tersebut adalah ketika berada dalam situasi netral contoh misal ketika mengobrol dengan teman
sebaya. Dan hal itu juga terjadi ketika mereka bermain sosmed.
Intensitas pengonsumsian konten juga berpengaruh dalam mempengaruhi milenial untuk
berperi laku. Semakin sering mengkonsumsi konten eksplisit justru para milenial cenderung
menirukan apa yang ada pada konten tersebut. Biasanya mereka menirukan dari cara berbicara
mereka seperti halnya mengumpat dan lain sebagainya.

Dalam teori Kekergantungan, mengatakan bahwa motif adalah salah satu faktor yang
dapat mendorong seseorang untuk menggunakan media dan selanjutnya dapat menghasilkan
beragam ketergantungan pada media tersebut. Terdapat diagnosa Goldberg mengenai Internet
Addiction Disorder untuk melihat pola penggunaan yang mengarah pada kecanduan, yaitu
sebagai berikut (Thurlow, 2004):

(a) Tolerance, ditandai dengan peningkatan jumlah waktu secara mencolok dalam menggunakan
internet untuk mencapai kepuasan.

(b) Withdrawal symptoms: kecemasan, berpikir obsesif tentang apa yang terjadi di internet,
berfantasi atau bermimpi tentang internet, menggerakan jari-jari untuk mengetik secara sukarela
atau terpaksa.

(c) Banyak waktu yang dihabiskan dalam kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan internet
(misalnya, membeli buku-buku internet, mencoba web browser baru, meneliti vendor internet,
mengatur file untuk di download).

(d) Kegiatan sosial yang penting, pekerjaan, atau rekreasi berkurang karena penggunaan internet.
Maka dari hal tersebut pentik bagi orang tua untuk mengawasi anak-anak mereka secara serius.
mulai dari usia muda, tentang bagaimana mereka dapat belajar, berkomunikasi, dan bersenang-
senang di platform online dengan online. Jangan sampai anak-anak ketergantungan secara
berlebih akan internet.

KESIMPULAN
Dari analisis hasil peenelitian tentang bagaimana konten eksplisit podcast membangun persepsi
milenial, dihasilkan kesimpulan sebagai berikut.
1. Ketika milenial aktif dalam mengkonsumsi konten eksplisit, secara tidak sadar hal
tersebut akan terekam pada otak mereka. Hal tersebut akan membuat mereka berfikir
untuk melakuna perilaku seperti yang ada pada konten tersebut.
2. Biasanya mereka berperilaku seperti pada konten tersebut melalui cara mereka berbicara,
mengumpat dan lain sebagainya akan tetapi ketika dihadapkan dengan komunikasi
bersifat formal mereka enggan untuk melakukan kebiasaan tersebut.
3. Intensitas pengonsumsian konten juga berpengaruh terhadap pembangunan persepsi
Semakin sering mengkonsumsi konten eksplisit justru para milenial cenderung
menirukan apa yang ada pada konten tersebut. Biasanya mereka menirukan dari cara
berbicara mereka seperti halnya mengumpat dan lain sebagainya.
Tinjauan Pustaka:

Alex Sobur. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.


Bagja Waluya. 2009. Sosiologi (Melayani Fenomena Sosial Di masyarakat). Jakarta:
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan nasional.
Budiati, 2018. Profil Generasi Milenial Indonesia. Jakarta: Kementrian Pemeberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak
Kellner, Douglas. 2010. Budaya Media: Cultural Studies, Identitas, dan Politik antara
Modern dan Postmodern. Penerjemah: Galih Bondan Rambatan. Yogyakarta, Jalasutra.
Littlejohan, Stephen dan Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi. Penerjemah:
Muhammad Yusuf Hamdan. Jakarta: Salemba Humanika
McQuail, Denis. 2005. McQuali’s Mass Communication Theory. SAGE Publication.
2012. Teori Komunikasi Massa McQuail. Penerjemah: Putri Iva Izzati. Jakarta: Salemba
Humanika.
Mulyana, Deddy, M.A.,Ph.D., Prof.2007.ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung :
PT. Remaja Rosda Karya

Anda mungkin juga menyukai