Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Teori Kultivasi & Teori Sosial Kognitif


(diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi dan Psikologi Media oleh Dosen
Pengampu Ibu Rahmi Aini S.PSI., M.PSI)

Disusun Oleh:
Bevan Ghifarri A – 202050093
Naufal Akmal H – 202050221
Nenda Kurniawan D.Y – 202050223
M. Faris Firmansyah – 202050213
Trinalita Noerachman – 202050263

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
Tahun 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugerah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang Teori Kultivasi dan Teori Sosial Kognitif. Sholawat
serta salam kami panjatkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan
menjadi anugerah terbesar bagi seluruh alam semesta.

Kami sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah ini dalam rangka
pemenuhan tugas mata kuliah Ekologi dan Psikologi Media. Tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada Ibu Rahmi Aini S.PSI., M.PSI selaku dosen mata kuliah tersebut, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik berkat bimbingannya. Selain itu, kami ucapkan
terma kasih kepada pihak-pihak yang membantu kami dalam penulisan makalah ini sehingga
dapat terealisasikan dengan baik.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun terhadap makalah ini agar
kedepannya dapat menjadi lebih baik lagi.

Bandung, 04 Maret 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori kultivasi adalah teori sosial yang meneliti efek jangka panjang dari televisi
pada khalayak. teori ini merupakan salah satu teori komunikasimassa Dikembangkan oleh
George Gerbner dan Larry Gross dari University of Pennsylvania, teori kultivasi ini
berasal dari beberapa proyek penelitian skala besar berjudul 'Indikator Budaya'. Tujuan
dari proyek Indikator Budaya ini adalah untuk mengidentifikasi efek televisi pada pemirsa.
Mereka.

Gerbner dan Stephen Mirirai (1976) mengemukakan bahwa televisi sebagai media
komunikasi massa telah dibentuk sebagai simbolisasi lingkungan umum atas beragam
masyarakat yang diikat menjadi satu, bersosialisasi dan berperilaku.

Menurut teori kultivasi ini, televisi menjadi media atau alat utama dimana para
penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultur dilingkungannya. Dengan kata
lain, persepsi apa yang terbangun di benak pemirsa tentang masyarakat dan budaya sangat
ditentukan oleh televisi. Ini artinya, melalui kontak pemirsa dengan televisi, mereka
belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai (nilai sosial) serta adat dan tradisi nya.

Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory) merupakan penamaan baru dari Teori
Belajar Sosial (Social Learning Theory) yang dikembangkan oleh Albert Bandura.
Penamaan baru dengan nama Teori Kognitif Sosial ini dilakukan pada tahun 1970-an dan
1980-an. Ide pokok dari pemikiran Bandura (1962) juga merupakan pengembangan dari
ide Miller dan Dollard tentang belajar meniru (imitative learning). Pada beberapa
publikasinya, Bandura telah mengelaborasi proses belajar sosial dengan faktor-faktor
kognitif dan behavioral yang memengaruhi seseorang dalam proses belajar sosial. Teori
ini sangat berperan dalam mempelajari efek dari isi media massa pada khalayak media di
level individu.
Sama seperti halnya kebanyakan pendekatan teori belajar terhadap kepribadian, teori
belajar sosial berpangkal pada dalil bahwa tingkah laku manusia sebagian besar adalah
hasil pemerolehan, dan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah cukup untuk menjelaskan
bagaimana tingkah laku berkembang dan menetap. Akan tetapi, teori-teori sebelumnya
selain kurang memberi perhatian pada konteks sosial dimana tingkah laku ini muncul,
juga kurang menyadari fakta bahwa banyak peristiwa belajar yang penting terjadi dengan
perantaraan orang lain. Artinya, sambil mengamati tingkah laku orang lain, individu-
individu belajar mengimitasi atau meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu
menjadikan orang lain model bagi dirinya.

B. Rumusan Masalah
a) Definisi Teori Kultivasi & Teori Sosial Kognitif
b) Asumsi dasar Teori Kultivasi & Teori Sosial Kognitif
c) Konsep dasar Teori Kultivasi & Teori Sosial Kognitif
d) Kelebihan dan kekurangan Teori Kultivasi & Teori Sosial Kognitif
e) Contoh kasus Teori Kultivasi & Teori Sosial Kognitif

C. Tujuan
1) Menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.
2) Pembaca dapat mengetahui lebih mendalam mengenai Teori Kultivasi & Teori
Sosial Kognitif.
3) Penulis menjadi lebih mengetahui secara mendalam mengenai Teori Kultivasi &
Teori Sosial Kognitif.
4) Sebagai acuan dalam membuat makalah selanjutnya
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Teori Kultivasi & Teori Sosial Kognitif

 Teori Kultivasi

Teori Kultivasi (Cultivation Theory) merupakan salah satu teori komunikasi massa
yang mencoba menjelaskan keterkaitan antara media komunikasi atau dalam hal ini
adalah televisi dengan tindak kekerasan.
Teori ini pada dasarnya menyatakan bahwa para pecandu televisi membangun
keyakinan yang berlebihan bahwa “dunia itu menakutkan”. Lebih-lebih televisi
merupakan salah satu media komunikasi massa yang dimana informasi yang disajikan
bisa menjangkau massa dalam skala yang luas. Dan informasi yang cenderung bernuansa
kekerasan lebih digambarkan pada kejadian sehari-hari. Itulah yang menyebabkan
segelintir orang mengatakan hal yang demikian tentang kehidupan di dunia ini. Bicara
tentang komunikasi massa pasti tidak lepas dengan media televisi.
Karena di era perindustrian atau bisa dikatakan era Globalisasi seperti ini, kebutuhan
akan informasi lebih bersifat spesifik artinya lebih mudah pengambilannya suatu
informasi, maka akan lebih banyak mengambil minat masyarakat (informasi yang
berbasis visual). Dan televisi memiliki peranan penting dalam mengembangkan
komunikasi massa menjadi sebuah media komunikasi yang bisa menyediakan informasi
yang aktual dan faktual juga berupa visual untuk menarik minat.
masyarakat akan pengetahuan yang mereka butuhkan.

 Teori Sosial Kognitif

Teori sosial kognitif (social cognitive theory = teori kognitif sosial) adalah salah satu
teori belajar yang menjelaskan pola-pola perilaku. Teori yang dikembangkan oleh Albert
Bandura sejak tahun 1960an ini menitikberatkan pada bagaimana dan mengapa orang
cenderung untuk meniru atau meneladani apa yang mereka lihat melalui media atau orang
lain. Teori sosial kognitif merupakan pengembangan dari teori belajar sosial yang
menyediakan kerangka kerja untuk memahami, memprediksi, dan merubah perilaku
manusia.

Teori sosial kognitif menekankan pada kapasitas kita untuk belajar tanpa melalui
pengalaman langsung. Teori sosial kognitif yang disebut juga dengan teori belajar
observasional bergantung pada sejumlah hal termasuk kemampuan subyek untuk
memahami dan mengingat apa yang ia lihat, melakukan identifikasi dengan cara
memediasi karakter, dan keadaan atau situasi yang mempengaruhi peniruan perilaku.

Sebagai salah satu teori belajar, teori sosial kognitif kerapkali digunakan untuk
mempelajari media dan komunikasi massa, komunikasi kesehatan, dan komunikasi antar
pribadi atau komunikasi interpersonal. Tujuan teori sosial kognitif adalah untuk
menjelaskan bagaimana orang mengatur perilakunya melalui kontrol dan peneguhan atau
penguatan untuk mencapai perilaku yang diarahkan pada tujuan yang dapat dipertahankan
sepanjang waktu.

B. Asumsi Dasar Teori Kultivasi & Teori Sosial Kognitif

 Asumsi Dasar Teori Kultivasi


Kultivasi berarti penguatan, pengembangan, perkembangan, penanaman atau
pereratan. Maksudnya bahwa terpaan media (khususnya televisi/TV) mampu
memperkuatpersepsi khalayak terhadap realitas sosial. Hal ini tampak pada hipotesis
dasar analisis kultivasi yaitu “semakin banyak waktu seseorang dihabiskan untuk
menonton TV maka semakin semakin seorang tersebut menganggap bahwarealitas sosial
tersebut sama dengan yang digambarkan televisi. (Syaiful 2016 : 205).
Teori kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa televisi bertangggung jawab dalam
membentuk atau mengkultivasi konsepsi atau cara pandang pemirsa televisi terhadap
realitas sosial. Efek massif televisi yang menerpa khalayak secara terus menerus secara
bertahap membentuk persepsi tentang realitas sosial bagi individu dan budaya secara
keseluruhan.
Gerbner berpendapat bahwa media massa menanamkan sikap-sikap serta nilai-nilai
yang telah tersaji dalam suatu budaya melalui komunikasi satu arah bukan komunikasi
dua arah. Media mengelola dan mempropaganda nilai-nilai tersebut diantara anggota
sebuah budaya, kemudian mengikatnya bersama-sama. Ia juga berpendapat bahwa
televisi cenderung untuk menanamkan perspektif politik. Media massa khususnya
televisi memiliki karakteristik media penyiaran yang khusus serta memudahkan televisi
dalam menanamkan berbagai sikap dan nilai budaya yaitu audiovisual.
Penelitian Cultural Indicators yang diprakarsai oleh Gerbner memiliki lima asumsi
dasar yang merupakan respon terhadap asumsi yang dirumuskan oleh
kaum postpositivisme di awal tahun 1970an.

Kelima asumsi dasar tersebut adalah sebagai berikut :


1. Dikarenakan isi media televisi diproduksi secara masal dan berperan penting dalam
budaya Amerika, maka televisi dipandang memiliki pengaruh yang besar
dibandingkan dengan bentuk media massa lainnya.
2. Televisi tidak menyebabkan perilaku kekerasan, namun televisi berperan dalam
membentuk sikap dan kepercayaan tentang masyarakat dan orang lain.
3. Televisi menanamkan nilai-nilai serta sikap yang telah ada dalam budaya. Televisi
memberikan pelayanan untuk memperkuat status quo bukan untuk melawannya.
4. Menonton televisi selama lebih dari empat jam sehari dapat menyebabkan mean
world syndrome.
5. Televisi tidak merefleksikan realitas namun menciptakan realitas alternatif.

 Asumsi dasar teori sosial kognitif


Menurut Bandura, teori sosial kognitif mendefinisikan belajar sebagai sebuah proses
mental yang mungkin atau tidak direfleksikan dalam perubahan perilaku yang segera.
Teori sosial kognitif menjelaskan bagaimana orang memperoleh dan mengelola atau
menjaga pola-pola perilaku. Teori ini juga menyuguhkan dasar bagi adanya strategi
intervensi. Melakukan evaluasi terhadap perubahan perilaku bergantung pada faktor
lingkungan, orang, dan perilaku. Teori sosial kognitif juga menyuguhkan sebuah
kerangka kerja bagi perencanaan, pengimplementasian, dan evaluasi program.

Teori sosial kognitif memiliki beberapa asumsi dasar sebagai berikut :


1. Orang dapat belajar dengan cara mengamati orang lain.
2. Belajar adalah sebuah proses internal yang dapat menuju pada perubahan perilaku
ataupun tidak.
3. Belajar dapat terjadi tanpa adanya perubahan dalam perilaku.
4. Proses-proses kognitif mempengaruhi motivasi seperti belajar.
5. Orang dan lingkungannya mempengaruhi satu sama lain.
6. Perilaku diarahkan pada tujuan tertentu.
7. Perilaku akan meningkatkan aturan diri.
8. Kognisi berperan dalam proses belajar.
9. Peneguhan atau penguatan memiliki efek tidak langsung terhadap pembelajaran dan
perilaku.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa asumsi dari teori kognitif sosial
adalah bahwa proses belajar akan terjadi jika seseorang mengamati seorang model yang
menampilkan suatu perilaku dan mendapatkan imbalan atau hukuman karena perilaku
tersebut.

C. Konsep Dasar Teori Kultivasi & Teori Sosial Kognitif

 Konsep Dasar Teori Kultivasi


Teori kultivasi atau analisis kultivasi atau kultivasi adalah salah satu teori efek
kumulatif media massa yang memandang hubungan antara terpaan media massa yaitu
televisi terhadap kepercayaan serta sikap khalayak massa tentang dunia di sekitarnya.
Singkatnya, teori kultivasi memiliki hipotesis bahwa pemirsa televisi kelas berat akan
mempertahankan kepercayaan dan konsepsi tentang dunia di sekitarnya yang selaras
dengan apa yang mereka lihat melalui layar kaca. Misalnya, program televisi yang
banyak memperlihatkan tindakan kekerasan. Berdasarkan hipotesis teori kultivasi maka
pemirsa kelas berat akan cenderung melihat dunia di sekitarnya sebagai tempat yang
penuh dengan tindakan kekerasan.

 Konsep Dasar Teori Sosial Kognitif


Teori sosial kognitif dibangun pertama kali oleh seorang psikolog Albert Bandura
sekitar tahun 1960-an. Teori ini menitikberatkan pada bagaimana dan mengapa orang-
orang cenderung untuk meniru apa yang dilihat melalui media. Ini adalah teori yang
fokus pada kapasitas kita untuk belajar dengan mengalaminya secara langsung. Proses
belajar melalui pengamatan ini bergantung pada sejumlah faktor. Meliputi faktor
kemampuan subyek untuk memahami dan mengingat apa yang ia lihat, mengidentifikasi
karakter bermedia, dan berbagai hal yang membimbing kepada proses pemodelan
perilaku. Teori sosial kognitif adalah salah satu teori yang paling sering digunakan untuk
meneliti media dan komunikasi massa.
D. Kelebihan dan kekurangan Teori Kultivasi & Teori Sosial Kognitif

 Teori Kultivasi
Kelebihan: Teori Kultivasi (Cultivation Theory) merupakan salah satu teori
komunikasi massa yang mencoba menjelaskan keterkaitan antara media komunikasi
atau dalam hal ini adalah televisi dengan tindak kekerasan.
Kekurangan: Meskipun teori kultivasi yang diperkenlkan oleh George Gerbner ini
sudah tepat diterapkan pada analisis yang berkaitan dengan tayangan televisi, akan
tetapi ada beberapa kelemahan dan kritik terhadap teori ini, antara lain : Hawkins dan
Pingree menyatakan bahwa korelasi antar terpaan televisi dan kepercayaan khalayak
membuktikan hubungan sebab akibat. Dennis McQuail berpendapat bahwa simbol –
simbol struktur, prilaku khalayak dan apa yang dilihat khalayak pasti banyak
dipengaruhi oleh latar belakang sosial budaya. Sikap kita tidak hanya dipengaruhi
oleh televisi saja, tetapi juga oleh media lain, pengalaman langsung orang lain.

 Teori Sosial Kognitif


Kelebihan: Teori kognitif sosial adalah teori yang menonjolkan gagasan bahwa
sebagian besar pembelajaran manusia terjadi dalam sebuah lingkungan sosial. Dengan
mengamati orang lain, manusia memperoleh pengetahuan, aturan-aturan,
keterampilan-keterampilan, strategi- strategi, keyakinan-keyakinan, dan sikap-sikap.
Kelebihan teori sosial kognitif adalah sebagai berikut : Teori sosial kognitif
menunjukkan hubungan kausal antara media dan perilaku, Teori sosial kognitif
berlaku di beberapa penampil dan tampilan situasi, Teori sosial kognitif memiliki
kekuatan dalam menjelaskan berbagai hal seperti menolak katarsis, menekankan
pentingnya lingkungan, dan isyarat isi.
Kekurangan: Karena teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan
tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam
mendalami sesuatu yang ditiru. Kelemhan Social Cognitive Theory, sebagai berikut:
Demonstrasi laboratorium menimbulkan pertanyaan tentang generalisasi, Demonstrasi
eksperimental mungkin melebih-lebihkan kekuatan media, Memiliki kesulitan dalam
menjelaskan efek jangka panjang dari konsumsi media, Meremehkan penggunaan
pesan media oleh orang-orang, Berfokus terlalu sempit pada individu dan bukan pada
efek budaya.
E. Contoh Kasus Teori Kultivasi & Teori Sosial Kognitif

 Teori Kultivasi
1. Televisi secara esensial dan fundamental berbeda dari bentuk media massa
lainnya. Perangkat televisi terdapat di hamper setiap rumah tangga. Berbeda
dengan media cetak seperti surat kabar, majalah dan buku, televisi tidak menuntut
melek huruf. Penonton televisi bebas tanpa di pungut biaya atau membayar,
sekaligus menarik karena kombinasi gambar dan suara.
2. Medium televisi menjadi “the central cultural arm” masyarakat Amerika pada saat
itu, karna menjadi sumber hiburan sajian hiburan dan informasi. Pesawat televise
telah menjadi anggota keluarga yang penting, yang paling sering dan paling
banyak bercerita.
3. Persepsi seseorang akibat televisi memunculkan sikap dan opini yang spesifik
tentang fakta kehidupan. Karna kebanyakkan stasiun televisi mempunyai target.

 Teori Sosial Kognitif


Sebagai konsep yang terkenal dalam keilmuan psikologi, disonansi kognitif sering
kita alami sehari-hari. Contoh disonansi kognitif termasuk:
1. Seseorang tetap merokok walau ia paham bahwa aktivitas tersebut dapat
mengganggu kesehatannya.
2. Seseorang mengatakan kebohongan namun ia meyakinkan dirinya bahwa ia
sedang mengatakan hal yang baik.
3. Seseorang memaparkan pentingnya olahraga walau ia sendiri tidak melakukannya.
Perilaku ini dikenal dengan hipokrisi atau kemunafikan.
4. Seseorang mengonsumsi daging walau menyebut dirinya pencinta hewan yang
tidak menyetujui sembelih hewan. Perilaku ini dikenal juga dengan istilah meat
paradox.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori kultivasi percaya bahwa media televise bertanggung jawab dalam membentuk,
bahkan mendoktrin konsepsi penontonnya mengenai realitas sosial yang ada di
sekelilingnya. Hal ini terbukti berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh peneliti,
yaitu ketika terpaan program semakin tinggi, artinya semakin sering seorang individu
menonton program berita tersebut, maka terpaan yang diterima akan meningkatkan pula
persepsi penonton menjadi positif, sesuai dengan isi berita yang disampaikan melalui
program acara tersebut. Sedangkan, Teori Kognitif Sosial menitik beratkan pada
bagaimana dan mengapa orang-orang cenderung untuk meniru apa yang dilihat melalui
media. Ini adalah teori yang fokus pada kapasitas kita untuk belajar dengan
mengalaminya secara langsung.
Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Kognitif_Sosial#:~:text=Dari%20penjelasan%20di%20at
as%2C%20dapat,atau%20hukuman%20karena%20perilaku%20tersebut.

https://www.google.com/search?q=asumsi+dasar+teori+sosial+kognitif&oq=asumsi+dasar+t
eori+sosial+kognitif&aqs=chrome..69i57j0i546.8327j0j4&sourceid=chrome&ie=UTF-8#

https://pakarkomunikasi.com/teori-sosial-kognitif

https://bramantiaibrahim.blogspot.com/2017/05/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html

https://text-id.123dok.com/document/9ynge1olz-kelemahan-dan-kritik-terhadap-teori-
kultivasi.html

https://today.line.me/id/v2/article/8XqqeM

Anda mungkin juga menyukai