Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Sosialisasi konsumen dalam keluarga

MATA KULIAH : PENDIDIKAN


KONSUMEN

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 6

1. MUSTIKAWATI ARIEF K (1928042021)


2. NURAISYAH ARIFAI (1928042017)
3. SUFIRAH (1928041040)

PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas kemudahan dan keluasan
pikiran yang Dia berikan kami dapat menyelesaikan makalah Teori Belajar Behavioristik
ini, Makalah ini akan menjelaskan mengenai Sosialisasi konsumen dalam keluarga yang
di dapat dari beberapa sumber.
Maka melalui makalah ini, kami berharap mahasiswa dapat mengetahui dan
memahami sosialisasi konsumen dalam keluarga yang menjadi salah satu materi pada
mata kuliah Belajar dan Pembelajaran yang pada dasarnya sangat penting di pelajari bagi
seorang maka kira nya makalah ini dapat di pergunakan dengan sangat maksimal
Akhir kata kami sampaikan bahwa memang makalah ini belum lah begitu
sempurna tetapi kami berharap makalah ini akan sangat membantu bagi mahasiswa
bimbingan konseling yang mempelajari mengenai Pendidikan konsumen.

Makassar , 9 September 2020

Kelompok 6

DAFTAR ISI

SAMPUL MAKALAH

2
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A.  Latar belakang

B.   Rumusan masalah

C.  Tujuan penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Populasi

B. Sampel

C. Teknik Sampel

BAB III PENUTUP

A.  Kesimpulan

B.   Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

LANDASAN TEORI

3
A. Kerangka Teori

1. Sosialisasi

a. Pengertian Sosialisasi

Sosialisasi mencakup pemeriksaan mengenai lingkungan kultural lingkungan sosial dari


masyarakat yang bersangkutan, interaksi sosial dan tingkah laku sosial. Berdasarkan hal tersebut,
sosialisasi merupakan mata rantai paling penting di antara sistem-sistem sosial lainnya, karena dalam
sosialisasi adanya keterlibatan individu-individu sampa dengan kelompok-kelompok dalam satu
sistem untuk berpartisipasi.

Pengertian sosialisasi menurut Charles R Wright yang dikutip oleh sutaryo adalah “Proses
ketika individu mendapatkan kebudayaan kelompoknya dan menginternalisasikan sampai tingkat
tertentu normanorma sosialnya, sehingga membimbing orang tersebut untuk memperhitungkan
harapan-harapan orang lain”.

Sosialisasi merupakan proses belajar, pada dasarnya sifat manusia adalah tidak akan pernah
puas untuk belajar sesuatu hal yang belum diketahuinya, seperti belajar norma-norma untuk dapat
beradaptasi dengan lingkungan sosialnya, hal tersebut sejalan dengan pendapat Peter L Berger
bahwa sosialisasi merupakan proses dengan mana seseorang belajar menjadi anggota masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas terdapat persamaan mengenai sosialisasi, terletak pada objek dari
sosialisasi yaitu masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antara manusia, dan proses yang timbul
dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Jadi, dalam sosialisasi terdapat interaksi antara
manusia sebagai anggota kelompok. Timbulnya kelompokkelompok dalam masyarakat ialah karena
kedua sifat dari manusia yang bertentangan satu sama lain, disitu pihak ingin bekerjasama, di pihak
lain cenderung untuk bersaing dengan sesama manusia untuk dapat berkuasa. Kekuasaan
merupakan kajian dan konsep dari politik mengenai hubungan sosialisasi.

Sosialisasi merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sebuah sistem pada


seseorang dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksinya. Sosialisasi
ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi dan kebudayaan dimana individu berada, selain itu juga
ditentukan oleh interaksi pengalaman-pengalaman serta kepribadiannya.

4
b. Jenis Sosialisasi Sosialisasi apabila dikaitkan dengan prosesnya, terdapat jenis-jenis
sosialisasi. Menurut Peter L Berger dan Luckman terdapat 2 jenis sosialisasi yaitu:

1. Sosialisasi primer, sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar
menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi ini berlangsung pada saat kanak-kanak.

2. Sosialisasi sekunder, adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisai primer yang
memperkenalkan individu kedalam kelompok tertentu dalam masyarakat.

Kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat
kerja. Dalam keduanya institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama,
terpisah dari masyarakat luas dan jangka waktu tertentu, bersama-sama menjalani proses kehidupan
dan diatur secara formal.

c. Syarat Terjadinya Sosialisasi Sosialisasi merupakan system dalam kehidupan masyarakat


yang sangat penting. Berdasarkan hal tersebut sosialisasi memberikan dua kontribusi fundamental
bagi kehidupan masyarakat yaitu:

1) Memberikan dasar atau kondisi kepada individu bagi terciptanya partisipasi yang efektif dalam
masyarakat.

2) Memungkinkan lestarinya suatu masyarakat karena tanpa sosialisasi akan hanya ada satu generasi
saja hingga kelestarian masyarakat akan sangat terganggu. Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa melalui sosialisasi masyarakat dapat berpartisipasi untuk kepentingan dan
menciptakan generasi untuk kelestarian kehidupan selanjutnya. Selain itu, dapat fa ktor lain yang
menunjang proses sosialisasi yaitu faktor lingkungan, dimana didalamnya interaksi sosial. Selain
faktor lingkungan terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi sosialisasi, diantaranya adalah:

a) Apa yang disosialisasikan, merupakan bentuk informasi yang akan diberikan kepada masyarakat
berupa nilai-nilai, norma-norma dan peran.

b) Bagaimana cara mensosialisasikan, melibatkan proses pembelajaran.

c) Siapa yang mensosialisasikan, institusi, media massa,individu dan kelompok.

Agen sosialisasi merupakan peran utama dalam keberhasilan proses sosialisasi untuk
menyebarkan atau menanamkan nilai-nilai dan norma-norma yang terletak dalam materi sosialisasi.

5
Keberhasilan terdapat ditentukan oleh mekanisme yang terencana dan digambarkan dalam pola
proses sosialisasi yang baik. Apabila proses-proses tersebut dapat tersusun maka penyebaran
informasi mengenai materi sosialisasi dapat dengan tepat disampaikan kesasaran sosialisasi.

d. Agen Sosialisasi Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan
sosialisasi. Terdapat empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media
massa dan lembaga pendidikan sekolah. Akan tetapi media dalam proses sosialisasi merupakan
sarana tambahan, hal tersebut sejalan dengan pendapat Lane bahwa dasar sosialisasi dalam keluarga
dan peran media massa hanyalah bersifat tambahan.

e. Peranan Media dalam Proses Sosialisasi Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi
bernilai dan tidak samanya sejalan satu sama lain, contohnya apa yang diajarkan keluarga mungkin
saja berbeda dan dapat tertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi yang lain,
tetapi yang menerima pesan dapat dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya dan
media massa.

PENGARUH KELUARGA DALAM PERILAKU KONSUMEN

Pengertian Keluarga

Keluarga didefinisikan sebagai sebuah kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih yang
terikat oleh perkawinan, darah (keturunan: anak atau cucu) atau adopsi yang biasanya tinggal
bersama dalam satu rumah. Yang membedakan keluarga dengan kelompok lain adalah keluarga
terbentuk oleh pernikahan atau kelahiran, memiliki hubungan yang permanent dan emosional,
berorientasi pada hubungan antar pribadidan bukan pada suatu tujuan tertentu seperti halnya
organisasi.

Perbedaan antara keluarga dengan kelompok lain:

1. Formasi terbentuk oleh pernikahan atau kelahiran Formasi terbentuk oleh tugas atau
pekerjaan

6
2. Mempunyai hubungan lebih permanent Hubungan berdasarkan kontrak

3. Lebih berorientasi pada hubungan interpersonal Lebih berorientasi pada tujuan yang akan
dicapai

4. Mempunyai ikatan emosional Lebih berorientasi pada ikatan secara rasional

5. Lebih mencari nilai-nilai yang hakiki Mencari nilai-nilai diluar yang hakiki

6. Lebih berorientasi pada grup (cooperative) Lebih berorientasi pada individu (competitive)

(Sumber: Park,Tansuhaj dan Kalbe, 1991). Keluarga terbagi dua yaitu keluarga inti dan keluarga
besar. Keluarga inti adalah kelompok langsung yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Sementara
keluarga besar meliputi keluarga inti ditambah keluarga lain seperti kakek, nenek, paman, bibi,
sepupu dan kerabat karena perkawinan (Setiadi, 2003:272).

Fungsi Keluarga

Sebagian besar anak-anak mendapatkan kebutuhan kasih sayang, perhatian dan kedekatan
didalam keluarga. Keluarga merupakan suatu unit dimana anak dapat menemukan kedekatan
pengasuhan dan perasaan menyayangi dan disayangi oleh seseorang. Didalam format keluarga
merupakan hal yang masuk akal untuk mengasumsikan faktor kasih sayang (cinta, perhatian, dan
kedekatan) sangat penting dalam proses keputusan pembelian produk dalam keluarga (Park,
Tansuhaj dan Kalbe, 1991:652). Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat bagi semua
anggota keluarga. Keluarga memiliki fungsi utama untuk mengembangkan kualitas sumber daya

7
manusia bagi semua anggotanya terutama anak-anak, termasuk didalamnya adalah fungsi untuk
menjadikan anak sebagai konsumen.

Sosialisasi Anak sebagai Konsumen

Sosialisasi adalah sebagai konsumen diartikan sebagai proses yang memungkinkan anak-anak
untuk memperoleh ketrampilan, pengetahuan dan sikap yang diperlukan untuk berfungsi sebagai
konsumen (Schiffman dan Kanuk, 2004:308). Melalui proses sosialisasi keluarga meneruskan makna
budaya dari masyarakat, sub budaya, dan kelas sosial pada anak-anak mereka dan dengan demikian
berarti mempengaruhi afeksi, kognisi, dan perilaku anak-anak mereka. Anak mendapatkan
pengetahuan konsumsi dari orang tua mereka.

Sosialisasi pada anak-anak dalam keluarga dapat terjadi langsung melalui instruksi yang
diarahkan atau secara tidak langsung melalui pengamatan dan permodelan. Pengetahuan konsumsi
yang terbentuk dimasa kanak-kanak dapat mempengaruhi seseorang dikemudian hari. Sebagian
orang dewasa masih tetap menggunakan merek produk yang sama yang dibeli orang tua mereka
ketika mereka masih kecil. Aliran sosialisasi tidak terbatas pada orang tua yang mempengaruhi anak-
anak mereka saja. Anak-anak juga dapat mensosialisasi orang tua mereka khususnya untuk produk-
produk baru (Peter dan Olson, 2000:117). Pendapat ini diperkuat oleh Setiadi bahwa peranan
pemberi pengaruh mungkin dipegang oleh orang yang paling ahli. Sebagai contoh, orang tua mungkin
menjadi pengambil keputusan mengenai mobil mana yang akan mereka beli, tetapi sang anak akan
memainkan peranan utama sebagai penjaga pintu informasi dan sebagai pemberi pengaruh karena
pengetahuan yang lebih banyak mengenai unjuk kerja, ciri produk dan lain-lain (Setiadi, 2003:283).
Seorang anak yang biasanya berperan sebagai pengguna akhir dari produk yang dibeli dapat
memberi pengaruh yang tidak kecil pada pengambilan keputusan pembelian suatu barang dalam
keluarganya. Biasanya anak mencoba memberi pengaruh pada orang tuanya untuk
membeli.Walaupun anak tidak mendominasi pengambilan keputusan beli, mereka mempunyai
potensi yang besar untuk membentuk aliansi baik dengan ayahnya maupun dengan ibunya dalam
membentuk mayoritas pengambilan keputusan beli. Anak bisa berpengaruh pada setiap tahap proses

8
membeli kecuali pada keputusan berapa banyak uang yang akan dibelanjakan (Prasetijo dan Ihalauw,
2005;169).

Pendapat ini dikuatkan oleh suatu penelitian yang dilakukan oleh James F. Nelson yang
menjelaskan tentang anak-anak sebagai sumber informasi yang signifikan dalam pengambilan
keputusan keluarga. Sebagai sumber informasi anak-anak dapat mempengaruhi keputusan
pembelian keluarga dalam pengenalan kebutuhan, dan memberikan informasi, tetapi tidak terlibat
dalam keputusan informasi, tetapi tidak terlibat dalam keputusan akhir. Nelson juga menemukan
fakta bahwa faktor pendapatan lebih berpengaruh dalam memperkirakan keterlibatan seorang anak
dalam sebuah keputusan (Nelson, 1979; 421). Palan dan Wilkes mengemukakan empat strategi yang
digunakan oleh anak remaja untuk mempengaruhi orang tua dalam pembelian barang yaitu (1)
Tawar Menawar, (2) Membujuk (3) Emosional dan (4) Permintaan. Handi Irawan (2004)
mengemukakan lima alasan yang mendorong peningkatan segmen anak yaitu:

1. Terjadinya pergeseran perilaku orang tua. Dahulu pengeluaran untuk anak dianggap biaya.
Saat ini pengeluaran untuk anak dianggap sebagai investasi.

2. Terjadi perubahan peran anak dalam proses pembelian. Perubahan initerjadi antara lain
karena faktor pendidikan.

Orang tua saat ini berpendidikan lebih modern yang menekankan komunikasi dua arah dan
lebih demokratis.

3. Perhatian orang tua kepada anaknya semakin besar karena keluarga modern rata-rata
anaknya hanya dua atau tiga orang.

4. Setiap orang tua selalu ingin memberikan pendidikan yang terbaik bagi anaknya.

9
Produsen terus menawarkan suatu yang baru karena persaingan diantara produsen sehingga
industri bagi kebutuhan anak dengan sendirinya terus meningkat. Dalam proses pembelian suatu
produk anak berpotensi sebagai konsumen skunder yaitu dapat mempengaruhi orang tua untuk
membeli produk yang mereka sukai. Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dilakukan penelitian
seberapa besar tingkat keeratan hubungan antara anak dalam keluarga dengan pengambilan
keputusan pembelian mobil keluarga dan seberapa besar kontribusi anak dalam pembelian mobil
keluarga.

Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Schiffman dan Kanuk mendefinisikan suatu keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari
dua atau lebih pilihan alternative. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka ia harus
memiliki pilihan alternatif. Seorang konsumen yang ingin membeli sebuah sedan dihadapkan kepada
beberapa merek kendaraan seperti Toyota, Honda, Suzuki, atau Hyundai. Jika konsumen tidak
memiliki pilihan alternative maka keputusan tersebut disebut “Hobson’s Choice (Sumarwan,
2004;289). Tahap-tahap yang dilewati seorang konsumen dalam mencapai keputusan pembelian
suatu barang ada lima yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternative,
keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian (Kotler, 1997;171). Sementara itu Schiffman dan
Kanuk (2004;491) memberi tiga komponen utama untuk menyatukan dan menyelaraskan berbagai
konsep yang relevan menjadi suatu keseluruhan yang berarti mengenai kerumitan pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh konsumen, yaitu:

1. Masukan yang terdiri dari masukan pemasaran dan sosial budaya.

10
2. Proses yang terdiri dari pengenalan kebutuhan, penelitian sebelum pembelian dan penilaian
alternative.

3. Keluaran yang terdiri dari perilaku pembelian dan penilaian pasca pembelian.

Dalam memperlakukan pengambilan keputusan konsumen sebagai suatu pemecahan masalah


diasumsikan bahwa konsumen tersebut memiliki sasaran (konsekuensi yang diinginkan) yang ingin
dicapai atau dipuaskan. Seorang konsumen menganggap sesuatu adalah masalah karena konsekuensi
yang diinginkannya belum tercapai. Konsumen membuat keputusan perilaku mana yang ingin
dilakukan untuk dapat mencapai sasaran mereka. Dalam hal ini pengambilan keputusan konsumen
adalah proses pemecahan masalah yang diarahkan pada sasaran (Setiadi, 2003:415).

11
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Keluarga sebagai sebuah kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih yang terikat oleh
perkawinan, darah (keturunan: anak atau cucu) atau adopsi yang biasanya tinggal bersama dalam
satu rumah. Yang membedakan keluarga dengan kelompok lain adalah keluarga terbentuk oleh
pernikahan atau kelahiran, memiliki hubungan yang permanent dan emosional, berorientasi pada
hubungan antar pribadidan bukan pada suatu tujuan tertentu seperti halnya organisasi.

Seorang anak yang biasanya berperan sebagai pengguna akhir dari produk yang dibeli dapat
memberi pengaruh yang tidak kecil pada pengambilan keputusan pembelian suatu barang dalam
keluarganya.

Biasanya anak mencoba memberi pengaruh pada orang tuanya untuk membeli.Walaupun
anak tidak mendominasi pengambilan keputusan beli, mereka mempunyai potensi yang besar untuk
membentuk aliansi baik dengan ayahnya maupun dengan ibunya dalam membentuk mayoritas
pengambilan keputusan beli. Anak bisa berpengaruh pada setiap tahap proses membeli kecuali pada
keputusan berapa banyak uang yang akan dibelanjakan. Dalam proses pembelian suatu produk anak
berpotensi sebagai konsumen skunder yaitu dapat mempengaruhi orang tua untuk membeli produk
yang mereka sukai.

12
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/7442/5/BAB%20II.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai