Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

”Sekolah sebagai Agen Sosialisasi”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi
Pendidikan Dosen Pengajar: Ulfa Utami Mappe, S.Sos.,M.Si.

Disusun oleh:
Dwi Puji Wahyuni (210609502006)
Elsa Stephanie (220609502005)
Ainaya Diyan Fatichah
(1201422052) Muhammad Taufik
(220609501035)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN
HUKUM UNIVERSITAS NEGERI
MAKASSAR 2023
PRAKATA

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, Hidayah dan Inayah kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan tulisan ini. Tanpa bantuannya, kami yakin tidak akan bisa
menyelesaikan komposisi ini dengan mudah. Dokumen tertulis dikumpulkan
berdasarkan petisi atau penugasan tugas yang diberikan oleh verbalisasi kami.
Oleh karena itu, makalah ini kami persiapkan dengan harapan agar ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca, dan bagi kelompok yang
menulisnya secara khusus.
Tulisan yang kami berjudul Sekolah Sebagai Agen Sosialisasi ini
dikumpulkan berdasarkan informasi dan info dari berbagai sumber. Kami
memahami bahwa makalah ini jelas memiliki kekurangan meskipun harus
diperbaiki, oleh karena itu kami mengharapkan psikologi dan pemikiran yang
mendalam dari para pembaca.
Kami selaku penulis mohon maaf jika terdapat berbagai kesalahan
penyusunan atau kecerobohan dalam penulisan makalah ini. Idealnya makalah ini
bisa memberikan kesejahteraan dan menambah info bagi para pembacanya.
Sangat dihargai.

Makassar, 3 September 2023

Kelompok 2

ii
DAFTAR_ISI

COVER..................................................................................................................I

PRAKATA.............................................................................................................ii

DAFTAR_ISI........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan Penelitian........................................................................................2

BAB 2 KAJIAN TEORI.......................................................................................3


A. Pengertian Sosialisasi.................................................................................3
B. Sosialisasi Primer dan Sekunder.................................................................5
C. Agen dan Cara Sosialisasi..........................................................................7
D. Sekolah Sebagai Agen Sosialisasi..............................................................7

BAB 3 PENUTUP.................................................................................................11
A. Kesimpulan.................................................................................................11
B. Saran...........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
DAFTAR_ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum, manusia tidak dapat hidup tanpa warga negara lain, sehingga
manusia memerlukan sosialisasi. Sosialisasi merupakan suatu metode tindakan
yang harus dilakukan agar manusia dapat memahami dan mengetahui peran dan
rata-ratanya sehingga manusia mampu berpartisipasi sebagai sesama anggota
kelompok komunitas biotik. Jika anda sudah mengetahui apa itu sosialisasi, anda
harus mengetahui cara bertindak sosialisasi serta para calo dalam bersosialisasi
agar kita bisa lebih paham tentang sosialisasi dan tempat-tempat terjadinya
sosialisasi. Lalu jika sosialisasi dan calo serta metode aktingnya tidak berjalan
lancar maka akan membuat yang bersangkutan tidak tahu apa-apa. Begitu pula
dengan warga yang mengetahui sosialisasi namun tidak melakukan praktik maka
tidak mengetahui apa-apa, begitu pula sebaliknya. Perantara dan jalur sosialisasi
dapat diartikan sebagai subyek sosialisasi, dan menjadi tempat berlangsungnya
sosialisasi. Sekolah adalah perantara masyarakat.
Di sini yang dimaksud dengan calo masyarakat adalah partai politik yang
melakukan sosialisasi. Ada empat perantara kemasyarakatan yang utama, yaitu
rumah tangga, pengelompokan drama, spiritualis massal, dan yayasan kegiatan
pendidikan masa sekolah. Hal-hal yang disampaikan para calo sosialisasi tidak
selamanya bertolak belakang satu sama lain. Apa yang diajarkan di masa sekolah
mungkin bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh media sosialisasi lainnya.
Misalnya, pada masa sekolah, para terpelajar diajarkan untuk tidak melakukan
perbuatan marah-marah, tidak merokok, tidak meminum minuman beralkohol,
atau berjudi, namun dengan perantara masyarakat lainnya seperti para sederajat
dan Spiritualis Massa, para terpelajar dilarang melakukan hal-hal tersebut. Dalam
gaya ini, proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila hal-hal yang disampaikan
oleh para calo sosialisasi tidak saling bertentangan atau mendukung. Masa sekolah
berpotensi memberikan pengaruh yang cukup besar dalam membentuk

1
2

sikap dan perbuatan mental anak serta mempersiapkannya untuk perannya di masa
depan.1
Mengingat masa sekolah merupakan perantara sosialisasi, maka setiap masa
sekolah harus menerapkan berbagai pola sosialisasi untuk membentuk etika
peserta didik. Etika didefinisikan sebagai kebiasaan melakukan perbuatan yang
adil dan bermoral. Etika mencakup kebiasaan, perbuatan, aktivitas, dan perbuatan.
Masa sekolah dapat dicapai sebagai perantara sosialisasi ketika pemangku
kepentingan, program, dan pendidik memahami hasil akhir yang ingin mereka
capai bersama- sama. Orang-orang terpelajar merupakan objek utama bagi
organisasi moral. Eksploitasi moral dimulai ketika anak berkembang menuju
kedewasaan, yang diperoleh dalam berumah tangga sebelum anak memasuki
lingkungan sekolah. Namun di lingkungan rumah tangga, hal tersebut hanya
diajarkan sebagai dasar berbuat adil dan benar. Lingkungan sekitar mempunyai
banyak peranan dalam berbuat, terutama pada waktu sekolah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari sosialisasi?
2. Bagaimana terjadinya sosialisasi sekunder dan sosialisasi primer?
3. Bagaimana cara agen sosialisasi dalam bersosialisasi?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui pengertian dari sosialisasi.
2. Untuk Mengetahui terjadinya sosialisasi sekunder dan sosialisasi primer.
3. Untuk Mengetahui cara agen sosialisasi dalam bersosialisasi.

1
Arafah, S. (2019). Sekolah sebagai Agen Sosialisasi dalam Pembentukan Moral Siswa di
Pondok Pesantren SMP Ummul Mukminin Makassar (Doctoral dissertation, Universitas Negeri
Makassar), hal.46.
BAB II
KAJIAN
TEORI

A. Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi merupakan suatu proses yang digunakan untuk
membantuseseorang dan para pendidik dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, bagaimana ia hidup, berinteraksi dan berpikir agar mampu
berperan sesuai dengan fungsi tunggalnya yang bernilai. Sosialisasi merupakan
suatu proses penanaman atau pemindahan kebiasaan atau nilai dan kaidah
kebahasaan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam suatu kelompok atau
perusahaan. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai kemungkinan peran
karena dalam proses sosialisasi, peran-peran yang harus dilakukan oleh seseorang
diajarkan. Nasutionmenjelaskan, sosialisasi adalah suatu proses membimbing
seseorang ke dalam kosmos kemasyarakatan.
Sosialisasi dilakukan dengan cara mendidik seseorang tentang peradaban
yang harus dimiliki dan dianutnya, sehingga menjadi sesama anggota saja dan
dalam berbagai kelompok yang khas, sosialisasi dapat dianggap sama dengan
kegiatan pendidikan. Abu Ahmadi juga memaparkan proses sosialisasinya.
Pertama, proses sosialisasi adalah proses pembelajaran, yaitu proses akomodasi
dimana seseorang menahan diri, mengubah dorongan-dorongan dalam dirinya
danmengambil alih gaya animasi dan peradaban perusahaan. Kedua, dalam proses
sosialisasi, seseorang mempelajari kebiasaan, sikap mental, pemikiran, pola nilai
dan tindakan, serta landasan tindakan di perusahaan tempat mereka tinggal.
Ketiga, semua sikap mental dan perolehan yang dipelajari dalam proses sosialisasi
disusun dan dikembangkan sebagai organisasi kasus per kasus dalam diri
seseorang. Proses membimbing seseorang ke dalam kosmos masyarakat disebut
sosialisasi.
Sosialisasi dilakukan dengan cara mendidik seseorang tentang peradaban
yang harus dimiliki dan dianutnya, sehingga mereka hanya menjadi sesama
anggota perusahaan dan dalam berbagai kelompok yang khas. Sosialisasi adalah
tentang ensiklopedi. Dalam proses sosialisasi, seseorang mempelajari perbuatan,
3
4

kebiasaan, dan pola etnik lainnya, sama mudahnya dengan penguasaan sosial
seperti komunikasi linguistik, bersosialisasi, berpakaian, cara makan, dan
sebagainya. 4 Segala sesuatu yang dipelajari oleh seseorang harus dipelajari dari
sesama anggota perusahaan, secara sadar apa yang diajarkan oleh orang tua,
saudara, sesama anggota rumah tangga lainnya dan pada waktu sekolah sebagian
besar oleh pengajar. Secara tidak sengaja ia belajar dengan cara memperoleh
informasi melalui berbagai keadaan sambil mengamati tingkah laku warga lain,
membaca buku, menonton TV, mendengarkan perbincangan warga, dan
sebagainya atau menyerap kebiasaan-kebiasaan di sekitarnya.
Proses sosialisasi yang tidak terluka terjadi pada interaksi mendasarseseorang
dengan lingkungannya. Menurut sosiolog dan psikolog George Herbert Mead,
tahapan sosialisasi melalui empat tahapan proses yang tidak sama, dimana proses-
proses tersebut saling berkaitan erat satu sama lain.
1. Tahap persiapan. Tahapan ini dimulai dari saat bayi dilahirkan hingga
tahap pengenalan lingkungan sekitar, baik audio, gerakan atau hal
lainnya, namun sampai saat ini tidak bersifat ganda. Bayi akan mulai
menirukan gerakan dan suara yang didengarnya namun dengan
komunikasi dan gaya linguistiknya sendiri.
2. Tahap Panggung Meniru. Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap
persiapan yaitu tahap karikatur celup ganda. Anak-anak Menachem mulai
meniru apa yang dilakukan oleh warga sekitar, baik berbicara maupun
melakukan sesuatu. Pada tahap ini komunikasi verbal dan genial dapat
terlaksana karena disinilah mulai terjadi komunikasi timbal balik.
3. Tahap Panggung Akting. Pada tahap ini, gaya meniru warga jarang
digunakan, digantikan dengan bertindak atau melakukan sesuatu secara
sadar, Anda sudah mampu menjalin hubungan antarmanusia dengan
kelompok, dan Anda mulai menyadari posisi Anda di luar lingkungan
rumah tangga.
4. Tahap Penerimaan Norma yang Terwujud. Tahap ini dapat dikatakan
manusia sudah matang, sudah menyadari sepenuhnya rata-rata yang
berlaku dalam perusahaan, kepolisian, agama, kemasyarakatan dan lain-
5

lain. Pada tahap ini Anda bisa disebut sebagai warga negara yang
berpandangan luas.2

B. Sosialisasi Sekunder dan Sosialisasi Primer


1. Pengertian Sosialisasi Sekunder
Sosialisasi Kelas Junior adalah setiap proses selanjutnya yang mendorong
seseorang yang telah disosialisasikan ke dalam lingkungan baru dalam kosmos
perusahaan yang nonsubjektif. Sosialisasi SMP dikenal juga dengan resosialisasi
yang secara harafiah berarti resosialisasi, yaitu suatu proses pembelajaran rata-
rata, nilai-nilai, sikap mental, dan perbuatan baru agar sepadan dengan keadaan
baru yang mereka hadapi dalam animasi.
Sementara itu, menurut Robert M.Z Lawang dalam Murdiyatmoko
(2007:103) sosialisasi SMP adalah suatu kasus sosialisasi yang terjadi setelah
sosialisasi dasar berlangsung sampai keganjilan animasinya. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa sosialisasi tingkat SMP merupakan suatu
proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi dasar (anak-anak usia sekitar 0-4
tahun) yang memperkenalkan seseorang ke dalam kelompok-kelompok tertentu di
perusahaan. Deskriptor sosialisasi tingkat SMP adalah resosialisasi dan
desosialisasi.
Dalam proses resosialisasi, seseorang diberikan identitas diri yang baru.
Sementara itu, dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'penghilangan'
identitas dirinya yang hanya ada satu kali saja. Resosialisasi yang didahului
dengan desosialisasi, yaitu proses “pembatalan'' ego seseorang, merupakan
resosialisasi yang sangat tidak dapat diserang dan keras. Resosialisasi ini terjadi
ditempat-tempat yang masih utuh, yaitu tempat-tempat di mana sejumlah warga
negara terputus dari layanan selama jangka waktu tertentu tanpa tercatat
danhampir seluruhnya berada di bawah kekuasaan pejabat yang mengelola
tempat- tempat tersebut secara resmi seperti penjara. rumah, biara, dan bivak
perawatan tentara. Misalnya, seseorang yang kedapatan dipermalukan akan
dipenjarakan.

2
Hie, Y. H., Ku Samsu, K. U., & Adnan, Z. H. (2021). Faktor Penghalang Kepada Peranan
Guru Sebagai Agen Sosialisasi Politik Di Sekolah Dalam Membentuk Perpaduan Di Daerah
Petaling. Jebat: Malaysian Journal of History, Politics & Strategy, 48(2), hal.7.
6

Maka proses dari seseorang yang hampa menjadi seseorang yang terpenjara dapat
dikatakan sebagai gambaran dari proses ”mencabut'' ego seseorang.
Resosialisasi dapat terjadi dalam bentuk sosialisasi prevenient, yaitu
sosialisasi yang terjadi pada warga negara yang akan memainkan peran baru.
Belajar berperan sebelum memegang peran itu terjadi dalam berbagai tindakan
komunitas biotik, misalnya magang di suatu jabatan sebelum seseorang benar-
benar menduduki jabatan itu atau menjalani masa percobaan sebelum diterima
sebagai pegawai tetap atau mengikuti kursus orientasi Pendidik Baru di tingkat ke-
3. dasar. Sosialisasi antisipatif berulang kali dialami dalam animasi kami: setelah
menyelesaikan aktivitas pendidikan tingkat tertentu, kami memasuki aktivitas
pendidikan tingkat baru (dari masa sekolah hingga universitas), darikosmos
aktivitas pendidikan ke kosmos studi, dari pria lajang hingga pernikahan dari
kosmos belajar hingga kosmos retret.
2. Pengertian Sosialisasi Formal
Sosialisasi konvensional adalah sosialisasi yang dilakukan melalui yayasan
yang berwenang sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dalam res publica.
Sosialisasi konvensional lebih mengarah pada ontogeni pribadi anak agar sesuai
dengan nilai-nilai dan rata-rata yang berlaku di lingkungannya. Dalam lingkungan
konvensional, seperti pada waktu sekolah, seorang siswa bergaul dengan teman
sekelasnya dan berinteraksi dengan instrukturnya serta karyawan sekolah. Dalam
interaksi mendasar tersebut, ia mengalami proses sosialisasi. Dengan proses
sosialisasi ini, para terpelajar akan disadarkan akan peran apa yang harus mereka
mainkan. Para pendidik juga diharapkan memiliki kesadaran diri untuk menilai
dirinya sendiri. Misalnya, apakah saya masih kecil dan disukai Teman atau tidak?
Apakah perilaku saya pantas atau tidak?
Penyelenggaraan kegiatan pendidikan secara konvensional, yaitu masasekolah
untuk membentuk pribadi fiktif, segar, cerdas, orisinal, inovatif, murni, mandiri,
dan mempunyai tanggung jawab yang luas, diperlukan untuk mewujudkan
kesempurnaan kegiatan pendidikan internal. Sekolah adalah suatu yayasan yang
dirancang untuk pengajaran pendidik di bawah pengawasan seoranginstruktur.
7

Masa sekolah juga diartikan sebagai landasan yang dirancang untuk


menghasilkan imajinasi manusia yang cerdas, cerdas, dan terampil. Sekolah
merupakan lembaga pendidikan konvensional yang secara konsisten
menyelenggarakan program penyuluhan, pengajaran, dan pelatihan dalam rangka
membantu pendidik mengembangkan potensi dirinya, baik dari segi moral-
spiritual, niskala, kejiwaan, maupun kemasyarakatan.3

C. Agen dan Cara Sosialisasi


1. Keluarga
a. Penguasaan diri. Masyarakat menuntut penguasaan diri pada sesama
anggotanya. Proses mengajari anak mengendalikan diri Menachem
Dimulai saat orang tua melatih anak untuk menjaga kebersihan diri. Ini
adalah kebutuhan sosial utama yang dialami anak-anak untuk melatih
penguasaan diri. Kebutuhan akan penguasaan diri ini berkembang, dari
penguasaan diri yang dipaksakan menjadi penguasaan diri yang
dilakukan secara maksimal. Anak harus menahan amarahnya terhadap
orang tua atau saudaranya. Tuntutan sosial yang menuntut anak untuk
mengendalikan diri merupakan contoh yang sulit bagi anak-anak.
b. Nilai. Pada saat yang sama dengan aktivitas fisik pengendalian diri ini,
anak-anak diajarkan nilai-nilai. Sambil melatih anak-anak untuk
menguasai diri agar bisnisnya bisa dipinjamkan kepada Temannya, nilai
ekonomi dari kerja sama diajarkan kepada mereka. Sambil
mengendalikan dirinya agar tidak bermain-main sebelum menyelesaikan
persiapannya, dia diajari nilai ekonomi dari orang yang berprestasi di
studi.
c. Peran sosial. Mempelajari peran-peran sosial ini terjadi melalui interaksi
mendasar masyarakat dalam berumah tangga. Setelah anak
mengembangkan kesadaran diri yang membedakan dirinya dari warga

3
Idat, T. (2019). Peran Sekolah Sebagai Agen Sosialisasi Nilai Dalam Upaya Mengatasi
Perilaku Menyimpang: Studi Deskriptif Peran Sosialisasi Nilai pada siswa di SMA PGRI 1
Bandung (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia), hal.56.
8

negara lain, ia mulai mempelajari peran sosial yang sesuai dengan citra
dirinya.4
2. Sekolah
a. Penularan etnis. Di masa sekolah, anak-anak tidak hanya mempelajari
pengetahuan dan perolehan, tetapi juga sikap mental, nilai-nilai, dan rata-
rata. Sebagian besar sikap mental dan nilai-nilai ini dipelajari melalui
percakapan melalui keadaan konvensional dalam kategori-kategori dan
pada waktu sekolah.
b. Memilih dan mengajarkan peran masyarakat. Tugas utama kegiatan
pendidikan masa sekolah sekarang adalah mengajarkan cara belajar,
anak- anak diberikan pengetahuan dasar dan motif belajar yang
memungkinkan mereka untuk terus belajar sepanjang animasinya setelah
menyelesaikan kegiatan pendidikannya pada tingkat kegiatan pendidikan
konvensional.
c. Desegregasi sosial. Warga negara Indonesia mengenal berbagai suku
bangsa yang masing-masing mempunyai adat istiadatnya masing-masing,
komunikasi bahasa daerah yang berbeda-beda, keyakinan, pandangan
politik, dan tingkat eksploitasi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, tugas
terpenting dari kegiatan pendidikan di sekolah adalah menjamin
desegregasi masyarakat. Gaya yang menjamin desegregasi masyarakat
adalah: 1) masa sekolah mengajarkan komunikasi linguistik internal,
yaitu bahasa Indonesia, 2) masa sekolah mengajarkan anak-
anakpengalaman yang sama melalui kurikulum dan buku sekolah yang
tidak berubah-ubah serta membaca Buku di waktu sekolah, 3) Masa
sekolah mengajarkan ciri- ciri kepribadian internal anak-anak melalui
contoh cerita dan geografi internal, upacara pin, peringatan hari raya
internal, himne internal dan sebagainya. Pengakuan terhadap kepribadian
batiniah akan memberikan prosesi rasa nasionalisme, rasa nasionalisme
itulah yang akan membangkitkan rasa nasionalisme.

4
Nurfurqon, F. F. (2020). Peranan Pendidikan Sekolah Dasar Dalam Mengembangkan
Kebudayaan Di Indonesia. COLLASE (Creative of Learning Students Elementary Education),
3(4), hal.119.
9

d. Inovasi sosial. Melalui kegiatan pendidikan di sekolah, masa sekolah


mengajarkan komunitas biotik sekitar tentang kesehatan lingkungan,
nutrisi, kebiasaan bersarang, cara bertani terkini, cara kerja yang lebih
efektif, dan sebagainya.
e. Eksploitasi kepribadian anak. Kegiatan pendidikan di sekolah
memperhatikan eksploitasi karakter fiktif anak melalui pembinaan sesuai
adat istiadat dan kaidah kebahasaan, kegiatan pendidikan spiritual dan
karakter, dan sebagainya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
kegiatan pendidikan masa sekolah bernilai tunggal berfungsi
mengembangkan kepribadian anak sebagai suatu kesatuan.
f. Peradaban sekolah. Sekolah merupakan landasan kemasyarakatan yang
mempengaruhi proses sosialisasi dan fungsi bernilai tunggal untuk
mewariskan peradaban kepada anak. Sekolah sebagai organisasi
kemasyarakatan mempunyai organisasi yang tiada bandingnya dan pola
hubungan kemasyarakatan yang tiada bandingnya antar sesama
anggotanya. Unsur kimia yang diimpor dari peradaban masa sekolah: 1)
Kedudukan lingkungan sekitar dan substruktur paksa dari masa sekolah,
2) Kurikulum masa sekolah yang memuat pemikiran dan fakta yang
membentuk keseluruhan program pendidikan, 3) Seseorang yang
merupakan sesama anggota masa sekolah terdiri dari pendidik, pengajar,
dan dosen administrasi, 4) Nilai rata-rata, organisasi pengatur, dan iklim
animasi sekolah.
g. Aktivitas pendidikan sekolah dan mobilitas masyarakat. Mobilitas sosial
adalah perpindahan seseorang dari satu pos masyarakat ke pos
masyarakat lainnya dalam struktur anatomi masyarakat. Gaya yang dapat
ditempuh untuk mengatasi mobilitas masyarakat dalam kosmos kegiatan
pendidikan adalah education mayoritas rule. Kekuasaan
mayoritaspendidikan terbagi menjadi dua, yaitu kekuasaan mayoritas
pendidikan dalam sensasi tegak dan horizontal. Organisasi kegiatan
pendidikan dapatdikatakan demokratis dalam arti tegak apabila
organisasi tersebut dapat memberikan kesempatan yang memadai
kepada semua anak untuk
10

memperoleh potensi permainan pendidikan sekolah sesuai dengan


kewenangannya. Sementara itu, Demokrat dalam sensasi horizontal jika
organisasi memberikan kesempatan kepada seluruh warga negara untuk
menerima kegiatan pendidikan di sekolah. Titik fokus penerapan
demokratisasi ini adalah tanggung jawab untuk belajar.
3. Kelompok Sebaya
Sosialisasi dalam kelompok yang setara dilakukan dengan mempelajari pola-
pola interaksi mendasar dengan warga yang memadai. Oleh karena itu, dalam
pengelompokan drama, anak dapat mempelajari kaidah kebahasaan yang
mengatur peran warga negara dalam posisi yang memadai serta mempelajari nilai-
nilai Keadilan.
4. Media Massa
Spiritualis massa merupakan instrumen dalam proses sosialisasi karena
spiritualis massa memberikan info-info yang dapat memperluas wawasan untuk
meningkatkan kemanusiaan dan berbagai pekerjaan yang ada di lingkungan
sekitar. Besarnya pengaruh Spiritualis Massa yang sangat kecanduan narkoba
terhadap kaliber dan frekuensi pokok bahasan yang disampaikan.5

D. Sekolah Sebagai Agen Sosialisasi

Sekolah adalah agen sosialisasi yang memiliki peran panjang dalam membentuk individu
sebagai anggota masyarakat yang baik dan berfungsi. Melalui kurikulum yang disusun
dengan cermat, sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh
pengetahuan yang luas dan keterampilan yang beragam. Selain itu, sekolah juga
mengajarkan nilai-nilai sosial, etika, dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Dalam lingkungan sekolah, siswa belajar untuk berinteraksi dengan teman sebaya, guru,
dan staf sekolah, yang membentuk kemampuan mereka dalam berkomunikasi,
berkolaborasi, dan beradaptasi dengan berbagai tipe individu. Selama bertahun-tahun,
proses pendidikan di sekolah membentuk sikap, nilai, dan identitas sosial siswa, yang
pada gilirannya akan memengaruhi perilaku mereka di dalam masyarakat lebih luas. Oleh
karena itu, sekolah adalah agen sosialisasi yang memiliki pengaruh yang signifikan dalam
membentuk karakter dan kepribadian individu, serta berperan dalam mempersiapkan
generasi muda untuk menjadi warga yang berkontribusi positif dalam masyarakat.
11

Sekolah juga memiliki peran panjang dalam membentuk pemikiran kritis dan analitis

siswa. Melalui proses pembelajaran yang terstruktur dan berkelanjutan, siswa diajarkan untuk

merumuskan pertanyaan, mencari informasi, dan mengevaluasi berbagai sudut pandang. Ini

membantu mereka mengembangkan kemampuan berpikir mandiri dan kritis, yang merupakan

aspek penting dalam masyarakat yang kompleks dan berubah dengan cepat. Selain itu, sekolah

juga memainkan peran dalam memperkenalkan berbagai budaya, norma, dan nilai-nilai yang

berbeda kepada siswa. Melalui mata pelajaran seperti sejarah, sastra, dan studi sosial, siswa dapat

memahami keragaman dunia dan mengembangkan toleransi serta pemahaman terhadap

perbedaan. Ini membantu menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan saling menghormati.

Dalam jangka panjang, sekolah juga membantu menciptakan jaringan sosial yang

berpotensi berdampak seumur hidup. Teman sebaya, guru, dan staf sekolah dapat menjadi sumber

dukungan sosial, mentor, dan rekan kerja di masa depan. Selain itu, sekolah seringkali merupakan

tempat di mana individu pertama kali terpapar kepada berbagai pilihan karier dan minat pribadi

mereka, yang dapat membantu membentuk masa depan mereka. Secara keseluruhan, sekolah

adalah agen sosialisasi yang panjang yang tidak hanya memberikan pengetahuan dan

keterampilan, tetapi juga membentuk sikap, nilai-nilai, pemikiran kritis, dan identitas sosial siswa.

Dengan demikian, peran sekolah dalam masyarakat sangat penting dalam mempersiapkan

individu untuk berkontribusi dalam masyarakat yang beragam dan kompleks.

5
Rachman, R. M., Santoso, B., & Muhidin, S. A. (2023). Efektivitas Sosialisasi Kearsipan
Untuk Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Arsip di Sekolah Tinggi Desain Indonesia. ABDI
PUSTAKA: Jurnal Perpustakaan dan Kearsipan, 3(1), hal.11.
BAB III
PENUTU
P

A. Kesimpulan
Sosialisasi merupakan suatu proses yang digunakan untuk
membantuseseorang dan para pendidik beradaptasi dengan lingkungannya,
bagaimana ia hidup, berinteraksi dan berpikir agar mampu berperan sesuai dengan
fungsi tunggalnya yang bernilai. Menurut sosiolog dan psikolog George Herbert
Mead, tahapan sosialisasi seseorang melalui empat tahapan proses yang tidak
sama,dimana proses- proses tersebut saling berkaitan erat, yaitu: tahap persiapan,
tahap karikatur, tahap bermain, dan tahap bermain. tahap penerimaan rata-rata
yang diwujudkan. Sosialisasi SMP merupakan proses sosialisasi lanjutan setelah
sosialisasi dasar (anak usia sekitar 0-4 tahun) yang mengenalkan seseorang pada
kelompok- kelompok tertentu dalam kelompok.
Deskriptor sosialisasi tingkat SMP adalah resosialisasi dan desosialisasi.
Sedangkan sosialisasi konvensional adalah sosialisasi yang dilakukan melalui
yayasan yang berwenang sesuai dengan tata cara yang berlaku dalam res publica.
Sosialisasi konvensional lebih mengarah pada ontogeni pribadi anak agar sesuai
dengan nilai-nilai dan rata-rata yang berlaku di lingkungannya. Pelaku sosialisasi
keluarga dilakukan melalui substansi penguasaan diri, nilai-nilai dan peran
kemasyarakatan. Sosialisasi sekolah diperantarai oleh substansi transmisi etnis,
pemilihan dan pengajaran peran masyarakat, desegregasi masyarakat, inovasi
masyarakat, eksploitasi kepribadian anak-anak, dan sebagainya. Pelaku sosialisasi
peer grouping dilakukan dengan mempelajari pola interaksi mendasar dengan
masyarakat yang memadai terhadap dirinya. Broker media sosialisasi memberikan
info-info yang dapat menambah wawasan tentang manusia dan berbagai pekerjaan
yang ada di lingkungan sekitar.
11
12

B. Saran
Tentunya pencipta telah memahami bahwa dalam penyusunan makalah di
atas masih banyak terdapat kesalahan dan cukup cacat. Untuk selanjutnya penulis
akan segera melakukan penyempurnaan pembuatan makalah dengan
memanfaatkan kaidah dari beberapa sumber dan analisis yang membantu dari para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Arafah, S. (2019). Sekolah sebagai Agen Sosialisasi dalam Pembentukan Moral


Siswa di Pondok Pesantren SMP Ummul Mukminin Makassar (Doctoral
dissertation, Universitas Negeri Makassar).

Hie, Y. H., Ku Samsu, K. U., & Adnan, Z. H. (2021). Faktor Penghalang Kepada
Peranan Guru Sebagai Agen Sosialisasi Politik Di Sekolah Dalam
Membentuk Perpaduan Di Daerah Petaling. Jebat: Malaysian Journal of
History, Politics & Strategy, 48(2), 1-11.

Idat, T. (2019). Peran Sekolah Sebagai Agen Sosialisasi Nilai Dalam Upaya
Mengatasi Perilaku Menyimpang: Studi Deskriptif Peran Sosialisasi Nilai
pada siswa di SMA PGRI 1 Bandung (Doctoral dissertation, Universitas
Pendidikan Indonesia).

Nurfurqon, F. F. (2020). Peranan Pendidikan Sekolah Dasar Dalam


Mengembangkan Kebudayaan Di Indonesia. COLLASE (Creative of
Learning Students Elementary Education), 3(4), 118-131.

Rachman, R. M., Santoso, B., & Muhidin, S. A. (2023). Efektivitas Sosialisasi


Kearsipan Untuk Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Arsip di Sekolah
Tinggi Desain Indonesia. ABDI PUSTAKA: Jurnal Perpustakaan dan
Kearsipan, 3(1), 8-15.

13

Anda mungkin juga menyukai