Anda di halaman 1dari 21

SOSIALISASI DARI KELUARGA KE SEKOLAH & FUNGSI LAIN DARI

SEKOLAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Dosen Pengampu :
Dr. Hj. Asniwati, M.Pd / Zain Ahmad Fauzi, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Kelas 7A PGSD

Muhammad Akbar 1810125110002


Siti Rania Nur Azizah Antarila Putri 1810125120009
Muhammad Najhan 1810125210031
Noraliah Ratna Yanti 1810125220014
Adita Fitria Ramadhani 1810125220016
Muhammad Fahmi Arif 1810125310035
Muhammad Daudy Azhar 1810125310042
Raudatul Jannah 1810125320038
Noor Laila Latifah 1810125320049
Noor Melliyeni 1810125320051

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunianya pada kami. Sholawat serta salam tetap kami haturkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari
zaman jahiliah ke zaman penuh ilmu ini.
Makalah yang berisikan tentang “Sosialisasi Dari Keluarga Ke Sekolah &
Fungsi Lain Dari Sekolah” ini kami susun untuk memenuhi mata kuliah
Hubungan Sekolah dan Masyarakat. Tak lupa kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada dosen pengampu, Dr. Hj. Asniwati, M.Pd / Zain Ahmad Fauzi, M.Pd
yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah
ini dari awal sampai akhir baik secara langsung maupun tidak langsung.

Banjarmasin, 28 Agustus 2021

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Sosialisasi ke Dalam Masyarakat..................................................................3
1. Pengertian Sosialisasi....................................................................................3
2. Tujuan dan Fungsi Sosialisasi di Masyarakat.............................................5
3. Bentuk Sosialisasi..........................................................................................6
4. Media Sosialisasi...........................................................................................8
B. Keluarga Sebagai Medium dan Proses Sosialisasi......................................10
1. Pengertian Keluarga....................................................................................10
2. Peran dan Fungsi Keluarga Dalam Sosialisasi.........................................12
3. Peran Sosialisasi di Lingkungan Keluarga...............................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................17
A. Kesimpulan.................................................................................................17
B. Saran...........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sosialisasi merupakan proses alamiah yang membimbing individu untuk
mempelajari, memahami dan mempraktikkan nilai-nilai. Sosialisasi memiliki
urgensi yang begitu kuat terhadap keberlangsungan pendidikan bagi individu
sebagai anggota masyarakat. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwasannya
sekolah merupakan jalur pendidikan formal yang penting dalam proses
sosialisasi anak, walaupun sekolah hanya merupakan salah satu lembaga yang
bertanggung jawab atas pendidikan anak.
Namun, anak akan mengalami perubahan tingklah laku sosialnya setelah ia
masuk ke sekolah. Selain itu juga, keluarga merupakan jalur pendidikan
informal yang pertama dan yang paling utama bagi seorang anak dalam
memperkenalkan proses sosialisasi. Jadi keluarga tidak boleh lepas tangan
begitu saja terhadap sekolah. Karena sekolah merupakan lingkungan
pendidikan yang kedua setelah keluarga.

2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Sosialisasi?
2. Apa Tujuan dan Fungsi Sosialisasi di Masyarakat?
3. Bagaimana bentuk Sosialisasi?
4. Bagaimana Media Sosialisasi?
5. Apa pengertian Keluarga?
6. Bagaimana peran dan fungsi keluarga dalam sosialisasi?
7. Bagaimana pola sosialisasi di lingkungan keluarga?

3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Apa pengertian Sosialisasi.
2. Untuk mengetahui Apa Tujuan dan Fungsi Sosialisasi di Masyarakat.
3. Untuk mengetahui Bagaimana bentuk Sosialisasi.
4. Untuk mengetahui Bagaimana Media Sosialisasi.
5. Untuk mengetahui Apa pengertian Keluarga.

1
6. Untuk mengetahui Bagaimana peran dan fungsi keluarga dalam sosialisasi.
7. Untuk mengetahui Bagaimana pola sosialisasi di lingkungan keluarga.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sosialisasi ke Dalam Masyarakat


2. Pengertian Sosialisasi
Pengertian sosialisasi dalam arti luas adalah suatu proses interaksi
dan pembelajaran yang dilakukan seseorang sejak ia lahir hingga akhir
hayatnya di dalam suatu budaya masyarakat. Sedangkan pengertian
sosialisasi dalam arti sempit adalah proses pembelajaran yang dilakukan
individu dalam mengenal lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun
sosial. Jadi secara umum, pengertian sosialisasi adalah suatu proses
belajar-mengajar atau penanaman nilai, kebiasaan, dan aturan dalam
bertingkah laku di masyarakat dari satu generasi ke generasi lainnya sesuai
dengan peran dan status sosial masing-masing di dalam kelompok
masyarakat.
Melalui proses sosialisasi maka seseorang dapat memahami dan
menjalankan hak dan kewajibannya berdasarkan peran status masing-
masing sesuai budaya masyarakat. Dalam hal ini, setiap individu
mempelajari dan mengembangkan pola-pola perilaku sosial dalam proses
pendewasaan diri. Dengan kata lain, anggota keluarga, guru, pemuka
agama, dan elemen masyarakat lainnya, memiliki peran dalam proses
sosialisasi setiap individu.
Agar lebih memahami apa arti sosialisasi, maka kita dapat merujuk
pada pendapat beberapa ahli berikut ini:
1. Soejono Dirdjosisworo
Menurut Soejono Dirdjosisworo (1985), pengertian sosialisasi
mengandung tiga arti, yaitu:
a. Proses belajar; yaitu suatu proses akomodasi dimana individu
menahan, mengubah impuls- impuls dalam dirinya dan mengambil
cara hidup atau kebudayaan masyarakatnya.
b. Kebiasaan; dalam bersosialisasi setiap individu mempelajari
kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola nilai dan tingkah laku, dan

3
ukuran kepatuhan tingkah laku di dalam masyarakat di mana ia
hidup.
c. Sifat dan kecakapan; semua sifat dan kecakapan yang dipelajari
dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan sebagai
suatu kesatuan dalam diri seseorang.
2. Charlotte Buhler
Menurut Charlotte Buhler, pengertian sosialisasi adalah suatu proses
yang membantu anggota masyarakat untuk belajar dan menyesuaikan
diri terhadap bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir
kelompoknya, agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompok
tersebut.
3. Peter L. Berger
Menurut Peter L. Berger, pengertian sosialisasi adalah suatu proses
seorang anak belajar menjadi anggota yang berpartisipasi dalam
masyarakat.
4. Edward S. Greenberg
Menurut Greenberg, pengertian sosialisasi adalah suatu proses untuk
mentransformasikan individu kepada pihak luar agar dapat ikut serta
berpartisipasi secara aktif sebagai anggota suatu organisasi.
5. Martin Gibson
Menurut Gibson, arti sosialisasi adalah sebuah aktivitas dari organisasi
untuk mewujudkan dan mengintegrasikan tujuan organisasi maupun
individu. Sehingga dari dua pengertian sosialisasi tersebut terdapat dua
kepentingan yang berbeda, yakni kepentingan individu dan
kepentingan organisasi.
6. Robert M. Z. Lawang
Menurut Robert M. Z. Lawang, arti sosialisasi adalah proses
mempelajari norma, nilai, peran, dan semua persyaratan lainnya yang
diperlukan untuk memungkinkan berpartisipasi yang efektif dalam
kehidupan sosial.

4
7. Karel J. Veeger
Menurut Karel J. Veeger, pengertian sosialisasi adalah suatu proses
belajar mengajar. Contoh: orang tua mendidik anaknya tata krama dan
sopan santun.
8. Bruce J. Cohen
Menurut Bruce J. Cohen, pengertian sosialisasi adalah proses
pembelajaran seorang individu terhadap nilai-nilai dan norma-norma
yang ada dalam masyarakat sehingga seseorang menjadi bagian dari
masyarakat.

3. Tujuan dan Fungsi Sosialisasi di Masyarakat


Pada hakikatnya sosialisasi bertujuan untuk memperoleh nilai,
norma, pengetahuan dan keterampilan-keterampilan sebagai pedomen
dalam hidupnya. Dengan proses sosialisasi, setiap individu diharapkan
memperoleh hasil-hasil sebagai berikut:
a. Memberi keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk
melangsungkan kehidupan seseorang kelak ditengah-tengah
masyarakat.
b. Menambah kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien serta
mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan bercerita.
c. Membantu pengendalian fungsi-fungsi organik melalui pelatihan
mawas diri yang tepat.
d. Membiasakan individu dengan nilai-nilai kepercayaan yang ada di
masyarakat.
Fungsi sosialisasi ada dua macam yaitu dari segi kepentingan
individu dan dari segi kepentingan masyarakat. Dari segi kepentingan
individu sosialisasi berfungsi supaya seorang individu dapat mengenal,
mengakui serta menyesuaikan dirinya dengan nilai, norma dan struktur
sosial yang terdapat dalam masyarakat. Dari segi kepentingan masyarakat
sosialisasi berfungsi sebagai alat dalam pelestarian, penyebarluasan serta
mewarisi nilai, norma, maupun kepercayaan yang terdapat didalam
masyarakat. Menurut Gunawan (2012: 198), fungsi sosialisasi yaitu untuk
menginformasikan, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi.

5
4. Bentuk Sosialisasi
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang
hidup manusia. Dalam kaitan inilah para ahli berbicara mengenai bentuk-
bentuk proses sosialisasi seperti sosialisasi setelah masa kanak-kanak,
pendidikan sepanjang hidup, atau pendidikan berkesinambungan.
Mengemukakan bahwa setelah sosialisasi dini yang dinamakanya
sosialisasi primer (primary sicialization) kita menjumpai sosialisasi
sekunder (secondary socialization). Berger dan Luckman mendefinisikan
sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu
semasa kecil, melalui mana ia menjadi anggota masyarakat, sedangkan
sosialisasi sekunder mereka definisikan sebagai proses berikutnya yang
memperkenalkan individu yang telah disosialisasi ke dalam sektor baru
dari dunia objektif masyarakatnya.
Agen-agen sosialisasi, pihak yang melaksanakan, Fuller dan Jocobs
mengidentifisikan empat agen sosialisasi utama : keluarga, kelompok
bermain, dan sistem pendidikan.
a. Sosialisasi Gender dalam keluarga
Gertrude Jaeger mengemukakan bahwa peran para agen sosialisasi
pada tahap awal ini, terutama orang tua sangat penting. Sang anak
(khususnya pada masyarakat modern Barat) sangat tergantung pada
orang tua dan apa yang terjadi antara orang tua dan anak pada tahap ini
jarang diketahui orang luar. Dengan demikian anak tidak terlindung
terhadap penyalahgunaan kekuasaan yang sering dilakukan orang tua
terhadap mereka seperti penganiayaan, pemerkosaan, dan sebagainya.
Arti penting agen sosialisasi pertama pun terletak pada pentingnya
kemampuan yang diajarkan pada tahap ini. Untuk berinteraksi dengan
significant others. Sebagaimana bentuk-bentuk sosialisasi yang lain,
maka sosialisasi gender pun berawal dari keluarga. Keluargalah yang
mula-mula mengajarkan seorang anak untuk bertindak yang lebih baik.
b. Sosialisasi Gender dalam Kelompok Bermain
Setelah mulai dapat bepergian, seorang anak memperoleh agen
sosialisasi lain: teman bermain, baik yang terdiri atas kerabat mapun

6
tetangga dan teman sekolah. Disini seorang anak mempelajari berbagai
kemampuan baru. Kalau dalam keluarga interaksi yang dipelajarinya di
rumah melibatkan hubungan yang tidak sederajat ( seperti antara kakek
atau nenek dengan cucu, orang tua dengan anak, paman atau bibi
dengan kemenakan, kakak dengan adik) maka dalam kelompok
bermain seorang anak berinteraksi engan orang yang sederajat karena
sebaya. Pada tahap inilah seorang anak memasuki game stage,
mempelajari aturan yang mengatur peran orang yang kedudukanya
sederajat. Dalam kelompok bermain pulalah seorang anak mulai
belajar nilai-nilai keadilan.
c. Sosialisasi Gender di Sekolah
Agen sosialisasi berikut tentunya dalam masyarakat yang telah
mengenalnya adalah sistem pendidikan formal. Disini seseorang
mempelajari hal baru yang belum dipelajarinya dalam keluarga
ataupun kelompok bermain. Pendidikan formal mempersiapkanya
untuk penguasaan peran-peran baru dikemudian hari, dikala seseorang
tidak tergantung lagi pada orang tuanya.
Menurut Dreeben di sekolah seorang anak harus belajar untuk
mandiri. Kalau di rumah seorang anak dapat mengharapkan bantuan
orang tuanya dlam melaksanakan berbagai pekerjaan, maka di sekolah
sebagian besar tugas sekolah harus dikerjakan sendiri dengan penuh
rasa tanggung jawab. Ketergantungan pada orang tua yang dijumpai di
rumah tidak terdapat di sekolah, guru menuntut kemandirian dan
tanggung jawab pribadi bagi tugas-tugas sekolah.
Proses sosialisasi perlu dilanjutkan dengan promosi untuk
meningkatkan layanan, karena produk yang kita kenalkan ke
masyarakat belum memjamin keberhasilan pemasaran terhadap produk
itu. Oleh karena itu produk tersebut haruslah diperkenalkan lebih jauh
dan medalam kepada konsumen atau calon nasabah dengan melalui
promosi.

7
5. Media Sosialisasi
Media sosialisasi dapat dideskripsikan sebagai ruang dimana proses
internalisasi nilai, norma, dan tata kelakukan yang membentuk kepribadian
seseorang berlangsung. Sosialisasi selalu memerlukan media. Media itu
sendiri tidak selalu fisik, bisa juga virtual. Ada beberapa macam media
sosialisasi. Beberapa contoh media sosialisasi yang bisa disebutkan di sini
diantaranya:
a. Keluarga
Keluarga bisa berupa keluarga inti atau keluarga besar. Secara
sosiologis, keluarga merupakan unit sosial terkecil yang unik.
Hubungan antar anggotanya terbentuk melalui ikatan darah. Kendati
kita mengenal istilah keluarga kedua, keluarga yang dimaksud disini
adalah keluarga dalam arti sebenarnya. Umumnya, anggota keluarga
terdiri dari ayah, ibu, anak, nenek, kakek, cucu, paman, dan lain
sebagainya. Keluarga inti terdiri dari orang tua dan anak.
Dalam keluarga, sosialisasi nilai, norma dan pola perilaku terjadi.
Interaksi para anggotanya yang biasanya tinggal dalam satu atap
adalah interaksi yang saling memengaruhi. Tentu saja, interaksi
orangtua dengan anak balitanya perkecualian. Orang tua mendominasi
interaksi dengan cara mengajarkan, mencontohkan, menyampaikan
nilai-nilai dalam keluarga. Sebagai contoh, seorang anak tentara hidup
disiplin karena didikan orang tuanya yang disiplin sejak kecil. Kita
bisa mengasumsikan bahwa nilai tentang kedisiplinan disosialisasikan
pada anak tersebut melalui media keluarga.
b. Teman
Teman merupakan media sosialisasi yang penting terutama ketika
individu mulai beranjak remaja dan dewasa. Pertemanan itu sendiri
dimulai lebih dini ketika anak-anak. Saat remaja, kecenderungan
umum yang kita saksikan di masyarakat kita, teman bergaul menjadi
media sosialisasi yang dominan. Bahkan tak jarang lebih dominan dari
keluarga. Karakter kepribadian kita, tak jarang ditentukan oleh dengan
siapa kita bergaul.Dalam pertemanan, ada istilah lingkaran teman.

8
Orang lain menyebutnya sebagai perkumpulan. Anggota perkumpulan
adalah lingkaran teman kita, yang dekat dengan kita.
Kedekatan emosional sesama anggota perkumpulan
memungkinkan terjadinya sosialisasi primer. Nilai-nilai yang diyakini
oleh kita memengaruhi lingkaran teman kita, begitu pula sebaliknya.
Teman sepergaulan merupakan aktor dimana sosialisasi bisa terjadi
begitu cukup intens. Seorang anak yang memilih tidak melanjutkan
sekolah karena malas, misalnya, tidak semata-mata karena malas,
tetapi ia meyakini nilai-nilai kemalasan yang ditransmisikan dari
teman sepergaulannya.
c. Sekolah
Sekolah yang dimaksud di sini adalah institusi pendidikan formal
tempat individu belajar. Di sekolah, pola sosialisasi tidak hanya
berbentuk penyampaian materi oleh guru kepada murid, namun
melibatkan semua elemen yang ada di sekolah, misalnya antara murid
dengan murid, antara guru dengan tukang kebun, antara penjual
makanan dengan murid, dan sebagainya. Murid bahkan lebih banyak
mempelajari karakter kepribadian dengan murid ketimbang gurunya.
Namun demikian, proses sosialisasi yang dominan dan diharapkan
adalah sosialisasi nilai dalam bentuk materi dan contoh yang
disampaikan atau diperagakan oleh guru kepada murid. Murid belajar
tentang nilai-nilai yang positif di sekolah. Guru mengajarkannya.
Begitu idealnya. Murid memiliki sikap respek pada orang lain, datang
tidak terlambat, jujur, amanah, fatonah, beretika sebagai hasil dari
sosialisasi selama di sekolah. Apabila guru menyuruh anak didiknya
untuk menyontek, nilai tentang pola perilaku korup akan membentuk
karakternya.
d. Media massa
Media massa bermacam-macam jenisnya dan semuanya bisa
menjadi media sosialisasi dominan yang membentuk kepribadian
seseorang. Televisi, radio, dan surat kabar merupakan media
konvensional yang lumrah menjadi konsumsi publik. Melalui media

9
massa tersebut, nilai-nilai, norma, dan perilaku diperagakan secara
visual, audio, tulisan, atau kombinasi diantara ketiganya. Ketika
menonton sinetron tentang kejamnya ibu tiri, kita sedang mempelajari
nilai bahwa ibu tiri itu kejam.
Berita kriminal yang kita tonton atau baca mengajarkan bahwa
dunia ini tidak semuanya berisi kebaikan dan orang baik. Ada orang
jahat, para pelaku kriminal. Ada orang yang tampak baik tapi
sebenarnya jahat. Misalnya seorang pengusaha yang mengeksploitasi
pekerjanya. Kita melihat di televisi bahwa pengusaha itu sukses karena
kerja kerasnya. Namun ternyata dibalik itu ada orang lain yang bekerja
untuknya dengan ditindas. Belakangan, media massa cenderung
mendominasi sosialisasi nilai, menggeser peran keluarga. Lihat saja
fenomena di masyarakat kita, mereka lebih sering menonton televisi di
ruang keluarga.

6. Keluarga Sebagai Medium dan Proses Sosialisasi


1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan serta orang orang yang
selalu menerima kekurangan dan kelebihan orang yang ada disekitarnya
baik buruk nya anggota keluarga tetap tidak bisa merubah kodrat yang ada,
garis besarnya yang baik diarahkan dan yang buruk diperbaiki tanpa harus
menghakimi.
Menurut Salvicion dan Celis (1998) dalam Baron R.A dan Donn
Byrne (2003) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi
yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu
sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu kebudayaan.
Berdasarkan Undang-Undang 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Bab I pasal 1 ayat 6
pengertian keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari

10
suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya (duda),
atau ibu dan anaknya (janda). Adapun fungsi yang dijalankan keluarga
adalah:
a. Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan
menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa
depan anak.
b. Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga
mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
c. Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak
sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
d. Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif
merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam
berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga.
Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan
keharmonisan dalam keluarga.
e. Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga
menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan
lain setelah dunia.
f. Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari
penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.
g. Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama,
bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.
h. Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan
keturunan sebagai generasi selanjutnya Memberikan kasih sayang,
perhatian, dan rasa aman di antara keluarga, serta membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
Dalam masyarakat luas terdapat berbagai lembaga-lembaga (pranata-
pranata) seperti lembaga keluarga, lembaga pendidikan, lembaga ekonomi,
lembaga agama, dan lembaga lainnya. Dwi dan Bagong (2015:227),

11
keluarga adalah lembaga sosial dasar darimana semua lembaga atau
pranata sosialnya berkembang. Di masyarakat manapun di dunia, keluarga
merupakan kebutuhan manusia yang universal dan menjadi pusat
terpenting dari kegiatan dalam kehidupan individu. Keluarga dapat
digolongkan ke dalam kelompok penting, selain karena para anggotanya
saling mengadakan kontak langsung juga karena adanya keintiman dari
para anggotanya.
Pranata keluarga merupakan sistem norma dan tata cara yang
diterima untuk menyesuaikan beberapa tugas penting. Keluarga berperan
membina anggota-anggotanya untuk beradaptasi dengan lingkungan fisik
maupun lingkungan budaya di mana ia berada. Bila semua anggota sudah
lampu untuk beradaptasi dengan lingkungan di mana ia tinggal, maka
kehidupan masyarakat akan tercipta menjadi kehidupan yang tenang, aman
dan tentram.
Dengan demikian, keluarga pun berfungsi sebagai pusat sosialisasi
pertama dalam kehidupan setiap individu sebelum memasuki dunia
masyarakat yang lebih luas. Tentunya proses sosialisasi dalam keluarga
adalah sesuatu yang sifatnya sangat penting dalam mendukung proses-
proses sosial yang akan terjadi pada individu (anggota keluarga) tersebut.

2. Peran dan Fungsi Keluarga Dalam Sosialisasi


Menurut Yulia (2018: 6) keluarga merupakan lembaga sosial
pertama yang diperoleh seorang anak ketika ia dilahirkan ke dunia atau
keluarga merupakan lembaga sosial pertama yang terbentuk sejak adanya
terjadinya suatu pernikahan. Didalam suatu keluarga seorang anak
melakukan interaksi sosial sekaligus merasakan hidup dalam suatu
kelompok untuk pertama kalinya. Di dalam suatu keluarga terjadi interaksi
antara seorang ayah dengan anaknya, seorang ibu dengan anaknya,
interaksi antara ayah dan ibu ataupun interaksi antara kakak dan adik. Di
dalam keluarga ini pula mulai dijalankan beberapa fungsi seperti fungsi
ekonomi, fungsi sosialisasi, fungsi edukasi, fungsi proteksi, fungsi
reproduksi, fungsi pengawasan sosial, serta fungsi pemberian status. Peran
keluarga dalam proses sosialisasi antara lain, yaitu:

12
a. Menanamkan nilai-nilai budi pekerti dan kepercayaan diri kepada anak
b. Melatih kemampuan komunikasi pada anak, hingga pada nantinya
anak tersebut dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien.
c. Memberikan keterampilan-keterampilan tertentu yang dibutuhkan
dalam kehidupan bermasyarakat
Fungsi keluarga yang satu ini juga tidak kalah penting dengan tiga
peran yang sudah disebutkan sebelumnya. Keluarga memainkan peran
penting dalam proses sosialisasi. Di dalam keluarga, seorang anak akan
belajar tentang nilai, norma, moral, dan cara untuk menjalin komunikasi
dengan orang lain selain keluarganya. Selain itu, keluarga adalah tempat
untuk membentuk karakter pada masing-masing anggota keluarga,
terutama anak. Dari keluarga, anak bisa belajar mengenai hal-hal baik dan
buruk maupun yang salah atau benar. Melalui proses sosialisasi dalam
keluarga, anak akan menjadi manusia sosial dengan karakter yang baik.
(Widianti, 2009: 59)
Keluarga mempunyai fungsi dan pengawasan sosial. Keluarga
memberi pengertian kepada anak tentang peranannya, baik dalam keluarga
maupun di luar keluarga atau dalam masyarakat. Karena seseorang dalam
berhubungan selalu dengan orang lain, dan dalam hubungan itu diperlukan
kebiasaan yang telah teratur. Misalnya cara makan, cara berpakaian, cara
dan waktu untuk tidur agar tetap sehat dan segar. Anak perlu dilatih
mengadakan hubungan yang baik dengan orang lain dalam keluarga
seperti dengan ibu, ayah, nenek, dan dengan saudara-saudaranya yang
lebih tua atau lebih muda. Demikian juga dengan orang lain di luar
keluarganya.
Hubungan tersebut harus dilandasi dengan pola-pola tertentu yang
teratur, berdasarkan perasaandan kewenangan dalam peranan, bahwa
setiap posisi memiliki hak dan kewajiban tertentu. Pengertian ini sangat
diperlukan anak bila kelak sudah terjun di masyarakat, dan mengadakan
hubungan dengan kelompok yang lebih besar di luar keluarganya.
Pengawasan terhadap kelakuan dan pribadi anak sangat penting.
Kalau terjadi gejala yang menyimpang dari pola-pola yang

13
ditentukanmaka sebaiknya orang tua cepat memperingatkan dan berusaha
mengembalikannya ke jalan yang benar. Pengawasan sosial tidak dapat
berdaya guna dan berhasil guna, kalau pihak keluarga atau orang tua tidak
memberi teladan yang baik (Ruswanto, 2009: 90-91).

3. Peran Sosialisasi di Lingkungan Keluarga


a. Pola Pengasuhan Orangtua
Secara etimologi pengasuhan berasal dari kata asuh artinya
pemimpin, pengelola, membimbing, maka pengasuhan adalah orang
yang melaksanakan tugas membimbing, memimpin atau mengelola.
Pengasuhan yang dinaksud disini adalah mengasuh anak. Mengasuh
anak maksudnya mendidik dan memelihara anak itu, mengurus
makannya, minumnya, pakaiannya dan keberhasilannya dalam periode
yang pertama sampai dewasa.
Pola pengasuhan adalah suatu cara, kebiasaan dan perilaku yang
biasa dilakukan dalam proses pengasuhan terhadap anak dalam
lingkungan keluarga. Pola asuh orangtua merupakan proses interaksi
antara orangtua dan anak yang berlangsung secara berkelanjutan dan
melalui proses tersebut memberikan perubahan kepada orangtua
maupun pada anak (Silalahi,2010:193). Pengasuhan ini berarti
orangtua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta
melindungi anak untuk mencapai kedewasaan yang sesuai dengan
norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Terdapat empat macam pola pengasuhan orangtua menurut
Martin & Colbert dalam Karlinawati yaitu pola asuh otoriter, pola
sasuh demokratis, pola asuh permisif, dan pola asuh tidak terlibat.
(Hurlock, 1978:93). Pola asuh otoriter cenderung memberikan
peraturan dan pengaturan yang keras kepada anak atas perilaku yang
diinginkan orang tua. Orangtua selalu memaksakan kehendaknya
kepada anak yang terkadang ditunjukkan dengan adanya ancaman-
ancaman dan orangtua terkesan keras kepada anak-anaknya. Apabila
seorang anak tidak mampu memenuhi harapan atau keinginan orang
tua, maka akan diberikan hukuman, terutama hukuman badan.

14
Menurut Martin dan Colbert dalam Karlinawati, menyebutkan bahwa
anak dari pola pengasuhan ini biasanya memiliki kecenderungan
moody, murung, ketakutan, sedih dan tidak spontan (Silalahi
2010:165).
Pola pengasuhan demokrtasi, Pola pengasuhan orangtua yang
seperti ini pada umumnya ditandai dengan adanya sikap terbuka antara
orangtua dan anak. Orangtua menggunakan penjelasan, diskusi dan
penalaran untuk membantu anak mengerti dan memahami mengapa
perilaku tertentu penting dilakukan (Hurlock, 1978:93). Anak selalu
dilibatkan dalam pengambilan dalam keluarga dan akan memberikan
kesempatan pada anak untuk berpendapat. Pola pengasuhan
demokratis sama dengan pola pengasuhan autoritatif. Menurut Martin
dan Colbert anak yang memiliki pola asuh orangtua seperti ini
cenderung ceria, kompeten secara sosial, energik, bersahabat, memiliki
keingin tahuan yang tinggi, dapat mengontrol diri, dan bahkan
memiliki prestasi akademis yang tinggi (Silalahi 2010:165).
Pada pola pengasuhan yang permisif, orangtua memberikan
kebebasan kepada anak untuk berperilaku sesuai yang diinginkan anak.
Dalam hal ini berarti orangtua tidak memberi batasan-batasan atas apa
yang perlu dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Mengutip
pendapat Moesono dalam Satria menjelaskan bahwa pola asuh
permisif disebut juga dengan pola asuh serba membiarkan
(pshi.fisip.unila.ac.id). Pola asuh serba membiarkan yang dimaksud
adalah orangtua selalu bersikap mengalah, menuruti setiap keinginan
anak, melindungi secara berlebihan atau yang biasa disebut dengan
memanjakan anak.
Pola Pengasuhan Tidak Terlibat, pola pengasuhan ini tidak
memiliki kontrol orangtua sama sekali. Orangtua cenderung menolak
keberadaan anak atau tidak memiliki waktu luang untuk anak karena
kesibukan, banyak masalah dan stress. Anak akan menjadi terlantar
dan akan hidup dengan dunianya sendiri, tidak peduli terhadap orang
lain (antisosial). Anak yang diasuh dengan pola ini apabila diterapkan

15
sejak anak pada usia dini maka akan lebih cenderung bertindak anti
sosial pada masa remajanya. Setiap anak akan mengalami penurunan
kemampuan intelektual dan akan menjadi pemarah (Silalahi
2010:165). Anak menjadi pemarah kaena sebagai bentuk perlawanan
atas apa yang ia alami dalam kehidupannya karena tidak mendapat
kasih sayang, perhatian, pendidikan dari orangtuanya layaknya pada
hungan orangtua dan anak-anak yang lainnya.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sosialisasi adalah suatu proses belajar-mengajar atau penanaman nilai,
kebiasaan, dan aturan dalam bertingkah laku di masyarakat dari satu generasi
ke generasi lainnya sesuai dengan peran dan status sosial masing-masing di
dalam kelompok masyarakat. Pada hakikatnya sosialisasi bertujuan untuk
memperoleh nilai, norma, pengetahuan dan keterampilan-keterampilan
sebagai pedomen dalam hidupnya. Fungsi sosialisasi ada dua macam yaitu
dari segi kepentingan individu dan dari segi kepentingan masyarakat. Dari
segi kepentingan individu sosialisasi berfungsi supaya seorang individu dapat
mengenal, mengakui serta menyesuaikan dirinya dengan nilai, norma dan
struktur sosial yang terdapat dalam masyarakat. Dari segi kepentingan
masyarakat sosialisasi berfungsi sebagai alat dalam pelestarian,
penyebarluasan serta mewarisi nilai, norma, maupun kepercayaan yang
terdapat didalam masyarakat. Berger dan Luckman mendefinisikan sosialisasi
primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil, melalui
mana ia menjadi anggota masyarakat, sedangkan sosialisasi sekunder mereka
definisikan sebagai proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang
telah disosialisasi ke dalam sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya.
Media sosialisasi dapat dideskripsikan sebagai ruang dimana proses
internalisasi nilai, norma, dan tata kelakukan yang membentuk kepribadian
seseorang berlangsung. Sosialisasi selalu memerlukan media. Media itu
sendiri tidak selalu fisik, bisa juga virtual. Ada beberapa macam media
sosialisasi seperti, Keluarga, Teman, Sekolah, dan Media Massa.

2. Saran
Penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami
memohon kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun yang bertujuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan
makalah ini. Terimakasih kami haturkan kepada para pembaca semoga
makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan kita semua.

17
DAFTAR PUSTAKA

 A Amalana. (2016). Diakses 26 Agustus 2021, dari


http://eprints.walisongo.ac.id/5997/3/BAB%20II.pdf
Baron, R. A dan Donn Byrne. 2003. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.
Gunawan, H. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung:
Alfabeta. (Online, diakses 25 Agustus 2021).
Hamda, N. (2017). Masyarakat Dan Sosialisasi. ITTIHAD, 12(22), 107-115.
Hurlock B. Elisabeth. 1978. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Irawani, T.N. 2014. Kajian Pustaka Berbagai Penelitian Tentang Sosialisasi.
(https://repository.unisba.ac.id). Online, diakses 25 Agustus 2021.
Komariah, Kokom. 2016. Penggunaan Media Massa Agen Sosialisasi Dinas
Kesehatan Dan Kesadaran Masyarakat Akan Pentingnya Imunisasi.
(https://repository.unpad.ac.id). Online, diakses 27 Agustus 2021
Ma'rufah, Siti., dan F.X. Sri Sadewo. 2016. Pola Sosialiasi Anak Pada Keluarga,
"MBA" (Married By Accident) (Studi Etnometodologi Di Desa Kebakalan,
Porong, Sidoarjo). Paradigma. Volume 04 Nomer 03 Tahun 2016. 27
Agustus 2021. https://media.neliti.com/media/publications/252457-pola-
sosialisasi-anak-pada-keluarga-mba-345cc19c.pdf.
Ruswanto. 2009. Sosiologi : Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Refika Aditama.
Suyanto, Bagong dan Narwoko, J. Dwi. 2015. Sosiologi:Teks Pengantar dan
Terapan. Jakarta: Kencana
Widianti, Wida. 2009. Sosiologi 1 : Untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Yulia, Fitri. 2018. Peran Keluarga Bekerja Dalam Mensosialisasikan Nilai Agama
Pada Anak di RT 02 RW 02 Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang
Kabupaten Kampar. JOM FISIP, 5 (1) : 1-14.

18

Anda mungkin juga menyukai