Anda di halaman 1dari 12

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Masalah

Menurut pernyataan Schoenfeld (1985) yaitu bahwa definisi masalah selalu relatif
bagi setiap individu. Kategori pertanyaan menjadi masalah atau pertanyaan hanyalah
pertanyaan biasa ditentukan oleh ada atau tidaknya tantangan serta belum diketahuinya
prosedur rutin pada pertanyaan tersebut.

Hal ini dikatan Cooney, 1975 bahwa suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya
jika pertanyaan itu menunjukkan adanya tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh
suatu prosedur rutin yang sudah diketahui oleh pelaku.

Keterampilan menurut Polya (1973), terdapat dua macam masalah yaitu:

a. Masalah untuk menemukan, dapat teoritis atau praktis, abstrak atau konkrit,
termasuk teka-teki. Bagian utama dari masalah ini adalah :
1. Apakah yang dicari?
2. Bagaimana data yang diketahui?
3. Bagaimana syaratnya?

Ketiga bagian utama tersebut sebagai landasan untuk dapat menyelesaikan


masalah jenis ini.

b. Masalah untuk membuktikan adalah untuk membuktikan bahwa suatu


pernyataan itu benar atau salah atau tidak kedua-duanya. Bagian utama dari
masalah ini adalah hipotesa dan konklusi dari sebuah teorema yang harus
dibuktikan kebenarannya.
B. Pengertian Pemecahan Masalah

Menurut Garofalo dan Lester (dalam Kirkley, 2003), pemecahan masalah mencakup
proses berpikir tingkat tinggi seperti proses visualisasi, asosiasi, abstraksi, manipulasi,
penalaran, analisis, sintesis, dan generalisasi yang masing-masing perlu dikelola secara
terkoordinasi.

ii
Menurut NCTM (2000) memecahkan masalah berarti menemukan cara atau jalan
mencapai tujuan atau solusi yang tidak dengan mudah menjadi nyata. Sedangkan,
menurut Polya (dalam Hudoyo, 1979) definisi pemecahan masalah adalah sebagai usaha
mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai tujuan yang tidak dengan segera
dicapai.

Dahar (Furqon, 2006 : 40) mengungkapkan bahwa pemecahan masalah merupakan


kegiatan manusia yang mengaplikasikan konsep-konsep dan aturan-aturan yang
diperoleh sebelumnya.

Menurut Polya (1971), solusi soal pemecahan masalah memuat empat langkah fase
penyelesaian, yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan
masalah sesuai rencana, dan melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah
yang telah dikerjakan.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Masalah

Suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk
menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan
untuk menyelesaikannya. Jika suatu masalah diberikan kepada seorang anak dan anak
tersebut langsung mengetahui cara menyelesaikannya dengan benar, maka soal
tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah.

Beberapa ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan


pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Namun tidak setiap pertanyaan otomatis
merupakan suatu masalah. Suatu pertanyaan disebut masalah tergantung kepada
pengetahuan yang dimiliki penjawab.

Jadi, suatu pertanyaan dapat menjadi masalah bagi seseorang tetapi bias hanya
menjadi pertanyaan biasa bagi orang lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Schoenfeld
(1985) yaitu bahwa definisi masalah selalu relatif bagi setiap individu. Kategori
pertanyaan menjadi masalah atau pertanyaan hanyalah pertanyaan biasa ditentukan

1
oleh ada atau tidaknya tentangan serta belum diketahuinya prosedur rutin pada
pertanyaan tersebut.

Syarat suatu masalah bagi seorang siswa adalah:

1. Pertanyaan yang dihadapkan kepada seorang siswa haruslah dapat dimengerti


oleh siswa tersebut, namun pertanyaan itu harus merupakan tantangan baginya
untuk menjawabnya.
2. Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin yang telah
diketahui siswa. Karena itu, faktor waktu untuk menyelesaikan masalah
janganlah dipandang sebagi hal yang esensial.

Soal-soal matematika dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Latihan yang diberikan pada saat belajar matematika adalah bersifat berlatih
agar terampil atau sebagai aplikasi dari pengertian yang baru saja di ajarkan.
2. Untuk menyelesaikan suatu masalah, siswa tersebut harus menguasai hal-hal
yang telah dipelajari sebelumnya yaitu mengenai pengetahuan, keterampilan
dan pemahaman.

B. Pengertian Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah merupakan topik yang penting dalam mempelajari


matematika. Banyak ahli matematika mengatakan bahwa matematika searti dengan
pemecahan masalah yaitu mengerjakan soal cerita, membuat pola, menafsirkan gambar
atau bangun, membentuk kontruksi geometri, membuktikan teorema dan lain
sebagainya. Dengan demikian memecahkan masalah merupakan prinsip dasar dalam
mempelajari matematika (National Council of Supervisors of Mathematics, 1978).
Pemecahan masalah merupakan suatu proses untuk mengatasi kesulitan yang
dihadapi untuk mencapai suatu tujuan yang hendak dicapai. Memecahkan suatu
masalah matematika itu bias merupakan kegiatan menyelesaikan soal cerita,
menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika dalam kehidupan
sehari-hari atau keadaan lain dan membuktikan atau menciptakan atau menguji
konjektur.

2
Proses belajar menggunakan pemecahan masalah memungkinkan siswa
membangun atau mengkontruksi pengetahuannya sendiri didasarkan pengetahuan
yang telah dimilikinya sehingga proses belajar yang dilakukan akan berjalan aktif dan
dinamis.

Pemecahan masalah dalam matematika dipandang sebagai proses dimana siswa


menemukan kombinasi aturan-aturan atau prinsip-prinsip matematika yang digunakan
untuk memecahkan masalah.

C. Strategi Pemecahan Masalah

Ada dua jenis masalah yaitu masalah rutin dan tidak rutin. Masalah rutin adalah
masalah yang disusun berkaitan langsung dengan konsep-konsep yang diberikan pada
suatu topik. Sedangkan masalah tidak rutin adalah masalah yang disusun dengan
maksud untuk memperluas wawasan sebagai aplikasi suatu konsep dalam memecahkan
masalah nyata yang dihadapi, baik masalah yang berhubungan secara langsung dengan
konsep tertentu maupun disiplin ilmu yang lain.

Menurut Polya (1971), solusi soal pemecahan masalah memuat empat langkah
fase penyelesaian, yaitu :

a. Memahami Masalah

Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak


mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar. Setelah siwa
dapat memhami masalahnya dengan benar.

b. Merencanakan Penyelesaian

Selanjutnya mereka harus mampu menyusun rencana penyelesaian masalah.


Untuk dapat menyelesaikan masalah, pemecah masalah harus dapat menemukan
hubungan data dengan yang dinyatakan. Pemillihan teorema-teorema atau konsep-
konsep yang telah dipelajari, dikombinasikan sehingga dapat dipergunakan untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi itu. Kemampuan menyelesaikan fase kedua
ini sangat tergantung pada pengalaman siswa menyelesaikan masalah. Pada
ummnya, semakin bervariasi pengalaman mereka, ada kecendrungan siswa lebih

3
kreatif dalam menyusun rencana penyelesaian suatu masalah. Bila perlu
pemecahan masalah mengikuti langkah-langkah berikut:

1. Mengumpulkan data/informasi dengan mengaitkan persyaratan yang


ditentukan untuk analisis
2. Jika diperlukan analisis informasi yang diperoleh dengan menggunakan
analogi masalah yang pernah diselesaikan
3. Apabila ternyata “macet”, perlu dibantu melihat masalah tersebut dari sudut
yang berbeda.

Jika hubungan data dan yang dinyatakan sulit untuk dilihat secara langsung,
ikutilah langkah-langkah berikut:

 Membuat sub masalah.


 Mengenali sesuatu yang sudah dikenali. Misalnya, dengan mengingat
masalah yang mirip atau memiliki prinsip yang sama.
 Mengenali pola dengan mencari keteraturan-keteraturan. Pola tersebut
dapat berupa pola geometri atau pola aljabar.
 Gunakan analogi dari masalah tersebut, yaitu masalah yang mirip,
masalah yang berhubungan, yang lebih sederhana sehinggan memberikan
Anda petunjuk yang dibutuhkan dalam memecahkan masalah yang lebih
sulit.
 Masukan sesuatu yang baru untuk membuat hubungan antara data
dengan hal yang tidak diketahui.
 Buatlah kasus.
 Mulailah dari akhir (Asumsikan Jawabannya) yaitu dengan menganalisis
bagaimana cara mendapatkan tujuan yang hendak dicapai.
c. Menyelesaikan Masalah Sesuai Rencana

Berdasarkan rencana, penyelesaian-penyelesaian masalah yang sudah


direncanakan itu dilaksanakan. Di dalam menyelesaikan masalah, setiap langkah di
cek, apakah langkah tersebut sudah benar atau belum. Hasil yang diperoleh harus
di uji apakah hasil tersebut benar-benar hasil yang dicari.

d. Melihat Kembali

4
Setelah hasil penyelesaian diperoleh, perlu dilihat dan dicek kembali untuk
memastikan semua alternatif tidak diabaikan misalnya dengan cara:

 Melihat kembali hasil


 Melihat kembali alasan-alasan yang digunakan
 Menemukan hasil lain
 Menggunakan hasil atau metode yang digunakan untuk masalah lain
 Menginterpretasikan masalah kembali
 Menginterpretasikan hasil
 Memecahkan masalah baru
 Dan lain sebagainya

Menurut Silver (1979) menyatakan bahwa keberhasilan pemecahan masalah


lebih dikarenakan bagaimana mereka dapat menggolongkan masalah matematika
berdasarkan kesamaan dalam struktur matematika. Jadi ruang ligkup pertama
dalam proses pemecahan masalah adalah pengetahuan matematika dasar.

Ruang lingkup pemecahan masalah matematika yang kedua adalah terkait


dengan algoritma. Algoritma adalah sebuah prosedur, yang dapat diaplikasikan
pada soal latihan dimana jika prosedur tersebut benar maka dapat dipastikan akan
memberikan jawaban yang benar untuk soal tersebut. Algoritma merupakan hal
penting dalam matematika, tetapi proses penggunaan algoritma bahkan untuk
algoritma yang rumit bukan pemecahan masalah. Contoh pembentukan algoritma
disini antara lain membangun proses dalam faktorisasi persamaan kuadrat, proses
membagi ruas garis hanya dengan menggunakan kontruksi Euclidean.

Ruang lingkup yang ketiga dalam pemecahan masalah adalah penggunaan


strategi heuristic. Heuristic adalah strategi, teknik dan aturan-aturan dalam
pemecahan masalah. Strategi ini dimaksudkan agar dalam proses pemecahan
masalah dapat dibuat keputusan(decide) berdasarkan analogi, keputusan induktif,
peragaan dan mensketsa gambar masalah. Strategi heuristic Polya terdiri atas tujuh
macam yaitu:

5
1. Generate and Test

Suatu proses pemecahan masalah yang dilakukan terlebih dahulu secara


acak(apa yang terpikirkan sebagai jawaban yang mungkin), kemudian terhadap
solusi-solusi acak itu dilakukan pengecekkan (validasi) kemudian diambil
generalisasi solusi. Langkah-langkahnya:

a. Pilih jawaban yang mungkin


b. Uji jawaban itu
c. Jika jawaban itu valid berarti masalah selesai, dan jika jawaban itu
invalid maka lakukan langkah itu kembali mulai dari a.
2. Hill Climbing

Setiap langkah yang dilakukan harus progressif hingga mendekati hasil akhir.

3. Best Fisrt Search

Proses ini dilakukan dengan memilih langkah terbaik yang akan diteruskan
diantara sejumlah langkah alternatif yang telah dipersiapkan. Bila langkah yang
dipilih mengalami kebuntuan maka dapat dipilih langkah lain yang telah
dipersiapkan sebelumnya.

4. Problem Reduction

Proses ini mereduksi masalah menjadi masalah-masalah sederhana.


Selanjutnya dengan memecahkan bagian-bagian masalah sederhana secara
benar maka masalah sesungguhnya telah terpecahkan.

5. Constraint Satisfaction

Syarat yang diberikan harus dipenuhi terlebih dahulu, dengan demikian dicari
alternatif solusi. Jadi dalam proses pemecahan masalah terjadi pengambilan
keputusan dimana pengambilan keputusan ini didefinisikan sebagai pemilihan
solusi terbaik dari sejumlah alternatif solusi terbaik dari sejumlah alternatif
solusi yang diperoleh.

6. Means Ends Analysis

6
Dalam proses ini perlu dilakukan deteksi antara hasil yang diperoleh dan hasil
yang diinginkan. Ketidaksesuaian jawaban yang ditemukan segera disisihkan.
Susunlah submasalah kemudian lakukan deteksi pada submasalah yang dibuat.
Tentukan jawaban yang paling tepat di antara jawaban yang mungkin dari solusi
submasalah.

7. Heuristic Vee

Dalam proses ini terlebih dahulu dipahami struktur masalah kemudian


dikontruksikan pemecahannya. Setiap objek dirangkai dan dimengerti
bagaimana masing-masing elemen yang ada saling berhubungan satu sama lain
yang akan berakibat pada penemuan pengetahuan baru.

D. Tahap pemecahan masalah rutin dan tidak rutin


1) Masalah Rutin
a. Memahami masalah dan pilih prosedur yang memenuhi
b. Melaksanakan prosedur dan mencari solusi
c. Mengevaluasi solusi
2) Masalah Tidak Rutin
a. Membuat masalah menjadi familiar
Untuk membuat masalah menjadi familiar dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu yang pertama adalah mencoba mengenali ciri-ciri dari obyek atau konsep
matematika yang mungkin telah dipunyai. Cara yang kedua adalah untuk
menyatakan kembali masalah dalam berbagai bentuk atau cara.
b. Mengumpulkan informasi yang relevan dengan masalah
Ada beberapa cara untuk mengumpulkan informasi yaitu:
 Menentukan persamaan dan perbedaan
 Mengklasifikasi apakah informasi yang diperoleh cukup untuk
menyelesaikan masalah dan mengeliminasi informasi yang tidak relevan
 Mengklasifikasi obyek atau konsep matematika
 Menentukan hubungan dengan pola
 Menentukan sistematis kasus atau alternatifnya
 Menentukan aproksimasi atau pendekatan
 Memperluas informasi yang diperoleh

7
 Membandingkan obyek atau konsep dengan kriteria

c. Menemukan dan mengevaluasi stategi. Pada tahap ini diperlukan


kemampuan berpikir secara sistematis.
d. Menggunakan strategi untuk menemukan solusi
Untuk mengevaluasi solusi dapat digunakan cara sebagai berikut:
 Melihat kembali apakah solusi yang ditemukan benar-benar merupakan
solusi dari masalah
 temukan solusi dengan menggunakan lebih dari satu strategi
 Lihat kembali perhitungan, kesimpulan dan lain sebagainya.

E. Jenis-jenis Masalah dalam Matematika Beserta Contohnya

Menurut Polya (1957), masalah dibagi atas dua macam, yaitu masalah rutin dan
masalah tidak rutin.

Masalah rutin adalah suatu masalah yang semata-mata hanya merupakan latihan
yang dapat dipecahkan dengan menggunakan beberapa perintah atau algortitma.
Contoh:

( 54 – 45 ) + ( 74 – 65 ) = _____.

Soal diatas adalah masalah rutin untuk semua siswa sekolah karena apa yang
hendak dilakukan sudah jelas dan secara umum siswa tahu cara bagaimana
menghitungnya.

Masalah tidak rutin adalah masalah yang lebih menantang dan diperlukan
kemampuan kreativitas dari pemecah masalah. Masalah yang tidak rutin muncul ketika
pemecah masalah mempunyai suatu masalah tetapi tidak segera mengetahui
bagaimana memecahkannya. Contoh:

Dalam sebuah pesta rakyat, banyak pengunjung pria dibandingkan pengunjung


wanita adalah 5 : 2. Bila diantara pengunjung pria itu adalah 6 orang yang meninggalkan
pesta sebelum pesta usai, maka perbandingan pengunjung pria dan pengunjung wanita
menjadi 2 : 1. Tentukan banyak pengunjung pesta rakyat itu?

8
Soal diatas merupakan soal yang tidak rutin karena apa yang dilakukan tidak jelas.
Siswa dapat saja menyelesaikan soal ini dengan jelas tapi salah dalam mepresentasikan
masalahnya.

Jenis masalah dalam pembelajaran SD ada 4 yaitu:

1. Masalah Translasi

Masalah translasi adalah masalah yang berhubungan dengan aktivitas sehari-


hari siswa.

Contoh:
Ade membeli permen sugus 12 buah. Bagaimana cara Ade membagikan kepada 24
orang temannya agar semua kebagia dengan adil?

2. Masalah Aplikasi

Masalah aplikasi adalah masalah yang menerapkan suatu konsep, rumus


matematika dalam sebuah soal matematika.

Contoh:
Suatu kolam berbentuk persegipanjang yang berukuran panjang 20 meter dan
lebar 10 meter. Berapa luas kolam tersebut?

3. Masalah Proses/Pola

Masalah proses/pola adalah masalah yang memiliki pola, keteraturan dalam


penyelesainnya.

Contoh:
2 4 6 8 ….. Berapa angka berikutnya?

4. Masalah Teka-teki

Masalah teka-teki adalah masalah yang sifat menerka atau dapat berupa
permainan namun tetap mengacu pada pada konsep dalam matematika.

Contoh:
Aku adalah anggota bilangan asli, aku adalah bilangan perkasa, jika kelipatanku
dijumlahkan angka-angkanya hasilnya adalah aku, siapakah aku?

9
Masalah didalam matematika dapat diklasifikasi dalam dua jenis yaitu:

1) Penemuan (Problem to find),yaitu mencari, menentukan, atau mendapatkan


nilai atau objek tertentu yang tidak diketahui dari soal serta memenuhi
kondisi atau syarat yang sesuai dengan soal.
2) Pembuktian (Problem to prove),yaitu prosedur untuk menentukan apakah
suatu pernyataan benar atau tidak benar. Untuk membuktikan kita harus
membuat atau memproses pernyataan yang logis dari hipotesis menuju
kesimpulan, sedangkan untuk membuktikan bahwa suatu pernyataan tidak
benar kita harus memberikan contoh penyangkalnya sehingga pernyataan
tersebut menjadi tidak benar.
F. Jenis-jenis Pemecahan Masalah

Berikut ini adalah jenis pemecahan masalah yang diterapkann dalam pembelajaran
siswa sekolah dasar:

1. Bekerja Mundur
Cara ini digunakan ketika pemecah masalah mendapati suatu masalah yang
memiliki titik akhir namun mendapati terlalu banyak/rumit cara untuk
menyelesaikan masalah ketika melalui titik awal permasalahan.
2. Mencari Pola
Salah satu kecantikan matematika adalah kelogisan dan keteraturan yang
menjadi sifat alaminya. Kelogisan tersebut dapat terlihat secara ‘fisik’ sebagai pola
maupun serangkaian pola.

Begitupula permasalahan matematika, dengan meluangkan sedikit waktu untuk


berpikir, pola dari permasalahan akan muncul dan memberi jalan bagi pemecah
masalah untuk menyelesaikan soal tersebut.
3. Mengadopsi Sudut Pandang yang Berbeda
Mengerjakan soal matematika dengan menyelesaikan secara langsung memang
memberikan solusi tetapi belum tentu cara tersebut efesien. Terkadang, akan
sangat menguntungkan bagi pemecah masalah ketika mencoba mengadopsi sudut
pandang yang berbeda dari suatu permasalahan.
4. Menyelesaikan dengan Analogi yang Sederhana

10
Salah satu metode yang kadangkala dapat memunculkan jawaban adalah
dengan mengubah soal dalam bentuk yang lebih mudah untuk dikerjakan. Dengan
mengerjakan soal ini diharapkan pemecahan masalah mendapatkan pengetahuan
untuk mengerjakan soal yang sebenarnya. Metode ini digunakan ketika suatu
masalah tidak menuntut jawaban yang exact.
5. Membuat gambar/visualisasi
Membuat gambar/visualisasi dalam geometri bukanlah suatu hal yang baru.
Namun bagaimana jika dibuat untuk jenis soal lain? Gambar/visualisasi akan
berfungsi sebagai fasilitator untuk menyelesaikan masalah dibanding sebagai unsur-
unsur dari permasalahan.
6. Menghitung Semua Kemungkinan
Strategi ini seringkali disebut dengan “mengeliminasi/menghilangkan
kemungkinan” yakni strategi dimana pemecah masalah menghilangkan
kemungkinan jawaban sampai menyisakan jawaban yang benar.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pemecahan masalah dapat dianggap sebagai metode pembelajaran dimana


siswa berlatih memecahkan persoalan. Persoalan tersebut dapat datang dari
guru, suatu fenomena atau persoalan sehari-hari yang dijumpai siswa.
Pemecahan masalah mengacu fungsi otak anak, mengembangkan daya piker
secara kreatif untuk mengenali masalah dan mencari alternatif pemecahannya.

B. Saran

Agar kelak nanti kita menjadi seorang guru SD kita akan dapat
membelajarkan metode maupun teknik yang tepat kepada anak didik kita
dengan baik sehingga anak didik kita akan lebih mudah memahami
pembelajaran yang kita ajarkan.

11

Anda mungkin juga menyukai