Anda di halaman 1dari 10

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Manajemen Pembiayaan Pendidikan

2.1.1.1 Pengertian manajemen

2.1.1.2 Fungsi manajemen

2.1.1.3 Prinsip-prinsip manjemen

2.1.1.4 Pengertian pembiayaan pendidikan

2.1.1.5 Konsep biaya dan pembiayaan pendidikan

2.1.1.6 Model pembiayaan pendidikan

2.1.1.7 Jenis pembiayaan pendidikan

2.1.1.8 Landasan hukum pembiayaan pendidikan di indonesia

2.1.1.9 Definisi manajemen pembiayaan pendidikan

2.1.2 Problem solving

2.1.2.1 Pengertian problem solving

Problem solving adalah kemampuan untuk menganalisa masalah serta menemukan

solusi yang efektif untuk memecahkan masalah tersebut. menurut Umar Hamalik problem

solving adalah suatu atau sebuah proses mental serta intelektual dalam menemukan masalah

dan memecahkannya dengan berdasarkan pada data serta informasi yang ada untuk

mengambil sebuah kesimpulan yang tepat dan cermat. Defesini lainnya dari Santrok,
problem solving adalah sebuah cara yang dilakukan untuk menemukan jalan atau solusi

yang sesuai di dalam suatu pencapaian tujuan1.

Problem solving adalah kemampuan untuk menggunakan proses berpikir dalam

memecahkan masalah dengan mengumpulkan fakta, menganalisis informasi, penyusunan

alternatif solusi, serta memilih solusi masalah yang lebih efektif. Artinya problem solving

merupakan pencarian solusi melalui proses berpikir yang sistematis. 2

Problem solving adalah aktivitas yang membutuhkan seseorang antuk memilih jalan

keluar yang dapat dilakukan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya yang berarti

melakukan pergerakan antara keadaan sekarang dengan kondisi yang diharapkan. Hal ini

berkaitan dengan definisi masalah yang berarti kenyataan yang tidak sesuai dengan

kenyataan, dan problem solving berusaha untuk memperbaiki kenyataan tersebut menjadi

sesuai dengan harapan.3

Pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk

menentukan solusi atau jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik. Tentunya solusi

spesifik berarti solusi yang sesuai dengan masalah yang terjadi. 4 Selain itu, problem solving

dapat dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan

yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru. Kombinasi dari sejumlah

aturan dapat dipahami sebagai algoritma atau langkah-langkah yang dapat menyelesaikan

suatu permasalahan.5
1
Duniaapcoid. Problem Solving, Melalui https://duniapendidikan.co.id/problem-solving/. (diakses pada 2/2/2023)
2
Hamzah Uno. 2014. Model pembelajaran menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif. cetakan
ke-10. Jakarta: Bumi Aksara. h. 134
3
Khoiriyah, A. J., & Husamah, H. (2018). Problem-based learning: creative thinking skills, problem-solving skills, and
learning outcome of seventh grade students. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia. h, 154.
4
Siti Mawaddah. (2015). Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada pembelajaran matematika
dengan menggunakan pembelajaran genaratif (generative learning ) di smp. Jurnal Pendidikan Matematika. h, 3
5
W. Made. (2016). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. PT Bumi Aksara. H. 52
Menurut Abdul Majid (2013) Metode Problem Solving merupakan cara memberikan

pengertian dengan menstimulasi anak didik untuk memperhatikan, menelaah, dan berfikir

tentang suatu masalah untuk selanjutnya menganalisis masalah tersebut sebagai upaya untuk

memecahkan masalah. Proses menganalisa adalah konsep memadukan pikiran dengan

kegiatan motorik untuk memecahkan masalah. Metode problem solving (pemecahan

masalah) merupakan salah satu dasar teoritis yang menjadikan masalah sebagai isu

utamanya dalam pembelajaran. Sejalan dengan itu Utomo Dananjaya (2013: 129) juga

memiliki penjelasan tentang Metode Problem Solving yaitu upaya peningkatan hasil melalui

proses secara ilmiah untuk menilai, menganalisis, dan memahami keberhasilan.

Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa problem

solving adalah aktivitas proses berpikir untuk mencari solusi berupa suatu prosedur atau

langkah yang spesifik dalam menyelesaikan suatu permasalahan secara sistematis

berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

2.1.2.2 Prinsip-prinsip problem solving

Adapun prinsip-prinsip Problem Solving adalah:

1) Keberhasilan dalam memecahkan masalah dapat dicapai jika diarahkan ke masalah


yang ia mampu memecahkannya. Pada prisip ini dijelaskan bahwa masalah yang kita
hadapi ada yang mudah dipecahkan, dan ada pula yang sulit. Jika kita menghadapi
masalah yang sulit (kompleks), hendaknya kita menganalisa masalah itu yaitu
mengurai ke dalam masalah-masalah tunggal yang lebih mudah dihadapi/ dipecahkan.

2) Dalam memecahkan masalah, pakailah data/ keterangan yang ada. Sering data yang
ada tidak lengkap, atau belum kita ketahui relevansinya. Data sangat kita
perlukan,karena dengannya kita akan dapat mengenal persoalannya.

3) Titik tolak pemecahan masalah ialah mencari kemungkinankemungkinan jalan keluar.


Proses pemecahan masalah dimulai dengan mencari beberapa kemungkinan jalan
keluar, sehingga akhirnya kita dapat memilih satu jalan keluar yang kita pandang
paling baik/ tepaat/ mudah. Setelah kita memilih, usaha kita pusatkan pada
perencanaan dan pelaksanaan jalan keluar itu dan kita sisihkan kemungkinan yang
lain.

4) Menyadari masalah harus didahulukan dari usaha memecahkan masalah. Prinsip ini
menyadarkan kita untuk tidak terburu-buru dalam memecahkan masalah,tetapi
pemecahan masalah itu haruslah dengan usaha yang benar-benar dipikirkan terlebih
dahulu,agar kita sampai kepada pemecahan tuntas dan tepat.

5) Proses menciptakan ide-ide baru (innovative) hendaknya dipisahkan dari proses


evaluasi ide ; sebab yang akhir ini menghambat yang pertama. Prinsip ini menekankan
bahwa dalam pemecahan masalah, kita dibebaskan untuk menciptakan ide baru tanpa
harus terikat atau terkait dengan ide-ide lama.

6) Situasi-situasi pilihan, hendaknya dijadikan situasi masalah. Situasi masalah ditandai


dengan adanya hambatan. Situasi pilihan, biasanya perhatian ditujukan kepada dua
alternatif yang harus dipilih. Dalam situasi persoalan ini, perhatian tidak diarahkan
kepada ide-ide baru,
yang tepat antara dua kemungkinan itu. Jika dua alternatif yang ada tidak dapat dipilih
atau tidak diinginkan, barulah dicari kemungkinan lain dengan mencari ide-ide baru.
7) Situasi masalah kadang perlu diubah menjadi situasi pilihan. Tujuan situasi masalah
adalah menghilangkan hambatan. Jika ditemukan dua pemecahan masalah, maka
situasi masalah itu bisa berubah menjadi situasi pilihan.

8) Pemecahan masalah yang diusulkan oleh pemimpin sering dievaluasi secara kurang
obyektif. Usul pemecahan masalah dari pemimpin, biasanya diterima oleh anggota
dengan sikap khusus. Hal ini disebabkan oleh adanya anggapan bahwa pemimpin
adalah orang yang berkuasa. Situasi ini kurang baik, karena sering mengurangi rasa
tanggung jawab anggota dan anggota akan menyalahkan pemimpin
jika pemecahan masalah yang ditemukan tidak membawa hasil yang diharapkan.
(Kartono : 1985, 142-143)
2.1.2.3 Langkah-Langkah Problem Solving

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan penyelesaian masalah adalah

sebagai berikut.

1. Memahami Masalah

Langkah ini sangat menekankan kesuksesan memperoleh solusi masalah.

Langkah ini melibatkan pendalaman situasi masalah, melakukan pemilahan fakta –

fakta menentukan hubungan di antara fakta-fakta dan membuat formulasi pertanyaan

masalah. Setiap masalah yang ditulis, bahkan yang paling mudah sekalipun harus

dibaca berulang kali dan informasi yang terdapat dalam masalah dipelajari dengan

seksama. Biasanya siswa harus menyatakan kembali masalah dalam bahasanya sendiri.

2. Membuat Rencana

Pemecahan Masalahi Langkah ini perlu dilakukan dengan percaya diri ketika

masalah sudah dapat dipahami. Rencana solusi dibangun dengan

mempertimbangkan struktur masalah dan pertanyaan yang harus dijawab. Jika

masalah tersebut adalah masalah rutin dengan tugas menulis kalimat matematika

terbuka, maka perlu dilakukan penerjemah masalah menjadi bahasa matematika.

Jika masalah yang dihadapi adalah masalah nonrutin, maka suatu rencana perlu

dibuat, bahkan kadang strategi baru perlu digambarkan.

3. Melaksanakan Rencana

Pemecahan Masalahi Untuk mencari solusi yang tepat, rencana yang sudah

dibuat dalam langkah harus dilaksanakan dengan hati-hati. Untuk melalui, estimasi

solusi yang dibuat sangat perlu. Diagram, tabel, atau urutan dibangun secara
seksama sehingga si pemecah masalah tidak akan bingung. Tabel digunakan jika

perlu. Jika solusi memerlukan komputasi, kebanyakan individu akan menggunakan

kalkulator untuk menghitung daripada menghitung dengan kertas dan pensil dan

mengurangi kekhawatiran yang sering terjadi dalam pemecahan masalah. Jika

muncul ketidakkonsistenan ketika melaksanakan rencana, proses harus ditelaah

ulang untuk mencari sumber kesulitan masalah.

4. Melihat (mengecek) Kembali

Selama langkah ini berlangsung, solusi masalah harus dipertimbangkan.

Perhitungan harus dicek kembali. Melakukan pengecekan dapat melibatkan

pemecahan yang menentukan akurasi dari komputasi dengan menghitung ulang.

Jika membuat estimasi, maka bandingkan dengan solusi. Solusi harus tetap cocok

terhadap akar masalah meskipun kelihatan tidak beralasan. Bagian penting dari

langkah ini adalah ekstensi. Ini melibatkan pencarian alternatif pemecahan

masalah.6

Langkah-langkah metode Problem Solving menurut Hamiyah dan Jauhar (2014:129)

sebagai berikut:

1. Menyiapkan isu/masalah yang jelas untuk dipecahkan

2. Menyajikan masalah.

3. Mengumpulkan data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan

masalah tersebut.

4. Merumuskan hipotesis.

6
Op.Cit, duniaupcoid.
5. Menguji hipotesis.

6. Menyimpulkan.

Agar hasil yang diharapkan sesuai dengan yang diinginkan maka proses pembelajaran

harus sesuai dengan tahap – tahap yang sudah dibuat. Hal ini juga akan membuat Kepala

Sekolah lebih mudah untuk memahami alur dari pemecahan permasalahan yang ada.

2.1.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Problem Solving

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah adalah sebagai berikut.

1. Pengalaman

Pengalaman terhadap tugas-tugas menyelesaikan soal wacana atau soal aplikasi.

Pengalaman awal seperti ketakutan terhadap biolohi dapat menghambat kemampuan

siswa dalam memecahkan masalah.

2. Motivasi

Dorongan yang kuat dari dalam diri seperti menumbuhkan keyakinan bahwa dirinya

bisa, maupun dorongan dari luar diri (eksternal) seperti diberikan soal-soal yang

menarik, menantang dapat mempengaruhi hasil pemecahan masalah.

3. Kemampuan memahami masalah

Kemampuan siswa terhadap konsep-konsep soal, tugas, atau permasalahan nyata yang

berbeda-beda tingkatnya dapat memicu perbedaan kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah.

4. Keterampilan

Keterampilan adalah kemampuan untuk menggunakan akal, pikiran, ide dan


kreativitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih

bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.

keterampilan tersebut pada dasarnya akan lebih baik bila terus diasah dan dilatih untuk

menaikkan kemampuan sehingga akan menjadi ahli atau menguasai dari salah satu

bidang keterampilan yang ada.

5. Kemandirian

Kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk melakukan suatu hal apapun sendiri,

tidak bergantung pada orang lain. Sikap mandiri dapat membuat seseorang mampu

menghadapi masalah yang ada. Sebaliknya, seseorang yang tidak memiliki sikap

mandiri, dia tidak mampu menghadapi jika ada masalah.

6. Kepercayaan diri

Kepercayaan diri akan memperkuat motivasi mencapai keberhasilan, karena

semakin tinggi kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri, semakin kuat pula

semangat untuk menyelesaikan pekerjaannya.7

Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi proses dalam problem solving yaitu

motivasi, kepercayaan dan sikap yang salah, kebiasaan dan emosi.

a. Motivasi

Motivasi yang rendah akan mengalihkan perhatian, sedangkan motivasi yang tinggi

akan membatasi fleksibilitas.

b. Kepercayaan dan Sikap yang Salah

7
Kartika Handayani. (2017). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah soal
cerita matematika. SEMNASTIKA 2017, Medan. H. 327
Asumsi yang salah dapat menyesatkan kita. Bila kita percaya bahwa kebahagiaan

dapat diperoleh dengan kekayaan material, kita akan mengalami kesulitan ketika

memecahkan penderitaan batin kita. Kerangka rujukan yang tidak cermat

menghambat efektifitas pemecahan masalah.

c. Kebiasaan

Kecenderungan untuk mempertahankan pola pikir tertentu atau melihat masalah

hanya dari satu sisi saja, atau kepercayaan yang berlebihan dan tanpa kritis pada

pendapat otoritas menghambat pemecahan masalah yang efisien. Ini menimbulkan

pemikiran yang kaku ( rigid mental set ), lawan

dari pemikiran yang fleksibel( flexible mental set) .

d. Emosi

Dalam menghadapi berbagai situasi, kita tanpa sadar terlibat secara emosional.

Emosi ini mewarnai cara berpikir kita sebagai manusia yang utuh, kita tidak dapat

mengesampingkan emosi. Tetapi bila emosi itu sudah mencapai intensitas yang

begitu tinggi sehingga menjadi stress, barulah kita menjadi sulit untuk berpikir

efisien. (Zimbio : 2011)

e. Takut mungkin melebih-lebihkan kesulitan persoalan dan menimbulkan sikap resah

yang melumpuhkan tindakan ; marah mendorong tindakan yang kurang dipikirkan ;

kecemasan sangat membatasi kemampuan kita melihat masalah dengan jelas atau

merumuskan kemungkinan pemecahan.


Selain faktor-faktor di atas, faktor lain yang mempengaruhi proses problem solving

adalah faktor biologis, misalnya terlalu lapar, setengah lapar, kurang tidur. Manusia yang

kurang tidur, akan mengalami penurunan dalam kemampuan berpikir. (Shaleh : 239)

2.1.3 Kinerja Kepala Sekolah

2.1.3.1 Pengertian kinerja kepala sekolah

2.1.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kepala sekolah

Anda mungkin juga menyukai