PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan yang dibutuhkan
dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang muncul pada kehidupan setiap
manusia beragam dari berbagai bidang. Setiap permasalahan memerlukan
strategi tersendiri untuk menemukan solusinya. Kemampuan pemecahan
masalah dapat dipelajari melalui suatu proses pembelajaran. Salah satu
pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih kemampuan pemecahan
masalah adalah pembelajaran matematika.
Pemecahan masalah dapat dikatakan sebagai suatu metode pembelajaran
yang dapat melatih memecahkan persoalan. Persoalan tersebut dapat datang
dari suatu fenomena atau persoalan sehari-hari yang sering dijumpai.
Pemecahan masalah matematika memuat “pemecahan masalah” sebagai
perilaku kognitif dan “matematika” sebagai objek yang dipelajari.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat,
sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau
prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
Menurut Woolfolk sebagaimana yang dikutip oleh Hamzah B. Uno,
terdapat 4 jenis keterampilan kognitif atau metakognitif, yaitu :
1. Pemecahan masalah (problem solving), keterampilan siswa dalam
menggunakan proses berpikrnya dalam memecahkan masalah melalui
pengumpulan fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternatif
pemecahan, dan memilih pemecahan masalah yang paling efektif.
2. Keterampilam pengambilan keputusan (decision making), yakni
keterampilann siswa menggunakan proses berpikirnya untuk memilih
suatu keputusan yang terbaik dari beberapa pilihan yang ada melalui
pengumpulan informasi, perbandingan kebaikan dan kekurangan dari
setiap alternatif, analisis informasi, dan pengambilan keputusan yang
baik berdasarkan alasan yang rasional.
3. Keterampilan berpikir kritis (critical thinking), yakni keterampilan siswa
dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menganalisis argumen dan
memberikan interprestasi berdasarkan persepsi yang sahih melalui logical
reasoning, analisis asumsi dan bias dari argumen dan interpretasi logis
4. Keterampilan berpikir kreatif (creative thinking), yakni keterampilan
siswa dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menghasilkan suatu
ide baru, konstruktif, dan baik berdasarkan konsep-konsep, prinsip-
prinsip yang rasional, mauoun persepsi yang intuisi.
Keempat metacognitif memiliki hubungan yang sangat erat. Ketika siswa
dihadapkan sebuah soal pemecahan masalah, maka saat itu juga siswa
dituntut untuk mengambil keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif.
Pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika sangatlah penting,
karena keterampilan serta kemampuan berpikir yang diperoleh ketika
seseorang memecahkan masalah diyakini dapat digunakan ketika menghadapi
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Inti dari belajar memecahkan masalah adalah supaya terbiasa
mengerjakan soal-soal yang tidak hanya memerlukan ingatan yang baik saja,
akan tetapi juga harus mampu berpikir logis dan kritis dalam menyelesaikan
soal pemecahan masalah tersebut. Terutama di era global dan era
perdagangan bebas, kemampuan kritis, kreatif dan rasional lah yang semakin
dibutuhkan.
Pemecahan masalah matematika sering kita jumpai dalam bentuk soal
cerita dalam kehidupan sehari-hari. Ini menjadikan matematika dapat dilihat
secara realistis. Akan tetapi kenyataannya, kita justru sulit memecahkan
masalah matematika dalam bentuk soal cerita. Sering kali kita sulit dalam
mengidentifikasi masalah, memahami makna dari bahasa soal, mengambil
keputusan dan sulit mengubah soal cerita kedalam model matematika.
Salah satu penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah
matematika pada soal cerita adalah kurangnya pemahaman dalam membaca
atau pemahaman linguistik serta menulis, artinya perlu memahami seluruh
kalimat yang terdapat dalam soal cerita dan menuliskan serta menyusun atau
mengkomposisikannya dalam model matematika. Dapat kita pahami bahwa
membaca soal matematika tidak hanya membaca secara harfiah saja namun
membutuhkan cara berfikir logis. Dengan kata lain, membaca juga harus
menekankan pada pemahaman makna serta menganalisis makna yang
terkandung dalam kalimat yang dibaca tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa memecahkan masalah
merupakan kemampuan yang penting dimiliki oleh seseorang.
Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematika dapat
dilakukan dengan cara mencari dan memecahkan soal-soal pemecahan
masalah tersebut. Penyelesaian soal bertujuan untuk melatih memahami
masalah, menyusun langkah-langkah penyelesaian masalah, menyelesaikan
masalah sesuai rencana, serta membuat kesimpulan solusi pemecahan
masalah.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana proses pemecahan masalah menggunakan strategi pemecahan
masalah?
C. Tujuan
Mendeskripsikan pemecahan masalah dengan menggunakan strategi
pemecahan masalah.
BAB 2
KAJIAN TEORI
A. Masalah
Masalah adalah kata yang sering kita dengar dikehidupan sehari-hari, tak
ada seorangpun yang tak luput dari masalah baik masalah yang sifatnya
ringan ataupun masalah yang sifatnya berat. Masalah adalah suatu kendala
atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan
kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik.
Menurut Sugiyono (2009:52) masalah diartikan sebagai penyimpangan antara
yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan
praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksana.
Suatu masalah biasanya memiliki situasi yang mendorong seseorang
untuk menyelesaikannya tetapi tidak mengetahui langkah yang harus
dilakukan untuk menyelesaikan masalah tesebut. Seseorang dianggap
memiliki masalah jika menghadapi situasi berikut, yaitu: memahami dengan
jelas kondisi yang sedang dihadapi; memahami dengan jelas kondisi yang
sedang dihadapi; memahami dengan jelas tujuan yang diharapkan; dan
memahami sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah
yang sesuai dengan tujuan (Moursund, 2005). Suatu pertanyaan disebut
sebagai masalah jika seseorang tidak mempunyai aturan/hukum tertentu yang
segera dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut
(Hudodjo, 2005).
Setiap pakar memiliki pendapat yang berbeda dalam mengemukakan
pengertian masalah. Kita sering menemukan masalah dalam kehidupan
seharihari. Masalah yang dihadapi seseorang berbeda dengan masalah yang
dihadapi orang lain. Sebagian ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa
masalah merupakan pertanyaan yang harus direspon. Namun tidak semua
pertanyaan menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat
dipecahkan oleh suatu prosedur rutin (Shadiq, 2004). Hal senada disampaikan
oleh (Hudojo, 2005) yang menyatakan bahwa suatu pertanyaan tidak dapat
dijawab dengan prosedur yang telah diketahui siswa. Seseorang menghadapi
masalah apabila menghadapi situasi yang harus memberi respon tetapi tidak
mempunyai informasi, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan cara-cara yang
dapat dipergunakan dengan segera untuk memperoleh pemecahan (Slameto,
2010).
Menurut (Tarhadi, dkk., 2006) menyatakan suatu masalah terkait dengan
suatu tujuan dan masalah merupakan suatu halangan untuk mencapai suatu
tujuan, masalah (problem) juga dapat diartikan sebagai situasi yang tidak jelas
jalan pemecahannya yang dikerjakan secara individu atau kelompok untuk
menemukan jawaban. Begitu juga menerut (Sumardyono, 2010) menyatakan
bahwa ciri-ciri suatu soal disebut masalah dalam perspektif paling tidak
memuat dua hal, yaitu:
a) Soal tersebut menantang pikiran (challenging)
b) Soal tersebut tidak otomatis diketahui cara penyelesaiannya (nonroutine)
atau tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin (routine
procedure).
Menurut (Rachmadi, 2009) sebagian besar ahli pendidikan matematika
menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau
derespon. Mereka juga menyatakan bahwa tidak semua pertanyaan otomatis
akan menjadi masalah. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika
pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat
dipecahkan dengan suatu prosedur rutin yang sudah diketahui si pelaku.
Sedangkan menurut Sumardyono (2010) dalam matematika istilah masalah
memiliki makna yang lebih khusus. Kata masalah terkait erat dengan suatu
pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan pemecahan masalah. Suatu
masalah jika diberikan kepada peserta didik dan peserta didik tersebut dapat
langsung mengetahui cara menyelesaikan masalah itu dengan benar, maka
soal tersebut tidak dapat dikatakan suatu masalah. Masalah matematika
sebagai situasi untuk mendapatkan solusi tetapi tidak tersedia akses terhadap
langkah untuk mendapatkan solusi tersebut (Tarhadi, dkk., 2006).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan masalah matematika adalah
pertanyaan(soal) yang menghendaki untuk dikerjakan. Masalah matematika
juga merupakan sesuatu yang rumit dimana siswa menghadapi penghalang
untuk mendapatkan solusi atau pemecahan masalah matematika.
B. Masalah Matematika
Sebagian besar hidup manusia dikelilingi oleh masalah. Schoenfeld
dalam Wijaya (2012: 58) mendefinisikan masalah sebagai suatu soal atau
pertanyaan yang dihadapi oleh seseorang yang tidak memiliki cara
penyelesaian ke solusi yang dibutuhkan. Pengertian masalah tersebut serupa
dengan pendapat Krulik dan Rudnik (1988: 2) yang mengungkapkan bahwa
“A problem is a situation, quantitative or otherwise, that confronts an
individual or group of individuals, that requires resolution, and for which the
individual sees no apparent path to obtaining the solution”. Pernyataan
tersebut menjelaskan bahwa suatu masalah merupakan situasi yang dihadapi
oleh seseorang atau kelompok yang memerlukan suatu pemecahan tetapi
individu atau kelompok tersebut tidak melihat secara jelas mengenai cara
untuk dapat memperoleh solusinya. Masalah dalam kehidupan sehari-hari
berbeda dengan masalah matematika, hal ini sesuai dengan pendapat Sutame
(2011) bahwa masalah dalam matematika lebih cenderung memiliki makna
kematematikaan.
Sebagian besar para ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa
masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon, namun
kenyataannya bahwa tidak semua pertanyaan matematika otomatis akan
menjadi masalah (Rudtin, 2013). Pratiwi (2013) mengemukakan bahwa
masalah matematika berkaitan dengan persoalan atau tantangan yang
dihadapkan kepada seorang individu atau suatu kelompok yang mana
individu atau kelompok tersebut tidak dapat menyelesaikan tantangan
tersebut secara langsung melalui prosedur biasa sehingga mereka harus
memiliki kesiapan mental maupun pengetahuan untuk memperoleh solusi dari
masalah yang diberikan melalui berbagai strategi yang bisa digunakan untuk
mendekatkan peserta didik kepada solusi yang diharapkan. Masalah
matematika menurut Lidinillah (2009) yaitu masalah yang disajikan dalam
bentuk soal tidak rutin yang berupa soal cerita, penggambaran fenomena atau
kejadian, ilustri gambar atau teka-teki. Begitu pula dengan Rahmawati (2015)
menggolongkan masalah matematika kedalam soal matematika tidak rutin
yang mencakup aplikasi prosedur matematika. Berikut dipaparkan jenis-jenis
masalah matematika dari beberapa ahli:
Jonassen (2004: 3) membedakan masalah dalam dua konteks, yaitu:
1. Masalah sebagai sesuatu yang bersifat entitas dalam beberapa konteks
(problem is an unknown entity in some context).
2. Masalah merupakan menemukan dan menyelesaikan dari yang tidak
diketahui yang berbasis pada sosial, kultural atau bernilai intelektual
(problem is finding or solving for the unknown must have some social,
cultural, or intellectual value).
Menurut Hudoyo dalam Lidinillah (2009) jenis-jenis masalah matematika
adalah sebagai berikut:
1. Masalah transalasi, merupakan masalah kehidupan sehari-hari yang
untuk menyelesaikannya perlu translasi dari bentuk verbal ke bentuk
matematika.
2. Masalah aplikasi, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menyelesaikan masalah dengan menggunakan berbagai macam-macam
keterampilan dan prosedur matematika.
3. Masalah proses, biasanya untuk menyusun langkah-langkah merumuskan
pola dan strategi khusus dalam menyelesaikan masalah. Masalah seperti
ini dapat melatih keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan
masalah sehingga menjadi terbiasa menggunakan strategi tertentu.
4. Masalah teka-teki, seringkali digunakan untuk rekreasi dan kesenangan
sebagai alat yang bermanfaat untuk tujuan afektif dalam pembelajaran
matematika.
Menurut Wijaya (2012: 58) masalah terdiri dari dua macam, yaitu:
1. Masalah rutin adalah masalah yang cenderung melibatkan hafalan serta
pemahaman algoritma dan prosedur sehingga masalah rutin sering
dianggap sebagai soal level rendah. Masalah rutin biasanya merujuk pada
soal yang hanya menerapkan suatu konsep dan prosedur yang sudah
pasti.
2. Masalah tidak rutin dikategorikan sebagai soal level tinggi karena
membutuhkan penguasaan ide konseptual yang rumit. Masalah tidak
rutin dibutuhkan sebuah pemikiran yang kreatif untuk menyelesaikan
masalahnya.
Menurut Polya (1973: 154) didalam matematika terdapat dua macam
masalah, yaitu:
1. The aim of a problem to find is to find a certain object the unknown of
the problem (masalah menemukan, tujuannya untuk menemukan suatu
objek tertentu yang tidak diketahui dari masalah).
2. The aim of a problem to prove is to show conclusively that a certain
clearly stated assertion is true, or else to show that it is false (masalah
membuktikan, tujuannya untuk menunjukkan kebenaran atau kesalahan
suatu pernyataan).
Berdasarkan beberapa definisi dan jenis-jenis masalah matematika yang
telah diuraikan diatas, dapat dikatakan bahwa masalah merupakan situasi baru
yang dihadapi seseorang atau kelompok yang memerlukan suatu penyelesaian
dan tidak dapat segera ditemukan penyelesaiannya dengan prosedur rutin.
Masalah yang ada diperiksa dari sudut pandang yang berbeda, yaitu dari
akhir kembali ke awal. Kita biasanya akan menggunakan pemikiran semacam ini
secara otomatis dalam kehidupan sehari-hari. Seperti saat kita akan mencari teman
di tengah keramain akan logis jika kita berdiri di suatu tempat yang lebih tinggi
dari sudut pandang orang pada biasanya. Agar kita bisa dengan mudah
menemukan teman yang kita cari.
Kita akan merasa sangat sulit untuk bekerja secara langsung dengan
membuat diagram turnamen, menghitung pemenang di setiap putaran, mengikuti
mereka melalui turnamen hipotetis, dan sampai pada satu pemenang. Kita
kemudian harus menghitung jumlah permainan yang telah dimainkan.
Masalah ini bisa diselesaikan dengan cara yang lebih efisien yaitu dengan
mengadopsi dari sudut pandang yang berbeda. Yaitu dengan bertanya kepada diri
kita sendiri berapa banyak yang kalah. Ini jawabannya sederhana yaitu 24. Karena
1 pemain tersingkir setiap kali permainan dimainkan, jadi harus ada 24 permainan
untuk mendapatkan 24 orang yang kalah.
Kita dapat melihat masalah ini dari sudut pandang yang lain. Yaitu dengan
memisalkan kita tau siapa pemenangnya. Misal pemenang ini melawan kontestan
yang lain dan mengalahkan mereka. Karena ini turnamen eliminasi tunggal,
pemain tidak perlu bertanding dengan satu sama lain. Pemenang ini harus
memainkan 24 pertandingan untuk mengalahkan 24 kontestan yang lain.
Sangat menarik untuk dicatat bahwa dalam bentuk negosiasi apa pun,
bukan mengingat hanya sudut pandang kita sendiri, penting untuk mengantisipasi
apa posisi yang akan diambil “lawan” kita. Dengan melihat situasi dari sudut
pandang yang lain mungkin membantu menemukan arah yang tepat untuk sikap
kita sendiri pada negosiasi tersebut.
Cara lain untuk melihat strategi pemecahan masalah ini adalah dengan
melihat seorang detektif yang sedang menyelidiki sebuah kasus. Detektif
terkadang dapat menentukan atau menebak yang bersalah di antara beberapa
tersangka, tetapi belum tentu bisa membuktikan satu orang ini melakukan
kejahatan, melainkan dengan mengambil sudut pandang yang berbeda; itu
adalah,dengan menetapkan bahwa semua tersangka lainnya memiliki alibi yang
sah. Secara alami, lebih argumen substansial akan diperlukan untuk keyakinan,
tapi setidaknya proses ini menetapkan arah untuk penyelidikan.
Contoh Soal
Penyelesaian:
Masalah ini jika dilihat bisa disimpulkan agak sulit. Siswa akan
otomatis membuka kalkulator saat melihat angka besar seperti
143.999.999.995 untuk menyelesaikan soal. Namun, ini adalah angka
12 digit yang hampir tidak mungkin “sesuai” dengan tampilan
kalkulator.
Jadi kita bisa menyelesaikannya dengan sudut pandang yang berbeda.
Angka 143.999.999.995 hanya kurang dari 5 menit dari
144.000.000.000 menit yang merupakan kelipatan dari 60. Jadi
144.000.000.000 : 60 = 2.400.000.000 jam. Yang bila dibagi 24 maka
menghasilkan tepat 100.000.000 hari. Dalam hal ini, waktu sekali lagi
akan menjadi 12:55. Karena angka yang diberikan dalam soal kurang 5
menit, maka jawaban yang benarnya juga harus dikurangkan 5 menit,
atau 12:50.
Berpikir analogis adalah salah satu alat yang paling efektif untuk
menghasilkan ide-ide inovatif. Ini memungkinkan kita untuk mengembangkan
ide-ide baru dengan mentransfer informasi dari domain terkenal dan
menggunakannya dalam domain baru. Namun, menggunakan pemikiran analogis
tidak selalu menghasilkan ide yang tepat, dan ada kurangnya konsensus di antara
para peneliti mengenai metode evaluasi untuk menilai ide-ide baru berdasarkan
pada semacam logika yang mereka usulkan untuk dinamai analogis (Studies,
2017)
Contoh dalam kehidupan nyata yaitu Berapa tebal kertas buku tulis yang
kamu miliki ? Untuk mencari jawabannya kamu hanya diperkenankan
menggunakan mistar yang kamu miliki (Herman, 2020)
Berikut adalah saran untuk apa yang dapat Anda lakukan dalam strategi belajar
Anda untuk menyederhanakan berbagai hal.
1. Diberikan dua soal yang serupa, yang satu bilangan desimal dan yang
lain bilangan besar. Saat Anda membaca pertanyaannya, ucapkan
"Berpikir tentang bagaimana satu pertanyaan dapat membantu
menyelesaikan pertanyaan lainnya".
2. Setelah siswa menyelesaikan dua soal, bantulah mereka meringkas
prosedur soal lainnya dengan mengatakan, "Bagaimana kita dapat
menggunakan jawaban soal ini untuk menyelesaikan soal lain?
3. Ketika mereka memutuskan bahwa masalah dapat menjadi lebih mudah
dengan memahami substitusi bilangan kecil, namakan itu sebagai strategi
“Menyederhanakan Masalah” dan tanyakan kepadanya kapan dia akan
menggunakan strategi ini. Buatlah siswa menyadari bahwa hal ini sangat
berguna saat mereka kebingungan dengan bilangan besar atau pecahan.
(Wardhani, dkk., 2010)
Contoh Soal Dan Pembahasan
Alternatif solusi
Diketahui :
Ditanya :
Penyelesaian
n(Ps) = 40 × 70
= 2800
Banyaknya pekerjaan selama 10 hari adalah
n(P1) = 40 × 10
= 400.
= 70 – 10 – 12
= 70 – (10 + 12)
= 70 – 22
= 48 hari
50 – 40 = 10 orang.
Alternatif solusi
Penyelesaian :
a. E dan 6
b. E dan 7
c. F dan 6
d. F dan 7
Alternatif penyelesaian
kartu yang bertuliskan huruf E tentu saja benar dan tidak diragukan lagi,
karena sesuai dengan peraturannya. Dengan menggunakan negasi dari
pernyataan diatas menjadi jika sisi yang satu bilangan ganjil maka sisi lainnya
adalah huruf konsonan. Dengan cara analogi kartu yang bertuliskan angka 7
dibelakangnya pasti huruf konsonan.
7. Pak dodi baru saja selesai memanen buah apel. Setelah memanen buah
apel tersebut pak dodi hendak membuat jus apel. Didalam sebuah
keranjang terdapat buah apel. Jika delapan buah apel diperas akan
menghasilkan 12 gelas jus apel. Berapakah banyaknya apel yang harus
diperas untuk menghasilkan 18 gelas jus apel ? Berapakah banyaknya jus
apel yang dihasilkan jika 24 buah apel yang diperas?
Sumber : (Dwirahayu, 2018)
Alternatif penyelesaian
a. Kita andaikan 8 buah apel diperas akan menghasilkan 12 gelas
air apel menjadi perbandingan 8:12.
b. Selanjutnya dengan menggunakan analogi dengan kalimat pertama
untuk mencari banyak nya apel yang harus diperas untuk
menghasilkan 18 gelas air apel
c. 8 : 12 = X. 18
X = 12
Jadi banyak banyak nya apel yang harus diperas untuk
menghasilkan 18 gelas jus apel adalah 12 buah
d. Masih menggunakan analogi dengan kalimat pertama, siswa dapat
menentukan banyaknya air yang dihasilkan jika memeras 26 jeruk.
8 : 12 = X. 26
X = 16
Jadi banyak banyak nya apel yang harus diperas untuk
menghasilkan 26 gelas jus apel adalah 16 buah
Soal PISA
Cara 1
L= p ×l
¿ 100 m× 50 m
2
¿ 5000 m
A . 2000:5000=0,4
B .5000 :5000=1
C . 20000 :5000=4
D .50000 :5000=10
E . 100000:5000=20
Cara 3
5000 × 4=20000
2.
3.
4.
5.
b. Banyak nya pohon apel dan pohon konifer yang ditanam dapat
dihitung dengan mengetahui berapa banyak baris apel yang diinginkan.
Misalnya banyak baris apel adalah
Banyak pohon apel dapat dihitung dengan ?
Banyak pohon konifer dapat dihitung dengan?
Ada satu nilai dimana banyaknya pohon apel dan pohon konifer sama
berapakah nilai tersebut dan jelaskan bagaimana cara anda
mendapatkan nilai tersebut ? ( Level 4 )
c. Misalkan petani ingin membuat kebun yang lebih besar lagi. Jika
kebun yang dibuat semakin besar, yang manakah yang bertambah lebih
cepat banyak pohon apel atau banyak pohon konifer? Jelaskan jawaban
anda (level 4 )
Penyelesaian :
a. Cara pertama untuk menentukan pohon apel
Pada soal dikatakan pohon- pohon apel ditanam hingga
membentuk persegi
Karena pohon-pohon apel ditanam hingga membentuk persegi
maka banyaknya pohon apel akan sama dengan luas persegi
Luas persegi didapatkan dari perkalian panjang sisi-sisinya
Panjang sisi dinyatakan oleh banyaknya baris pohon apel yang
ditanam
Banyak nya pohon apel berati = s x s
2. 4 16
3. 9 24
4. 16 32
5. 25 40
Soal TIMSS