Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan yang dibutuhkan
dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang muncul pada kehidupan setiap
manusia beragam dari berbagai bidang. Setiap permasalahan memerlukan
strategi tersendiri untuk menemukan solusinya. Kemampuan pemecahan
masalah dapat dipelajari melalui suatu proses pembelajaran. Salah satu
pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih kemampuan pemecahan
masalah adalah pembelajaran matematika.
Pemecahan masalah dapat dikatakan sebagai suatu metode pembelajaran
yang dapat melatih memecahkan persoalan. Persoalan tersebut dapat datang
dari suatu fenomena atau persoalan sehari-hari yang sering dijumpai.
Pemecahan masalah matematika memuat “pemecahan masalah” sebagai
perilaku kognitif dan “matematika” sebagai objek yang dipelajari.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat,
sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau
prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
Menurut Woolfolk sebagaimana yang dikutip oleh Hamzah B. Uno,
terdapat 4 jenis keterampilan kognitif atau metakognitif, yaitu :
1. Pemecahan masalah (problem solving), keterampilan siswa dalam
menggunakan proses berpikrnya dalam memecahkan masalah melalui
pengumpulan fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternatif
pemecahan, dan memilih pemecahan masalah yang paling efektif.
2. Keterampilam pengambilan keputusan (decision making), yakni
keterampilann siswa menggunakan proses berpikirnya untuk memilih
suatu keputusan yang terbaik dari beberapa pilihan yang ada melalui
pengumpulan informasi, perbandingan kebaikan dan kekurangan dari
setiap alternatif, analisis informasi, dan pengambilan keputusan yang
baik berdasarkan alasan yang rasional.
3. Keterampilan berpikir kritis (critical thinking), yakni keterampilan siswa
dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menganalisis argumen dan
memberikan interprestasi berdasarkan persepsi yang sahih melalui logical
reasoning, analisis asumsi dan bias dari argumen dan interpretasi logis
4. Keterampilan berpikir kreatif (creative thinking), yakni keterampilan
siswa dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menghasilkan suatu
ide baru, konstruktif, dan baik berdasarkan konsep-konsep, prinsip-
prinsip yang rasional, mauoun persepsi yang intuisi.
Keempat metacognitif memiliki hubungan yang sangat erat. Ketika siswa
dihadapkan sebuah soal pemecahan masalah, maka saat itu juga siswa
dituntut untuk mengambil keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif.
Pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika sangatlah penting,
karena keterampilan serta kemampuan berpikir yang diperoleh ketika
seseorang memecahkan masalah diyakini dapat digunakan ketika menghadapi
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Inti dari belajar memecahkan masalah adalah supaya terbiasa
mengerjakan soal-soal yang tidak hanya memerlukan ingatan yang baik saja,
akan tetapi juga harus mampu berpikir logis dan kritis dalam menyelesaikan
soal pemecahan masalah tersebut. Terutama di era global dan era
perdagangan bebas, kemampuan kritis, kreatif dan rasional lah yang semakin
dibutuhkan.
Pemecahan masalah matematika sering kita jumpai dalam bentuk soal
cerita dalam kehidupan sehari-hari. Ini menjadikan matematika dapat dilihat
secara realistis. Akan tetapi kenyataannya, kita justru sulit memecahkan
masalah matematika dalam bentuk soal cerita. Sering kali kita sulit dalam
mengidentifikasi masalah, memahami makna dari bahasa soal, mengambil
keputusan dan sulit mengubah soal cerita kedalam model matematika.
Salah satu penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah
matematika pada soal cerita adalah kurangnya pemahaman dalam membaca
atau pemahaman linguistik serta menulis, artinya perlu memahami seluruh
kalimat yang terdapat dalam soal cerita dan menuliskan serta menyusun atau
mengkomposisikannya dalam model matematika. Dapat kita pahami bahwa
membaca soal matematika tidak hanya membaca secara harfiah saja namun
membutuhkan cara berfikir logis. Dengan kata lain, membaca juga harus
menekankan pada pemahaman makna serta menganalisis makna yang
terkandung dalam kalimat yang dibaca tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa memecahkan masalah
merupakan kemampuan yang penting dimiliki oleh seseorang.
Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematika dapat
dilakukan dengan cara mencari dan memecahkan soal-soal pemecahan
masalah tersebut. Penyelesaian soal bertujuan untuk melatih memahami
masalah, menyusun langkah-langkah penyelesaian masalah, menyelesaikan
masalah sesuai rencana, serta membuat kesimpulan solusi pemecahan
masalah.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana proses pemecahan masalah menggunakan strategi pemecahan
masalah?

C. Tujuan
Mendeskripsikan pemecahan masalah dengan menggunakan strategi
pemecahan masalah.
BAB 2

KAJIAN TEORI

A. Masalah
Masalah adalah kata yang sering kita dengar dikehidupan sehari-hari, tak
ada seorangpun yang tak luput dari masalah baik masalah yang sifatnya
ringan ataupun masalah yang sifatnya berat. Masalah adalah suatu kendala
atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan
kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik.
Menurut Sugiyono (2009:52) masalah diartikan sebagai penyimpangan antara
yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan
praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksana.
Suatu masalah biasanya memiliki situasi yang mendorong seseorang
untuk menyelesaikannya tetapi tidak mengetahui langkah yang harus
dilakukan untuk menyelesaikan masalah tesebut. Seseorang dianggap
memiliki masalah jika menghadapi situasi berikut, yaitu: memahami dengan
jelas kondisi yang sedang dihadapi; memahami dengan jelas kondisi yang
sedang dihadapi; memahami dengan jelas tujuan yang diharapkan; dan
memahami sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah
yang sesuai dengan tujuan (Moursund, 2005). Suatu pertanyaan disebut
sebagai masalah jika seseorang tidak mempunyai aturan/hukum tertentu yang
segera dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut
(Hudodjo, 2005).
Setiap pakar memiliki pendapat yang berbeda dalam mengemukakan
pengertian masalah. Kita sering menemukan masalah dalam kehidupan
seharihari. Masalah yang dihadapi seseorang berbeda dengan masalah yang
dihadapi orang lain. Sebagian ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa
masalah merupakan pertanyaan yang harus direspon. Namun tidak semua
pertanyaan menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat
dipecahkan oleh suatu prosedur rutin (Shadiq, 2004). Hal senada disampaikan
oleh (Hudojo, 2005) yang menyatakan bahwa suatu pertanyaan tidak dapat
dijawab dengan prosedur yang telah diketahui siswa. Seseorang menghadapi
masalah apabila menghadapi situasi yang harus memberi respon tetapi tidak
mempunyai informasi, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan cara-cara yang
dapat dipergunakan dengan segera untuk memperoleh pemecahan (Slameto,
2010).
Menurut (Tarhadi, dkk., 2006) menyatakan suatu masalah terkait dengan
suatu tujuan dan masalah merupakan suatu halangan untuk mencapai suatu
tujuan, masalah (problem) juga dapat diartikan sebagai situasi yang tidak jelas
jalan pemecahannya yang dikerjakan secara individu atau kelompok untuk
menemukan jawaban. Begitu juga menerut (Sumardyono, 2010) menyatakan
bahwa ciri-ciri suatu soal disebut masalah dalam perspektif paling tidak
memuat dua hal, yaitu:
a) Soal tersebut menantang pikiran (challenging)
b) Soal tersebut tidak otomatis diketahui cara penyelesaiannya (nonroutine)
atau tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin (routine
procedure).
Menurut (Rachmadi, 2009) sebagian besar ahli pendidikan matematika
menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau
derespon. Mereka juga menyatakan bahwa tidak semua pertanyaan otomatis
akan menjadi masalah. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika
pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat
dipecahkan dengan suatu prosedur rutin yang sudah diketahui si pelaku.
Sedangkan menurut Sumardyono (2010) dalam matematika istilah masalah
memiliki makna yang lebih khusus. Kata masalah terkait erat dengan suatu
pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan pemecahan masalah. Suatu
masalah jika diberikan kepada peserta didik dan peserta didik tersebut dapat
langsung mengetahui cara menyelesaikan masalah itu dengan benar, maka
soal tersebut tidak dapat dikatakan suatu masalah. Masalah matematika
sebagai situasi untuk mendapatkan solusi tetapi tidak tersedia akses terhadap
langkah untuk mendapatkan solusi tersebut (Tarhadi, dkk., 2006).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan masalah matematika adalah
pertanyaan(soal) yang menghendaki untuk dikerjakan. Masalah matematika
juga merupakan sesuatu yang rumit dimana siswa menghadapi penghalang
untuk mendapatkan solusi atau pemecahan masalah matematika.

B. Masalah Matematika
Sebagian besar hidup manusia dikelilingi oleh masalah. Schoenfeld
dalam Wijaya (2012: 58) mendefinisikan masalah sebagai suatu soal atau
pertanyaan yang dihadapi oleh seseorang yang tidak memiliki cara
penyelesaian ke solusi yang dibutuhkan. Pengertian masalah tersebut serupa
dengan pendapat Krulik dan Rudnik (1988: 2) yang mengungkapkan bahwa
“A problem is a situation, quantitative or otherwise, that confronts an
individual or group of individuals, that requires resolution, and for which the
individual sees no apparent path to obtaining the solution”. Pernyataan
tersebut menjelaskan bahwa suatu masalah merupakan situasi yang dihadapi
oleh seseorang atau kelompok yang memerlukan suatu pemecahan tetapi
individu atau kelompok tersebut tidak melihat secara jelas mengenai cara
untuk dapat memperoleh solusinya. Masalah dalam kehidupan sehari-hari
berbeda dengan masalah matematika, hal ini sesuai dengan pendapat Sutame
(2011) bahwa masalah dalam matematika lebih cenderung memiliki makna
kematematikaan.
Sebagian besar para ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa
masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon, namun
kenyataannya bahwa tidak semua pertanyaan matematika otomatis akan
menjadi masalah (Rudtin, 2013). Pratiwi (2013) mengemukakan bahwa
masalah matematika berkaitan dengan persoalan atau tantangan yang
dihadapkan kepada seorang individu atau suatu kelompok yang mana
individu atau kelompok tersebut tidak dapat menyelesaikan tantangan
tersebut secara langsung melalui prosedur biasa sehingga mereka harus
memiliki kesiapan mental maupun pengetahuan untuk memperoleh solusi dari
masalah yang diberikan melalui berbagai strategi yang bisa digunakan untuk
mendekatkan peserta didik kepada solusi yang diharapkan. Masalah
matematika menurut Lidinillah (2009) yaitu masalah yang disajikan dalam
bentuk soal tidak rutin yang berupa soal cerita, penggambaran fenomena atau
kejadian, ilustri gambar atau teka-teki. Begitu pula dengan Rahmawati (2015)
menggolongkan masalah matematika kedalam soal matematika tidak rutin
yang mencakup aplikasi prosedur matematika. Berikut dipaparkan jenis-jenis
masalah matematika dari beberapa ahli:
Jonassen (2004: 3) membedakan masalah dalam dua konteks, yaitu:
1. Masalah sebagai sesuatu yang bersifat entitas dalam beberapa konteks
(problem is an unknown entity in some context).
2. Masalah merupakan menemukan dan menyelesaikan dari yang tidak
diketahui yang berbasis pada sosial, kultural atau bernilai intelektual
(problem is finding or solving for the unknown must have some social,
cultural, or intellectual value).
Menurut Hudoyo dalam Lidinillah (2009) jenis-jenis masalah matematika
adalah sebagai berikut:
1. Masalah transalasi, merupakan masalah kehidupan sehari-hari yang
untuk menyelesaikannya perlu translasi dari bentuk verbal ke bentuk
matematika.
2. Masalah aplikasi, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menyelesaikan masalah dengan menggunakan berbagai macam-macam
keterampilan dan prosedur matematika.
3. Masalah proses, biasanya untuk menyusun langkah-langkah merumuskan
pola dan strategi khusus dalam menyelesaikan masalah. Masalah seperti
ini dapat melatih keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan
masalah sehingga menjadi terbiasa menggunakan strategi tertentu.
4. Masalah teka-teki, seringkali digunakan untuk rekreasi dan kesenangan
sebagai alat yang bermanfaat untuk tujuan afektif dalam pembelajaran
matematika.
Menurut Wijaya (2012: 58) masalah terdiri dari dua macam, yaitu:
1. Masalah rutin adalah masalah yang cenderung melibatkan hafalan serta
pemahaman algoritma dan prosedur sehingga masalah rutin sering
dianggap sebagai soal level rendah. Masalah rutin biasanya merujuk pada
soal yang hanya menerapkan suatu konsep dan prosedur yang sudah
pasti.
2. Masalah tidak rutin dikategorikan sebagai soal level tinggi karena
membutuhkan penguasaan ide konseptual yang rumit. Masalah tidak
rutin dibutuhkan sebuah pemikiran yang kreatif untuk menyelesaikan
masalahnya.
Menurut Polya (1973: 154) didalam matematika terdapat dua macam
masalah, yaitu:
1. The aim of a problem to find is to find a certain object the unknown of
the problem (masalah menemukan, tujuannya untuk menemukan suatu
objek tertentu yang tidak diketahui dari masalah).
2. The aim of a problem to prove is to show conclusively that a certain
clearly stated assertion is true, or else to show that it is false (masalah
membuktikan, tujuannya untuk menunjukkan kebenaran atau kesalahan
suatu pernyataan).
Berdasarkan beberapa definisi dan jenis-jenis masalah matematika yang
telah diuraikan diatas, dapat dikatakan bahwa masalah merupakan situasi baru
yang dihadapi seseorang atau kelompok yang memerlukan suatu penyelesaian
dan tidak dapat segera ditemukan penyelesaiannya dengan prosedur rutin.

C. Pemecahan Masalah dan Dimensinya


1. Pemecahan Masalah sebagai Model Pembelajaran
Pemecahan masalah (Problem Solving) adalah model pembelajaran
yang mengutamakan pemecahan masalah dalam kegiatan belajar untuk
memperkuat daya nalar yang digunakan oleh peserta didik agar
mendapatkan pemahaman yang lebih mendasar dari materi yang
disampaikan. Seperti yang diungkapkan Pepkin (dalam Shoimin, 2017,
hlm. 135) bahwa metode problem solving adalah suatu model
pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran
dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan
keterampilan.
Problem solving dalam pembelajaran memegang peranan yang
sangat penting. Karena dengan mengetahui cara menyelesaikan
masalahnya, pembelajaran akan merekat jauh lebih dalam dan tidak
mudah untuk dilupakan. Dampaknya hampir sama dengan pembelajaran
kontekstual, karena pada akhirnya masalah adalah hal sehari-hari yang
akan ditemui oleh siswa. Pemecahan masalah merupakan keterampilan
penting yang dibutuhkan pada abad-21.
Sementara itu Purwanto (dalam Chotimah & Fathurrohman, 2018,
hlm. 280-281) berpendapat bahwa model problem solving adalah suatu
proses dengan menggunakan strategi, cara, atau teknik tertentu untuk
menghadapi situasi baru, agar keadaan tersebut dapat dilalui sesuai
keinginan yang ditetapkan.
Model ini sering disebut sebagai metode pula karena boleh
dibilang merupakan salah satu penerapan problem based learning (PBL)
yang sudah memiliki langkah-langkah konkret. Namun di balik itu,
metode ini juga cukup dinamis untuk dimodifikasi dan disesuaikan
dengan keadaan siswa atau sekolah. Oleh karena sifatnya yang dinamis,
terdapat berbagai turunan dari model ini, misalnya model
pembelajaran creative problem solving.
Menurut Murray, Hanlie, et al. (dalam Huda, 2015, hlm. 273)
model pembelajaran problem solving merupakan salah satu dasar teoretis
dari berbagai strategi pembelajaran yang menjadikan masalah (problem)
sebagai isu utamanya. Artinya akan terdapat beberapa tipe atau setting
yang dapat dinaunginya.
Model problem solving adalah sebuah metode pembelajaran yang
mengharuskan siswa berperan aktif dan mampu berpikir. Karena
dalam problem solving siswa diharuskan mampu menganalisis materi
mulai dengan mencari data sampai dengan menarik kesimpulan. Dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran problem solving adalah model
yang memusatkan pembelajaran pada pemecahan masalah sehingga
siswa dapat memperkuat daya nalar dengan menyusun cara, strategi, atau
teknik baru untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

2. Pemecahan Masalah sebagai Sebuah Skill


Menghadapi era revolusi industry 4.0 bukan merupakan perkara
mudah. Hal ini harus disongsong dengan mempersiapkan sumberdaya
manusia yang dapat adaptif dengan tuntutan era revolusi industry 4.0.
Peranan lembaga pendidikan termasuk di dalamnya perguruan tinggi,
memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia,
yaitu dengan meningkatkan kompetensi lulusan yang memiliki
keterampilan sesuai tuntutan abad 21 (learning and innovation skill)
di samping menguasai ilmu pengetahuan dan teknlogi sesuai dengan bidang yang
digeluti (Zubaidah, 2018). Karena trend abad 21 lebih berfokus peda spesialisasi
tertentu, maka tujuan pendidikan nasional Indonesia harus diarahkan pada upaya
membekali lulusan memiliki keterampilan abad 21.

Keterampilan abad 21 yang dimaksudkan adalah setiap orang


menguasai 4C yang merupakan sarana untuk mencapai kesuksesan
dalam kehidupan dimasyarakat pada abad 21 ini. Adapun keterampilan
4C yang dimaksud adalah keterampilan Communication, Collaboraton,
Critical thingking dan Problem Solving, dan Creativity and Innovation.
4C adalah softskill yang pada implementasi kesehariannya jauh lebih
bermanfaat dibandingkan dengan penguasaan hardskill. Arief (2012)
mengemukakan bahwa sarjana tamatan perguruan tinggi disamping
memiliki keterampilan hardskill juga dituntut memiliki keterampilan
softskill untuk sukses dalam pekerjaannya. Sejalan dengan Arif,
Kusumastuti dan Sohidin(2013) menemukan bahwa tamatan SMK yang
memiliki softskill bagus memiliki kemampuan kerja lebih baik
dibandingkan tamatan Diploma yang tidak memiliki softskill. Oleh
karenanya, dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran, disamping
membelajarkan hardskill juga harus melatihkan softskill. Berdasarkan
informasi tersebut pembelajaran tentang softskill terlebih keterampilan
4C mutlak diperlukan diera revolusi indistri 4.0 di abad 21 ini.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa pemecahan
masalah atau problem solving adalah sebuah softskill mengenai proses
untuk memahami tantangan dalam bekerja untuk menemukan solusi yang
efektif. Artinya, tujuan problem solving adalah menemukan solusi yang
tepat dari sebuah permasalahan.

3. Pemecahan Masalah sebagai Sebuah Kajian

D. Signifikasi Pemecahan Masalah Matematika


 Tujuan Pemecahan Masalah Matematika
Sebagai tujuan, pemecahan masalah sebagai suatu kemampuan
yang akan dicapai siswa, yakni siswa diharapkan mampu memahami
masalah, merencanakan strategi dan prosedur pemecahan masalah,
melakukan prosedur pemecahan masalah, serta memeriksa kebenaran
jawaban dan hasil yang diperoleh. NCTM menempatkan kemampuan
pemecahan masalah sebagai tujuan utama dari pendidikan matematika
dan menganjurkan bahwa memecahkan masalah harus menjadi fokus dari
matematika sekolah. NCTM mengusulkan bahwa memecahkan masalah
harus menjadi fokus dari matematika sekolah dan bahwa matematika
harus diorganisir di sekitar pemecahan masalah, sebagai suatu metode
dari penemuan dan aplikasi, menggunakan pendekatan pemecahan
masalah untuk menyelidiki dan memahami konten matematika (NCTM
1989:76), dan membangun pengetahuan matematika baru melalui
pemecahan masalah (NCTM, 2000:51).
Standar pemecahan masalah NCTM, menetapkan bahwa program
pembelajaran dari prataman kanak-kanak sampai kelas 12 harus
memungkinkan siswa untuk:
a. Membangun pengetahuan matematika baru melalui pemecahan
masalah.
Masalah yang bagus memberi kesempatan pada siswa untuk
memperkuat dan memperluas apa yang mereka ketahui, dan apabila
dipilih dengan baik dapat merangsang belajar matematika.
Pemecahan masalah dapat digunakan untuk membantu siswa
mengembangkan keterampilan-keterampilan khusus. Sebagai contoh
disajikan suatu situasi masalah berikut (contoh yang dimodifikasi
dari NCTM, 1989 : 24). Contoh: ”Saya mempunyai banyak uang
kertas duapuluh ribuan, lima ribuan dan seribuan di dalam saku. Jika
saya mengambil tiga uang kertas dari saku, bisa berapa sajakah
jumlah uang yang terambil?”. Pengerjaan soal ini memberikan
latihan yang bagus dalam melakukan operasi penjumlahan. Sasaran
matematis yang penting dari masalah ini adalah untuk membantu
siswa berpikir sistematis tentang kemungkinan-kemungkinan dan
mengatur pemikiran mereka tanpa harus menunggu sampai siswa
terampil menjumlahkan.
b. Memecahkan masalah yang muncul di dalam matematika dan di
dalam konteks-konteks yang lain.
Pemecah masalah yang baik secara alamiah cenderung menganalisis
situasi - situasi secara teliti dalam hubungan matematis dan
mengangkat permasalahan berdasarkan situasi-situasi yang
dilihatnya. Sebagai contoh, siswa sekolah menengah dihadapkan
pada suatu masalah tentang dua perusahaan dan diharapkan siswa
dapat memilih diantara kedua perusahaan tersebut mana yang lebih
menguntungkan.
c. Menerapkan dan mengadaptasi bermacam-macam strategi yang
sesuai untuk memecahkan masalah.
Strategi yang beraneka ragam diperlukan saat siswa mengalami
ragam permasalahan yang lebih kompleks. Strategi - strategi yang
dipelajari dari waktu ke waktu, diterapkan dalam kontekskonteks
tertentu dan menjadi semakin baik, terperinci dan fleksibel ketika
strategi - strategi tersebut digunakan dalam situasi masalah yang
semakin kompleks.
d. Memonitor dan merefleksikan proses dari pemecahan masalah
matematika.
Pemecah masalah yang baik terus menerus akan memonitor dan
melakukan penyesuaian atas apa yang mereka kerjakan. Mereka
ingin memastikan bahwa mereka memahami masalah dengan baik,
meninjau kemajuan diri mereka dan dan menyesuaikan strategi-
strategi mereka pada saat menyelesaikan masalah.
 Manfaat Pemecahan Masalah Matematika
Pada mata pelajaran matematika, pemecahan masalah dapat berupa
soal tidak rutin atau soal cerita, yaitu soal untuk prosedur yang benar
diperlukan pemikiran yang lebih mendalam. Oleh karena itu, pemecahan
masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, logis dan
sistematis. Hal serupa dikemukakan oleh Muhsetyo, dkk (2007: 126)
dalam bukunya yang menyatakan bahwa, “Manfaat dari pengalaman
memecahkan masalah, antara lain adalah peserta didik menjadi (1) kreatif
dalam berfikir; (2) kritis dalam menganalisa data, fakta dan informasi; (3)
mandiri dalam bertindak dan bekerja”. Selain itu dengan pemecahan
masalah akan menumbuhkan sikap kreatif siswa dalam pembelajaran
matematika, sehingga suasana pembelajaran akan lebih meningkatkan
kemampuan siswa. Seperti apa yang dikatakan Ruseffendi (1991: 238)
bahwa, “Dalam pembelajaran matematika salah satu kegiatan yang dapat
memupuk dan mengembangkan sikap kreatif adalah pemecahan
masalah”. Dalam pemecahan masalah, siswa dituntut memiliki
kemampuan menciptakan gagasan-gagasan atau cara-cara baru berkenaan
dengan permasalahan yang dihadapinya. Oleh karena itu, siswa memiliki
kesempatan yang sangat terbuka untuk mengembangkan serta
meningkatkan kemampuan berpikir melalui penyelesaian masalah-
masalah yang bervariasi.
 Fungsi Pemecahan Masalah Matematika
Kemampuan pemecahan masalah matematika sangat penting
dipelajari oleh siswa. Pentingnya pemecahan masalah matematika
ditegaskan dalam (NCTM 2000: 52) yang mengemukakan bahwa
pemecahan masalah adalah bagian integral dari pembelajaran
matematika, sehingga antara pemecahan masalah dan pembelajaran tidak
dapat dipisahkan. Pentingnya memiliki kemampuan tersebut tercermin
dalam penjelasan (Hendriana dan Soemarmo, 2014) bahwa pemecahan
masalah matematika merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran
matematika, bahkan langkah-langkah yang terlibat dalam pemecahan
masalah merupakan bagian inti dari matematika. Menurut Effendi
(Septiani dan Nurhayati, 2019: 169) kemampuan pemecahan masalah
harus dimiliki oleh siswa untuk mempersiapkan mereka agar terbiasa
mengelola permasalahan yang berbeda, baik masalah dalam ilmu
matematika, masalah dalam bidang studi yang berbeda maupun
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang semakin rumit.
Kemampuan pemecahan masalah juga merupakan tujuan dari
pembelajaran matematika.

E. Langkah-langkah Penyelesaian Masalah (Model Problem Solving)


Pada penerapan Model Problem Solving terdapat beberapa aktivitas yang
ada pada metode pembelajaran yang lain, meliputi diskusi, kerja kelompok,
dan tanya jawab. Berikut langkah-langkah Model Problem Solving menurut
J.Dewey dalam bukunya W.Gulo (2002:115) yaitu :
1. Merumuskan Masalah
Kemampuan yang diperlukan dalam langkah ini adalah mengetahui dan
merumuskan masalah secara jelas.
2. Menelaah Masalah
Pada langkah ini menggunakan kemampuan pengetahuan untuk
memperinci analisa masalah dari berbagai sudut.
3. Merumuskan Hipotesis
Yaitu berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, mencari sebab akibat
dan alternative penyelesaian masalah.
4. Mengumpulkan dan Mengelompokkan Data
Memerlukan kecakapan mencari dan menyusun data, menyajikan data
dalam bentuk diagram, gambar, dan/atau tabel sebagai bahan pembuktian
hipotesis.
5. Pembuktian Hipotesis
Memerlukan kemampuan kecakapan menelaah dan membahas data,
kecakapan menghubung-hubungkan dan menghitung keterampilan
mengambil keputusan dan kesimpulan.
6. Menentukan Pilihan Penyelesaian
Yaitu kecakapan membuat alternative penyelesaian, kecakapan dengan
memperhitungkan akibat yang terjadi pada setiap pilihan.
Langkah-langkah metode Problem Solving menurut Hamiyah dan Jauhar
(2014:129) sebagai berikut:
1. Menyiapkan isu/masalah yang jelas untuk dipecahkan
2. Menyajikan masalah.
3. Mengumpulkan data atau keterangan yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah tersebut.
4. Merumuskan hipotesis.
5. Menguji hipotesis.
6. Menyimpulkan.
Agar hasil yang diharapkan sesuai dengan yang diinginkan maka proses
pembelajaran harus sesuai dengan langkah-langkah yang sudah dibuat. Hal
ini juga akan membuat kita lebih mudah untuk memahami alur dari metode
yang dipakai dalam proses pembelajaran.
Mengubah Cara Pandang Terhadap Masalah

Suatu masalah dapat dipandang dari berbagai sudut pandang seseorang


sehingga masalah itu bisa dikatakan bernilai relative, dapat menjadi mudah atau
sebaliknya dapat menjadi sulit. Demikian pula halnya dengan masalah
matematika. Jangan hanya terpaku pada satu konsep saja sehingga tidak terjebak.
Dengan mengubah sudut padanng, akan ditemukan konsep lain yang tersembunyi
yang memungkinkan untuk menyelesaikannya dengan mudah.

Strategi ini seringkali digunakan setelah kita gagal untuk menyelesaikan


masalah dengan menggunakan strategi lainnya. Waktu kita mencoba
menyelesaikan masalah, sebenarnya kita mulai dengan suatu sudut pandang
tertentu atau mencoba menggunakan asumsi-asumsi tertentu. Setelah kita
mencoba menggunakan suatu strategi dan ternyata gagal, kecenderungannya
adalah kembali memperhatikan soal dengan menggunakan sudut pandang yang
sama. Jika setelah menggunakan strategi lain ternyata masih tetap menemui
kegagalan, cobalah untuk mengubah sudut pandang dengan memperbaiki asumsi
atau memeriksa logika berfikir yang digunakan sebelumnya.

Latihan yang biasanya diterima siswa di sekolah pada dasarnya


mempersiapkan mereka untuk memecahkan masalah dengan cara yang sederhana
dan lugas. ini mengarah pada solusi, tetapi tidak selalu dengan cara yang paling
efisien. Mengadopsi sudut pandang yang berbeda bisa membantu saat
memecahkan masalah yang ada.

Masalah yang ada diperiksa dari sudut pandang yang berbeda, yaitu dari
akhir kembali ke awal. Kita biasanya akan menggunakan pemikiran semacam ini
secara otomatis dalam kehidupan sehari-hari. Seperti saat kita akan mencari teman
di tengah keramain akan logis jika kita berdiri di suatu tempat yang lebih tinggi
dari sudut pandang orang pada biasanya. Agar kita bisa dengan mudah
menemukan teman yang kita cari.

Mengadopsi sudut pandang yang berbeda seperti ini mungkin adalah di


mana alih-alih berfokus pada pemenang permainan, kita justru fokus melihat yang
kalah. Misalnya, kita diminta untuk menentukan berapa banyak permainan yang
harus dimainkan dalam turnamen tenis eliminasi tunggal yang dimulai dengan 25
pemain.

Kita akan merasa sangat sulit untuk bekerja secara langsung dengan
membuat diagram turnamen, menghitung pemenang di setiap putaran, mengikuti
mereka melalui turnamen hipotetis, dan sampai pada satu pemenang. Kita
kemudian harus menghitung jumlah permainan yang telah dimainkan.

Masalah ini bisa diselesaikan dengan cara yang lebih efisien yaitu dengan
mengadopsi dari sudut pandang yang berbeda. Yaitu dengan bertanya kepada diri
kita sendiri berapa banyak yang kalah. Ini jawabannya sederhana yaitu 24. Karena
1 pemain tersingkir setiap kali permainan dimainkan, jadi harus ada 24 permainan
untuk mendapatkan 24 orang yang kalah.

Kita dapat melihat masalah ini dari sudut pandang yang lain. Yaitu dengan
memisalkan kita tau siapa pemenangnya. Misal pemenang ini melawan kontestan
yang lain dan mengalahkan mereka. Karena ini turnamen eliminasi tunggal,
pemain tidak perlu bertanding dengan satu sama lain. Pemenang ini harus
memainkan 24 pertandingan untuk mengalahkan 24 kontestan yang lain.

Berkali-kali masalah yang kompleks menghambat kemampuan siswa


bahkan menyulitkan siswa untuk memahami apa yang harus dilakukan. Sehingga
mengadopsi sudut pandang yang berbeda akan menyederhakan pemahaman
mereka.

Strategi Mengadopsi Sudut Pandang yang Berbeda dalam Situasi


Pemecahan Masalah Kehidupan Sehari-hari

Kita diminta untuk menentukan banyaknya orang yang hadir pada


pertemuan suatu asosiasi. Menghitung anggota yang hadir akan sulit,karena
banyak kursi kosong yang tersebar di seluruh auditorium. Semua yang izin
sebelum pertemuan dimulai, diizinkan. Oleh karena itu, kita sudah memecahkan
masalah dengan menentukan bilangan yang ada menggunakan mengurangkan
bilangan dari absensi dari total anggota asosiasi. Ini mencontohkan bahwa
membahas masalah dari sudut pandang yang berbeda dari sekadar menghitung
atau secara sistematis "memperkirakan" kehadiran.

Dalam acara olahraga, kekuatan dan strategi kita cenderung digunakan


secara langsung. Mengadopsi sudut pandang yang berbeda dapat digunakan untuk
menilai dan mengevaluasi kelebiahan atau kekuatan dan kelemahan lawan kita,
dan akan menghasilkan strategi untuk kita untuk mengalahkan lawan. Daripada
melihat kompetisi atau kontes yang akan datang dan mengembangkan rencana
permainan dari sudut pandang kita sendiri, kita bisa melakukannya dengan
mengadopsi sudut pandang yang berbeda dan menilainya dengan
mempertimbangkan kompetisi.

Sangat menarik untuk dicatat bahwa dalam bentuk negosiasi apa pun,
bukan mengingat hanya sudut pandang kita sendiri, penting untuk mengantisipasi
apa posisi yang akan diambil “lawan” kita. Dengan melihat situasi dari sudut
pandang yang lain mungkin membantu menemukan arah yang tepat untuk sikap
kita sendiri pada negosiasi tersebut.

Cara lain untuk melihat strategi pemecahan masalah ini adalah dengan
melihat seorang detektif yang sedang menyelidiki sebuah kasus. Detektif
terkadang dapat menentukan atau menebak yang bersalah di antara beberapa
tersangka, tetapi belum tentu bisa membuktikan satu orang ini melakukan
kejahatan, melainkan dengan mengambil sudut pandang yang berbeda; itu
adalah,dengan menetapkan bahwa semua tersangka lainnya memiliki alibi yang
sah. Secara alami, lebih argumen substansial akan diperlukan untuk keyakinan,
tapi setidaknya proses ini menetapkan arah untuk penyelidikan.

Contoh Soal

1. Dari gambar disamping, carilah luas belah ketupat


didalam persegi jika luas perseginya adalah 120 c m2!
Penyelesaian:
Dengan menggunakan konsep luas persegi dan belah ketupat kita bisa
menyelesaikan soal tersebut dengan cara sebagai berikut.
Karena luas persegi adalah 120 c m2, maka panjang sisi persegi adalah
√ 120. Panjang sisi persegi sama dengan panjang diagonal belah
ketupat di dalamnya. Karena itu luas belah ketupat adalah
1
× √ 120 × √ 120=60 c m2
2

Cara lain menyelesaikan soal diatas adalah dengan memotong persegi


menjadi beberapa segitiga yang kongruen dengan menambah garis-
garis sebagai berikut.

Tampak segitiga yang terbentuk ada delapan dengan empat segitiga


ada didalam belah ketupat, empat yang lain diluar belah ketupat.
Jadi bisa disimpulkan perbandingan luas belah ketupat dengan persegi
adalah 4 :8 atau 1 :2. Jadi jika luas persegi adalah 120 c m2, maka luas
belah ketupatnya adalah 60 c m2 .

2. Jika sekarang adalah pukul 12:55, jam berapa 143.999.999.995 menit


dari sekarang?

Penyelesaian:
Masalah ini jika dilihat bisa disimpulkan agak sulit. Siswa akan
otomatis membuka kalkulator saat melihat angka besar seperti
143.999.999.995 untuk menyelesaikan soal. Namun, ini adalah angka
12 digit yang hampir tidak mungkin “sesuai” dengan tampilan
kalkulator.
Jadi kita bisa menyelesaikannya dengan sudut pandang yang berbeda.
Angka 143.999.999.995 hanya kurang dari 5 menit dari
144.000.000.000 menit yang merupakan kelipatan dari 60. Jadi
144.000.000.000 : 60 = 2.400.000.000 jam. Yang bila dibagi 24 maka
menghasilkan tepat 100.000.000 hari. Dalam hal ini, waktu sekali lagi
akan menjadi 12:55. Karena angka yang diberikan dalam soal kurang 5
menit, maka jawaban yang benarnya juga harus dikurangkan 5 menit,
atau 12:50.

3. Tentukan nilai dari ( x + y ) jika


456 x +654 y =1.110
654 x +456 y =1.110
Penyelesaian:
Ketika siswa dihadapkan pada dua persamaan yang mengandung dua
variabel, secara otomatis mereka kembali ke proses yang telah diajarka
sebagai metode penyelesaian, yaitu menyelesaikannya secara
bersamaan. Siswa mulai dengan menyamakan koefisien dari x atau y.
( 654 )( 456 ) x + ( 654 )( 456 ) y=¿
PENJELASAN STRATEGI MENYELESAIKAN PERMASALAHAN
ANALOGIS YANG LEBIH SEDERHANA

Berpikir analogis adalah salah satu alat yang paling efektif untuk
menghasilkan ide-ide inovatif. Ini memungkinkan kita untuk mengembangkan
ide-ide baru dengan mentransfer informasi dari domain terkenal dan
menggunakannya dalam domain baru. Namun, menggunakan pemikiran analogis
tidak selalu menghasilkan ide yang tepat, dan ada kurangnya konsensus di antara
para peneliti mengenai metode evaluasi untuk menilai ide-ide baru berdasarkan
pada semacam logika yang mereka usulkan untuk dinamai analogis (Studies,
2017)

Cara membandingkan dua permasalahan dalam berpikir analogi


menggunakan masalah sumber dan masalah target. Masalah sumber yaitu masalah
yang sudah dipelajari sebelumnya berkaitan dengan materi berikutnya yang akan
dipelajari. Sedangkan masalah target yaitu masalah yang akan dipecahkan dengan
mencari kesamaan dari masalah sumber. Sternberg d English menyatakan dalam
berpikir analogi terdapat beberapa komponen yang harus dilalui siswa yaitu
Encoding (Pengkodean), Inferring (Penyimpulan), Mapping (Pemetaan) dan
Applying (Penerapan) (Amelia, 2021; Anshori & Hamdani, n.d.; Purwanti et al.,
2016).

Saat seseorang membeli ponsel baru, mereka jarang mencoba mempelajari


cara menggunakan semua fitur di ponsel sekaligus. Sebaliknya, mereka belajar
bagaimana menggunakan beberapa fungsi dasar yang sederhana; yaitu mereka
memeriksa serangkaian masalah yang lebih sederhana. Permasalahan sederhana
ini kemudian digabungkan menjadi berbagai urutan. Dengan menguasai masalah
yang lebih sederhana beberapa langkah pada satu waktu, mereka akhirnya
menguasai keseluruhan yang kompleks.

Suatu masalah terkadang sulit untuk dipecahkan karena mengandung


masalah yang sangat kompleks, seperti melibatkan bilangan yang sangat besar,
bilangan yang sangat kecil, atau melibatkan pola yang sangat kompleks. Untuk
menyelesaikan masalah seperti ini, gunakan analogi dengan menyelesaikan
masalah serupa atau lebih sederhana. Sering terjadi penyelesaian dari masalah-
masalah yang lebih sederhana tersebut dapat membawa ke penyelesaian masalah
utama yang kompleks tadi. Karena matematika merupakan konsep yang teratur
dan memiliki pola yang tetap, dapat digunakan pengandaian sederhana untuk
mengungkapkan konsep yang umum dari konsep yang khusus atau sebaliknya.
Pengandaian dapat mengungkapkan pola khusus sehingga memungkinkan
membuat konsep yang umum.

Contoh dalam kehidupan nyata yaitu Berapa tebal kertas buku tulis yang
kamu miliki ? Untuk mencari jawabannya kamu hanya diperkenankan
menggunakan mistar yang kamu miliki (Herman, 2020)

Berikut adalah saran untuk apa yang dapat Anda lakukan dalam strategi belajar
Anda untuk menyederhanakan berbagai hal.

1. Diberikan dua soal yang serupa, yang satu bilangan desimal dan yang
lain bilangan besar. Saat Anda membaca pertanyaannya, ucapkan
"Berpikir tentang bagaimana satu pertanyaan dapat membantu
menyelesaikan pertanyaan lainnya".
2. Setelah siswa menyelesaikan dua soal, bantulah mereka meringkas
prosedur soal lainnya dengan mengatakan, "Bagaimana kita dapat
menggunakan jawaban soal ini untuk menyelesaikan soal lain?
3. Ketika mereka memutuskan bahwa masalah dapat menjadi lebih mudah
dengan memahami substitusi bilangan kecil, namakan itu sebagai strategi
“Menyederhanakan Masalah” dan tanyakan kepadanya kapan dia akan
menggunakan strategi ini. Buatlah siswa menyadari bahwa hal ini sangat
berguna saat mereka kebingungan dengan bilangan besar atau pecahan.
(Wardhani, dkk., 2010)
Contoh Soal Dan Pembahasan

1. Ardheni hendak membangun sebuah rumah kemudian dia mempercayakan


kepada tukang bangunan untuk dapat membangun rumah yang dia
inginkan, pembangunan tersebut dapat diselesaikan oleh 40 pekerja dalam
waktu 70 hari. Pembangunan dilaksanakan dengan lancar hingga hari ke
10. Namun , setelah dikerjakan selama 10 hari, pembangunan rumah
tersebut itu dihentikan selama 12 hari dikarenakan keadaan yang sedang
banjir. Jika tenanga yang dimiliki setiap orang sama dan agar pekerjaan
tersebut selesai sesuai jadwal semula, maka banyaknya pekerja tambahan
yang diperlukan adalah….
Sumber: (Syahlan, 2017)

Alternatif solusi

Diketahui :

Banyak pekerja = 40 orang

Banyak waktu = 70 hari

Setelah dikerjakan 10 hari terhenti 12 hari

Ditanya :

banyaknya pekerja tambahan yang diperlukan adalah?

Penyelesaian

Kita dapat memisalkan atau mengandaikan bahwa banyaknya pekerjaan itu


adalah hasil kali banyaknya pekerja dengan banyaknya waktu yang ada,
maka banyaknya pekerjaan adalah

n(Ps) = banyak pekerja × banyak waktu

n(Ps) = 40 × 70

= 2800
Banyaknya pekerjaan selama 10 hari adalah

n(P1) = 40 × 10

= 400.

Karena pekerjaan dihentikan selama12 hari, maka sisa tenggat waktu


adalah

= 70 – 10 – 12

= 70 – (10 + 12)

= 70 – 22

= 48 hari

Sedangkan banyak pekerjaan yang tersisa adalah selisih dari total


banyaknya pekerjaan dikurangi dengan banyak pekerejaan yang telah
dilaksanakan selama 10 hari, Maka

2800 – 400 = 2400

Sehingga jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan


adalah

2400 : 48 = 50 orang pekerja.

Jadi pekerja tambahan yang diperlukan adalah selisih jumlah pekerja


sebelum dan sesudah libur, yaitu

50 – 40 = 10 orang.

Maka dapat kita simpulkan agar pekerjaan tersebut selesai sesuai


jadwal semula, maka banyaknya pekerja tambahan yang diperlukan
adalah 10 orang

2. Pembagi dari 360 berjumlah 1.170 berapakah jumlah kebalikan dari


pembagi 360?
Sumber : (Posamentier & Krulik, 1977)

Alternatif solusi

Diketahui : pembagi dari 360 berjumlah 1.170

Diantanya : berapakah jumlah kebalikan dari pembagi 360?

Penyelesaian :

solusi yang paling dapat kita kerjakan adalah

1) menemukan semua pembagi dari 360, ambil kebalikannya,


2) lalu tambahkan. pembagi dari 360 adalah
1,2,3,4,5,6,8,9,.....120,180,360. kebalikannya adalah 1/1 , ½ , ⅓ , ¼
…….., 1/120 , 1/180, 1/360.
3) Kita sekarang menemukan penyebut yang sama (360), ubah semua
pecahan menjadi mereka setara, dan tambahkan.
4) Mari kita periksa masalah analogi yang lebih sederhana.
5) mari kita cari jumlah kebalikan dari pembagi dari 12 dan lihat apakah
ini membantu. pembagi dari 12 adalah 1,2,3,4,6, dan 12.
6) Jumlahnya 1 +2+3+4+6+12 = 28.
7) Sekarang mari kita cari jumlah kebalikan dari faktor-faktor ini :
8) 1/1 + ½ + ⅓ + ¼ + ⅙ + 1/12 = 1/28
9) Tenyata dapat kita ketahui bahwa pembilang pecahan adalah jumlah
pembaginya, sedangkan penyebutnya adalah bilangan yang kita
kerjakan.
10) Sekarang kita bisa menyelesaikan masalah awal kita.
1.170/360
Maka dapat kita simpulkan bahwa jumlah faktodari 360 adalah 1.170
jadi jumlah kebalikan faktornya harus 1170/360

3. Izmi sedang bermain bola bersama dengan teman-temannya. Izmi


memiliki total 2 buah bola untuk bermain, jika diketahui perbandingan
diameter bola A dan B adalah 4 : 6. Temukan perbandingan volume bola
A dan B yang dimiliki oleh Izmi!

Sumber : (Posamentier & Krulik, 1977)


Alternatif solusi
Diketahui : perbandingan diameter bola A dan B adalah 4 : 6
Ditanya: berapakah perbandingan volume bola A dan B yang dimiliki oleh
Izmi!
Penyelesaian
1. Langkah yang pertama kita harus mengetahui rumus volume dari
sebuah bola
Rumus volume bola yaitu :
V = 4/3 πr³
r = d/2
Dengan
V = volume
π = 3,14 atau 22/7
r = jari-jari lingkaran
d = diameter
2. Langkah yang kedua yaitu kita dapat mensubsitusikan apa yang
diketahui kedalam rumus dengan perbandingan seperti berikut ini
d A : dB = 4 : 6
karena yang diketahui adalah diameter maka untuk menggunakan
rumus jari-jari kita dapat sama-sama membagi nya dengan 2, maka
rA : rB = 4/2 : 6/2
rA : rB = 2 : 3
3. Langkah selanjutnya kita dapat menghitung perbandingan volume
bola A dan B
VA : VB
= 4/3 πrA³ : 4/3 πrB³
= (4/3 : 4/3 ) × (π/π) × (rA³/rB³)
= rA³/rB³
= 2³/(3)³
= 8/27
= 8 : 27
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, perbandingan volume bola A
dan B adalah 8 : 27.

4. Rumah-rumah yang berada di Jalan Malioboro diberi nomor berturut-turut


dari 1 sampai dengan 150. Berapa banyak rumah yang nomornya memuat
paling sedikit satu angka 7?
Alternatif solusi
Diketahui : nomor rumah berturut-turut dari 1 sampai dengan 150
Ditanya : Berapa banyak rumah yang nomornya memuat paling sedikit
satu angka 7?
Penyelesaian
1) Langkah yang pertama yaitu kita cari terlebih dahulu, banyak nomor
satu angka 1- 10 yang memuat angka 7 ada 1 kali, maka terdapat satu
rumah yang memuat angka 7
2) Selanjutnya ketika banyak nomor dua angka yang memuat angka 7
yaitu dari angka 10 – 99, kita cari angka yang memuat angka 7.
1 x 9 = 9 ( nomor dua angka dengan puluhan 7 kecuali 77)
9 x 1 = 9 ( nomor dengan stuan 7 termasuk 77)
Maka terdapat 9 + 9 = 18 nomor rumah
3) Banyak nomor tiga angka antara 100 dengan 150 yang memuat angka
7
Misalnya 107 dan 147
Maka banyak kemungkinan yaitu 5
4) Maka total banyaknya rumah yang nomor nya menggunakan angka 7
sekurang kurang nya satu kali adalah
1 + 18 + 5 = 24
Maka dapat kita simpulkan bahwa banyak rumah yang
nomornya memuat paling sedikit satu angka 7 adalah 24

5. Apabila 1000 ditulis sebagai penjumlahan dari beberapa bilangan bulat


positif dan kemudian bilangan-bilangan itu dikalikan, apa syarat yang
harus dipenuhi agar hasil perkalian itu terbesar? Berapa hasilkali terbesar
itu?
Sumber : (Wahyudi & Anugraheni, 2017)
Alternatif solusi
Misalkan = a 1+ a2+ …+a n, akan dicari syarat pada a i =…,1,2,,i asehingga
…12 a 1 , a2 , … , an, terbesar. Kita dapat mencoba menyelidiki untuk
bilangan-bilangan yang lebih kecil, kemudian kita perlihatkan berlaku
secara umum yang kemudian tentu saja akan berlaku untuk 1000.
Syarat yang harus dipenuhi adalah :
a. a i ≠ 1untuk setiap i
Tanpa mengurangi keumuman, misalkan a i =1 maka 1000= 1
+ a2+ …+a n, dan hasilkalinya adalah 1. . a2 . … . an, Tetapi dapat
dipandang juga 1000= ( 1+a1 ¿+a n, dengan hasilkalinya (
1+a1 ¿+a nyang lebih besar dari yang pertama. Jadi haruslah
a i ≠ 1untuk setiap i
b. a i ≤ 4 untuk setiap i
Misalkan a i> 4 maka a i=5=d , ≥ 0 jadi ai =2+ ( 3+d ) .
Karena 2. (3+d) = 6 + 2d > 5 + d, maka berlaku
2. (3+d) a 2 . … . an, > + 2d > 5 + d. a 2 . … . an,
Jadi haruslah a i ≤ 4 untuk setiap i
c. a i ≠ 4 untuk setiap i
a i=4 maka a i dapat diganti dengan dua buah bilangan dan hasil
kalinya tetap sama.
d. Di dalam himpunan {a 1 , a2 , … , an ¿ hanya ada paling banyak dua
buah bilangan 2. Apabila ada tiga buah bilangan 2 maka dapat
diganti dengan dua buah bilangan 3 dimana hasilkalinya lebih
besar
Dengan demikian agar diperoleh hasil kali yang terbesar

Dan hasil kali terbesarnya adalah 22 .3332

6. Misalkan gambar persegi panjang berikut ini menunjukkan sebuah kartu.


Setiap kartu memiliki dua sisi, dan setiap sisi pada kartu memiliki tulisan
yang berbeda. Pada sisi yang satu bertuliskan huruf alfabet dan pada sisi
yang lainnya bertuliskan angka.
Sumber : (Dwirahayu, 2018)
Jika diberikan aturan mengenai keempat kartu di atas sebagai berikut: Jika
sebuah kartu memiliki huruf vokal pada salah satu sisinya maka sisi lainnya
memiliki angka genap

Pertanyaannya: Kalian diminta untuk memutuskan kartu mana yang akan


kamu balik sehingga aturan di atas berlaku atau tidak berlaku.

a. E dan 6
b. E dan 7
c. F dan 6
d. F dan 7

Alternatif penyelesaian

kartu yang bertuliskan huruf E tentu saja benar dan tidak diragukan lagi,
karena sesuai dengan peraturannya. Dengan menggunakan negasi dari
pernyataan diatas menjadi jika sisi yang satu bilangan ganjil maka sisi lainnya
adalah huruf konsonan. Dengan cara analogi kartu yang bertuliskan angka 7
dibelakangnya pasti huruf konsonan.

7. Pak dodi baru saja selesai memanen buah apel. Setelah memanen buah
apel tersebut pak dodi hendak membuat jus apel. Didalam sebuah
keranjang terdapat buah apel. Jika delapan buah apel diperas akan
menghasilkan 12 gelas jus apel. Berapakah banyaknya apel yang harus
diperas untuk menghasilkan 18 gelas jus apel ? Berapakah banyaknya jus
apel yang dihasilkan jika 24 buah apel yang diperas?
Sumber : (Dwirahayu, 2018)
Alternatif penyelesaian
a. Kita andaikan 8 buah apel diperas akan menghasilkan 12 gelas
air apel menjadi perbandingan 8:12.
b. Selanjutnya dengan menggunakan analogi dengan kalimat pertama
untuk mencari banyak nya apel yang harus diperas untuk
menghasilkan 18 gelas air apel
c. 8 : 12 = X. 18
X = 12
Jadi banyak banyak nya apel yang harus diperas untuk
menghasilkan 18 gelas jus apel adalah 12 buah
d. Masih menggunakan analogi dengan kalimat pertama, siswa dapat
menentukan banyaknya air yang dihasilkan jika memeras 26 jeruk.
8 : 12 = X. 26
X = 16
Jadi banyak banyak nya apel yang harus diperas untuk
menghasilkan 26 gelas jus apel adalah 16 buah
Soal PISA

1. Untuk konser musik rock, sebuah lapangan yang berbentuk persegi


panjang berukuran panjang 100 meter dan lebar 50 meter disiapkan untuk
pengunjung. Tiket terjual habis bahkan banyak fans yang berdiri.
Berapakah kira-kira banyaknya pengunjung konser tersebut?
a. 2.000
b. 5.000
c. 20.000
d. 50.000
e. 100.000
Penyelesaian :

Cara 1

Dalam menyelesaikan soal ini siswa harus memahami situasi yang


kompleks,yakni mulai dari ukuran lapangan, kemudian memahami situasi
yang terjadi yakni karena tiket yang terjual habis maka banyak penonton
yang berdiri, disini siswa dituntut untuk membayangkan situasi yang
terjadi, dan proses terakhir ia dituntutuntuk mengevaluasi pilihan yang
mungkin dengan fakta yang diketahui pada soal. Bisa dikatakan bahwa ini
adalah soal level 5 yang memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Langkah awal adalah menghitung luas lapangan, yakni didapat luas


lapangan tersebut adalah 5000 m2. Setelah tahap ini banyak siswa yang
dibuat bingung untuk melanjutkan prosedur berikutnya. Langkah yang
tepat adalah siswa membayangkan tiap 1 m2, berapa orang yang mungkin
memenuhinya, tentu harus memperhatikan bahwa banyak fans yang
berdiri. Berikut adalah evaluasi masing-masing pilihan ganda yang ada.
Untuk jawaban A, yaitu 2000 orang tidak mungkin, karena ada informasi
yang mneyebutkan bahwa lapangan penuh dan banyak fans yang berdiri.
Artinya jika hanya 2000 orang, maka tiap orang menempati 2,5 m 2. Tentu
tidaklah masuk akal. Untuk jawaban B, yaitu 5000 orang juga tidak
mungkin, karena 5000 orang berarti tiap 1 m 2 ditempati 1 orang. Untuk
jawaban C, karena ada 20000 orang, maka tiap 1 m2 ditempati oleh 4
orang (diperoleh dari 20000 : 5000), dan jawaban ini masuk akal. Untuk
jawab D dan E, siswa mestinya melihat bahwa pilihan D menunjukkan
tiap 1 m2 ditempati 10 orang, ini jelas tidak mungkin, kecuali orangnya
bertumpuk-tumpuk, padahal informasi tidaknlah demikian dan jawaban E
lebih tidak mungkin karena berarti ada 20 orang dalam 1 m2. Sehingga
jawaban yang tepat adalah C
Cara 2

Menghitung luas lapangan

L= p ×l

¿ 100 m× 50 m
2
¿ 5000 m

A . 2000:5000=0,4

B .5000 :5000=1

C . 20000 :5000=4

D .50000 :5000=10

E . 100000:5000=20

Jawaban yang tepat adalah C. 20.000

Cara 3

Asumsikan setiap 1 m2 memuat 4 orang, maka :

5000 × 4=20000

2. Seorang petani meanam pohon-pohon apel sedemikian sehingga pohon-


pohon apel tersebut membentuk persegi. Untuk melindungi pohon-pohon
apel tersebut dari angin maka ia menanm pohon konifer mengelilingi
kebun. Banyak nya pohon monifer yang ditanam akan tergantung dari
banyaknya pohon apel yang ditanam.
Anda diberikan contoh pola penanaman pohon apel dan pohon konifer
Keterangan gambar:
adalah pohon apel dan x adalah pohon konifer (cemara).
a. Lengkapi tabel berikut ! (Level 1)

No Banyak Pohon apel Banyak pohon konifer


1.

2.

3.

4.

5.

b. Banyak nya pohon apel dan pohon konifer yang ditanam dapat
dihitung dengan mengetahui berapa banyak baris apel yang diinginkan.
Misalnya banyak baris apel adalah
Banyak pohon apel dapat dihitung dengan ?
Banyak pohon konifer dapat dihitung dengan?
Ada satu nilai dimana banyaknya pohon apel dan pohon konifer sama
berapakah nilai tersebut dan jelaskan bagaimana cara anda
mendapatkan nilai tersebut ? ( Level 4 )
c. Misalkan petani ingin membuat kebun yang lebih besar lagi. Jika
kebun yang dibuat semakin besar, yang manakah yang bertambah lebih
cepat banyak pohon apel atau banyak pohon konifer? Jelaskan jawaban
anda (level 4 )
Penyelesaian :
a. Cara pertama untuk menentukan pohon apel
 Pada soal dikatakan pohon- pohon apel ditanam hingga
membentuk persegi
 Karena pohon-pohon apel ditanam hingga membentuk persegi
maka banyaknya pohon apel akan sama dengan luas persegi
 Luas persegi didapatkan dari perkalian panjang sisi-sisinya
 Panjang sisi dinyatakan oleh banyaknya baris pohon apel yang
ditanam
 Banyak nya pohon apel berati = s x s

Cara kedua untuk menentukan pohon konifer

 Hitung banyaknya pohon konifer dari gambar yang disediakan di


soal
 Banyak nya pohon konifer pada saat 2 baris adalah 16
 Banyaknya pohon konifer saaat 1 baris adlah 8
 Banyak nya pohon konifer saat 3 baris adalah 24
 Dari ketiga hasil yang didapat terlihat bahwa banyaknya pohon
konifer membentuk barisan dari kelipatan 8 yaitu 8,16,dan 24

No Banyak Pohon apel Banyak pohon konifer


1. 1 8

2. 4 16

3. 9 24

4. 16 32

5. 25 40

b. Misalkan banyaknya baris apel adalah n maka


 Banyaknya pohon apel dapat dihitung dengan n x n
 Banyak nya pohon konifer dapat dihitung dengan 8 x n
 nilai dimana banyaknya pohon apel dan pohon konifer sama adalah
8, karena ketika banyak pohon sama-sama pada baris ke 8 maka
banyak nya pohon apel = pohon konifer
nxn= 8xn
8x8=8x 8
64 = 64
c. Ketika petani membuat kebun lebih besar, maka jumlah pohon apel lebih
banyak daripada pohon pinus, karena berdasarkan tabel diatas jika kita
lanjutkan perhitungannya maka untuk   maka  .
1. Banyaknya pohon apel bersifat kuadratik sementara banyaknya
pohon konifer linear. Fungsi yang bersifat kuadratik akan
memiliki pertumbuhan yang lebih cepat.
2. Melihat fungsi dari banyaknya masing-masing pohon.
Banyaknya pohon apel n = n2 =n x n sementara banyaknya
pohon konifer n = 8n. Pada kedua fungsi, sama-sama terdapat
perkalian dengan n atau baris . Bedanya pada pohon apel untuk
setiap baris dikuadratkan, sedangkan pada pohon konifer dikali
dengan 8 untuk setiap baris nya . Ketika nilai lebih besar dari 8
maka pertambahan pohon apel akan semakin banyak dibanding
pohon konifer.
Jadi jumlah pohon apel nantinya akan lebih banyak dari
jumlah pohon pinus.

Soal TIMSS

1. Bagaimanakah cara mendapatkan bilangan kedua dari bilangan pertama


pada setiap pasangan bilangan berikut. (3,6), (6,15), (6,21)
2. Alisa berlari dalam suatu pertandingan selama 49,86 detik. Betty berlari
dalam balapan yang sama selama 52,30 detik. Berapa detik lebih lama
Betty berlari daripada Alisa?
Soal Olimpiade

1. Maman dan Nyoman secara terpisah dimintai untuk mewarnai suatu


ornamen yang terlihat seperti gambar berikut.

Adapun ketentuan pewarnaan yang harus dipenuhi adalah setiap bintang


Harus diberi tepat satu warna dengan pilihan merah, kuning, atau hijau dan

harus ada setidaknya 3 bintang yang berurutan yang berwarna hijau.

Peluang pewarnaan yang dilakukan oleh Maman berbeda dengan

pewarnaan yang dilakukan oleh Nyoman adalah ...

2. Sandi memiliki 12 kandang hamster yang terdiri dari 3 kandang warna


hijau, 3 warna merah, 3 warna biru, dan 3 warna kuning. Terdapat 10 ekor
hamster yang akan didistribusikan ke dalam kandang-kandang tersebut. Ia
mendistribusikan 4 hamster ke dalam kandang warna hijau. Selanjutnya, ia
mendistribusikan 3 hamster ke kandang warna merah, 2 hamster ke
kandang warna biru, serta seekor hamster ke dalam kandang warna
kuning. Asumsikan masing-masing hamster memiliki kemungkinan yang
sama untuk dimasukkan ke dalam kandang tertentu. Tentukan peluang
bahwa kandang hijau berisi lebih banyak hamster dibanding kandang lain,
baik kandang hijau yang sewarna, maupun kandang lain warna.
DAFTAR PUSTAKA

Dwirahayu, G. (2018). Pendekatan Analogi dalam Mengembangkan Kemampuan


Matematika Siswa. In Pengembangan Budaya Akademik Dosen: Hasil
Kajian Teoritis dan Hasil Penelitian.

Herman, T. (2020). Strategi pemecahan masalah (problem solving) dalam


pembelajaran matematika. Pendidikan MAtematiak UPI, 1–12.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/196210
111991011-TATANG_HERMAN/Artikel/Artikel14.pdf

Posamentier, A. ., & Krulik, S. (1977). Problem Solving Strategies For Efficient


And Elegant Solution (pp. 519–529).
https://doi.org/10.1177/875687059001000312

Sri, W., Wiworo, Guntoro, S. T., & Sasongko, H. W. (2010). Pembelajaran


Kemampuan Pemecahan MAsalah Matematika Di SMP.

Studies, C. (2017). Analogical Thinking , Inter-Disciplinary Communication ,


and. 1995.

Syahlan. (2017). Sepuluh Strategi Dalam Pemecahan. Indonesian Digital Journal


of Mathematics and Education, 4(6), 358–369.
https://doi.org/10.31227/osf.io/6qfpm

Wahyudi, & Anugraheni, I. (2017). Strategi Pemecahan Masalah Matematika.


Satya Wacana University Press, August, 1–109.

Anda mungkin juga menyukai