Anda di halaman 1dari 20

SOSIALISASI DAN PENYESUAIAN PESERTA DIDIK DI

SEKOLAH
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
SOSIOLOGI PENDIDIKAN ISLAM

DosenPengampu:

Dr. H. Ghafiqi Faroek Abadi, S.Pd.I, M.Pd.I

Disusun Oleh :

Azmi Shofiah Mar’ah D91218123

Balqis Rif’atun Nabilah D71218061

Dawi Farah Adibah D91218127

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Sosialisasi dan Penyesuaian Peserta Didik di Sekolah:
untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Pendidikan Islam dengan tepat
waktu. Penyusunan makalah ini ditujukan dengan maksud mempermudah
pelajar/mahasiswa/mahasiswi dalam menguasai materi dalam bab tersebut.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat serta memberikan


pengaruh yang baik bagi para pembaca. Kami menyadari sepenuhnya jika
makalah ini masih ada kekurangan dan kelemahan baik dari segi susunan maupun
tata bahasanya. Tentunya kami memohon maaf atas kekurangan dalam penulisan
makalah ini. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik serta saran maupun
masukan yang membangun dari berbagai pihak demi kemajuan penerbitan
makalah.

Surabaya, 24 Mei 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Pengertian dan Korelasi antara Sosialisasi dan Sekolah .............................. 3
B. Implikasi Sosialisasi dan Nilai-Nilai yang Dianut di Sekolah ..................... 8
C. Pengaruh Iklim Sosial Terhadap Sosialisasi Peserta Didik.......................... 9
D. Peran Sosialisasi Mengatasi Persaingan dan Kerjasama antar Peserta Didik
di Sekolah .......................................................................................................... 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 14
A. Kesimpulan ................................................................................................ 14
B. Saran ........................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sosialisasi adalah proses membimbing individu ke dalam sosial,
dilakukan dengan cara mendidik individu tentang kebudayaan yang harus
diikuti agar ia menjadi lebih baik dalam masyarakat. Sosialisasi merupakan
bagian dari belajar. Karena dalam sosialisasi individu belajar tentang tingkah
laku, kebiasaan serta pola- pola kebudayaan lainnya. Seperti cara berbahasa,
cara jalan, duduk, apa yang dimakan, berkelakuan sopan, mengembangkan
sikap yang dianut masyarakat.
Salah satu tempat sosialisasi adalah sekolah. Sekolah merupakan
lembaga pendidikan yang penting, dimana di dalamnya memiliki tujuan untuk
mengembangkan individu menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi sekitar.
Dalam banyaknya fungsi sekolah, terdapat fungsi sosialisasi peserta didik di
sekolah yaitu transmisi pengetahuan social, transmisi sikap dan integrasi
social.
Anak yang mendapat sosialisasi yang baik di sekolah akan
berkembang menjadi individu yang dapat berinteraksi dengan baik dalam
masyarakat serta dapat menempatkan diri di lingkungan yang baru. Guru
harus bisa mengembangkan beragam sosialisasi pada peserta didik sehingga
peserta didik tersebut dapat bermanfaat bagi lingkungan sekitar serta dapat
memajukan bangsa. Betapa petingnya sosialisai peserta didik di sekolah yang
dilaksanakan oleh guru. Untuk itu, kelompok kami membuat makalah ini agar
kita sebagai calon guru dapat mengambil materi penting yang akan digunakan
pada masa mendatang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dengan ini pemakalah merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apa definisi dan korelasi sosialisasi dan sekolah?
2. Bagaimana implikasi sosialisasi dan nilai- nilai yang dianut sekolah?

1
3. Bagaimana pengaruh iklim sosial terhadap sosialisasi peserta didik?
4. Bagaimana peran sosialisasi mengatasi persaingan dan kerjasama
antar peserta didik di sekolah?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, pemakalah membuat tujuan masalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi dan korelasi sosialisasi dan sekolah?
2. Untuk mengetahui implikasi sosialisasi dan nilai- nilai yang dianut
sekolah?
3. Untuk mengetahui pengaruh iklim sosial terhadap sosialisasi peserta
didik?
4. Untuk mengetahui peran sosialisasi mengatasi persaingan dan
kerjasama antar peserta didik di sekolah?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Korelasi antara Sosialisasi dan Sekolah


1. Pengertian Sosialialisasi
Sosialisasi adalah proses membimbing individu ke dalam sosial,
dilakukan dengan cara mendidik individu tentang kebudayaan yang
harus diikuti agar ia menjadi lebih baik dalam masyarakat. Berikut
saya paparkan pengertian sosialisasi menurut beberapa ahli:
a. Menurut Abdullah, sosialisasi merupakan bagian dari belajar.
Karena dalam sosialisasi individu belajar tentang tingkah laku,
kebiasaan serta pola- pola kebudayaan lainnya.1
b. Menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi ialah proses sosial tempat
seorang individu mendapatkan pembentukan sikap untuk
berperilaku yang sesuai dengan perilaku orang-orang di
sekitarnya.2
c. Menurut Prof. Dr. Nasution, S.H., sosialisasi ialah proses
membimbing individu ke dalam dunia sosial “sebagai warga
masyarakat yang dewasa”3
d. Menurut Ary H. Gunawan, sosialisasi adalah hubungan interaktif
dimana seseorang dapat mempelajari kebutuhan sosial dan kultural
yang menjadikan sebagai anggota masyarakat.4
Proses sosialisasi terjadi karena ada kondisi oleh lingkunga itu
sendiri yang menyebabkan individu mempeljari pola kebudayaan
seperti cara berbahasa, cara jalan, duduk, apa yang dimakan,
berkelakuan sopan, mengembangkan sikap yang dianut masyarakat.

1
Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2011), 100.
2
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengentar ((Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), 31.
3
S. Nasution, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), 126.
4
Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 20.

3
Terdapat beberapa jenis sosialisasi yang dapat dilihat dari berbagai sisi,
yaitu:5
a. Sosialisasi berdasarkan kebutuhan
1) Sosialisasi primer
Sosialisasi primer adalah proses dimana suatu anak
manusia mempelajari atau menerima pengetahuan, sikap, nilai,
norma dan harapan agar mampu berpartisi[asi efektif dalam
masyarakat
2) Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah proses yang mengimbas pada
individu setelah dilakukannya sosialisasi itu ke dalam sektor-
sektor baru dari dunia objektif masyaakat. Sosialisasi sekunder
juga dikenal dengan resosialisasi yaitu suatu proses
mempelajari atau menerima pengetahuan, sikap, nilai, norma
dan perilaku baru agar sepadan dengan situasi baru yang
mereka hadapi dalam kehidupan.
b. Sosialisasi berdasarkan cara yang diapakai
1) Sosialisasi represif, sosialisasi yang menekan kepatuhan
anak dan pemberian hukuman pada sikap yang keliru.
2) Sosialisasi pastisipatif, sosialisasi yang menekan otonomi
anak dan pemberian imbalan pada sikap yang baik
c. Sosialisasi berdasarkan keberadaan perencanaan
1) Sosialisasi berdasarkan perencanaan, sosialisasi yang
dilakukan atas dasar rencana yang berkelanjutan dan
simetris.
2) Sosialisasi tanpa perencanaan, sosialisasi yang dilakukan
spontan dan tanpa adanya perencanaan. Biasanya terjadi
dalam keluarga, kelompok teman sebaya, atau lingkungan
tempat tinggal.

5
Damar, Pengantar Sosiologi Pendidikan (Jakarta: KENCANA, 2012), 69.

4
Dapat disimpulkan bahwa sosialisasi anak didik terdapat beberapa
jumlah sumber yaitu: keluarga, teman sepermainan dan sekolah,
lingkungan kerja serta media massa.6
2. Pengertian Sekolah
Sekolah secara umum adalah sebuah lembaga pendidikan yang
bersifat formal, nonformal dan informal yang dirancang untuk
mengajari, mengelola dan mendidik peserta didik melalui bimbingan
yang diberikan oleh tenaga pendidik dengan tujuan mengajarkan
mereka agar mampu menjadi manusia yang bermanfaat bagi kemajuan
bangsa. Berikut adalah beberapa fungsi dari sekolah:7
a. Perkembangan pribadi dan pembentukan kepribadian sebagai
makhluk manusia, anak terdiri dari dua aspek:
1) Aspek individual, yaitu:
a) Aspek jasmani dan
b) Aspek rohani, berupa:
- Aspek kognitif
- Aspek psikomotor, dan
- Aspek sikap
2) Aspek social
Sehubungan dengan itu, sekolah bertugas
mengembangkannya secara keseluruhan, artinya sekolah
mengembangkan dan membentuk kepribadian anak melalui
antara lain:
a) Mengajarkan pengetahuan san berbgai ketrampilan
b) Pendidikan olahraga dan kesehatan, dan
c) Pendidikan watak berupa latihan kebiasaan, tata tertib,
pendidikan agama, pendidikan budi pekerti dan sebagainya.
b. Transmisi cultural, artinya pemindahan warisan budaya masyarakat.
Transmisi cultural ini meliputi dua hal, yaitu:
1) Transmisi pengetahuan dan ketrampilan, mencakup:

6
Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan...., 120.
7
Dimyati Mahmud, Sosiologi Pendidikan (Suatu penelitian kepustakaan) (Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1989), 172- 174.

5
a) Pengetahuan bahasa dan kecakapan berbahasa
b) System matematika, pengetahuan alam dan penemuan-
penemuan teknologi.
c) Pengetahuan social
d) Ketrampilan kerja dan ketrampilan teknis
2) Transmisi sikap, nilai dan norma
Transmisi ini sebagian besar berlangsung secara
informal melalui situasi formal di kelas dan di sekolah, misalnya
lewat contoh pribadi guru, buku-buku bacaan, isi cerita dan
suasana sekolah.
c. Integrasi social
Integrasi social berarti kesatupaduan social. Di masyarakat
yang beraneka ragaman social, menjamin wujudnya integrasi itu
merupakan fungsi sekolah yang amat penting.
d. Inovasi
Inovasi artinya pembaharuan, dalam hal ini inovasi social
atau pembaharuan dalam masyarakat.
e. Pra-seleksi dan pra- alokasi tenaga kerja
Dengan perkataan lain, fungsi ini berarti menyaring dan
menyiapkan anak didik sebagai tenaga kerja.
3. Hubungan antara sosialisasi dan sekolah
Setelah anak masuk ke sekolah, akan ada beberapa hal baru seperti
kurangnya perhatian yang diberikan oleh guru. Jika biasanya dia
mendapat perharian di rumah dari beberapa orang (bisa orangtua,
kakek, nenek, ataupun pembantu, dsb). Tapi di sekolah anak mendapat
perhatian dari satu guru. Jika diibaratkan dalam suatu kelas terdapat 40
anak maka guru hanya memberikan 1/40 perhatian. Ini akan menjadi
kondisi dan situasi yang baru bagi peserta didik. Untuk itu dibutuhkan
sosialisasi. Disamping itu guru juga harus menyesuaikan diri dengan
tuntutan/kondisi sekolah. Dari uraian diatas, jelaslah bahwa sekolah
berfungsi sebagai transmisi pengetahuan social, transmisi sikap dan
integrasi social.

6
Transmisi pengetahuan social, artinya bahwa sekolah tidak hanya
mengajarkan pengetahuan yang bersikap empiric, tetapi juga
mengajarkan cara-cara bersosialisasi dengan masyarakat pada
umumnya dan teman sebaya pada khususnya.Sedangkan transmisi ini
terjadi di luar proses belajar mengajar bersikap abstrak yang
mempengaruhi pribadi siswa, contonya akhlak seorang guru yang
baik, bacaan-bacaan yang mendidik dan lingkungan sekolah yang
islami.Integrasi social mengambil peran memperkenalkan kepada
anak didik. Karena di sekolah terdapat berbagai macam karakter anak
berasal dari berbagai daerah, agama, bahasa, dan sebagainya. Di
sinilah proses sosialisasi anak didik berlangsung.8

8
Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan....., 31.
Adi, D. P. (2020). “Peran Sekolah Sebagai Lembaga Sosialisasi dan Pembentukan
Karakter Siswa. Jember: Institut Agama Islam Negeri Jember.

Dahesihsar. (1997). Iklim Sosial di Fakultas Psikologi UAJ. Jakarta: Unika Atma Jaya.

Damar. (2012). Pengantar Sosiologi Pendidikan . Jakarta: KENCANA.

DW, J. &. (1991). Learning Together and Alone: Cooperative and Individualistic Third
Edition. Engelwood Cliffs, NJ City: Prentice Hal.

Gunawan, A. H. (2000). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Harahap, M. S. (2015). Arti Penting Nilai Bagi Manusia Dalam Kehidupan Bermasyarakat
(Suatu Kajian Dari Filsafat Hukum (Vol. 06). Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara.

Idi, A. (2011). Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.

Lie, A. (2008). Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta:


Grasindo.

Mahmud, D. ( 1989). Sosiologi Pendidikan (Suatu penelitian kepustakaan). Jakarta:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Moedjiono. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga
Kependidikan.

Nasution, S. (2011). Sosiologi Pendidikan . Jakarta: PT Bumi Aksara.

Rahmat, A. (2015). Sosiologi Pendidikan. Gorontalo: Ideas Publishing.

Saydono., G. (1997). Kamus Istilah Kepegawaian. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

7
B. Implikasi Sosialisasi dan Nilai-Nilai yang Dianut di Sekolah
Nietzsche mendefinisikan nilai sebagai pengertian yang dimiliki
seseorang terhadap sesuatu yang baik, lebih baik atau kurang baik, antara
benar atau salah, serta sesuatu yang penting dan kurang penting. Sedangkan
menurut Mulyana, nilai memiliki makna suatu keyakinan dan rujukan untuk
menentukan sebuah pilihan. Karenanya, dalam melakukan sesuatu perbuatan,
perlu direnungkan dengan pemahaman yang mendalam. Sebab, baiknya suatu

Soekanto, S. (2013). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Adi, D. P. (2020). “Peran Sekolah Sebagai Lembaga Sosialisasi dan Pembentukan


Karakter Siswa. Jember: Institut Agama Islam Negeri Jember.

Dahesihsar. (1997). Iklim Sosial di Fakultas Psikologi UAJ. Jakarta: Unika Atma Jaya.

Damar. (2012). Pengantar Sosiologi Pendidikan . Jakarta: KENCANA.

DW, J. &. (1991). Learning Together and Alone: Cooperative and Individualistic Third
Edition. Engelwood Cliffs, NJ City: Prentice Hal.

Gunawan, A. H. (2000). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Harahap, M. S. (2015). Arti Penting Nilai Bagi Manusia Dalam Kehidupan Bermasyarakat
(Suatu Kajian Dari Filsafat Hukum (Vol. 06). Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara.

Idi, A. (2011). Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.

Lie, A. (2008). Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta:


Grasindo.

Mahmud, D. ( 1989). Sosiologi Pendidikan (Suatu penelitian kepustakaan). Jakarta:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Moedjiono. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga
Kependidikan.

Nasution, S. (2011). Sosiologi Pendidikan . Jakarta: PT Bumi Aksara.

Rahmat, A. (2015). Sosiologi Pendidikan. Gorontalo: Ideas Publishing.

Saydono., G. (1997). Kamus Istilah Kepegawaian. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Soekanto, S. (2013). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

8
tindakan didasarkan pada kemanfaatan bagi sekitarnya.9 Umumnya, suatu
nilai muncul tanpa adanya peraturan tertulis namun telah mengikat setiap
tindakan seseorang di wilayah tersebut. Di setiap kawasan memiliki nilai
sendiri yang berlaku dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai yang ada di sekolah haruslah sejalan dengan nilai yang ada di
masyarakat tempat lembaga pendidikan tersebut berdiri. Di sini, sangat perlu
bagi suatu lembaga memperhatikan adat istiadat masyarakat sekitar untuk
ditaati warga sekolah.10 Contoh implementasi penerapan nilai yang dianut
sekolah dengan penyesuaian dari kebiasaan masyarakat ialah, pembiasaan
sholat berjama’ah, adanya program untuk melatih anak fasih dalam membaca
al-qur’an, kegiatan rutin setiap bulan untuk gotong royong membersihkan
lingkungan sekitar tempat pembelajaran, dan bersikap hormat dan patuh pada
orang tua.
Melalui kebiasaan yang disesuaikan dengan nilai yang ada di
masyarakat, akibatnya, peserta didik sudah memiliki karakter yang baik
sesuai dengan standar yang diterapkan secara tidak langsung oleh masyarakat.
Selain itu, peserta didik menjadi mudah diterima dalam bermasyarakat karena
sudah ditanamkan dan diterapkan kebiasaan-kebiasaan baik selama di
lembaga pendidikan tersebut. 11

C. Pengaruh Iklim Sosial Terhadap Sosialisasi Peserta Didik


Iklim sosial diartikan sebagai sebuah konsep layanan berkualitas dalam
sebuah organisasi termasuk juga sekolah.12 Meski kehadirannya tidak secara
tertulis, namun pelaksanaannya dapat dirasakan oleh seluruh anggota di
lembaga tersebut. Dalam penelitian Dahesihsari, iklim sosial yang berjalan
kondusif, dapat memberi pengaruh yang baik dalam pertumbuhan serta
pengembangan yang optimal sesuai dengan keinginan individu di kelompok
tersebut. Ada dua pengaruh iklim sosial yang diterapkan kepada peserta didik.

9
M. Syahnan Harahap, Arti Penting Nilai Bagi Manusia Dalam Kehidupan Bermasyarakat (Suatu
Kajian Dari Filsafat Hukum), Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara Vol.06, No.1, September 2015,
32.
10
Nasution S., Sosiologi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara. 2019, 129.
11
Depict Pristine Adi, Skripsi: “Peran Sekolah Sebagai Lembaga Sosialisasi dan Pembentukan
Karakter Siswa”, (Jember: Institut Agama Islam Negeri Jember, 2020), 29.
12
Dahesihsari, Iklim Sosial di Fakultas Psikologi UAJ. (Jakarta: Unika Atma Jaya 1997), 5.

9
Pertama, iklim demokratis. Sesuai dengan namanya, yakni demokratis
yang sering kita dengar sebagai bentuk negara Indonesia. Dalam iklim ini,
setiap peserta didik akan bebas dan tumbuh dalam kepribadian masing-
masing. Mereka akan diberi kebebasan menunjukkan dan membiasakan
kepribadian setiap individu.
Kedua, iklim otokratis. Pada penerapannya, kegiatan individu setiap
peserta didik dikontrol ketat oleh guru. Seccara tidak langsung hal ini
membuktikan bahwa, setiap peserta didik harus mentaati dan menjalankan
peraturan yang telah dikembangkan dari nilai yang ada di masyarakat ketika
di sekolah. Kedua iklim tersebut memang sangatlah penting untuk diterapkan
dengan tetap memperhatikan keseimbangan dalam penerapan keduanya.

D. Peran Sosialisasi Mengatasi Persaingan dan Kerjasama antar Peserta


Didik di Sekolah
1. Persaingan
Sekolah merupakan tempat persaingan, bahkan mulai dari awal masa
pendidikan formal, seorang peserta didiksudah dalam suasan persaingan
atau kompetisi dan membutuhkan upaya yang keras untuk memenangkan
kompetisi tersebut. Persaingan merupakan situasi nyata yang dihadapi
oleh setiap orang saat in. Kompetisi ini bisa dihadapi dengan cara yang
positif dan negatif yang bergantung pada persepsi dalam memaknai
persaingan tersebut.
Kompetisi merupakan sikap siap bersaing dalam kondisi nyata dari
setiap hal atau aktivitas yang dijalani atau sikap berani bersaing dengan
orang lain. Dalam arti yang positif dan optimis, kompetisi atau
persaingan bisa diarahkan pada kesiapan dan kemampuan dalam
mencapai kesejahteraan banyak orang. 13
Kompetisi secara positif bisa menciptakan rasa yang cemas yang
mampu menimbulkan semangat dalam meningkatkan kegiatan belajar
peserta didik. Namun sebaliknya, rasa cemas yang berlebihan juga dapat
merusak motivasi.
13
Abdul Rahmat. Sosiologi Pendidikan. ( Gorontalo: Ideas Publishing, 2015 ), 103.

10
Banyak guru yang menggunakan sistem kompetisi dalam pengajaran
dan penilaian peserta didik. Dalam model pembelajaran kompetisi,
peserta didik belajar dalam suasana persaingan. Guru sering memberikan
imbalan dan reward kepada peserta didik sebagai upaya untuk
memotivasi siswa dalam memenangkan kompetisi atau persaingan antar
peserta didik.14
Peran sosialisasi dalam mengatasi persaingan dengan menanamkan
pada siswa untuk memiliki karakter sebagai berikut:
a. Bersikap dan berjiwa besar dengan berani menerima kenyataan
serta mengakui kelebihan orang lain
b. Menghindari kesombongan atas keberhasilan diri
c. Menghargai dan mengapresiasi kontribusi dan kinerja orang lain
d. Menghindari menggunakan cara yang tidak benar, tidak adil,
merugikan orang laind alam persaingan
e. Menumbuhkan sifat cinta damai, anti kekerasan dalam
menyelesaikan permasalahan
f. Menjadikan orang lain sebagai partner bukan sebagai lawan
g. Membiasakan hidup disiplin dan siap menghadapi tantangan
h. Bersemangat untuk bekerja keras dan berpikir cerdas dalam
meraih dan memperjuangkan sesuatu
i. Menjadi motivator dalam menggali, mengasah dan
mengembangkan potensi diri.15
Mengarahkan peserta didik untuk memiliki kemampuan-
kemampuan tersebut bukanlah hal yang mudah, perlu kerjasama semua
komponen di sekolah baik dari segi kurikulum, kesiswaan, hubungan
dengan masyarakat maupun sarana prasarana dan sebagainya.
2. Kerjasama
Menurut Anita Lie, “ Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat
penting artinya bagi kelangsungan hidup, tanpa kerjasama tidak akan ada

14
Ibid., 102
15
Abdul Rahmat. Sosiologi Pendidikan..., 103.

11
individu, keluarga, organisasi atau sekolah”.16 Sedangkan menurut
Gauzali Saydono mengartikan kerjasama sebagai kemampuan mental
seseorang untuk bisa bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam
17
menyampaikan tugasnya. Moedjiono mengartikan kerjasama peserta
didik sebagai bekerjanya sejumlah siswa, baik anggota kelas secara
keseluruhan atau sudah terbagi menjadi kelompok yang lebih kecil untuk
mencapai suatu tujuan tertentu secara bersama-sama. 18
Dari pendapat-pendapat ahli tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan
untuk memberikan pengertian kemampuan kerjasama yaitu kemampuan
untuk bertingkah laku dimana dua orang atau lebih daling bekerja
bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan bersama,, bekerja bersama-
sama dalam sebuah kelas akan memudahkan dan meringkankan beban
pekerjaan dalam sebuah kelompok dan mampu mencapaii tujuan
pembelajaran yang diinginkan.
Menurut Bambang Suteng, kerjasama dapat ditumbuhkan apabila
ada hal-hal dibawah ini, yaitu:
a. Kesadaran bersama tentang tujuan atau kepentingan-
kepentingan bersama yang di kemudian hari mempunyai
manfaat
b. Tersedianya iklim yang menyenangkan bagi terselenggeranya
kerja sama. Iklim yang mendorong kerjasama dapat terbentuk
apabila memenuhi hal-hal sebagai berikut :
1) Rasa saling menghargai dan rasa saling percaya antar
anggota masyarakat yang terlibat dalam kerjasama
2) Pembagian hasil kerjasama sesuai dengan kontribusi
yang diberikan masing-masing orang
3) Tidak melakukan perbuatan yang merugikan
kepentingan umum atau bersama
4) Sikap saling menghormati hak orang lain

16
Anita Lie. Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. (Jakarta: Grasindo,
2008), 28
17
Gauzali Saydono. Kamus Istilah Kepegawaian. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997), 149.
18
Moedjiono, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan, 1991), 60.

12
c. Kemampuan yang diperlukan dalam melaksanakan rencana
kerjasama
Karakteristik kelompok kerjasama menurut Jhonson& Jhonson
sebagai berikut:
a. Positive interdepandance
b. Face to face promotive interaction
c. Individual accountability and personal responsibility
d. Interpersonal and small group skills
e. Group processing19
Siswa bisa dikatakan memiliki keterampilan kerjasama bila
menujukkan perilaku-perilaku seperti dengan sadar, tanpa disuruh-suruh
atau didorong-dorong, siswa mampu membantu mengidentifikasi tujuan-
tujuan kelompok, mampu berkomitmen dan berperan secara aktif dalam
mencapai tujuan bersama, menunjukkan kerjasama hubungan
interpersonal yang efektif dan berkontribusi terhadap keberlangsungan
kelompok.
Kemampuan peserta didik yang membawa pada karakteristik
kerjasama ini didapatkan melalui kemampuan individu dalam melakukan
sosialisasi yakni bagaimana individu atau peserta didik mampu mengikuti
pola budaya di sekolah secara efektif.

19
Jhonson & Jhonson DW, Learning Together and Alone: Cooperative and Individualistic Third
Edition, ( Engelwood Cliffs, NJ City: Prentice Hall, 1991), 34

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sosialisasi adalah proses membimbing individu ke dalam sosial, dilakukan
dengan cara mendidik individu tentang kebudayaan yang harus diikuti agar ia
menjadi lebih baik dalam masyarakat. . Terdapat beberapa jenis sosialisasi
yang dapat dilihat dari berbagai sisi, yaitu: sosialisasi berdasarkan kebutuhan
yang terdiri dari sosialisasi primer dan sekunder, sosialisasi berdasarkan cara
yang diapakai yang terdiri dari sosialisasi partisipatif dan represif , dan
sosialisasi berdasarkan keberadaan perencanaan. Fungsi sekolah dalam
sosialisasi sebagai tempat pembentukan dan perkembangan kepribadian
sebagai makhluk manusia serta terjadinya transmisi cultural, artinya
pemindahan warisan budaya masyarakat.

Nilai yang ada di sekolah haruslah sejalan dengan nilai yang ada di
masyarakat tempat lembaga pendidikan tersebut berdiri. Di sini, sangat perlu
bagi suatu lembaga memperhatikan adat istiadat masyarakat sekitar untuk
ditaati warga sekolah

Iklim sosial yang berjalan kondusif, dapat memberi pengaruh yang baik
dalam pertumbuhan serta pengembangan yang optimal sesuai dengan
keinginan individu di kelompok tersebut. Ada dua pengaruh iklim sosial yang
diterapkan kepada peserta didik yaitu iklim demokratis dan iklim otokratis.

Peran sosialisasi sangat penting untuk membawa peserta didik mampu


mengatasi permasalahan dalam persaingan maupun kerjasama. Persaingan
atau kompetisi secara positif bisa menciptakan rasa yang cemas yang mampu
menimbulkan semangat dalam meningkatkan kegiatan belajar peserta didik.
Namun sebaliknya, rasa cemas yang berlebihan juga dapat merusak motivasi.
Sedangkan kerjasama membutuhkan proses sosialisasi yang mampu
membentuk kepribadian peserta didik yang mampu berkontribusi dan bekerja
bersama orang lain dalam upaya mewujudkan tujuan bersama

14
B. Saran
Setelah melakukan kajian mengenai materi sosialisai dan penyesuaian
peserta didik, penulis berharap masyarakat khususnya stakeholder di bidang
pendidikaan untuk memahami pentingnya tahap sosialisasi untuk mewujudkan
pembelajaran yang efektif dan bermanfaat untuk masyarakat luas nantinya.
Selanjutnya penulis berharap kepada pembaca agar tidak hanya berhenti pada
referensi yang ada di makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Adi, D. P. (2020). “Peran Sekolah Sebagai Lembaga Sosialisasi dan Pembentukan


Karakter Siswa. Jember: Institut Agama Islam Negeri Jember.

Dahesihsar. (1997). Iklim Sosial di Fakultas Psikologi UAJ. Jakarta: Unika Atma Jaya.

Damar. (2012). Pengantar Sosiologi Pendidikan . Jakarta: KENCANA.

DW, J. &. (1991). Learning Together and Alone: Cooperative and Individualistic Third
Edition. Engelwood Cliffs, NJ City: Prentice Hal.

Gunawan, A. H. (2000). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Harahap, M. S. (2015). Arti Penting Nilai Bagi Manusia Dalam Kehidupan Bermasyarakat
(Suatu Kajian Dari Filsafat Hukum (Vol. 06). Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara.

Idi, A. (2011). Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.

Lie, A. (2008). Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta:


Grasindo.

Mahmud, D. ( 1989). Sosiologi Pendidikan (Suatu penelitian kepustakaan). Jakarta:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Moedjiono. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga
Kependidikan.

Nasution, S. (2011). Sosiologi Pendidikan . Jakarta: PT Bumi Aksara.

Rahmat, A. (2015). Sosiologi Pendidikan. Gorontalo: Ideas Publishing.

Saydono., G. (1997). Kamus Istilah Kepegawaian. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Soekanto, S. (2013). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

16
17

Anda mungkin juga menyukai