Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KETELADAN SALAH SATU UNSUR PENTING PROSES SOSIALISASI

Dosen Pengampu:
Rahmi Rabiati, M.Ag

Disusun oleh:
Auliya Rahmah Assyifa (19.11.1436)
Nafisah (19.11.1477)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL FALAH


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARBARU
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya, kepada Rahmi Rabiati, M.Ag selaku dosen mata kuliah Sosiologi
Pendidikan Islam. Semoga tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini. Dan penulis sangat menyadari bahwa dalam proses
penulisan karya tulis ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun
cara penulisannya. Namun demikian penulis telah berupaya dengan segala
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik
dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan karya tulis ini.
Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat menambah
wawasan kita dan dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

19 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ......................................................................... 1
BAB II. PEMBAHASAN ...................................................................... 2
A. Pengertian sosialisasi .................................................................. 2
B. Proses Sosialisasi Penyesuaian Diri dengan Lingkungan ........... 3
C. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Sosiolisasi .......................... 5
D. keteladan salah satu proses penting proses sosiolisasi……………6
BAB III. PENUTUP ...................................................................... 11
A. Simpulan .................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Adapun yang melatar belakangi kami dalam pembuatan makalah ini
adalah dilihat dari segi waktu yang tersedia untuk mata kuliah sosiologi
sangat sedikit dan terbatas.
Hal ini membuat banyak materi yang tidak dibahas, sehingga dosen
yang bersangkutan berpendapat agar membuat makalah sebagai tugas
kelompok. Dengan adanya tugas tersebut maka kami sebagai penulis
mempunyai kesempatan untuk mencoba dalam pengembangan penulisan
makalah ini. Selain dari itu kami juga berkesempatan mendalami sedikit
tentang materi-materi yang berkaitan dengan proses sosialisasi diri dan
penyesuaian diri, faktor-faktor yang mempengaruhi sosialisasi, dan
keteladanaan slah satu unsur penting proses sosialisasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sosialisasi diri dan penyesuaian diri?
2. Bagaimana proses sosialisasi penyesuaian diri sebagai fitrah manusia?
3. Apa saja yang menjadi faktor-faktor mempengaruhi sosialisasi ?
4. Kenapa keteladanan menjadi salah satu unsur penting proses sosialisasi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sosialisasi diri dan
penyesuaian diri
2. Untuk mengetahui Bagaimana proses sosialisasi penyesuaian diri sebagai
fitrah manusia
3. Untuk mengetahui Apa saja yang menjadi faktor-faktor mempengaruhi
sosialisasi
4. Untuk mengetahui Kenapa keteladanan menjadi salah satu unsur penting
proses sosialisasi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sosialisasi
Pengertian sosialisasi banyak disampaikan oleh para ahli antara lain
yaitu Nasution (1999:126) menyatakan bahwa proses sosialisasi adalah
proses membimbing individu ke dalam dunia sosial. Menurut pandangan
Kimball Young (Gunawan, 2000:33), sosialisasi ialah hubungan interaktif
yang dengannya seseorang mempelajari keperluan-keperluan sosial dan
kultural yang menjadikan seseorang sebagai anggota masyarakat. Pendapat
dua ahli tersebut sama-sama menyatakan bahwa sosialisasi merupakan
proses individu menjadi anggota masyarakat.
Pendapat tentang pengertian sosialisasi juga disampaikan oleh
Gunawan (2000:33) yang menyatakan bahwa sosialisasi dalam arti sempit
merupakan proses bayi atau anak menempatkan dirinya dalam cara atau
ragam budaya masyarakatnya (tuntutan-tuntutan sosiokultural keluarga dan
kelompok-kelompok lainnya). Sedangkan Soekanto (1985:71) menyatakan
bahwa sosialisasi mencakup proses yang berkaitan dengan kegiatan
individu-individu untuk mempelajari tertib sosial lingkungannya, dan
menyerasikan pola interaksi yang terwujud dalam konformitas,
nonkonformitas, penghindaran diri, dan konflik. Dari pendapat tersebut
dapat dikatakan bahwa dalam sosialisasi individu belajar menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
Susanto (1983:12) menyatakan bahwa sosialisasi ialah proses yang
membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara
hidup dan bagaimana cara berfikir kelompoknya, agar dapat berperan dan
berfungsi dalam kelompoknya.
Sosialisasi merupakan suatu peristiwa yang pasti dilalui oleh setiap
individu. Sosialisasi yang dilalui seseorang akan memberikan pengaruh
cukup besar terhadap pembentukan kepribadiannya. Keluarga, teman
sepermainan, sekolah, dan media massa merupakan media sosialisasi yang
memiliki peranan sangat besar terhadap pembentukan kepribadian

2
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
sosialisasi adalah proses individu dalam mempelajari keperluan-keperluan
sosial dan kultural di sekitarnya yang mengarah ke dunia sosial.

B. Proses Sosialisasi Penyesuaian Diri dengan Lingkungan


Sueann Robinson Ambron (Yusuf, 2004:123) menyatakan bahwa
sosialisasi itu sebagai proses belajar yang membimbing anak ke arah
perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat menjadi anggota
masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif. Perkembangan sosial anak
sangat dipengaruhi proses perlakuan dan bimbingan orangtua terhadap anak
dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial atau norma-norma
kehidupan bermasyarakat. Proses membimbing yang dilakukan oleh
orangtua tersebut disebut proses sosialisasi.
Penyesuaian diri merupakan kemampuan untuk mengubah diri
sesuai dengan lingkungannya, atau sebaliknya mengubah lingkungan sesuai
dengan keadaan dirinya. Penyesuaian diri individu terbagi dua yaitu
penyesuaian diri terhadap lingkungan fisik yang sering disebut dengan
istilah adaptasi, dan penyesuaian diri dengan lingkungan sosial yang
disebut adjustment (Khairuddin, 2002:67). Adaptasimerupakan usaha
individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya yang lebih
bersifat fisik. Sedangkan adjusment merupakan penyesuaian tingkah laku
terhadap lingkungan sosialnya, di mana dalam lingkungan tersebut terdapat
aturan-aturan atau norma-norma yang mengatur tingkah laku dalam
lingkungan sosial tersebut.
Khairuddin (2002:68) menyebutkan bahwa untuk menilai berhasil
atau tidaknya proses penyesuaian diri, ada empat kriteria yang harus
digunakan yaitu:

a. Kepuasan psikis
Penyesuaian diri yang berhasil akan menimbulkan kepuasan
psikis, sedangkan yang gagal akan menimbulkan rasa tidak puas.
b. Efisiensi kerja

3
Penyesuaian diri yang berhasil akan nampak dalam
kerja/kegiatan yang efisien, sedangkan yang gagal akan nampak
dalam kerja/kegiatan yang tidak efisien. Misal, murid yang gagal
dalam pelajaran di sekolah.
c. Gejala-gejala fisik
Penyesuaian diri yang gagal akan nampak dalam gejala-
gejala fisik seperti: pusing kepala, sakit perut, dan gangguan
pencernaan.
d. Penerimaan sosial
Penyesuaian diri yang berhasil akan menimbulkan reaksi
setuju dari masyarakat, sedangkan yang gagal akan mendapatkan
reaksi tidak setuju masyarakat.
Proses penyesuaian diri individu khususnya remaja dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal (Hariyadi, 2003:143). Faktor internal
yaitu meliputi:
a. Motif-motif sosial, motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat
dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (Rustiana,
2003:134).
b. Konsep diri, yaitu cara seseorang memandang dirinya sendiri, baik
mencakup aspek fisik, psikologis, sosial maupun kepribadian.
c. Persepsi, yaitu pengamatan dan penilaian seseorang terhadap obyek,
peristiwa dan realitas kehidupan, baik itu melalui proses kognisi
maupun afeksi untuk membentuk konsep tentang obyek tersebut.
d. Sikap remaja, yaitu kecenderungan seseorang untuk beraksi kearah
hal-hal yang positif atau negatif.
e. Intelegensi dan minat.
f. Kepribadian.
Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi proses penyesuaian diri
remaja yaitu:
a. .Keluarga dan pola asuh, meliputi pola demokratis, permisive
(kebebasan), dan otoriter.
b. Kondisi sekolah, yaitu antara kondisi yang sehat dan tidak sehat.

4
c. Kelompok sebaya, yaitu merupakan teman sepermainan.
d. Prasangka sosial, yaitu adanya kecenderungan sebagian masyarakat
yang menaruh prasangka terhadap kehidupan remaja.
e. Faktor hukum dan norma sosial, yang dimaksudkan di sini adalah
pelaksanaan tegaknya hukum dan norma-norma dalam
masyarakat.
Faktor internal dan eksternal tersebut saling mempengaruhi satu sama
lain. Penyesuaian diri dilakukan melalui proses belajar sehingga terjadi
kebiasaan.

C. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Sosialisasi


Individu akan berkembang menjadi makhluk sosial melalui proses
sosialisasi. Dalam proses ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi.
Menurut F.G. Robbins (Ahmadi, 2004:158), ada lima faktor yaitu:
1. Sifat dasar, yaitu merupakan keseluruhan potensi-potensi yang
diwarisi oleh seseorang dari ayah dan ibunya.
2. Lingkungan prenatal, yaitu lingkungan dalam kandungan ibu.
Dalam periode ini individu mendapatkan pengaruh-pengaruh tidak
langsung dari ibu, misal beberapa jenis penyakit (diabetes, kanker,
siphilis) berpengaruh secara tidak langsung terhadap pertumbuhan
mental, penglihatan, pendengaran anak dalam kandungan.
3. Perbedaan individual, meliputi perbedaan dalam ciri-ciri fisik
(bentuk badan, warna kulit, warna mata, dan lain-lain), ciri-ciri
fisiologis (berfungsinya sistem endokrin), ciri-ciri mental dan
emosional, ciri personal dan sosial.
4. Lingkungan, meliputi lingkungan alam (keadaan tanah, iklim, flora
dan fauna), kebudayaan, manusia lain dan masyarakat di sekitar
individu.
5. Motivasi, yaitu kekuatan-kekuatan dari dalam diri individu yang
menggerakkan individu untuk berbuat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi tersebut berasal
dari luar dan dalam diri individu. Faktor yang berasal dari dalam diri

5
individu yaitu sifat dasar, perbedaan individual, dan motivasi.Sedangkan
faktor yang berasal dari luar individu yaitu lingkungan prenatal, dan
lingkungan sekitar.

D. Keteladanan Salah Satu Unsur Penting Proses Sosialisasi


Keteladanan adalah sesuatu yang sangat prinsipil dalam pendidikan.
Tanpa keteladanan proses pendidikan ibarat jasad tanpa ruh. Menurut ahli-
ahli psikologi, naluri mencontoh merupakan satu naluri yang kuat dan
berakar dalam diri manusia. Naluri ini akan semakin menguat lewat
melihat.
Hal ini sejalan dengan pendapat para ahli psikologi yang
mengatakan bahwa 75 % proses belajar didapatkan melalui penglihatan dan
pengamatan, sedangkan yang melalui pendengaran hanya 13%. Dengan
demikian, pendidikan itu by doing, bukan by lips: pendidikan adalah
dengan contoh bukan dengan verbal. Pendidikan yang sesungguhnya adalah
keteladanan.
Jika pendidikan adalah melalui contoh, maka faktor figur menjadi
sangat penting, baik di rumah, sekolah maupun masyarakat. Siapakah figur
sentral di rumah? Siapakah figur sentral di sekolah? Dan siapakah figur
sentral di masyarakat? Karena dalam tahapan pertumbuhan dan proses
belajar, ciri khas seorang yang menjadi teladan bagi anak-anak dan remaja
sangatlah penting.
Semakin sempurna seorang dewasa yang menjadi teladan bagi anak-
anak, maka tingkat penerimaan dan keberlansungannya juga semakin
banyak. Lihat saja tingkah pola dan perilaku anak-anak kita, mereka sangat
menyukai perilaku orang yang diteladaninya dan dengan senang hati
berusaha membentuk dirinya seperti orang yang diteladaninya itu.
Maka dari itu, orang tua, guru dan lingkungan masyarakat harus
mampu menjadi teladan bagi anak-anak didik, mulai dari pikiran, ucapan,
tingkah laku, bahkan hingga ke pakaiannya: semuanya itu akan menjadi
media untuk ditiru oleh anak.

6
Setiap hari anak-anak yang berangkat dari rumah menuju sekolah,
di jalan ia akan melihat dan menemui berbagai macam nilai yang
berkembang di masyarakat. Jika nilai yang ditemuinya di jalan tidak sesuai
dengan nilai yang diajarkan di rumah maupun sekolah, maka bisa
dibayangkan anak akan mengalami kebingunan intelektual yang terus
menerus. Celakanya, apabila anak akhirnya lebih tertarik dan memilih nilai
jalanan ketimbang nilai-nilai yang ditanamkan di sekolah maupun di
rumah. Di sinilah peran orang tua dan sekolah menjadi sangat penting.
Maka dari itu, orang tua dan guru zaman sekarang disamping memiliki
karakter yang kuat, harus pula berwawasan luas dan mengikuti
perkembangan zaman agar mampu menandingi dan memenangkan
pertarungan nilai di hadapan anak-anaknya.
Dengan demikian, pendidikan sesungguhnya adalah membentuk
miniatur secara menyeluruh; orang tua, sekolah dan masyarakat. Tidak
mungkin berjalan sendiri-sendiri, apalagi satu sama lain berlawanan arah.
Di pesantren miniatur pendidikan dirancang, diawasi dan dipelihara
sepanjang hari. Di pesantren, orang tua, sekolah dan masyarakat menjadi
miniatur yang menyatu. Kiai, pengasuh dan guru-guru berfungsi sebagai
orang tua, sedangkan kehidupan berasrama selama 24 sehari di pesantren
merupakan miniatur masyarakat. Maka, pesantren adalah tempat
pendidikan hidup dan kehidupan bagi santri-santrinya.
Oleh karenanya, di pesantren hubungan santri dan masyarakat harus
dibatasi untuk meminimalisir pengaruh-pengaruh buruk dari luar. Santri
hidup dalam lingkungan disiplin yang tinggi dan terus menerus dilibatkan
dalam proses olah pikir dan zikir untuk membentuk keseimbangan
pendidikan sains dan akhlakul karimah yang ditanamkan oleh pesantren.
Sekali lagi, pendidikan adalah keteladanan. Guru yang tidak siap
menjadi teladan, lebih baik „pensiun dini‟. Kiai atau dai yang tidak siap
menjadi teladan, lebih baik „tinggalkan mimbar‟. Guru dan kiai harus siap
dilihat dan dicermati segalanya: termasuk rumah tangganya, anak-anaknya,
makanannya, pekerjaannya, pola hidupnya, hingga cara pandangnya.
Sebab, guru, kiai atau dai yang perilakunya tidak sesuai tuntunan nilai

7
akhlakul karimah justru akan merusak dari dalam proses pendidikan itu
sendiri. Karena itu ada istilah dalam idiom Jawa,“Guru iku digugu lan
ditiru”: guru itu ditaati dan ditiru.
Sebab itu, Allah SWT menset-up kepribadian Rasulullah untuk
dijadikan panutan dan ukuran akhlak bagi semesta
alam. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Qs. Al-Ahzab
[33]: 21)[3]
Mestinya, guru, orang tua, kiai, dai dan pekerjaan sejenisnya, dalam
skala yang lebih kecil harus mampu menjadi teladan yang sempurna untuk
anak-anaknya, sebagaimana Rasul untuk seluruh manusia, sebagaimana
Rasul bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak
manusia.”
Dalam Islam Pendidikan bertujuan untuk membina dan membentuk
perilaku atau akhlak peserta didik dengan cara meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan, serta pengamalan peserta didik terhadap ajaran
Islam. Sehingga setelah menyelesaikan pendidikan peserta didik menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak
mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat, bangsa dan bernegara.
Dalam mewujudkan tujuan tersebut, terdapat berbagai faktor
pendukung yang terlibat, atau terkait baik secara langsung, maupun secara
tidak langsung dalam proses pendidikan. Diantara faktor-faktor tersebut
yaitu guru, anak didik, metode, sarana dan prasarana, kurikulum, media
pendidikan, bahan pelajaran dan lain sebagainya, yang masing-masing
faktor tersebut mempunyai peranannya tersendiri. Metode adalah jalan atau
cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan
pendidikan islam berarti proses kependidikan yang didasarkan pada
nilai.[4] Dalam hal ini berkaitan dengan pendidikan metode keteladanan
adalah salah satu metode yang bisa diterapkan dalam proses belajar
mengajar.

8
Keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau di contoh oleh
seseorang dari orang lain, namun keteladanan yang dimaksud disini adalah
keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan islam, yaitu
keteladanan yang baik, sesuai dengan pengertian uswah dalam ayat-
alqur'an.
Secara terminologi kata “keteladanan” berasal dari kata “teladan”
yang artinya “perbuatan atau barang dan sebagainya yang patut ditiru atau
dicontoh”. Sementara itu dalam bahasa arab kata keteladanaan berasal dari
kata “uswah” dan “qudwah”.
Sementara itu secara etimologi pengertian keteladanan yang
diberikan oleh Al-Ashfahani, sebagaimana dikutip Armai Arief, bahwa
menurut beliau “al-uswah” dan “al-Iswah” sebagaimana kata “al-qudwah”
dan “al-Qidwah” berarti “suatu keadaan ketika seorang manusia mengikuti
manusia lain, apakah dalam kebaikan, kejelekan, kejahatan, atau
kemurtadan”. Senada dengan yang disebutkan di atas, Armai Arief juga
mengutip pendapat dari seorang tokoh pendidikan islam lainnya yang
bernama Abi Al-Husain Ahmad Ibnu Al-Faris Ibn Zakaria yang termaktub
dalam karyanya yang berjudul Mu’jam Maqayis al-Lughah, beliau
berpendapat bahwa “uswah” berarti “qudwah” yang artinya ikutan,
mengikuti yang diikuti.
Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa penerapan metode
keteladanan dalam proses belajar mengajar dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu secara langsung (direct) maksudnya bahwa pendidik benar-benar
mengaktualisasikan dirinya sebagai contoh teladan yang baik bagi anak
didik. Selain secara langsung,metode keteladanan juga dapat
diterapkan secara tidak langsung (indirect) yang maksudnya, pendidik
memberikan teladan kepada peserta didiknya dengan cara menceritakan
kisah-kisah teladan baik itu yang berupa riwayat para nabi, kisah-kisah
orang besar, pahlawan dan syuhada, yang bertujuan agar peserta didik
menjadikan tokoh-tokoh tersebut sebagai suri teladan dalam kehidupan
mereka.

9
10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sosialisasi merupakan suatu peristiwa yang pasti dilalui oleh setiap
individu. Sosialisasi yang dilalui seseorang akan memberikan pengaruh
cukup besar terhadap pembentukan kepribadiannya. Keluarga, teman
sepermainan, sekolah, dan media massa merupakan media sosialisasi yang
memiliki peranan sangat besar terhadap pembentukan kepribadian
Sosialisasi adalah proses individu dalam mempelajari keperluan-
keperluan sosial dan kultural di sekitarnya yang mengarah ke dunia sosial.
Proses social adalah proses belajar yang membimbing anak ke arah
perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat menjadi anggota
masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif.
Penyesuaian diri merupakan kemampuan untuk mengubah diri
sesuai dengan lingkungannya, atau sebaliknya mengubah lingkungan sesuai
dengan keadaan dirinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sosialisasi diantaranya : sifat
dasar, lingkungan prenatal, perbedaan individual, lingkungan, dan motivasi.
Keteladanan adalah sesuatu yang sangat prinsipil dalam pendidikan.
Tanpa keteladanan proses pendidikan ibarat jasad tanpa ruh. Menurut ahli-
ahli psikologi, naluri mencontoh merupakan satu naluri yang kuat dan
berakar dalam diri manusia. Naluri ini akan semakin menguat lewat
melihat.

B. Saran
Penulis tentunya menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun
dari para pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arifin M, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1994


Departemen Agama RI , AL-Qur’an Terjemahannya , Surabaya Mahkota
,1971)
Jalaludin, Teologi Pendidikan Islam, Jakarta : Raja Grafindo Perseda ,2003
Mangun, Budiyanto, Ilmu Pendidikan islam, Yogyakarta : Ombak , 2013
Offset Andi , Sosiologi pendidikan, Yogyakarta : ST Vembrianto 1994
Ramayuli s, metodologi pengajaran Agama ,Jakarta :kalam Mulia,1990

12

Anda mungkin juga menyukai