Anda di halaman 1dari 20

PENYESUAIAN DIRI DALAM KOMUNIKASI DAN TABLIG

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Komunikasi dan Tabligh

Dosen Pengampu:
Dr. Yopi Kusmiati, M.Si.

Disusun Oleh:
KELOMPOK 7

Dayangku Ratu Faizha N.S (11210510000049)


Dhilal Ikhsani (11210510000050)
Fadhilah Khairunnisa (11210510000054)

Hilmi Aziz (11210510000060)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur Ke-hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat


dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, yang kami
beri judul “Penyesuaian Diri Dalam Komunikasi dan Tablig”. Dengan
selesainya makalah ini, maka terpenuhilah syarat yang diberikan untuk
memenuhi tugas membuat makalah kelompok pada mata kuliah “Psikologi
Komunikasi dan Tabligh” di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kami sangat berharap bahwa makalah ini dapat membawa manfaat
kepada siapapun yang membacanya serta dapat menjadi pedoman dalam
penulisan makalah selanjutnya baik secara pribadi maupun khalayak ramai.
Disampaikan terima kasih banyak kepada Ibu Dr. Yopi Kusmiati,
M.Si., selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Komunikasi dan
Tabligh yang telah berkenan memberikan tunjuk ajar serta bimbingannya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Terakhir, permohonan maaf sebesar-besarnya karena penulis


menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
beberapa kekurangan dan jauh dari sempurna. Kami berharap agar dapat
dimaklumi apabila terdapat kesalahan ejaan dan penulisan dalam makalah ini
yang dirasa kurang berkenan. Untuk itu, mohon masukan, saran, dan koreksi
dari ibu ataupun pembaca guna menghasilkan makalah yang lebih baik lagi
pada kesempatan berikutnya. Terima kasih.

Ciputat, 16 September 2023

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................2

DAFTAR ISI .............................................................................................................3

BAB I .........................................................................................................................5

PENDAHULUAN .....................................................................................................5
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 6

BAB II .......................................................................................................................7

PEMBAHASAN .......................................................................................................7
A. Penyesuaian Diri ...................................................................................................... 7
1. Pengertian Penyesuaian Diri ............................................................................ 7
2. Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri ..................................................................... 7
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri ................................... 8
4. Karakteristik Penyesuaian Diri ...................................................................... 10
B. Komunikasi dan Tablig.......................................................................................... 12
1. Pengertian Komunikasi ................................................................................... 12
2. Pengertian Tablig............................................................................................. 13
C. Penyesuaian Diri dalam Komunikasi dan Tablig .................................................. 14
1. Proses Penyesuaian Diri dalam Komunikasi dan Tablig ............................. 14
2. Cara Penyesuaian Diri dalam Komunikasi dan Tablig ............................... 16

BAB III ....................................................................................................................19

PENUTUP ...............................................................................................................19
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 19
B. Saran ...................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................21

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan suatu proses yang melibatkan pertukaran pesan
anatara dua orang atau lebih melalui saluran komunikasi atau media sehingga
dapat menimbulkan feedback atau umpan balik. Sedangkan tablig dalam
konteks komunikasi merupakan istilah yang digunakan dalam konteks agama,
khususnya Islam, yaitu untuk menggambarkan tugas dakwah atau penyebaran
ajaran agama kepada orang lain. Pada konteks komunikasi, tablig mengacu
pada upaya individu atau kelompok untuk berkomunikasi serta berbagi nilai-
nilai agama dengan tujuan mengubah atau memengaruhi pemikiran dan
tindakan orang lain. Sama halnya dengan proses komunikasi, proses tablig juga
melibatkan pertukaran pesan dengan saluran komunikasi atau media yang
sesuai seperti pidato, ceramah, tulisan, atau media sosial agar pesan-pesan
tersebut dapat dipahami, diterima, dan tersampaikan secara efektif kepada
audiens.
Dalam komunikasi maupun tablig, keduanya terdapat proses penyesuaian
yang sangat penting dengan bertujuan membantu menjaga dan tetap berada
dalam hubungan yang harmonis dan efektif dengan lingkungan. Jika teori
proses penyesuaian dalam komunikasi membantu menjelaskan bagaimana
seseorang berusaha untuk menciptakan hubungan yang efektif melalui
penyesuaian pesan mereka, sedangkan tablig dalam konteks komunikasi
mengacu pada upaya penyampaian pesan agama yang bertujuan untuk
memengaruhi pemikiran dan tindakan orang lain dengan mempertimbangkan
faktor-faktor budaya, sosial, dan psikologis.
Menurut Schneiders, penyesuaian diri merupakan sebuah proses yang
mencakup respon mental dan perilaku yang dilakukan seseorang yang berusaha
kerasa agar dapat mengatasi konflik dan frustasi yang disebabkan oleh
hambatan dalam diri sehingga tercapainya keharmonisan antara tunturan dalam
diri dan luar dirinya.1 Penyesuaian diri dalam komunikasi dan tablig menjadi
aspek penting dalam berinteraksi dengan orang lain. Mempunyai rasa empati,

1
Schneiders, (1964), “Personal Adjustment and Mental Health”, (New York: Holt, Rinehart and Winston.
5
menyesuaikan gaya komunikasi dan pesan dengan audiens, serta menghormati
norma-norma budaya menjadi poin penting pada proses penyesuaian diri dalam
komunikasi. Sedangkan memahami audiens, pemilihan pesan yang dapat
diterima oleh audiens, pendekatan yang ramah, mempertimbangkan konteks
sosial dan lingkungan tempat kita berinteraksi dengan orang, serta kesabaran
dan ketekunan merupakan poin penting pada proses penyesuaian diri dalam
tablig. Penyesuaian diri dalam komunikasi dan tablig menjadi kunci untuk
mencapai pemahaman yang lebih,membangun hubungan yang baik, serta dapat
memengaruhi pemikiran dan tindakan orang lain secara positif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyesuaian diri?
2. Apa saja bentuk, faktor dan karakterisitik dari penyesuaian diri?
3. Apa yang dimaksud dengan komunikasi dan tablig?
4. Bagaimana cara dan proses penyesuaian diri dalam komunikasi dan tablig?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari penyesuaian diri.
2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk, faktor, dan karakteristik dari
penyesuaian diri.
3. Untuk mengetahui pengertian dari komunikasi dan tablig.
4. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara dan proses penyesuaian
diri dalam komunikasi dan tablig.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyesuaian Diri
1. Pengertian Penyesuaian Diri
Secara umum, individu berinteraksi dengan orang lain, dan dalam proses
interaksi ini, mereka perlu menyesuaikan diri. Penyesuaian diri adalah upaya
untuk tetap sejalan dan harmonis dengan lingkungan sekitar. Proses
penyesuaian ini dikenal sebagai "adjustment". Adjustment merupakan langkah
untuk mencapai keselarasan antara kondisi individu dan tuntutan dari
lingkungan sekitar.
Personal Adjustment (Penyesuaian diri pribadi) mencakup kemampuan
untuk mengelola tekanan, mengatasi kebutuhan, menghadapi rasa frustrasi, dan
mengembangkan mekanisme psikologis yang sesuai. Ini juga melibatkan
kemampuan seseorang untuk merespons realitas, situasi, dan interaksi sosial
dalam lingkungannya dengan cara yang memenuhi kebutuhan hidup, sejalan
dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku.
2. Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri
Menurut Schneiders ada dua macam bentuk personal adjustment yang
dilakukan individu, yaitu.
1) Personal Adjustment Pribadi
Personal adjustment merupakan bentuk penyesuaian diri yang
berfokus pada aspek individu, termasuk penyesuaian fisik, emosional,
seksual, serta moral dan religius.
2) Personal Adjustment Sosial
Personal adjustment terhadap lingkungan mencakup penyesuaian
terhadap berbagai konteks seperti rumah, sekolah, dan masyarakat. Ini
melibatkan hubungan dan interaksi yang terjadi di antara kelompok-
kelompok ini, yang secara integral terkait satu sama lain.
Sementara itu, menurut Sobur2 bentuk personal adjustment ada dua, yakni.
1) Adaptive

2
Sobur Alex, (2020), “Psikologi Umum”, (Bandung: Pustaka Setia)
7
Jenis penyesuaian pribadi yang terkait dengan aspek fisik adalah
modifikasi dalam fungsi fisiologis yang dilakukan oleh individu untuk
mencocokkan kebutuhan mereka dengan lingkungannya.
2) Adjustive
Personal adjustment yang bersifat psikis mengacu pada kemampuan
individu untuk menyesuaikan diri secara emosional dan dalam
perilaku terhadap lingkungan yang mematuhi norma sosial.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri
Dalam proses personal adjustment, terdapat beberapa faktor yang dapat
memengaruhi kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dalam
kehidupannya. Schneiders mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi
personal adjustment sebagai berikut:3
a. Kondisi fisik
Faktor-faktor terkait dengan keadaan fisik yang dapat memengaruhi
personal adjustment adalah.
1) Hereditas dan Konstitusi fisik
Temperamen adalah elemen sentral karena dari temperamen inilah
muncul sifat-sifat paling mendasar dari kepribadian, terutama dalam
konteks hubungan antara emosi dan penyesuaian diri personal.
2) Sistem utama tubuh
Bagian-bagian utama dari tubuh seperti sistem saraf, kelenjar, dan otot
adalah komponen kunci dari sistem tubuh yang memiliki dampak
terhadap penyesuaian diri personal.
3) Kesehatan fisik
Mengalami kondisi fisik yang sehat mempermudah dan mendukung
individu dalam melakukan serta mempertahankan personal
adjustment. Keadaan fisik yang baik mampu memunculkan rasa
penerimaan diri, keyakinan diri, harga diri, dan faktor-faktor serupa
yang sangat menguntungkan untuk proses penyesuaian personal.
b. Perkembangan dan kematangan
Setiap fase perkembangan individu membawa transformasi dalam strategi
penyesuaian mereka terhadap lingkungan seiring berlalunya waktu. Hal ini tak

3
Schneiders, (1964), “Personal Adjustment and Mental Health”, (New York: Holt, Rinehart and Winston.
8
hanya dipengaruhi oleh proses pembelajaran, melainkan juga oleh kematangan
individual. Kemajuan dalam aspek-aspek seperti kecerdasan, interaksi sosial,
moralitas, dan emosional berpengaruh signifikan terhadap kemampuan
seseorang dalam menyesuaikan diri secara personal.
c. Keadaan psikologis
Untuk mencapai personal adjustment yang optimal, penting untuk
memiliki kesehatan mental yang baik. Oleh karena itu, keberadaan frustrasi,
kecemasan, dan masalah mental dapat menjadi penghalang bagi proses
penyesuaian diri. Kondisi mental yang positif akan mendorong individu untuk
merespons dengan seimbang terhadap dorongan internal maupun tuntutan dari
lingkungannya. Beberapa faktor psikologis yang memengaruhi kondisi ini
termasuk pengalaman, tingkat pendidikan, persepsi diri, dan keyakinan diri.
d. Keadaan lingkungan
Lingkungan yang menyediakan kondisi yang baik, tenteram, aman, serta
penuh dengan penerimaan dan pengertian akan mendukung kelancaran proses
personal adjustment. Di sebaliknya, jika individu berada di lingkungan yang
tidak stabil, tidak damai, dan tidak aman, maka hal ini dapat menghambat
proses penyesuaian personal. Faktor lingkungan ini mencakup rumah, sekolah,
dan keluarga. Sekolah tidak hanya memberikan pendidikan intelektual, tetapi
juga berperan penting dalam pembentukan aspek sosial dan moral yang
esensial dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, sekolah juga memengaruhi
perkembangan minat, keyakinan, sikap, dan nilai-nilai yang menjadi dasar dari
personal adjustment yang baik.4
e. Tingkat religiusitas dan kebudayaan
Keberadaan religiusitas merupakan elemen yang memberikan kerangka
psikologis untuk mengurangi konflik, frustrasi, dan ketegangan mental lainnya.
Religiusitas memberikan nilai-nilai dan keyakinan yang memberi individu
makna, tujuan, dan stabilitas dalam hidup, yang diperlukan untuk menghadapi
tantangan dan perubahan dalam kehidupan mereka. Di sisi lain, kebudayaan
dalam suatu masyarakat memainkan peran penting dalam membentuk karakter
dan perilaku individu, yang berpengaruh terhadap kemampuan mereka untuk
menyesuaikan diri dengan baik atau mungkin membuat mereka sulit

4
Schneiders, (1964), “Personal Adjustment and Mental Health”, (New York: Holt, Rinehart and Winston.
9
beradaptasi.
4. Karakteristik Penyesuaian Diri
Schneiders menyatakan bahwa karakteristik dari penyesuaian diri yang
normal termasuk:
1) Ketidakadaan ekspresi emosi berlebihan.
2) Tidak ketergantungan pada mekanisme psikologis yang tidak sehat.
3) Ketidakadaan rasa frustrasi pribadi yang berkepanjangan.
4) Kemampuan untuk membuat keputusan secara rasional dan
mengarahkan diri sendiri.
5) Kemampuan untuk belajar dari pengalaman.
6) Pemanfaatan pengalaman masa lalu.
7) Memiliki sikap realistis dan obyektif dalam menghadapi situasi. 5
Penyesuaian diri memiliki ciri-ciri yang dapat diamati, dan karakteristik
penyesuaian diri dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu penyesuaian
diri yang positif (normal) dan penyesuaian diri yang negatif (abnormal). Tidak
selalu individu berhasil dalam proses penyesuaian diri, karena terkadang ada
hambatan tertentu yang menghalangi keberhasilannya dalam menyesuaikan
diri. Beberapa individu mampu mencapai penyesuaian diri yang positif, tetapi
ada juga yang melakukan penyesuaian diri yang tidak tepat. 6
Penyesuaian Diri Secara Positif
Individu yang berhasil melakukan penyesuaian diri secara positif
7
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Tidak menampakkan tanda-tanda emosi yang tegang.
2) Tidak menggunakan mekanisme psikologis.
3) Tidak mengalami frustasi pribadi.
4) Mampu berpikir secara rasional dan mengarahkan diri sendiri.
5) Kompeten dalam proses pembelajaran.
6) Menghormati dan memanfaatkan pengalaman masa lalu.
7) Memiliki sikap yang realistis dan obyektif.
Individu dapat melakukan penyesuaian diri secara positif melalui

5
Schneiders, (1964), “Personal Adjustment and Mental Health”, (New York: Holt, Rinehart and Winston.
6
Agung Sunarto dan Hartono, (2006), “Perkembangan Peserta Didik”, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya)
7
Agung Sunarto dan Hartono, (2006), “Perkembangan Peserta Didik”, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya)
10
berbagai metode, termasuk:
1) Menghadapi masalah secara tegas, artinya individu menghadapi
masalah dengan penuh tanggung jawab dan mengambil tindakan yang
sesuai dengan situasi yang dihadapi.
2) Melakukan eksplorasi atau penjelajahan, yaitu mencari berbagai
pengalaman dan informasi untuk menghadapi dan menyelesaikan
masalah.
3) Menerapkan metode trial and error atau coba-coba, dimana individu
mencoba pendekatan yang berbeda, dan jika berhasil, akan diteruskan,
namun jika tidak berhasil, maka tidak akan diteruskan.
4) Mencari solusi dengan mengganti atau mengubah pendekatan yang
digunakan.
5) Mengidentifikasi potensi pribadi, yaitu individu mengenali keunikan
kemampuan dalam diri mereka dan mengembangkannya untuk
mendukung penyesuaian diri.
6) Memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari
proses belajar untuk membantu dalam penyesuaian diri.
7) Menggunakan inhibisi dan kontrol diri, artinya memilih tindakan
dengan bijak dan mengontrol diri dengan tepat saat melakukan tindakan
tersebut.
8) Melakukan perencanaan dengan teliti, yaitu membuat keputusan setelah
mempertimbangkan segala keuntungan dan kerugian yang mungkin
terjadi.
Penyesuaian Diri yang Salah
Kegagalan dalam mencapai penyesuaian diri yang positif dapat
mengakibatkan individu melakukan penyesuaian yang tidak tepat. Tanda-tanda
dari penyesuaian yang salah termasuk perilaku yang bingung, tidak terarah,
emosional, sikap yang tidak realistis, dan agresif.
Terdapat tiga bentuk reaksi yang dapat terjadi dalam penyesuaian yang salah: 8
1) Reaksi Bertahan (Defence reaction), merupakan respons individu untuk
melindungi diri sendiri dengan upaya menunjukkan bahwa mereka tidak
mengalami kegagalan. Hal ini dapat dicapai melalui berbagai

8
Agung Sunarto dan Hartono, (2006), “Perkembangan Peserta Didik”, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya)
11
mekanisme seperti rasionalisasi, represi, proyeksi, dan sejenisnya.
2) Reaksi menyerang (Aggressive Reaction), melibatkan menyerang untuk
menyembunyikan kesalahan dan menolak untuk mengakui kegagalan.
Ini terlihat dalam perilaku seperti selalu membela diri, berusaha untuk
memiliki kendali dalam setiap situasi, keras kepala dalam tindakan,
mengintimidasi baik dengan kata-kata maupun tindakan, menunjukkan
sikap permusuhan secara terbuka, dan sebagainya
3) Reaksi Melarikan Diri, melibatkan upaya untuk menghindari situasi
yang menyebabkan kegagalan. Ini terlihat dalam perilaku berfantasi,
tidur berlebihan, konsumsi minuman beralkohol, keinginan untuk
bunuh diri, regresi, dan sebagainya.

B. Komunikasi dan Tablig


1. Pengertian Komunikasi
Secara singkat, komunikasi adalah proses penyampaian pesan yang
dilakukan oleh komunikator sebagai pemberi pesan ke komunikan sebagai
penerima pesan. Harold D. Lasswell yang dikenal sebagai founding fathers atau
pelopor dari perkembangan ilmu komunikasi mengartikan komunikasi sebagai
jawaban dari pertanyaan “Who says what in which channel to whom with what
effect?” atau “Siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan
pengaruh bagaimana?”. Melalui pengertian ini dapat diturunkan 5 unsur
komunikasi, yaitu:9 Pertama, sumber (source) atau yang sering dikenal pengirim
(sender atau komunikan), dimana sumber disini dapat berarti perorangan,
organisasi, kelompok, perusahaan, dan lain-lain. Sumber mempunyai
kepentingan untuk berkomunikasi atau yang memiliki inisiatif dalam
menyamapikan pesan. Kedua, pesan (message), yaitu apa yang ingin
disampaikan komunikator ke komunikan. Dapat berupa pesan verbal maupun
non-verbal yang dapat ditangkap artinya sebagai pesan. Ketiga, saluran atau
media (channel), yaitu alat yang digunakan komunikator untuk menyampaikan
pesan kepada komunikan. Keempat, penerima pesan (receiver atau komunikan),
yakni orang yang menerima pesan dari sumber (source). Kelima, efek (effect),
yaitu pengaruh apa yang di dapat oleh komunikan setelah menerima pesan dari

9
Deddy Mulyana, (2016), “Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya),
cetakan ke-20, h. 69-71.
12
komunikator. Biasanya efek ini dapat berupa perubahan sikap, perubahan
perilaku, atau penambahan pengetahuan dari komunikan. Dapat disimpulkan
dari penjelasan tersebut bahwa komunikasi sebagai suatu proses penyampaian
pesan dari komunikator (pemberi pesan) kepada komunikan (penerima pesan)
dengan menggunakan media tertentu yang nantinya akan memunculkan efek.
Dalam kaitannya dengan psikologi, terdapat salah satu pengertian dari Carl
I. Hovland yang menuliskan komunikasi adalah proses yang memungkinkan
seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (dalam bentuk lambang
atau simbol) untuk mempengaruhi bahkan mengubah perilaku orang yang
menerima pesan (komunikan).10 Ini berarti, melalui komunikasi, seseorang
dapat mengubah perilaku seseorang yang mungkin sebelumnya buruk menjadi
lebih baik. Begitu pun sebaliknya, melalui komunikasi itu sendiri, seseorang juga
dapat mengetahui kepribadian atau kondisi kejiwaan seseorang. Misalnya,
melalui tatapan matanya yang tampak lesu, itu berarti mungkin saja orang
tersebut tidak begitu tertarik dengan obrolan tersebut karena kondisinya yang
sedang lelah.
2. Pengertian Tablig
Tablig berarti menyampaikan, maksudnya di sini menyampaikan risalah
yaitu berupa Alquran dan Hadis dengan terang atau jelas. Menurut Departemen
Agama, tablig diartikan sebagai suatu kegiatan keagamaan Islam yang
menyampaikan ajaran Islam baik secara lisan atau tertulis melalui media
tertentu yang disampaikan oleh seorang atau beberapa muballigh (pemberi
ajaran) kepada mablugh (penerima ajaran).11 Unsur-unsur dalam tablig yaitu.
a) Sumber (Alquran dan Hadis).
b) Muballigh (komunikator): muballigh khusus (profesional), dan
muballigh umum (sekedar menyampaikan ajaran Islam).
c) Ajaran secara umum atau garis besarnya saja.
d) Mablugh (obyek tablig).
Fungsi utama dari tablig adalah untuk menyampaikan ajaran Islam yang
sesuai dengan Alquran dan Hadis yang nantinya dapat ditanamkan dan
diamalkan di kehidupan sehari-hari seorang mablugh. Tablig juga dapat

10
Onong Uchjana Effendy, (1997), “Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek”, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya), h. 2.
11
Zahid Mubarok, (2021), Tabayyun: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, Vol. 2, No. 1, h. 36.
13
mengembangkan dan meningkatkan jiwa, hati, dan akal manusia yang mana
secara tidak langsung berkaitan juga dengan kondisi psikologis seseorang.
Dalam hubungan sistem Islam, fungsi tablig berjalan beriringan antara satu
komponen dengan komponen yang lainnya, yaitu akidah, ibadah, dan
muamalat.
Jika dikaitkan antara tablig dengan Komunikasi, maka dapat ditarik
beberapa persamaan yaitu.
a) Sebagai proses penyampaian pesan atau ajaran dari komunikator kepada
komunikan.
b) Mempunyai unsur-unsur penting yang sama (komunikator, pesan,
komunikan, dan lain-lain).
c) Mempunyai salah satu tujuan yang sama yaitu untuk mempengaruhi
komunikan.
Namun, yang membedakan antara tablig dan komunikasi di sini adalah
terkait dengan unsur keagamaaan. Tablig sangat berkaitan dengan ajaran
agama berdasarkan Alquran dan Hadis, sementara komunikasi bersifat
sangat bebas (dapat berkaitan dengan agama atau hal apapun yang ingin
disampaikan).

C. Penyesuaian Diri dalam Komunikasi dan Tablig


Penyesuaian diri dalam sebuah komunikasi itu mengacu pada
kemampuan suatu individu untuk dapat berubah dan menyesuaikan bahasa,
pesan, dan gaya. Tujuan dari adanya kemampuan yang dapat mengubah dan
menyesuaikan hal-hal tadi adalah agar mereka (individu) dapat menyesuaikan
cara penyampaian komunikasi mereka terhadap kebutuhan dan karakteristik
audiens mereka. Ini adalah aspek penting dalam komunikasi yang efektif,
terutama dalam konteks cara atau proses satu individu dapat menyesuaikan diri
dalam berkomunikasi dan tablig.
1. Proses Penyesuaian Diri dalam Komunikasi dan Tablig
Sebagai sebuah landasan dan penguat dari pembahasan mengenai proses
penyesuaian diri dalam komunikasi dan tablig ini ada sebuah kutipan yang
diambil dari buku “Psikologi Komunikasi” karya Jalaludin Rakhmat yang mana
pada buku tersebut tertulis pada bagian ‘sistem komunikasi interpersonal’ dan
pada sub bab ‘konsep diri’. Konsep diri ini mempunyai hubungan mengenai
14
proses penyesuaian diri dalam berkomunikasi. Dengan kita mengonsepkan diri
kita, atau mencari tahu segala hal apa saja yang perlu disiapkan dalam diri kita,
itu dapat mempermudah proses penyesuaian diri kita dalam berkomunikasi
apalagi dalam sebuah konsep tablig.
Pada buku tersebut menjelaskan mengenai bagaimana persiapan atau
proses penyesuaian diri ini dalam komunikasi dan tablig yaitu ternyata kita
sebagai individu tidak hanya menjadi pendengar/penanggap/komunikan dari
orang lain, akan tetapi kita sebagai individu juga mempersepsi diri kita sendiri.
Diri kita bukan hanya lagi sebagai seorang penanggap, akan tetapi juga menjadi
persona stimuli sekaligus, atau bahasa lainnya diri kita mencakup sebagai
komunikan dan juga komunikator.
Ada sebuah pertanyaan yang muncul mengenai hal ini, bagaimana bisa
terjadi suatu individu menjadi komunikan dan komunikator sekaligus (kita
menjadi subjek dan objek sekaligus)? Charles Horton Cooley memberikan
persepsinya mengenai hal tersebut, dalam benak kita, untuk dapat menjalankan
atau meng-implementasikan hal tersebut pada diri kita adalah kita
membayangkan diri kita sebagai orang lain. Cooley menyebut hal ini sebagai
looking-glass self (diri cermin) yang artinya seakan-akan kita menaruh cermin
di depan kita.12
Dari persepsi Charles Horton Cooley mengenai konsep diri ini, dijelaskan
kembali oleh Vander Zanden (1975:79). Terdapat 3 poin yang menjadi
penjabaran lebih lanjut lagi mengenai looking-glass self, yaitu:
a) pertama, kita melihat diri kita sekilas berada dalam cermin, yang
maksudnya adalah kita melihat atau membayangkan bagaimana diri kita
terlihat atau tampak pada orang lain. Sebagai sebuah contoh, kita
melihat diri kita memiliki postur yang gemuk atau kurus, berbadan
tinggi atau rendah, berpenampilan menarik atau tidak, dan lainnya;
b) kedua, kita membayangkan bagaimana orang lain dapat menilai diri
kita. Dengan contohnya orang lain yang menganggap bahwa diri kita
merupakan seseorang yang pandai dan rajin;
c) ketiga, kita memiliki atau mengalami perasaan sedih atau malu, bangga
atau kecewa, dan lainnya.

12
Jalaludin Rakhmat, (2007), “Psikologi Komunikasi” (Bandung:PT Remaja Rosdakarya), h. 99
15
Dari buku yang dikarang oleh DeVito, J. A., yang berjudul “The
Interpersonal Communication Book” membahas proses penyesuaian diri dalam
komunikasi yang telah disimpulkan yang mana proses penyesuaian diri dalam
komunikasi dapat melibatkan langkah-langkah seperti:13
a) analisis audiens: memahami siapa audiens Anda, latar belakang mereka,
nilai-nilai, dan harapan komunikasi mereka;
b) pengembangan pesan: membuat pesan atau informasi yang sesuai
dengan audiens Anda, menggunakan bahasa, tone, dan gaya yang
mereka pahami dan terima;
c) kesadaran diri: memahami dan mengenali gaya komunikasi Anda
sendiri dan memiliki kemampuan untuk mengubahnya untuk
mencocokkan audiens yang berbeda;
d) feedback: menerima umpan balik dari audiens dan menyesuaikan
komunikasi Anda berdasarkan respon mereka.
Tablig dalam Islam adalah upaya menyampaikan ajaran agama Islam
kepada orang lain dengan niat baik untuk memberikan pemahaman tentang
ajaran Islam dan mendorong orang lain untuk mengikuti ajaran tersebut. Ini
adalah bentuk dakwah dalam Islam. Dari hal seperti proses penyesuaian diri
dalam komunikasi memang memiliki korelasi kepada tablig dalam Islam.
Proses tablig melibatkan langkah-langkah seperti:
a) pengetahuan agama: memiliki pemahaman yang baik tentang ajaran
Islam dan nilai-nilai agama;
b) pendekatan yang lembut: menggunakan bahasa yang lembut dan penuh
pengertian saat berbicara tentang Islam;
c) menyesuaikan pesan: menyesuaikan pesan agama dengan latar
belakang dan pemahaman spiritual individu yang diajak berbicara;
d) penerimaan keputusan individu: menghormati keputusan individu
terkait keyakinan agama mereka.
2. Cara Penyesuaian Diri dalam Komunikasi dan Tablig
Penyesuaian diri dalam komunikasi dan tablig adalah kemampuan untuk
berkomunikasi dengan orang lain secara efektif, terutama ketika kita ingin
menyampaikan pesan-pesan agama atau pesan-pesan yang berbau keislaman

13
DeVito, J. A, “The Interpersonal Communication Book”, h. 65
16
kepada audiens kita.
Cara penyesuaian diri dalam komunikasi dan tablig adalah proses yang
berkelanjutan. Dengan mempraktikkan langkah-langkah di bawah ini yang
nantinya akan sama-sama kita bahas dan terus belajar dari pengalaman kita,
kita dapat menjadi seorang komunikator yang lebih efektif dalam menyebarkan
pesan-pesan agama atau keyakinan kita kepada orang lain. Langkah-langkah
yang tertulis di bawah ini kami simpulkan dari adanya proses penyesuaian diri
dalam komunikasi dan tablig sebelumnya.
Berikut adalah langkah-langkah cara melakukan penyesuaian diri dalam
komunikasi dan tablig secara lengkap.
a. Kenali Audiens Anda
Pertama, pahami siapa target audiens kita. Apakah mereka sudah familiar
dengan keyakinan atau agama kita, atau apakah kita berbicara kepada
mereka yang mungkin belum tahu banyak tentangnya.
b. Gunakan Bahasa yang Sesuai
Pilih bahasa yang sesuai dengan audiens kita. Hindari menggunakan istilah
atau kata-kata yang mungkin membingungkan mereka. Jika perlu, jelaskan
konsep-konsep yang kompleks dengan bahasa yang mudah dipahami.
c. Perhatikan Konteks Budaya
Ketahui konteks budaya tempat kita berkomunikasi. Berbicara dengan
menghormati nilai-nilai dan tradisi budaya setempat dapat membantu kita
mendapatkan pengakuan lebih cepat.
d. Dengarkan dengan Aktif
Sebelum berbicara, dengarkan dengan baik apa yang sedang dibicarakan
oleh audiens Anda. Ini membantu Anda memahami pemikiran dan
perasaan mereka. Praktikkan keterbukaan terhadap pertanyaan dan
masukan yang mereka miliki.
e. Tunjukkan Empati
Cobalah untuk merasakan perasaan dan perspektif audiens Anda. Ini akan
membantu Anda lebih sensitif terhadap kekhawatiran atau pertanyaan
mereka.
f. Sederhanakan Pesan Anda
Buat pesan-pesan Anda sejelas mungkin. Hindari menggunakan bahasa
17
teknis atau kata-kata yang sulit dimengerti. Gunakan analogi atau contoh
konkret untuk menjelaskan konsep-konsep yang kompleks.
g. Gunakan Cerita dan Contoh
Penggunaan cerita atau kisah-kisah yang relevan dapat membantu kita
mengilustrasikan konsep-konsep agama atau keyakinan kita dengan lebih
baik.
h. Hormati Perbedaan
Ingatlah bahwa tidak semua orang akan menerima atau setuju dengan
pesan Anda. Hormati perbedaan pendapat dan jangan terlibat dalam debat
atau konfrontasi yang tidak perlu.
i. Berikan Waktu untuk Pemahaman
Berikan audiens Anda waktu untuk memahami dan merenungkan pesan
Anda. Tidak semua orang akan segera menerima atau memahami pesan-
pesan agama atau keyakinan Anda.
j. Jadilah Contoh yang Baik
Tingkah laku dan perilaku Anda sehari-hari harus mencerminkan nilai-
nilai dan keyakinan Anda. Jadilah contoh yang baik agar orang lain
terinspirasi untuk mengikuti jejak Anda.
k. Bersikap Sabar
Penyebaran keyakinan agama atau pesan tablig sering memerlukan
kesabaran yang besar. Ingatlah bahwa perubahan pandangan atau
keyakinan seseorang memerlukan waktu.
l. Evaluasi dan Adaptasi
Terus evaluasi dan adaptasi metode komunikasi Anda. Perhatikan
tanggapan audiens dan pelajari dari pengalaman untuk meningkatkan
kemampuan Anda dalam berkomunikasi dan tablig.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada umumnya individu melakukan interaksi dengan individu lain.
Proses interaksi tidak lepas dari adanya penyesuaian diri. Bentuk-bentuk
penyesuaian diri ada dua, yaitu: personal adjustment pribadi dan sosial. Faktor-
faktor yang memengaruhi penyesuaian diri ada tiga, yaitu: kondisi fisik,
kesehatan fisik, dan sistem utama tubuh. Penyesuaian diri memiliki
karakteritistik yang dapat diamati. Karakteristik penyesuaian diri dapat
dibedakan menjadi penyesuaian diri positif (normal) dan penyesuaian diri
negatif (abnormal). Tidak selamanya individu berhasil melakukan penyesuaian
diri, karena terkadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan
tidak berhasil melakukan penyesuaian diri.
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh
komunikator sebagai pemberi pesan ke komunikan sebagai penerima pesan.
Sedangkan tablig menurut Departemen Agama dapat diartikan sebagai
diartikan sebagai suatu kegiatan keagamaan Islam yang menyampaikan ajaran
Islam baik secara lisan atau tertulis melalui media tertentu yang disampaikan
oleh seorang atau beberapa muballigh (pemberi ajaran) kepada mablugh
(penerima ajaran). Salah satu persamaan antara komunikasi dan tablig adalah
Mempunyai salah satu tujuan yang sama yaitu untuk mempengaruhi
komunikan.Sedangkan yang membedakan antara tablig dan komunikan ialah
terkait dengan unsur keagamaaan. Tablig sangat berkaitan dengan ajaran
agama berdasarkan Alquran dan Hadis, sementara komunikasi bersifat sangat
bebas.
Proses penyesuaian diri dalam komunikasi dan tablig menurut buku
“Psikologi Komunikasi” karya Jalaluddin Rakhmat yaitu dengan kita sebagai
individu tidak hanya menjadi pendengar/penanggap/komunikan dari orang
lain, akan tetapi kita sebagai individu juga mempersepsi diri kita sendiri, atau
bahasa lainnya diri kita mencakup sebagai komunikan dan juga komunikator.
Sedangkan menurut buku “The Interpersonal Communication Book” oleh
DeVito, J. A., proses penyesuaian diri dalam komunikasi dapat melibatkan

19
langkah-langkah seperti dengan menganalisis audiens kita terlebih dahulu,
membuat pesan atau informasi yang sesuai dengan audiens kita yang dapat
mereka pahami dan terima, menggunakan bahasa, tone, dan gaya yang mereka
pahami dan terima, mencocokkan komunikasi kita dengan audiens, dan dapat
menerima feedback dari audiens. Langkah-langkah cara melakukan
penyesuaian diri dalam komunikasi dan tablig yaitu dengan mengenali audiens,
menggunakan bahasa yang sesuai dengan audiens, dengarkan secara aktif,
tunjukkan empati, hormati perbedaan, dan menjadi contoh yang baik.

B. Saran
Setelah membaca pembahasan pada makalah ini, kami berharap kepada
pembaca agar dapat mengetahui tentang bagaimana bentuk, faktor, dan
karakteristik dari penyesuaian diri serta proses dan cara penyesuaian diri dalam
komunikasi dan tablig. Kami juga berharap agar makalah ini bisa bermanfaat
kepada kita semua dan pembaca dapat memberi kritik dan masukan untuk
menyempurnakan makalah kami kedepannya

20
DAFTAR PUSTAKA

Alex, S. (2020). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.


Davidoff, L. (1991). Psikologi Suatu Pengantar: Jilid 2, Alih Bahasa Drs.
Marijuniati. Jakarta: Erlangga.
DeVito, J. A. (n.d.). The Interpersonal Communication Book.
Effendy, O. U. (1997). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Hartono, A. S. (2006). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya.
Mubarok, Z. (2021). Tabayyun: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, Vol.
2, No. 1, 36.
Mulyana, D. (2016). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Cetakan ke-20.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, J. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Santrock, J. W. (2006). Human Adjusment.
Schneiders. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York:
Holt, Rinehart and Winston.
Seniun, Y. (2006). Teori Kepribadian & Teori Psikoanalitik Freud.
Yogyakarta: Kanisius.

21

Anda mungkin juga menyukai