Anda di halaman 1dari 19

KOMUNIKASI DALAM KONSELING

Disusun oleh :
Kelompok 2
1. Dini Efsy Anggraini
2. Dwi Juli Anggraini
3. Eliya Putriani
4. Ella Oktapianti
5. Febriana Dyah Saputri
6. Fika Lorenza
7. Ghina Alifah
8. Hani Kurniati
Semester : V

Dosen Pembimbing:
Yuniarti, SST, M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKKES KEMENKES BENGKULU
D- III KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Komunikasi dalam konseling ini sebatas pengetahuan dan kemampuan
yang dimiliki.. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai komunikasi dalam konseling.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan -
kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Bengkulu, 15 Juli 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................


DAFTAR ISI .....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................
A. Latar belakang .......................................................................................................
B. Rumusan masalah ..................................................................................................
C. Tujuan ...............................................................................................................
D. Manfaat ..................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................
A. Pengertian Komunikasi Konseling................................................................
Konseling sebagai salah satu pengalaman baru.............................................
Konflik Internal............................................................................................
Pemerluan Kebutuhan..............................................................................................
Faktor Penghambat Komunikasi...................................................................
Kompetensi Intrapersonal.............................................................................
Komunikasi Efektif......................................................................................
Komponen Komunikasi...............................................................................
Kemampuan Komunikasi Yang Efektif.......................................................
Emosi Dalam Konseling..............................................................................
Motivasi Dalam Konseling...........................................................................
B. Kesehatan Reproduksi Remaja....................................................................
BAB III PENUTUP ...........................................................................................................
A. Kesimpulan ............................................................................................................
B. Saran ......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi sangat menunjang dalam proses konseling, karena tanpa
komunikasi maka proses konseling tersebut tidak akan bisa berjalan dengan
lancar. Konseling sebagai salah satu bantuan yang di berikan kepada konseli
dengan meggunakan kata-kata sudah pasti erat sekali kaitannya dengan
komunikasi.
Hubungan antar manusia mendasari interaksi dan komunikasi antara
bidan dengan pasien dalam pelayanan kebidanan. Ciri hakiki “ Human Relations
“ yaitu : proses rohaniah yang tertuju kepada “ kebahagiaan “ berdasarkan
watak, sifat, perangai, kepribadian, sikap, tingkah laku, dll; aspek kejiwaan yang
terdapat pada diri manusia. Proses rohaniah dengan perasaan bahagia ini
berlangsung pada “ Komunikasi Antar Personal “. Karena sifatnya “ dialogis “,
maka masing- masing tahu, sadar, dan merasakan efeknya.
Seorang komselor harus bisa berkomunikasi secara efektif dengan
konseling, Karena melalui komunikasi yang efektif serta konseling yang
berhasil, kelangsungan dan kesinambungan penggunaan jasa pelayanan BK yang
efektif akan tercapai.
Konseling adalah suatu proses pembelajaran,pembinaan hubungan
baik,pemberian bantuan, dan bentuk kerja sama yang dilakukan secara
professional (sesuai dengan bidangnya) oleh konselor kepada klien untuk
memecahkan masalah, mengatasi hambatan perkembangan, dan memenuhi
kebutuhan klien.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian komunikasi dalam konseling?
2. Apa saja unsur- unsur kesehatan reproduksi remaja?
3. Bagaimana komunikasi yang efektif dalam konseling?
4. Apa saja keterampilan komunikasi dalam konseling?
C. Tujuan
1.untuk mengetahui pengertian komunikasi dalam konseling
2. untuk mengetahui unsur- unsur kesehatan reproduksi remaja
3. untuk mengetahui komunikasi yang efektif dalam konseling
4. untuk mengetahui keterampilan komunikasi dalam konseling
BAB II
PEMBAHASAN

1. KOMUNIKASI dan KONSELING

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI KONSELING

Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin “communicati” yang berarti “sama”
yang lebih lanjut diartikan “sama makna”.Kalau dua orang terlibat komunikasi,
misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan berlangsung selama adanya
kesamaan makna mengenai apa yan dipercakapkan, kesamaan bahasa yang digunakan
dalam perckapan tersebut belum tentu menimbulkan makna yang sama. dari uraian
tersebut jelaslah bahwa yng dimaksud komunikasi ialah apabila perbincangan atau
percakapan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih mengandung satu kesamaan
makna.
Sedangkan konseling ialah proses tatap muka atau pemberian bantuan oleh
konselor terhadap konseli agar konseli bisa memahami masalahnya dan mengatasi
masalahnya. Dalam konseling proses bantuan atau konseling dilakukan dengan
menggunakan percakapan atau dalam kata lain komunikasi, sehingga komunikasi sangat
erat sekali hubungannya dengan konseling.Dari uraian tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa komunikasi konseling ialah segala hal yang berkaitan dengan
komunikasi yang berlangsung dan dilakukan dalam upaya melakukan prosess
bimbingan dan konseling antara konselor dan klien.Komunikasi sangat erat kaitannya
dengan interaksi, walupun dalam pendalamannya mengandung arti yang brbeda,
interaksiialah hubungan antara seseorang dengan orang lain dalam situasi kerja dan
dalam organisasi kekaryaan. Dipandang dari kepemimpinannya, bertanggung jawab.

B. KONSELING SEBAGAI SALAH SATU PENGALAMAN BARU

Konseling sebagai salah satu pengalaman baru ialah bahwa proses konseling
merupakan hal yang dianggap baru oleh konseli dan merupakan suatu pengalaman baru
yang berbeda dengan biasanya, sehingga dengan demikian maka akan bisa
menimbulkan ketidakpahaman seorang koneli dalam memahami makna dan maksud
dari konseling itu sendiri.
Sebagai salah satu pengalaman baru konseling merupakan hal yang perlu
diahami dengan cermat sehingga memerlukan proses pemahaman yang baik, dalam hal
ini komunikasi memegang peranan sangat penting karena dengan komunikasi yang baik
maka pemahaman individu tentang kondeling akan baik pula.

C. KONFLIK INTERNAL

Konflik intermal ialah gejolak yang terjadi dalam diri individu yang berasal dari
dalam dirinya sendiri, adapun hal-hal yang bisa kita lakukan untuk mengatasi konflik
internal ialah:
1. Adanya kita mengenal konflik internal
Dengan adanya kita mengenal konflk internal maka kita akan memahami
bahwa kita memiliki gejolak-gejolak di dalam hati kita tentang sesuatu hal.
2. Menghadapi realita
Menghadapi realita ialah menghadapi kenyataan yang sedang terjadi, karena
mau tidak mau dalam hidup ini manusia selalu dihadapkan dengan kenyataan
yang kadang tidak bisa diterima, tetapi walauoun begitu hal tersebut tetap
harus kita hadapi dan tidak bisa kita hindari atau kita tidak akan bisa lari dari
kenyataan tersebut. Hal yang harus kita lakukan ialah kita harus menghadapi
hal tersebut.
3. Menggambarkan komunikasi
Menggambarkan komunikasi ialah bagaimana seseorang individu
menggambarkan komunikasi menurut pandangan nya dan sejauh mana ia
mengenal dan memahami kamunikasi dan tau dengan komunikasi.
4. Memulai suatu hubungan baru
Memulai hubungan baru merupakan perwujudan untuk menghilangkan
keragu-raguan seorang individu dalam memulai suatu hubungan dengan
seseorang dalam segala hal.
5. Meningkatnya kebebasan psikologis
Meningkatnya kebebasan psikologis ialah sadarnya individu dengan
tanggung jawabnya terhadap apa-apa saja tindakan yang telah atau akan ia
lakukan.
6. Memperbaiki konsep-konsep yang keliru
Setiap individu hendaknya mengenal dan memahami konflik internal pada
dirinya, mengenal konflik internal ialah bagaiamana individu memahami
bahwa setiap masalh yang ia hadapi berasal dari konflik pribadi atau berasal
dari dirinya sendiri. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan konflik
internal ialah:
1. Penilaian negatif terhadap diri sendiri
2. Keharusan Psikoligis, yang terdiri dari:
a. Personal ialah desakan dari suatu individu, contoh: saya harus disukai
b. Interpersonal ialah desakan dri oang lain, contoh: saya harus punya teman
terkenal
c. Sosial ialah pengaruh sosial, contoh: saya harus berteman dengan orang
yang populer.
d. Deskriminatif ialah bersebrangan dengan hati nurani, Contoh: saya ingin
mati.

D. PEMERLUAN KEBUTUHAN

Pemerluan kebutuhan ialah kebutuhan-kebutuhan dasar yang menjadi bawaan


dan naluriah manusia yang harus dipenuhi dan apabila tidak dipenuhi maka seorang
individu akan mengalami ganggun Psikologis dan akan mengganggu kehidupannya.
Adapun pemerluan kebutuhan tersebut diantaranya:
1. Memberi dan menerima kasih sayang
Memberi dan menerima kasih sayang merupakan kebutuha nalurian manusia,
setiap manusia yang normal pasti memiliki rasa ingin di sayang dan merasakan
ingin menyayangi seseorang/ orang lain.
2. Kebebasan
Kebebasan ialah rasa ingi bebas dan tidak mau dikekang pada seseorang
individu, setiap individu pasti merasakan rasa ingin bebas dalam hidupnya.
3. Memiliki kesenangan
Setiap orang selalu memiliki hasrat untuk memperoleh kebahagiaan dalam
hidupnya, walaupun kebahagiaan tidak selalu datang dan manusia pasti
merasakan sedih, tetapi manusia selalu ingin merasakan kesenangan dalam
hidupnya.
4. Menerima stimulus dan tantangan
Setiap orang pasti mengingnkan tantangan untuk enghilangkan rasa jenuh dalam
hidupnya.
5. Perasaan mencapai Prestasi
Manusia memiliki hasrat untuk mencapai prestasi dan selalu tidak pernah puas
dengan prestasinya, hal tersebut merupakan naluriah dan kebutuhan manusia.
6. Memiliki harapan
Apabila manusia hidup tanpa harapan maka hidup manusia tidak akan
bersemangat dan bisa saja tidak berlangsung lama.
7. Memiliki Ketenangan
Ketenangan merupakan hal yang selalu di cari manusia dlam hidupnya, hal ini
juga yang mendasari manusia untuk lebih dekat dengan tuhannya, yakni mencari
ketenangan hidup.
8. Menuju Tujuan Hidup yang Nyata
Manusi pastinya igin memiliki tujuan hidup yang nyata dan ingin
menggapainya.

E. FAKTOR PENGHAMBAT KOMUNIKASI

Komunikasi seseorang bisa terhambat karena hal-hal sebagai berikut:


1. Kurangnya percaya diri atau takit, hal ini bisa disebabkan karena hal-hal
berikut:
a. Generalisasi dari satu aspek ke aspek yang lain
b. Sulit menggambil keputusan
c. Kurang mampu menghadapi kendala
d. Enggan menghadapi resiko
e. Berprilaku kurang wajar
2. Kurang mampu mengendalikan diri, hal ini disebabkan karena hal-hal berikut:
a. Tidak disiplin
b. Kurang mampu menata diri/tidk sayang dengan dirinya
c. Berprilaku tidak rasional
d. Mudah dikendalikan pihak lain
F. KOMPETENSI INTRAPERSONAL
1. Kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain
Yakni bagaimana kepekaan seseorang terhadap dirinya sendiri dan
bagaimana kepekaannya terhadap orang lain.
2. Ketegasan diri dan Konsisten
Yakni bagaimana keteguhan seseorang terhadap konsepnya dan
konsistensinya terhdap sesuatu.
3. Menjadi nyaman terhadap diri sendiri dan orang lain
4. Harapan yang realistik
Ialah harapan yang nyata dari seorang individu dan harapn yang mungkn
untuk di capainya.
5. Perlindungan dari situasi intrapersonal yang positif

G. KOMUNIKASI EFEKTIF

Komunikasi efektif ialah dimana komunikator daan komunikan sama-sama


memiliki pengertian dan pemahaman yang sama terhadap suatu pesan yang di
komunikasikan.
Adapun syarat-syarat terjalinnya komunikasi yang efektif ialah:
1. Menciptakan suasana yang menguntungkan
2. Menggunakan Bahasa yang mudah dimengrti
3. Pesan yang disampaikan dapat mengunggah perhatian
4. Pesan yang disampaikan dapat mengungkap kepentingan dipihak
komunikan/orang yan menerima pesan dan dapat menguntungkan
5. Pesan dapat menimbulkan rewort dipihak penerima.

H. KOMPONEN KOMUNIKASI

1. Pengirim pesan (komunikan)


2. Bentuk pesan (isi pesan)
3. Bagaimana pesan disampaikan
4. Orang yang menerima pessan (komunikator)
5. Respons

I. KEMAMPUAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

1. Berikan kesan bahwa anda antusias, senang, suka berbicara dengan mereka
2. Ajukan pertanyaan tetang minat mereka
3. Beradaptasi dengan bahasa tubuh dn perasaan mereka
4. Tunjukan rasa persetujuan
5. Dengarkan dengan penuh perhatian
6. Beri kontak mata yang lama
7. Ungkapkan diri anda sebaik munkin
8. Berikan mereka senyuman terbaik anda
9. Berikan motivasi
10. Sebut nama mereka dengan cara yang menyenangkan
11. Tawarkan merek menjaani hubungan lebih maju
2. KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA dan MASALAH
KESPRO PADA REMAJA

A. Kesehatan Reproduksi Remaja


1. Pengertian Kesehatan Reproduksi
Pada dasarnya kesehatan reproduksi merupakan unsur yang dasar
danpenting dalam kesehatan umum, baik untuk laki-laki dan perempuan. Selain
itu, kesehatan reproduksi juga merupakan syarat ensensial bagi kesehatan bayi,
anak-anak, remaja, orang dewasa bahkan orang-orang yang berusia setelah masa
reproduksi.Reproduksi secara sederhana dapat diartikan sebagai kemampun
untuk “membuat kembali”. Dalam kaitannya dengan kesehatan, reproduksi
diartikan sebagai kemampuan seseorang memperoleh keturunan (beranak).1
Menurut WHO dan ICPD (International conference on Population and
Development) 1994 yang diselenggarakan di Kairo kesehatan reproduksi adalah
keadaan sehat yang menyeluru, meliputi aspek fisik, mental dan sosial dan
bukan sekedar tidak adanya penyakit atau gangguan segala hal yang berkaitan
dengan sistem reproduksi, fungsinya maupun proses reproduksi itu
sendiri.Sesuai dengan definisi tersebut “Pelayanan kesehatan reproduksi” secara
luas didefinisikan sebagai konstelasi metode, teknik dan pelayanan yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi dengan cara mencegah dan memecahkan
masalah kesehatan reproduksi.
Adapun ciri-ciri lain disebutnya sebagai ciri-ciri sekunder dan ciri-ciri
tertier.
Ciri-ciri sekunder dapat disebutkan anatara lain :

Ciri-ciri sekunder Pria :


a) Tumbuh suburnya rambut, janggut, kumis, dan lain-lain.
b) Selaput suara semakin membesar dan berat.
c) Badan mulai membentuk segi tiga, urat-urat pun jadi kuat, dan muka
bertambah persegi.

Ciri-ciri sekunder wanita :


a) Pinggul semakin besar dan melebar.
b) Kelenjar-kelenjar pada dada menjadi berisi (lemak).
c) Suara menjadi bulat, merdu, dan tinggi.
d) Muka menjadi bulat dan berisi
Adapun ciri-ciri tertier antara lain, biasanya diwujudkan dalam
perubahan sikap dan perilaku, contoh bagi pria ada perubahan mimik jika bicara,
cara berpakaian, cara mengatur rambut, bahasa yang diucapkan, aktingnya dan
lain-lain. Bagi wanita, ada perubahan cara bicara, cara tertawa, cara pakaian,
jalannya, dan lain-lain.
Prinsip-prinsip reproduksi yang meliputi menstruasi, kehamilan, proses
melahirkan, memelihara diri agar tetap tampil rapi dan bersih, bertingkah
lakusopan dalam menjaga diri, dan menghindari hubungan seksual sebelum
menikah.
2. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi
Menurut Program Kerja WHO ke IX (1996-2001) pada Mei 1994,
masalah kesehatan reproduksi ditinjau dari pendekatan keluarga meliputi :
a. Praktik tradisional yang berakibat buruk semasa anak-anak (seperti :
mutilasi genital, diskriminasi nilai anak).

b. Masalah kesehatan reproduksi remaja (kemungkinan besar dimulai sejak


masa kanak-kanak yang seringkali muncul dalam bentuk kehamilan
remaja, kekerasan / pelecehan seksual dan tindakan seksual tidak aman).

c. Tidak terpenuhinya kebutuhan ber-KB, biasanya terkait dengan isu aborsi

d. Mortalitas dan morbiditas ibu dan anak (sebagai kesatuan) selama


kehamilan, persalinan, dan masa nifas, yang diikuti dengan malnutrisi
anemia, bayi berat lahir rendah.

e. Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), yang berkaitan dengan Penyakit


Menular Seksual (PMS).

f. Kemandulan yang berkaitan dengan ISR / PMS.

Unsur-unsur Kesehatan Reproduksi Remaja


Upaya promosi dan pencegahan masalah kesehatan reproduksi juga
perlu diarahkan pada masa remaja atau peralihan dari masa anak menjadi
dewasa, dimana perubahan-perubahan dari bentuk dan fungsi tubuh terjadi
dalam waktu relatif cepat. Masa pubertas ditandai dengan berkembangnya tanda
seks sekunder dan berkembangnya jasmani secara pesat, menyebabkan remaja
secara fisik mampu melakukan fungsi dan proses reproduksi tersebut. Informasi
dan penyuluhan, konseling dan pelayanan klinis perlu ditingkatkan untuk
mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja.

a. Kesehatan Alat- alat Reproduksi


Masalah-masalah yang berkaitan dengan kondisi kesehatan lat-alat
reproduksi ini menyentuh remaja perempuan juga remaja laki-laki. Masalah-
masalah yang dihadapi remaja perempuan antara lain adalah payudara
mengeluarkan cairan, benjolan pada payudara, masalah seputar haid (nyeri haid
yang tidak teratur), keputihan, dan infeksi saluran reproduksi. Selain itu juga
diajukan pertanyaan-pertanyaan, seputar siklus haid, waktu terjadinya masa
subur, masalah keperawanan dan masalah jerawat. Masalah-masalah yang
berkenaan dengan kesehatan alat-alat reproduksi yang dihadapi oleh remaja laki-
laki antara lain adalah masalah bentuk dan ukuran penis, jumlah testis tidak
lengkap dan hernia scrotalis.

b. Hubungan dengan Pacar


Persoalan-persoalan yang mewarnai hubungan dengan pacar adalah
masalah kekerasan oleh pacar, tekanan untuk melakukan hubungan seksual,
pacar cemburuan, pacar berselingkuh dan bagai mana menghadapi pacar yang
pemarah. Tindakan seseorang dapat digolongkan sebagai tindak kekerasan
dalam percintaan bila salah satu pihak merasa terpaksa, tersinggung dan disakiti
dengan apa yang telah di lakukan pasangannya.
c. Masturbasi
Masturbasi atau onani adalah salah satu cara yang dilakukan jika
seseorang tidak mampu mengendalikan dorongan seksual yang dirasakannya.
Jika dibandingkan dengan melakukan hubungan seksual, maka onani dapat
dikatakan mengandung resiko yang lebih kecil bagi pelakunya untuk
menghadapi kehamilan yang tidak dikehendaki dan penularan penyakit menular
seksual. Bahaya onani adalah apabila dilakukan dengan cara tidak sehat
misalnya menggunakan alat yang bisa menyebabkan luka atau infeksi. Onani
juga bisa menimbulkan masalah bila terjadi ketergantungan / ketagihan, bisa
juga menimbulkan perasaan bersalah.

d. Hubungan Seksual Sebelum Nikah


Cara para remaja berpacaran dewasa ini berkisar dari melakukan ciuman
bibir, raba-raba daerah sensitif, saling menggesekkan alat kelamin (petting)
sampai ada pula yang melakukan senggama. Perkembangan zaman juga
mmpengaruhi perilaku seksual dalam berpacaran para remaja. Hal ini dapat
dilihat bahwa hal-hal yang ditabukan remaja pada beberapa tahun yang lalu
seperti berciuman dan bercumbu, kini sudah dianggap biasa. Bahkan, ada
sebagian kecil dari mereka setuju dengan free sex. Perubahan dalam nilai ini,
misalnya terjadi dengan pandangan mereka terhadap hubungan seksual sebelum
menikah.

e. Penyakit Menular Seksual


Hubungan seksual sebelum menikah juga berisiko terkena penyakit
menular seksual seperti sifilis, gonorhoe (kencing nanah), herps sampai
terinfeksi HIV.

f. Aborsi
Salah satu cara menghadapi kehamilan yang tidak di inginkan
adalahdengan melakukan tindakan aborsi. Aborsi masih merupakan tindakan
yang ilegal di Indonesia. Upaya sendiri untuk melakukan aborsi banyak
dilakukan dengan mengkonsumsi obat-obatan tertentu, jamu, dan lain-lain.

2. Masalah Kespro pada Remaja


Masa remaja merupakan salah satu dari periode perkembangan manusia,
Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak – kanak ke
masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, psikologis, dan social. Usia
remaaj biasanya dimulai pada usia 10 -13 tahun dan berakhir pada usia 18 – 22
tahun. Sedangkan menurut WHO remaaj merupakan individu yang sedang
mengalami masa peralihan yang secara berangsur – angsur mencapai
kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa anak – anak menjadi
dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan
menjadi relative mandiri. Ada dua aspek pokok dalam perubahan pada remaja,
yakni perubahan fisik atau biologis dan perubahan psikologis.
Perilaku seksual merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang
sangat berhubungan dengan kesehatan reproduksi seseorang. Secara umum
terdapat 4 (empat) faktor yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi,
yaitu :

1. Faktor Sosial ekonomi, dan demografi. Faktor ini berhubungan dengan


kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan mengenai
perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang
terpencil

2. Faktor budaya dan lingkungan, antara lain adalah praktik tradisional yang
berdampak buruk terhadap kesehatan reproduksi, keyakinan banyak anak
banyak rejeki, dan informasi yang membingungkan anak dan remaja mengenai
fungsi dan proses reproduksi

3. Faktor psikologis, keretakan orang tua akan memberikan dampak pada


kehidupan remaaj, depresi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormonal

4. Faktor biologis, antara lain cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi,
dan sebagainya

Pengaruh informasi global (paparan media audio-visual) yang semakin


mudah diakses justru memancing anak dan remaja untuk mengadaptasi
kebiasaan-kebiaasaan tidak sehat seperti merokok, minum minuman berakohol,
penyalahgunaan obat dan suntikan terlarang, perkelahian antar-remaja atau
tawuran (Iskandar, 1997). Pada akhirnya, secara kumulatif kebiasaan-kebiasaan
tersebut akan mempercepat usia awal seksual aktif serta mengantarkan mereka
pada kebiasaan berperilaku seksual yang berisiko tinggi, karena kebanyakan
remaja tidak memiliki pengetahuan yang akurat mengenai kesehatan reproduksi
dan seksualitas serta tidak memiliki akses terhadap informasi dan pelayanan
kesehatan reproduksi, termasuk kontrasepsi.

Banyak masalah yang akan timbul akibat mengabaikan kesehatan


reproduksi. Masalah - masalah yang timbul akibat kurangnya pengetahuan
terhadap kesehatan reproduksi yaitu Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD),
aborsi, perkawinan dan pernikahan dini, IMS atau PMS dan HIV/AIDS (Marmi,
2013). Menurut data PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) Jawa
Tengah tahun 2010, remaja yang berhubungan seksual pra nikah sebanyak 863
orang, hamil pra nikah 452 orang, Infeksi menular seksual 283 orang,
masturbasi 337 orang, aborsi 244 orang. Kasus ini meningkat dari tahun 2009
dimana kasus remaja yang berhubungan seksual pra nikah 765 orang, hamil pra
nikah 367 orang, infeksi menular seksual 275 orang, masturbasi 322 orang,
aborsi 166 orang (PILAR PKBI, 2010
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menekan angka – angka
tersebut adalah dengan melakukan edukasi edukasi kesehatan mengenai cara
perawatan organ reproduksi, edukasi mengenai perkembangan remaja saat
pubertas, edukasi kesehatan mengenai dampak pornografi, edukasi kesehatan
mengenai kehamilan tidak diinginkan (KTD) dan aborsi, edukasi kesehatan
mengenai HIV/AIDS dan infeksi menular seksual, serta edukasi kesehatan
mengenai pendewasaan usia pernikahan dengan melibatkan peran Pemerintah,
orang tua, dan juga peer group
Dengan melakukan kegiatan tersebut diharapkan akan dapat
meningkatkan pengetahuan remaja, sehingga dapat meningkatkan kesadaran
remaja akan pentingnya masalah kesehatan reproduksi. Dan menekan angka
kejadian kasus – kasus kesehatan reproduksi remaja.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menjaga kesehatan reproduksi adalah hal yang sangat penting, terutama pada
remaja. Sebab, masa remaja adalah waktu terbaik untuk membangun kebiasaan baik
menjaga kebersihan, yang bisa menjadi aset dalam jangka panjang.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja adalah orang yang berusia 12
hingga 24 tahun. Masa remaja merupakan peralihan dari kanak-kanak menjadi
dewasa. Artinya, proses pengenalan dan pengetahuan kesehatan reproduksi
sebenarnya sudah dimulai pada masa ini. Secara sederhana, reproduksi berasal dari
kata “re” yang berarti kembali dan “produksi” yang artinya membuat atau
menghasilkan.

Reproduksi bisa diartikan sebagai proses kehidupan manusia dalam menghasilkan


kembali keturunan. Karena definisi yang terlalu umum tersebut, seringnya
reproduksi hanya dianggap sebatas masalah seksual atau hubungan intim. Alhasih,
banyak orang tua yang merasa tidak nyaman untuk membicarakan masalah tersebut
pada remaja. Padahal, kesehatan reproduksi, terutama pada remaja merupakan
kondisi sehat yang meliputi sistem, fungsi, dan proses reproduksi.

Kurangnya edukasi terhadap hal yang berkaitan dengan reproduksi nyatanya bisa
memicu terjadinya hal-hal yang tak diinginkan. Salah satu hal yang sering terjadi
karena kurangnya sosialiasi dan edukasi adalah penyakit seksual menular,
kehamilan di usia muda, hingga aborsi yang berakibat pada hilangnya nyawa
remaja.

Nyatanya peran orangtua merupakan satu hal yang penting dalam edukasi seksual
pada remaja. Apalagi saat ini masih belum banyak orang yang peduli terhadap
risiko-risiko yang bisa menyerang remaja “salah pergaulan” tersebut. Mulai dari
ancaman HIV/AIDS, angka kematian ibu yang meningkat karena melahirkan di usia
muda, hingga kematian remaja perempuan karena nekat mengambil tindakan aborsi.

Pada dasarnya, remaja perlu memiliki pengetahuan seputar kesehatan reproduksi.


Tak hanya untuk menjaga kesehatan dan fungsi organ tersebut, informasi yang benar
terhadap pembahasan ini juga bisa menghindari remaja melakukan hal-hal yang
tidak diinginkan.

Memiliki pengetahuan yang tepat terhadap proses reproduksi, serta cara menjaga
kesehatannya, diharapkan mampu membuat remaja lebih bertanggung jawab.
Terutama mengenai proses reproduksi, dan dapat berpikir ulang sebelum melakukan
hal yang dapat merugikan.
B. Saran
1. Bagi Remaja Remaja
Agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, IMS,
HIV/AIDS yang tepat, benar, dan memahami tentang kesehatan reproduksi secara
dini. 109
2. Bagi Kelompok
Selanjutnya Sebagai data dasar untuk peneliti selanjutnya agar dapat melakukan
upaya peningkatan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi agar remaja
mempunyai pengetahuan yang baik disertai perilaku seksual yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/21657655/KOMUNIKASI_DALAM_KONSELING
https://www.halodoc.com/artikel/pentingnya-pengetahuan-kesehatan-reproduksi-
bagi-remaja

Soal
1. Unsur-unsur komunikasi dibawah ini, kecuali .....
a. Komunikator
b. Pesan
c. Saluran komunikasi atau media
d. Umpan balik
e. Masalah
Jawaban : E

2. Pemerluan kebutuhan dibawah ini, kecuali...


A. Memberi dan menerima kasih sayang
B. Umpan balik
C. Kebebasan
D. Memiliki kesenangan
E. Perasaan mencapai prestasi
JAWABAN: B

3. Apa saja keadaan yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan remaja


termasuk kesehatan reproduksi remaja? kecuali....
A. Masalah gizi
B. Masalah pendidikan
C. Masalah lingkungan & pekerjaan
D. Masalah usia
E. Masalah seks, perkawinan & kehamilan

Jawaban: D

4.Suatu proses kegiatan penyampaian informasi atau pesan dari pihak satu ke
pihak lain disebut ….
A. Bisnis
B. Komunikasi
C. Komunikasi bisnis
D. Etika komunikasi
E. Proses komunikasi

Jawaban:B

5.Pengirim pesan dalam proses komunikasi dinamakan ….


A. Komunikator
B. Receiver
C. Komunikan
D. Komunikasi
E. channnel

Jawaban: A komunikator
6. Etika dalam berkomunikasi berupa prinsip, terhormat, jujur, yakin bertindak,
dan berjuang untuk keyakinan disebut ….
A. Jujur
B. Setia
C. Integritas
D. Adil
E. Memegang janji

Jawaban: C. Integritas

7. Faktor keberhasilan dari sudut kkomunikasi, kecuali ….


A. Cakap
B. Sikap
C. Ramah
D. Pengetahuan
E. Sistem sosial

Jawaban: B. Sikap

8. Yang bukan termasuk jenis tanggapan (feedbeck) dari penerima pesan yaitu ….
A. Zero feedback
B. Positive feed
C. Neutral
D. Negative
E. Netral

Jawaban: E. Netral

Anda mungkin juga menyukai