Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH DINAMIKA KELOMPOK

KOMUNIKASI EFEKTIF

Disusun oleh

Emiral
Gina Octavianie 01190100018
M Wildan
Hendi Purnama
Tari Maspupah 01190100002

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU


PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
JAKARTA, TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I...........................................................................................................................................................1
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................................2
BAB 2..........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
2.1 Komunikasi yang Efektif dalam kelompok..............................................................................3
2.2 Pola Komunikasi anatar kelompok...........................................................................................3
2.3 Efek Kempetensi Pada Komunikasi..........................................................................................4
2.4 Hambatan dalam Komunikasi.........................................................................................................5
2.5 Struktur dan jaringan komunikasi.................................................................................................7
2.6 Meningkatkan Komunikasi antar Anggota Kelompok.................................................................7
BAB III........................................................................................................................................................9
PENUTUP...................................................................................................................................................9
KESIMPULAN.......................................................................................................................................9
SARAN....................................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................10

ii
BAB I

PEMBAHASAN
1.1. Latar Belakang
Sejak lahir, kita tidak bisa sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu dan
harus berkomunikasi dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan fisik
maupun psikologis. Para psikolog berpendapat bahwa, kebutuhan utama kita sebagai
manusia dan untuk menjadi manusia yang sehat secara rohaniah, adalah kebutuhan akan
hubungan sosial yang ramah, yang hanya bisa terpenuhi dengan membina hubungan yang
baik dengan orang lain. Komunikasi akan sangat dibutuhkan dalam membina hubungan-
hubungan tersebut. Melalui komunikasi dengan orang lain, kita juga dapat memenuhi
kebutuhan emosional dan intelektual kita. komunikasi melalui budi bahasa yang baik
dapat membina hubungan sosial yang baik dan menyenangkan, dan sebaliknya,
ketidakmampuan seseorang menggunakan bahasa yang baik dalam berkomunikasi, dapat
menimbulkan akibat yang tidak diharapkan, bahkan menjadikan sia-sia dan merugikan
diri sendiri dan orang lain. Kesuksesan seseorang membina hubungannya dengan orang
lain, bekerja sama, bahkan mempengaruhi orang lain untuk mengikuti ide dan gagasannya
banyak dipengaruhi oleh kemampuannya berkomunikasi. Banyak tokoh-tokoh yang
mendapat dukungan dari masyarakat karena kepiawaiannya mengemas pesan, sehingga
memperoleh simpati yang luar biasa, dan sebaliknya tidak jarang pula orang yang
ditinggalkan pengagumnya karena tidak bisa berkomunikasi secara efektif. Menurut
Jalaludin Rahmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi (2008:13) dijelaskan bahwa,
komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan
kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik,dan pada
akhirnya menimbulkan suatu tindakan. (Zuwirna, 2018)
Kelompok dapat diartikan sebagai sekelompok individu yang mencoba untuk
memuaskan beberapa kebutuhan pribadi melalui kebersamaan mereka. Berdasarkan
definisi ini, sekelompok orang bukan kelompok kecuali jika mereka terdorong oleh alasan
pribadi untuk bergabung dalam sebuah kelompok. Maka dari itu, keterampilan menyandi
pesan sangat dibutuhkan oleh indvidu-individu dalam komunikasi agar terciptanya
harmonisasi hubungan dalam kelompok. Dalam teori fungsional komunikasi kelompok
memandang proses sebagai instrumen yang digunakan kelompok untuk mengambil
keputusan dengan menekankan hubugan antara kualitas komunikasi dan kualitas keluaran
(output) kelompok. Komunikasi melakukan sejumlah hal atau berfungsi dalam sejumlah
hal yang akan menentukan atau memutuskan hasil-hasil yang dicapai kelompok. Fungsi
komunikasi kelompok dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat, kelompok, dan para
anggota kelompok itu sendiri. (wisnu dwi prasetyo, 2017) Pengertian lain dari komunikasi
kelompok adalah sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan
tujuan yang sudah diketahui misalnya untuk berbagi informasi, pemecahan masalah
dimana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang
lain secara tepat. (Hernikawati, 2017)
1.2 Rumusan Masalah
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan komunikasi efektif?
3. Untuk mengetahui apa saja pola komunikasi antar kelompok?
4. Untuk mengetahui Efek kompetensi pada komunikasi?
5. Untuk mengrtahui hambatan apa saja dalam komunikasi?
6. Untuk mengetahui apa saja struktur dan jaringan komunikasi?
7. Untuk mengetahui bagaimana meningkatkan komunikasi antar kelompok?

1
1.3 Tujuan
1. Diketahui Pengertian Komunikasi efektif
2. Diketahui pola komunikasi antar kelompok
3. Diketahui efek kempetensi pada komunikasi
4. Diketahui hambatan dalam komunikasi kelompok
5. Diketahui struktur dan jaringan komunikasi
6. Diketahui bagaimana cara meningkatkan komunikasi antar kelompok.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Komunikasi yang Efektif dalam kelompok


Komunikasi kelompok terjadi dalam konteks komunikasi interpersonal, dan sudah
melewati tahapan komunikasi intrapersonal. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi
yang terjadi didalam individu sendiri, individu berbicara, untuk memikirkan atau
meyakinkan suatu hal yang di inderainya. Hal ini terjadi setelah seseorang menerima
stimulus yang di terima oleh indera dan menafsirkannya melalui komunikasi dengan
dirinya sendiri. Sedangkan komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antar
individu, individu mengirimkan suatu pesan dan di balas pesan itu oleh individu yang
lain. Pesan yang dikirimkan saat komunikasi interpersonal ini belum tentu sesuai dengan
apa yang diinginkan berbeda dengan komunikasi intrapersonal. Saat komunikasi
intrapersonal terjadi semua hasil keputusan terletak pada individu itu sendiri setelah
melakukan interpretasi makna yang diterima. Sedangkan pada komunikasi interpersonal
umpan balik yang diterima dipengaruhi interpretasi makna yang disampaikan oleh
individu yang lainnya. Kelompok membutuhkan komunikasi untuk menunjang
kekompakan dalam suatu kelompok. Kenapa komunikasi kelompok penting didalam
kehidupan manusia, hal ini dikarenakan kelompok merupakan bagian yang tidak dapat
dilepaskan dari aktivitas seharihari kita. Disamping itu Kelompok memungikinkan kita
dapat berbagi informasi, pengalaman, pengetahuan kita dengan anggota lainnya.(Tutiasri,
2016) Komunikasi harus memiliki tujuan tertentu, baik untuk mentransfer ide,
mengedukasi, atau untuk mengubah sesuatu. Agar tujuan komunikasi tercapai maka
seluruh proses komunikasi harus berjalan dengan baik. Agar proses komunikasi berjalan
dengan baik, maka setiap unsur dalam komunikasi harus diperhatikan sedemikian rupa,
sehingga dapat menghasilkan feedback positif dari komunikan.(HARILAMA, 2020)
2.2 Pola Komunikasi anatar kelompok
Pola dalam kamus bahasa Indonesia berarti sistem atau tata kerja. Adapun istilah
sistem secara umum adalah suatu susunan yang terdiri atau pilihan berdasarkan fungsinya,
individu-individu yang mendukung membentuk kesatuan utuh. Tiap individu dalam
sistem saling bergantung dan saling menentukan. Pola komunikasi diartikan sebagai
bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan
cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
Pola komunikasi adalah bentuk atau pola hubungan antara dua orang atau lebih
dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan yang dikaitkan dua komponen, yaitu
gambaran atau rencana yang meliputi langkah-langkah pada suatu aktifitas, dan
komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan komunikasi antar
manusia atau kelompok dan organisasi. Ada tiga pendekatan untuk mengkaji pola
komunikasi kelompok (Ruswandi awza, 2016):
1. Analisis Interaksi
Kelompok yang efektif harus mampu menjaga keseimbangan antara tugas dan kegiatan
emosional, serta mengembangkan suatu sistem pengamatan yang dikenal sebagai
analisis interaksi untuk menganalisis interaksi antar anggota kelompok.Pertama,
banyaknya dan lamanya sebuah komunikasi.Kedua, pada siapa kita berkomunikasi.
Ketiga, memperhatikan siapa yang menggerakkan siapa dan dengan cara apa.
Umumnya, anggota highauthority (atasan) akan lebih mengontrol anggota low-
authority (bawahan).
2. Hirarki Komunikasi Satu Arah Dan Dua Arah
Komunikasi satu arah atau one way communication, memiliki ciri ketua kelompok
memberi perintah kepada anggota kelompok.Bersifat pasif dan keefektifitan

3
komunikasi ditentukan oleh bagaimana pesan tersebut dibuat dan di sampaikan.
Sedangkan dalam komunikasi dua arah atau two way communication, adanya proses
timbal balik dimana setiap anggota dapat menyampaikan pesan dan menjelaskan pesan
kepada anggota lain.
3. Jaringan Komunikasi
Jaringan komunikasi adalah langkahlangkah dalam menentukan siapa yang dapat
berkomunikasi dan bagaimana komunikasi itu dilakukan (secara langsung ataupun
melalui anggota lain) sehingga dapat diterima antar anggota dalam kelompok dan
organisasi.
Pola komunikasi merupakan bentuk-bentuk komunikasi untuk mempengaruhi
melalui sinyal atau simbol yang dikirimkan dengan cara mengajak secara bertahap
maupun sekaligus, pola komunikasi di sini akan lebih mempunyai arti jauh ketika
dikaitkan dengan prinsipprinsip komunikasi dalam merealisasikan bentuk komunikasi.
Komunikasi berdasarkan bentuknya dibagi kepada (Lumentut, Pantow and Waleleng,
2017) :
1. Komunikasi Antar Personal atau yang lebih dikenal dengan Interpersonal: komunikasi
yang terjadi antar komunikator dengan komunikan secara langsung dengan cara
berhadapan muka atau tidak. Komunikasi seperti ini lebih efektif karena kedua belah
pihak saling melancarkan komunikasinya dan dengan feedback keduanya
melaksanakan fungsi masing-masing,
2. Komunikasi Kelompok: adalah komunikasi yang terjadi antara seseorang dan
kelompok tertentu. Komunikasi kelompok dapat dipetakan menjadi 3 kelompok
komunikasi. David Krech dalam Miftah Thoha (2008:142) yaitu;
a. Small group (kelompok yang berjumlah sedikit) Kelompok kecil merupakan
komunikasi yang melibatkan sejumlah orang dalam interaksi satu dengan yang
lain dalam suatu pertemuan yang bersifat berhadapan.
b. Medium group (agak banyak) Komunikasi dalam kelompok sedang lebih
mudah karena dapat diorganisir dengan baik dan terarah, misalnya komunikasi
antara satu bidang dengan bidang yang lain dalam organisasi atau perusahaan.
c. Large group (jumlah banyak) Kelompok besar merupakan komunikasi yang
melibatkan interaksi antara kelompok dengan individu, individu dengan
kelompok, kelompok dengan kelompok. Komunikasinya lebih sulit
dibandingkan dengan dua kelompok di atas karena tanggapan yang diberikan
komunikan lebih bersifat emosional.
3. Komunikasi Massa: adalah komunikasi yang menggunakan media sebagai alat atau
sarana bantu, biasanya menggunakan media elektronik seperti Televisi, Radio, Surat
kabar, Majalah dan lain-lain.

2.3 Efek Kempetensi Pada Komunikasi


Kompetisi antar kelompok merupakan suatu proses yang memicu timbulnya
prasangka. Kompetisi adalah saling mengatasi dan berjuang antara dua individu, atau
antara beberapa kelompok untuk memperebutkan objek yang sama, Kompetisi seringkali
membuat individu mempunyai persepsi yang negatif terhadap orang atau kelompok
lain, Apabila kompetisi berlanjut, maka masing-masing anggota akan memandang
bahwa anggota kelompok lain sebagai musuh, sehingga pemikiran negatif terhadap
kelompok lainnya akan muncul. Keadaan ini memunculkan kompetisi antar berbagai
kelompok sosial untuk memperebutkan sumber daya yang dianggap berharga dan
sekaligus terbatas tersebut. Hal ini didukung oleh realistic conflict theory yang
memandang bahwa prasangka berasal dari kompetisi pada sejumlah kelompok sosial
yang memiliki peluang untuk mendapatkan sesuatu yang telah menjadi sasarannya.
(Bunga Karunia, Gandani Praditya, Niken Laraswati, Rahma Dian, Shella Rizki, 2017)

4
2.4 Hambatan dalam Komunikasi
Dalam proses komunikasi yang terjadi selama pelaksanaan Program Monitoring
dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran, ditemukan adanya perbedaan persepsi antara
pimpinan dan bawahan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Pimpinan Direktorat PA
yaitu direktur dan pejabat di level manajerial, menggunakan strategi mengedepankan
pencapaian visi dan misi organisasi dalam melakukan komunikasi dengan para bawahan.
Strategi tersebut dilakukan setiap saat, baik pada saat pengarahan oleh direktur maupun
saat koordinasi untuk pelaksanaan suatu kegiatan. Dari hasil observasi di lapangan dan
hasil wawancara dengan beberapa informan, ditemukan bahwa masih terdapat perbedaan
dalam menyikapi pesan yang ingin disampaikan para pimpinan tersebut, yaitu
pelaksanaan program monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran sebagai salah satu
unsur yang penting untuk mencapai visi dan misi organisasi Direktorat PA (Harivarman,
2017).
Hambatan atau kendala dalam komunikasi secara internal yang dialami Direktorat
PA sesuai dengan hambatan dalam berkomunikasi yang disampaikan oleh Ron Ludlow
dan Fergus Panton (1996: 13). Adanya perbedaan persepsi antara atasan dan bawahan
disebabkan oleh perceptual distortion yaitu perbedaan dalam cara pandang dan cara
berpikir antara komunikator dan komunikasi pada saat proses komunikasi. Hal ini terlihat
dari perbedaan pernyataan yang diberikan oleh pegawai di level pelaksana dengan
pernyataan direktur terkait pelaksanaan kegiatan SR dan EPA K atau L. Kendala berupa
pembatasan dalam informasi yang disampaikan oleh atasan kepada pelaksana serta gaya
kepemimpinan atasan yang tidak sesuai dengan preferensi bawahan merupakan distorsi
yang disebabkan adanya status effect yaitu adanya perbedaan status sosial di antara
anggota organisasi yang memiliki status yang lebih tinggi dalam jenjang hierarki atau
struktur organisasi dibandingkan dengan anggota yang lain. Direktur sebagai pimpinan
tertinggi organisasi Direktorat PA telah menentukan pola komunikasi dengan bawahan
melalui penjenjangan informasi yang ternyata menyebabkan informasi yang mengalir ke
bawah terutama ke level pegawai pelaksana menjadi tidak utuh. Hal tersebut disebabkan
adanya kepala subdit yang tidak sepenuhnya menyampaikan informasi terkait pekerjaan
kepada bawahan. Tidak utuhnya informasi tersebut berperan salah satunya dalam
membuat hasil pekerjaan dari bawahan menjadi tidak maksimal (Harivarman, 2017).
Hambatan dalam organisasi tersebut juga sesuai dengan gangguan komunikasi
yang sering muncul dalam komunikasi organisasi menurut Warren R. Plunket dan
Raymond F. Atner (dalam Ruliana, 2014) yaitu gangguan komunikasi di tingkatan
manajemen (management level), bahwa di dalam tingkatan manajemen organisasi dapat
terjadi penyampaian pesan atau informasi yang tidak sepenuhnya berlangsung dengan
lancar, baik ditinjau dari arah atau aliran informasi atau pola komunikasi, baik secara top
down maupun bottom up. Hambatan komunikasi lainnya yang kerap muncul adalah
berupa manager interpretation (interpretasi manajer), yaitu masing-masing manajer
memiliki pola pikir, pola berhubungan dan cara penafsiran yang berbeda-beda ketika
berinteraksi dengan bawahan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pejabat di level
manajerial Direktorat PA yang memaknai informasi yang disampaikan oleh direktur dan
atau kepala subdit dengan cara yang berbeda. Perbedaan tersebut membuat informasi
yang disampaikan kepada pegawai pelaksana menjadi berbeda sehingga dapat
menyebabkan ketidakseragaman dalam hasil pekerjaan (Harivarman, 2017).
Tommy Suprapto menyatakan bahwa gangguan semantik sering terjadi dalam
komunikasi. Biasanya disebabkan karena tiga hal yaitu:
1. Kata-kata yang digunakan terlalu banyak memakai jargon bahasa asing, sehingga
sulit dimengerti khalayak tertentu.

5
2. Bahasa yang digunakan tidak sebagaimana mestinya, sehingga membingungkan
penerima.
3. Latar belakang budaya yang menyebabkan salah persepsi terhadap simbol-simbol
bahasa yang digunakan (Alfi, 2019).

Berbeda dengan Effendi (2009) mengatakan bahwa hambatan komunikasi terdiri dari:
1. Hambatan sosio-antro-psikologis Hambatan sosio-antro-psikologis merupakan
hambatan proses komunikasi dalam konteks situasional (situational context). Artinya
seorang komunikator harus mempertimbangkan betul situasi dan kondisi saat
melakukan komunikasi dengan komunikan. Terutama pada tiga aspek yaitu
sosiologis, antropologis dan hambatan psikologis
2. Hambatan semantik Mengacu pada hambatan sebelumnya yang menekankan pada
aspek sistuasi dan kondisi lapangan, artinya berkaitan erat dengan komunikan, maka
hambatan semantik lebih menekankan kepada komunikator. Semantik berkaitan
dengan bahasa komunikator. Demi kelancaran komunikasinya seorang komunikator
harus benar-benar memperhatikan gangguan semantik ini, sebab salah ucap atau tulis
dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau salah tafsir
(misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi
(miscommunication).
3. Hambatan mekanis Hambatan mekanis adalah hambatan yang ditimbulkan dari alat/
mekanik yang mempengaruhi kualitas komunikasi. Sering kita jumpai hambatan
model ini seperti tulisan yang kurang jelas sehingga susah dibaca, suara yang tidak
bisa didengar, perbedaan jenis mutu mekanik yang digunakan sehingga alat tidak
dapat melakukan koding dengan baik dan benar
4. Hambatan ekologis. Lingkungan sangat berpengaruh bagi lancarnya proses
komunikasi, lingkungan yang tidak mendukung akan memperburuk komunikasi.
Misalnya ketika kita melakukan komunikasi di tampat keramaian maka kita akan
meningkatkan suara agar komunikan jelas mendengar pesan yang kita sampaikan,
telepon di jalan raya yang bising dengan suara kendaraan juga contoh yang relevan
untuk kategori ini. (Effendi, 2009) Hambatan dapat bersifat teknis, hambatan
semantik dan hambatan perilaku. Hambatan yang bersifat teknis adalah hambatan
yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti; Kurangnya sarana dan prasarana yang
diperlukan dalam proses komunikasi; Penguasaan teknik dan metode berkomunikasi
yang tidak sesuai; Kondisi fsik yang tidak memungkinkan terjadinya proses
komunikasi yang dibagi menjadi kondisi fsik manusia, kondisi fsik yang
berhubungan dengan waktu atau situasi/keadaan, dan kondisi peralatan. Hambatan
semantik berkisar di hambatan yang disebabkan kesalahan dalam menafsirkan,
kesalahan dalam memberikan pengertian terhadap bahasa (kata-kata, kalimat, kode-
kode) yang dipergunakan dalam proses komunikasi. Sedangkan hambatan perilaku
disebut juga hambatan kemanusiaan. Hambatan yang disebabkan berbagai bentuk
sikap atau perilaku, baik dari komunikator maupun komunikan. Hambatan perilaku
tampak dalam berbagai bentuk, seperti; Pandangan yang sifatnya apriori, Prasangka
yang didasarkan pada emosi, Suasana otoriter, ketidakmauan untuk berubah dan sifat
yang egosentris (Yuliasari, Saleh, Hubeis, & Sarwoprasodjo, 2017).
Kegiatan pendamping sosial didominasi oleh proses komunikasi sehingga potensi
terjadinya hambatan komunikasi sangat tinggi. Hambatan komunikasi dalam proses
pendampingan sosial dapat berasal dari pendamping maupun penerima manfaat. Pada sisi
pendamping dapat terjadi hambatan komunikasi karena minimnya pemahaman pendamping
terhadap fokus kegiatan, rendahnya kemampuan pendamping untuk mengkomunikasikan
program ke dalam bahasa yang mudah dipahami oleh penerima manfaat, terbatasnya media
yang dapat digunakan dalam proses pendampingan sosial (Wijayaptri, 2015). Sedangkan
pada sisi penerima manfaat hambatan komunikasi dapat disebabkan oleh perbedaan tingkat

6
pemahaman antar penerima manfaat, rendahnya kesadaran penerima manfaat terhadap
urgensi kegiatan pendampingan (Luthfyah, 2016).

2.5 Struktur dan jaringan komunikasi


Jaringan komunikasi menurut Rogers and Kincaid (1981) adalah suatu jaringan
yang terdiri atas individu-individu yang saling berhubungan, yang dihubungkan oleh arus
komunikasi yang terpola. Begitu pula Hanneman and McEver yang dikutip oleh Djamali
(1999) menyatakan bahwa jaringan komunikasi adalah pertukaran informasi yang terjadi
secara teratur antara dua orang atau lebih. Jaringan komunikasi adalah aspek struktural
dari sebuah kelompok, jaringan tersebut menjelaskan kepada kita bagaimana kelompok
tetap bersatu atau terikat satu sama lain (Cindoswari, 2017).
Analisis Jaringan Komunikasi adalah suatu metode penelitian untuk
mengidentifikasikan struktur komunikasi dalam suatu sistem, di mana data hubungan
mengenai arus komunikasi dianalisis dengan menggunakan beberapa tipe hubungan-
hubungan korelasional sebagai unit-unit analisis. Tipe hubungan dalam Analisis Jaringan
bukanlah analisis monadic (individu), tetapi dyadic (2 orang) atau lebih.Analisis jaringan
komunikasi merupakan alat untuk mengidentifikasi jaringan komunikasi dalam suatu
sistem (Rogers & Kincaid 1981). Peran seseorang dalam sebuah jaringan komunikasi
bervariasi, dari yang sedikit sampai yang banyak. Peran-peran tersebut dapat
diidentifikasi dalam berbagai nama, dan berbagai bentuk atau konfigurasi sosiometris,
sesuai dengan kelaziman dan penamaan yang ada dalam model penelitian analisis
jaringan komunikasi. Sekurang-kurangnya ada 5 bentuk sosiometris; yaitu star, opinion
leader, liaisons, bridges, atau isolated (Luthfie, 2018).
Menurut Rogers (2003) hakekat dari suatu jaringan komunikasi adalah hubungan.
hubungan yang bersifat homofili (homophilus), yakni kecenderungan manusia untuk
melakukan hubungan atau kontak sosial dengan orangorang yang memiliki atribut sama
atau yang lebih tinggi sedikit dari posisi dirinya. Tetapi dapat juga terjadi antar orang-
orang yang memiliki atribut yang tidak sama. Setiap jenis jaringan komunikasi
mempunyai kecepatan perkembangan yang berbeda-beda. Semakin penting suatu jenis
informasi bagi suatu anggota sistem sosial, makin cepat perkembangan dan luas
jangkauan jaringan komunikasinya. Jaringan komunikasi yang berhubungan dengan
informasi tentang kebutuhan primer akan mempunyai jangkauan yang tercepat dan terjauh
(Rogers, 2003).

2.6 Meningkatkan Komunikasi antar Anggota Kelompok


Manusia adalah makhluk sosial, sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin
berhubungan dengan manusia lainnya dan ingin mengetahui apa yang terjadi dengan
dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia untuk berkomunikasi dan menjadikan
komunikasi sebagai kebutuhan dasar yang penting untuk hidup bermasyarakat.
Komunikasi merupakan aktivitas manusia sehari-hari, sesama jenis ataupun lawan jenis.
Dengan demikian komunikasi adalah aktivitas yang dilakukan oleh semua manusia dan
membutuhkan sebuah keterampilan khusus agar dapat melahirkan kesuksesan (Erlangga,
2017).
Dalam hidup bermasyarakat orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain
niscaya akan terisolasi dari lingkungannya. Pengaruh keterisolasian ini dikhawatirkan
dapat menimbulkan permasalahan yang kompleks, seperti tidak berkembangnya
pengetahuan dan informasi baru yang bersumber dari masyarakat, serta apabila memiliki
masalah sangat besar kemungkinan untuk mengalami kesulitan dalam proses
penyelesaiannya (Erlangga, 2017).

7
Upaya yang dilakukan untuk peningkatan keterampilan berkomunikasi dapat dilakukan
dengan mengadakan kegiatan layanan bimbingan kelompok, mengingat bimbingan
kelompok mempunyai berbagai macam kelebihan (Erlangga, 2017).
1. Dengan bimbingan kelompok, anggota kelompok dapat berinteraksi dan saling
mengeluarkan pendapat, memberikan tanggapan, saran, dan sebagainya. Dengan
interaksi dalam bimbingan kelompok, sikap-sikap negatif siswa seperti pemalu, suka
memotong pembicaraan orang lain dan tidak menghargai akan terlihat sehingga
pemimpin kelompok dapat memberikan informasi tentang sikap-sikap positif kepada
anggota yang memiliki kekurangan tersebut.
2. bimbingan kelompok anggota dapat saling memahami antar anggota kelompok
sehingga timbul sikap percaya. Sikap percaya inilah yang membuat siswa dapat
terbuka untuk mengutarakan isi hatinya.
3. Dalam bimbingan kelompok anggota dilatih untuk mengkomunikasikan pikiran dan
perasaan secara tepat dan jelas sehingga secara tidak langsung semua anggota
kelompok dapat berlatih untuk berkomunikasi.
4. Dalam bimbingan kelompok, anggota kelompok dilatih untuk mampu memecahkan
konflik dan bentuk-bentuk masalah antar pribadi lain yang mungkin muncul dalam
komunikasi dengan orang lain melalui cara-cara yang konstruktif.
5. Aspek keefektifan perilaku komunikasi antarpribadi menurut Kumar (dalam
Wiryanto, 2004:36) yang meliputi keterbukaan, rasa positif, empati, dukungan dan
kesetaraan tertampung dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok, bukan pada
layanan bimbingan konseling lainnya. Dalam bimbingan kelompok terdapat dinamika
kelompok yang dapat memunculkan interaksi positif sehingga diharapkan secara
optimal siswa dapat mengalami perubahan dan mencapai peningkatan yang positif
setelah mengikuti kegiatan bimbingan kelompok.

Setiap melaksanakan layanan bimbingan kelompok terdapat beberapa faktor yang


memengaruhi keefektifan layanan bimbingan kelompok. Faktor-faktor ini berupa
faktor situasional dan faktor personal. Faktor situasional berarti bagaimana bimbingan
kelompok tersebut dilakukan dan faktor personal menjelaskan sikap dan kemampuan
anggota kelompok dapat memahami materi yang didiskusikan dalam layanan
bimbingan kelompok. Hal ini yang menyebabkan setiap kegiatan layanan bimbingan
kelompok memiliki tingkat keefektifan yang berbeda-beda. Depdikbud (1995: 1043)
menyatakan bahwa keterampilan merupakan kecakapan, kepandaian, kemampuan
untuk menyelesaikan tugas.

8
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN :
Hambatan komunikasi pasti akan selalu terjadi dalam setiap proses komunikasi dalam
organisasi, tak terkecuali pada organisasi pemerintahan ketika menjalankan suatu
program atau kegiatan.

SARAN :
strategi yang perlu dilakukan dalam meminimalisasi hambatan-hambatan komunikasi
praktik pekerja sosial antara lain dengan melakukan assesment menyeluruh, jalin
relasi komunikasi alami dan non alami, membangun hubungan yang dekat dengan
klien, mengedepankan prinsip-prinsip komunikasi dan menghindari kata-kata yang
menyudutkan klien.

9
DAFTAR PUSTAKA

Alfi, I. (2019) ‘Hambatan Komunikasi Pendamping Sosial’, al-Balagh : Jurnal Dakwah dan
Komunikasi, 3(2), p. 193. doi: 10.22515/balagh.v3i2.1397.
Bunga Karunia, Gandani Praditya, Niken Laraswati, Rahma Dian, Shella Rizki, V. R. (2017)
Pengaruh Kompetisi Terhadap Prasangka Antar Kelompok Dewasa Awal.
Cindoswari, A. R. (2017) ‘Analisis Struktur Jaringan Komunikasi Dalam Adaptasi Ekonomi,
Sosial Dan Budaya Pada Paguyuban Babul Akhirat Di Kota Batam’, Jurnal Komunikasi,
10(2), p. 129. doi: 10.21107/ilkom.v10i2.2517.
Erlangga, E. (2017) ‘Bimbingan Kelompok Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Siswa’,
Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi, 4(1), pp. 149–156. doi: 10.15575/psy.v4i1.1332.
HARILAMA, C. (2020) ‘Efektivitas Komunikasi Kelompok Dalam Membangun Komitmen
Anggota Paduan Suara Mahasiswa Universitas Sam Ratulangi’, e-journal.
Harivarman, D. (2017) ‘Hambatan Komunikasi Internal di Organisasi Pemerintahan’, Jurnal
ASPIKOM, 3(3), p. 508. doi: 10.24329/aspikom.v3i3.171.
Hernikawati, D. (2017) ‘KOMUNIKASI KELOMPOK DAN UPAYA
PENGEMBANGANNYA’, JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA, 2(1), pp. 83–
95.
Lumentut, G. F., Pantow, J. T. and Waleleng, G. J. (2017) ‘POLA KOMUNIKASI PEMIMPIN
ORGANISASI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA ANGGOTA DI LPM
(LEMBAGA PERS MAHASISWA) INOVASI UNSRAT’, e-journal ACTA DIURNA,
6(1).
Luthfie, M. (2018) ‘Jaringan Komunikasi Organisasi Masyarakat Dalam Pembangunan’, Jurnal
Sosial Humaniora, 9(1), p. 17. doi: 10.30997/jsh.v9i1.1376.
Ruswandi awza, tantri puspita (2016) ‘POLA KOMUNIKASI KELOMPOK “DUTA
LINGKUNGAN” PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH) KOTA
PEKANBARU’, Jurnal ilmu komunikasi, 7(2), pp. 93–175.
Tutiasri, R. P. (2016) ‘KOMUNIKASI DALAM KOMUNIKASI KELOMPOK’, Channel, 4(1),
pp. 81–90.
wisnu dwi prasetyo, P. (2017) ‘POLA KOMUNIKASI KOMUNITAS RUMAH HEBAT
INDONESIA DALAM MEMBERDAYAKAN ANAK-ANAK REJOSARI,
SURAKARTA’, in.
Zuwirna (2018) ‘Komunikasi yang Efektif’, Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan, 6(1). doi:
https://doi.org/10.24036/et.v2i1.10464.

10
11

Anda mungkin juga menyukai