Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL BOOK REVIEW

METODOLOGI PENELITIAN

Disusun Oleh:

Elsa Saday ( 1193351059)

Kelas : BK Reguler D 2019

Dosen Pengampu :

Armita Sari, S. Pd., M. Pd

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga kami masih diberikan kesempatan dan kesehatan untuk dapat menyelesaikan
Critical Book Review ini dengan judul “Metodologi Penelitian”. Critical book review ini
kami buat guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah Metopen, semoga Critical
Book Review ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca.

Dalam penulisan Critical Book Review ini, kami tentu saja tidak dapat
menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua kami yang selalu mendoakan.

2. Kepada Ibu dosen pengampu, Armita Sari

Kami menyadari bahwa Critical Book Review ini masih jauh dari kata sempurna
karena masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami dengan segala kerendahan hati
meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan
penyempurnaan ke depannya.

Akhir kata kami mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada dalam
Critical Book Review yang berbentuk makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya
bagi para pembaca.

Medan, 12 September 2022


Penyusun

Elsa Saday Pandiangan


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Tujuan .....................................................................................................................
C. Manfaat ................................................................................................................
D. Identitas Buku..........................................................................................................

BAB II RINGKASAN BUKU ..........................................................................................

1. Buku Utama.............................................................................................................
2. Buku Kedua.............................................................................................................

BAB III PENUTUP............................................................................................................

A. Kesimpulan...............................................................................................................
B. Saran.........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konseling kelompok adalah sejumlah individu, berkomunikasi satu dengan yang lain
dalam jangka waktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga tiap orang
dapat berkomunikasi dengan semua anggota secara langsung. Manusia pada umumnya di
mana pun manusia berada dalam komunitasnya, pasti etika dan etiket ikut berperan juga
sebagai pedoman tingkah laku baik atau buruk dalam pergaulan di lingkungannya. Dalam
pergaulan di masyarakat, terdapat aturan-aturan yang bisa memisahkan antara hak dan
kewajibanya masing-masing orang ( masyarakat). Remaja yang merupakan bagian dari
manusia pada umumnya, memerlukan pedoman tingkah laku supaya pergaulanan antar
sesama remaja dapat berjalan dengan baik sesuai dengan norma masyarakatnya atau
sesuai dengan norma agama yang dianutnya, sehingga mereka terhindar dari pergaulan
yang menyimpang yang tidak sesuai dengan norma masyarakat dan norma agama.
Etika Pergaulan, menyangkut perbuatan yang harus dilakukan oleh seseorang atau
kelompok tertentu yang berarti moral, yaitu memberikan norma tentang perbuatan. Etika
menyangkut apakah suatu perbuatan bisa dilakukan antara iya dan tidak, yaitu apakah
perbuatan itu sudah sesuai norma atau tidaknya. Istilah etika ini lebih menitikberatkan
pada cara berbicara yang santun, cara berpakaian yang sopan, cara duduk yang pantas,
cara menerima tamu, cara menjamu tamu makan bersama, cara bertutur sapa, dan
menjawab salam yang baik. Salah satu teknik bimbingan dan konseling yang dapat
dilakukan guru BK agar membantu siswa memahami etika pergaulan. Jadi, etika
pergaulan adalah aturan sopan santun dalam pergaulan sosial, yaitu memberikan dan
menunjukkan cara yang tepat untuk bertindak dan berbuat. Etika juga menyangkut tata
cara suatu perbuatan yang harus dilakukan.

1.2 Manfaat
1. Sebagai bahan refrensi dalam pembuatan skripsi
2. Bentuk penambahan literasi dan juga pengetahuan pembaca.
3. Mempermudah penulis dalam mengerjakan skripsi

1.3 Identitas Buku


A. Buku Utama
1. Judul Buku : Bimbingan Konseling
2. Nama Pengarang : Dr. Emmi Kholilah Harahap & M.Pd.I Dr. Sumarto, M.Pd.I
3. Kota Terbit : Jambi
4. Tahun terbit : 2017
5. Nama Penerbit : Pustaka Ma’arif Press
6. Jumlah Halaman : 165 halaman
7. Nomor ISBN : 978-602-50299-1-2

B. Buku Pembanding
1. Judul Buku : Pembelajaran Moral & Desain Pembelajaran Moral
2. Nama Pengarang : Dr. Samsul Susilawati, M.Pd
3. Kota Terbit : Yogyakarta
4. Tahun terbit : 2020
5. Nama Penerbit : Pustaka Egaliter
6. Jumlah Halaman : 100 halaman
7. Nomor ISBN : 978-623-92918-1-5
BAB II
RINGKASAN BUKU

1.2 BUKU UTAMA

BAB I
Pendahuluan Pentingnya Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Peranan pendidikan dalam hidup dan kehidupan manusia terlebih di zaman
modern sekarang ini yang dikenal dengan abad cybernetica, pendidikan diakui
sebagai satu kekuatan (education as power) yang menentukan prestasi dan
produktivitas di bidang yang lain. Dalam arti bahwa seluruh aspek kehidupan tidak
bisa lepas dari pendidikan, baik itu pendidikan melalui lembaga formal maupun non
formal. Hubungan dan interaksi sosial yang terjadi dalam proses pendidikan di
masyarakat sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian manusia. Pendidikan
merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi individu.
Pendidikan menggambarkan suatu proses yang melibatkan berbagai faktor dalam
upaya mencapai kehidupan yang bermakna, baik bagi individu sendiri maupun
masyarakat pada umumnya.
Layanan bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan yang terpadu
yang tidak dapat dipisahkan dari seluruh kegiatan pendidikan dan mencakup seluruh
tujuan dan fungsi tujuan bimbingan dan konseling. Berkaitan dengan hal tersebut,
upaya layanan bimbingan dan konseling hendaknya memungkinkan peserta didik
mengenal dan menerima dirinya, mengenal dan menerima lingkungannya secara
positif dan dinamis, serta mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan
mewujudkan diri secara efektif dan produktif sesuai dengan peranan yang di inginkan
di masa depan, oleh karena itu keberadaan layanan bimbingan dan konseling sangat
penting dan sangat dibutuhkan dalam sebuah lembaga pendidikan. Berdasarkan Pasal
27 Peraturan Pemerintah No 29 tahun 1990, bahwa bimbingan merupakan bantuan
yang diberikan kepada siswa dalam rangkan menemukan pribadi, mengenal
lingkungan, dan merencanakan masa depan.
Layanan bimbingan dan konseling merupakan salah satu proses bantuan
terhadap siswa untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan
untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga, serta
masyarakat. Hal ini secara khusus bertujuan agar peserta didik, dapat: (1)
mengembangkan seluruh potensinya seoptimal mungkin; (2) mengatasi kesulitan
dalam memahami dirinya sendiri; (3) mengatasi kesulitan dalam memahami
lingkungannya, yang meliputi lingkungan sekolah, keluarga, pekerjaan, sosial-
ekonomi, dan kebudayaan; (4) mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan
memecahkan masalahnya; (5) mengatasi kesulitan dalam menyalurkan kemampuan,
minat, dan bakatnya dalam bidang pendidikan dan pekerjaan; (6) memperoleh
bantuan secara tepat dari pihak-pihak di luar sekolah untuk mengatasi kesulitan-
kesulitan yang tidak dapat dipecahkan di sekolah tersebut. Bimbingan dan konseling
menempati keempat bidang layanan bimbingan dan konseling, yaitu Bidang Pribadi,
Sosial, belajar dan karir.
BAB II

Keterampilan Sosial dalam Bimbingan dan Konseling

1. Keterampilan Hubungan Sosial Dalam Masyarakat Global

Manusia adalah makhluk sosial dan apabila tidak memiliki keterampilan hubungan
sosial dengan baik dapat mendorong ke arah suatu kehidupan yang penuh dengan kesepian
dan tekanan. Seseorang yang memiliki keterampilan hubungan sosial dapat membantu orang
menjadi menarik, mendapatkan pekerjaan yang diinginkan, kemajuan karir dan membangun
hubungan dengan orang lain secara efektif. Carteidge. Gdan Millbren mengemukakan bahwa
keterampilan hubungan sosial akan memperkuat perilaku yang proaktif dalam masyarakat,
proforsional dan produktif, dapat memecahkan masalah dengan orang lain, hidup
bertanggung jawab dan disiplin, memupuk perilaku berwawasan masyarakat, kebangsaan dan
global. Perkembangan sosial merupakan pencapaiaan kematangan dalam hubungan sosial.
Dapat diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma
kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling
berkomunikasi dan bekerja sama untuk berkembangan. Melalui pergaulan atau hubungan
sosial, baik dengan orang tua, anggota keluarga, orang dewasa lainnya maupun teman
bermainnya anak mulai mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosial. Pada masa
remaja perkembangan “social cognition” adalah kemampuan untuk memahami orang lain
sebagai individu. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik yang
menyangkut sifatsifat pribadi, minat nilai-nilai maupun perasaannya. Pemahaman ini
mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan mereka (teman
sebaya).

Metode Layanan Bimbingan dan Konseling

Yang dimaksud dengan metode layanan bimbingan dan konseling di sini adalah cara-
cara tertentu yang digunakan dalam proses bimbingan dan konseling. Implementasi dari
metode layanan bimbingan dan konseling ini terkait dengan pendekatan-pendekatan yang
digunakan dalam pengaplikasian metode layanan bimbingan dan konseling pada saat proses
bimbingan dan konseling. Dalam kaitan ini secara umum ada dua metode yaitu konseling
individual dan konseling kelompok. Dalam penelitian ini konseling individual dan konseling
kelompok akan digunakan sebagai motede dalam bimbingan dan konseling pribadi sosial
khususnya untuk pengembangan keterampilan hubungan sosial siswa.

BAB III

Keterampilan hubungan sosial dalam kehidupan remaja terdapat delapan aspek yang
menuntut keterampilan hubungan sosial, yaitu: keluarga, lingkungan, kepribadian, rekreasi,
pergaulan dengan lawan jenis, pendidikan/sekolah, persahabatan solidaritas kelompok, dan
lapangan pekerjaan. Dalam pengembangan aspek psikososial remaja, aspek-aspek yang
menuntut keterampilan hubungan sosial remaja harus dikembangkan sedemikian rupa
sehingga dapat memberikan kondisi yang kondusif. Siswa dalam dirinya mempunyai ciri
khasnya sendiri, dan mempunyai sifat yang beragam, ada yang pemalu, pendiam,
komunikatif, loyal, dan sebagainya. Begitu juga dengan kemampuannya berinteraksi dengan
orang lain. Akan tetapi bukan berarti siswa yang mempunyai ciri khas kepribadian yang
pendiam atau pemalu tidak mempunyai kebutuhan berinteraksi dengan orang lain. Karena
semua orang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi, berusaha mencari kepuasaan terhadap
kebutuhan ini, agar disukai, diterima oleh orang lain. Siswa di SMK N 1 Sewon Bantul juga
tidak luput dari interaksi sosial dengan sesama teman sekolahnya dan lingkungan di sekitar
sekolahnya. Agar siswa mampu berinteraksi dengan baik, siswa tersebut harus mempunyai
keterampilan hubungan sosial dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitar
sekolahnya dengan baik, karena hal ini sangat penting dan krusial agar siswa tidak merasa
terasing di lingkungan sekolahnya sendiri. Untuk mengetahui keterampilan hubungan sosial
siswa di SMK N 1 Sewon. Bantul, peneliti mengadakan wawancara kepada guru BK
mengenai keterampilan hubungan sosial siswa di lingkungan sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah satu guru BK SMK N 1 Sewon
Bantul yaitu Bapak Agus M. Fauzan109, beliau menyampaikan keterampilan hubungan sosial
siswa sangat bervariasi. Ada sebagian siswa baik dan mampu berinteraksi atau berhubungan
baik dengan sesama temannya dan lingkungan sekolahnya, ada juga sebagian siswa yang
kurang mampu berinteraksi dengan sesama temannya, dan terkadang ada juga sebagian siswa
yang bersikap acuh tak acuh terhadap sesama temannya, akan tetapi siswa yang kurang
mampu berinteraksi dengan temannya acuh tak acuh tidak banyak dan kebanyakan siswa
mampu berinteraksi dengan baik di lingkungangan sekolah maupun di lingkungan
masyarakat. Menjalani pergaulan sehari-hari siswa di sekolah, para siswa tersebut
menjalaninya dengan penuh kasih sayang, saling menghormati, saling mengayomi dan siswa
juga saling berhubungan yang erat dengan sesama temannya, seperti bersama-sama
menyelesaikan tugas, berdiskusi, bermain, olah raga, pergi ke kantin, shalat berjamaah dan
berbagai kegiatan lainnya. Kebersamaan sehari-hari yang dijalani siswa di sekolah sangat
membantu penguasaan keterampilan hubungan sosial siswa, hal ini dapat membangun rasa
empati, rasa sepenanggungan, dan rasa saling menyayangi antara sesama.

Dengan belajar bersama bersama teman-teman sekelasnya mampu memerangi


prasangka-prasangka yang dapat menimbulkan perselisihan antara sesama teman. Untuk
siswa yang memiliki sikap kurang mampu dan acuh tak acuh dalam berinteraksi sosial,
terkadang siswa tersebut lebih banyak sendiri di kelas, kantin, maupun perpustakaan. Akan
tetapi hal tersebut tidak dibiarkan begitu saja, dan ada penanganan khusus dari para guru di
sekolah ini, khususnya wali kelas dan guru Bimbingan dan konseling. Keterampilan
hubungan sosial dalam kehidupan keluarga siswa menurut Guru BK termasuk baik, hal ini
bisa dilihat dari sikap sehari-hari siswa di sekolah.

Keterampilan hubungan sosial siswa di sekolah dengan teman sekelas dan kakak kelas
juga baik. Siswa di sekolah biasanya mempunyai teman kelompok sebaya, dan ada juga yang
bermain dan berdiskusi dengan kakak kelasnya. Siswa di sekolah mempunyai solidaritas
kelompok yang tinggi. Hal ini bisa dilihat ketika ada siswa yang sakit atau terkena musibah
lainnya,teman-temannya akan menjenguk siswa tersebut dan memberikan semangat dan
motivasi kepada siswa yang sakit atau mengalami musibah tersebut agak tetap kuat dan
semangat dalam menjalaninya dan menyemangati temannya agar tetap masuk sekolah dan
tidak putus asa.

BAB IV

KETERAMPILAN HUBUNGAN SOSIAL DI SMK NEGERI 1 SEWON


BANTUL

Salah satu upaya yang dilakukan oleh SMKN 1 Sewon Bantul dalam upaya
peningkatan mutu layanan bimbingan dan konseling pada siswa adalah dengan mengadakan
layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial yang juga akan dapat meningkatkan kualitas
hubungan sosial siswa di sekolah. Layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial di SMKN
1 Sewon Bantul diberikan sejak siswa duduk kelas X dan berlanjut sampai kelas XI dan kelas
XII. Kegiatan bimbingan dan konseling pribadi sosial diberikan kepada siswa, artinya bahwa
layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial diberikan secara keseluruhan dan diberikan
kesempatan yang sama kepada siswa untuk mendapatkan dan memanfaatkan layanan
bimbingan dan konseling pribadi sosial dan tidak hanya diberikan kepada siswa yang
bermasalah saja. Bimbingan dan konseling pribadi sosial merupakan bimbingan untuk
membantu para individu dalam menyelesaikan masalahmasalah pribadi sosial. Adapun yang
tergolong dalam masalahmasalah pribadi sosial adalah masalah hubungan dengan sesama
teman, dosen, serta staf, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan
lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal, serta penyelesaian konflik.
Bimbingan pribadi-sosial merupakan suatu bimbingan yang diberikan oleh seorang ahli
kepada individu atau kelompok, dalam membantu individu menghadapi dan memecahkan
masalah-masalah pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan pergaulan.
Bimbingan pribadi sosial diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan
kemampuan siswa dalam menangani masalah-masalah dirinya.

Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang
seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan
yang dialami oleh siswa, hal senada juga disampaikan oleh guru BK SMKN 1 Sewon Bantul
yaitu: “Pemberian layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial kepada siswa sangat
penting, karena dengan diberikannya layanan bimbingan pribadi sosial, akan dapat membantu
siswa untuk memecahkan masalah-masalah dirinya sendiri atau masalah dirinya dengan
lingkungan sekitarnya. Bimbingan pribadi itu sendiri dapat membantu siswa dalam
membangun karakter dalam dirinya sendiri, membangun rasa percaya diri siswa, membentuk
mekanisme pertahanan diri siswa, membangun EQ, SQ,dan IQ, mengembangkan sikap jujur
dalam diri siswa, membangun pribadi mandiri, dan menjadi probelm solving terhadap siswa.
Sedangkan layanan bimbingan dan sosial juga diberikan seperti dalam permasalahan remaja,
permasalahan rokok, narkoba, melawan bullying, pacaran, persahabatan, membentuk jiwa
kepemimpinan siswa, dan menanamkan nilai—nilai kehidupan pada diri siswa.”
BUKU PEMBANDING

BAB I

ETIKA DAN CARA MENGKAJI ETIKA

Teori-teori Konsekuensialis Teori etika konsekuensialis berpegang pada prinsip


bahwa suatu tindakan dapat dibenarkan secara moral atau tidak ditentukan oleh akibat-akibat
yang ditimbulkannya. Jika saya ingin tahu apakah saya berlaku benar atau tidak secara moral,
saya harus mengkaji tindakan itu dengan melihat (lebih tepat memperkirakan - karena bisa
jadi belum dilaksanakan) akibat-akibat dari tindakan saya Teori-teori Etika konsekuensialis
dapat berbeda antara satu teori dengan teori yang lain dalam beberapa hal. Sebagai contoh,
mereka berbeda dalam menginterpretasikan apa yang dianggap baik. Aliran konsekuensialis
yang sangat berpengaruh adalah hedonisme yang berpendapat bahwa kenikmatan dan
kebahagiaan adalah manifestasi dari kebaikan. Namun aliran lain yang lebih religius
menjawab pertanyaan "Apa tujuan akhir dari manusia?" dengan berkata Tujuan akhir dari
tindakan umat manusia adalah memuliakan Allah dan selalu berupaya untuk menyenangkan
Allah selama-lamanya". Ini adalah contoh dua pandangan yang berbeda tentang apa yang
dianggap sebagai kebaikan. Hal lain yang membuat aliran-aliran dalam teori etika
konsekuensialis berbeda satu sama lain adalah karena mereka mencari pembenaran untuk
tindakan-tindakan khusus atau untuk suatu kebijakan.

BAB II

PEMBELAJARAN MORAL

Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Moral Pendidikan moral merupakan bagian


lingkungan yang berpengaruh, dirancang secara sengaja untuk mengembangkan dan
mengubah caracara orang berpikir dan bertindak dalam situasi moral. Sebagaimana
pendidikan pada umumnya, pendidikan moral dilakukan di sekolah dan di luar sekolah untuk
kelompok laki-laki dan perempuan. Menurut Thomas berpendapat bahwa segala yang
diprogramkan sekolah bertujuan untuk membantu anak berpikir tentang isu-isu yang benar
dan salah, baik dan buruk, mengharapkan perbaikan sosial, serta membantu siswa agar
mampu berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral. Tujuan pendidikan adalah menjadikan
manusia cerdas dan baik. Karena itu, adanya pendidikan moral di sekolah merupakan suatu
hal yang tak dapat dielakkan (Ryan, 1985:3407). Ini berarti, tugas lembaga pendidikan bukan
hanya membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan intelektual, tetapi sekaligus juga
kemampuan mengembangkan moral. Melalui program pendidikan formal, pemerintah
berusaha membina dan mengembangkan pendidikan moral di sekolah. Ryan mengemukakan
3 teori tentang usaha menumbuhkan dan mengembangkan moral yaitu: (1) teori
perkembangan kognitif, (2) teori belajar sosial, dan (3) teori psikoanalitik.
Pendekatan Perkembangan Kognitif dalam Pembelajaran

Moral Pendekatan perkembangan kognitif dalam pendidikan moral bertujuan


mengubah cara-cara berpikir seseorang dalam menetapkan keputusan perilaku moralnya.
Landasan utama pengembangan program 22 kerjanya adalah meningkatkan tahap
perkembangan kognitif. Sekolah dan guru membantu siswa meningkatkan tahap pemikiran
moralnya ke arah penalaran yang lebih tinggi. Perkembangan tingkat pertimbangan moral
dipengaruhi oleh 4 faktor utama, yaitu: (1) faktor lingkungan sosial, (2) faktor perkembangan
kognitif, (3) faktor empati, dan (4) faktor konlikkonflik kognitif (Suparyo, 1985:61).
Keempat faktor ini dinyatakan berpengaruh terhadap tumbuhnya perkembangan tingkat
pertimbangan moral sebagai hasil proses interaksi antara struktur kognitif dengan lingkungan
seseorang.

Lingkungan sekolah dan lingkungan social mempengaruhi pertumbuhan kognitif


anak, Untuk itu, diperlukan lingkungan rumah dan lingkungan sosial yang memadai agar
merangsang pertumbuhan intelektual yang memadai dan mampu menumbuhkan struktur
kognisi individu. Perkembangan tingkat pertimbangan moral menghendaki adanya
keseimbangan antara pertumbuhan struktur kognitif dengan lingkungan sehingga terjadi
interaksi yang semakin tinggi. Seseorang akan menanggapi masalah moral atas dasar apa
yang harus dilakukan setelah kepadanya diberikan konflik-konflik tentang keluarga dan
masyarakatnya. Kohflik-konflik dapat membantu perkembangan struktur kognitif yang lebih
cermat dalam menghadapi kompleksitas interaksi dengan lingkungan seseorang. Selain itu,
jika seseorang dikondisi untuk menghadapi konflik-konflik moral mengenai keluarga dan
masyarakatnya, maka ia dapat diransang untuk berempati pada keadaan orang lain. Menurut
Ryan (1985) pengembangan tingkat pertimbangan moral ke arah yang lebih tinggi dapat
terjadi, jika seseorang dihadapkan kepada isu-isu moral. Kunci dari pendekatan ini, ialah
mengkonfrontasikan siswa dengan konflik-konflik moral melalui diskusi dilema moral guna
menstimulasi dan mengubah struktur berpikir mereka.

BAB III

PENERAPAN METODE DILEMA MORAL

Pertumbuhan moral ditentukan oleh kesadaran individu dari pandangan-pandangan


yang melampaui kepentingan diri sendiri. Pertumbuhan moral memperlihatkan kemampuan
untuk melihat sisi orang lain dan berfokus pada isu-isu besar. Selanjutnya dalam
pertumbuhan moral, setiap individu membutuhkan kesempatan berperan menjadi orang lain
dalam situasi-situasi dilema. Setiap individu, khususnya para mahasiswa membutuhkan
kesempatan untuk menggunakan sarana diskusi-diskusi tentang problema-proble sosial dan
moral. Para peserta diskusi dalam berbagai diskusi membutuhkan kesempatan untuk
mengemukakan pertimbangan mereka sendiri dan untuk mendengarkn pendapat-pendapat
orang lain. Pemahaman terhadap teori Kohlberg tentang pertimbangan moral ini
mengimplikasikan strategi mengajar yang khusus untuk menstimulasi perkembangan moral.
Diskusi dari dilema moral akan memberikan para mahasiswa kesempatan-kesempatan
berikut: 1. Mempertimbangkan problem-problem moral sesungguhnya

2. Mengalami konflik-konflik kognitif dan sosial sesungguhnya selama diskusi


problem moral 3. Mengaplikasikan tingkat berpikir tertentu mereka terhadap situasisituasi
problematis 4. Terbuka terhadap tingkat berpikir berikutnya yang lebih tinggi 5.
Menghadapkan ketidakkonsistenan pertimbangan mereka sendiri terhadap berbagai isu-isu
moral tanpa seseorang yang menekankan pada jawaban benar atau salah. Materi materi
kurikulum mengutamakan kisah kisah dilema yang dirancang untuk menghadapkan para
mahasiswa dengan problemaproblema yang sesungguhnya. Menciptakan studi dimana para
mahasiswa tidak sepakat terhadap tindakan yang tepat terhadap tokoh utama yang
menghadirkan konflik kognitif dan sosial sesungguhnya.

Diskusi kelas dengan fokus pertimbangan-pertimbangan untuk merekomendasi


wacana tertentu terhadap tindakan memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk
mengaplikasi tingkat tertentu dri kemampuan berpikir mereka. Sebuah diskusi yang aktif di
antara para mahasiswa juga menciptakan suasana yang terbuka tingkat-tingkat pertimbangan
moral yang lebih tinggi. Akhirnya, meminta para mahasiswa untuk belajar melaui sejumlah
problema sosial dan moral sepanjang pengalaman pendidikan mereka memberikan
kesempatan untuk mereka untuk menghadapi berbagai ketidakkonsistenan mereka dalam
berpikir. Menurut Nurcholis Madjid (1997) agama bukanlah sekedar tindakantindakan ritual
seperti sholat dan membaca doa. Agama lebih dari itu yaitu keseluruhan tingkah laku mnusia
yang terpuji, yang dilakukan demi memperoleh ridho atau perkenan Allah. Agama dengan
demikian meliputi keseluruhan tingkah laku manusia dalam hidup ini yang tingkah lku itu
membentuk keutuhah manusia berbudi luhur atas dasar percaya atau iman kepada Allah dan
tanggungjawab pribdi di hari kemudian.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat dipahami bahwa nilai religiusitas adalah nilai –
nilai kehidupan yang mencerminkan tumbuhkembangnya kehidupan beragama yang terdiri
dari tiga unsur pokok yaitu aqidah, ibadah dan akhlak yang terinci dalam lima dimensi dalam
Glock & Stark dalam Rertson (1988) yang menjadi pedoman perilaku sesuai dengan aturan-
aturan Illahi untuk mencapai kesejahteraan serta kebahagian hidup di dunia dan akherat. Bila
nilai-nilai religius tersebut telah tertanam dalam diri mahasiswa dan dipupuk dengan baik
maka dengan sendiriny akn tumbuh menjadi jiwa agama. Dalam hal ini jiwa agama
merupakan suatu kekuatan batin, daya dan kesanggupan dalam jasad manusia yang menurut
para ahli ilmu jiwa agama, kekuatan tersebut bersarang pada akal, kemauan dan perasaan.
Selanjutnya, jiwa tersebut dituntun dan dibimbing oleh peraturan dan undang-undang Ilahi
yang disampaikan melalui para Nabi dan Rasul-Nya untuk mengatur hidup dan kehidupan
manusia untuk mencapai kesejahteraan baik di kehidupan dunia ini maupun di akherat kelak.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan Buku Utama

Pada buku utama yang membahas tentang teori-teori konseling sangat berguna untuk
dikaitkan dengan pembahasan etika dan moral. Kemudian dibuku ini juga dipaparkan
susunan program bimbingan di salah satu sekolah, sehingga memudahkan penulis atau
bahkan pembaca dalam menganalisis isi dan juga mempermudah penulis dalam membuat
review.

3.2 Kekurangan Buku Utama

Adapun kekurangan dari buku utama ini ialah buku ini hanya memiliki 4 BAB.

3.3 Kelebihan buku Pembanding

Pada buku pembanding memaparkan teori-teori dari etika yang menjadikan buku ini
lebih memiliki nilai plus.

3.4 Kekurangan buku Pembanding

Kekurangan dari buku ini adalah dibuku kurang memaparkan tentang teori teori moral.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Emmi Kholilah Harahap, M. Pd. I, Dr. Sumarto, M. Pd. I, 2017, Bimbingan Konseling,
Jambi, Pustaka Ma,arif Press.

Dr. Samsul Susilawati, M. Pd, 2020, Pembelajaran Moral dan Desain Pembelajaran Moral,
Yogyakarta, PUSTAKA EGALITER.

Anda mungkin juga menyukai