Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENYULUHAN

Disusun Oleh:

Kelompok IX

Tina Pandu Winata 23020319120020


Zahwa Nauria Thahira 23020319120026
Ila Zahara Kamalia 23020319130035
Navisya Fitria Mawarjan 23020319130062
Vincensius Raynaldy PPA 23020319130068
Sarah Faradhila Ramadhanti 23020319140121

PROGRAM STUDI S-1AGRIBISNIS


DEPARTEMEN PERTANIAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah

Penyuluhan ini dengan baik.

Penyusun menyampaikan terima kepada bapak Agus Subhan Prasetyo, S.P,

M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Penyuluhan, serta semua pihak yang telah

membantu penulis dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh

dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu penulis

mengharapkan masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Penyusun

berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Semarang, 6 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I. PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................ 2

BAB II. PEMBAHASAN.................................................................................. 3

2.1 Proses Pendidikan.......................................................................... 3


2.2 Proses Perubahan Perilaku............................................................. 3
2.3 Macam-Macam Pendidikan........................................................... 5
2.3.1. Pendidikan Formal............................................................. 6
2.3.2. Pendidikan Nonformal....................................................... 7
2.3.3. Pendidikan Informal........................................................... 8
2.4 Proses Kawasan Perilaku............................................................... 9
2.4.1. Kawasan Kognitif.............................................................. 9
2.4.2. Kawasan Afektif................................................................ 10
2.4.3. Kawasan Psikomotor.......................................................... 11
2.5 Perubahan Perilaku........................................................................ 11
2.6 Tahapan Perubahan Perilaku......................................................... 12

BAB III. KESIMPULAN................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 15
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyuluhan merupakan suatu pendidikan non formal yang diharapkan dapat


mencapai perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat. Penyuluhan
pertanian mempunyai dua tujuan yaitu tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek. Tujuan jangka pendeknya adalah menumbuhkan perubahan-perubahan yang
lebih terarah yang dilakukan melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap. Tujuan jangka panjangnya yaitu meningkatkan taraf hidup dan meningkatkan
kesejahteraan petani.
Pendidikan merupakan suatu proses yang mencakup tiga dimensi, individu,
masyarakat atau komunitas nasional dari individu tersebut, dan seluruh kandungan
realitas, baik material maupun spiritual yang memainkan peranan dalam menentukan
sifat, nasib, bentuk manusia maupun masyarakat. Perilaku merupakan sikap yang ada
pada individu sebagai akibat dari stimulus yang diterima baik stimulus internal dan
stimulus eksternal. Perubahan perilaku merupakan proses perubahan yang dialami
manusia berdasarkan apa yang telah dipelajari baik dari peran pranata keluarga,
teman, lingkungan, dan diri sendiri. Strategi-strategi yang dilakukan dalam perubahan
perilaku yaitu inforcement dan education.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses pendidikan?
2. Bagaimana proses perubahan perilaku?
3. Apa saja macam-macam pendidikan?
4. Bagaimana pross kawasan perilaku?
5. Bagaimana perubahan perilaku?
6. Apa saja tahapan perubahan perilaku?
2

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pendidikan
2. Untuk mengetahui proses perubahan perilaku
3. Untuk mengetahui macam-macam pendidikan
4. Untuk mengetahui proses kawasan perilaku
5. Untuk mengetahui perubahan perilaku
6. Untuk mengetahui tahapan perubahan perilaku
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Proses Pendidikan


Pendidikan merupakan suatu proses yang mencakup tiga dimensi, individu,
masyarakat atau komunitas nasional dari individu tersebut, dan seluruh kandungan
realitas, baik material maupun spiritual yang memainkan peranan dalam menentukan
sifat, nasib, bentuk manusia maupun masyarakat. Tujuan pendidikan adalah untuk
mendapatkan keseimbangan dan kesempurnaan dalam perkembangan individu
maupun masyarakat (Mustari et al., 2014). Berdasarkan kajian antropologi dan
sosiologi, fungsi pendidikan yaitu mengembangkan wawasan subjek didik mengenai
dirinya dan alam sekitarnya, melestarikan nilai-nilai insani yang akan menuntun jalan
kehidupannya baik secara individual maupun social lebih bermakna, dan membuka
pintu ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan
dan kemajuan hidup bagi individu dan sosial (Nurkholis, 2013).
Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen
pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Proses
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kretivitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologi (Amin, 2018). Seorang pendidik dituntut untuk memilih model
dan metode mengajar yang akan digunakan. Hal yang paling penting adalah
merumuskan langkah-langkah pembelajaran. Dalam proses pembelajaran pada
kegiatan penyuluhan, yang menjadi peserta didik adalah orang dewasa sehingga
diperlukan pemahaman tentang orang dewasa. Prinsip yang digunakan oleh penyuluh
yaitu (Aviyati dan Endaryanto, 2019) :
a). Penyuluh harus dapat berperan sebagai fasilitator, bukan sebagai guru.
4

Seorang fasilitator memiliki peranan membantu sasaran suluh agar mudah belajar.
Penyuluh berperan sebagai pembimbing atau pihak yang mempermudah jalannya
proses belajar. Penyuluh dapat menjadi motivator, katalisator, dan konsultan
b). Materi penyuluhan
Pendidikan orang dewasa lebih difokuskan pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat
akan materi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah.yang mereka
hadapi. Ada hal yang juga perlu diperhatikan dalam pemilihan materi yang
dibutuhkan oleh sasaran suluh adalah secara teknis dapat dilakukan, secara
ekonomis dapat memberikan keuntungan, dan tidak bertentangan dengan nilai
sosial dan budaya sasaran suluh.
c). Efektivitas proses belajar
Hal ini mengedepankan pada tumbuh dan berlangsungnya proses dialog/diskusi
dan sharing informasi antar peserta kegiatan penyuluhan, lebih pada terjadinya
upaya pembelajaran bersama di antara sasaran penyuluhan, dengan kata lain
proses belajar harus bersifat partisipatif. Suasana belajar diupayakan bersifat
informal dan mendorong masing-masing pesertanya untuk saling menghargai
kerjasama.
d). Adaptif terhadap perbedaan individu atau karakteristik sasaran suluh
Sasaran suluh adalah orang dewasa di mana masing-masing memiliki karakteristik
yang berbeda antara lain berpengalaman atau belum berpengalaman, usia muda
atau tua, emosional atau kalem, bugar atau kurang bugar, berpendidikan atau
kurang berpendidikan, dan lain sebagainya.
e). Tempat atau lingkungan belajar
Lingkungan pembelajaran dapat berfungsi sebagai sumber pembelajaran atau
sumber belajar. Oleh karena itu, dalam kegiatan penyuluhan, seorang penyuluh
harus dapat membawa, mengatur atau menciptakan lingkungan sebaik-baiknya
sehingga tercipta lingkungan sebagai komponen pembelajaran yang penting
kedudukannya secara baik dan memenuhi syarat.
5

2.2. Proses Perubahan Perilaku


Perilaku merupakan sikap yang ada pada individu sebagai akibat dari stimulus
yang diterima baik stimulus internal dan stimulus eksternal. Wujud perilaku bisa
berupa pengetahuan, sikap dan tindakan (Sari, 2013). Perubahan perilaku merupakan
proses perubahan yang dialami manusia berdasarkan apa yang telah dipelajari baik
dari peran pranata keluarga, teman, lingkungan, dan diri sendiri. Proses perubahan
ditentukan oleh kondisi dan kebutuhan. Perubahan perilaku mempunyai tiga bentuk
yaitu perubahan alamiah, perubahan terencana, perubahan yang terjadi pada
perubahan terencana (Erawaty dan Budiharto, 2010). Perubahan (natural change)
merupakan perubahan perilaku ini terjadi secara alamiah dalam diri manusia.
Perubahan terencana (planned change) merupakan perubahan perilaku yang memang
sudah direncanakan oleh orang tersebut. karena adanya proses internal (readiness)
pada diri seseorang. Proses internal pada diri seseorang sangatlah variatif. Perubahan
yang terjadi terutama pada perubahan terencana dan kesiapan perubahan tentu terjadi
dengan sejumlah strategi.
Strategi-strategi yang dilakukan dalam perubahan perilaku yaitu inforcement
dan education. Inforcement merupakan strategi yang dilakukan dengan cara paksaan
dengan menggunakan peraturan atau perundang-undangan yang diberlakukan.
Strategi ini dapat menghasilkan perubahan perilaku yang cepat namun tidak
berlangsung lama. Education merupakan strategi perubahan perilaku ini dilakukan
dengan pemberian pengajaran, informasi, atau penyuluhan. Pelaksanaan strategi ini
memakan waktu yang cukup banyak namun dapat menghasilkan perubahan perilaku
yang tahan lama. Ada 12 Langkah-langkah yang diperlukan untuk merancang proses
perubahan perilaku (Kurniawati, 2016) :
a). Menentukan perilaku ideal
b). Mengenali dan menggambarkan kelompok perioritas (demografis)
c). Menentukan metode penelitian formatif yang sesuai
d). Melakukan metode penelitian formatif yang sesuai
e). Menggambarkan kelompok prioritas lebih rinci
6

f). Mengidentifikasikan determinan yang paling kuat


g). Menggambarkan kelompok yang berpengaruh
h). Menuliskan jembatan kegiatan
i). Memilih kegiatan-kegiatan intervensi
j). Menentapkan indikator untuk memantau efektivitas kegiatan
k). Melengkapi strategi perubahan perilaku
l). Menyusun rencana komunikasi perubahan perilaku
Perubahan perilaku dalam penyuluhan tidak terhenti setelah masyarakat
mengadopsi informasi dan inovasi yang disampaikan, tetapi juga termasuk untuk
selalu siap melakukan perubahan-perubahan terhadap inovasi yang sudah diyakini
terutama yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Inovasi teknologi dapat
diadopsi berdasarkan hasil pengkajian lokal yang menjadi dasar pengembangan
materi penyuluhan. Pengkajian lokal tersebut memiliki kaitan dengan kebutuhan dan
harapan petani (Sirnawati, 2020).

2.3. Macam-Macam Pendidikan


Pendidikan berdasarkan Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 1 ayat (1) ialah “pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan darinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. Secara
umum jalur pendidikan dapat dikatagorikan dalam tiga kelompok yaitu jalur
pendidikan formal, nonformal, dan informal.
2.3.1. Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal terdiri dari pendidikan formal berstatus
negeri dan pendidikan formal berstatus swasta yang biasa dilakukan secara
7

konvensional. Namun, dalam perkembangannya pendidikan formal tidak hanya


dilaksanakan secara konvensional, tetapi dapat dilakukan dengan sistem jarak jauh,
atau mendayagunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Pendidikan formal bagi penyuluh pertanian merupakan tuntutan profesi dan
tuntutan masyarakat yang terus berkembang. Artinya mengikuti pendidikan formal
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan, sikap, dan keterampilannya yang sesuai
dengan tuntutan pekerjaan sebagai penyuluh (Anwas, 2013). Tingkat pendidikan
formal dapat mempengaruhi tingkat kompetensi individu. Pendidikan formal juga
merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi. Oleh
karena itu, pendidikan formal yang diikuti penyuluh pertanian diduga berpengaruh
signifikan terhadap peningkatan kompetensinya dalam melakukan penyuluhan.
Macam-macam pendidikan formal :
a) Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar berbentuk  Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah atau
bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat 
b) Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah terdiri  atas pendidikan menengah umum dan pendidikan
menengah jurusan, seperti : SMA, MA, SMK, MAK atau bentuk lain yang
sederajat 
c) Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut dan
universitas
2.3.2. Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal
diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang
berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam
rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi
8

mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan


pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
profesional. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program
pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang
ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan.
Salah satu bentuk pendidikan nonformal dalam penyuluhan dapat dilakukan
dengan cara pembentukan program dalam Gapoktan. Gapoktan merupakan wujud
dari pendidikan non formal yang ada di masyarakat (Safitri, 2015). Bentuk
pendidikan nonformal tersebut berupa penyuluhan yang dilakukan oleh Petugas
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Program penyuluhan yang terdapat di dalam
Gapoktan tersebut berupa pembinaan kepada kelompok tani, dimana pembinaan
kelompok tani ini diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan,
peran serta petani dan anggota masyarakat pedesaan lainnya dengan
menumbuhkembangkan kerja sama antar petani dan pihak lain yang terkait untuk
mengembangkan usaha taninya.
Macam-macam pendidikan nonformal dalam penyuluhan meliputi pendidikan
kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim, sanggar,
kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal
pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri,
mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi.
2.3.3. Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama
dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai
dengan standar nasional pendidikan. Contohnya agama, Budi pekerti, Etika, Sopan
santun, Moral dan bersosialisasi.
9

Pendidikan informal dalam penyuluhan dapat berupa program Parenting


education. Parenting education merupakan program penyuluhan yang
mempertemukan kepentingan dan keinginan antara pihak keluarga dan pihak sekolah
guna menyelaraskan keduanya, sehingga segala pendidikan yang dikembangkan di
sekolah dapat ditindak lanjuti di lingkungan keluarga atau rumah (Utami et al. 2020).
Program penyuluhan Parenting education adalah program penyuluhan sebagai sarana
pendidikan yang diberikan kepada orang tua agar pengetahuan yang dimiliki orangtua
menjadi bertambah tentang tumbuh kembang anak serta agar pendidikan yang
diperoleh anak selaras antara di rumah dan di sekolah. Program pendidikan keluarga
ini adalah pendidikan yang diberikan kepada orangtua dalam rangka untuk
mengetahui dan menerapkan pendidikan yang tepat dalam memberikan pendidikan
kepada anak usia dini terutama ketika anak berada dalam lingkungan keluarga
bersama orangtuanya di rumah. Program Parenting Education akan memberikan
penyuluhan tentang dampak psikologis bencana bagi guru, siswa dan orangtua,
mengelola emosi Negatif dan manajemen pembelajaran online untuk guru serta
komunikasi yang efektif. Parenting education harus diupayakan karena dapat
mempengaruhi pemahaman dan pola pikir serta akan berdampak pada perilaku
mendidik serta sikap orangtua ketika dituntut untuk belajar secara mandiri.

2.4. Proses Kawasan Perilaku


Menurut Bloom, kawasan perilaku terbagi menjadi 3 yaitu antara lain kawasan
kognitif, afektif, psikomotor.
2.4.1 Kawasan Kognitif (Cognitive Domain)
Kawasan kognitif berkenaan dengan aspek intelektual, dimana diterimanya
pengetahuan oleh belajar sehingga terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu.
Kawasan kognnitif ini meupakan segi kemampuan yang berkaitan dengan aspek-
aspek pengetahuan, penalaran, atau pikiran. Pengetahuan yang disimpan dalam
ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau
mengenal kembali (recognition).
10

Kawasan kognitif tercakup dalam 6 tingkatan, yaitu :


a) Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini merupakan mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.
b) Memahami (comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan suatu materi tersebut secara
benar.
c) Aplikasi (appication)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi real (yang sebenarnya).
d) Analisis (analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih
ada kaitannya satu sama lain.
e) Sintesis (synthesis)
Merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f) Evaluasi (evaluation)
Tingkat pengetahuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
2.4.2 Kawasan Afektif (Affective Domain)
Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional,
seperti perasaan, minat, sikap kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Kawasan
perilaku ini mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan
penalaran. Salah satunya adalah penilai atau penentuan sikap.
Sikap memiliki 3 komponen pokok yaitu :
11

a) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.


b) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c) Kecenderungan untuk bertindak (tend tobrhave).
Untuk mewujudkan sikap diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, seperti fasilitas atau sarana dan prasarana.
2.4.3 Kawasan Psikomotor (Psicomotor Domain)
Kawasan psikomotorik berkenaan dengan keterampilan bagi individu yang
belajar sehingga terjadi perubahan pada diri individu tersebut. Kawasan perilaku ini
kebanyakan menghubungkan aktifitas motorik dengan pendidikan fisik atau atletik.
Kawasan perilaku ini diukur dari praktik atau tindakan. Praktik atau tindakan ini
dapat dibedakan menjadi beberapa tingkatan :
a). Praktik terpimpin (guided respons)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung
pada tuntutan atau menggunakan panduan.
b). Praktik secara mekanisme (mechanism)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal
secara otomatis.
c). Adopsi (adoption)
Suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya apa yang telah
dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan
modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.

2.5. Perubahan Perilaku


Perilaku makhuk hidup terutama manusia, pada hakikatnya merupakan suatu
tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri. Ada dua jenis perilaku yaitu
respondent behavior (perilaku responden) dan operant behavior (perilaku operan).
Perilaku responden ditimbulkan oleh stimulus yang dikenali atau bergantung dari
stimulus yang mendahuluinya, misalnya gerak reflek sedangkan, perilaku operan
merupakan perilaku yang diakibatkan oleh stimulus yang dikenal, biasanya lebih
12

spontan (Sari,2013). Manusia akan selalu mengalami perubahan salah satunya adalah
perubahan perilaku. Perubahan tersebut dapat terjadi dengan cepat dan lambat
tergantung pada diri masyarakat. Secara umum perubahan perilaku mempunyai tiga
bentuk, yaitu perubahan alamiah (natural change) merupakan perubahan perilaku
yang terjadi secara alamiah dalam diri manusia. Contohnya perubahan fisik dari muda
ke tua, perubahan terencana (planned change) merupakan perubahan perilaku yang
sudah direncanakan oleh orang tersebut. Contohnya seseorang pengangguran yang
ingin merubah nasibnya dengan berwirausaha agar mendapat penghidupan yang
layak, kesiapan perubahan (readiness to change) merupakan perubahan perilaku yang
terjadi karena adanya proses internal (readiness) pada diri seseorang (Widari, 2010).
Pada masyarakat desa, juga terjadi perubahan perilaku dimana terjadinya
perubahan dari perilaku masyarakat sederhana menjadi modern. Perubahan
masyarakat di desa tentunya memerlukan bantuan dan bimbingan dari pihak luar,
salah satunya adalah penyuluh melalui penyuluhan. Penyuluhan merupakan salah satu
cara yang dapat dilakukan untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan bagi
masyarakat (Wowiling et al. 2013). Penyuluh dengan kegiatan penyuluhan dapat
membantu masyarakat untuk melakukan perubahan sehingga memiliki kehidupan
yang baik dan berkualitas. Penyuluh akan mendampingi dan memberi informasi serta
pengetahuan yang tidak dimiliki oleh masyarakat dan petani sebelumnya sehingga
diharapkan dengan adanya penyuluha maka terjadi perubahan perilaku dari
masyarakat desa.

2.6. Tahapan Perubahan Perilaku


a) Prakontemplasi
Tahap prakontemplasi merupakan tahap dimana sebelum adanya perenungan
terhadap individu sehingga individu belum ada kebutuhan untuk melakukan
perubahan. Individu belum membutuhkan perubahan karena kebiasaan yang
nyaman masih melekat pada diri mereka.
b) Kontemplasi
13

Tahap kontemplasi merupakan tahap dimana individu sudah mulai menyadari


permasalahan pada perilakunya namun belum ada keinginan untuk melakukan
perubahan. Pada saat ini, individu mulai mengumpulkan informasi mengenai
dirinya dengan berpikir tentang apa saja kesalahan-kesalahannya saat saat itu.
Namun, ada juga masyarakat yang tidak memiliki dasar pegangan sehingga perlu
adanya peran dari penyuluh agar bisa lanjut ke tahap berikutnya.
c) Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap dimana individu mulai melakukan persiapan
untuk melakukan perubahan dengan mengambil langkah-langkah awal. Individu
akan memulai untuk melakukan tindakan kecil-kecil terlebih dahulu yang nantinya
akan berjangka panjang.
d) Tindakan/aksi
Tahap aksi merupakan tahap dimana individu melakukan perubahan secara besar-
besaran terhadap perilakunya. Tahap ini terjadi proses self-liberation yang dimana
individu akan memiliki komitmen kuat untuk berubah. Komitmen tersebut akan
digunakan sebagai dasar dan kekuatan untuk berubah.
e) Pemeliharaan
Tahap pemeliharaan merupakan tahap dimana individu dalam melakukan
pemeliharaan untuk mempertahankan perilaku baiknya dan mencegah kembalinya
perilaku yang lama. Individu memiliki nol godaan dan 100% self efficacy dimana
mereka yakin tidak akan kembali ke kebiasaan lama yang tidak sehat. Individu
perlu mendapat dukungan dari lingkungan agar bisa tetap komit terhadap
kebiasaan yang baru.
14

BAB III

KESIMPULAN

Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen


pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Proses
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kretivitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologi. Secara umum jalur pendidikan dapat dikatagorikan dalam tiga
kelompok yaitu jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.
Perubahan perilaku merupakan proses perubahan yang dialami manusia
berdasarkan apa yang telah dipelajari baik dari peran pranata keluarga, teman,
lingkungan, dan diri sendiri. Proses perubahan ditentukan oleh kondisi dan
kebutuhan. Perubahan perilaku dalam penyuluhan tidak terhenti setelah masyarakat
mengadopsi informasi dan inovasi yang disampaikan, tetapi juga termasuk untuk
selalu siap melakukan perubahan-perubahan terhadap inovasi yang sudah diyakini
terutama yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Bloom,
kawasan perilaku terbagi menjadi 3 yaitu antara lain kawasan kognitif, afektif,
psikomotor. Tahapan dari perubahan perilaku diantaranya adalah prakontemplasi,
kontemplasi, persiapan, tindakan/aksi, dan pemeliharaan.
15

DAFTAR PUSTAKA

Amin, H. 2018. Proses pendidikan atau pembelajaran. J. Tarbiyah Islamiyah. 3(1): 19


– 26.

Anwas, O. M. 2013. Pengaruh pendidikan formal, pelatihan, dan intensitas pertemuan


terhadap kompetensi penyuluh pertanian. J. Pendidikan dan Kebudayaan. 19(1).
50 – 62.

Arifin, H. Z. 2017. Perubahan perkembangan perilaku manusia karena


belajar. Sabilarrasyad: J. Pendidikan dan Ilmu Kependidikan. 2 (1): 1 – 27.

Aviyati, Y, dan T. Endaryanto. 2019. Kajian proses pembelajaran dalam penyuluhan


pertanian untuk meningkatkan kompetensi kewirausahaan petani jagung di
Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah. J. Agritech. 22(2): 101 – 108.

Herawaty, E, dan S. Budiharto. 2010. Hubungan antara kebermaknaan hidup dengan


perilaku produktif pada guru slb. J. Phoenesis. 10(1): 1 – 15.

Hidayat, W. 2013. Analisis pengaruh tingkat pendidikan formal dan motivasi


terhadap kepuasan kerja karyawan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
dengan gender sebagai variabel moderasi. JBTI: J. Bisnis: Teori dan
Implementasi. 4(1): 106 – 119.

Kilun, Y. 2017. Pemberdayaan Remaja Putus Sekolah Melalui Pelatihan


Keterampilan Otomotif Di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya. Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. (Skripsi).

Mustari, M. Rahman, dan M. Taufiq. 2014. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Raja


Grafika Persada.

Nuriadin, I., dan Perbowo, K. S. 2013. Analisis korelasi kemampuan berpikir kreatif
matematik terhadap hasil belajar matematika peserta didik SMP Negeri 3
Lurangung Kuningan Jawa Barat. Infinity Journal. 2(1): 65 – 74.

Nurkholis. 2013. Pendidikan dalam upaya memajukan teknologi. Jurnal


Kependidikan. 1(1): 24 – 44.

Prochaska J.O., Velicer WF. 1997. The transtheoretical model of health behavior
change. American Journal of Health Promotion. 38 – 48.
16

Safitri, A. 2015. Implementasi Program Gapoktan (Pendidikan Non Formal) Dalam


Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat Petani Di Desa Ngadisanan Kecamatan
Sambit Kabupaten Ponorogo. Edu Geography. 3(8) : 1 – 6.

Sari, I. P. T. P. 2013. Pendidikan kesehatan sekolah sebagai proses perubahan


perilaku siswa. J. Pendidikan Jasmani Indonesia. 9(2): 141 – 147.

Sirnawati, E. 2020. Urgensi Penyuluhan Pertanian Baru di Indonesia. IAARD Press:


Jakarta.

Thita, L. W. 2018. Perilaku Pencegahan Cedera Dengan Penggunaan Alat Pelindung


Diri Pada Pekerja Industri Mebel Di Kelurahan Patihan Wetan, Kecamatan
Babadan, Kabupaten Ponorogo (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Ponorogo).

Utami, W. Z. S., Garnika, E., Rayani, D., dan Irawan, L. A. 2020. Penyuluhan
Pengasuhan Efektif di Masa Bencana Melalui Parenting Education Berbasis
Online. J. Pengabdian UNDIKMA. 1(2): 133 – 138.

Widari, N. P. 2010. Perbandingan pengaruh metode penyuluhan kesehatan dan


konseling terhadap perubahan perilaku pencegahan penularan pada penderita
TBC (Doctoral dissertation, UNS (Sebelas Maret University)).

Wowiling, C., Goenawi, L. R., dan Citraningtyas, G. 2013. Pengaruh penyuluhan


penggunaan antibiotika terhadap tingkat pengetahuan masyarakat di Kota
Manado. Pharmacon. 2 (3): 24 – 28.

Yahya, T. P. P., dan Laksmiwati, H. 2018. Perubahan Diri Mantan Narapidana yang
Menjadi Pendeta. Character: J. Penelitian Psikologi., 5(2): 2 – 9.

Anda mungkin juga menyukai