Anda di halaman 1dari 14

REKAYASA IDE

UPAYA MENINGKATKAN INTELEGENSI MELALUI PEMBENTUKAN


KEPRIBADIAN

Dosen pengampu: Utami Nurhafsari Putri ,S.Psi.,M.Psi

Disusun oleh: kelompok 6

1.Kevin Pradipta Sitepu (7231143011)

2.Rosinta J Siregar (7233143024)

3.Silvia A.P.Sigalingging (7231143009)

4.Rodeo Dongoran (7233143015)

5.Shidiq Fatanah (7233143015)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BISNIS

FAKULTAS EKONOMI

UNIVVERSTAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya sehingga saya masih bisa diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan "Laporan
Rekayasa Ide" ini dengan baik dan tepat waktu. Tidak pembingbing mata kuliah Pengantar
manajemen yang telah memberikan kami waktu untuk menyelesaikan Rekayasa Ide ini. Laporan
ini kami buat guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah perkembangan peserta didik
dan kami berharap, semoga laporan Rekayaasa Ide ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
bagi para pembaca. Dalam penulisan Laporan ini, kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh
dari kata sempurna, karena masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami dengan segala
kerendahan hati meminta maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
perbaikan dan penyempurnaan kedepannya dalam laporan ini. Akhir kata kami mengucapkan
selamat membaca dan terimakasih. Semoga laporan ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya
bagi para pembaca.

Medan 30 November 2023

kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 3
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 5
1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 5
BAB II ............................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 6
2.1 Pengertian Kepribadian ......................................................................................................... 6
2.2 Pengertian Intelegensi ........................................................................................................... 8
2.3 Faktor yang Memengaruhi Intelegensi .................................................................................. 9
2.4 Cara Untuk Meningkatkan Intelegensi Melalui Pembentukan Kepribadian ....................... 10
BAB III......................................................................................................................................... 11
ISI GAGASAN ............................................................................................................................ 11
3.1 Implementasi Gagasan ........................................................................................................ 11
BAB IV ......................................................................................................................................... 13
PENUTUP .................................................................................................................................... 13
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 13
4.2 Saran .................................................................................................................................... 13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembentukan kepribadian tidak terlepas dari konsep fitrah manusia yang dipengaruhi oleh
tiga faktor penting yaitu: 1) Faktor hereditas, 2) Faktor lingkungan, dan 3) Faktor hidayah dan
ketentuan dari Tuhan. yang merupakan faktor anugerah yang teramat besar. Perkembangan
intelegensi seseorang dapat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu; 1) Meniru, 2) Trial and error (coba
dan salah), dan 3) Berpikir. Dalam pandangan orang tua dan pendidik harus menjauhkan dari
empat faktor yang bisa menghambat bahkan merusak nilai-nilai kepribadiannya yaitu: 1)
Menjauhkan dari sifat minder, 2) Sifat penakut, 3) Sifat dengki ,dan 4) Sifat amarah. Keinginan
seseorang terhadap sesuatu yang diusahakannya agar mencapai hasil yang baik dan sempurna
harus melalui proses yang cukup pajang yang dibarengi dengan usaha dan pengorbanan demi untuk
mewujudkannya. Sebagaimana halnya proses perkembangan tumbuh-tumbuhan yang bisa tumbuh
dengan subur, adalah tidak bisa dipisahkan dari proses sejak awal mulai dari pemilihan bibit yang
unggul, cara penanaman yang tepat, penyesuaian dengan iklim dan cuaca, membersihkannya dari
penyakit dan gulma, sampai pada proses akhir yaitu bisa dipanen dengan hasil yang memuaskan.

Pernyataan di atas, tidak jauh berbeda ketika semua orang tua mendambakan dalam
perkembangan sosok anaknya yang memiliki potensi kepribadian unggul, intelegensi yang baik,
kondisi jasmani yang sehat, cerdas, berbakat, dan berguna bagi orang yang ada lingkungannya.
Kondisi ini tidak mungkin bisa terjadi dengan sendirinya, melainkan tentu adanya usaha maksimal
dengan proses yang panjang dan pengorbanan yang tidak sedikit. Sebagai bukti kongkret bahwa
kepribadian yang ada dalam diri . Selain merupakan anugerah Tuhan juga merupakan hasil dari
proses perjalanan pendidikan yang diterimanya cukup panjang, sejak pendidikan waktu kecil yang
diterima dalam orang tua yang mendidiknya dengan penuh kasih sayang, memberikan pendidikan
pada kematangan kedewasaan dan tanggung jawab serta kepercayaan diri yang begitu kuat.

Generasi muda atau remaja yang diharapkan dalam pembangunan dewasa ini sangatlah
penting sebagai generasi penerus bangsa dalam mengisi pembangunan dan kemerdekaan, dengan
jalan mengembangkan bakat dan minat serta karakter remaja untuk mendukung terwujudnya
kemajuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh sebab itu pemakalah tertarik untuk
mengangkat judul rekayasa ide tentang " Upaya meningkatkan intelegensi melalui pembentukan
kepribadian Remaja Dalam Mempersiapkan Generasi Muda Yang Mandiri dan Berkarakter
Dimasa Mendatang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Upaya meningkatkan intelegensi melalui pembentukan


kepribadian?

2. Apa factor pendukung dan penghambat Upaya meningkatkan intelegensi melalui


pembentukan kepribadian?

3. Bagaimana Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan intelegensi melalui pembentukan


kepribadian?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami Upaya meningkatkan intelegensi melalui pembentukan


kepribadian

2. Mendeskripsikan Faktor Pendukung dan Upaya meningkatkan intelegensi melalui


pembentukan kepribadian

3.Mengetahui Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan intelegensi melalui pembentukan


kepribadian

4.Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kepribadian

Kepribadian adalah identitas yang menonjol pada diri individu. Intelegensi individu dalam
belajar dan berkomunikasi dipengaruhi oleh kepribadian yang dapat mempengaruhi orang lain.
Penelitian ini bertujuan mengetahui perkembangan pembentukan kepribadian dalam perspektif
yang dapat meningkatkan intelegensi dan faktor yang mempengaruhinya. Metode yang digunakan
penulis adalah studi pustaka dengan pendekatan deskriptif kualitatif.

Secara umum kepribadian merupakan dinamika sebuah organisasi psikofisik fungsional


manusia yang berubah menjadi pola-pola tingkah laku yang spesifik dalam menghadapi
kehidupan. Jadi, manifestasi dari kepribadian yaitu semua tingkah laku diri kita sendiri. Setiap
individu memiliki keunikan fungsional sistem organisasi psikofisik mereka dalam lingkungan
hidup. Dalam berinteraksi dengan orang-orang yang ada di lingkungan hidupnya, setiap individu
akan memiliki tipe kepribadian masing-masing dalam beradaptasi, menyesuaikan diri, atau
menyerah dalam lingkungan tersebut.

Kepribadian seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks. Beberapa faktor
yang mendukung perkembangan kepribadian individu meliputi:

1. Genetika:

Warisan genetik dari orang tua dapat memberikan dasar bagi karakteristik kepribadian
tertentu.

2. Pengalaman Hidup:

Pengalaman masa kecil, pendidikan, dan interaksi sehari-hari memainkan peran penting
dalam membentuk kepribadian.
3. Pendidikan dan Lingkungan Keluarga:

Nilai-nilai yang ditanamkan oleh keluarga dan pendidikan dapat membentuk sikap dan
perilaku individu.

4. Tantangan dan Pengalaman Hidup:

Krisis atau tantangan yang dihadapi individu dapat mempengaruhi perkembangan


kepribadian dan ketangguhan mental.

5. Interaksi Sosial

Hubungan dengan orang lain, teman sebaya, dan lingkungan sosial berkontribusi pada
pengembangan keterampilan sosial dan kepribadian.

6. Keterampilan Koping:

Kemampuan untuk mengatasi stres dan mengelola tekanan dapat membentuk aspek
kepribadian, seperti ketahanan dan kemandirian.

7. Pengaruh Budaya dan Nilai:

Budaya tempat seseorang tinggal dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam masyarakat
dapat membentuk norma dan perilaku individu.

8. Kesehatan Mental:

Kesehatan mental yang baik mendukung perkembangan kepribadian yang stabil dan
positif.

9. Aspirasi dan Tujuan:

Ambisi dan tujuan hidup dapat membentuk motivasi dan sikap individu terhadap
pencapaian.

10. Pengaruh Media dan Teknologi:

Media dan teknologi dapat memberikan pengaruh terhadap kepribadian melalui eksposur
terhadap nilai-nilai dan norma-norma yang disajikan.
2.2 Pengertian Intelegensi

Kata intelegensi berasal dari bahasa Inggris, yaitu intelligence yang berawal pula dari
bahasa Latin, yaitu intellectus dan intellegere atau intelligentia. Menurut beberapa sumber
disebutkan bahwa Charles Darwin merupakan tokoh yang memperkenalkan teori intelegensi.
Akan tetapi, beberapa sumber lain menyebutkan bahwa Spearman dan Wynn Jones Pol yang
pertama kali mengemukakan teori intelegensi pada tahun 1951.

Spearman dan Wynn menjelaskan bahwa ada konsep lama tentang suatu kekuatan atau
power yang dapat melengkapi akal dan pikiran manusia yang tunggal dengan pengetahuan sejati.
Kekuatan yang disebutkan oleh Spearman dan Wynn disebut sebagai nous dalam bahasa Yunani
dan pengguna dari kekuatan tersebut disebut dengan nama noeseis. Menurut bahasa Yunani,
intelegensi dapat diartikan sebagai perilaku atau aktivitas yang menjadi wujud dari daya maupun
potensi ketika memahami sesuatu.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), intelegensi ialah daya reaksi
atau disebut pula sebagai penyesuaian yang tepat serta cepat, baik itu dalam fisik maupun mental
pada pengalaman yang baru, dan membuat pengalaman serta pengetahuan yang telah dimiliki oleh
seseorang siap untuk digunakan jika dihadapkan pada suatu fakta atau kondisi yang baru, dan bisa
pula dikatakan sebagai kecerdasan.

David Wechsler mendefinisikan intelegensi sebagai suatu kemampuan yang digunakan


oleh individu untuk bertindak dengan terarah, berpikir dengan cara yang rasional serta menghadapi
lingkungan dengan cara efektif. Secara garis besar, Wechsler menyimpulkan intelegensi sebagai
suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh sebab itu,
intelegensi tidak bisa diamati dengan langsung dan harus disimpulkan dengan berbagai macam
tindakan nyata yang menjadi manifestasi dari sebuah proses berpikir rasional.
2.3 Faktor yang Memengaruhi Intelegensi

Ada beberapa faktor yang memengaruhi intelegensi, berikut penjelasannya.

1. Faktor bawaan

Banyak penelitian yang menunjukan bahwa IQ seseorang akan sangat berpengaruh dan
berkorelasi dengan keluarganya. Saudara kembar memiliki korelasi IQ yang cukup tinggi, yaitu
kurang lebih 0,90. Sedangkan untuk saudara jauh, artinya tidak kandung, memiliki korelasi
intelegensi yang cukup rendah, yaitu sekitar 0,20. Lalu, anak yang diadopsi memiliki tingkat
korelasi intelegensi yang cukup tinggi dengan ayah maupun ibu kandungnya, kurang lebih 0,40
atau hingga mencapai 0,50. Kemudian korelasi intelegensi antara anak angkat dengan orang tua
angkat sangat rendah, yaitu berkisar 0,10 hingga 0,20 saja. Menurut penelitian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa intelegensi seseorang memiliki korelasi yang kuat dengan saudara atau orang
tua kandungnya.

2. Faktor lingkungan

Intelegensi atau kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang tidak dapat dipisahkan dari otak.
Makanan yang dikonsumsi oleh seseorang pun akan memiliki dampak yang cukup besar pada
perkembangan otak seseorang.

3. Stabilitas intelegensi dan IQ

Kecerdasan tidak sama dengan IQ, secara umum kecerdasan ialah suatu konsep umum di
mana individu memiliki kemampuan tertentu. Sedangkan IQ ialah hasil dari sebuah tes kecerdasan
tertentu. Stabilitas kecerdasan mengacu pada sebuah konsep umum mengenai keterampilan yang
dimiliki oleh individu. Kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang pun sangat dipengaruhi oleh
perkembangan dari otak secara organik. Menurut tahapan pada perkembangan otak, masa
pertumbuhan otak berlangsung hingga kurang lebih usia 20 tahun.
2.4 Cara Untuk Meningkatkan Intelegensi Melalui Pembentukan Kepribadian

1. Membaca Buku

Tak perlu diragukan lagi, membaca buku merupakan salah satu rutinitas yang punya
segudang manfaat. Bahkan hal ini dapat membantu perkembangan kognitif sejak Anda kecil.
Membacakan buku untuk anak membantu meningkatkan kemampuan otaknya. Hal ini juga bisa
membangun keterampilan bahasa, huruf, dan perkembangan sosial-emosi anak.

2. Bermain Alat Musik

Cara meningkatkan IQ lainnya ialah dengan belajar bermain alat musik. Di sini, Anda pun
tidak perlu menjadi seorang musisi andal untuk memperoleh manfaatnya. Para peneliti dari
University of Bedfordshire, Inggris menemukan 75 menit les musik per minggu selama 12 minggu
mampu meningkatkan skor IQ pada anak-anak usia prasekolah.

3. Belajar Bahasa Asing

Anda yang suka menonton film mungkin akan tertarik untuk belajar bahasa asing.
Ternyata, melakukan hal ini sedini mungkin terbukti membantu meningkatkan kecerdasan. Sebuah
studi yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics (2019) menemukan belajar bahasa sejak usia 18–24
bulan paling bermanfaat untuk meningkatkan skor IQ anak pada kemudian hari. Untuk
mengajakan bahasa kedua kepada anak-anak, Anda bisa belajar dengan menggunakan gambar,
irama musik, atau gerakan tubuh yang mudah dimengerti olehnya.

4.Melanjutkan Pendidikan Formal

Pendidikan sangat penting dalam perkembangan kecerdasan manusia. Hal ini tentu bisa
Anda jadikan salah satu cara yang ampuh untuk meningkatkan hasil tes IQ pada orang dewasa.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Psychological Science (2018) melibatkan lebih
dari 600 ribu partisipan untuk mengetahui pengaruh pendidikan formal pada tingkat IQ. Hasilnya,
kemampuan kognitif partisipan yang dinyatakan dalam skor IQ mengalami peningkatan sekitar
satu hingga lima poin dalam setahun.
BAB III

ISI GAGASAN

3.1 Implementasi Gagasan

Proses perkembangan akan selalalu memiliki beberapa tahap perkembangan dan tiap-tiap
tahap perkembangan memiliki tugas perkembangan yang harus diselesaikan agar dapat melangkah
dengan baik dan tanpa hambatan ke tahap perkembangan berikutnya dengan sifat dan bentuk tugas
yang baru dan lebih rumit. Masalah proses perkembangan yang terjadi akibat ketidaksempurnaan
pelaksanaan gagasan masih belum tertutup kemungkinan untuk dapat mengatasinya, dan pada
pembahasan rekayasa ide berikut ini penulis memaparkan beberapa ide yang dimiliki yang
mungkin bisa mengatasi masalah ini dan memberikan sebuah gagasan yang mungkin bisa
diterapkan dalam dunia pendidikan agar perkembangan fase-fase perubahan dengan tugas-tugas
perkembangan pada masing-masing fase perkembangan dapat terlaksanan dengan baik dan setiap
tugas-tugas perkembangan dapat dilaksanakan tanpa terjadi kesalahan. Pengidentifikasian tugas
perkembangan bertolak dari problematika empiric. Dimana terdapat tiga prosedur dalam
medefinisikan tugas perkembangan yaitu, observasi, wawancara, dan introspeksi.

Pada prosedur pertama individu di observasi dan diambil kesimpulan berdasarkan segi-
segi yang dipedulikan individu sebagai bagian dari perkembangan pada satu rentang waktu
perkembangan. Prosedur kedua mendedikasikan mengenai kepedulian dan minat-minat dengan
asumsi individu pasti sadar akan kebutuhan perkembangan dan bersedia membicarakanya. Dan
pada prosedur ketiga akan mengarah pada dir sendiri melalui refleksi pada kehidupan sebelumnya
dan yang sekarang, artinya mengidentifikasikan sendiri motif-motif utama perkembangan
pribadinya. Dalam tugas perkembangan individu mempertemukan kebutuhan pribadi dengan
tuntutan dan harapan masyarakat, sumber-sumber perkembangan berasal dari faktor kematangan
fisik, faktor tekanan budayawi masyarakat dan faktor kepribadian individu yang menampilkan
hasrat, aspirasi dan tata nilai anutan. Dan tugas perkembangan muncul dari kombinasi ketiga faktor
tersebut dan bertindak seara bersama-sama. Serta melakukan perumusan teori secara empiric dan
relative konkret, dengan mendeskripsikan tugas perkembangan sebagai sistem bimbingan yang 4
spesifik secara budayawi melalui menunjukkan peran normative sebagai rangakaian tujuan
individu dimasyarakat dengan motivasi agar dapat mencapainya.atas dasar pencapaian tugas
perkembangan individu dilakukan penialian terhadap tumbuh kembang individu.

Pemahan norma merupakan tugas yang cukup berat bagi remaja untuk menuntaskan
tugastugas perkembanganya karena memiliki cakupan yang semakin luas dan kompleksnya
kondisi kehidupan yang harus dihadapi. Para remaja menjalani tugas perkembangan diri untuk
dapat hidup dewasa dalam arti mampu menghadapai masalah-masalah, bertindak dan bertanggung
jawab dalam menanggulangi sikap dan pola perilaku kekanak-kanakan. Tugas perkembanga
tersebut dikaitkan dengan fungsi belajar, karena pada hakikatnya perkembangan kehidupan
manusia dipandang sebagai upaya mempelajari norma kehidupan dan budaya masyarakat agar
individu mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik didalam kehidupan nyata. Makna
dewasa dapat diartikan dengan dewasa secara fisik, secara sosial, secara psikologis, dewasa secara
hokum dan dewasa secara spiritual.

Dewasa secara segi fisik berarti individu telah siap malaksanakan tugas-tugas reproduksi,
dewasa secara hokum berarti individu telah dapat dikenai aturan-aturan hokum dan tekah harus
bertanggung jawab untuk segala perlakuanya sesuai dengan hokum yang berlaku. Pada dasarnya
tugas perkembangan remaja mencakup segala persiapan diri untuk memasuki jenjang dewasayang
intinya bertolak dari tugas perkembangan fisik dan tugas perkembangan sosio-psikologis. Remaja
telah melakukan antisipasi dalam kehidupan sosial dengan merencanakan diri menjadi seorang
yang bertanggung jawab bagi kehidupan keluarga, sehingga tugas mempersiapkan diri untuk
mampu menjadi manusia yang bertanggungjawab dalam arti menjadi pelindung keluarga, baik dari
segi keamanan maupun ketentraman keluarga. Implikasi pemikiran ini tercermin pada naluri untuk
mejadi seorang yang kuat secara ekonomis dan produktif.

Bagi remaja wanita naluri untuk menjadi wanita yang penuh kasih sayang dan sekaligus
menjadi wanita yang membutuhkan perlindungan akan mempengaruhi persiapan dirinya
memasuku jenjang kedewasaan. Terjadinya masalah dalam proses menyelesaikan tugas-tugas
perkembangan pada setiap fase perkembangan dapat dilakukan dengan memberikan pengajaran
dan didikan yang bersifat memotivasi agar individu mampu bangkit dan mampu meliewati fase
peraliha tersebut. Sebagai seorang indivi pada tahap perkembangan remaja memiliki serangkaian
tugas perkemabangan dan terbentuk dalam serangkaian fase-fase perkembangan.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Konsep tugas perkembangan merupakan tugas yang muncul disekitar suatu periode
kehidupan individu, dan jika berhasil akan membahagiakan serta menolongnya dalam menunaikan
tugas pada tahap selanjutnya dan jika gagal akan mengecewakan diri sendiri dan menyulitkan
dalam menunaikan tugas berikutnya. Kegagalan dalam pencapaian tugas perkembangan remaja
akan mengecewakan masyarakat dan akan mempengaruhi proses interaksi sosial yang terjadi.
Kebutuhan mendapat persetujuan, kasih, harga diri dan kedudukan di keluarga/lingkungan dan
dipenuhi melalui penguasaan perilaku sosial dan tidak mengganggu kepentingan umum.
Perkembangan merupakan suatu proses yang menggambarkan perilaku kehidupan sosial psikologi
manusia pada posisi yang harmonis di dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas dan
kompleks.

Pada jenjang remaja seseorang berapa pada posisi yang cukup kompleks dan telah banyak
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan. Pemahan norma merupakan tugas yang cukup berat
bagi remaja untuk menuntaskan tugas-tugas perkembanganya karena memiliki cakupan yang
semakin luas dan kompleksnya kondisi kehidupan yang harus dihadapi. Para remaja menjalani
tugas perkembangan diri untuk dapat hidup dewasa dalam arti mampu menghadapai
masalahmasalah, bertindak dan bertanggung jawab.

4.2 Saran

Dalam penulisan gagasan tertulis ini masih belum sempurna baik dari segi struktur isi,
sistematika penulisan maupun struktur kebahasaan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ini. Semoga gagasan ini bermanfaat bagi
proses pelaksanaan tugas perkembangan remaja dan memberikan dampak besar terhadap proses
penyelesaian serangakaian fase-fase atau tahapan perkembangan dengan tugas-tugas
perkembangan pada setiap fase perkembangan.
LINK VIDIO PROJECT

https://youtu.be/z9BeRdFUFMY?si=X5VdQx1Dz_aqZejw

BUKTI SHARE KE MEDSOS

Anda mungkin juga menyukai