MAKALAH
Oleh
Kelompok 4:
1. Syarifatuzuliana NIM 858869174
2. Feris Kusuma Wardani NIM 858868237
3. Nur Hidayah NIM 858871425
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T., karena atas segala limpahan
rahmatNya dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengenalan
Teori dan Tahapan Perkembangan Sosial dan Emosional” ini dapat diselesaikan dengan baik dan
tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Mata
Kuliah Perkembangan Peserta Didik (MKDK4002) yang dibina oleh Bapak Ajar Dirgantoro.
Dalam penyelesaian Makalah ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tak langsung kepada yang
terhormat:
1. Bapak Ajar Dirgantoro Selalu Tutor Pembimbing kami
2. Bapak/Ibu Guru
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyempurnakan makalah ini, namun
penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman penulis. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari
berbagai pihak yang bersifat membangun dalam rangka penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Dan semoga Allah S.W.T., senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.
Amin ya robbal „alamin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
C. Tujuan.....................................................................................................................................2
ii
D. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri dan Harga Diri ..............................................11
E. Konsep Diri dan Motivasi Belajar ..................................................................................12
F. Motivasi Belajar untuk Siswa di Jenjang Sekolah yang Berbeda .................................13
G. Pengaruh Teman Sebaya dan Budaya Terhadap Konsep Diri dan Capaian Akademik .14
III. Perkembangan Identitas Diri, Moral, dan Prososial
A. Pembentukan dan Tempaan Identitas Sosial ...........................................................15
B. Faktor yang Mempengaruhi Perkembang Identitas ................................................17
C. Persepsi Tentang Orang / Kelompok lain ...............................................................17
D. Tepri Perkembangan Kognisi Sosial.......................................................................18
E. Altruisme ................................................................................................................20
F. Komponen Perkembangan Moral ...........................................................................20
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan identitas diri, moral, dan prososial merupakan aspek
penting dalam tahap perkembangan manusia yang mempengaruhi kehidupan
sehari-hari. Konsep diri, moral, dan prososial adalah hal-hal yang saling
terkait dan dapat berpengaruh pada hasil belajar individu.
Konsep diri adalah persepsi individu terhadap dirinya sendiri, termasuk
penilaian terhadap kemampuan, kelemahan, minat, dan nilai-nilai yang
dimiliki. Perkembangan konsep diri dimulai sejak masa kanak-kanak dan
terus berkembang sepanjang kehidupan. Konsep diri yang positif dapat
meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri individu, sehingga berdampak
positif pada hasil belajar.
Selain itu, perkembangan moral juga berperan penting dalam hasil
belajar individu. Moralitas melibatkan pemahaman individu terhadap nilai-
nilai etika dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Ketika individu
memiliki pemahaman moral yang baik, mereka akan lebih cenderung
mengambil keputusan yang benar dan bertanggung jawab. Hal ini dapat
membantu individu dalam belajar dengan lebih baik dan menghasilkan
prestasi yang baik pula.
Perkembangan prososial juga berhubungan erat dengan hasil belajar
individu. Proses prososial melibatkan perilaku individu yang bertujuan untuk
membantu orang lain dan berkontribusi pada kebaikan bersama. Individu
yang memiliki kemampuan prososial yang baik cenderung memiliki
hubungan yang positif dengan orang lain, termasuk dengan teman sekelas dan
guru. Hal ini dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif dan
mendukung perkembangan akademik individu.
Mengintegrasikan konsep diri, moral, dan prososial dalam proses
pembelajaran dapat membantu individu untuk mencapai hasil belajar yang
lebih baik. Guru dan orang tua perlu memperhatikan perkembangan emosi,
2
B. Rumusa Masalah
Adapun paka makalah ini kelompok kami akan membahas tentang:
1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan Emosi, Tempramental dan
Keterikatan
2. Bagaimana Konsep Diri Vs Hasil Belajar?
3. Bagaimana perkembangan Identitas Diri, moral dan Prososial?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini agar Mahasiswa PGSD UT mengetahui:
1. Pengertian perkembangan Emosi, Tempramental dan Keterikatan.
2. Konsep Diri vs Hasil Bealajar
3. Perkembangan Identitas Diri, moral dan Prososial
3
BAB II
PEMBAHASAN
6. Usia 6-12 tahun, tingkat emosi pada usia 6-12 tahun ini sudah
complek emostions anak sudah memiliki rasa malu, gugup, self-
touching, enggan, sombong, merasa bersalah, dan lain-lain. Pada
tahap ini, suda dapat mengungkapkan emosinya sendiri tanpa
bantuan.
7. Usia remaja-dewasa, pada tahap ini, seseorang memiliki
kompleksitas emosi yang tinggi. Hal tersebut disebabkan tingkat
kematangan emosi yang sudah baik. Pengalaman dan stimulus
dari lingkungan serta tingkat self-evaluation diripun tinggi
sehingga sudah sangat jelas bagaimana emosi itu ada dalam
kehidupan sehari-hari.
a. Definisi Tempramen
Temperamen adalah kecendrungan seseorang untuk
merespon denga cara yag dapat diprediksi terhadap peristiwa
lingkungan, termasuk merespon tingkat aktivitas, lekas marah,
ketakutan, dan kemampuan bersosialisasi (Shaffer & Kipp, 2014).
Gillibrand dkk (2016) mengungkapkan bahwa tempramen
merupakan kecendrungan yag menjadi dasar umum untuk
berperilaku dengan cara tertentu.
Dalam sebuah penelitian, tempramen pada anak
diklasifikasikan menjadi tiga sebagai berikut :
1. Temperamen anak yang mudah (easy child). Anak mudah
sekali bersosialisasi dengan orang lain, mudah diatur dalam
aktivitasnya, dan mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
2. Temperamen anak yang sudah diatur (difficult child). Anak
sulit dalam melakukan aktivitasnya. Dalam bersosialisasi
dengan orang baru, mereka takut dan mereka sering menangis
bahkan mereka tidurpun mereka gelisah.
3. Temperamen anak yang berada di tengah-tengah (slow to
warm up to child). Anak dengan temperamen ini memiliki
respon yang lambat, Dalam mencoba sesuatu yang baru,
mereka cenderung bersikap pasif, tetapi ketika hal baru
tersebut diulangi, merea menjadi tidak tertekan.
b. Faktor yang memperngaruhi temperamen
1. Faktor lingkungan
2. Faktor biologis
D. Definisi Keterikatan
Keterkaitan adalah ikatan kuat, abadi, dan ksih sayang uang
dibagikan oleh seorang anak terhadap orang yang signifikan dekat
7
denganya. Biasanya seorang ibu atau orang yang tahu dan dapat
memenuhi kebutuhan sang anak (Gillibrand dkk, 2016).
Menurut Santrock (2007), keterkaitan (attachment) merupakan
ikatan emosional yang erat antara dua orang. Keterkaitan ini mengcu
pada suatu relasi antara dua orang yang memiliki perasaan yang kuat
satu sama lain dan melakukan banyak.
Dapat kita simpulkan bahwa keterkaitan merupakan bentuk
keterikatan emosi antara satu orang dengan orang lain.
berhubungan erat dengan orang lain. Itu artinya menjadi seseorang dari
kelompok tetapi sekaligus memilki ciri-ciri yang berbeda dengan orang
lain atau dengan kata lain memiliki ciri-ciri khusus sebagai individu.
Identitas diri terbentuk melalui penilaian seorang individu terhadap
dirinya yang berlandaskan pada pertimbangan budaya, ideologi dan
harapan masyarakat serta adanya penilaian diri yang didasarkan pada
persepsi orang lain. Menurut Mercia pembentukan identitas diiri
memerlukan dua elemen penting yaitu eksplorasi (krisis) dan komitmen.
Ekplorasi menunjuk pada suatu masa ketika seseorang berusaha
untuk menjelajah berbagai pilihan yang ada. Sementara itu, komitmen
merupakan usaha membuat keputusan. Kemudian, untuk menentukan
identitas diri seseorang perlu menentuakan kedudukan status
identitasnya. Berikut dijelaskan beberapa status identitas :
1. Identity diffusion
Identity diffusion merupakan suatu kemunduran dalam perspektif
waktu, inisiatif dan kemampuan untuk mengkoordinasikan perilaku
pada masa kini dengan tujuan pada masa depan. Remaja dengan
status ini yaitu remaja yang mengalami kebingungan tentang siapa
dirinya dan mau apa dalam hidupnya.
2. Identity forelocure
Identity forelocure adalah remaja yang telah membuat komitmen
tetapi belum pernah mengalami krisis atau mengeksplorasi alternatif-
alternatif yang berarti. Remaja dengan status ini akan cenderung
menerima pilihan orang tua tanpa mempertimbangkan lagi.
3. Identity moratorium
Identity moratorium merupakan fase ketika remaja sedang
mengekplorasi alternatif-alternatif yang ada tetapi tidak memiliki
komitmen atau memiliki komitmen tetapi tidak jelas. Remaja dengan
status identitas ini sering dianggap berada dalam tahap
mengeksplorasi pemikiran, kesadaran, intelektual yang ditandai
dengan banyaknya berhubungan dengan orang lain.
4. Identity achieνement
Identity achieνementadalah status identitas ketika remaja telah
melewati masa krisis atau masa mengeksplorasi dan telah membuat
komitmen. Remaja pada status identitas ini memiliki perasaan stabil
karena mengeksplorasi dan menemukan identitas dirinya.
17
E. Altruisme
Altruisme berasal dari kata “Œlt9V” yang artinya orang lain.
Secara bahasa altruism adalah perbuatan yang berorientasi pada kebaikan
orang lain. Altruisme merupakan kepedulian tanpa pamrih untuk
kesejahteraan orang lain yang diekspresikan melalui tindakan prososial,
seperti berbagi, bekerjasama dan membantu (Shaffer &Kipp, 2014).
Makna tindakan prososial inia dalah tindakan apapun yang
dimaksudkan untuk member manfaat kepada orang lain seperti berbagi
dengan seseorang yang kurang beruntung, menghibur dan
menyelamatkan seseorang, kerjasama atau sekedar membuat orang lain
merasa senang dengan memuji mereka. Komponen-komponen altruisme:
1. Prososial Moral Reasoning
Prososial moral reasoning merupakan pemikiran yang ditampilkan
orang ketika memutuskan apakah akan membantu, berbagi atau
menghibur orang lain ketika tindakan ini bias terbukti mahal untuk
diri mereka sendiri.
2. Simpati Empatik Gairah
Simpati empatik gairah merupakan perasaan atau simpati atau kasih
sayang yang dapat ditimbulkan ketika kita mengalami emosi orang
lain yang tertekan :dianggap menjadi mediator penting altruisme.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan altruism
sebagai berikut :
1. Altruistik seseorang dipengaruhi oleh lingkungan budaya dan
keluarganya.
2. Orang tua dapat mempromosikan perilaku altruistic dengan memuji
perbuatan baik anak mereka dan dengan mempraktikkan sendiri
pelajaran prososial yang mereka khotbahkan.
3. Orang tua mendisiplinkan perilaku buruk dengan penjelasan yang
tidak emosional dan efektif cenderung membesarkan anak-anak yang
menjadi simpatik, rela berkorban dan peduli akan masalah orang.
3. Komponen perilaku
Peilaku : moral behavior
Komponen perkembangan moral mencerminkan cangkul yang
secara actual kita lakukan ketika kita mengalami godaan untuk
berbohong, menipu, atau melanggar aturan moral lainnya. Teori
yang erat kaitannya dengan komponen perilaku ini adalah teori
pembelajaran sosial.
Teori pembelajaran sosial menjelaskan bagimana anak-anak belajar
melawan godaan dan menghambat tindakan yang melanggar norma
moral. Agar anak-anak dapat melawan seluruh godaan yang ada
dibutuhkan faktor-faktor pengendali yaitu :
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan identitas diri, moral, dan prososial merupakan aspek
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan individu. Identitas diri
mencakup pemahaman individu tentang siapa mereka, apa yang mereka nilai,
dan bagaimana mereka memandang diri mereka sendiri. Sementara itu,
moralitas melibatkan pengembangan nilai-nilai dan prinsip-prinsip etis yang
mengarahkan perilaku individu dalam berinteraksi dengan orang lain.
Selama masa perkembangan, individu juga mengalami perubahan dalam
kemampuan mereka untuk membentuk hubungan sosial yang sehat dan
bermakna. Hal ini dikenal sebagai perkembangan prososial, yang melibatkan
kemampuan individu dalam memahami dan merespons perasaan orang lain,
melibatkan diri dalam tindakan altruistik, dan membangun hubungan yang
erat.
Identitas diri, moral, dan prososial secara langsung terkait dengan hasil
belajar individu. Ketika seseorang memiliki pemahaman yang kuat tentang
siapa mereka dan apa yang mereka nilai, mereka lebih mungkin untuk
memiliki motivasi yang tinggi dalam mencapai tujuan belajar mereka.
Selain itu, perkembangan prososial juga dapat berdampak positif pada
hasil belajar individu. Kemampuan untuk berempati dan bekerja sama dengan
orang lain dapat meningkatkan kemampuan individu dalam berkolaborasi
dalam situasi belajar, memunculkan gagasan dan solusi yang inovatif, serta
membangun keterikatan dengan rekan sekelas dan guru.
Dalam konteks pendidikan, penting bagi pendidik dan orang tua untuk
mendukung perkembangan identitas diri, moral, dan prososial anak-anak
mereka. Menciptakan lingkungan yang mendukung dan memfasilitasi
pertumbuhan individu dalam aspek-aspek ini akan berdampak positif pada
25
hasil belajar mereka. Selain itu, melibatkan anak-anak dalam kegiatan yang
mempromosikan kesadaran diri, empati, dan kerjasama juga dapat membantu
mereka dalam perkembangan pribadi dan akademik mereka.
Dalam kesimpulan, perkembangan identitas diri, moral, dan prososial
merupakan faktor penting dalam hasil belajar individu. Pemahaman diri yang
kuat, nilai-nilai moral yang baik, dan kemampuan untuk berinteraksi secara
positif dengan orang lain dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan dalam
pembelajaran.
26
DAFTAR PUSTAKA