DISUSUN OLEH :
Rafael Owen (5223151005)
Raden Muhammad Fathur Rahman (5223151008)
Aldy Prima Barus (5223151006)
Lita Widiarti (22PMM303)
Dosen Pengampu:
Suri Handayani Damanik S.psi.,M.psi.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Dan
juga tidak lupa saya berterima kasih kepada Dosen mata kuliah perkembangan peserta didik ibu
Suri Handayani Damanik, S.Kom.,M.Kom.
Penulis sangat berharap tugas makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang penulis harapkan. Untuk itu, penulis
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun bagi orang yang
membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
B. Hubungan antara kemampuan sosial dengan Kemampuan berpikir.....................................6
C. Karakteristik Perkembangan Sosial......................................................................................6
D. Faktor - faktor yang mempengaruhi Perkembangan Sosial..................................................7
E. Pengertian Perkembangan Moral..........................................................................................7
G. Ciri – ciri perkembangan moral............................................................................................9
H. faktor-faktor yang mempengaruhi nilai, moral dan sikap..................................................11
BAB III..........................................................................................................................................12
PENUTUP.....................................................................................................................................12
KESIMPULAN..........................................................................................................................12
SARAN......................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Atwater (dalam Desmita, 2009) konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri,
yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang
berhubungan dengan dirinya. Selanjutnya, Atwater mengidentifikasi konsep diri atas tiga
bentuk. Pertama, body image, kesadaran tentang tubuhnya, yaitu bagaimana seseorang
melihat dirinya sendiri. Kedua, ideal self, yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-harapan
seseorang mengenai dirinya. Ketiga, social self, yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya.
Menurut Burns (dalam Desmita, 2009) konsep diri adalah hubungan antara sikap dan
keyakinan antara diri kita sendiri. Sedangkan menurut pendapat Pemily yang dikutip oleh
Atwater, 1984 (dalam Desmita, 2009) mendefinisikan konsep diri sebagai sistem yang
dinamis dan kompleks dari keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk
sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari invidu tersebut.
Sementara itu Cawages 1983 (dalam Desmita, 2009) menjelaskan konsep diri mencakup
seluruh pandangan invidu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, mitivasinya, ke-
lemahannya, kelebihannya, atau kecakapannya, kegagalannya, dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian dari perkembangan social?
2. Bagaimana Hubungan antara kemampuan sosial dengan Kemampuan berpikir?
3. Bagaimana Karakteristik Perkembangan Sosial
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuannya adalah untuk:
1. Mengetahui Pengertian Konsep Diri.
2. Mengetahui pengertian perkembangan social
3. Mengetahui hubungan antara kemampuan social dengan kemampuan berfikir
BAB II
PEMBAHASAN
adalah sebuah proses interaksi yang dibangun oleh seseorang dengan orang lain.
Perkembangan sosial ini berupa jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua,
saudara, teman bermain, hingga masyarakat secara luas. Perkembangan sosial adalah proses
belajar mengenal normal dan peraturan dalam sebuah komunitas. Manusia akan selalu hidup
dalam kelompok, sehingga perkembangan sosial adalah mutlak bagi setiap orang untuk di
pelajari, beradaptasi dan menyesuaikan diri.
Perkembangan emosional adalah luapan perasaan ketiak anak berinteraksi dengan orang
lain. Dengan demikian dapat dipahami bahwa perkembangan sosial emosional tidak dapat
dipisahkan. Dengan kata lain membahas perkembangan sosial harus melibatkan emosional.
Abu Ahmadi, berpendapat bahwa perkembangan sosial telah dimulai sejak manusia itu
lahir. Sebagai contoh, anak menangis saat dilahirkan, atau anak tersenyum saat disapa. Hal ini
membuktikan adanya interaksi sosial antara anak dan lingkungannya.
B. Hubungan antara kemampuan sosial dengan Kemampuan berpikir
Definisi paling umum dalam berpikir merupakan berkembangnya ide dan juga konsep
dalam diri seseorang yang berlangsung lewat keterkaitan hubungan di antara beberapa bagian
informasi yang tersimpan dalam diri seseorang berbentuk pengertian.
Secara umum, hubungan sosial adalah interaksi sosial antara seseorang dengan orang
lain, baik itu satu atau puluhan orang untuk saling memberikan informasi dan saling
mempengaruhi satu sama lain.
Ilmu sosial berfungsi untuk membentuk manusia yang sadar akan hak dan kewajibannya.
Jean Piaget menekankan pentingnya hubungan antara aspek-aspek emosional dalam
pembelajaran dan proses berpikir. Umumnya, emosi yang tidak diinginkan dapat menghalangi
cara belajar yang baik. peneliti tertarik melihat hubungan antara dua kemampuan tersebut, yang
diharapkan adalah jika terjadi peningkatan pada habits of mind siswa maka terjadi pula
peningkatan pada kemampuan siswa dalam berpikir kritis matematis.
Menurut Shaffer, pengertian moral adalah kaidah norma dan pranata yang mengatur
perilaku individu dalam hubungannya dengan masyarakat dan kelompok sosial. Moral ini
merupakan standar baik dan buruk yang ditentukan oleh individu dengan nilai-nilai sosial budaya
di mana individu sebagai anggota sosial. Intisari menurut penulis : Moral menuut Shaffer berarti
menjadi penilaian perilaku kita dalam masyarakat atau kelompok sosial, sehingga jika moral kita
baik akan berdampak postif dan jika moral itu buruk maka akan berdampak pada diri kita serta
tercemarnya nama baik dalam lingkup lingkungan sosial sekitar.
Hubungan Perilaku Prososial dan Perkembangan Moral Perilaku prososial perilaku yang
mencakup tindakan : membagi, menolong, jujur, dermawan dan mempertimbangkan hak dan
kesejahteraan orang lain (Eisenberg dan Mussen, 1989). Perilaku prososial besar manfaatnya
untuk menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif. Beberapa faktor eksternal dan internal
akan mempengaruhi munculnya perilaku prososial.
Faktor eksternal seperti kondisi lingkungan, kehadiran orang lain, dan desakan waktu.
Sedangkan faktor internal meliputi self esteem juga norma - norma (Eisenberg, 2006).
Berkowitz, 1972; Schwartz 1975 (Hurlock, 1980), mendefinisikan norma sebagai tanggung
jawab sosial meyakinkan individu untuk berbuat baik bagi siapapun. Kohlberg (Hurlock,1980)
menjelaskan kesadaran akan norma berdasarkan pada pendekatan kognitif sebagai tahap
perkembangan moral. Perkembangan moral Kohlberg selalu menjelaskan bagaimana seseorang
mengerti akan tanggung jawabnya terhadap lingkungan sosialnya dan bagaimana cara pandang
tindakan yang seharusnya diambil dalam mengatasi masalah sosial yang berhubungan dengan
lingkungan dan norma-norma sosial, karena inti dari prinsip moral sendiri adalah keadilan.
Individu dituntut untuk jujur, menghargai dan memperhatikan hak-hak pribadi tiap individu.
Tahap perkembangan moral menunjukkan cara individu untuk berfikir, termasuk konsistensi
penalarannya. Tahap-tahap perkembangan moral bersifat universal, yang artinya setiap individu
akan melalui urutan tahap yang sama namun berbeda dalam hal kecepatan dan sejauh mana tahap
dapat dicapai.
Contoh kasus, sebut saja A, ia melihat kecelakaan dijalan dan memiliki pilihan yaitu
memberi pertolongan orang tersebut atau tidak memeberi pertolongan ketika perkembangan
moral A berada pada tahap pasca konvensional sebagai individu yang sangat menjunjung tinggi
konsep kemanusiaan A percaya bahwa perbuatan menolong itu baik dan akan merasa bersalah
ketika tidak membantu karena A yakin bahwa meninggalkan orang yang kesulitan adalah hal
yang tidak baik sehingga akan besar kemungkinan bagi A untuk memutuskan menolong korban
kecelakaan,. Kemungkinan menolong akan menjadi berbeda tahap perkembangan A masih dalam
tahap perkembangan moral pra konvensional yang orientasi perilakunya berdasarkan hukum
timbal balik sosial, ketika menolong orang kecelakaan dianggapnya tidak memiliki unsur timbal
balik maka kemungkinan menolongnya akan menjadi lebih kecil. Jadi, bisa diasumsikan perilaku
prososial seseorang akan berbeda-beda sesuai dengan tahap perkembangan moralnya.
Pada masa ini anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok
sosialnya (orangtua,saudara, dan teman sebaya). Melalui pengalaman berinteraksi dengan
ornag lain (orang tua,saudara dan teman sebaya) anak belajar memahami tentang kegiatan
atau perilaku mana yang baik /boleh/diterima/disetujui atau buruk/tidak boleh/ditolak
/tidakdisetujui. Berdasarkan pemahamannya itu,maka pada masa ini anak harus dilatih atau
dibiasakan mengenai bagaimana dia harus bertingkah laku. Pada saat mengenalkan konsep-
konsep baik-buruk,benar-salah atau menanamkan disiplin pada anak ,orang tua atau guru
hendak memberikan penjelasan tentang alasannya.
3. Perkembangan Moral pada masa sekolah(6-12 tahun)
Pada masa ini anak mulai mengenal konsep moral (mengenai benar salah atau baik buruk
pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya mungkin anak tidak mngerti konsep
moral ini,tetapi lambat laun anak akan memahaminya.
Pada masa ini anak sudah dapat mengikuti pertautan atau tuntutan dari orang tua atau
lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini,anak sudah dapat memahami alasan yang
mendasari suatu peraturan. Disamping itu,anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk
perilaku dengan konsep benar-salah atau baik-buruk.
4. Perkembangan Moral pada masa Remaja (awal 12-15, madya 15-18, akhir 19-22 tahun)
Melalui pengalaman atau berinterkasi sosial dengan orang tua,guru,teman sebaya atau
orang dewasa lainnya,tingkat moralitas remaja sudah lebih matang jika dibandingkan dengan
usi anak. Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep-konsep
moralitas sperti kejujuran,keadilan,kesopanan dan kedisiplinan.
Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai
baik oleh orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan
fisiknya,tetapi psikologis (rasa puas dengan adanya penerimaan dan penilaian positif dari
orang lain tentang perbuatannya)
Perkembangan moral pada masa dewasa
Pada umumnya perkembangan moral pada masa remaja dengan perkembangan moral pada
masa dewasa sama, lebih matang lagi dalam hal bersikap pada orang lain, dan mampu
menghargai orang lain.
a. Lingkungan Keluarga
Keluarga sebagai lingkungan pertama yang mempengaruhi perkembangan nilai, moral
dan sikap seseorang. Biasanya tingkah laku seseorang berasal dari bawaan ajaran orang tuanya.
Orang-orang yang tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan orang tuanya di masa kecil,
kemungkinan besar mereka tidak mampu mengembangkan super egonya sehingga mereka bias
menjadi orang yang sering melakukan pelanggaran norma
b. Lingkungan Sekolah
c. Lingkungan Pergaulan
d. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat sendiri juga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan moral.
Tingkah laku yang terkendali disebabkan oleh adanya kontrol dari masyarakat itu sendiri yang
mempunyai sanksi-sanksi tersendiri untuk pelanggar-pelanggarnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang
diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya.
Konsep diri adalah gagasan atau keseluruhan gambaran tentang diri sendiri yang
mencakup keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri
terdiri atas bagaimana cara kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa
tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana
yang kita harapkan.
SARAN
Untuk membangun konsep diri, kita harus belajar menyukai diri sendiri, mengembangkan
pikiran positif, memperbaiki hubungan interpersonal ke yang lebih baik, sikap aktif yang positif,
dan menjaga keseimbangan hidup.
Semua yang kita lakukan pasti ada manfaatnya begitu juga dalam memahami konsep diri,
kita menjadi bangga dengan diri sendiri, percaya diri penuh, dapat beradaptasi dengan
lingkungan, dan mencapai sebuah kebahagiaan dalam hidup.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.staimmgt.ac.id/wp-content/uploads/2021/06/2.-Perkembangan-Sikap-dan-Nilai-
Moral-Peserta-didik-Usia-Remaja.pdf
https://www.staimmgt.ac.id/wp-content/uploads/2021/06/2.-Perkembangan-Sikap-dan-Nilai-
Moral-Peserta-didik-Usia-Remaja.pdf