Kelompok 4 :
2022
KATA PENGANTAR
.......................Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Potensi
dan Perbedaan Karakteristik dalam Belajar“
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Psikologi
Pendidikan. Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rina
Suryani, S.Pd, M.Pd selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Psikologi Pendidikan.
...............................Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................2
BAB II..........................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Pengertian Belajar...............................................................................................3
B. Jenis-jenis Belajar...............................................................................................5
C. Potensi Belajar....................................................................................................8
I. Efektivitas Belajar............................................................................................20
BAB III........................................................................................................................22
PENUTUP...................................................................................................................22
A. Kesimpulan.......................................................................................................22
ii
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap anak pasti memiliki ciri atua karakteristik yang berbeda sejak
lahir hingga dewasa dengan satu sama lain yang meliputi perbedaan fisik,
sikap dan perilaku perbuatannya dalam pendidikan ( Meriyati, 2015 ). Oleh
karena itu karakter yang berbeda dari setiap peserta didik perlu adanya
pendidik yang mampu memberikan bimbingan itu bisa diterima oleh
muridnya dan bisa menjadi pengetahuan bagi mereka.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar
Selain itu ada juga orang yang menganggap bahwa belajar hanya merupakan
latihan saja, seperti latihan membaca, menulis atau mengerjakan kegiatan fisik.
Berdasarkan persepsi tersebut, orang tua akan merasa cukup puas bila anak balita
mereka telah mampu menunjukkan keterampilan jasmaniah tertentu, seperti
melompat, melempar, atau membangun rumah pasir, tanpa memahami arti, hakikat
dan tujuan keterampilan tersebut. Ada juga orang yang menganggap bahwa belajar
hanya mengikuti contoh perilaku tertentu, seperti mengucapkan kata tolong, maaf dan
terima kasih; atau membuang sampah di tempat sampah; menolong dan berbagi
dengan saudara atau teman. Bagi anak sekolah, kegiatan yang disebut belajar sering
3
diasumsikan dengan mendengar penjelasan guru, menghapal materi, atau
mengerjakan pekerjaan rumah (PR).
1. Belajar adalah perubahan jangka panjang. Karena itu bukan sekadar penggunaan
informasi sementara, misalnya hanya mengingat nomor telepon singkat yang
digunakan pada saat melakukan panggilan telepon. Atau menyebutkan angka 1,
2, 3, 4, sampai 10 yang dilakukan anak ketika mulai menirukan nama bilangan.
2. Belajar melibatkan representasi mental atau asosiasi, yang pada intinya
merupakan fenomena yang terjadi di otak. Misalnya anak mengingat warna biru
karena sebelumnya pernah melihat langit yang berwarna biru.
3. Belajar adalah perubahan karena pengalaman, bukan hasil pematangan fisiologis,
kelelahan atau pengaruh obat-obatan.
4
Mumford dan Gold (2004), menekankan bahwa belajar merupakan proses dan hasil
terkait dengan usaha mencari pengetahuan, keterampilan dan wawasan baru.
Benyamin S. Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa dengan proses belajar,
peserta didik memperoleh pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan
(psikomotorik) yang baru
B. Jenis-jenis Belajar
5
Belajar jenis ini menggunakan gerakan-gerakan motorik, yang berhubungan
dengan fungsi otot, fungsi bagian tubuh seperti tangan atau kaki. Contoh belajar
motorik adalah melakukan gerakan senam, berenang, berlari, melempar bola,
membuat produk prakarya, melukis, atau menari. Termasuk dalam belajar
psikomotorik juga bila dalam pelajaran agama, anak didik belajar praktik wudhu
dan gerakan shalat. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, dalam belajar
keterampilan diperlukan latihan yang intensif dan teratur.
4. Belajar Sosial
Pada dasarnya belajar sosial adalah belajar untuk memahami hubungan sosial
antar individu, bagaimana individu berinteraksi dan bekerja sama dengan orang
lain serta memahami dan mampu memecahkan masalah-masalah dalam
hubungan sosialnya dengan keluarga, teman atau lainnya
5. Belajar Sikap
Belajar sikap bisa diperoleh melalui keteladanan dan pembiasaan; dengan
membentuk kebiasaan-kebiasaan baru atau memperbaiki kebiasaan yang tidak
diinginkan. Contoh belajar sikap misalnya belajar menghormati orang tua,
menyayangi saudara dan teman; menolong dan bekerja sama; sikap hidup bersih
dan sehat.
6. Belajar Apresiasi
Belajar apresiasi adalah mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu
objek. Tujuannya adalah agar anak didik memperoleh dan mengembangkan
kecakapan ranah rasa (affective skill), dapat menghargai secara tepat objek
tertentu, seperti apresiasi sastra, musik, lukisan, tarian, film dan berbagai hasil
karya kreatif lainnya. Dalam pelajaran agama, belajar apresiasi dapat dilakukan
dalam membina keimanan peserta didik dengan mengapresiasi anugerah yang
diterima dari Tuhan, seperti kesehatan, kecerdasan, kemampuan motorik, dan
keindahan alam ciptaan-Nya.
6
C. Potensi Belajar
7
D. Jenis-jenis Potensi Belajar
1. Potensi jasmaniah.
Jasmani yang sehat dengan panca indra yang normal yang secara fisiologi
berkerja sama dengan sistem syaraf dan kejiwaan yang dimaksud dengan potensi
jasmaniah. Sebagai pra kondisi hidupnya, potensi ini memerlukan gizi dan
berbagai vitamin termasuk udara yang bersih dan lingkungan yang sehat. Jika
kebutuhan ini sebagian tidak tercukupi, maka tubuh orang yang bersankutan akan
lemah, bahkan dapat sakit.
2. Potensi rohaniah
Potensi ini meliputi segi pikir, rasa, karsa, cipta, karya maupun budi nurani.
Supaya kepribadian kita sehat dan sejahtera, potensi ini membutuhkan kesadaran
cinta kasih, kesadaran akan keagamaan, dan nilai-nilai budaya. Selain itu, kita
harus tenang, sabar, optimis, mempercayai orang lain, bahkan mencintai sesama
manusia, tidak iri hati, tidak menyimpan rasa benci atau dendam dan sebagainya
1. Inteligensi
Alfred Binet pada tahun 1857-1911 bersama Theodore Simon mendefinisikan
inteligensi sebagai kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan
tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah
dilaksanakan dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan
autoritism. Pada tahun 1916 Lewis Madison mendefinisikan inteligensi sebagai
kemampuan seseorang untuk berpikir abstrak.
Definisi lain tentang inteligensi dikemukakan oleh Weschlertahun 1965
sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan
tujuan tertentu, berpikir secara rasional, serta menghadapi lingkungan secara
efektif.
8
Dari beragai definisi tentang inteligensi dapat diambil kesimpulan bahwa
inteligensi adalah kemampuan menunjukkan fikiran dengan jernih, pengetahuan
mengenai masalah yang dihadapi, kemampuan mengambil keputusan dengan
tepat, kemampuan menyelesaikan masalah secara optimal. Pemahaman tentang
penggolongan IQ akan membantu guru dalam menerapkannya dalam pendidikan.
Seorang yang dikatakan late developer adalah seseorang yang pada tahun
pertama dalam hidupnya memiliki IQ di bawah normal tetapi mengalami
kenaikan nilai IQ menjadi normal atau melebihinya. Tes inteligensi tidak dapat
membedakan slow learner dan late learner. Oleh karena itu sangat perlu hati-hati
dalam menginterpretasikan nilai IQ.
2. Multikecerdasan
Multikecerdasan atau multiple intelligences merupakan sebuah teori tentang
kecerdasan yang artinya “kecerdasan ganda” atau “kecerdasan majemuk”.Secara
bahasa Multiple Intelligences diartikan Kecerdasan Majemuk. Multiple
intelligence atau yang dikenal juga dengan kecerdasan majemuk adalah
kemampuan untuk memecahkan masalah atau melakukan sesuatu yang ada
nilainya dalam kehidupan sehari-hari. Kecerdasan bukan sesuatu yang dapat
dilihat atau dihitung, melainkan potensi sel otak yang aktif atau nonaktif
tergantung pada pengalaman hidup sehari-hari, baik di rumah, sekolah atau di
tempat lain.
Menurut Gardner (1983) Kecerdasan Majemuk atau Multiple Intelligence
adalah konsep penilaian kecerdasan seseorang dengan melihat pada beberapa
tolak ukur kemampuan.
Jadi Multiple intelligence adalah teori kecerdasan manusia yang dibedakan
menjadi delapan modalitas. Beberapa di antaranya kecerdasan visual, kecerdasan
verbal, kecerdasan logis dan kecerdasan jasmani.
3. Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan
9
akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat
atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat (Slameto, 2010:180). Minat
adalah suatu yang penting bagi seseorang dalam melakukan kegiatan dengan
baik. Sebagai suatu aspek kejiwaan, minat bukan saja mewarnai perilaku
seseorang, tetapi lebih daripada itu minat mendorong orang untuk melakukan
kegiatan dan menyebabkan seseorang menaruh perhatian dan merelakan dirinya
untuk terikat pada suatu kegiatan (Nasution, 1999:1). Menurut Winkel (1999:30)
minat merupakan kecenderungan yang menetap dalam diri subjek untuk merasa
tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam itu.
Pengertian minat juga disebutkan menurut Hidayat adalah suatu hal yang
bersumber dari perasaan yang berupa kecenderungan terhadap suatu hal sehingga
menimbulkan perbuatan-perbuatan atau kegiatankegiatan tertentu (2013:87).
Seperti beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, minat erat kaitannya
dengan perasaaan senang dan minat bisa terjadi karena sikap senang kepada
sesuatu. Jadi minat itu timbul karena adanya perasaan senang pada diri seseorang
yang menyebabkan selalu memerhatikan dan mengingat secara terus
menerus.Oleh karena itu, keinginan atau minat dan kemauan atau kehendak
sangat memengaruhi corak perbuatan yang akan diperhatikan seseorang.
Sekalipun seseorang itu mampu mempelajari sesuatu, tetapi bila tidak
mempunyai minat, tidak mau, atau tidak ada kehendak untuk memelajari, ia tidak
akan bisa mengikuti proses belajar. Dalam hal ini tentunya minat atau keinginan
erat pula hubungannya dengan perhatian yang dimiliki, karena perhatian
mengarahkan timbulnya kehendak pada diri seseorang. Dengan adanya minat
seseorang akan memusatkan atau mengarahkan seluruh aktivitas fisik maupun
psikisnya ke arah yang diamatinya
Minat sebenarnya mengandung tiga unsur yaitu unsur kognisi (mengenal),
emosi (perasaan), dan konasi (kehendak). Hidayat (2013:89) membagi ketiga
unsur tersebut menjadi beberapa indikator yang menentukan minat seseorang
terhadap sesuatu, antara lain
10
a. Keinginan
Seseorang yang memiliki keinginan terhadap suatu kegiatan tentunya ia akan
melakukan atas keinginan dirinya sendiri. Keinginan merupakan indikator
minat yang datang dari dorongan diri, apabila yang dituju sesuatu yang
nyata. Sehingga dari dorongan tersebut timbul keinginan dan minat untuk
mengerjakan suatu pekerjaan.
b. Perasaan Senang
Seseorang yang memiliki perasaan senang atau suka dalam hal tertentu ia
cenderung mengetahui hubungan antara perasaan dengan minat.
c. Perhatian
Adanya perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa seseorang
terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan mengesampingkan
yang lain.
d. Perasaan
Tertarik Minat bisa berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong kita
cenderung atau rasa tertarik pada orang, benda, atau kegiatan ataupun bisa
berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.
Orang yang memiliki minat yang tinggi terhadap sesuatu akan terdapat
kecenderungan yang kuat tertarik pada guru dan mata pelajaran yang
diajarkan. Sehingga perasaan tertarik merupakan indikator yang
menunjukkan minat seseorang.
e. Giat Belajar
Aktivitas di luar sekolah merupakan indikator yang dapat menunjukkan
keberadaan minat pada diri siswa.
f. Mengerjakan Tugas
Kebiasaan mengerjakan tugas yang diberikan guru merupakan salah satu
indikator yang menunjukkan minat siswa.
g. Menaati Peraturan
11
Orang yang berminat terhadap pelajaran dalam dirinya akan terdapat
kecenderungan-kecenderungan yang kuat untuk mematuhi dan menaati
peraturan-peraturan yang ditetapkan karena ia mengetahui konsekuensinya.
Sehingga menaati peraturan merupakan indikator yang menentukan minat
seseorang
4. Bakat
Meski istilah bakat dan inteligensi sering digunakan dengan maksud yang
sama, namun bakat hanyalah salah satu karakteristik inteligensi. Menurut
Bingham mendefinisikan bakat sebagai sebuah kondisi atau rangkaian
karakteristik yang dianggap sebagai gejala kemampuan seorang individu untuk
memperoleh melalui latihan sebagian pengetahuan, keterampilan, atau
serangkaian respons seperti kemampuan berbahasa, kemampuan music dan
sebagainya.
Daftar berikut ini dimaksudkan untuk membantu orang tua dan guru dalam
mengenali bakat intelektual di balik ”kecacatan” anak
12
- Memori yang luar biasa
- Cepat menangkap ide-ide
- Kemampuan penalaran yang tinggi
5. Gaya Berpikir
Gaya belajar ini mengacu ke cara siswa dalam belajar. Menurut Woolfolk
cara yang konsisten yang dilakukan oleh seseorang mencakup informasi, cara
mengingat, berfikir, mengolah informasi dan memecahkan persoalannya. Gaya
belajar mandiri bisa membedakan bagaian-bagian dari keseluruhan, berkosentrasi
pada sesuatu hal (seperti membaca buku didalam stasiun kereta api yang berisik),
menganalisa variabel-variabel terpisah tanpa terpengaruh dengan variabel
lingkungan. Orang yang lebih dominan pada gaya belajar mandiri umumnya
cenderung lebih mandiri, kompetitif, dan percaya diri. Sementara orang yang
13
bergaya belajar bergantung (field dependent) umumnya cenderung lebih
bersosialisasi, cenderung mengambil identifikasi diri dari orang-orang
disekitarnya, dan biasanya lebih empati dan perseptif pada perasaan dan pikiran
lainnya.
14
Gaya belajar bergantung mempunyai dampak positif yaitu anda bisa
mendapatkan gambaran secara keseluruhan, pandangan yang lebih luas,
konfigurasi suatu masalah atau gagasan, ataukejadian secara umum. Gaya belajar
ini menurut Dunn dipengaruhi oleh 4 faktor dan elemen dasar. Faktor-faktor dan
elemen-elemen dasar tersebut adalah: a) Lingkungan langsung (Immediate
Environment). Cara belajar yang dipengaruhi oleh suara/bunyi, cahaya, suhu
udara pengaturan tempat belajar. b) Emosional yaitu cara belajar yang
dipengaruhi adanya motivasi, persisten, rasa tanggung jawab, dan struktur
penyelesaian tugas. c) Sosiologis, yaitu cara belajar yang dipengaruhi kelompok
teman sebaya (peers), berpasangan, team, bantuan orang dewasa dan variasi, d)
Fisik yaitu cara belajar yang dipengaruhi oleh kemampuan persepsi,
makanan/minuman, waktu belajar, dan berpindah-pindah (mobility).
6. Gaya Berpikir
15
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan guru dalam menghadapi peserta didik
yang impulsif adalah:
16
7. Keterampilan Belajar
Keterampilan belajar sejatinya bisa dikatakan sebagai salah satu potensi dan
tugas pendidikan yang kuantitas dan kualitasnya dipengaruhi oleh beragam faktor
ekternal dan internal. Dimana prihal ini seorang yang terampil belajar ia akan
menjadi pembelajar bagi dirinya sediri, selain itu keterampilan belajar yang
berbasis pada kesadaran akan mampu meningkatkan kesadaran bahwa ia adalah
bagian dari kehidupan. Disisi lainnya, bila seseorang yang pada dasarnya
memilih untuk menjadi pembelajar maka ia akan dengan mudah menyadari
pentingnya organisasi yang terus menerus menambah pengetahuan, memperluas
kapasitas, dan menciptakan masa depan.
a. Salinger, 1983
17
Pengertian bahwa keterampilan belajar adalah daftar keterampilan yang
spesifik dilakukan oleh pendidikan, seperti mengorganisasi, memproses, dan
menggunakan informasi yang diperoleh dari membaca.
a. Keterampilan belajar merupakan suatu hal yang menjadi dasar bagi kesuksesan
siswa dalam sekolah atau kehidupan mereka selanjutnya.
b. Keterampilan belajar sangat mendorong siswa apabila dilaksanakan lebih awal.
18
c. Guru BK dapat memberikan materi keterampilan belajar untuk semua siswa
sesuai dengan kebutuhannya.
d. Melalui program keterampilan belajar guru pembimbing dapat menggali
permasalahan siswa atau membina hubungan konseling yang lebih mendalam
8. Perbedaan Gender
Perbedaan dalam segala aspek kehidupan terutama pada aktivitas keseharian manusia
merupakan sebuah keniscayaan. Adanya perbedaan agama, budaya, suku, dan lain
sebagainya menjadikan kehidupan ini beragam dalam suasana yang begitu menarik,
sebab perbedaan akan mengantarkan sebuah panorama yang begitu indah, ketika hal
tersebut diletakkan sebagai alat untuk saling mengikat satu sama lain dalam upaya
membangun sebuah bangunan kehidupan yang harmonis. Perbedaan di atas banyak
ditemukan di lingkungan pendidikan, terutama di sekolah. Tradisi keilmuan dalam
bidang pendidikan terdapat kesepakatan bahwa lembaga pendidikan terdiri dari berbagai
bentuk, yaitu pendidikan formal, informal, dan non-formal yang dipakai untuk membagi
lembaga pendidikan dari segi administrasi penyelenggarannya,1 namun pada proses
pembelajaran manusia diasumsikan terjadi dalam lembaga-lembaga sosial tertentu di
mana secara umum manusia mengalami tahapan proses pendidikan dalam keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Jika di dalam keluarga terdapat orangtua dan anak, maka di
sekolah terdapat guru dan siswa yang merupakan pelengkap dalam proses pendidikan,
sekolah tanpa siswa ruang menjadi hampa, dan sekolah tanpa guru pun demikian.
Interaksi siswa dan guru menjadi satu bagian yang harus dilakukan untuk mencapai
proses Pendidikan.
19
menemukan bahwa aktivitas laki-laki lebih memungkinkan untuk menghasilkan
nafkah, sedangkan perempuan lebih terlibat dalam aktivitas pemenuhan
kebutuhan dasar. Gender adalah persepsi masyarakat yang secara sosial telah
dibangun dan mengacu pada peran, perilaku, dan identitas seseorang. Dalam hal
ini, gender seseorang tidak ditentukan berdasarkan jenis kelaminnya.
Identitas gender
Cisgender
Cisgender adalah istilah yang kerap digunakan bagi seorang individu yang
merasa bahwa identitas gender dirinya sejalan dengan jenis kelamin yang ia
miliki.
Transgender
Nonbiner
20
Selain beberapa istilah diatas, ada juga istilah ekspresi gender. Istilah Ini
mengacu pada bagaimana seseorang mengekspresikan dirinya, baik dalam
berperilaku, berpakaian, bersuara, atau memilih potongan rambut tanpa terpaku
pada jenis kelaminnya. Istilah yang umumnya melekat pada ekspresi gender
adalah maskulin, feminin, dan androgini.
9. Perbedaan Agama
21
untuk beribadah, tolong-menolong antarwarga ketika melaksanakan hari raya,
tidak membeda-bedakan tetangga, dan menghargai perbedaan budaya yang ada.
Memiliki Tenggang rasa, tidak menganggap agama sendiri paling tinggi dan
baik, Menerima keragaman agama, suku bangsa, dan budaya sebagai kekayaan
bangsa yang tak ternilai harganya.
Kebudayaan, budaya, dan kultur memiliki arti yang sama. Budaya berasal dari
bahasa Sansekerta yaitu “buddhayah” yang diartikan sebagai hal-hal yang
berhubungan dengan budi dan akal manusia.
Salah satu ciri khas dari budaya adalah bahwa budaya itu diwariskan secara
turun-temurun. Jadi, kalimat yang paling tepat untuk mendefinisikan budaya
adalah suatu cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok orang, cara hidup itu
berkembang kemudian diwariskan dari generasi ke generasi. Cara hidup yang
berkembang dapat berarti bahwa budaya yang dimiliki oleh suatu kaum atau
dapat berubah karena banyak faktor seperti penetrasi kebudayaan. Misalnya
upacara Sekaten di Yogyakarta yang terbentuk akibat penetrasi kebudayaan
Islam ke dalam kebudayaan adat Jawa.
22
merupakan hasil dari aktivitas misalnya memahat (aktivitas) menghasilkan
artefak berupa patung.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
24
DAFTAR PUSTAKA
25