Anda di halaman 1dari 29

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

BELAJAR DAN PERBEDAAN POTENSI INDIVIDU

DOSEN PENGAMPU : RINA SURYANI, S.Pd, M.Pd

Kelompok 4 :

Giovanni Paulina 1221151013

Nadia Fadillah 1222451017

Nazwa Salsabila Marpaung 1222451018

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

.......................Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Potensi
dan Perbedaan Karakteristik dalam Belajar“

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Psikologi
Pendidikan. Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rina
Suryani, S.Pd, M.Pd selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Psikologi Pendidikan.

...............................Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Medan, 11 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................2

C. Tujuan Penulisan................................................................................................2

BAB II..........................................................................................................................3

PEMBAHASAN............................................................................................................3

A. Pengertian Belajar...............................................................................................3

B. Jenis-jenis Belajar...............................................................................................5

C. Potensi Belajar....................................................................................................8

D. Jenis-jenis Potensi Belajar................................................................................10

E. Faktor-faktor yang memengaruhi Potensi........................................................11

F. Upaya mengenali Potensi Peserta Didik...........................................................11

G. Karakteristik dan Perbedaan Individu dalam Belajar.......................................12

H. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Individu


17

I. Efektivitas Belajar............................................................................................20

BAB III........................................................................................................................22

PENUTUP...................................................................................................................22

A. Kesimpulan.......................................................................................................22

ii
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................23

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Banyak ahli psikologi yang mengemukakantentang pemgertian


belajar. Skinner (1956) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses
adaptasi perilaku berlangsung progresif. Sementara itu James Whittaker
(1970), Morgan (1984) menyatakan belajar merupakan suatu perubahan
perilaku yang relatif menetap, yang merupakan hasil dari pengalaman atau
latihan. Sementara itu, Ormrod (2020) mengemukakan bahwa belajar
merupakan perubahan jangka panjang dalam representasi mental atau asosiasi
sebagai hasil dari pengalaman.

Setiap anak pasti memiliki ciri atua karakteristik yang berbeda sejak
lahir hingga dewasa dengan satu sama lain yang meliputi perbedaan fisik,
sikap dan perilaku perbuatannya dalam pendidikan ( Meriyati, 2015 ). Oleh
karena itu karakter yang berbeda dari setiap peserta didik perlu adanya
pendidik yang mampu memberikan bimbingan itu bisa diterima oleh
muridnya dan bisa menjadi pengetahuan bagi mereka.

Pendidik harus mampu memahami setiap karakteristik peserta didik


( Hanifah, et al, 2020 : Septianti dan Afiani, 2020 ). Dengan demikian
pendidik akan mudah untuk memberikan pembelajaran yang dapat
mengantarkan mereka kearah positif dan bisa mengarahkan ke impian atau
cita-cita yang mereka inginkan dengan bakat, minat dan kemampuan individu
tersebut. Jadi pendidik dapat menyesuaikan dengan karakteristik yang
dimiliki setiap individu. Adapun karakteristik itu adalah kemampuan atau
sikap yang terdapat dalam diri mereka masing-masinghasil dari bawaan
dilingkungannya yang bisa membeikan oengaruh baik ataupun buruk.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Belajar ?


2. Apa saja jenis jenis belajar ?
3. Apa itu Potensi ?
4. Apa saja jenis-jenis Potensi ?
5. Apa saja faktor yang memengaruhi Potensi ?
6. Bagaimana upaya untuk menganali Potensi ?
7. Apa saja karakteristik dan perbedaan individu dalam Belajar ?
8. Faktor apa saja yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu ?
9. Apa itu efektivitas Belajar

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian Belajar


2. Untuk mengetahui jenis-jenis Belajar
3. Untuk mengetahui apa itu Potensi
4. Untuk mengetahui jenis-jenis Potensi
5. Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi Potensi
6. Untuk mengetahui upaya-upaya mengenali potensi
7. Untuk mengetahui karakteristik dan perbedaan individu dalam belajar
8. Untuk mengetahui factor yang mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan individu
9. Untuk mengetahui efektivitas belajar

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar

Selama rentang kehidupan individu sejak dalam kandungan sampai dewasa,


dan selama hayatnya, terjadi perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif dan
kualitatif, yang disebut sebagai bertumbuh dan berkembang. Terjadinya perubahan
tersebut ada yang merupakan akibat dari kematangan biologis, tetapi ada yang
diperoleh sebagai respons dari individu terhadap lingkungannya. Interaksi individu
dan lingkungan biasa disebut dengan pengalaman dan belajar. Orang yang belajar
bisa memperoleh hubungan-hubungan asosiatif, pengetahuan, keterampilan dan
kebiasaan-kebiasaan baru.

Sebagian orang beranggapan bahwa belajar hanya mengumpulkan atau


menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran.
Orang yang berasumsi demikian biasanya akan merasa bangga ketika anaknya
mampu menyebutkan kembali sebagian informasi yang didengar, dibaca dalam buku
teks, atau diajarkan oleh gurunya.

Selain itu ada juga orang yang menganggap bahwa belajar hanya merupakan
latihan saja, seperti latihan membaca, menulis atau mengerjakan kegiatan fisik.
Berdasarkan persepsi tersebut, orang tua akan merasa cukup puas bila anak balita
mereka telah mampu menunjukkan keterampilan jasmaniah tertentu, seperti
melompat, melempar, atau membangun rumah pasir, tanpa memahami arti, hakikat
dan tujuan keterampilan tersebut. Ada juga orang yang menganggap bahwa belajar
hanya mengikuti contoh perilaku tertentu, seperti mengucapkan kata tolong, maaf dan
terima kasih; atau membuang sampah di tempat sampah; menolong dan berbagi
dengan saudara atau teman. Bagi anak sekolah, kegiatan yang disebut belajar sering

3
diasumsikan dengan mendengar penjelasan guru, menghapal materi, atau
mengerjakan pekerjaan rumah (PR).

Banyak ahli psikologi yang mengemukakan tentang pengertian belajar.


Skinner (1956) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi perilaku
yang berlangsung progresif; sementara itu James Whittaker, 1970, Morgan, 1984,
menyatakan belajar merupakan suatu perubahan perilaku yang relatif menetap, yang
merupakan hasil dari pengalaman atau latihan.

Sementara itu, Ormrod (2020) mengemukakan bahwa belajar merupakan


perubahan jangka panjang dalam representasi mental atau asosiasi sebagai hasil dari
pengalaman. Pengertian belajar yang dikemukakan oleh Ormrod dapat dijelaskan
sebagai berikut.

1. Belajar adalah perubahan jangka panjang. Karena itu bukan sekadar penggunaan
informasi sementara, misalnya hanya mengingat nomor telepon singkat yang
digunakan pada saat melakukan panggilan telepon. Atau menyebutkan angka 1,
2, 3, 4, sampai 10 yang dilakukan anak ketika mulai menirukan nama bilangan.
2. Belajar melibatkan representasi mental atau asosiasi, yang pada intinya
merupakan fenomena yang terjadi di otak. Misalnya anak mengingat warna biru
karena sebelumnya pernah melihat langit yang berwarna biru.
3. Belajar adalah perubahan karena pengalaman, bukan hasil pematangan fisiologis,
kelelahan atau pengaruh obat-obatan.

Pengertian lain tentang belajar dikemukakan oleh Williams (1998), yaitu


setiap usaha mencapai tujuan, berdasarkan pada pengalaman, memiliki dampak
terhadap perilaku dan kognisi, dan perubahan ke perbaikan yang berlangsung relatif
stabil. Honey dan Mumford (1996), menjelaskan bahwa belajar sudah berlangsung
ketika individu dapat menunjukkan bahwa ia telah mengetahui sesuatu yang
sebelumnya tidak diketahui (fakta, aplikasi, dan wawasan); dan ketika ia dapat
melakukan suatu tindakan atau keterampilan yang sebelumnya tidak bisa dilakukan.

4
Mumford dan Gold (2004), menekankan bahwa belajar merupakan proses dan hasil
terkait dengan usaha mencari pengetahuan, keterampilan dan wawasan baru.
Benyamin S. Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa dengan proses belajar,
peserta didik memperoleh pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan
(psikomotorik) yang baru

Berdasarkan pengertian-pengertian belajar yang telah dikemukakan dapat


dikatakan bahwa dengan belajar, seseorang atau peserta didik tidak hanya dapat
mengalami perubahan atau penguasaan dalam satu aspek saja, tetapi berbagai aspek
seperti peningkatan pengetahuan, kemampuan berpikir, sikap yang positif ataupun
keterampilan tertentu.

B. Jenis-jenis Belajar

Ada bermacam kegiatan dalam proses belajar, terkait dengan keragaman


materi yang dipelajari, aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan,
ataupun metode belajar dan sumber yang digunakan. Setidaknya jenis belajar bisa
dibedakan antara lain sebagai berikut.
1. Belajar Pengetahuan
Belajar pengetahuan adalah belajar dengan cara memproses informasi dan
melakukan penyelidikan terhadap objek pengetahuan tertentu.
2. Belajar Abstrak
Jenis belajar ini merupakan kegiatan yang menggunakan cara-cara berpikir
abstrak, yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah
yang tidak nyata. Untuk mempelajari hal-hal yang abstrak ini diperlukan prinsip,
konsep dan generalisasi. Termasuk dalam jenis belajar ini misalnya belajar
konsep dan aplikasi matematika (murni), kimia, keimanan/tauhid, dan lain
sebagainya.
3. Belajar Keterampilan

5
Belajar jenis ini menggunakan gerakan-gerakan motorik, yang berhubungan
dengan fungsi otot, fungsi bagian tubuh seperti tangan atau kaki. Contoh belajar
motorik adalah melakukan gerakan senam, berenang, berlari, melempar bola,
membuat produk prakarya, melukis, atau menari. Termasuk dalam belajar
psikomotorik juga bila dalam pelajaran agama, anak didik belajar praktik wudhu
dan gerakan shalat. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, dalam belajar
keterampilan diperlukan latihan yang intensif dan teratur.
4. Belajar Sosial
Pada dasarnya belajar sosial adalah belajar untuk memahami hubungan sosial
antar individu, bagaimana individu berinteraksi dan bekerja sama dengan orang
lain serta memahami dan mampu memecahkan masalah-masalah dalam
hubungan sosialnya dengan keluarga, teman atau lainnya
5. Belajar Sikap
Belajar sikap bisa diperoleh melalui keteladanan dan pembiasaan; dengan
membentuk kebiasaan-kebiasaan baru atau memperbaiki kebiasaan yang tidak
diinginkan. Contoh belajar sikap misalnya belajar menghormati orang tua,
menyayangi saudara dan teman; menolong dan bekerja sama; sikap hidup bersih
dan sehat.
6. Belajar Apresiasi
Belajar apresiasi adalah mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu
objek. Tujuannya adalah agar anak didik memperoleh dan mengembangkan
kecakapan ranah rasa (affective skill), dapat menghargai secara tepat objek
tertentu, seperti apresiasi sastra, musik, lukisan, tarian, film dan berbagai hasil
karya kreatif lainnya. Dalam pelajaran agama, belajar apresiasi dapat dilakukan
dalam membina keimanan peserta didik dengan mengapresiasi anugerah yang
diterima dari Tuhan, seperti kesehatan, kecerdasan, kemampuan motorik, dan
keindahan alam ciptaan-Nya.

6
C. Potensi Belajar

Potensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseoarng dan mempunyai


kemungkinan dapat dikembangkan dan menjadi aktual. Purwanto (2006:18)
mengatakan potensi adalah “seluruh kemungkinan-kemungkinan atau kesanggupan-
kesanggupan yang terdapat pada suatu individu dan selama masa perkembangannya
benar-benar dapat diwujudkan (direalisasikan)”. Potensi diri merupakan kemampuan
dasar yang dimiliki oleh seseorang yang masih terpendam dan mempunyai
kemungkinan untuk dapat dikembangkan jika didukung dengan peran serta
lingkungan, latihan dan sarana yang memadai, (Masni, 2017:58-74).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat diketahui bahwa potensi dapat
dirumuskan dari keseluruhan kemampuan yang ada dalam diri peserta didik, yang
memungkinkan dapat berkembang dan diwujudkan dalam bentuk kenyataan. Antara
peserta didik yang satu dengan yang lainnya tidak memiliki potensi yang sama.
Seorang lebih tajam pikirannya, atau lebih halus perasaan, atau lebih kuat kemauan
atau lebih tegap, kuat badannya daripada yang lain. Pengembangan potensi peserta
didik merupakan upaya yang sangat penting dalam pendidikan, bahkan menjadi
esensi dari usaha pendidikan, (Nurhasanah, Endang & Lestari, 2016:12). Untuk
mengembangkan potensi peserta didik perlu mengetahui dan memahami terlebih
dahulu potensi apa saja yang melekat pada dirinya. Peserta didik belum sepenuhnya
mengembangkan dan menggunakan potensi yang ada pada dirinya. Hal ini terjadi
dikarenakan mereka belum atau bahkan tidak mengenal potensi dirinya dan
hambatan-hambatan dalam pengembangan potensi diri tersebut. Untuk memberikan
pemahaman dan mengembangkan potensi peserta didik, perlu adanya bantuan yang
tepat.

7
D. Jenis-jenis Potensi Belajar

1. Potensi jasmaniah.
Jasmani yang sehat dengan panca indra yang normal yang secara fisiologi
berkerja sama dengan sistem syaraf dan kejiwaan yang dimaksud dengan potensi
jasmaniah. Sebagai pra kondisi hidupnya, potensi ini memerlukan gizi dan
berbagai vitamin termasuk udara yang bersih dan lingkungan yang sehat. Jika
kebutuhan ini sebagian tidak tercukupi, maka tubuh orang yang bersankutan akan
lemah, bahkan dapat sakit.
2. Potensi rohaniah
Potensi ini meliputi segi pikir, rasa, karsa, cipta, karya maupun budi nurani.
Supaya kepribadian kita sehat dan sejahtera, potensi ini membutuhkan kesadaran
cinta kasih, kesadaran akan keagamaan, dan nilai-nilai budaya. Selain itu, kita
harus tenang, sabar, optimis, mempercayai orang lain, bahkan mencintai sesama
manusia, tidak iri hati, tidak menyimpan rasa benci atau dendam dan sebagainya

E. Karakteristik dan Perbedaan Individu dalam Belajar

1. Inteligensi
Alfred Binet pada tahun 1857-1911 bersama Theodore Simon mendefinisikan
inteligensi sebagai kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan
tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah
dilaksanakan dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan
autoritism. Pada tahun 1916 Lewis Madison mendefinisikan inteligensi sebagai
kemampuan seseorang untuk berpikir abstrak.
Definisi lain tentang inteligensi dikemukakan oleh Weschlertahun 1965
sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan
tujuan tertentu, berpikir secara rasional, serta menghadapi lingkungan secara
efektif.

8
Dari beragai definisi tentang inteligensi dapat diambil kesimpulan bahwa
inteligensi adalah kemampuan menunjukkan fikiran dengan jernih, pengetahuan
mengenai masalah yang dihadapi, kemampuan mengambil keputusan dengan
tepat, kemampuan menyelesaikan masalah secara optimal. Pemahaman tentang
penggolongan IQ akan membantu guru dalam menerapkannya dalam pendidikan.
Seorang yang dikatakan late developer adalah seseorang yang pada tahun
pertama dalam hidupnya memiliki IQ di bawah normal tetapi mengalami
kenaikan nilai IQ menjadi normal atau melebihinya. Tes inteligensi tidak dapat
membedakan slow learner dan late learner. Oleh karena itu sangat perlu hati-hati
dalam menginterpretasikan nilai IQ.
2. Multikecerdasan
Multikecerdasan atau multiple intelligences merupakan sebuah teori tentang
kecerdasan yang artinya “kecerdasan ganda” atau “kecerdasan majemuk”.Secara
bahasa Multiple Intelligences diartikan Kecerdasan Majemuk. Multiple
intelligence atau yang dikenal juga dengan kecerdasan majemuk adalah
kemampuan untuk memecahkan masalah atau melakukan sesuatu yang ada
nilainya dalam kehidupan sehari-hari. Kecerdasan bukan sesuatu yang dapat
dilihat atau dihitung, melainkan potensi sel otak yang aktif atau nonaktif
tergantung pada pengalaman hidup sehari-hari, baik di rumah, sekolah atau di
tempat lain.
Menurut Gardner (1983) Kecerdasan Majemuk atau Multiple Intelligence
adalah konsep penilaian kecerdasan seseorang dengan melihat pada beberapa
tolak ukur kemampuan.
Jadi Multiple intelligence adalah teori kecerdasan manusia yang dibedakan
menjadi delapan modalitas. Beberapa di antaranya kecerdasan visual, kecerdasan
verbal, kecerdasan logis dan kecerdasan jasmani.
3. Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan

9
akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat
atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat (Slameto, 2010:180). Minat
adalah suatu yang penting bagi seseorang dalam melakukan kegiatan dengan
baik. Sebagai suatu aspek kejiwaan, minat bukan saja mewarnai perilaku
seseorang, tetapi lebih daripada itu minat mendorong orang untuk melakukan
kegiatan dan menyebabkan seseorang menaruh perhatian dan merelakan dirinya
untuk terikat pada suatu kegiatan (Nasution, 1999:1). Menurut Winkel (1999:30)
minat merupakan kecenderungan yang menetap dalam diri subjek untuk merasa
tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam itu.
Pengertian minat juga disebutkan menurut Hidayat adalah suatu hal yang
bersumber dari perasaan yang berupa kecenderungan terhadap suatu hal sehingga
menimbulkan perbuatan-perbuatan atau kegiatankegiatan tertentu (2013:87).
Seperti beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, minat erat kaitannya
dengan perasaaan senang dan minat bisa terjadi karena sikap senang kepada
sesuatu. Jadi minat itu timbul karena adanya perasaan senang pada diri seseorang
yang menyebabkan selalu memerhatikan dan mengingat secara terus
menerus.Oleh karena itu, keinginan atau minat dan kemauan atau kehendak
sangat memengaruhi corak perbuatan yang akan diperhatikan seseorang.
Sekalipun seseorang itu mampu mempelajari sesuatu, tetapi bila tidak
mempunyai minat, tidak mau, atau tidak ada kehendak untuk memelajari, ia tidak
akan bisa mengikuti proses belajar. Dalam hal ini tentunya minat atau keinginan
erat pula hubungannya dengan perhatian yang dimiliki, karena perhatian
mengarahkan timbulnya kehendak pada diri seseorang. Dengan adanya minat
seseorang akan memusatkan atau mengarahkan seluruh aktivitas fisik maupun
psikisnya ke arah yang diamatinya
Minat sebenarnya mengandung tiga unsur yaitu unsur kognisi (mengenal),
emosi (perasaan), dan konasi (kehendak). Hidayat (2013:89) membagi ketiga
unsur tersebut menjadi beberapa indikator yang menentukan minat seseorang
terhadap sesuatu, antara lain

10
a. Keinginan
Seseorang yang memiliki keinginan terhadap suatu kegiatan tentunya ia akan
melakukan atas keinginan dirinya sendiri. Keinginan merupakan indikator
minat yang datang dari dorongan diri, apabila yang dituju sesuatu yang
nyata. Sehingga dari dorongan tersebut timbul keinginan dan minat untuk
mengerjakan suatu pekerjaan.
b. Perasaan Senang
Seseorang yang memiliki perasaan senang atau suka dalam hal tertentu ia
cenderung mengetahui hubungan antara perasaan dengan minat.
c. Perhatian
Adanya perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa seseorang
terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan mengesampingkan
yang lain.
d. Perasaan
Tertarik Minat bisa berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong kita
cenderung atau rasa tertarik pada orang, benda, atau kegiatan ataupun bisa
berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.
Orang yang memiliki minat yang tinggi terhadap sesuatu akan terdapat
kecenderungan yang kuat tertarik pada guru dan mata pelajaran yang
diajarkan. Sehingga perasaan tertarik merupakan indikator yang
menunjukkan minat seseorang.
e. Giat Belajar
Aktivitas di luar sekolah merupakan indikator yang dapat menunjukkan
keberadaan minat pada diri siswa.
f. Mengerjakan Tugas
Kebiasaan mengerjakan tugas yang diberikan guru merupakan salah satu
indikator yang menunjukkan minat siswa.
g. Menaati Peraturan

11
Orang yang berminat terhadap pelajaran dalam dirinya akan terdapat
kecenderungan-kecenderungan yang kuat untuk mematuhi dan menaati
peraturan-peraturan yang ditetapkan karena ia mengetahui konsekuensinya.
Sehingga menaati peraturan merupakan indikator yang menentukan minat
seseorang
4. Bakat

Meski istilah bakat dan inteligensi sering digunakan dengan maksud yang
sama, namun bakat hanyalah salah satu karakteristik inteligensi. Menurut
Bingham mendefinisikan bakat sebagai sebuah kondisi atau rangkaian
karakteristik yang dianggap sebagai gejala kemampuan seorang individu untuk
memperoleh melalui latihan sebagian pengetahuan, keterampilan, atau
serangkaian respons seperti kemampuan berbahasa, kemampuan music dan
sebagainya.

Daftar berikut ini dimaksudkan untuk membantu orang tua dan guru dalam
mengenali bakat intelektual di balik ”kecacatan” anak

a. Siswa berbakat dengan penurunan visual


- Belajar cepat
- Memori superior
- Superior dalam kemampuan berkomunikasi verbal dan penguasaan kosa
kata
b. Siswa berbakat dengan penyandang cacat fisik
- Pengembangan keterampilan kompensasi
- Mengesankan menyimpan pengetahuan
- Keterampilan akademik tingkat tinggi
- Luar biasa dalam keterampilan pemecahan masalah
c. Siswa berbakat dengan gangguan pendengaran
- Kemampuan membaca berkembang lebih awal

12
- Memori yang luar biasa
- Cepat menangkap ide-ide
- Kemampuan penalaran yang tinggi
5. Gaya Berpikir

Dalam konteks belajar, setiap orang memiliki kecenderungan untuk lebih


sensitif pada salah satu indranya. Misalnya, ada orang yang lebih mudah
menangkap dan meresapkan sesuatu dari penglihatannya dibanding dengan
perasaannya. Sejalan dengan kondisi ini, individu dapat digolongkan atas lima
tipe pengamatan yaitu tipe visual, auditif, taktil, gustatif dan olfaktoris. Tipe
visual cenderung lebih mudah menerima informasi penglihatan, auditif melalui
pendengaran, taktil dengan sentuhan/meraba. Sedangkan gustatif melalui
penciuman dan olfaktoris melalui indra pengecap. Pada pembahasan selanjutnya
tipe-tipe belajar ini dikelompokkan atas tiga yaitu Visual, Auditori, Kinestetik
(taktil, gustatif dan olfaktoris) dan hal ini disingkat dengan VAK.

Gaya belajar dapat dikelompok atas dua elemen yang mempengaruhinya.


Pertama adalah gaya belajar independen dan kedua gaya belajar tergantung. Gaya
independen membutuhkan suasana yang terang dan tidak mau diganggu suara
sedikitpun sedangkan gaya tergantung perlu ditemani radio atau lagu-lagu ketika
belajar.

Gaya belajar ini mengacu ke cara siswa dalam belajar. Menurut Woolfolk
cara yang konsisten yang dilakukan oleh seseorang mencakup informasi, cara
mengingat, berfikir, mengolah informasi dan memecahkan persoalannya. Gaya
belajar mandiri bisa membedakan bagaian-bagian dari keseluruhan, berkosentrasi
pada sesuatu hal (seperti membaca buku didalam stasiun kereta api yang berisik),
menganalisa variabel-variabel terpisah tanpa terpengaruh dengan variabel
lingkungan. Orang yang lebih dominan pada gaya belajar mandiri umumnya
cenderung lebih mandiri, kompetitif, dan percaya diri. Sementara orang yang

13
bergaya belajar bergantung (field dependent) umumnya cenderung lebih
bersosialisasi, cenderung mengambil identifikasi diri dari orang-orang
disekitarnya, dan biasanya lebih empati dan perseptif pada perasaan dan pikiran
lainnya.

Seseorang yang bergaya belajar mandiri (field independent) adalah yang


berusaha membebaskan diri dari lingkungannya pada saat dia belajar atau pada
saat dia membuat keputusan tentang sesuatu hal. Seseorang yang bergaya belajar
bergantung (field dependent) adalah yang mudah terpengaruh lingkungan pada
saat belajar. Gaya belajar mandiri tidak dipengaruhi oleh lingkungan dan
pendidikan dimasa lampau. Berdiri sendiri dan mempunyai otonomi atas
tindakannya, tidak peduli akan nama-nama orang lain. Kurang mementingkan
hubungan sosial, tidak memerlukan petunjuk yang terperinci, dapat menerima
kritik dengan perbaikan. Didalam mencapai tujuan peserta didik yang memiliki
gaya belajar mandiri didorong oleh faktor-faktor yang bersifat menantang dan
melihat kegunaan tugas yang sedang dilakukan. Siswa yang memiliki gaya
belajar mandiri cenderung ingin meningkatkan rasa ingin tahunya. Pendekatan
komunikatif sangat memberikan peluang kepada siswa dengan berbagai kegiatan
komunikasi dan permainan yang menarik.

Gaya belajar bergantung adalah dipengaruhi lingkungan, banyak


bergantung pada pendidikan sewaktu kecil, dididik untuk selalu memperhatikan
orang lain, mengingat hal-hal dalam konteks sosial dengan luas, memerlukan
petunjuk yang lebih banyak untuk memahami sesuatu lebih peka akan kritik dan
perlu mendapat dorongan. Mereka harus banyak dibantu oleh guru atau teman-
temannya dalam bentuk kerja kelompok. Untuk memberi dorongan kearah yang
lebih mandiri siswa memiliki gaya belajar bergantung memerlukan metode
pengajaran yang sesuai agar hasil belajar yang diperoleh sesuai dengan apa yang
diharapkan.

14
Gaya belajar bergantung mempunyai dampak positif yaitu anda bisa
mendapatkan gambaran secara keseluruhan, pandangan yang lebih luas,
konfigurasi suatu masalah atau gagasan, ataukejadian secara umum. Gaya belajar
ini menurut Dunn dipengaruhi oleh 4 faktor dan elemen dasar. Faktor-faktor dan
elemen-elemen dasar tersebut adalah: a) Lingkungan langsung (Immediate
Environment). Cara belajar yang dipengaruhi oleh suara/bunyi, cahaya, suhu
udara pengaturan tempat belajar. b) Emosional yaitu cara belajar yang
dipengaruhi adanya motivasi, persisten, rasa tanggung jawab, dan struktur
penyelesaian tugas. c) Sosiologis, yaitu cara belajar yang dipengaruhi kelompok
teman sebaya (peers), berpasangan, team, bantuan orang dewasa dan variasi, d)
Fisik yaitu cara belajar yang dipengaruhi oleh kemampuan persepsi,
makanan/minuman, waktu belajar, dan berpindah-pindah (mobility).

6. Gaya Berpikir

Gaya berpikir dapat digolongkan atas gaya impulsif, reflektif, mendalam


dan dangkal. Gaya yang reflektif dan impulsif disebut sebagai tempo konseptual.
Maksudnya, kecenderungan individu untuk bereaksi dalam waktu tertentu dalam
memberi respon dan merenungkan akurasi jawaban. Gaya impulsif cenderung
spontan, cepat dan menggunakan kebih banyak waktu untuk merespon dan
mengakurasi suatu jawaban. Sedangkan individu yang reflektif lebih
memungkinkan mengingat informasi yang terstruktur, membaca dengan
memahami dan menginterpretasi teks dan memecahkan problema dan membuat
keputusan. Individu yang reflektif lebih mungkin menentukan sendiri tujuan
belajar dan berkonsentrasi pada informasi yang relevan standar kinerja tinggi dan
cenderung lebih berhasil daripada yang impulsif. Seorang yang impulsif perlu
mengembangkan kemampuannya untuk berpikir dulu sebelum memberi respon
memahami terlebih dahulu informasi yang diterimanya dan menyusun rencana
untuk mengendalikan impulsivitasnya.

15
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan guru dalam menghadapi peserta didik
yang impulsif adalah:

a. Pantau peserta didik di kelas untuk mengetahui yang implusif.


b. Bicara dengan mereka agar mau meluangkan lebih banyak waktu untuk
berpikir sebelum memberikan jawaban.
c. Dorong mereka untuk menandai informasi baru saat mereka membahasnya.
d. Jadilah guru bergaya reflektif.
e. Bantu peserta didik untuk menentukan standar tinggi bagi kinerjanya.
f. Hargai peserta didik yang impulsif bersedia meluangkan lebih banyak waktu
untuk berpikir. Pujilah peningkatan kinerja mereka.
g. Bimbing peserta didik untuk menyusun sendiri rencana guna mengurangi
impulsifitasnya.

Gaya mendalam dan dangkal berhubungan dengan kemampuan dan kemauan


individu mempelajari materi pelajaran dengan suatu cara yang membantu mereka
memahami makna materi (gaya mendalam) atau sekadar mencari apa-apa yang
perlu dipelajari (gaya dangkal). Individu yang belajar dengan menggunakan gaya
dangkal cenderung mengalami kesulitan mengaitkan apa-apa yang mereka
pelajari dengan kerangka konseptual yang lebih luas. Cenderung belajar pasif,
sering kali hanya mengingat informasi. Berbeda dengan gaya berpikir mendalam,
lebih memungkinkan untuk secara aktif memahami apa- apa yang mereka
pelajari dan memberi makna pada apa yang perlu untuk diingat. Dari kedua gaya
mendalam dan dangkal, tampaknya gaya dangkal yang berpeluang besar
mengalami hambatan dalam belajar. Oleh karena itu, individu yang memiliki
gaya berpikir dangkal perlu mengembangkan diri agar dapat memahami bahwa
belajar bukan hanya mengingat materi akan tetapi yang lebih penting adalah
menghubungkan apa yang mereka pelajari sekarang dengan apa yang pernah
mereka pelajari di masa lalu, memikirkannya secara mendalam dan meluas.

16
7. Keterampilan Belajar

Keterampilan belajar sejatinya bisa dikatakan sebagai salah satu potensi dan
tugas pendidikan yang kuantitas dan kualitasnya dipengaruhi oleh beragam faktor
ekternal dan internal. Dimana prihal ini seorang yang terampil belajar ia akan
menjadi pembelajar bagi dirinya sediri, selain itu keterampilan belajar yang
berbasis pada kesadaran akan mampu meningkatkan kesadaran bahwa ia adalah
bagian dari kehidupan. Disisi lainnya, bila seseorang yang pada dasarnya
memilih untuk menjadi pembelajar maka ia akan dengan mudah menyadari
pentingnya organisasi yang terus menerus menambah pengetahuan, memperluas
kapasitas, dan menciptakan masa depan.

Seorang pembelajar tentunya akan bertanggungjawab baik kepada Tuhan,


kepada diri sendiri, ataupun kepada sesama manusia. Adapun sebagai
pendoronga potensi yang harus dikembangkan oleh pembejalajar dalam proses
terbentuk suatu keterampilan belajar ada 4, yaitu sebagai berikut:

a. Belajar untuk mengetahui


b. Belajar untuk dapaat melakukan
c. Belajar untuk dapat mandiri
d. Belajar untuk dapat bekerja sama
Keterampilan belajar adalah cara untuk mempertahankan dan mengungkapkan
pengetahuan yang dianggap efektif oleh tenaga pendidik sehingga seorang murid
akan bisa menyerap pengetahuan yang di dapatkan dalam mata pelajaran dengan
mudah.

Adapun definisi keterampilan belajar menurut para ahli, yaitu:

a. Salinger, 1983

17
Pengertian bahwa keterampilan belajar adalah daftar keterampilan yang
spesifik dilakukan oleh pendidikan, seperti mengorganisasi, memproses, dan
menggunakan informasi yang diperoleh dari membaca.

b. Dean, 1977 dalam Maher & Zins, 1987


Memberikan pengertian bahwa keterampilan belajar adalah suatu
keterampilan yang dapat mengembangkan kemandirian siswa dalam proses
pembelajaran.

c. Moh. Surya (1992)


Memberikan pengertian bahwa keterampilan belajar adalah kegiatan-kegiatan yang
bersifat neuromuscular, artinya menuntut suatu kesadaaran yang tinggi yang
dilakukan pendidik di lembaga pendidikan.

Dari defenisi keterampilan belajar atau pengertian keterampilan belajar diatas


dapat disimpulkan bahwasanya keterampilan belajar adalah bagian dari proses
kratifitas pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dalam upaya mempermudah
perserta didik memperoleh pengetahuan yang diajarkan.

Ada beberapa keterampilan belajar yang harus dimiliki siswa, diantaranya


keterampilan membaca, menulis, membuat catatan, keterampilan bertanya dan
menjawab, berdiskusi, keterampilan belajar berkelompok dan keterampilan
mempersiapkan diri menghadapi ujian. Prayitno (1997:59) mengatakan bahwa yang
manjadi dasar perlunya keterampilan belajar bagi siswa dalam rangka memperoleh
prestasi yang lebih baik adalah sebagai berikut:

a. Keterampilan belajar merupakan suatu hal yang menjadi dasar bagi kesuksesan
siswa dalam sekolah atau kehidupan mereka selanjutnya.
b. Keterampilan belajar sangat mendorong siswa apabila dilaksanakan lebih awal.

18
c. Guru BK dapat memberikan materi keterampilan belajar untuk semua siswa
sesuai dengan kebutuhannya.
d. Melalui program keterampilan belajar guru pembimbing dapat menggali
permasalahan siswa atau membina hubungan konseling yang lebih mendalam

8. Perbedaan Gender
Perbedaan dalam segala aspek kehidupan terutama pada aktivitas keseharian manusia
merupakan sebuah keniscayaan. Adanya perbedaan agama, budaya, suku, dan lain
sebagainya menjadikan kehidupan ini beragam dalam suasana yang begitu menarik,
sebab perbedaan akan mengantarkan sebuah panorama yang begitu indah, ketika hal
tersebut diletakkan sebagai alat untuk saling mengikat satu sama lain dalam upaya
membangun sebuah bangunan kehidupan yang harmonis. Perbedaan di atas banyak
ditemukan di lingkungan pendidikan, terutama di sekolah. Tradisi keilmuan dalam
bidang pendidikan terdapat kesepakatan bahwa lembaga pendidikan terdiri dari berbagai
bentuk, yaitu pendidikan formal, informal, dan non-formal yang dipakai untuk membagi
lembaga pendidikan dari segi administrasi penyelenggarannya,1 namun pada proses
pembelajaran manusia diasumsikan terjadi dalam lembaga-lembaga sosial tertentu di
mana secara umum manusia mengalami tahapan proses pendidikan dalam keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Jika di dalam keluarga terdapat orangtua dan anak, maka di
sekolah terdapat guru dan siswa yang merupakan pelengkap dalam proses pendidikan,
sekolah tanpa siswa ruang menjadi hampa, dan sekolah tanpa guru pun demikian.
Interaksi siswa dan guru menjadi satu bagian yang harus dilakukan untuk mencapai
proses Pendidikan.

Perempuan dan laki-laki berinteraksi dengan lingkungan dan mengelola


sumber daya alam secara berbeda. Pada beberapa komunitas perbedaan-
perbedaan ini mungkin lebih menonjol dibandingkan pada komunitas lain.
Menurut Bank Dunia, bagi perempuan dalam komunitas hutan setengah dari
pendapatan mereka berasal dari hutan, sedangkan laki-laki mendapatkan sekitar
sepertiga pemasukan mereka dari hutan; sementara itu menurut beberapa NGO

19
menemukan bahwa aktivitas laki-laki lebih memungkinkan untuk menghasilkan
nafkah, sedangkan perempuan lebih terlibat dalam aktivitas pemenuhan
kebutuhan dasar. Gender adalah persepsi masyarakat yang secara sosial telah
dibangun dan mengacu pada peran, perilaku, dan identitas seseorang. Dalam hal
ini, gender seseorang tidak ditentukan berdasarkan jenis kelaminnya.

Ada beberapa istilah yang termasuk ke dalam pembahasan gender, yakni:

 Identitas gender

Identitas gender adalah pandangan seseorang terhadap gendernya sendiri,


terlepas dari apa jenis kelamin ia saat lahir. Beberapa identitas gender yang
umum adalah pria, wanita, nonbiner, dan genderqueer atau transgender.

 Cisgender

Cisgender adalah istilah yang kerap digunakan bagi seorang individu yang
merasa bahwa identitas gender dirinya sejalan dengan jenis kelamin yang ia
miliki.

 Transgender

Istilah transgender mengacu pada seseorang yang merasa bahwa identitas


dirinya berbeda dari jenis kelamin mereka.

 Nonbiner

Nonbiner adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan seseorang


yang tidak ingin identitas dirinya dikategorikan sebagai laki-laki maupun
perempuan.

20
Selain beberapa istilah diatas, ada juga istilah ekspresi gender. Istilah Ini
mengacu pada bagaimana seseorang mengekspresikan dirinya, baik dalam
berperilaku, berpakaian, bersuara, atau memilih potongan rambut tanpa terpaku
pada jenis kelaminnya. Istilah yang umumnya melekat pada ekspresi gender
adalah maskulin, feminin, dan androgini.

9. Perbedaan Agama

Keberagaman agama di Indonesia berdampak posif bagi kehidupan


bermasyarakat. Meski kebhinnekaan Indonesia rentan konflik, dengan semangat
persatuan dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika semua umat beragama bisa
saling hidup rukun dan bertoleransi satu sama lain.

a. Terciptanya integritas nasional.


Menjadi sarana untuk memajukan pergaulan antarsuku, agama, budaya, dan
golongan
Memperkaya khazanah budaya bangsa
Sementara itu, dampak negatif dari keberagaman agama di Indonesia yakni:
b. Rentan terjadi konflik di masyarakat
Munculnya sikap fanatisme berlebihan, yaitu paham yang berpegang teguh
secara berlebihan terhadap keyakinan sendiri sehingga menganggap salah
terhadap keyakinan yang lain
c. Munculnya sikap primordialisme, yaitu pandangan yang berpegang teguh
pada hal-hal yang dibawa sejak kecil baik mengenai tradisi, adat istiadat,
kepercayaan, maupun segala sesuatu yang di lingkungan pertamanya.

Cara Menjaga Keberagaman Agama di Indonesia adalah Toleransi Antar umat


Beragama. Sifat toleransi harus ditanamkan sejak dini agar bisa bertumbuh
menjadi manusia yang bisa menerima perbedaan yang ada. Contoh perilaku
toleransi yang bisa dilakukan yakni memberikan kesempatan kepada tetangga

21
untuk beribadah, tolong-menolong antarwarga ketika melaksanakan hari raya,
tidak membeda-bedakan tetangga, dan menghargai perbedaan budaya yang ada.
Memiliki Tenggang rasa, tidak menganggap agama sendiri paling tinggi dan
baik, Menerima keragaman agama, suku bangsa, dan budaya sebagai kekayaan
bangsa yang tak ternilai harganya.

10. Perbedaan Kultur

Kebudayaan, budaya, dan kultur memiliki arti yang sama. Budaya berasal dari
bahasa Sansekerta yaitu “buddhayah” yang diartikan sebagai hal-hal yang
berhubungan dengan budi dan akal manusia.

Salah satu ciri khas dari budaya adalah bahwa budaya itu diwariskan secara
turun-temurun. Jadi, kalimat yang paling tepat untuk mendefinisikan budaya
adalah suatu cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok orang, cara hidup itu
berkembang kemudian diwariskan dari generasi ke generasi. Cara hidup yang
berkembang dapat berarti bahwa budaya yang dimiliki oleh suatu kaum atau
dapat berubah karena banyak faktor seperti penetrasi kebudayaan. Misalnya
upacara Sekaten di Yogyakarta yang terbentuk akibat penetrasi kebudayaan
Islam ke dalam kebudayaan adat Jawa.

Secara umum budaya merupakan seperangkat sistem yang menjadi unsur-


unsur pembentuknya. C. Kluckhohn berpendapat bahwa kebudayan secara
universal mempunyai 7 unsur (universal categories of culture) yaitu bahasa,
sistem pengetahuan, sistem teknologi dan peralatan, sistem kesenian, sistem
mata pencaharian hidup, Sistem kekerabatan, dan organisasi kemasyarakatan.

Menurut J.J. Hoenigman, wujud budaya/kebudayaan dibedakan menjadi tiga:


gagasan (wujud ideal) yang merupakan wujud abstrak dari budaya misalnya
norma-norma, aktivitas yang merupakan pola-pola tindakan yang dilakukan
sehari-hari misalnya beribadah, dan artefak (karya) atau kebudayaan fisik yang

22
merupakan hasil dari aktivitas misalnya memahat (aktivitas) menghasilkan
artefak berupa patung.

Globalisasi merupakan salah satu faktor yang membuat budaya selalu


berkembang. Nilai-nilai baru yang dibawa oleh kebudayaan lain menyebabkan
adanya suatu pandangan yang sama atau hampir sama di seluruh dunia,
misalnya cara berpakaian mengenakan kemeja berdasi dan jas kini telah menjadi
lumrah untuk dikategorikan sebagai cara berpakaian yang rapi dan formal. Oleh
karena itu, ada kalanya kita harus keras hati menjaring kebudayaan baru jika kita
merasa nilai-nilai yang selama ini berlaku di tempat kita merupakan nilai-nilai
dengan pemaknaan terbaik untuk diterapkan.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Individu itu merupakan manusia perseorangan yang hidupnya berdiri


sendiri serta memiliki sikap, sifat, tingkah laku, dan kepribadian yang berbeda
beda antara sesama. Individu pun bisa dikatakan juga sebuah unit terkecil
pembentuk suatu masyarakat yang tidak bisa atau dapat dibagi-bagi lagi
menjadi bagian yang lebih kecil.
Di masa lalu ada kepercayaan dan kepribadian yang dibawa oleh
keturunan dan lingkungan. Ini adalah dua faktor yang dibentuk oleh faktor
yang berbeda, yang masing-masing memengaruhi kepribadian dan
kemampuan bawaan individu dan lingkungan dengan caranya sendiri. Namun,
orang semakin sadar bahwa perasaan banyak anak, remaja atau orang dewasa
adalah hasil kombinasi dari faktor genetik dan biologis dan pengaruh
lingkungan. Pertumbuhan manusia yang merupakan perubahan fisik yaitu
menjadi lebih besar dan menjadi lebih panjang, yang prosesnya itu terjadi dari
sebelum kita lahir sampai kita dewasa. Masa sebelum lahir merupakan
pertumbuhan dan perkembangan manusia yang sangat kompleks, karena pada
masa itu merupakan awal terbentuknya organ-organ tubuh dan tersusunnya
jaringan saraf yang membentuk sistem yang lengkap

24
DAFTAR PUSTAKA

Fadhillah, Suralaga. 2021. Psikologi Pendidikan. Depok : PT Raja


Grafindo Persada.
Amaliyah, Aam. Azwar Rahmat. “ Pengembangan Potensi Diri
Peserta Didik Melalui Proses Pendidikan “. Jurnal of Elementary Education.
Vol 5 (1). 2021 : 2614-1752.
Rodiyana, Roni. Wina Dwi Puspitasari. “ Karakteristik dan perbedaan
Individu dalam Efektivitas Pendidikan “. Jurnal Education. Vol 7 (3). 2021 :
2548-6756.

25

Anda mungkin juga menyukai