Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENERAPAN KEMANDIRIAN BELAJAR DALAM


KURIKULUM 2013
Mata Kuliah : Kurikulum Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. Heru Suparman

Kelompok 5
Abdul Akbar Ikrom : 20227379027

Dea Fauzia Ridlwan : 20227379047

Ningrat : 20227379042

Novi Nur Risya : 20227379025

Vivin Purnamasari : 20227379089

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN


SOSIAL
FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada Allah SWT. hanya kepada-Nya lah kami
memuji dan hanya kepada-Nya lah kami memohon pertolongan. Tidak lupa
shalawat serta salam kami haturkan pada junjungan nabi agung kita, Nabi
Muhammad SAW. risalah beliau lah yang bermanfaat bagi kita semua sebagai
petunjuk menjalani kehidupan.
Dengan pertolongan-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah berjudul
“Penerapan kemandirian belajar dalam kurikulum 2013”. Pada isi makalah akan
diuraikan materi-materi sehubungan dengan hal tersebut, kiranya dengan
ketulusan hati kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Heru Suparman
selaku dosen mata kuliah Kurikulum Pendidikan yang telah memberikan tugas
mengenai makalah ini sehingga pengetahuan kami dalam penulisan makalah ini
semakin bertambah.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Kurikulum
Pendidikan. Kami menantikan kritik dan saran yang membangun dari setiap
pembaca agar perbaikan dapat dilakukan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.

Jakarta, 14 Oktober 2023


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
A. Latar Belakang .........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................3
C. Tujuan Penulisan......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................4
A. Pengertian Kemandirian Belajar ..............................................................4
B. Tingkat Kemandirian Belajar...................................................................6
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar ............................................8
D. Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar ............................................9
E. Keterkaitan Kurikulum 13 Dengan Kemandirian Belajar .....................11
BAB III PENUTUP ..............................................................................................15
A. Kesimpulan ............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan aspek penting di dalam kehidupan ini, karena dalam
proses pendidikan seseorang dibentuk agar dapat menjadi individu yang lebih
berkualitas. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang telah ditempuh
seharusnyasemakin berkualitas pula output atau lulusan yang dihasilkan. Salah
satu hal yangdapat dijadikan sebagai ukuran kualitas output tersebut adalah
bagaimana outputatau lulusan mampu bersaing di dunia kerja (Putranto, dkk,
2012).
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003
menyebutkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukandirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan juga dituntut untuk terus mengikuti perkembangan jaman.
Melalui pendidikan, manusia dapat mengembangkan cara berpikirnya yang
berpengaruh terhadap cara bertindaknya untuk menjadi manusia yang lebih
berguna dan berkualitas. Alasan ini menjadikan pendidikan sebagai prioritas
utama untuk ditingkatan oleh suatu negara sebagai upaya meningkatkan
kualitas.Hal ini juga terus mempengaruhi perubahan kebijakan pendidikan di
Indonesia.Perubahan kebijakan dilakukan agar dapat meningkatkan kualitas
pendidikanIndonesia.Pelaksanaan pendidikan di Indonesia pada satuan
pendidikan, baik dari pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi atau
pendidikan tinggi bahkan pendidikan formal maupun informal pada hakekatnya
dapat menjadi acuan atau landasan dalam pembentukan karakter peserta didik
menjadi lebih baik (Mulyasa,2014).
Untuk melaksanakan pendidikan di Indonesia maka perlu dilakukan sebuah
pengelolaan yang efektif dan efisien. Salah satunya yaitu dengan melakukan

1
manajemen pendidikan yang baik. Manajemen pendidikan melakukan
pengelolaan dan pengaturan dari semua yang ada didalam lembaga pendidikan
tersebut. Mulai dari kurikulum, sumber daya manusia, pembiayaan, sarana dan
prasarana, peserta didik, hubungan masyarakat, layanan khusus dan
perencanaanstrategis guna sebagai penunjang proses dalam pendidikan. Seiring
dengan perkembangan jaman dan perubahan menteri, selalu mengadakan
perubahan yang untuk mengarahkan pendidikan di Indonesia menjadi lebih
efektif dan efisien.
Kurikulum 2013 diharapkan mampu memecahkan permasalah negara,
khususnya dalam dunia pendidikan dengan menciptakan peserta didik yang
memiliki aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Proses pembelajaran yang
sebelumnya berpusat pada guru, namun dengan adanya perubahan kurikulum
menjadi Kurikulum 2013 yang proses pembelajarannya berpusat pada siswa,
dimana siswa harus berfikir kritis untuk menyelesaikan masalah dan
memperluas materi. Siswa diharapkan untuk dapat menguasi 3 standar
kompetensi kelulusan, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Sehingga tidak
hanya di kelas saja siswa dapat memperoleh pengetahuan yang di dapat dari
guru, namun di luar kelas dan berbagai sumber. Siswa dituntut untuk terus aktif,
maka siswa harus berinisiatif untuk belajar mandiri tidak tergantung dengan
guru. Sehingga perlu adanya kemandirian belajar yang perlu diterapkan dalam
diri siswa.
Hal tersebut maka dengan adanya kesadaran siswa sendiri sehingga siswa
akan mampu menentukan arah tujuan dari pembelajaran dan hasil yang akan
diperoleh dengan kesadaran akan kemandirian belajar yang akan berdampak
langsung bagi siswa. Dengan adanya penerapan kurikulum 2013 dan
kemandirian belajar siswa maka perlu adanya evaluasi agar menjadi tolak ukur
keadaan siswa yang sebenarnya di lapangan setelah penerapan kurikulum 2013
Perubahan yang terjadi mulai dari kurikulum yang digunakan. Dan saat ini
Menteri Pendidikan Kebudayaan dan Ristek akan melakukan perubahan
pendidikan Indoensia. Perubahan yang digadang-gadang yaitu Merdeka belajar.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah
dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan kemandirian belajar?
2. Apa saja tingkatan kemandirian belajar?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar?
4. Bagimana upaya mengembangkan kemandirian belajar?
5. Apa kaitan tujuan Kurikulum 2013 dan kemandirian belajar?
6. Apa kaitan merdeka belajar dengan kemandirian belajar

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian kemandirian belajar
2. Mengetahui tingkatan kemandirian belajar
3. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar
4. Menganalisis upaya mengembangkan kemandirian belajar
5. Menganalisis kaitan tujuan Kurikulum 2013 dan kemandirian belajar

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kemandirian Belajar


Dalam kamus besar Bahasa Indonesia mandiri adalah “berdiri sendiri”.
Kemandirian Belajar adalah belajar mandiri, tidak menggantungkan diri kepada
orang lain, siswa dituntut untuk memiliki keaktifan dan inisiatif sendiri dalam
belajar, bersikap, berbangsa maupun bernegara (Ahmadi dan Uhbiyati, 2006).
Menurut Broockfield (2000) mengemukakan bahwa kemandirian belajar
merupakan kesadaran sendiri, digerakkan oleh diri sendiri, kemampuan belajar
untuk mencapai tujuannya. Kata kemandirian berasal dari kata dasar diri yang
mendapatkan awalan ke dan akhiran an yang kemudian membentuk suatu kata
keadaan atau kata benda (dalam Ali & Asrori, 2010).
Kemandirian berasal dari kata dasar diri, oleh sebab itu pembahasan
mengenai kemandirian tidak dapat dilepaskan dari pembahasan mengenai
perkembangan diri itu sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers disebut dengan
istilah self, karena diri itu merupakan inti dari kemandirian. Menurut Durkheim
(dalam Ali & Asrori, 2010), individu yang mandiri adalah individu yang berani
mengambil keputusan dilandasi oleh pemahaman akan segala konsekuensi dari
tindakannya. Fromm (dalam Ali & Asrori, 2010), menjelaskan bahwa perilaku
mandiri adalah perilaku memelihara hakikat eksistensi diri. Oleh karena itu,
kemandirian bukanlah hasil dari proses internalisasi aturan otoritas, melainkan
suatu proses perkembangan diri sesuai dengan hakikat eksistensi manusia.
Kemandirian menurut Barnadib (dalam Mu’tadin, 2001) meliputi perilaku
mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa
percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Sikap
mandiri atau kemandirian adalah mampu berdiri di atas kemampuan sendiri
dalam mempertahankan kelangsungan hidup dengan keberanian dan tanggung
jawab atas segala tingkah laku sebagai manusia dewasa dalam melaksanakan
segala kewajibannya guna memenuhi kebutuhan sendiri (Haqquzzaki, 1994).

4
Susilawati, (2009;7-8) mendiskripsikan kemandirian belajar sebagai
berikut: 1. Siswa berusaha untuk meningkatkan tanggung jawab dalam
mengambil berbagai keputusan, 2. Kemandirian dipandang sebagai suatu sifat
yang sudah ada pada setiap orang dan situasi pembelajaran, 3. Kemandirian
bukan berarti memisahkan diri dari orang lain, 4. Pembelajaran Mandiri dapat
mentransfer hasil belajarnya yang berupa pengetahuan dan keterampilan dalam
berbagai situasi. 5. Siswa yang belajar mandiri dapat melibatkan berbagai
sumber daya dan aktivitas seperti membaca sendiri, belajar kelompok, latihan
dan kegiatan korespondensi, 6. Peran efektif guru dalam belajar mandiri masih
dimungkinkan seperti berdialog dengan siswa, mencari sumber, mengevaluasi
hasil dan mengembangkan berfikir kritis, 7. Beberapa institusi pendidikan
menemukan cara untuk mengembangkan belajar mandiri melalui program
pembelajaran terbuka.
Proses belajar mandiri ini memberikan siswa kesempatan yang luar biasa
untuk mempertajam kesadaran mereka akan lingkungan mereka. Pembelajaran
mandiri memungkinkan siswa untuk membuat pilihan-pilihan positif tentang
bagaimana pelajar akan mengatasi kegelisahan dan kekacauan dalam kehidupan
sehari-hari. Pola ini memungkinkan siswa bertindak berdasarkan inisiatif
mereka sendiri untuk membentuk lingkungan (Johnson, 2009). Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah sikap yang tidak
tergantung pada orang lain dalam belajar, gigih dalam usaha, bebas menentukan
pilihan sendiri, penuh inisiatif, bertindak secara efektif terhadap lingkungannya,
bersikap tegas, serta konsekuen dalam mewujudkan harapannya.
Dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahawa kemandirian
belajar adalah kemampuan dan sikap mental siswa untuk mengambil inisiatif,
mengelola, dan mengendalikan proses pembelajaran mereka sendiri. Seorang
siswa yang memiliki kemandirian belajar mampu mengatur waktu, mengatasi
tantangan pembelajaran, mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan, dan
memecahkan masalah secara mandiri. Kemandirian belajar mencakup keinginan
dan kemampuan untuk belajar secara aktif, bertanggung jawab terhadap hasil
pembelajaran, serta memiliki rasa percaya diri untuk mengambil keputusan
terkait dengan proses belajar mereka.

5
B. Tingkatan Kemandirian Belajar
Menurut Lovinger dalam Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2004:
114) mengemukakan tingkatan kemandirian beserta ciri-cirinya sebagai berikut:
1. Tingkatan Pertama, adalah tingkat implusif dan melindungi diri. Ciri- ciri
tingkatan ini adalah sebagai berikut :
a) Peduli terhadap keuntungan yang dapat diperoleh dari interaksinya
dengan orang lain
b) Mengikuti aturan secara oportunistik dan hedonistik
c) Berpikir tidak logis dan tertegun pada cara berpikir tertentu
d) Cenderung melihat kehidupan sebagai Zero-sum game
e) Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain serta lingkungannya
2. Tingkatan Kedua, adalah tingkat konformistik. Ciri-ciri tingkatan ini adalah
:
a) Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial
b) Cenderung berpikir stereotype dan klise
c) Peduli akan konformitas terhadap aturan ekternal
d) Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian
e) Menyamakan diri dalam ekspresi emosi dan kurangnya introspeksi
f) Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal
g) Takut tidak diterima kelompok
h) Tidak sensitif terhadap keindividualan
i) Merasa berdosa jika melanggar aturan
3. Tingkatan Ketiga, adalah tingkat sadar diri. Ciri-ciri tingkatan ini adalah :
a) Mampu berpikir alternatif
b) Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi
c) Peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada
d) Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah
e) Memikirkan cara hidupPenyesuaian terhadap situasi dan peranan
4. Tingkatan Keempat, adalah tingkat saksama (conscientious). Ciri-ciri
tingkatan ini adalah:
a) Bertindak atas dasar nilai-nilai internal
b) Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan

6
c) Mampu melihat keragaman emosi, motif, dan perspektif diri sendiri
maupun orang lain
d) Sadar akan tanggung jawab
e) Mampu melakukan kritik dan penilaian diri
f) Peduli akan hubungan mutualistik
g) Memiliki tujuan jangka panjang
h) Cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial
i) Berpikir lebih kompleks dan atas dasar pola analitis
5. Tingkatan Kelima, adalah tingkat individualistis. Ciri-ciri tingkatan ini
adalah:
a) Peningkatan kesadaran individualitas
b) Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan
ketergantungan
c) Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain
d) Mengenal eksistensi perbedaan individual
e) Mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan
f) Membedakan kehidupan internal dengan kehidupan luar dirinya
g) Mengenal kompleksitas diri
h) Peduli akan perkembangan dan masalah-masalah sosial
6. Tingkatan Keenam, adalah tingkat mandiri. Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
a) Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan
b) Cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri maupun
orang lain
c) Peduli terhadap pemahaman abstrak, seperti keadilan sosial
d) Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan
e) Toleran terhadap ambiguitas
f) Peduli akan pemenuhan diri (self-fulfilment)
g) Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal
h) Responsif terhadap kemandirian orang lain i. Sadar akan adanya saling
ketergantungan dengan orang lain
i) Mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan
keceriaan.

7
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar dapat sangat
bervariasi dan kompleks, melibatkan aspek-aspek psikologis, sosial, dan
lingkungan. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kemandirian belajar:
1) Motivasi: Tingkat motivasi seseorang untuk belajar secara mandiri dapat
dipengaruhi oleh tujuan belajar, minat, dan keinginan untuk mencapai hasil
tertentu.
2) Pengalaman Belajar: Pengalaman belajar masa lalu dapat membentuk sikap
dan keyakinan terhadap kemampuan belajar mandiri. Pengalaman positif
mendorong kemandirian, sementara pengalaman negatif dapat
menghambatnya.
3) Pemahaman Diri: Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan pribadi dalam
belajar, serta kemampuan untuk mengelola kelemahan dan memanfaatkan
kekuatan, mempengaruhi kemandirian belajar.
4) Keterampilan Metakognitif: Kemandirian belajar sering kali melibatkan
kemampuan untuk merencanakan, memantau, dan mengevaluasi proses
belajar sendiri. Keterampilan metakognitif seperti pengaturan tujuan belajar
dan pemantauan kemajuan dapat mempengaruhi kemandirian.
5) Dukungan Sosial: Dukungan dari keluarga, teman, guru, dan komunitas
dapat memainkan peran penting dalam membangun rasa percaya diri dan
kemandirian belajar.
6) Lingkungan Pembelajaran: Faktor-faktor seperti akses ke sumber daya
pembelajaran, teknologi, dan lingkungan fisik yang mendukung
pembelajaran mandiri dapat mempengaruhi tingkat kemandirian.
7) Kemandirian Dalam Pengambilan Keputusan: Kemampuan untuk membuat
keputusan sendiri, termasuk memilih metode belajar yang efektif dan
mengatur waktu dengan bijaksana, adalah ciri kemandirian belajar.
8) Kemandirian Emosional: Kemandirian belajar juga melibatkan kemampuan
untuk mengelola emosi, mengatasi frustrasi, dan tetap termotivasi meskipun
menghadapi kesulitan.

8
9) Kondisi Kesehatan Mental dan Emosional: Masalah kesehatan mental atau
emosional dapat mempengaruhi motivasi dan kemandirian belajar
seseorang.
10) Budaya dan Nilai: Nilai-nilai yang dianut dalam budaya dan masyarakat
tertentu dapat mempengaruhi pandangan tentang belajar mandiri dan
inisiatif untuk melakukannya.
Memahami dan mengakui faktor-faktor ini dapat membantu pendidik dan
orang tua mendukung perkembangan kemandirian belajar pada individu.

Menurut Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2005: 118) Ada sejumlah
faktor yang disebut sebagai korelasi (hubungan timbal balik) bagi perkembangan
kemandirian, yaitu :
1) Gen atau keturunan orang tua, apabila orang tua memiliki sifat kemandirian
maka akan menurun pada anak yang memiliki kemandirian juga.
2) Pola asuh orang tua, cara orang tua mengasuh akan mempengaruhi
perkembangan kemandirian dari anak tersebut.
3) Sistem pendidikan di sekolah, proses pendidikan yang menekankan
pemberian sanksi atau hukuman dapat menghambat perkembangan
kemandirian dari anak tersebut, penciptaan yang positif akan memperlancar
perkembangan kemandirian.
4) Sistem kehidupan di masyarakat, sistem kehidupan yang terlalu menekan
pentingnya struktur sosial yang ada pada masyarakat dapat menghambat
kelancaran perkembangan kemandirian, sehingga sikap anak akan
berpengaruh dari sistem yang ada di masyarakat.

D. Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar


Meningkatkan kemandirian belajar adalah proses yang melibatkan berbagai
strategi dan upaya dari siswa, guru, dan lingkungan pendidikan. Berikut adalah
beberapa upaya yang dapat membantu meningkatkan kemandirian belajar:
1) Pengembangan Keterampilan Metakognitif: Mengajarkan siswa untuk
merencanakan, memantau, dan mengevaluasi proses belajar mereka. Ini

9
melibatkan membantu mereka mengenali strategi belajar yang efektif dan
memahami kapan dan bagaimana menggunakan strategi tersebut.
2) Pembelajaran Berbasis Proyek: Menggunakan pendekatan pembelajaran
berbasis proyek memungkinkan siswa untuk mengambil inisiatif dalam
memahami topik tertentu. Mereka dapat merencanakan proyek, melakukan
riset, dan mempresentasikan hasilnya secara mandiri.
3) Memberikan Umpan Balik Konstruktif: Guru dapat memberikan umpan
balik yang jelas dan konstruktif tentang kinerja siswa. Ini membantu siswa
mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dan mengembangkan
kemampuan untuk mengevaluasi kinerja mereka sendiri.
4) Mendorong Pertanyaan: Mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan
dan menjawab pertanyaan mereka sendiri melalui riset dan eksplorasi
membantu meningkatkan rasa ingin tahu dan motivasi intrinsik.
5) Pembelajaran Kolaboratif: Kerja sama dengan teman-teman sekelas dalam
proyek-proyek atau diskusi kelompok membantu siswa belajar dari satu
sama lain dan mengembangkan keterampilan sosial yang penting.
6) Penggunaan Teknologi Pendidikan: Menggunakan platform pembelajaran
online, aplikasi pembelajaran, dan sumber daya digital lainnya
memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri di luar jam pelajaran dan
di lingkungan yang nyaman bagi mereka.
7) Mengembangkan Kemandirian Emosional: Membantu siswa mengelola
emosi mereka, mengatasi kegagalan, dan mengembangkan ketekunan
(resilience) adalah aspek penting dalam kemandirian belajar.
8) Pemberian Tanggung Jawab: Memberikan siswa tanggung jawab atas
pembelajaran mereka, seperti membiarkan mereka memilih topik proyek
atau menetapkan tujuan pembelajaran mereka sendiri, dapat meningkatkan
motivasi dan kemandirian belajar.
9) Pemberdayaan Orang Tua: Mengajak orang tua untuk terlibat dalam
pendidikan anak mereka di rumah, mendukung inisiatif kemandirian belajar
siswa di luar sekolah.

10
10) Model Perilaku: Guru dan orang tua dapat menjadi contoh kemandirian
belajar dengan menunjukkan sikap positif terhadap pembelajaran, membaca
buku, dan terus-menerus mengembangkan keterampilan baru.
11) Meningkatkan kemandirian belajar membutuhkan waktu, dukungan, dan
konsistensi dari semua pihak terlibat. Dengan mendukung siswa melalui
strategi-strategi ini, mereka dapat mengembangkan keterampilan dan sikap
yang memungkinkan mereka untuk belajar secara mandiri sepanjang hidup.

E. Keterkaitan Tujuan Kurikulum 2013 dan Kemandirian Belajar


Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk
meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skills dan hard skills yang
berupa sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dalam konteks ini, kurikulum
2013 berusaha untuk lebih menanamkan nilai-nilai yang tercermin pada sikap
dapat berbanding lurus dengan keterampilan yang diperoleh peserta didik
melalui pengetahuan di bangku sekolah. Dengan kata lain, antara soft skills dan
hard skills dapat tertanam secara seimbang, berdampingan dan mampu
diaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari. Mengenai tujuan dan fungsi
kurikulum 2013 secara spesifik mengacu pada Undang- Undang No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang Sisdiknas ini
disebutkan bahwa fungsi kurikulum ialah mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa. Sementara tujuannya, yaitu untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Mengenai tujuan Kurikulum 2013, secara khusus dapat uraikan sebagai
berikut:
1) Meningkatkan mutu pendidikan dengan menyeimbangkan hard skills dan
soft skills melalui kemampuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam
rangka menghadapi tantangan global yang terus berkembang.

11
2) Membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang produktif, kreatif,
dan inovatif sebagai modal pembangunan bangsa dan Negara Indonesia.
3) Meringankan tenaga pendidik dalam menyampaikan materi dan menyiapkan
administrasi mengajar, sebab pemerintah telah menyiapkan semua
komponen kurikulum beserta buku teks yang digunakan dalam
pembelajaran.
4) Meningkatkan peran serta pemerintah pusat dan daerah serta warga
masyarakat secara seimbang dalam menentukan dan mengendalikan kualitas
dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan.
5) Meningkatkan persaingan yang sehat antar-satuan pendidikan tentang
kualitas pendidikan yang akan dicapai. Sebab sekolah diberikan keleluasaan
untuk mengembangkan Kurikulum 2013 sesuai dengan kondisi satuan
pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah
Kemandirian menurut Chaplin dalam Desmita (2012: 185) adalah
kebebasan individu manusia untuk memilih, untuk menjadi kesatuan yang bisa
memerintah, menguasai dan menentukan dirinya sendiri. Dan menurut Watson
dan Lindgren dalam Nurhayati (2011: 55) kemandirian berarti kebebasan untuk
mengambil inisiatif, mengatasi hambatan, melakukan sesuatu dengan tepat,
gigih dalam usaha, dan melakukan sendiri segala sesuatu tanpa mengandalkan
batuan orang lain. Dengan demikian kemandirian mengindikasikan adanya
unsur-unsur tanggung jawab, percaya diri, berinisiatif, memiliki motivasi yang
kuat untuk maju demi kebaikan dirinya, mantap mengambil keputusan sendiri,
berani menanggung resiko dari keputusannya, mampu menyelesaikan
masalahnya sendiri, melakukan sendiri sesuatu tanpa menggantungkan bantuan
orang lain dan mampu mengatur kebutuhannya sendiri serta tegas dalam
bertindak.
Setelah menemukan arti dari kata kemandirian itu memiliki persamaan
dengan kebebasan. Bila merujuk terhadap tujuan Kurikulum 2013 dan Merdeka
Belajar, pendidikan yang membebaskan adalah pendidikan yang menumbuhkan
kesadaran kritis yang mendorong kemampuan peserta didik agar mempunyai
kedalaman menafsirkan permasalahan nyata dalam kehidupannya. Bila sudah
demikian, peserta didik akan memiliki kepercayaan pada dirinya untuk

12
menyikapi keadaan yang terjadi. Proses pendidikan dinilai lebih penting
dibandingkan dengan hasil dari pendidikan itu sendiri. Namun meskipun dalam
pendidikan yang membebaskan itu menitik beratkan terhadap sebuah proses
daripada hasil, bukan berarti kebebasan yang dimaksud tersebut lepas kontrol
tanpa kendali. Sebuah kebebasan tentunya memiliki batasanbatasan tertentu,
karena kebebasan tanpa batas akan menyebabkan terbenturnya hak yang satu
dengan lainnya yang pada dan akhirnya dapat menimbulkan anarki dan
penyimpangan arti dari pembebasan itu sendiri.
Kurikulum 2013 di Indonesia dirancang dengan tujuan untuk menghasilkan
peserta didik yang memiliki kemandirian belajar. Terdapat keterkaitan erat
antara tujuan Kurikulum 2013 dengan pengembangan kemandirian belajar
siswa. Berikut adalah beberapa cara di mana Kurikulum 2013 dan kemandirian
belajar saling terkait:
1) Pendekatan Pembelajaran Kontekstual: Kurikulum 2013 mendorong
pendekatan pembelajaran yang kontekstual, di mana pembelajaran terkait
erat dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa. Dengan merasakan
relevansi pembelajaran dengan kehidupan mereka, siswa lebih cenderung
mengambil inisiatif untuk belajar lebih banyak secara mandiri.
2) Pengembangan Keterampilan Abad ke-21: Kurikulum 2013 menekankan
pengembangan keterampilan abad ke-21 seperti keterampilan berpikir
kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Pengembangan keterampilan
ini memerlukan siswa untuk belajar secara mandiri, mencari informasi, dan
mengambil inisiatif dalam memecahkan masalah.
3) Pemberdayaan Siswa dalam Proses Pembelajaran: Kurikulum 2013
menekankan pada peran aktif siswa dalam proses pembelajaran. Dalam
lingkungan pembelajaran ini, siswa didorong untuk bertanya, mencari
jawaban, dan menggali pengetahuan secara independen.
4) Penilaian Formatif dan Portofolio: Pendekatan penilaian formatif dalam
Kurikulum 2013 memberi siswa umpan balik yang berkualitas tentang
kinerja mereka. Dalam mengembangkan portofolio pembelajaran, siswa
perlu mengambil tanggung jawab untuk memantau perkembangan

13
pembelajaran mereka sendiri, mendorong mereka untuk mengembangkan
kemandirian belajar.
5) Penggunaan Teknologi Pendidikan: Kurikulum 2013 mendorong
penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Siswa dapat menggunakan
teknologi untuk mengakses informasi, berkomunikasi, dan membuat
proyek-proyek kreatif. Penggunaan teknologi ini memungkinkan siswa
belajar secara mandiri di luar lingkungan kelas.
6) Pengembangan Karakter: Kurikulum 2013 juga menekankan
pengembangan karakter siswa, termasuk sikap kemandirian, kejujuran, dan
tanggung jawab. Pembelajaran karakter ini memperkuat motivasi siswa
untuk belajar secara mandiri dan bertanggung jawab atas pembelajaran
mereka.
Dengan demikian, Kurikulum 2013 menciptakan lingkungan pembelajaran
yang mendukung pengembangan kemandirian belajar siswa melalui pendekatan
pembelajaran yang aktif, pengembangan keterampilan abad ke-21, penilaian
formatif yang berorientasi pada pembelajaran, penggunaan teknologi
pendidikan, dan pengembangan karakter. Kurikulum ini merangsang minat dan
motivasi siswa untuk belajar secara mandiri, mempersiapkan mereka dengan
keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk sukses dalam kehidupan dan
karier masa depan.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penerapan pembelajaran mandiri pada kurikulum 2013 bertujuan untuk
meningkatkan kemandirian siswa dan pembelajaran mandiri. Kurikulum
menekankan pada pengembangan keterampilan kognitif, afektif, dan
psikomotorik siswa. Hal ini mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam proses
pembelajaran, membuat pilihan, dan mengambil inisiatif dalam membentuk
lingkungan belajar mereka sendiri.
Kurikulum 2013 memungkinkan siswa untuk belajar dari berbagai sumber
dan terlibat dalam kegiatan seperti membaca mandiri, belajar kelompok, latihan
korespondensi, dan program pembelajaran terbuka. Meskipun kurikulum
mengalihkan fokus dari pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat
pada siswa, kurikulum ini tetap mengakui pentingnya peran guru dalam
memfasilitasi pembelajaran mandiri. Guru didorong untuk terlibat dalam dialog
dengan siswa, mencari sumber daya, mengevaluasi hasil, dan mengembangkan
keterampilan berpikir kritis.
Secara keseluruhan, penerapan pembelajaran mandiri pada kurikulum 2013
memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan kesadaran terhadap
lingkungannya dan mengambil pilihan positif dalam menghadapi tantangan
sehari-hari. Ini menumbuhkan kualitas seperti kemandirian, ketekunan, inisiatif,
pengambilan keputusan yang efektif, dan konsistensi dalam mencapai tujuan.
Dalam kesimpulannya, penerapan kemandirian belajar dalam Kurikulum
2013 bukan hanya menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih dinamis,
tetapi juga mempersiapkan siswa dengan keterampilan, pengetahuan, dan sikap
yang diperlukan untuk menghadapi tuntutan dunia modern. Melalui pendekatan
ini, pendidikan di Indonesia diarahkan untuk menciptakan pembelajar yang
mandiri, kreatif, dan berdaya saing tinggi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Cetakan ke II, (Jakarta: PT.Rineka Cipta,
2006)
Ali, M. dan Asrori, M., 2010. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Cetakan ke
enam. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Desi Susilawati (2009). Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar Dan Kemampuan
Matematika Siswa Kelas X SMA N 1 Gamping Dengan Menggunakan Lembar Kerja
Siswa. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, UNY.
Desmita , 2012. Psikologi perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Fadillah, M. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SD/MTS, dan
SMA/MA. Yogyakarta : Ar-Ruzz
Haqquzaki, M. (1994). Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan Kemandirian
Remaja. Surakarta: Universitas Muhammdiyah Surakarta.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/08/pengertian-kurikulum

16

Anda mungkin juga menyukai