DASAR-DASAR PENDIDIKAN
ASAS PENDIDIKAN
Dosen Pengampu:
Desma Yuzahana,M.Pd.
Disusun Oleh:
Kelompok II
NADIA SAFITRI
( NIM:2323230059 )
OPTIMIS ALMAHESA TASU
( NIM:2323230041 )
Alhamdulillah dan puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat waktu. Tanpa ridha dan petunjuk dari-Nya mustahil makalah ini
dapat dirampungkan.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah
Dasar Dasar Pendidikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
”Asas Asas Pendidikan”.
Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai
pegangan dalam mempelajari materi tentang Asas Asas Pendidikan. Juga merupakan
harapan kami dengan hadirnya makalah ini, akan mempermudah semua pihak dalam
proses perkuliahan pada mata kuliah Dasar Dasar Pendidikan.
Sesuai kata pepatah “tak ada gading yang tak retak”, kami mengharapkan saran dan
kritik, khususnya dari rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi. Kesempurnaan hanyalah
milik Allah SWT. Akhir kata, semoga segala daya dan upaya yang kami lakukan dapat
bermanfaat, amin.
Penyusun,
Kelompok III
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Rumusan Masalah....................................................................................................... 1
2. Tujuan........................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
1. Asas Pokok Pendidikan................................................................................................ 2
A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu dan teknologi, terutama teknologi informasi menyebabkan arus
komunikasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini berdampak langsung pada bidang
Norma kehidupan dan ekonomi, seperti tersingkirnya tenaga kerja yang kurang
berpendidikan dan kurang trampil, terkikisnya budaya lokal karena cepatnya arus
informasi dan budaya global, serta menurunnya norma-norma masyarakat kita yang
bersifat pluralistik sehingga rawan terhadap timbulnya gejolak sosial dan disintegrasi
bangsa. Adanya pasar bebas, kemampuan bersaing, penguasaan pengetahuan dan
teknologi, menjadi semakin penting untuk kemajuan suatu bangsa. Ukuran kesejahteraan
suatu bangsa telah bergeser dari modal fisik atau sumber daya alam ke modal intelektual,
pengetahuan, sosial, dan kepercayaan.
Hal ini membutuhkan pendidikan yang memberikan kecakapan hidup (Life Skill ),
yaitu yang memberikan keterampilan, kemahiran, dan keahlian dengan kompetensi
tinggi pada peserta didik sehingga selalu mampu bertahan dalam suasana yang selalu
berubah, tidak pasti dan kompetitif dalam kehidupannya. Kecakapan ini sebenarnya
telah diperoleh siswa sejak dini mulai pendidikan formal di sekolah maupun yang
bersifat informal, yang akan membuatnya menjadi masyrakat berpengetahuan yang
belajar sepanjang hayat (Life Long Learning).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Asas semesta, menyeluruh, dan terpadu, yang berarti bahwa pendidikan nasional
terbuka bagi setiap manusia Indonesia, mencakup semua jenis dan jenjang pendidikan,
dan merupakan satu kesatuan usaha sadar yang tidak dapat dipisahkan dari
keseluruhan usaha pembangunan bangsa.
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) mempunyai hak untuk memperoleh
pendidikan yang sama dengan anak normal. Hal tersebut telah dinyatakan dalam
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 tentang hak dan kewajiban warga
negara, bahwa setiap warga negara Indonesia berhak mendapat kesempatan
meningkatkan pendidikan sepanjang hayat termasuk Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK).
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak pada umumnya, tanpa menunjukkan pada ketidakmampuan
mental, emosi atau fisik. Karena, karakteristik dan hambatan yang dimiliki anak
berkebutuhan hidup memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang
disesuaikan dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki masing-masing anak. Anak
berkebutuhan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan
kekhususannya masing-masing.
Pendidikan luar biasa adalah merupakan pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional, mental sosial, tetapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Selain itu pendidikan luar biasa juga berarti pembelajaran yang dirancang khususnya
untuk memenuhi kebutuhan yang unik dari anak kelainan fisik. Pendidikan luar biasa
akan sesuai apabila kebutuhan siswa tidak dapat diakomodasikan dalam program
pendidikan umum. Secara singkat pendidikan luar biasa adalah program pembelajaran
yang disiapkan untuk memenuhi kebutuhan unik dari individu siswa.
1) Keterkaitan antara kurikulum dengan masa depan peserta didik, termasuk relevansi
bahan ajaran dengan masa depan dan mengintegrasikan masalah kehidupan nyata
ke dalam kurikulum.
2) Kurikulum dan perubahan sosial kebudayaan, karena peserta didik justru akan
hidup dalam sosial-kebudayaan yang telah berubah setelah menamatkan
sekolahnya.
5) Penyiapan untuk memikul tanggung jawab. Baik tentang dirinya sendiri maupun
dalam bidang sosial/pekerjaan, agar kelak dapat membangun dirinya sendiri dan
bersama-sama membangun masyarakatnya.
Dalam pembukaan UUD 1945 dinyatakan beberap tujuan yang hendak dicapai
oleh negara yaitu: Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, kemudian dalam batang tubuh UUD 1945 salah satu pasal yang juga
menyatakan “Tiap–tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.” Asas tanggung
jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Asas pendidikan
berlangsung dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat.
Tanggung jawab adalah kewajiban terhadap segala sesuatunya; fungsi menerima
pembebanan sebagai akibat sikap tindak sendiri atau pihak lain. Tanggung jawab
sangat berkaitan dengan kewajiban seseorang terhadap tugas atau perbuatan yang
dilakukan. Sesuatu aktivitas atau perbuatan yang dilakukan tanpa adanya tanggung
jawab akan terjadi secara tidak terarah dan cenderung asal-asalan saja dan bahkan
dapat menimbulkan masalah yang lain lagi.
Kegiatan dalam proses pendidikan haruslah selalu didasarkan pada asas tanggung
jawab, karena kegiatan apapun yang dilakukan dalam pendidikan selalu diarahkan
untuk mencapai tujuan yakni membimbing dan mendidik para siswa agar dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki.
Aktualisasi dari pengembangan dan penerapan asas tanggung jawab dalam proses
pelaksanaan kegiatan pendidikan akan tercermin dalam pemilihan dan penetapan
materi, metode, strategi, pelaksanaan, hubungan antara guru dengan siswa, sampai
pada evaluasi, harus berfokus pada pencapaian tujuan pendidikan dan pembelajaran itu.
Asas tut wuri handayani (jika dibelakang, mengikuti dengan awas) yang
merupakan asas pendidikan Indonesia hingga saat ini bersumber dari asas Taman
Siswa. Asas ini dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara. Asas tut wuri handayani ini
bermakna bahwa setiap orang berhak mengatur dirinya sendiri dengan berpedoman
kepada tata tertib kehidupan yang umum. Asas ini merupakan inti dari sistim among
dari perguruan tinggi itu yang merupakan asas pertama. Asas yang dikumandangkan
oleh Ki Hajar Dewantara ini mendapat tanggapan positif dari Drs. R.M.P.
Sostrokartono (filsuf dan ahli bahasa).
Terdapat dua semboyan untuk melengkapinya agar menjadi satu kesatuan asas,
yakni :
Ing ngarsa sung tuladha (di depan memberi contoh) adalah hal yang baik
mengingat kebutuhan anak maupun pertimbangan guru. Di bagian depan, seorang
guru akan membawa buah pikiran para muridnya itu ke dalam sistem ilmu
pengetahuan yang lebih luas. Ia menempatkan pikiran / gagasan / pendapat para
muridnya dalam cakrawala yang baru, yang lebih luas. Dalam posisi ini ia
membimbing dan memberi teladan. Akhirnya, dengan filosofi semacam ini, siswa
(dengan bantuan guru dan teman-temannya) mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri di antara pengetahuan yang telah dikonstruksi oleh banyak orang
termasuk oleh para ahli.
Asas ini tidak dapat dipisahkan dari 2 asas ; tut wuri handayani dan belajar
sepanjang hayat. Implikasi dari asas ini adalah pendidik harus menjalankan peran
komunikator, fasilitator, organisator, dsb. Pendidik diharapkan dapat menyediakan dan
mengatur berbagai sumber belajar sedemikian rupa sehingga memudahkan peserta
didik berinteraksi dengan sumber belajar tersebut.
Asas Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang
berlangsung lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab
sendiri dari pembelajaran.
Pengembangan kemandirian dalam belajar ini sebaiknya dimulai dalam kegiatan
intrakurikuler, yang dikembangkan dan dimantapkan selanjutnya dalam kegiatan
kokurikuler dan ekstrakurikuler atau untuk latar perguruan tinggi. Dimulai dalam
kegiatan tatap muka dan dikembangkan lalu dimantapkan dalam kegiatan terstruktur
dan kegiatan mandiri. Kegiatan intrakurikuler berfungsi membentuk konsep-konsep
dasar dan cara-cara pemanfaatan berbagai sumber belajar, yang menjadi dasar
pengembangan kemandirian dalam belajar di dalam bentuk-bentuk kegiatan terstruktur
dan mandiri atau kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.
Pada tingkat Perguruan Tinggi, istilah SKS (Sistem Kredit Semester) merupakan
pelaksanaan asas kemandirian dalam belajar bagi mahasiswa. Mahasiswa dituntut dapat
mengembangkan materi yang telah diajarkan di kampus bersama dosen sehingga
pengetahuan dan pemahamannya dapat berkembang dan luas. Jika menemukan hal-hal
yang kurang dipaham dalam pembelajaran maka dapat mendiskusikan bersama dengan
dosen yang mempunyai keahlian dan kemampuan dalam hal-hal yang kurang dimengerti
tersebut. Sehingga asas kemandirian belajar berlaku bagi semua yang dengan usaha dan
kemauan sendiri untuk belajar, baik secara formal maupun non formal.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar menempatkan guru dalam peran
utama sebagai:
1. Fasilitator, yaitu guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai
sumber belajar sehingga memudahkan peserta didik berinteraksi dengan
sumber-sumber tersebut.
2. Motivator, yaitu guru mengupayakan timbulnya prakarsa sisik untuk
memanfaatkan sumber belajar.
3. Organisator, yaitu guru mempunyai suatu tugas untuk mengorganisasikan
peserta didiknya guna memudahkan dalam proses belajar yang akan
dijalaninya.
4. Informator, yaitu guru sebagai salah satu sumber atau pemberi informasi
guna membantu para peserta didiknya dan memudahkan dalam proses
belajar.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, dan hasilnya tidak segera tampak.
Oleh karena itu pendidikan harus dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin dengan
memperhatikan sejumlah asas pendidikan.
Pendidikan di Indonesia tidak lepas dari kiprah Ki Hajar Dewantara sang pelopor
pendidikan yang mempopulerkan tiga asas penting dalam kegiatan pendidikan yang
masih dijadikan teladan sampai sekarang yaitu asas tut wuri handayani, asas ing ngarso
sung tolodo, dan asas ing madyo mangun karso.
Ketiga asas ini saling berhubungan hendaknya menjadi acuan untuk menerapkan
sistem pendidikan yang tepat bagi bangsa ini dan terus menjunjung tinggi kebudayaan
nasional daripada kebudayaan asing. Semangat untuk terus melestarikan “Tut Wuri
Handayani” dalam dunia pendidikan dirasa begitu penting, mengingat makna dari
semboyan Ki Hadjar tersebut yaitu membuat orang menjadi pribadi yang mandiri.
SARAN
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang
membangun guna kesempurnaan pembuatan makalah ini dan bermanfaat khususnya
untuk penulis dan umumnya untuk pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Syahril, dan Zelhendri Zen. 2012. Pengantar Pendidikan. Padang : Sukabina
http://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/08/asas-asas-pendidikan/, diakses 15
September 2014
H.Zahara Idris, dan H.Lisma Jamal.1992. Pengantar Pendidikan 2. Jakarta : PT.Gramedia
Widiasarana Indonesia
Suardi.2012. Pengantar Pendidikan Teori dan Aplikasi. Ja
file:///C:/Users/hi/Downloads/DASAR_DASAR_PENDIDIKAN-1.pdf