Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar
Mengajar
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 1
PGMI-F
Jl. Pramuka No. 156 PO.Box 116 Ponorogo. Phone / Fax (0352) 481277 (Hunting) Fax. 461893
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan Makalah dari mata
kuliah Strategi Belajar Mengajar. Dan kami juga berterima kasih kepada Ibu Dosen Mata
Kuliah Strategi Belajar Mengajar yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Melalui pembuatan makalah mata kuliah Strategi Belajar Mengajar dengan materi
yang berjudul “Pembelajaran di MI/SD” dari awal sampai dengan selesai, setelah itu
kami akan perlihatkan makalah ini pada Dosen Mata Kuliah kami untuk digunakan jika
dibutuhkan nantinya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Strategi Belajar Mengajar tentang Pembelajaran di
MI/SD. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun..
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.
Agustus, 2020
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ........................................................................ 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak adalah titipan Tuhan yang harus kita jaga dan kita didik agar ia menjadi
manusia yang berguna. Pengembangan kualitas sumber daya manusia sebagai
rangkaian upaya untuk mewujudkan manusia seutuhnya dan masyarakat Indonesia
seluruhnya serta untuk kesejahteraan bangsa Indonesia mencakup pengembangan
manusia.
Masa usia sekolah dasar merupakan periode emas bagi perkembangan anak
untuk memperoleh proses pendidikan. Masa ini merupakan masa-masa yang tidak
mungkin terlewatkan bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam
pengetahuan di lingkungannya sebagai rangsangan terhadap perkembangan aspek
kepribadian kognitif, psikososial, maupun moral nya. Oleh karena itu, pendidikan
anak untuk usia sekolah dasar dalam bentuk pemberian rangsangan rangsangan atau
stimulasi dari lingkungan terdekat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan
kemampuan.
1
Ahmad Nursobah. "Perencanaan Pembelajaran di MI/SD" (Pamekasan : Duta Media
Publishing, 2019), 1
1
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah pembelajaran tidak tentu asing untuk kita. Istilah pembelajaran memiliki
hubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar belajar belajar dan
pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa
kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain sedangkan mengajar meliputi segala
hal yang guru lakukan di dalam kelas yang bertujuan untuk memberikan informasi
yang kompleks kepada pembelajar yang mana nantinya akan terjadi proses belajar.
Sementara itu, pembelajaran adalah suatu upaya yang sengaja melibatkan dan
menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan
kurikulum.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar atau kelas. Pembelajaran juga merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik.2
Selama ini sering mengartikan bahwa pendidikan itu lebih identik dengan
persekolahan, akan tetapi sejatinya tidak demikian. Sebagaimana tiga pilar pendidikan
2
Moh. Suardi. “Belajar dan Pembelajaran” (DIY : CV Budi Utama, 2018), 6-7
3
di Indonesia yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro bahwa pendidikan itu
berlangsung dalam tiga lingkungan, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Tiga pilar tersebut harus memiliki keterkaitan yang erat dan tidak dapat
terpisahkan satu sama lain, karena setiap lingkungan saling berpengaruh terhadap
lingkungan lainnya. Jika ketiga lingkungan bersinergi dengan baik, segala macam
tindakan diluar norma dan aturan dapat dihindari.
a. Pengajaran
3
Moh Fahmi Nugraha. “Pengantar Pendidikan dan Pembelajaran di Sekolah Dasar”
(Tasikmalaya: Edu Publisher, 2020), 9-10
4
b. Pembelajaran
Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan
usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa
yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh
potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.
Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga SD biasanya
pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol
tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah dapat melompat dengan kaki secara
bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah
berkembang koordinasi tangan dan mata untuk dapat memegang pensil maupun
memegang gunting. Selain itu, perkembangan sosial anak yang berada pada usia kelas
awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan keakuannya tentang jenis
kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat,
telah mampu berbagi, dan mandiri. Perkembangan emosi anak usia 6-8 tahun antara
lain anak telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat
mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar
tentang benar dan salah. Untuk perkembangan kecerdasannya anak usia kelas awal
SD ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan
obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata,
senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap
ruang dan waktu.
5
Karakteristik peserta didik sangat penting untuk diketahui oleh pendidik,
karena ini sangat penting untuk dijadikan acuan dalam merumuskan strategi
pengajaran.Analisis karakteristik siswa dilakukan setelah perancang pembelajaran
mengidentifikasi tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Juga ditunjukkan bahwa
hasil analisis karakteristik siswa selanjutnya dijadikan pijakan kerja dalam memilih,
menetapkan, dan mengembangkan strategi pengelolaan pembelajaran. Dengan
konteks seperti ini,4 menjadi semakin jelas perlunya dilakukan penelitian karakteristik
siswa yang berkaitan dengan kefektifan pembelajaran agar dapat dipakai sebagai
dasar bagi para ilmuwan dan teknolog pembelajaran serta para guru dalam mendesain
program-program pembelajaran. Jika dalam menyampaikan materi pelajaran guru
kurang memperhatikan .
6
sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi anak.
Berdasarkan uraian tentang pemahaman karakteristik siswa dalam pembelajaran di
atas, serta melihat kondisi belum optimalnya hasil belajar siswa saat ini, tugas yang
diemban para pendidik dan perancang di bidang pembelajaran sangat rumit karena
harus berhadapan dengan sejumlah variabel kondisi yang berada di luar kontrolnya.
Tidak hanya itu dengan karakteristik siswa guru juga dalam pembelajaran bagaiaman
mengemas perencanaan dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa
dengan baik, menyampaikan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar kehidupan siswa
seharihari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna
bagi anak. Selain itu, siswa juga diberikesempatan untuk pro aktif dan mendapatkan
pengalaman langsung baik secara individual maupun dalam kelompok. Hal ini berarti
guru telah menjadikan karakter siswa sebagai pijakan dalam penentuan strategi
pembelajaran dan metode pembelajaran. Karakteristik siswa adalah bagian bagian
pengalaman siswa yang berpengaruh pada keefektifan proses belajar (Seels dan
Richey, 1994). Penelitian tentang karakteristik siswa bertujuan untuk
mendeskripsikan bagian kepribadian siswa yang perlu diperhatikan untuk kepentingan
rancangan pembelajaran. Ardhana (1999) lebih jelas mengatakan bahwa karakteristik
siswa adalah salah satu variabel dalam domain desain pembelajaran yang biasanya
didefinisikan sebagai latar belakang pengalaman yang dimiliki oleh siswa termasuk
aspek-aspek lain yang ada pada diri mereka seperti kemampuan umum, ekspektasi
terhadap pembelajaran, dan ciriciri jasmani serta emosional siswa, yang memberikan
dampak terhadap keefektifan belajar. Hal ini dibuktikan oleh hasil temuan Djohan
(2009) yang menunjukkan bahwa kecerdasan sosial siswa di daerah (Tangerang)
memiliki rerata lebih tinggi dibandingkan dengan rata kecerdasan sosial siswa di kota
besar (Jakarta). Artinya, guru di dalam memilih strategi pembelajaran harus
mempertimbangkan kecerdasan atau kemampuan siswa yang relevan dengan strategi
pembelajaran yang digunakan.5
5
Nevi Septiana & Rara Afiani, “Pentingnya Memahami Karakteristik Siswa Sekolah
Dasar”. Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini ( Maret, 2020 )
7
C. RENTANG USIA PEMBELAJARAN DI SD / MI
Usia masuk kelas satu SD atau MI berada dalam periode peralihan dari
pertumbuhan cepat masa anak anak awal ke suatu fase perkembangan yang lebih
lambat. Ukuran tubuh anak relatif kecil perubahannya selama tahun tahun di SD.6
a. Usia 9 tahun tinggi dan berat badan anak laki‐laki dan perempuan kurang
lebih
sama. Sebelum usia 9 tahun anak perempuan relatif sedikit lebih pendek dan
lebih langsing dari anak laki‐laki. Akhir kelas empat, pada umumnya anak
perempuan mulai mengalami masa lonjakan pertumbuhan. Lengan dan kaki
mulai tumbuh cepat.
b. Pada akhir kelas lima, umumnya anak perempuan lebih tinggi, lebih berat dan
lebih kuat daripada anak laki‐laki. Anak laki‐laki memulai lonjakan
pertumbuhan pada usia sekitar 11 tahun.
d. Perkembangan fisik selama remaja dimulai dari masa pubertas. Pada masa ini
terjadi perubahan fisiologis yang mengubah manusia yang belum mampu
bereproduksi menjadi mampu bereproduksi. Hampir setiap organ atau sistem
tubuh dipengaruhi oleh perubahan perubahan ini. Anak pubertas awal
(prepubertas) dan remaja pubertas akhir (postpubertas) berbeda dalam
tampakan luar karena perubahan perubahan dalam tinggi proporsi badan serta
perkembangan ciri‐ciri seks primer dan sekunder. Meskipun urutan kejadian
pubertas itu umumnya sama untuk tiap orang, waktu terjadinya dan kecepatan
berlangsungnya kejadian itu bervariasi. Rata‐rata anak perempuan memulai
6
Wiwik Pratiwi, “Kesiapan Anak Usia Dini Memasuki Sekolah Dasar,” Manajemen
Pendidikan Islam, ( Februari, 2011), 5
8
perubahan pubertas 1,5 hingga 2 tahun lebih cepat dari anak laki‐laki.
Kecepatan perubahan itu juga bervariasi, ada yang perlu waktu 1,5 hingga 2
tahun untuk mencapai kematangan reproduksi, tetapi ada yang memerlukan
waktu 6 tahun. Dengan adanya perbedaan‐perbedaan ini ada anak yang telah
matang sebelum anak yang sama usianya mulai mengalami pubertas.
Pada usia praremaja (10 sampai 12 tahun), anak mengalami transisi menuju
kedewasaan selanjutnya yang mempengaruhi kemampuan sosial, fisik, juga
kognitifnya. Dampaknya, anak akan terlihat lebih mandiri dalam menyelesaikan
masalah. Anak pada usia 10 sampai 12 tahun yaitu anak yang berada pada kelas
tinggi Sekolah Dasar. Pada usia ini anak menjadi lebih kritis terhadap hal-hal
disekitarnya, menunjukkan budaya, bahasa, atau adat istiadat lainnya. Adapun
beberapa perkembangan pada anak usia 10 sampai 12 tahun diantaranya yaitu:
1. Perkembangan Kognitif
2. Perkembangan Bahasa
9
anak-anak semakin banyak menggunakan kata kerja. Mulai merespon
pertanyaan orang dewasa dengan jawaban yang lebih sederhana. Membaca
memiliki peran penting dalam pengembangan bahasa.
3. Perkembangan Bicara
4. Minat Membaca
Pada usia 11-12 seorang anak sudah dapat dikatakan memasuki usia
remaja akhir. Pertumbuhan secara fisik dapat jelas terlihat, pada remaja wanita
sudah memasuki masa pubertasyang ditandai dengan adanya menstruasi.
Sedangkan pada remaja pria ditandai dengan tumbuhnya jakun, membesarnya
suara. Pada masa anak-anak akhir ini pun mereka sudah memahami tentang
moral, sudah mulai paham tentang yang harus dikerjakan dan tidak boleh
dikerjakan dan mana yang harus ditinggalkan.
10
a. Mengenali teman yang baik
b. Mengenali kadar pertemanan
c. Memahami kepercayaan dan tanggungjawab
d. Menuntut keadilan
7
Zuharini, dkk, Metodologi Pendidikan Agama (Jakarta: Ramadhani,1993), 100
8
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 52.
11
didik, kesulitan dalam menyesuaikan materi pelajaran dengan berbagai metode
supaya peserta didik tidak segera bosan, kesulitan dalam memperoleh sumber dan alat
pembelajaran, kesulitan dalam mengadakan evaluasi dan pengaturan waktu.9 Dengan
demikian hambatan dalam pembelajaran sebagian besar disebabkan dari faktor
pendidik yang dituntut untuk tidak hanya mampu merencanakan PBM,
mempersiapkan bahan pengajaran, merencanakan media dan sumber pembelajaran,
serta waktu dan teknik penilaian terhadap prestasi siswa, namun juga harus mampu
melaksanakan semua itu sesuai dengan program yang telah dibuat.
E. PRINSIP PEMBELAJARAN
Prinsip dimaksudkan sebagai asas atau kebenaran yang menjadi pokok dasar
orang berpikir, bertindak, dan sebagainya. Dalam pembelajaran, prinsip-prinsip
belajar dapat mengungkap batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar akan membantu
pendidik dalam memilih tindakan yang tepat sehingga dapat terhindar dari tindakan
yang kelihatan baik justru akan merugikan siswa atas pencapaian keberhasilan
pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994) prinsip-prinsip itu meliputi
perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibaran langsung, pengulangan, tantangan,
balikan, dan penguatan serta perbedaan individu.
9
Zuharini, dkk, Metodologi Pendidikan Agama (Jakarta: Ramadhani,1993), 100
12
Motivasi juga memiliki peranan yang penting dalam proses pembelajaran
karena motivasi merupakan tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan
kegiatan siswa untuk belajar. Penerapan prinsip ini dalam kegiatan
pembelajaran, sebagai berikut:
2. Keaktifan
13
pengetahuan untuk memecahkan permasalahan, membandingkan konsep,
menyimpulkan hasil pengamatan, berpikir tingkat tinggi.
3. Keterlibatan Langsung
Belajar harus dilakukan sendiri oleh siswa, karena belajar yang baik
melalui pengalaman Pengajar harus menyadari bahwa keaktifan memerlukan
pengalaman secara langsung dalam pembelajaran. Keterlibatan langsung yang
dimaksudkan di sini menyangkut keterlibatan secara fisik, mental, emosional,
dan intelektual dalam semua kegiatan pembelajaran.
14
e. Memelibatkan peserta dalam membuat rangkuman, ringkasan, atau
kesimpulan.
4. Pengulangan
5. Tantangan
15
kesempatan pada peserta untuk menemukan konsep, prinsip, dan generalisasi
sangat cocok dan sesuai dengan prinsip ini.
16
d. Mengumumkan peringkat yang dinaiki peserta didik berdasarkan hasil
penilaian.
e. Memberikan penguatan verbal seperti tepat, baik, bagus, sip, hebat,
cerdas, pintar.
f. Memberikan penguatan nonverbal, seperti anggukan, acungan jempol,
dan isyarat lainnya.
7. Perbedaan Individu
10
Jamil Suprihatiningrum, Startegi Pembelajaran : Teori & aplikasi, (YogYakarta: Ar-
Ruzz Media, 2013), 99-104.
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
18
Faktor pendukung menurut Zuhairini : sikap mental pendidik, kemampuan
pendidik, media kumaha kelengkapan kepustakaan, dan berlangganan koran.
Faktor pendukung menurut Wina Sanjaya : faktor guru, faktor siswa, sarana,
Alat media yang tersedia serta lingkungan
19
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi, Wiwik. 2011. “Kesiapan Anak Usia Dini Memasuki Sekolah Dasar”,
Manajemen Pendidikan Islam.
20