Anda di halaman 1dari 23

PEMBELAJARAN DI SD/MI

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar
Mengajar

Dosen Pengampu :

Siti Zazak Soraya, M.Ed.

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Ayu Ningtanti (203200152)


Elia Rahmawati ( 203200166)
Hanna Irawan ( 203200176)

PGMI-F

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2021

Jl. Pramuka No. 156 PO.Box 116 Ponorogo. Phone / Fax (0352) 481277 (Hunting) Fax. 461893
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan Makalah dari mata
kuliah Strategi Belajar Mengajar. Dan kami juga berterima kasih kepada Ibu Dosen Mata
Kuliah Strategi Belajar Mengajar yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Melalui pembuatan makalah mata kuliah Strategi Belajar Mengajar dengan materi
yang berjudul “Pembelajaran di MI/SD” dari awal sampai dengan selesai, setelah itu
kami akan perlihatkan makalah ini pada Dosen Mata Kuliah kami untuk digunakan jika
dibutuhkan nantinya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Strategi Belajar Mengajar tentang Pembelajaran di
MI/SD. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun..

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Agustus, 2020

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat Pembelajaran di SD/MI ....................................... 3


B. Karakteristik Pengembangan di SD/MI ............................ 5
C. Rentang Usia Pembelajaran di SD/MI .............................. 8
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Pembelajaran
............................................................................................ 11
E. Prinsip Pembelajaran ......................................................... 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 18

Daftar Pustaka .................................................................................................... 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anak adalah titipan Tuhan yang harus kita jaga dan kita didik agar ia menjadi
manusia yang berguna. Pengembangan kualitas sumber daya manusia sebagai
rangkaian upaya untuk mewujudkan manusia seutuhnya dan masyarakat Indonesia
seluruhnya serta untuk kesejahteraan bangsa Indonesia mencakup pengembangan
manusia.

Dilihat dari berbagai bentuk pengembangan kualitas sumber daya manusia,


masalah pendidikan dapat dikatakan sebagai hal utama dalam pengembangan sumber
daya manusia. Maka diperlukan upaya keras untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Masa usia sekolah dasar merupakan periode emas bagi perkembangan anak
untuk memperoleh proses pendidikan. Masa ini merupakan masa-masa yang tidak
mungkin terlewatkan bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam
pengetahuan di lingkungannya sebagai rangsangan terhadap perkembangan aspek
kepribadian kognitif, psikososial, maupun moral nya. Oleh karena itu, pendidikan
anak untuk usia sekolah dasar dalam bentuk pemberian rangsangan rangsangan atau
stimulasi dari lingkungan terdekat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan
kemampuan.

Untuk mengoptimalkan kemampuan anak dijenjang paling awal ini, yaitu, di


tingkat sekolah dasar, maka perlulah adanya maksimalisasi dalam proses
pembelajaran tersebut untuk mendapatkan perubahan-perubahan dari masa ke masa
untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.1

1
Ahmad Nursobah. "Perencanaan Pembelajaran di MI/SD" (Pamekasan : Duta Media
Publishing, 2019), 1

1
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Hakikat Pembelajaran di MI/SD ?


2. Bagaimana Pengembangan Karakteristik di Tingkat MI/SD ?
3. Bagaimana Rentang Usia Anak di Tingkat SD/MI ?
4. Apa saja Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Pembelajaran di MI/SD ?
5. Apa saja Prinsip Pembelajaran di MI/SD ?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui Hakikat Pembelajaran di MI/SD


2. Untuk mengetahui bagaimana Rentang Usia Anak di Tingkat SD/MI
3. Untuk mengetahui bagaimana Pengembangan Karakteristik di Tingkat MI/SD
4. Untuk mengetahui apa saja Faktor Pendukung dan Penghambat Proses
Pembelajaran di MI/SD
5. Untuk mengetahui apa saja Tujuan Pembelajaran di MI/SD

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. HAKIKAT PEMBELAJARAN DI MI/SD

Istilah pembelajaran tidak tentu asing untuk kita. Istilah pembelajaran memiliki
hubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar belajar belajar dan
pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa
kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain sedangkan mengajar meliputi segala
hal yang guru lakukan di dalam kelas yang bertujuan untuk memberikan informasi
yang kompleks kepada pembelajar yang mana nantinya akan terjadi proses belajar.
Sementara itu, pembelajaran adalah suatu upaya yang sengaja melibatkan dan
menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan
kurikulum.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar atau kelas. Pembelajaran juga merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik.2

Berikut merupakan beberapa ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut :

a. Merupakan upaya sadar dan disengaja,

b. Pembelajaran harus membuat Siswa belajar

c. tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan,

d. pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun hasilnya.

Selama ini sering mengartikan bahwa pendidikan itu lebih identik dengan
persekolahan, akan tetapi sejatinya tidak demikian. Sebagaimana tiga pilar pendidikan

2
Moh. Suardi. “Belajar dan Pembelajaran” (DIY : CV Budi Utama, 2018), 6-7

3
di Indonesia yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro bahwa pendidikan itu
berlangsung dalam tiga lingkungan, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Tiga pilar tersebut harus memiliki keterkaitan yang erat dan tidak dapat
terpisahkan satu sama lain, karena setiap lingkungan saling berpengaruh terhadap
lingkungan lainnya. Jika ketiga lingkungan bersinergi dengan baik, segala macam
tindakan diluar norma dan aturan dapat dihindari.

Jenis lingkungan pendidikan salah satu diantaranya adalah pendidikan formal


atau sering disebut persekolahan. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional, Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan yang paling dasar pada
pendidikan formal yang ada di Indonesia sekolah. Dasar diharapkan memiliki peran
utama dalam membantu manusia Indonesia mencapai tujuan hidupnya. Sebagaimana
pendidikan yang bukan hanya berbicara tentang salah satu kemampuan semata, akan
tetapi harus secara komprehensif dimiliki oleh manusia dari proses pendidikan
tersebut. Untuk mencapai hal tersebut, maka salah satu kegiatannya tidak lain
pendidikan dengan jenjang pendidikan di sekolah dasar, yang mana akan terjadi
proses belajar antara guru dan peserta didik, sehingga terjadilah Pembelajaran di
MI/SD.3

Berikut merupakan perbedaan pengajaran dan pembelajaran :

a. Pengajaran

- Dilaksanakan oleh mereka yang berprofesi sebagai pengajar

- Tujuannya menyampaikan informasi kepada si belajar

- Merupakan salah satu penerapan strategi pembelajaran

- Kegiatan belajar berlangsung bila ada guru atau pengajar.

3
Moh Fahmi Nugraha. “Pengantar Pendidikan dan Pembelajaran di Sekolah Dasar”
(Tasikmalaya: Edu Publisher, 2020), 9-10

4
b. Pembelajaran

- Dilaksanakan oleh mereka yang dapat membuat orang belajar

- Tujuannya agar terjadi belajar pada diri siswa

- Belajar merupakan cara untuk mengembangkan rencana yang terorganisir untuk


keperluan belajar

- Kegiatan belajar dapat berlangsung dengan atau tanpa hadirnya guru.

B. KARAKTERISTIK PENGEMBANGAN DI SD/MI

Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan
usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa
yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh
potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.

Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga SD biasanya
pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol
tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah dapat melompat dengan kaki secara
bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah
berkembang koordinasi tangan dan mata untuk dapat memegang pensil maupun
memegang gunting. Selain itu, perkembangan sosial anak yang berada pada usia kelas
awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan keakuannya tentang jenis
kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat,
telah mampu berbagi, dan mandiri. Perkembangan emosi anak usia 6-8 tahun antara
lain anak telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat
mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar
tentang benar dan salah. Untuk perkembangan kecerdasannya anak usia kelas awal
SD ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan
obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata,
senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap
ruang dan waktu.

5
Karakteristik peserta didik sangat penting untuk diketahui oleh pendidik,
karena ini sangat penting untuk dijadikan acuan dalam merumuskan strategi
pengajaran.Analisis karakteristik siswa dilakukan setelah perancang pembelajaran
mengidentifikasi tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Juga ditunjukkan bahwa
hasil analisis karakteristik siswa selanjutnya dijadikan pijakan kerja dalam memilih,
menetapkan, dan mengembangkan strategi pengelolaan pembelajaran. Dengan
konteks seperti ini,4 menjadi semakin jelas perlunya dilakukan penelitian karakteristik
siswa yang berkaitan dengan kefektifan pembelajaran agar dapat dipakai sebagai
dasar bagi para ilmuwan dan teknolog pembelajaran serta para guru dalam mendesain
program-program pembelajaran. Jika dalam menyampaikan materi pelajaran guru
kurang memperhatikan .

Karakteristik siswa dan ciri-ciri kepribadian siswa tidak dijadikan pijakan


dalam pembelajaran, siswa akan mengalamai kesulitan memahami materi pelajaran.
Mereka merasa bosan, bahkan timbul kebencian terhadap materi pelajaran yang
diajarkan oleh guru. Kondisi demikian sebagai penyebab rendahnya kualitas dan
kuantitas proses serta hasil belajar yang telah diprogramkan. Upaya apa pun yang
dipilih dan dilakukan oleh guru dan perancang pembelajaran jika tidak bertumpu pada
karakteristik perseorangan siswa sebagai subjek belajar, maka pembelajaran yang
dikembangkan tidak akan bermakna bagi siswa. Karakteristik siswa yang dapat
diidentifikasi sebagai faktor yang amat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar
adalah kecerdasan, kemampuan awal, gaya kognitif, gaya belajar, motivasi, dan faktor
sosial-budaya. Informasi tentang tingkat perkembangan kecerdasan siswa amat
diperlukan sebagai pijakan dalam memilih komponen-komponen dalam
pembelajaran, seperti tujuan pembelajaran, materi, media, strategi pembelajaran, dan
evaluasi (Gardner, 1993; Amstrong, 1994).

Dengan adanya karakteristik siswa, guru dituntut untuk dapat mengemas


perencanaan dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa dengan baik,
menyampaikan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-hari,
4
Muhammad Afandi dan Badarudin, Perencanaan Pembelajaran Di Sekolah Dasar
( Bandung: ALFABETA CV,2011), 115-116

6
sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi anak.
Berdasarkan uraian tentang pemahaman karakteristik siswa dalam pembelajaran di
atas, serta melihat kondisi belum optimalnya hasil belajar siswa saat ini, tugas yang
diemban para pendidik dan perancang di bidang pembelajaran sangat rumit karena
harus berhadapan dengan sejumlah variabel kondisi yang berada di luar kontrolnya.
Tidak hanya itu dengan karakteristik siswa guru juga dalam pembelajaran bagaiaman
mengemas perencanaan dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa
dengan baik, menyampaikan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar kehidupan siswa
seharihari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna
bagi anak. Selain itu, siswa juga diberikesempatan untuk pro aktif dan mendapatkan
pengalaman langsung baik secara individual maupun dalam kelompok. Hal ini berarti
guru telah menjadikan karakter siswa sebagai pijakan dalam penentuan strategi
pembelajaran dan metode pembelajaran. Karakteristik siswa adalah bagian bagian
pengalaman siswa yang berpengaruh pada keefektifan proses belajar (Seels dan
Richey, 1994). Penelitian tentang karakteristik siswa bertujuan untuk
mendeskripsikan bagian kepribadian siswa yang perlu diperhatikan untuk kepentingan
rancangan pembelajaran. Ardhana (1999) lebih jelas mengatakan bahwa karakteristik
siswa adalah salah satu variabel dalam domain desain pembelajaran yang biasanya
didefinisikan sebagai latar belakang pengalaman yang dimiliki oleh siswa termasuk
aspek-aspek lain yang ada pada diri mereka seperti kemampuan umum, ekspektasi
terhadap pembelajaran, dan ciriciri jasmani serta emosional siswa, yang memberikan
dampak terhadap keefektifan belajar. Hal ini dibuktikan oleh hasil temuan Djohan
(2009) yang menunjukkan bahwa kecerdasan sosial siswa di daerah (Tangerang)
memiliki rerata lebih tinggi dibandingkan dengan rata kecerdasan sosial siswa di kota
besar (Jakarta). Artinya, guru di dalam memilih strategi pembelajaran harus
mempertimbangkan kecerdasan atau kemampuan siswa yang relevan dengan strategi
pembelajaran yang digunakan.5

5
Nevi Septiana & Rara Afiani, “Pentingnya Memahami Karakteristik Siswa Sekolah
Dasar”. Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini ( Maret, 2020 )

7
C. RENTANG USIA PEMBELAJARAN DI SD / MI

Usia masuk kelas satu SD atau MI berada dalam periode peralihan dari
pertumbuhan cepat masa anak anak awal ke suatu fase perkembangan yang lebih
lambat. Ukuran tubuh anak relatif kecil perubahannya selama tahun tahun di SD.6

a. Usia 9 tahun tinggi dan berat badan anak laki‐laki dan perempuan kurang
lebih
sama. Sebelum usia 9 tahun anak perempuan relatif sedikit lebih pendek dan
lebih langsing dari anak laki‐laki. Akhir kelas empat, pada umumnya anak
perempuan mulai mengalami masa lonjakan pertumbuhan. Lengan dan kaki
mulai tumbuh cepat.
b. Pada akhir kelas lima, umumnya anak perempuan lebih tinggi, lebih berat dan
lebih kuat daripada anak laki‐laki. Anak laki‐laki memulai lonjakan
pertumbuhan pada usia sekitar 11 tahun.

c. Menjelang awal kelas enam, kebanyakan anak perempuan mendekati puncak


tertinggi pertumbuhan mereka. Periode pubertas yang ditandai dengan
menstruasi umumnya dimulai pada usia 12‐13 tahun. Anak laki‐laki memasuki
masa pubertas dengan ejakulasi yang terjadi antara usia 13‐16 tahun.

d. Perkembangan fisik selama remaja dimulai dari masa pubertas. Pada masa ini
terjadi perubahan fisiologis yang mengubah manusia yang belum mampu
bereproduksi menjadi mampu bereproduksi. Hampir setiap organ atau sistem
tubuh dipengaruhi oleh perubahan perubahan ini. Anak pubertas awal
(prepubertas) dan remaja pubertas akhir (postpubertas) berbeda dalam
tampakan luar karena perubahan perubahan dalam tinggi proporsi badan serta
perkembangan ciri‐ciri seks primer dan sekunder. Meskipun urutan kejadian
pubertas itu umumnya sama untuk tiap orang, waktu terjadinya dan kecepatan
berlangsungnya kejadian itu bervariasi. Rata‐rata anak perempuan memulai

6
Wiwik Pratiwi, “Kesiapan Anak Usia Dini Memasuki Sekolah Dasar,” Manajemen
Pendidikan Islam, ( Februari, 2011), 5

8
perubahan pubertas 1,5 hingga 2 tahun lebih cepat dari anak laki‐laki.
Kecepatan perubahan itu juga bervariasi, ada yang perlu waktu 1,5 hingga 2
tahun untuk mencapai kematangan reproduksi, tetapi ada yang memerlukan
waktu 6 tahun. Dengan adanya perbedaan‐perbedaan ini ada anak yang telah
matang sebelum anak yang sama usianya mulai mengalami pubertas.

Anak SD merupakan anak dengan kategori banyak mengalami perubahan


yang sangat drastis baik mental maupun fisik. Usia anak SD berkisar antara 6 –
12 tahun menurut Seifert dan Haffung .

Tahap Perkembangan Anak pada Usia 10-12 Tahun

Pada usia praremaja (10 sampai 12 tahun), anak mengalami transisi menuju
kedewasaan selanjutnya yang mempengaruhi kemampuan sosial, fisik, juga
kognitifnya. Dampaknya, anak akan terlihat lebih mandiri dalam menyelesaikan
masalah. Anak pada usia 10 sampai 12 tahun yaitu anak yang berada pada kelas
tinggi Sekolah Dasar. Pada usia ini anak menjadi lebih kritis terhadap hal-hal
disekitarnya, menunjukkan budaya, bahasa, atau adat istiadat lainnya. Adapun
beberapa perkembangan pada anak usia 10 sampai 12 tahun diantaranya yaitu:

1. Perkembangan Kognitif

Menurut piaget, masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap


operasi konkret dalam berpikir (usia 7 sampai 12 tahun), dimana konsep
yang semula samar-samar dan tidak jelas sekarang lebih konkret, mampu
memecahkan masalah-masalah yang actual, mampu berpikir logis,
berkurang rasa egonya, menerima pandangan orang lain, mulai berpikir
dari hal-hal yang khusus kemudian ditarik kesimpulan ke yang umum.
Mereka memiliki pengertian yang lebih baik tentang sebab akibat, dan
kemampuan mengelompokkan benda berdasar kriteria tertentu.

2. Perkembangan Bahasa

Pada masa ini perkembangan bahasa terlihat pada perubahan


perbendaharaan kata dan tata bahasa. Bersamaan dengan masa sekolah,

9
anak-anak semakin banyak menggunakan kata kerja. Mulai merespon
pertanyaan orang dewasa dengan jawaban yang lebih sederhana. Membaca
memiliki peran penting dalam pengembangan bahasa.

3. Perkembangan Bicara

Berbicara merupakan alat komunikasi terpenting dalam


berhubungan dengan orang lain. Bertambahnya kosa kata yang berasal dari
berbagai sumber menyebabkan semakin banyak perbendaharaan kata yang
dimilikinya.

4. Minat Membaca

Pada usia 8 tahun anak membaca penuh semangat terutama tentang


cerita-cerita khayal. Pada usia 10-12 tahun perhatian membaca mencapai
puncaknya. Sifat ingin tahu pada anak laki-laki lebih menonjol dari pada
anak perempuan. Itulah sebabnya anak laki-laki cenderung menyukai hal-
hal yang sifatnya menggemparkan, misterius dan kisah-kisah petualangan,
hobi dan sport. Sebaliknya anak perempuan lebih menyukai cerita
kehidupan seputar rumah tangga, puisi, cerita kisah-kisah dan sebagainya.

Pada usia 11-12 seorang anak sudah dapat dikatakan memasuki usia
remaja akhir. Pertumbuhan secara fisik dapat jelas terlihat, pada remaja wanita
sudah memasuki masa pubertasyang ditandai dengan adanya menstruasi.
Sedangkan pada remaja pria ditandai dengan tumbuhnya jakun, membesarnya
suara. Pada masa anak-anak akhir ini pun mereka sudah memahami tentang
moral, sudah mulai paham tentang yang harus dikerjakan dan tidak boleh
dikerjakan dan mana yang harus ditinggalkan.

Di usia praremaja (10-12 tahun), anak mengalami transisi menuju


kedewasaan selanjutnya yang memengaruhi kemampuan sosial, fisik, juga
kognitifnya. Dampaknya, anak terlihat lebih mandiri dalam menyelesaikan
masalah dan menata perilaku sosialnya. Hal ini terjadi karena anak pada dasarnya
memiliki keterampilan.

10
a. Mengenali teman yang baik
b. Mengenali kadar pertemanan
c. Memahami kepercayaan dan tanggungjawab

d. Menuntut keadilan

D. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PROSES PEMBELAJARAN

Menurut Zuhairini ada beberapa faktor pendukung dalam suatu


pembelajaran di antaranya adalah sikap mental pendidik, kemampuan pendidik,
media, kelengkapan kepustakaan, dan berlangganan koran.7 Hal senada juga
disampaikan Wina Sanjaya bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kegiatan proses system pembelajaran, di antaranya faktor guru, faktor siswa, sarana,
alat, media yang tersedia, serta lingkungan.8 Dari kedua pendapat di atas dapat
dijelaskan bahwa pendidik perlu memahami dan menguasai tentang inovasi
pembelajaran sehingga mempunyai kesiapan mental dan kecakapan untuk
melaksanakan berbagai pendekatan dan model pembelajaran untuk menunjang
keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dengan kemampuan
tersebut pendidik akan mampu mengatur peserta didik dengan segala macam
perbedaan yang dimilikinya. Selain itu juga dibutuhkan sarana dan prasarana yang
meliputi media, alat dan sumber pembelajaran yang memadai sehingga pendidik tidak
perlu terlalu banyak mengeluarkan tenaga dalam menyampaikan materi atau bahan
pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik demi tercapainya tujuan
pembelajaran.

Adapun faktor penghambat dalam proses pembelajaran menurut Zuhairini


antara lain kesulitan dalam menghadapi perbedaan karakteristik peserta didik,
perbedaan individu yang meliputi intelegensi, watak dan latar belakang, kesulitan
menentukan materi yang cocok dengan kejiwaan dan jenjang pendidikan peserta

7
Zuharini, dkk, Metodologi Pendidikan Agama (Jakarta: Ramadhani,1993), 100

8
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 52.

11
didik, kesulitan dalam menyesuaikan materi pelajaran dengan berbagai metode
supaya peserta didik tidak segera bosan, kesulitan dalam memperoleh sumber dan alat
pembelajaran, kesulitan dalam mengadakan evaluasi dan pengaturan waktu.9 Dengan
demikian hambatan dalam pembelajaran sebagian besar disebabkan dari faktor
pendidik yang dituntut untuk tidak hanya mampu merencanakan PBM,
mempersiapkan bahan pengajaran, merencanakan media dan sumber pembelajaran,
serta waktu dan teknik penilaian terhadap prestasi siswa, namun juga harus mampu
melaksanakan semua itu sesuai dengan program yang telah dibuat.

E. PRINSIP PEMBELAJARAN

Prinsip dimaksudkan sebagai asas atau kebenaran yang menjadi pokok dasar
orang berpikir, bertindak, dan sebagainya. Dalam pembelajaran, prinsip-prinsip
belajar dapat mengungkap batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar akan membantu
pendidik dalam memilih tindakan yang tepat sehingga dapat terhindar dari tindakan
yang kelihatan baik justru akan merugikan siswa atas pencapaian keberhasilan
pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994) prinsip-prinsip itu meliputi
perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibaran langsung, pengulangan, tantangan,
balikan, dan penguatan serta perbedaan individu.

1. Perhatian dan Motivasi

Perhatian memang sangat berperan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini


akan timbul pada siswa kalau bahan yang disajikan sesuai dengan minat,
kebutuhan, dan menarik. Oleh sebab itu, berbagai upaya pendidik untuk
menarik perhatian ini di antaranya menggunakan media pembelajaran,
mencari bahan baru, bahan yang mempunyai manfaat bagi pendekatan
pendidikan lanjutan atau dalam kehidupan.

9
Zuharini, dkk, Metodologi Pendidikan Agama (Jakarta: Ramadhani,1993), 100

12
Motivasi juga memiliki peranan yang penting dalam proses pembelajaran
karena motivasi merupakan tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan
kegiatan siswa untuk belajar. Penerapan prinsip ini dalam kegiatan
pembelajaran, sebagai berikut:

a. Menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi.


b. Menggunakan media pembelajaran untuk memperjelas pembelajaran.
c. Menggunakan ilustrasi dan contoh-contoh peristiwa nyata atau anekdot
untuk memperjelas pembelajaran.
d. Menggunakan kegiatan yang melibatkan peserta (tanya jawab,
sumbang saran, demontrasi, simulasi, dan lain-lain).
e. Menggunakan humor yang relevan dengan bahan pembelajaran jika
memungkinkan.

2. Keaktifan

Keaktifan merupakan prinsip dalam pembelajaran. Teori behavioristik


memperjelas tentang adanya respons, tanpa ada respons (aktivitas) belajar
tidak akan dapat terjadi meskipun diberikan stimulus. Demikian juga dalam
teori kognitif bahwa belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa
akan mengolah informasi yang diterima Tanpa keaktifan siswa dalam belajar,
tidak akan dapat membuat kesimpulan. Menurut teori ini peserta dituntut
untuk mampu mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang
diperolehnya.

Keaktifan memiliki beragam bentuk. Bentuk keaktifan dalam belajar dapat


dikategorikan manjadi dua, yaitu keaktifan yang dapat diamati (konkret) dan
sulit diamati (abstrak). Kegiatan yang dapat diamati, misalnya mendengar,
menulis, membaca, menyanyi, menggambar, dan berlatih. Kegiatan ini
bisanya berhubungan dengan kerja otot (pikomotorik). Sementara kegiatan
yang sulit diamati berupa kegiatan psikis seperti menggunakan khazanah

13
pengetahuan untuk memecahkan permasalahan, membandingkan konsep,
menyimpulkan hasil pengamatan, berpikir tingkat tinggi.

Penerapan prinsip keaktifan dalam kegiatan pembelajaran antara lain:

a. Dalam pembelajaran menggunakan macam-macam metode dan media.


b. Dalam pembelajaran memberikan pada siswa secara individu dan
kelompok.
c. Memberikan kesempatan diskusi dan tanya jawab
d. Memberikan tugas pada siswa untuk mempelajari bahan dan mencakup
hal-hal yang belum jelas dan penting,
e. Memberikan kesempatan pada siswa melakukan percobaan-percobaan
secara berkelompok.

3. Keterlibatan Langsung

Belajar harus dilakukan sendiri oleh siswa, karena belajar yang baik
melalui pengalaman Pengajar harus menyadari bahwa keaktifan memerlukan
pengalaman secara langsung dalam pembelajaran. Keterlibatan langsung yang
dimaksudkan di sini menyangkut keterlibatan secara fisik, mental, emosional,
dan intelektual dalam semua kegiatan pembelajaran.

Penerapan prinsip ini dalam kegiatan pembelajaran meliputi:

a. Menggunakan media yang langsung dapat digunakan siswa


b. Memberikan tugas untuk mempraktikan gerakan (keterampilan) yang
ditentukan pendidik
c. Melibatkan peserta dalam mencari informasi dari berbagai sumber,
baik di luar kelas maupun di luar sekolah/lembaga pendidikan
d. Memberikan kesempatan pada peserta melakukan eksperimen
(percobaan-percobaan).

14
e. Memelibatkan peserta dalam membuat rangkuman, ringkasan, atau
kesimpulan.

4. Pengulangan

Banyak teori pembelajaran yang menyimpulkan bahwa perlu penekanan


pengulangan (trial and error) dalam kegiatan pembelajaran. Teori yang
memperkuat prinsip pengulangan ini adalah teori psikologi asosiasi, yang
mengatakan belajar adalah pembentukan gabungan antara stimulus dan
respons. Dengan memperbanyak pengulangan akan memperbesar timbulnya
respons secara benar.

Prinsip ini diterapkan dalam kegiatan pembelajaran melalui beberapa


kegiatan, antara lain:

a. Perlu membuat rancangan pengulangan terutama bahan yang bersifat


hafalan dan latihan.
b. Mengembangkan soal-soal bersifat hafalan dan latihan;
c. Membuat kegiatan pengulangan secara bervariasi
d. Mengembangkan kelompok kegiatan yang bersifat psikomotorik yang
harus diulang
e. Mengembangkan alat evaluasi dalam kegiatan pengulangan

5. Tantangan

Belajar yang mengalami hambatan akan menimbulkan motif (tantangan)


untuk mengatasi hambatan tersebut. Aktivitas dalam tantangan ini akan
membuat siswa belajar dengan giat. Bahan pembelajaran harus bersifat
menantang seperti bahan-bahan pembelajaran yang memerlukan pemecahan
masalah, tanggapan, dan latihan-latihan. Pelajaran yang memberikan

15
kesempatan pada peserta untuk menemukan konsep, prinsip, dan generalisasi
sangat cocok dan sesuai dengan prinsip ini.

Penerapan prinsip ini dalam kegiatan pembelajaran di antaranya:

a. Memberikan tugas pada peserta yang bersifat pemecahan masalah


yang memerlukan bantuan informasi dari luar sekolah atau orang lain.
b. Menugaskan pada siswa membuat kesimpulan atau rangkuman isi
pelajaran
c. Membimbing peserta untuk menemukan konsep prinsip, fakta, dan
generalisasi
d. Memberikan kesempatan untuk melakukan percobaan baik secara
individual atau kelompok.
e. Merancang kegiatan semacam diskus, seminar, dan workshop

6. Balikan dan Penguatan

Dalam teori operant conditioning menekankan perlunya balikan dan


penguatan sehingga sangat sesuai dengan prinsip ini. Ada dua macam
penguatan, yaitu penguatan positif bila siswa mendapatkan hasil baik dan
terdorong untuk belajar lebih giat, dan penguatan negatif bila siswa
mendapatkan hasil tidak/kurang baik dan terdorong untuk mempelajarinya
dengan giat setelah mengetahui penjelasan atas kesalahannya. Oleh karena itu,
perlunya balikan atas hasil pekerjaan yang diberikan pendidik kepada siswa.

Prinsip ini penerapannya dalam kegiatan pembelajaran di antaranya:

a. Memberikan kepastian jawaban yang telah ditanyakan pada siswa


b. Menyerahkan pekerjaan rumah dan memberikan catatan-catatan
pembetulan;
c. Mengembalikan setiap hasil pekerjaan, hasil tes, dan tugas lainnya
pada siswa

16
d. Mengumumkan peringkat yang dinaiki peserta didik berdasarkan hasil
penilaian.
e. Memberikan penguatan verbal seperti tepat, baik, bagus, sip, hebat,
cerdas, pintar.
f. Memberikan penguatan nonverbal, seperti anggukan, acungan jempol,
dan isyarat lainnya.

7. Perbedaan Individu

Siswa merupakan makhluk yang unik. Setiap siswa memiliki karakteristik


sendiri-sendiri. Artinya, siswa dalam suatu kelas selalu heterogen. Hal ini
tentu saja memengaruhi proses pembelajaran. Oleh karena itu, kita sebagai
guru harus melihat perbedaan tiap individu tersebut dan berusaha untuk
memfasilitasinya dalam kegiatan belajar. Salah satu caranya dengan
menerapkan multimetode. multimedia, dan program pengayaan. Setiap siswa
akan nyaman berada di kelas jika setiap individunya diperhatikan.10

10
Jamil Suprihatiningrum, Startegi Pembelajaran : Teori & aplikasi, (YogYakarta: Ar-
Ruzz Media, 2013), 99-104.

17
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pembelajaran di MI atau SD merupakan proses belajar antara guru dan


peserta didik di jenjang pendidikan yang paling dasar pada pendidikan formal
atau yang disebut dengan sekolah dasar.

Karakteristik peserta didik sangat penting untuk diketahui oleh pendidik,


karena ini sangat penting untuk dijadikan acuan dalam merumuskan strategi
pengajaran. Analisis karakteristik siswa dilakukan setelah merancang
pembelajaran mengidentifikasi tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Juga
ditunjukkan bahwa hasil analisis karakteristik siswa selanjutnya dijadikan pijakn
kerja dalam memilih menetapkan dan mengembangkan strategi pengelolaan
pembelajaran. Dengan adanya karakteristik siswa, guru dituntut untuk dapat
mengemas perencanaan dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada
siswa dengan baik, menyampaikan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar
kehidupan sehari-hari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan
lebih bermakna bagi anak.

Rentang usia anak di tingkat SD atau MI adalah mereka yang berusia 7 –


12 tahun. Usia 7 – 8 tahun ini mejadi usia yang masih tergolong peralihan
yang mana berakih dari TK ke SD. Usia 9 tahun menjadi usia pemahaman dan
ada perubahan pada tubuh sekaligus. Kelas 4 sampai kelas 5 terjadi lonjakan
perubahan yang drastis dimana adanya pertumbuhan yang cepat baik dari
psikis dan fisik. Menjelang awal kelas 6, kebanyakan anak perempuan
mendekati puncak tertinggi pertumbuhan mereka titik periode pubertas yang
ditandai dengan menstruasi umumnya dimulai pada usia 12 sampai 13 tahun.
Anak laki-laki memasuki masa pubertas dengan ejakulasi yang terjadi antara
usia 13 sampai 16 tahun.

18
Faktor pendukung menurut Zuhairini : sikap mental pendidik, kemampuan
pendidik, media kumaha kelengkapan kepustakaan, dan berlangganan koran.
Faktor pendukung menurut Wina Sanjaya : faktor guru, faktor siswa, sarana,
Alat media yang tersedia serta lingkungan

Faktor penghambat menurut zuhairini : menghadapi perbedaan


karakteristik peserta didik perbedaan individu yang meliputi intelegensi,
watak dan latar belakang, kesulitan menentukan materi yang cocok dengan
kejiwaan dan jenjang pendidikan peserta didik, kesulitan dalam
menyesuaikan materi pelajaran dengan berbagai metode supaya peserta didik
tidak segera bosan, kesulitan dalam memperoleh sumber dan alat
pembelajaran, kesulitan dalam mengadakan evaluasi dan pengaturan waktu.

Prinsip-prinsip Pembelajaran di MI atau SD menurut Dimyati dan


Mudjiono 1994 : Perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung,
pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, perbedaan individu.

19
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Budi Hendrawan, dkk. Pengantar Pendidikan dan Pembelajaran di


Sekolah
Dasar. Tasikmalaya: Edu Publisher. 2020.

Nursobah, Ahmad. "Perencanaan Pembelajaran di MI/SD". Pamekasan: Duta


Media Publishing. 2019.

Pratiwi, Wiwik. 2011. “Kesiapan Anak Usia Dini Memasuki Sekolah Dasar”,
Manajemen Pendidikan Islam.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2008.

Septiana, Nevi, dan Rara Afiani. “Pentingnya Memahami Karakteristik


Siswa Sekolah Dasar”. Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini. 2020.

Suardi, Moh. Belajar dan Pembelajaran. DIY: CV Budi Utama. 2018.

Suprihatiningrum, Jamil. Startegi Pembelajaran : Teori & aplikasi,


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2013.

Zuharini, dkk. Metodologi Pendidikan Agama. Jakarta: Ramadhani. 1993.

20

Anda mungkin juga menyukai