Anda di halaman 1dari 17

PERMASALAHAN YANG SERING

TERJADI DI LINGKUNGAN
SEKOLAH

Disusun untuk memenuhi tugas essay UTS Semester Genap 2022/2023


Mata Kuliah Bimbingan Konseling
Dosen Pembina : Bapak Teofilus Ardian Hopeman, M.Pd

Oleh :
1. Siti Rosunah 20220100003
2. Hendar Gunawan 20220100023
3. Enur Hidayah 20220100050
4. Dewi Susilawati 20220100051
5. Titis Lestari 20220100060
6. Muhammad Lutpi Nursa’bani 20220100112
7. Clara Ananda Gustiyanti 20220100117
8. Arla Manda 20220100146
9. Resti Meilani 20220100176
10. Risma Fitrani Lestari 20220100180

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS BISNIS DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS NUSA PUTRA SUKABUMI


2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt karena telah memberikan kesempatan kepada penyusun
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan karuniaNya-lah penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Permasalahan yang Sering Terjadi di Lingkungan
Sekolah” tepat waktu. Makalah berjudul “Permasalahan yang Sering Terjadi di Lingkungan
Sekolah” ini disusun guna memenuhi tugas essay UTS Semester Genap Tahun 2022/2023 dari
Bapak Teofilus Ardian Hopeman, M.Pd pada mata kuliah Bimbingan Konseling di Universitas
Nusa Putra Sukabumi. Selain itu, penyusun juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang beberapa permasalahan yang dihadapi di sekolah dasar.

Penyusun mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Teofilus Ardian


Hopeman, M.Pd selaku dosen mata kuliah Bimbingan Konseling karena tugas yang telahdiberikan
ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penyusun. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada pihak Sekolah Dasar Negeri Cicurug dan Sekolah Dasar
Negeri 9 Pamuruyan yang telah bersedia memberikan kontribusinya terhadap kegiatan observasi
kami yang dimana hasilnya bertujuan untuk menjadi bahan penulisan makalah ini. Penyusun
menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan penyusun terima demi kesempurnaan makalah ini.

Sukabumi, 15 April 2023

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................ ii

Daftar Isi ......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 4

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 4


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 5
C. Tujuan ................................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 6

A. Pengertian bimbingan konseling ............................................................................ 7


B. Permasalahan belajar ............................................................................................ 7
C. Masalah perilaku pada anak ...................................................................................... 9
D. Masalah pola asuh ................................................................................................. 12
E. Upaya penanggulangan masalah ............................................................................ 14
F. Hal yang dapat orang tua lakukan ............................................................................ 15

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 16

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 16
B. Saran ..................................................................................................................... 16

Daftar Pustaka ................................................................................................................ 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Dalam suatu lembaga pendidikan keberhasilan proses belajar-mengajar dapat dilihat dari
hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Hasil belajar tersebut merupakan prestasi belajar
peserta didik yang dapat diukur dari nilai siswa setelah mengerjakan soal yang diberikan oleh
guru pada saat evaluasi dilaksanakan. Keberhasilan pembelajaran di sekolah akan terwujud dari
keberhasilan belajar siswanya. Keberhasilan siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh faktor
dari dalam individu maupun dari luar individu. Faktor dari dalam individu, meliputi faktor fisik
dan psikis diantaranya adalah motivasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat memberikan dukungan yang positif dalam
belajar, namun dapat juga menghambat proses belajar. Hambatan- hambatan yang terjadi
berakibat pada hasil belajar individu yang mengalami proses belajar tidak sesuai dengan yang
diinginkannya. Keadaan-keadaan tersebut berdampak pada timbulnya masalah pada proses
belajar selanjutnya. Motivasi belajar siswa yang rendah akan menjadi hambatan yang sangat
berarti pada proses pembelajaran, karena dapat mengakibatkan prestasi belajar siswa rendah.
Oleh karena itu, guru diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Mengingat bahwa siswa merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan,
perlu diupayakan adanya pembenahan terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan
optimalisasi prestasi belajar siswa. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1988:62)
berpendapat bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa :
a. Faktor internal

Merupakan faktor di dalam diri siswa yang meliputi faktor fisik misalnya kesehatan dan
faktor psikologis, misalnya motivasi, kemampuan awal, kesiapan, bakat, minat dan lain-
lain.
b. Faktor eksternal

Merupakan faktor yang ada di luar diri siswa, misalnya keluarga, masyarakat sekolah
dan lain-lain.

4
Selain itu, bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan
sistem pendidikan khususnya di sekolah. Guru sebagai salah satu pendukung unsur pelaksana
pendidikan yang mempunyai tanggung jawab sebagai pendukung pelaksana layanan
bimbingan pendidikan di sekolah, dituntut untuk memiliki wawasan yang memadai terhadap
konsep-konsep dasar bimbingan dan konseling di sekolah.

Sebagai individu, siswa memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan.


Kenyataan yang dihadapi, tidak semua siswa menyadari potensi yang dimiliki untuk
kemudian memahami dan mengembangkannya. Di sisi lain sebagai individu yang
berinteraksi dengan lingkungan, siswa juga tidak dapat lepas dari masalah.

Menyadari hal di atas siswa perlu bantuan dan bimbingan orang lain agar dapat
bertindak dengan tepat sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya. Sekolah sebagai
institusi pendidikan tidak hanya berfungsi memberikan pengetahuan tetapi juga
mengembangkan keseluruhan kepribadian anak. Sebagai profesional guru memegang peran
penting dalam membantu murid mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan
lingkungannya.

Pada hakikatnya layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar tidak dilayani oleh
guru khusus yang memiliki fokus keahlian di bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan
konseling di sekolah dasar diselenggarakan oleh guru kelas masing-masing di sekolah.
Terdapat beragam masalah yang timbul di kelas baik masalah belajar, masalah perilaku,
masalah pola asuh dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Bimbingan Konseling?

2. Apa saja permasalahan belajar yang dihadapi anak di sekolah?

3. Apa saja faktor yang menyebabkan permasalahan belajar pada anak di sekolah?

4. Apa saja masalah perilaku pada anak yang menghambat proses belajar?

5. Apa saja pengaruh pola asuh orang tua terhadap anak pada permasalahan belajarnya?

6. Bagaimanakah solusi yang dapat dilakukan untuk permasalahan tersebut?

5
C. Tujuan
1. Mengetahui permasalahan belajar pada anak
2. Mengetahui permasalahan perilaku pada anak
3. Mengetahui permasalahan pola asuh pada anak
4. Mengetahui solusi yang dapat dilakukan agar dapat menyelesaikan masalah tersebut

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bimbingan Konseling


Pengertian dari bimbingan konseling atau yang seringkali disingkat menjadi BK ini adalah
serangkaian aktivitas yang berupa bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli pada konseling
dengan cara tatap muka, baik itu secara individu ataupun kelompok dengan memberikan
pengetahuan tambahan.

Pengetahuan tambahan itu nantinya diharapkan bisa menjadi jalan keluar untuk mengatasi
dan menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh konseli yakni dengan cara terus menerus
dan sistematis. Bimbingan konseling ini juga telah diatur di dalam Surat Keputusan Mendikbud
No. 025/1995 mengenai Petunjuk Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

Disini disebutkan bahwa bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bantuan yang
ditujukan untuk peserta didik, baik itu individu ataupun kelompok supaya mandiri dan tetap
bisa berkembang secara optimal. Tak hanya itu saja, bimbingan yang diberikan juga meliputi
bimbingan sosial, karir, belajar, dan lainnya melalui berbagai macam layanan dan juga kegiatan
pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku. Pada intinya, bimbingan konseling
adalah sebuah proses interaksi antara konselor dan juga konseli. Baik itu secara langsung
maupun tidak langsung dalam rangka membantu para konseli supaya bisa mengembangkan
potensi yang ada di dalam dirinya atau bisa memecahkan masalah yang sedang mereka alami.

Selain itu, bimbingan konseling juga bisa disebut sebagai salah satu upaya yang sistematis,
objektif, berkelanjutan dan logis, serta terprogram yang mana dilakukan oleh para konselor
untuk memberikan fasilitas pengembangan konseli supaya mereka bisa mencapai kemandirian
dan mencapai kehidupan yang lebih baik lagi.

B. Permasalahan Belajar

Berikut merupakan beberapa hal yang menjadi penyebab anak mengalami kesulitan
belajar antara lain :

 Di lingkungan rumah

a) Anak-anak yang tinggal di lingkungan ramai, misalnya dekat dengan jalan raya
7
ataupun fasilitas umum misalnya dekat dengan puskesmas, kantor desa atau
bahkan dengan lingkungan sekolah itu sendiri. Lingkungan yang tenang dapat
membantu anak untuk memahami materi dan dapat mengerjakan tugas dari sekolah
dengan baik.

b) Kondisi di rumah juga mempengaruhi seperti, keadaan rumah yang tidak


memungkinkan untuk memiliki fasilitas belajar seperti meja belajar walaupun meja
belajar kecil yang hanya cukup untuk melakukan kegiatan menulis.

c) Anak juga akan mengalami kesulitan belajar jika fasilitas di rumah kurang memadai
seperti penerangan lampu yang cukup. Anak akan mengalami kesulitan belajar dalam
memahami dan membaca materi dengan baik serta dalam mengerjakan tugas dari
sekolah. Hal ini menyebabkan anak tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan baik
di sekolahnya karena hal-hal tersebut.

d) Pendampingan dalam pembelajaran di rumah juga merupakan salah satu


permasalahan belajar karena anak juga perlu mendapatkan pendampingan belajar di
rumah karena belajar di sekolah saja tidak cukup mengingat keterbatasan
kemampuan guru yang jumlah anak didiknya bisa mencapai puluhan lebih.

e) Kondisi keluarga yang kurang harmonis juga dapat mempengaruhi hasil belajar pada
anak karena jika orang tuanya kurang harmonis dan sering menunjukkan perselisihan
bahkan pertengkaran di depan anak, maka anak juga merasa terganggu dan tidak
nyaman berada di rumah. Tidak heran jika hal tersebut bisa berpengaruh terhadap
prestasi belajarnya di sekolah.

 Di sekolah

a) Kurangnya fokus pada anak pada saat pembelajaran di kelas karena terganggu oleh
temannya yang aktif bergerak

b) Tujuan sekolah pada anak yang tidak jelas karena kebanyakan anak pergi ke sekolah
karena menghindari kemarahan orang tuanya (sering dimarahi atas segala sikap
tingkah laku di rumahnya) ataupun karena di rumah tidak ada teman bermain
sehingga ke sekolah tujuannya adalah mencari teman untuk bermain maupun dengan
tujuan bermain itu sendiri. Misalnya ke sekolah tujuannya untuk dapat bermain bola

c) Guru menggunakan metode yang monoton sehingga anak mudah merasa bosan

d) Guru tidak menguasai kelas dengan baik sehingga anak tidak dapat memperhatikan

8
pembelajaran dengan baik

e) Fasilitas pembelajaran yang terbatas sehingga guru hanya menggunakan metode


yang sama dalam setiap pembelajaran

f) Guru maupun sekolah tidak dapat memfasilitasi peserta didiknya yang memiliki
potensi dan bakat yang berbeda

g) Komunikasi antara guru dan murid yang tidak efektif. Misalnya, di sekolah
kebanyakan anak menggunakan bahasa daerah sedangkan guru menggunakan bahasa
Indonesia sehingga komunikasi yang terjadi sering tidak sesuai. Anak juga enggan
bertanya kepada guru karena takut. Sehingga anak kurang memahami materi
maupun semua hal yang disampaikan oleh guru

C. Masalah perilaku pada anak

a) Suka memukul temannya

Anak-anak yang memiliki kecenderungan memukul temannya biasanya di rumah pun


mengalami hal yang sama baik itu karena dipukul oleh orang tuanya maupun oleh teman
di rumahnya. Yang kami temui, anak yang suka memukul teman di sekolah juga
mendapatkan pola asuh yang sama dengan apa yang dilakukannya di sekolah. Orang
tuanya tidak segan memukul jika anaknya melakukan kesalahan sehingga anaknya pun
akan melakukan hal yang sama terhadap temannya di sekolah bentuk rasa ketidakpuasan
atau ingin temannya mengalami hal yang sama dengan dirinya.

b) Malas

Anak yang tidak bersemangat di kelas bisa karena beberapa faktor antara lain :

1. Tidak menyukai gurunya

2. Tidak menyukai metode pembelajarannya

3. Kurang diperhatikan oleh gurunya

4. Terlalu sering didiskriditkan sebagai “pemalas” oleh lingkungan tempat tinggalnya


atau mungkin bahkan oleh guru dan teman-temannya

5. Selalu dianggap “bodoh” oleh orang lain

9
c) Berkata tidak sopan mengarah ke pornografi, kasar dan menghina temannya

Anak-anak yang memiliki kebiasaan ini tidak lepas dari pengaruh lingkungan baik
lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan pertemanannya. Kata-kata yang tidak
pantas diucapkan terkadang sangat mudah diucapkan oleh mereka karena mereka sudah
terbiasa mendengar baik mungkin dari orang tua maupun teman sepermainannya.
Begitupun dengan bullying, sudah menjadi rahasia umum bahwa kebanyakan anak sangat
menyukai perbuatan ini hanya karena ingin menunjukkan bahwa bukan hanya dirinya
saja yang memiliki kekurangan. Bullying kerap kali terjadi karena pelaku bullying juga
mengalami hal yang sama oleh orang lain sehingga dia pun akan melakukan hal yang
sama terhadap teman lainnya juga. Perilaku bullying tidak akan berhenti selama ada anak
yang selalu di bully karena dia akan mencari “korban baru”.

d) Perokok dan mengkonsumsi minuman “keras”

Anak yang sudah merokok di usia SD biasanya terpengaruh oleh lingkungan


pertemanan. Sebagian besar anak yang memiliki pertemanan dengan anak dengan usia
di atasnya, akan memiliki kecenderungan merokok walaupun tidak semuanya. Selain
itu, jika orang tuanya ataupun keluarganya ada yang memang memiliki kebiasaan
merokok, juga dapat menjadi penyebab anak mengikuti kebiasaan tersebut. Karena hal ini
bisa menjadi alasan anak untuk tetap melanjutkan kebiasaan merokoknya. Begitupun
dengan kebiasaan atau mungkin pernah mengkonsumsi minuman keras, bisa didapat dari
pengaruh lingkungan pertemanan atau karena hasil “coba-coba”. Pada saat ini informasi
apapun dengan mudah dapat diketahui dari internet. Dan anak jika tidak dibatasi
penggunaan maupun diawasi pemakaian internetnya, maka akan menimbulkan dampak
negatif bagi dirinya sendiri. Jika diabaikan, hal tersebut akan menjadi kebiasaan yang
sulit dihilangkan maupun akan mengganggu aktivitas belajarnya

e) Berkelahi atau bertengkar

Anak-anak di sekolah terkadang melakukan perkelahian dikarenakan hal-hal yang


pada awalnya hanya candaan belaka. Anak-anak yang di rumahnya selalu mendapatkan
apa yang ia mau pastilah akan menanggapi perkelahian tersebut sampai dia
memenangkan perkelahian. Hal ini merupakan salah satu perilaku yang umumnya terjadi
di kalangan anak SD karena keberagaman karakteristik anak di sekolah. Berbeda halnya
dengan di rumah, anak akan hanya bertemu dengan keluarganya sendiri dan juga belum
tentu dapat melakukan perkelahian karena dalam pengawasan penuh orang tuanya.

10
f) Suka marah dan tantrum

Anak-anak yang mudah marah biasanya dikarenakan hasil dari peniruan orang
tuanya. Misalnya anak yang suka marah, biasanya meniru sikap orang tuanya yang juga
suka marah. Jika anak yang tantrum biasanya memiliki kecenderungan bahwa apa yang
dia inginkan harus dia dapatkan saat itu juga dan orang tuanya juga mengabulkannya.
Tantrum pada anak sebagai ekspresi untuk meminta sesuatu yang bersifat memaksa.

g) Sering tidak masuk sekolah

Anak-anak yang sering tidak masuk sekolah biasanya dikarenakan oleh hal-hal
berikut :

- Tidak ada manajemen jam malam yang jelas karena sering tidur larut malam
sehingga tidak dapat bangun lebih awal untuk dapat masuk sekolah

- Sering dijauhi teman sekolahnya sehingga tidak ada semangat untuk masuk dan
mengikuti pembelajaran

- Kurangnya perhatian dari guru karena kemampuan dasarnya yang jauh dari standar
kemampuan anak seusianya sehingga guru kesulitan untuk mencari waktu fokus
kepada anak tersebut. Contohnya anak kelas 5 SD masih belum mampu membaca
dengan baik

h) Membuang sampah sembarangan

Anak terbiasa membuang sampah sembarangan selain karena memang tidak ada
pembiasaan tetapi juga terkendala dengan sarana dan prasarana di sekolah. Jumlah tempat
sampah yang terbatas di sekolah menyebabkan kurangnya stimulus pada anak untuk
dapat membuang sampah pada tempatnya. Kebiasaan membuang sampah sembarangan di
rumah juga dapat berpengaruh terhadap kebiasaan anak di sekolah. Oleh karena itu,
pembiasaan di rumah maupun di sekolah harus berjalan beriringan karena anak perlu
adanya pengulangan dan pembiasaan.

i) Menyontek

Masalah ini hampir dialami di seluruh tingkat pendidikan termasuk sekolah dasar.
Jika ditelusuri penyebab maraknya budaya “nyontek” merupakan akibat dari seringnya
anak dibully jika mendapatkan nilai yang tidak memuaskan dan dianggap bodoh oleh
orang lain termasuk temannya.

11
Perlunya pemahaman bahwa menyontek merupakan salah satu sikap yang perlu
dihindari merupakan pekerjaan rumah bagi guru yang sangat serius mengingat hal ini
sudah sangat mengakar di kalangan peserta didik.

j) Minder atau rendah diri

Anak yang biasanya memiliki kemampuan ekonomi keluarga yang biasa atau bahkan
ekonomi bawah akan merasa tersisihkan oleh pergaulan teman-temannya tak terkecuali di
sekolah. Walaupun saat ini sekolah tidak dipungut biaya, tetapi tetap saja sekolah
membutuhkan penggunaan seragam sekolahdan berbagai perlengkapan sekolah lainnya
seperti sepatu, alat tulis dan uang saku. Tak heran jika ada beberapa anak yang sering
tidak masuk sekolah dikarenakan tidak memiliki uang saku atau bahkan tidak memiliki
seragam maupun sepatu yang layak pakai.

k) Dikucilkan

Anak terkadang memiliki tingkah lakunya masing-masing begitupun dengan


pemikirannya. Jika melihat temannya kurang mampu mengikuti pembelajaran di kelas,
tak jarang anak tersebut dikucilkan dari pertemanan. Biasanya anak tersebut dianggap
bodoh atau tidak seharusnya menjadi teman mereka

l) Tidak terbiasa dengan sikap yang bukan umumnya melekat pada anak

Misalnya ada satu anak yang selalu ingin memberi sesuatu dengan bentuk uang
kepada teman lainnya yang tidak duduk satu meja dengannya sehingga membuat anak
yang duduk satu meja ini merasa kurang suka dengan sikap temannya itu. Padahal,
maksudnya adalah memberi lebih baik kepada yang membutuhkan bukan karena sekedar
berteman saja. Menurut kami, hal ini merupakan hal yangistimewa bagi pemikiran
seorang anak pada usia anak sekolah dasar

D. Masalah pola asuh

a) Agresif/ aktif di dalam kelas

Anak yang selalu aktif di dalam kelas biasanya memang memiliki kemampuan
psikomotorik yang lebih unggul dibandingkan kognitifnya. Selain itu, anak tersebut juga
memiliki kecenderungan ingin diperhatikan. Ada seorang anak yang sangat aktif dan
hampir sepanjang hari di kelas selalu bergerak karena dia ingin selalu diperhatikan.
Setelah dicari tahu latar belakang keluarganya, ternyata memang orang tuanya sudah

12
berpisah dan memiliki pasangan masing-masing dan dia hidup dengan kakek neneknya.
Beberapa anak juga mengalami hal yang sama tetapi memberikan efek yang berbeda
setiap anak karena pola asuh di rumahnya saat ini pun berbeda. Anak lain yang memiliki
latar belakang orang tua yang sama, tidak juga memiliki sikap agresif seperti anak
sebelumnya, bisa juga anak yang tidak diasuh oleh kedua orang tuanya memiliki
kemampuan akademik yang baik karena pola asuh keluarganya saat ini dapat
memberikan pendampingan yang baik dalam pembelajaran maupun kasih sayang yang
penuh walaupun akan sangat berbeda jika dibandingkan dengan kasih sayang orang tua
kandungnya. Jadi, walaupun orang tuanya sudah berpisah, pola asuh saat ini pun sangat
berpengaruh terhadap karakter dan hasil pembelajaran anak.

b) Berbohong

Anak-anak terkadang menghindari kemarahan orang tuanya dengan cara


berbohong untuk mencari “rasa aman”. Hal ini mengakibatkan kebohongan menjadi hal
yang biasa di kalangan mereka. Kebohongan kerap kali terbawa ke lingkungan sekolah
untuk menghindari kemarahan gurunya. Misalnya alasan tidak mengerjakan PR maupun
tugas kelompok, alasan tidak menghafalkan tugas presentasi, alasan tidak aktif mengikuti
diskusi kelompok.

c) Kecanduan gadget

Tidak bisa dipungkiri saat ini gadget merupakan salah satu bentuk kemudahan dan
tantangan bagi pendidikan terutama efek terhadap anak didik. Jika di rumah anak terbiasa
menggunakan gadget apalagi tidak dibatasi oleh waktu, maka efek yang ditimbulkan
antara lain : anak tidak mudah mau bekerja sama dengan temannya dalam mengerjakan
tugas kelompok, anak tidak mudah bersosialisasi dengan temannya dan anak lebih senang
melakukan kegiatannya sendiri serta biasanya anak kurang peka dengan hal yang terjadi
di sekitarnya karena terbiasa fokus kepada gadgetnya

d) Tidak patuh

Biasanya anak yang kurang patuh terhadap instruksi dikarenakan sudah terbiasa
melakukan pelanggaran, kurangnya perhatian dari orang tua sehingga ketidakpatuhannya
adalah salah satu bentuk pencarian perhatian dan karena seringnya mendengar berbagai
perintah yang diberikan oleh orang tua sehingga anak merasa jenuh dengan berbagai
perintah dan komentar orang tua. Anak yang jika di sekolah sering melanggar apa yang
sudah disampaikan guru baik melalui himbauan maupun peringatan dan masih saja tetap
13
ada pelanggaran bisa jadi karena anak di rumah sudah sering mendengar berbagai
kemarahan sehingga dia seakan sudah kebal dengan berbagai ucapan bahkan yang
disampaikan oleh gurunya

e) Menjadi pribadi yang tertutup

Anak yang memiliki kepribadian tertutup biasanya dikarenakan akibat dari orang
tuanya yang berpisah. Anak menjadi tidak mau terbuka terhadap orang lain karena
memiliki anggapan bahwa orang tuanya lebih memilih hidup terpisah karena tidak
menginginkan anak tersebut atau karena berpikiran bahwa alasan kedua orang tuanya
berpisah karena anak tersebut. Apalagi kalau orang tuanya menikah lagi, anak merasa
bahwa dalam kehidupan keluarga mereka muncul orang baru dan anak perlu beradaptasi
dan menganggap bahwa orang baru ini adalah orang tua barunya. Tidak semua anak
dapat menerima orang baru sebagai pengganti orang tua kandungnya maka sebab itu
kebanyakan anak akan berubah menjadi anak yang tertutup bahkan terhadap orang tua
kandungnya sekalipun. Anak merasa bahwa ia tidak diinginkan oleh kedua orang tuanya.

f) Lebih mengutamakan mencari uang dibandingkan sekolah

Ada keluarga yang memiliki prinsip bahwa anak yang sudah bisa diajak bekerja
lebih baik putus sekolah dibandingkan menyelesaikan pendidikannya di tingkat SD. Anak
seusia siswa SD memang sudah bisa diarahkan mencari uang karena pada kondisi tertentu
ada pekerjaan yang hanya mengandalkan kekuatan manusia. Misalnya kerja serabutan di
pasar ataupun sebagai kuli rongsokan. Pekerjaan-pekerjaan luar/lapangan yang hanya
membutuhkan tenaga manusia saja.ang dapat menerima pekerja seusia anak SD dan
upahnya pun rendah bagi pemilik usaha. Jika dipandang dari sudut anak SD upah
pekerjaan tergolong tinggi mengingat ukuran biaya hidup mereka masih sangat rendah.
Sehingga anak mudah tergiur dengan iming-iming upahterlebih jika kondisi ekonomi
keluarga anak termasuk ekonomi bawah.

E. Upaya-Upaya Penanggulangan Masalah Belajar :

1. Perhatikan mood anak

2. Siapkan ruang belajar

3. Berkomunikasi dengan anak

4. Mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar

14
5. Mengalokasikan letak kesulitan atau permasalahannya

6. Melokalisasikan jenis faktor dan sifat yang menyebabkan mengalami berbagai kesulitan

7. Memberikan bimbingan yang baik.

F. Hal yang dapat orang tua lakukan


1. Bicara dengan anak tentang ketakutan mereka
Tunjukkan empati dengan meyakinkan si kecil bahwa tidak apa-apa untuk merasa
takut. Minta anak menceritakan apa yang membuatnya takut dan bantu ia mengatasirasa
takutnya

2. Ciptakan suasana positif di rumah


Kepercayaan diri anak berkembang dengan baik di dalam lingkungan rumah yang
hangat, komunikatif, saling memerhatikan, menghargai, dan menyayangi. Dukung
iauntuk merasa aman di lingkungan rumah dan saat bersama keluarganya.

3. Jadikan belajar (di rumah) sebagai prioritas


Masalah umum bagi kebanyakan anak adalah longgarnya aturan dan jadwal
mereka di rumah. Pastikan kegiatan seperti bermain atau olahraga dilakukan hanya
setelah tugasbelajar selesai

4. Bantu anak belajar


Saat membantu anak belajar di rumah, yang paling penting adalah bersikap
realistis. Mommies juga harus terlibat secara aktif dalam pekerjaan rumah anak dengan
mengawasi dan mengajarinya.

5. Kerjasama dengan pihak sekolah


Menyalahkan sekolah atau guru tidak akan membantu. Sebaliknya,
bekerjasamalahdengan manajemen sekolah dan sebanyak mungkin guru. Alih-alih
musuh, jadikan mereka sebagai sekutu.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembuatan makalah ini, kita dapat mengetahui:

1. Faktor-faktor yang menjadi penyebab siswa dalam kesulitan proses belajar.

2. Adapun solusi yang diberikan guru dan orang tua dalam mengatasi masalah
belajar siswayaitu:

a. Memberi pendekatan kepada siswa.

b. Memberi motivasi tanpa ada beban sekalipun.

c. Memberikan bimbingan kepada siswa.

d. Memberikan sistem pembelajaran yang efektif agar siswa tidak menjadi


bosan dalam proses belajar berlangsung.

B. Saran

Agar proses belajar siswa dapat berlangsung dengan baik, diharapkan guru
memberi system pembelajaran yang efektif, dan juga bimbingan kepada siswa.
Sehingga siswa dapat terus berkembang dalam proses pembelajaran.

16
DAFTAR PUSTAKA

FANNYA GITA ALAMANDA. 2022. “10 Masalah yang Dihadapi Anak di Sekolah dan Cara
Mengatasinya”. https://mommiesdaily.com/2022/06/21/10-masalah-yang-dihadapi-anak-di-sekolah-dan-
cara-membantu-mereka/ . Diakses pada 15 April 2023.

Kumparan.com. 2018. “5 Masalah Khas Anak SD dan Cara Mengatasinya”.


https://kumparan.com/kumparanmom/5-masalah-khas-anak-sd-dan-cara-mengatasinya-
1535004127269120639. Diakses pada 15 April 2023.

Kompas.com. 2021. Masalah sosial dilingkungan sekolah.


https://www.kompas.com/skola/read/2021/01/18/180709069/masalah-sosial-di-lingkungan-
sekolah?page=all. Diakses pada 15 April 2023.

17

Anda mungkin juga menyukai