Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

MASALAH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN IPS

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam menempuh Mata Kuliah Inovasi
Pembelajaran IPS SD
Dosen Pengampu : Dr. Abdul Mu'min Saud, S.Sos., M.Pd.

Disusun oleh Kelompok 3, Kelas 5D :


1. Kirana Fahrisa 205060125
2. Ramadhina Adinda Noviyanti 205060133
3. Irfa Indraswari 205060138
4. Nia Ayu Kartika 205060146
5. Nurhayati 205060153
6. Yusup Nurdiansah 205060165

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan ridha serta karunia-
Nya penulis, dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Masalah Pembelajaran
Pendidikan IPS”. Kini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
dari Bapak Dadang Iskandar dan Bapak Dr. Abdul Mu'min Saud, S.Sos., M.Pd. selaku
dosen pengampu pada mata kuliah Inovasi Pembelajaran IPS SD. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai pembelajaran IPS SD bagi para
pembaca khususnya mahasiswa pendidikan guru sekolah dasar dan juga para penulis.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat tersusun baik secara
moral maupun materi. Penulis menyadari dengan penuh kerendahan hati bahwa makalah
ini jauh dari kata kesempurnaan, maka dari itu penulis memohon maaf bila terdapat kata-
kata yang kurang pantas dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bisa
menambah wawasan bagi para pembaca dan dapat bermanfaat untuk perkembangan dan
peningkatan ilmu pengetahuan.

Bandung, 24 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1


A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 3


A. Pengertian Masalah Pembelajaran IPS ................................................................. 3
B. Masalah Pembelajaran Dalam Pendidikan IPS .................................................... 7
C. Masalah Sumber Daya Dalam Pendidikan IPS .................................................... 9
D. Masalah Evaluasi Dalam Pendidikan IPS .......................................................... 11
E. Masalah Proses Pembelajaran Pendidikan IPS ................................................... 12
F. Penggunaan Sumber Daya Belajar Dalam Pendidikan IPS ................................ 13
G. Pengembangan Evaluasi Dalam Pembelajaran Pendidikan IPS ......................... 14
H. Masalah Budaya Belajar Dalam Pendidikan IPS ............................................... 16
I. Solusi Dalam Mengatasi Masalah Pendidikan IPS............................................. 17

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 21


A. Kesimpulan ......................................................................................................... 21
B. Saran ................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
IPS merupakan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah dasar. Mata pelajaranini
memuat pelajaran yang terkait dengan kehidupan sosial. Dengan adanya pelajaran IPS di
sekolah dasar diharapkan siswa bisa mempunyai pengetahuan tentang konsep dasar ilmu
sosial, kepekaan terhadap masalah sosial di lingkungannya, dan peranan manusia sebagai
makhluk sosial
Mengajar mata pelajaran IPS di SD tentu membutuhkan kemampuan khusus
mengingat karakteristik siswa SD yang masih senang dengan aktivitas bermain. Penelitian yang
dilakukan oleh Masdiana, dkk. (2014) pelaksanaan pembelajaran yang kurang sesuai dengan
karakteristik siswa mengakibatkan pola interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran kurang
mengaktifkan dan kurang menarik bagi siswa.
Pendidikan IPS memiliki peranan besar dalam pembangunan bangsa oleh para generasi
penerus. Kualitas pendidikan IPS yang baik tentu akan mencetak individu- individu yang dapat
memajukan bangsanya. Untuk mencapai hal tersebut, maka dibutuhkan peran guru dan siswa secara
maksimal guna meningkatkan mutu pendidikan.
Guru berperan penting selama proses pendidikan. Guru harus bisa membangun interaksi yang
mendalam dengan siswa agar tercipta suasana belajar yang kondusif. Begitupun peran penting siswa
dalam proses pembelajaran. Siswa dituntut aktif dalam interaksi proses pembelajaran. Jika terjadi
keseimbangan peran guru dan siswa, maka bukan tidak mungkin suatu pendidikan yang berkualitas
akan terbentuk. Namun pada kenyataannya, peran guru dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
masih menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas. Selain itu, cara belajar siswa masih
menggunakan hafalan yang hanya bertahan dalam waktu yang sementara. Pembelajaran hanya
dianggap sebuah proses transfer informasi dari guru dan tidak ada reaksi dari siswa.
Sehingga proses belajar mengajar menjadi monoton dan siswa pun cenderung dan
terbiasa pasif di dalam kelas.

1
B. Rumusan Masalah
Mengacu kepada latar belakang yang telah di paparkan di atas mengenaimasalah
pembelajaran pendidikan IPS, maka rumusan dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan masalah pembelajaran pendidikan IPS ?
2. Jelaskan bagaimana masalah dalam Pendidikan IPS ?
3. Jelaskan bagaimana masalah sumber daya dalam pendidikan IPS ?
4. Jelaskan bagaimana masalah evaluasi dalam pendidikan IPS ?
5. Jelaskan bagaimana masalah proses pembelajaran pendidikan IPS ?
6. Jelaskan mengenai penggunaan sumber daya belajar dalam pendidikan IPS?
7. Jelaskan mengenai pengembangan evaluasi dalam pembelajaran pendidikanIPS ?
8. Jelaskan bagaimana masalah budaya belajar dalam pendidikan IPS ?
9. Bagaimana solusinya dalam mengatasi masalah pendidikan IPS ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah mengenai masalah
pembelajaran pendidikan IPS, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian masalah pembelajaran pendidikan IPS.
2. Untuk mengetahui masalah pembelajaran dalam pendidikan IPS.
3. Untuk mengetahui masalah sumber daya dalam pendidikan IPS.
4. Untuk mengetahui masalah evaluasi dalam pendidikan IPS.
5. Untuk mengetahui proses pembelajaran pendidikan IPS.
6. Untuk mengetahui penggunaan sumber daya belajar dalam pendidikan IPS.
7. Untuk mengetahui pengembangan evaluasi dalam pembelajaran pendidikanIPS.
8. Untuk mengetahui masalah budaya belajar dalam pendidikan IPS.
9. Untuk mengetahui solusi dalam mengatasi masalah pendidikan IPS.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Masalah Pembelajaran IPS


Masalah merupakan hal yang tidak sesuai antara harapan dengan fakta yang ada
bahkan ada pula yang mengartikan seabagai suatu hal yang tidak mengenakan. Menurut
Prayitno (1985) mengatakan bahwa masalah itu merupakan sesuatu hal yang tidak
disukai adanya, dapat menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri maupun orang lain.
Sedangkan belajar secara psikologis berarti suatu proses yang dilakukan individu untuk
memperoleh perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.
Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki beberapa pengertian menurut para ahli.
Menurut Oemar ( 1992:3 ) mengatakan bahwa ilmu pengetahuan sosial adalah suatu
bidang studi yang merupakan kombinasi atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran
seperti ilmu bumi, ekonomi politik, sejarah dan sebagainya. Sedangkan menurut Arnie
(2002:104 ) berpendapat bahwa ilmu pengetahuan sosial adalah ilmu yang mengkaji
seperangkat fakta, peristiwa dan konsep yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan
manusia untuk membangun dirinya, masyarakatnya, bangsanya dan lingkungannya
berdasarkan pengalaman. Maka dapat disimpulkan bahhwa ilmu pengetahuan sosial
adalah mata pelajaran yang terintegrasi dari beberapa mata pelajaran yang mempelajari
tentang kehidupan manusia dan lingkungan dengan tujuan untuk mengembangkan
kehidupan manusia agar dapat hidup jauh lebih baik lagi.
Dengan demikian maka masalah belajar atau masalah pembelajaran IPS adalah
kondisi yang dialami peserta didik yang dapat menghambat kelancaran proses belajar
yang dilakukan oleh peserta didik untuk dapat merubah tingkah laku secara keseluruhan
agar menjadi lebih baik lagi.
Menurut Irfan (2018) mengemukakan bahwa permasalahan dalam pembelajaran
sebagai berikut :
1. Berkurangnya motivasi siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran.

3
2. Semakin banyaknya siswa yang bolos pada saat jam pelajaran.
3. Prestasi siswa yang semakin rendah.
4. Semakin menipisnya etika dan kesopanan dalam pembelajaran.
5. Kurang maksimal dalam penggunaan alat atau media pembelajaran yang
mendukung dalam aktivitas pembelajaran.
6. Guru kurang melakukan komunikasi yang baik dengan anak didiknya
Selain itu, menurut (Herman dkk, 2006, hlm. 149-150) mengemukakan masalah
belajar sebagai berikut:
1. Keterampilan akademik, dalam artian bahwa siswa tersebut memiliki kemampuan
intelegensi yang tinggi namun tidak dimanfaatkan secara optimal.
2. Keterampilan dalam belajar yang dapat menunjang prestasi siswa karena akan
mendapat lebih banyak pengetahuan tambahan dari proses pembelajaran
semestinya.
3. Sangat lambat dalam belajar walaupun setiap siswa memiliki akal yang sama
namun kemampuan setiap siswa berbeda antara siswa satu dengan yang lainnya.
4. Kurang motivasi dalam belajar yang dapat disebabkan dari lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah maupun lingkungan pergaulan anak. Ketika anak berada dalam
lingkungan yang memiliki semangat belajar tinggi maka anak tersebut akan
termotivasi untuk semangat dalam belajar.
5. Bersikap dan memiliki kebiasaan yang buruk dalam belajar seperti menunda
tugas, mengulur waktu, membenci guru bahkan tidak mau bertanya terhadaphal
hal yang tidak diketahui nya.
Dari semua permasalahan pembelajaran diatas pastinya terdapat faktor faktor
penyebab dari permasalahan tersebut baik dari sisi guru maupun dari sisi peserta didik.
Menurut Irfan (2018) mengatakan bahwa faktor penyebab dari permasalahan dalam
pembelajaran sebagai berikut :
1. Faktor Eternal
a. Ciri khas atau karakteristik siswa
Hal ini dapat dilihat dari kesediaan siswa dalam mempersiapkan alat tulis hingga
kesediaan mencatat pelajaran. Ketika siswa tidak memiliki minat belajar maka dapat
terlihat dari persiapan tersebut bahkan cenderung mengabaikan kesiapan belajar.

4
b. Sikap terhadap belajar
Sikap siswa dalam proses belajar, terutama sekali ketika memulai kegiatan belajar
merupakan bagian penting untuk diperhatikan karena aktivitas belajar siswa banyak
ditentukan oleh sikap siswa ketika akan memulai kegiatan belajar. Namun, bila lebih
dominan sikap menolak sebelum belajar maka siswa cenderung kurang memperhatikan
atau mengikuti kegiatan belajar.
c. Motivasi belajar
Di dalam aktivitas belajar, motivasi individu dimanfestasikan dalam bentuk
ketahanan atau ketekunan dalam belajar, kesungguhan dalam menyimak, mengerjakan
tugas dan sebagainya. Umumnya kurang mampu untuk belajar lebih lama, karena
kurangnya kesungguhan di dalam mengerjakan tugas. Oleh karena itu, rendahnya
motivasi merupakan masalah dalam belajar yang memberikan dampakbagi tercapainya
hasil belajar yang diharapkan.
d. Konsentrasi belajar
Kesulitan berkonsentrasi merupakan indikator adanya masalah belajar yang
dihadapi siswa, karena hal itu akan menjadi kendala di dalam mencapai hasil belajaryang
diharapkan. Untuk membantu siswa agar dapat berkonsentrasi dalam belajar tentu
memerlukan waktu yang cukup lama, di samping menuntut ketelatenan guru. Siswa
mengalami kesulitan di dalam mengelola bahan, maka berarti ada kendala
pembelajaran yang dihadapi siswa yang membutuhkan bantuan guru. Bantuan guru
tersebut hendaknya dapat mendorong siswa agar memiliki kemampuan sendiri untuk
terus mengelola bahan belajar, karena konstruksi berarti merupakan suatu proses yang
berlangsung secara dinamis.
e. Tingkat kecerdasan rendah
Walaupun tingkat kecerdasan seorang siswa bukanlah nilai mutlak dan berubah-
ubah, hal ini tetap saja dapat menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan belajar.
Tingkat kecerdasan atau kemampuan dasar yang rendah bisa menjadi salah satu
penyebab kesulitan belajar pada diri siswa.
f. Kesehatan, gangguan fungsi alat indera pada diri siswa
Kondisi tubuh yang sakit, kurang gizi dan vitamin dapat menyebabkan kurang
maksimalnya proses belajar. Begitupun jika terjadi gangguan pada fungsi alat indera,

5
seperti gangguan penglihatan dan pendengaran yang dapat secara langsung menjadi
penyebab terjadinya keslitan dalam belajar. Hal yang sama juga dapat terjadi jika terdapat
gangguan dalam proses penafsiran pesan di otak (alat perseptual).
2. Faktor Eksternal
a. Guru
Menurut Lindgren, (1967: 55) bahwa lingkungan sekolah, terutama guru. Guru
yang akrab dengan murid, menghargai usaha-usaha murid dalam belajar dan suka
memberi petunjuk kalau murid menghadapi kesulitan, akan dapat menimbulkan perasaan
sukses dalam diri muridnya dan hal ini akan menyuburkan keyakinan diri dalam diri
murid. Melalui contoh sikap sehari-hari, guru yang memiliki penilaian diri yang positif
akan ditiru oleh muridnya, sehingga murid-muridnya juga akan memiliki penilaian diri
yang positif. Guru yang kurang akrab dengan murid, kurang menghargai usaha-usaha
murid maka murid akan merasa kurang diperhatikan dan akan mengakibatkan murid itu
malas belajar atau kurangnya minat belajar sehinggaanak itu akan mengalami kesulitan
belajar. Keberhasilan seorang murid dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari
sekolah seperti guru yang harus benar-benar memperhatikan peserta didiknya.
b. Lingkungan keluarga
Masalah-masalah dalam keluarga dapat menyita pikiran dan konsentrasi anak
untuk fokus dalam belajar, beberapa diantaranya :
1) Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis;
2) Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya;
3) Keadaan ekonomi;
4) Harapan orang tua yang terlalu tinggi;
5) Orang tua yang pilih kasih.
c. Lingkungan sosial
d. Sarana prasarana
Ketersediaan prasarana dan sarana pembelajaran berdampak pada terciptanya
iklim pembelajaran yang kondusif. Terjadinya kemudahan bagi siswa untuk
mendapatkan informasi dan sumber belajar yang pada gilirannya dapat mendorong
berkembangnya motivasi untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Oleh karenaitu
sarana dan prasarana menjadi bagian yang penting untuk tercapainya upaya mendukung

6
terwujudnya proses pembelajaran yang diharapkan. Dengan demikianupaya yang dapat
dilakukan sebagai berikut :
1) Memperhatikan mood siswa.
2) Siapkan ruang belajar yang aman dan nyaman.
3) Komunikasi dengan baik.
4) Melakukan identifikasi kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar.

B. Masalah Pembelajaran Dalam Pendidikan IPS


Masalah yang terjadi dalam pembelajaran IPS karena terpengaruh budaya masa
lalu terhadap mata pelajaran IPS yang dianggap cenderung kurang menarik, dianggap
sepele dan membosankan. Menurut Kaulan & Ramadhani (2018, hlm. 45-48) mengatakan
bahwa masalah pembelajaran dalam pendidikan IPS sebagai berikut :
1. Pendekatan teacher center
Pada pendekatan ini guru yang lebih banyak mengambil andil dengan
pembelajaran yang berpusat pada guru atau biasa disebut metode ceramah. Pendekatan
teacher center ini hanya akan membuat guru semakin pintar tetapi peserta didik hanya
mendapat pengalaman mendengar paparan materi saja. Hasil dari pendekatan ini tidak
lebih hanya menghasilkan siswa yang kurang mampu mengapresiasi ilmu pengetahuan,
takut berpendapat, tidak berani mencoba yang akhirnya cenderung menjadi pelajaran
yang pasif dan miskin kreativitas.
2. Dominasi ekspositori
Dominasi ekspositori ini maksudnya siswa dituntut untuk mengikuti pola yang
sudah ditetapkan oleh guru. Metode ini peserta didik tidak perlu mencari dan mencari
fakta fakta, konsep dan prinsip karena telah disajikan oleh guru dan cenderung terpusat
pada guru yang aktif memberikan penjelasan dan informasi secara terperinci tentang
materi pembelajaran.
3. Tumbuhnya budaya belajar vebralistik
Dominasi ekspositori ini maksudnya siswa dituntut untuk mengikuti pola yang
sudah ditetapkan oleh guru. Metode ini peserta didik tidak perlu mencari dan mencari
fakta-fakta, konsep dan prinsip karena telah disajikan oleh guru dan cenderung terpusat
pada guru yang aktif memberikan penjelasan dan informasi secara terperinci tentang

7
materi pembelajaran.
4. Mengajar berpusat pada buku teks
Dalam pembelajaran IPS yang mengajar berdasarkan buku teks cenderung akan
membuat siswa bosan dan malas karena terus menerus mendengarkan guru yang
berbicara di depan. Akhirnya siswa hanya mementingkan hafalan. Ketika siswa bosan,
maka mereka akan lebih memilih untuk mengobrol. Seringkali terjadi dalampembelajaran
IPS yakni siswa diminta untuk membaca buku teks mengenai materi yang akan dibahas
lalu meminta peserta didik untuk menuliskan kembali apa yang telah dibaca nya.
Sebenarnya kegiatan tersebut memiliki tujuan agar peserta didik lebih memahami materi
tersebut tetapi pada kenyataan nya justru membuat siswa menjadi bosan dan kekurangan
referensi yang hanya berpatokan pada buku tersebut.
5. Evaluasi yang berorientasi pada kognitif tingkat rendah
Dalam mengevaluasi pembelajaran guru cenderung menggunakan standar rendah
seperti pengetahuan.
6. Posisi guru yang masih transfer of knowledge
Posisi ini adalah posisi dimana guru mengambil alih atau menguasai seluruh
proses pembelajaran. Padahal guru bertugas untuk memfasilitasi, mengarahkan serta
memberikan motivasi kepada peserta didik agar mau berpartisipasi dalam pembelajaran.
Guru bukan menyampaikan pengetahuan semata tapi guru jugabertanggung jawab dalam
menyampaikan dan menginternalisasikan nilai-nilai etika, moral dan agama kepada siswa
sehingga terciptalah peserta didik yang pintar,cerdas, dan berakhlakul karimah Adapun
permasalahan dalam pendidikan ips menurut Fitri Rahmawati & Zidni ( 2019 : 5-9 )
mengatakan bahwa permasalahan Pembelajaran IPS dapat dikelompokkan menjadi
beberapa bagian :
1) Prilaku Disruptif Siswa
Perilaku Disruptif Siswa merupakan perilaku tampak yang terjadi di dalam kelas
yang mengganggu guru dan siswa yang lain. Sebagai contoh ketika siswa menolak untuk
berpartisipasi atau kerjasama dalam kegiatan kelas, membuat keributan saat
pembelajaran, keluar kelas tanpa izin dan lain sebagainya. Kondisi ini juga dipengaruhi
oleh metode pembelajaran yang diterapkan guru tidak menarik minat siswa untuk
mengikuti pembelajaran IPS.

8
2) Kurangnya sarana dan prasarana dalam pembelajaran
Hal ini menjadi kendala atau permasalah dalam pembelajaran IPS karena apabila
kekurangan sumber belajar seperti buku paket maka antuasias anak dalam belajar IPS
tidak akan tercipta karena harus berbagi dengan teman lainnya. Serta penggunaan media
pembelajaran yang kurang bervariatif pun membuat siswa jenuh dan bosan dalam
pembelajaran IPS.
3) Kesulitan memahami materi di luar bidang ilmu
Biasaya kesulitan ini dialami oleh guru ketika mengajarkan materi diluar
bidangnya. Pendidikan IPS ini merupakan mata pelajaran yang terintegrasi sehingga
ketika seorang guru yang memiliki latar belakang dari salah satu sari mata pelajaran yang
diintegrasikan maka akan mengalami kendala dalam menyampaikan materi diluar
bidangnya tersebut. Dengan demikian pembelajaran yang dilakukan tidak tercapai secara
maksimal.

C. Masalah Sumber Daya Dalam Pendidikan IPS


Sumber daya belajar dalam penelitian ini diartikan berbagai aspek yang
mendukung bagi terselenggaranya proses belajar mengajar, baik berupa perangkat keras
maupun perangkat lunak. Sumber belajar yang ada di lingkungan sekolah seperti
perpustakaan sekolah, mahalan dinding, alat peraga belum digunakan secara optimal.
Adapun sumber belajar yang ada di masyarakat lingkungan peserta didik seperti media
massa, cetak, dan elektronik belum secara sengaja di program secara terintegrasi sebagai
sumber belajar IPS. Dampaknya proses belajar mengajar yang kurang menantang dan
kering dari sentuhan nilai sosial budaya. (Al Muchtar & Saud, Abdul Mu’min, 2001, hlm
98-99).
Menurut saripudin dalam Al Muchtar & Saud, (2014, hlm. 99) mengatakan bahwa
belum berkembangnya sarana pembelajaran seperti bahan pelajaran , bahanaudiovisual,
yang secara konseptual mendukung sosok utuh Pendidikan IPS secara praktis dapat
memberi kemudahan pelaksanaan Pendidikan IPS yang berwawasan keahlian dan
keprofesian . Salah satu dampak negatif nya menyebabkan guru kurang bergairah untuk
menggunakan sumber belajar selain dari buku. Budaya ini makin kuat dengan
terstrukturnya kondisi social yang menganggap pembelajaran IPS sebagai pelajaran

9
“ kelas dua’’ yang kurang memberikan nilai manfaatnya, sehingga pendanaan untuk
pengadaan fasilitas kurang mendapat perhatian yang semestinya.
Kondisi ini diperkuat dengan peran guru dalam budaya tersebut yang menurut
penilaian Soepardjo (2014:100) menyatakan bahwa ruang gerak guru sangat kurang
mereka seakan -akan dipaksa dan dikondisikan untuk tunduk sepenuhnya kepada
kurikulum dengan kemauan yang kurang untuk improvisasi. Lebih dari itu timbul
anggapan yang salah kaprah meenilai guru yang baik adalah mereka yang patuh
sepenuhnya kepada GBPP dan buku pegangan secara tekstual tanpa tawar menawar.
Sedangkan menurut Nursid Sumaatmadja dalam Al Muchtar & Saud (2014, hlm
101) menyatakan bahwa dewasa ini muncul adanya perlakuan yang Diskriminatif
terhadap pendidikan IPS, sehingga mengakibatkan merosotnya citra Pendidikan IPS.
Maka dapat disimpulkan Penilaian dalam perlakuan diskriminatif bermula dari sikap
pribadi yang bersifat arogansi, berkembang menjadi sikap dan perlakuan akademik dari
beberapa pimpinan sekolah dan guru dengan puncaknya tumbuhnya diskriminatif dalam
memberikan penghargaan finansialnya, sementara itu kondisi ini memberikan dampak
pada kecenderungan muncul prilaku yang didasarkan atas sikap “low profile” dan “
interior” yang ditujukan sebagai guru.
Kondisi ini merupakan salah satu penyebab guru tersebut tidak ‘’berdaya’’ untuk
profesionalnya. Temuan ini merupakan maasalah sosial budaya yang serius dan amat
menentukan bagi kualitas pengembangan kemampaun berfikir dan nilai sebagai salah
satu alternatif bagi peningkatan kualitas Pendidikan IPS.
Menurut pendapat Soedjatmiko (2014, hlm 102) pada seminar ilmu sosial bahwa
ilmu sosial dan humaniora kurang mendapat perhatian dalam masyarakat yang sedang
berkembang. Sikap ini akan lebih menguat lagi jika tumbuh sebagi nilai para pengambil
keputusan, khususnya dalam bidang Pendidikan Harsya Bachtiar (1990), berkaiatan
dengan hal tersebut di atas memberikan pendapatnya bahwa ia tidak sependapat dengan
banyak orang yang begitu terpukau pada “science dan technology”.
Menurut pendapatnya perkembangan Science dan Techonology harus dilengkapi
dengan pengetahuan lain. Berkaitan dengan hal ini seminar relevansi penjuruan di SMA,
anatara lain terungkap bahwa adanya penjurusan dan perlakuan dikhotomi IPA dan IPS
berdampak pada kurang menguntungkan pada IPS. Seperti dikemukakan oleh Asnawi

10
Zaenul, berpendapat bahwa timbulnya rasa rendah dari lulusan IPS karena perlakuan
yang amat berbeda lulusan jurusan IPA. Hal ini tampak dalam memberikan peluang bagi
lulusan jurusan IPA lebih jauh besar memiliki jurusan di perguruan tinggi, karena mereka
boleh menyebrang masuk jurusan- jurusan ilmu social.
Dari pembahasan tersebut Al Muchtar & Saud ( 2014, hlm 104- 105) menarik
simpulan dari hipotesis , menyatakan bahwa lemahnya kualitas proses Pendidikan IPS
disebabkan terbatasnya penggunaan sumber daya belajr pada buku teks, dan keenganan
guru untuk menggunakan sumber lain, sperti faktor sosial budaya yang cenderung kurang
memberikan penghargaan terhadap Pendidikan IPS, baik dikalangan guru, peserta didik,
dan orang tua sebagai dampak negatif dari pandangan dan penghargaan yang lebih pada
aspek science dan technology secara tidak profesional.

D. Masalah Evaluasi Dalam Pendidikan IPS


Menurut Suharsimi Arikunto (2004:1) mengatakan evaluasi adalah kegiatan
untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu yang selanjutnya informasi
tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
Menurut saripudin dalam Al muchtar & Saud (2014, hlm. 104-105) mennyatakan
bahwa dilihat Dianalisis dari muatan dan aspek yang dievaluasi lebih banyak
menekanakan kepada aspek konigtif tingkat rendah, dan aspek lainnya. Aspek yang
dievaluasi terbatas pada apa apa yang telah disajikan yang bersumber pada buku teks,
tidak dikaitkan dengan masalah sosial budaya yang actual sehingga penelitian ini
menunjukan bahwa dianalisis dari aspek evaluasi. Pendidikan IPS masih lemah dan spek
ini merupakan salah satu penyebab rendahnya mutu proses dan hasil belajar IPS,
dampaknya memperkuat kondisi bahwa IPS merupakan pelajaran hapalan
Adapun pendapat yang dikemukakan oleh Nu’man Somantri dalam Al Muchtar
& Saud (2014, hlm 106) menyatakan dinilai, bahwa Pendidikan IPS tidak
menggembirakan dewasa ini berakibat dari parahnya sistem evaluasi yang sangat
dominan menekankan pada “mengingat’” dan “memahami”, dan proses internalisasi
masih diabaikan. Keadaan ini disebabkan belum adanya evaluasi secara menyeluruh
terhadap komponen eds yaitu evalusasi terhadap effector, detector, dan selector dalam
siklus Cybernetic.

11
Dari pembahasan tersebut Al Muchtar & Saud menarik simpulan darihipotesis
dapat disimpulkana bahwa kelemahan kualitas Pendidikan IPS pada aspek evaluasi,
disebabkan proses evaluasi lebih ditekankan kepada penguasaan hasil belajar dengan
mengabaikan proses belajar dan perkembangan berfikir dan nilai, disebabkan selain
rendahnya persepsi tentang tujuan juga kadar materi pelajaran yang membuat banyak
hapalan, ditambah dengan lebih banyak digunakan tes objektif dengan kadar
kontruksinya yang lemah.

E. Masalah Proses Pembelajaran Pendidikan IPS


Dianalisis dari proses belajar mengajar pendidikan IPS diperoleh beberapa
kelemahan yang merupakan kerawanan dan muncul sebagai kendala bagi kemungkinan
pengembangan kemampuan berpikir dan nilai. Diantaranya yang sangat menonjol
adanya kebiasaan guru pendidikan IPS lebih banyak menggunakan pendekatan
“ekpository” dari pada “inquiry”. Situasi ini tampak sudah terkondisi dalam budaya
belajar mengajar yang memberikan peluang bagi tumbuhnya nilai pendidikan IPS
sebagai pelajaran hapalan yang dirasakan kurang memberikan nilai manfaatnya.
Analisis sosial budaya mengungkapkan bahwa faktor penyebab yang
memungkinkan lemahnya proses belajar pendidikan IPS, ternyata lebih disebabkanoleh
faktor sosial budaya, baik guru maupun dari peserta didik. Faktor sosial ini ternyata
kurang mendapat perhatian dalam kemampuan pengembangan profesionalnya.
Akibatnya lemahnya motivasi dari guru pendidikan IPS karena lebih kuat sebagai
kendala dari pada faktor kemampuan akademik.
Unsur budaya feodalistik dan paternalistik memberikan dampak negatif bagi
rendahnya keberanian untuk mengeluarkan pendapat dan mengajukan pertanyaan dan
kritik serta penilaian yaitu sebagai salah satu ciri pendidikan berpikir nilai. Kondisi
seperti ini semakin berkembang pada saat ini, yang disebabkan karena tidak ada
kemampuan serta keberanian dari seorang pendidik untuk melakukan inprovisasi dan
memanfaatkan unsur budaya sebagai potensi serta kekuatan budaya yang dapat dijadikan
sebagai aspek pendukung bukan menjadikan penghambat.

12
F. Penggunaan Sumber Daya Belajar Dalam Pendidikan IPS
Sumber belajar IPS adalah segala macam bahan, pengalaman, atau peristiwa yang
dijadikan sebagai rujukan dalam mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan
pembelajaran materi IPS. Dianalisis dari penggunaan sumber budaya belajar dalam
pendidikan IPS masihterbatas pada penggunaan buku teks baik oleh guru maupun oleh
peserta didik. Implikasinya terhadap ruang lingkup sajian materi maupun bagi profil
proses belajar mengajar terbatas pada materi dan dan cara menyajikan informasi yang
terdapat dalam buku tersebut. Kondisi seperti ini adalah kelemahan dan kendala utama
dalam kerangka mengembangkan kemampuan berpikir dan nilai melalui belajar IPS.
Perpustakaan sumber daya belajar dilingkungan sekolah masih belum
difungsikan sebagai sumber belajar pendidikan IPS secara terintegrasi dalam proses
belajar mengajar, hal tersebut disebabkan oleh koleksinya masih terbatas serta belum
tumbuhnya budaya belajar yang menggunakan perpustakaan sebagai media dan sumber
belajar.
Sumber daya belajar yang terdapat di masyarakat dalam lingkungan peserta didik
pun belum banyak dipergunakan sebagai sumber belajar dalam pendidikan IPS, karena
bahan pelajaran tidak diperkaya dengan nilai sosial budaya yang aktual,sehingga peserta
didik tidak didekatkan dan diakrabkan dengan lingkungan sosial budayanya.
Terbatasnya penggunaan sumber daya belajar ini tidak disebabkan oleh
ketidakmampuan guru, namun lebih banyak disebabkan oleh kebiasaan pada budaya
mengajar dengan “tutur” dan budaya belajar “dengar” dan “catat”. Dibalik semua alasan
itu analisis sosial budaya memunculkan faktor di luar profesionalnya, yaitu para guru
terlalu banyak membebani diri dengan tugas mengajar di beberapa sekolah.
Dianalisis dari penggunaan sumber belajar IPS, ternyata ditemui beberapa
kelemahan jika dikaitkan dengan usaha mengembangkan kemampuan berpikir dannilai
ke tingkat yang lebih tinggi, antara lain keterbatasan dalam menggunakan sumber belajar
pada buku pelajaran. Kelemahan ini tampak lebih serius bila dikaitkan dengan hasil
analisis terhadap buku pelajaran IPS untuk peserta didik yang ternyata lebih banyak
memuat informasi teoritik dengan sajian eksporitoris dari pada bahan aktual dan
kontekstual problematik konsep dan nilai sosial budaya dengan pendekatan inquiry.
Akibatnya berpikir tekstual lebih tidak mengakrabkan peserta didik dengan masalah

13
lingkungan sosial budayanya.
Pembelajaran IPS yang tergabung menjadi sebuah tema yang terdiri dari beberapa
subtema dan beberapa pembelajaran, guru-guru hanya mengandalkan buku guru dan
buku siswa atau sering bercerita sebuah saja, jadi siswa membutuhkan waktu yang lama
untuk mengerti bahan-bahan tersebut. Padahal kesulitan siswa dalam mengerti materi
dapat dibantu dengan sarana yang ada disekolah serta sumber belajar sebagai penunjang
kegiatan belajar siswa, karena pembelajaran tematik dalam pembelajaran IPS yang
menghubungkan dengan pembelajaran lainnya tidak cukup hanya dengan lisan saja atau
hanya mengandalkan buku guru dan buku siswa perlu adanya pemanfaatan sarana dan
sumber belajar yang beragam.
Adapun jenis sumber belajar dalam pembelajaran IPS menurut (Huria,2014)
yakni sumber belajar cetak ,elektronik, lingkungan sosial tempat peserta didik berada,
buku teks, peta dan gambar. Maka dari itu, Dengan adanya sarana dan sumber belajar
yang mendukung tentu sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa yang lebih
tinggi, sehingga mendapatkan hasil belajar pada pembelajaran IPS yang maksimal dan
mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan serta menjadi bangsa
yang maju pada bidangnya.

G. Pengembangan Evaluasi Dalam Pembelajaran Pendidikan IPS


Apabila kita analisis dari aspek evaluasinya, ternyata pendidikan IPS, evaluasi di
lakukan dengan lebih menekankan pada aspek tujuan dari pada proses belajar, sebagai
implikasi dari terlalu kuatnya orientasi tujuan belajar pada pencapaian target kurikulum
(Muchtar & Saud, 2014, hlm. 113). Sehingga kondisi ini apabila terus berlanjut tanpa
adanya perubahan maka evaluasi dari aspek proses belajar mengajar akan sedikit
terabaikan, sehingga pengembangan kemampuan berfikir tingkat tinggi dan nilai secara
sadar tidak dijadikan sasaran evaluasi dari pada proses berfikir untuk memperoleh hasil
bejar tersebut.
Menurut Sumaatmaja dalam Ratri (2018, hlm. 5) Mengatakan bahwa mata
pelajaran IPS sendiri bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka
terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif
terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap

14
masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang
menimpa kehidupan masyarakat. Berdasarkan Permendiknas nomor 22 tahun2006, IPS
merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai
SMP/mts/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi
yang berkaitan dengan isu sosial.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam
proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di
masyarakat. Dengan pendekatan tersbeut diharapkan peserta didik akan memperoleh
pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Sementara
itu, ruang lingkup dari mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek manusia, tempat, dan
lingkungan; waktu, keberlanjutan, dan perubahan; sistem sosial dan budaya; dan perilaku
ekonomi dan kesejahteraan. Adapun upaya yang bisa dilakukan dalam mengembangkan
Evaluasi Pembelajaran Materi IPS di SD/MI :
1. Soal tes bentuk uraian
Tes uraian bertujuan untuk mengukur kemampuan menguraikan apa yang
terdapat dalam pikiran tentang suatu masalah yang diajukan. Contoh instrumennya :
“Apa saja penyebab terjadinya banjir?”
2. Soal tes obyektif
Terdapat berbagai pertanyaan dari tes obyektif, diantaranya :
a) Bentuk pernyataan benar-salah
Contoh Instrumen :
Apabila jumlah kelahiran lebih besar dari jumlah kematian, maka jumlah penduduk
akan berkurang ( B-S)
b) Bentuk pilihan jamak (Multiple choise)
Contoh Instrumen :
Perbandingan anatara ukuran di peta dengan ukuran sebenarnya di muka disebut…
a. Legenda c. Atlas
b. Skala d. Peta
c) Bentuk melengkapi kalimat atau isian atau jawaban singkat.
Contoh instrumen :
Prasarana transportasi tempat pesawat udara mendarat dan tinggal landas adalah…

15
d) Bentuk menjodohkan (matching)
Contoh instrumen :
1. Jawa Timur a. Bandar Lampung
2. Sulawesi Utara b. Surabaya
3. Lampung c. Manado
4. Nusa Tenggara Timur d.Pontianak
5. Kalimantan Barat e. Kupang
e) Portofolio
Portofolio adalah penilaian dengan metode pengumpulan informasi atau data secara
sistematik atas hasil pekerjaan atau tugas-tugas seseorang (siswa). Ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan ketika menilai portofolio, yaitu :
1) Karya siswa yang dikumpulkan dan dinilai harus benar- benar karya siswa bukan
hasil jiplakan atau bantuan dari orang lain.
2) Menentukan contoh karya yang harus dikumpulkan, kemudian menyimpan contoh
karya siswa tersebut.
3) Menentukan kriteria untuk menilai portofolio
4) Siswa menilai hasil portofolionya secara terus menerus
5) Penilaian tidak hanya melibatkan guru dengan siswa, melainkan bisa juga
melibatkan orangtua

H. Masalah Budaya Belajar Dalam Pendidikan IPS


Apabila kita perhatikan pembelajaran IPS di sekolah juga belum berjalan secara
maksimal dalam melaksanakan dan membiasakan pengalaman nilai-nilai kehidupan
demokratis, sosial kemasyarakatan dengan melibatkan siswa dan komunitas sekolah
dalam berbagai aktivitas kelas dan sekolah. (Khrima & Ramdani, 2018, hlm. 45). Tidk
hanya itu saja, dalam pembelajran IPS juga lebih menekankan pada aspek pengetahuan,
fakta dan konsep- konsep yang bersifat hapalan belaka. Inilah yang dituding sebagai
kelemahan yang menyebabkan kegagalan pembelajaran IPS di sekolah/madrasah yang
ada di Indonesia.
Apabila pembelajaran IPS teruskan berkelanjutan seperti itu, terutama hanya
menekankan pada infomasi, fakta, dan hafalan, lebih mementingkan isi dari proses,

16
kurang diarahkan pada proses berfikir dan kurang diarahkan pada pembelajaran
bermakna dan berfungsi bagi kehidupannya, maka pembelajaran IPS tidak akan mampu
membantu peserta didiknya untuk dapat hidup secara efektif dan produktif dalam
kehidupas masa yang akan datang. Oleh karena itu sudah semestinya pembelajaran IPS
masa kini dan ke depan mengikuti berbagai perkem- bangan yang tejadi di dunia secara
global.
Adapun masalah lain yang terjadi pada pembelajaran IPS saat ini yaitu akibat
adanya pengaruh dari budaya pada masa lalu terhadap mata pelajaran IPS, yang mana
menganggap IPS cenderung kurang menarik, pendektatan indoktrinatif, second class,
dianggap sepele, membosankan, dan bermacam- macam kesan negatif lainnya telah
menyebabkan mata pelajaran tersebut menghadapi dilema, belum lagi dengan fakta
dilapangan yang menunjukkan IPS masih dalam posisi pembelajaran konvensional, dll.
Selanjutnya secara umum permasalahan yang terjadi pada pembelajaran IPS
dapat dilihat pada table 2.1.
Tabel 2.1
No. Permasalahan pada pembelajaran IPS
1. Pendekatan Teacher Centered;
2. Dominasi Ekspositori;
3. Tumbuhnya budaya belajar; verbalistik;
4. Mengajar berdasarkan buku teks ; (Textbook Centered).
5. Evaluasi yang berorientasi pada kognitif tingkat rendah ; dan posisi guru
yang masih transfer of knowledge

I. Solusi Dalam Mengatasi Masalah Pendidikan IPS


Banyaknya permasalahan dalam pembelajaran IPS sebagaimana yang telah
dijabarkan di atas, maka pembelajaran IPS di era globalisasi ini perlu melakukan
pembenahan diri. Di mana harus mampu mengubah paradigma siswa tentang
pembelajaran IPS yang monoton, membosan- kan menjadi pembelajaran IPS yang
menyenangkan dan menarik. Maka untuk mencapai hal itu atau solusi dari masalah
tersebut maka kita sebagai pendidik dapat menerapkan strategi khusus diantaranya

17
yaitu, sebagai berikut :
1. Memberikan perhatian
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu mengorganisasikan lingkungan
seseorang sehingga memungkinkan terciptanya perbuatan atau kondisi dari peserta didik.
Untuk itu, guru harus ber usaha menarik perhatian siswa untuk belajar.
Perhatian merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dalam kegiatan
pembelajaran. Wiliem Stern dalam bukunya: Al gemeine Psicologie, ahli ilmu jiwa ini
memberikan definisi mengenai perhatian yang intinya dapat dirumuskan sebagai berikut:
Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis atau aktivitas jiwa yang tertuju kepada suatu
obyek dan mengesampingkan obyek yang lain. Oleh karena itu guru harus tanggap
terhadap tingkah laku anak, maka yang perlu diperhatikan guru adalah peng- ajaran itu
harus menarik perhatian anak.
Perhatian terhadap pembelajaran IPS akan timbul pada siswa apabila bahan
pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai
sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan perhatian dan juga motivasi untuk
mempelajarinya. Untuk itu, harus diusahakan agar pembelajaran itu dapat dasarkan pada
hal-hal yang sudah dikenal anak dan berisi sesuatu yang baru baginya, serta mampu
bervariasi dalam menyampaikan (penjelasan) materi pelajaran, misalnya dengan
mengguanakan media pembelajaran yang bervariasi.
2. Pemberian Motivasi
Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya penggerak yang
telah menjadi aktif. Pendapat lain juga mengatakan bahwa motivasi adalah “keadaan
dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan untuk mencapai
tujuan.
Motivasi berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi”. Jelaslah
bahwa fungsi motivasi itu mem- berikan suatu nilai atau itensitas ter- sendiri dari seorang
siswa dalam mening- katkan motivasi belajar dan prestasi belajarnya. Munculnya
motivasi dalam diri siswa (internal) dalam belajar, karena siswa ingin menguasai
kemampuan yang terkandung di dalam tujuan pembelajaran yang bermanfaat untuk
dirinya. Dengan menginformasikan garis besar materi, akan memberikan gambaran yang

18
jelas tentang apa yang akan dipelajari dalam suatu pembelajaran.
Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.
Menurut Djamarah ada tiga fungsi motivasi, yakni :
a) Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai pendorong untuk
mempengaruhisikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar.
b) Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis melahirkan sikap
terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung,yang
kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik.
c) Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Anak didik yangmempunyai motivasi dapat
menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan perbuatan yang perlu
diabaikan. Untuk itu, siswa yang secara terus-menerus mendapatkan motivasi akan
semakin tinggi pula minat belajar dan prestasinya.
3. Strategi Pembelajaran Critical Incident
Strategi Critical Incident diharapkan mampu menjadikan proses belajar lebih
bermakna dengan usaha mengkonstruksi kembali pengalaman-pengalaman yang ada
pada benak siswa dikaitkan dengan kontek materi yang diterima pada saat proses
pembelajaran, dengan ini memori ingatan siswa dituntut aktif mendeskripsikan sejumlah
pengalaman- pengalaman penting guna memecahkan masalah yang dihadapi. Adapun
langkah-langkah pembelajarannya, antara lain :
1) Guru menyampaikan topik apa yang akan dipelajari saat ini.
2) Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengingat-ingat kembali pengalaman
mereka yang tidak terlupakan berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari.
3) Siswa diminta untuk menceritakan pengamalan yang tidak dapatterlupakan/paling
berkesan yang pernah dialaminya. Sedangkan siswa yang lain dengan seksama
mendengarkan.
4) Selesai siswa menceritakan pengala- mannya, guru memberikan apresisasi terhadap
siswa tersebut. Selanjutnya meminta kepada siswa yang lain untuk memberikan
kesimpulan nilai positif apa yang terkandung pada cerita temannya.
5) Sesudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menceritakan pengalamannya
masing-masing, maka guru harus dapat menyimpulkan nilai- nilai positif yang
terkandung di dalam pengamalan siswa.

19
6) Selanjutnya guru menghubungkan pengalaman mereka tersebut terhadap materi yang
sedang dipelajari.
Dengan meminta siswa untuk menceritakan pengalaman yang sangat berkesan
bagi mereka merupakan suatu penghargaan ataupun perhatian kepada siswa dikarenakan
diberikan kesempatan menceritakan hal yang terjadi pada diri mereka.Dan siswa pun juga
termotivasi untuk belajar dikarenakan mereka diikut- sertakandalam pembelajaran.
Kelebihan strategi Critical Incident (Pengalaman Penting) sesuai apa yang
diungkapkan oleh Suwardi, bahwa untuk mengaktifkan siswa sejak dimulainya
pembelajaran. Selain itu, strategi ini baik digunakan untuk tujuan Pembelajaran yang
mengajarkan peserta didik untuk lebih berempati, strategi ini juga lebih baik digunakan
untuk kelas dengan jumlah sedikit dan tidak terlalu banyak agar siswa tidak malu untuk
mengungkapkan pengalamannya. Dengan adaya strategi ini, siswa akan merasa lebih
diperhatikan dan meningkat motivasi belajarnya sehingga pada akhirnya akan
menyelesaikan permasahalan yang ada dalam pembelajaran IPS yangselama ini menjadi
hal yang menakutkan bagi guru dan siswa.
4. Pemanfaatan media pembelajaran
Arsyad (2013), memaparkan manfaat dari penggunakan media yakni : 1)
pembelajaran lebih menarik perhatian peserta didik sehinga dapat menumbuhkan
motivasi belajar ; 2) pembelajaran jadi lebih jelas dan bermakna , sehingga dapat
dipahami oleh peserta didik, 3) Peserata didik dalam kegiatan belajar tidak hanya
menyimak uraian guru saja, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,
memerankan, dan mendemonstrasika, dan 4) model atau metode mengajar akan lebih
bervariasi , tidak hanya komunikasi verbal atau ceramah saja oleh guru, sehingga peserta
didik tidak merasa jenuh, bosan, dan guru tidak kehabisan tenaga (Arsyad :2004)

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
IPS merupakan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah dasar. Mata pelajaranini
memuat pelajaran yang terkait dengan kehidupan sosial. Dengan adanya pelajaran IPS di
sekolah dasar diharapkan siswa bisa mempunyai pengetahuan tentang konsep dasar ilmu
sosial, kepekaan terhadap masalah sosial di lingkungannya, dan peranan manusia sebagai
makhluk sosial
Pendidikan IPS memiliki peranan besar dalam pembangunan bangsa oleh para
generasi penerus. Kualitas pendidikan IPS yang baik tentu akan mencetak individu-
individu yang dapat memajukan bangsanya. Untuk mencapai hal tersebut, maka
dibutuhkan peran guru dan siswa secara maksimal guna meningkatkan mutu pendidikan.

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik maupun saran sangat kami harapkanuntuk
menyempurnakan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat menjadi inspirasi bagi
teman-teman dan pembaca.

21
DAFTAR PUSTAKA

Al Muchtar. S & Saud M.A. (2014). Inovasi dan Transformasi Pembelajaran


Pendidikan IPS. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri
Arsyad, A. (2013). Media Pembelajaran; Edisi Revisi. Jurnal of jurnal identifikasi
permasalahan – permasalahan dalam pembelajaran Pendidikan IPS.
Arsyad, A. (2014). Media Pembelajaran (edisi ke-17). Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Arikunto, Suharsimi, (2004). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
https://bacamedi.com/contoh-makalah-pengembangan-evaluasi pembelajaran-ips-di-
sdmi/.
Firman. (2019). Pemanfaatan Sarana dan Sumber Belajar dalam Pembelajaran IPS di
Sekolah Dasar. Tersedia [online].
https://www.researchgate.net/publication/330134935_Sarana_Dan_Sumber_Bel
ajaR_dalam_Pembelajaran_IPS. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2022.
Idzhar, T. (2016). Peran Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal
Pendidikan. Vol 2 N0 2. (diakses pada tanggal 04 Oktober 2022)
Karima, K.M & Ramadhani. (2018). Permasalahan Pembelajaran IPS dan StrategiJitu
Pemecahannya. E-Jurnal of Ittihad, 2(1), 45-52. Retrieved from
http://repository.uinsu.ac.id/5722/1/PERMASALAHAN%20PEMBELAJAR
AN%20IPS%20DAN%20STRATEGI%20JITU%20PEMECAHANNYA.pdf
Malik, Irfan. (2018). Masalah Masalah Dalam Pembelajaran. Diakses dari laman
web tanggal 30 September 2022 dari
: https://www.pengetahuanku13.net/2018/05/makalah-masalah-
masalah- dalam.html
Rahmawati, Fitri & Zidni. (2019). Identifikasi Permasalahan Permasalahan Dalam
Pembelajaran IPS. E-Jurnal of Fajar Historia, 3(1), 1-10. Retrieved from http://e-
journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/fhs/article/download/1844/pdf_30#:~:text=
Permasalahan%2Dpermasalahan%20yang%20dapat%20diidentifikasi,metode%
20pembelajaran%20yang%20kurang%20variatif

22
Ratri. Y.S. (2018). Digital Storytelling pada Pembelajaran IPS Sekolah Dasar. E-Jurnal
of Jurnal Pendidikan Anak dan Karakter, 1(1), 4-5. Retrieved from
https://www.researchgate.net/profile/Safitri-
Ratri/publication/334162861_DIGITAL_STORYTELLING_PADA_PEMBEL
AJARAN_IPS_DI_SEKOLAH_DASAR/links/5d1af543458515c11c0960a7/
DIGITAL-STORYTELLING-PADA-PEMBELAJARAN-IPS-DI-SEKOLAH-
DASAR.pdf

23

Anda mungkin juga menyukai