Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN IPS PADA MATERI


KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA KELAS IV SD”

Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Problematika


Pembelajaran IPS
Dosen Pengampu: Dr.Mintasih Indriayu, M.Pd

OLEH:
ARDANESWARI PUTRI C S031808005
AYU PRATIWI KUSUMA W S031808006
BERNADETA TRI HARDYANTI S031808007
DEWI ASTUTI S031808010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “PROBLEMATIKA SISWA SD
DALAM MEMPELAJARI MATERI KERAGAMAN SUKU DAN
BUDAYA” dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak akan terselesaikan dengan baik
tanpa bantuan dari berbgai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Dr. Mintarsih Indriayu, M.Pd., dosen mata kuliah Problematika
Pembelajaran IPS di SD yang telah memberikan pengarahan dalam
penyusunan makalah ini.
2. Teman-teman yang selalu memberi dorongan dan semangat kepada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami sangat menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca, sangat
kami harapkan demi penulisan makalah-makalah selanjutnya.
Akhirnya, kami mengharapkan semoga maklah ini dapat memberikan
manfaat kepada para pembacannya.
Surakarta, 14 Oktober 2018

Penulis

ii
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................... Error! Bookmark not defined.


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang ......................................... Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah .................................... Error! Bookmark not defined.
C. Tujuan Penelitian ..................................... Error! Bookmark not defined.
D. Manfaat Penelitian ................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II PEMBAHASAN ....................................... Error! Bookmark not defined.
A. Problematika IPS Di Awal Pembelajaran Error! Bookmark not defined.
B. Problematika IPS Pada Pemahaman Materi .......... Error! Bookmark not
defined.
C. Problematika IPS Pada Proses Pembelajaran ........ Error! Bookmark not
defined.
D. Problematika IPS Pada Evaluasi ............. Error! Bookmark not defined.
BAB III PENUTUP .............................................. Error! Bookmark not defined.
A. Simpulan .................................................. Error! Bookmark not defined.
B. Saran ........................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ............................................ Error! Bookmark not defined.

iii
1

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu sosial atau ilmu pengetahuan sosial adalah sekelompok disiplin
akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia
dan lingkungan sosialnya. Pendidikan merupakan faktor penting dalam
kehidupan manusia. Pendidikan membantu manusia untuk
menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Pendidikan IPS
sebagai salah satu mata pelajaran yang bertujuan meningkatkan dan
menumbuhkan pengetahuan, kesadaran dan sikap sebagai warga negara yang
bertanggung jawab, menuntut pengelolaan pembelajaran secara dinamis
dengan mendekatkan siswa kepada realitas objektif kehidupannya.
Pembelajaran bidang Ilmu Pengetahuan Sosial atau IPS dinilai tidak berhasil
mencapai tujuan yang diharapkan. Selama ini pengembangan kurikulum,
materi, dan pembelajaran IPS pun belum mengacu pada maksud dan tujuan
pendidikan IPS yang dirumuskan para ahli. Para ahli pendidikan IPS
menegaskan tujuan pembelajaran IPS itu agar peserta didik menjadi warga
negara yang baik, mengembangkan kemampuan berpikir untuk dapat
memahami menyikapi dan memecahkan masalah-masalah sosial, serta
memahami dan melanjutkan kebudayaan bangsanya. Dalam realitas
pembelajaran IPS, persoalan manusia dan sosial kemanusian tak banyak
disentuh. Bahkan, dalam proses pembelajaran, guru IPS dan siswa hanya
melakukannya sekadarnya. Tak ada inovasi-inovasi pembelajaran yang konkret
yang bisa membuat pendidikan IPS mencapai tujuan.
Selama ini, pendidikan IPS dianggap sebagai suatu mata pelajaran yang
membosankan, monoton, kurang menyenangkan, terlalu banyak hafalan,
kurang variatif, dan berbagai keluhan lainnya. Hal ini disebabkan proses
pembelajaran IPS, guru IPS kurang optimal baik di dalam memanfaatkan
maupun memberdayakan sumber pembelajaran, karena dalam proses
pembelajaran IPS cenderung masih berpusat pada guru, berpusat pada buku,
dan monomedia. Permasalahan yang muncul dari kondisi pembelajaran IPS

1
2

tersebut, sebagian siswa menganggap mata pelajaran IPS sebagai mata


pelajaran yang sulit dipahami sehingga siswa cenderung merasa bosan, jenuh
dan malas untuk belajar, siswa kurang termotivasi karena menganggap mata
pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang membutuhkan pemahaman
konsep yang luas. Sehingga aktivitas siswa yang rendah ini dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa.
Bertolak dari latar belakang di atas, makalah ini dimaksudkan untuk
mendiskripsikan problematika atau masalah apa yang dihadapi siswa dalam
memahami dan mempelajari materi Keanekaragaman Suku dan Budaya
penyebab terjadinya masalah dan alternarif pemecahan masalah tersebut.
Berdasarkan masalah tersebut, maka makalah ini mengangkat judul
“Problematika Pembelajaran IPS Pada Materi Keragaman Suku Bangsa dan
Budaya kelas IV SD Beserta Alternatif Pemecahannya”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Apa problematika pembelajaran IPS siswa dalam di awal kegiatan
pembelajaran dan alternatif pemecahannya?
2. Apa problematika pembelajaran IPS Siswa dalam pemahaman materi dan
alternatif pemecahannya?
3. Apa problematika pembelajaran IPS siswa pada pembelajaran dan alternatif
pemecahannya?
4. Apa problematika pembelajaran IPS siswa pada evaluasi dan alternatif
pemecahannya ?
3

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah
dikemukakan, makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pemecahan masalah pada problematika IPS di awal
pembelajaran.
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan problematika IPS siswa dalam
mempelajari memahami materi.
3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan alternatif pemecahan masalah IPS
pada proses pembelajaran.
4. Untuk mendeskripsikan alternatif keragaman pemecahan masalah terhadap
siswa dalam proses evaluasi.

D. Manfaat Penelitian
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu memberikan
gambaran mengenai problemtika siswa SD dalam mempelajarai dan
memahami materi keragaman sukudan budaya serta penyebabnya. Selain itu
memberikan gambaran alternatif pemecahan masalah sehingga dapat
menambah ilmu dan pengetahuan untuk menemukan kembali dan
merekonstruksikan materi IPS baik untuk guru, siswa, maupun pembaca.
4

BAB II
PEMBAHASAN
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN IPS PADA MATERI
KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA KELAS IV SD

A. Problematika IPS di awal Pembelajaran


1. Permasalahan dan Penyebab
Keterampilan guru dalam membuka pelajaran seperti,
menyiapakan peserta didik secara psikis dan fisik, memberikan motivasi
awal, dan memberikan apersepsi atau kaitan materi yang dipelajari pada
pertemuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari terlihat masih
kurang. Keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh
kualitas dan kemampuan guru dalam menginovasikan proses
pembelajaran, sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran IPS di sekolah dasar pada umumnya
berpusat pada guru (student centered) dan siswa hanya mendengarkan
uraian dan mengamati materi yang dituliskan di papan tulis.
Hal ini yang menyebabkan pembelajaran IPS kurang digemari oleh
siswa. Sebagian siswa mengatakan bahwa mata pelajaran IPS merupakan
mata pelajaran yang membosankan, karena penyajiannya yang selalu
monoton serta hanya membentuk budaya menghafal saja. Selain itu
dalam penyampaian apersepsi atau kaitan materi yang dipelajari pada
pertemuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari kurang
terperinci, hal ini disebabkan karena guru sering mengabaikan kegiatan
apersepsi, karena dalam prakteknya tidaklah mudah. Banyak kesullitan
yang dialami guru, seperti kurangnya penguasaan guru terhadap
apresepsi dan adanya anggapan bahwa penguasaan apersepsi hanya
berpengaruh kecil terhadap proses pembelajaran.
Apresepsi merupakan salah satu hal pokok yang harus diberikan
sebelum kegiatan pembelajaran. Dengan pemberian apersepsi akan
membangkitkan ingatan siswa mengenai materi pelajaran yang lalu.

4
5

Selain itu siswa juga dapat mengetahui keterkaitan antara materi yang
telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya dengan materi yang akan
dipelajari. Kegiatan memberikan apersepsi adalah kegiatan yang
dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan
menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan
dipelajari. Selain apersepsi, tujuan pembelajaran juga disampaikan di
awal pembelajaran dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami
siswa.
Dalam kegiatan pembelajaran motivasi juga sangat diperlukan,
sebab siswa yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan
mungkin melakukan aktivitas belajar, sedangkan siswa yang sudah
termotivasi akan mendapatkan hasil belajar yang optimal. Menurut Mc
Donald (Hamalik, 2009: 158), motivasi adalah dorongan dasar yang
menggerakkan seseorang bertingkah laku. Tanpa motivasi, pembelajaran
yang terjadi akan kurang bermakna dan tujuan pembelajaran tidak akan
tercapai dengan maksimal. Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
yang tercantum dalam KTSP (2006: 271) yaitu berpikir secara kritis,
rasional, kreatif, berpartisipasi aktif dan bertanggung jawa, serta dapat
berinteraksi dengan individu lain. Beberpa tujuan tersebut dapat tercapai
apabila terdapat motivasi pembelajaran dari dalam dan dari luar individu
peserta didik.
Jadi kegiatan memotivasi (teknik memotivasi) dapat berupa:
a) Menginformasikan tujuan pembelajaran
b) Menginformasikan manfaat pembelajaran
c) Menginformasikan garis besar materi pembelajaran
2. Solusi
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD harus sesuai dengan
karakteristik usia anak. Siswa kelas IV SD berumur antara 9-10 tahun.
Buhler berpendapat bahwa pada usia 9-11 tahun berada pada fase sekolah
dasar. Pada fase ini anak mulai menyelidik, mencoba, dan berekspresi
yang dirangsang oleh dorongan-dorongan menyelidik dan rasa ingin tahu
6

yang besar, masa pemusatan dan penimbunan tenaga untuk berlatih,


menjelajah, dan bereksplorasi (Sobur, A. 2016: 118). Pada akhir fase ini
secara tidak sadar, anak mulai berpikir tentang diri pribadi. Menurut Piaget
anak usia (6/7-11/12 tahun) termasuk dalam tahap operasional konkret,
dimana anak mampu berpikir rasional dalam menyelesaikan suatu
permasalahan yang konkret/aktual (Desmita, 2012: 156). Mereka
memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun
yang akan sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah
sekarang (kongkrit), dan bukan masa depan yang belum mereka pahami
(abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang
bersifat abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan
(continuity), arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan,
demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau kelangkaan adalah konsep-
konsep abstrak yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada
siswa SD.
Berbagai cara dan teknik pembelajaran dikaji untuk memungkinkan
konsep-konsep abstrak itu dipahami anak. Bruner memberikan pemecahan
berbentuk jembatan bailey untuk mengkongkritkan yang abstrak itu
dengan enactive, iconic, dan symbolic melalui percontohan dengan gerak
tubuh, gambar, bagan, peta, grafik, lambing, keterangan lanjut, atau
elaborasi dalam kata-kata yang dapat dipahami siswa. Itulah sebabnya
pada siswa kelas IV SD sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual dan
melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntuk kemampuan intelektual
atau kemampuan kognitif. Jika sebelumnya daya pikir siswa masih bersifat
imaginative atau berkhayal, maka pada masa ini dyaa pikir siswa sudah
berkembang kearah berpikir konkret atau rasional.
Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan
kemampuan guru dalam membangun apresepsi siswa dalam materi
Keragaman suku bangsa dan budaya yaitu dengan bertanya kepada siswa
tentang : kemarin kita sudah belajar tentang macam-macam suku bangsa di
Indonesi, coba siapa yang dapat menyebutkan suku-suku bangsa yang ada
7

di Indonesia?, Berasal dari suku manakah kalian?, Apakah kalian tahu


nama rumah adat dari Jawa Tengah?. Selain itu, solusi yang dapat
digunakan untuk mengatasi permasalahan kemampuan guru dalam
memotivasi siswa yaitu menggunakan media video berupa nyanyian suku-
suku bangsa yang ada di Indonesia.
Azhar Arsyad (2016: 50) menyatakan bahwa video dapat
menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara
alamiah atau suara yang sesuai. Video dapat menyajikkan informasi,
memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan
keterampilan, dan mempengaruhi sikap. Hal tersebut sesuai dengan taraf
berpikir anak SD yang masih berada dalam tahap berpikir konkrit dimana
anak hanya mampu berpikir dengan logic jika untuk memecahkan masalah
yang sifatnya konkrit atau nyata saja, yaitu dengan cara mengamati atau
melakukan sesuatu yang berkitan dengan pemecahan masalah itu.
Sementara itu Hernawan (2007: 7) mengungkapkan bahwa
berdasarkan hasil penelitian bahwa informasi yang disampaikan secara
audio visual akan lebih kuat diingat dibandingkan dengan penyampaian
informasi secara auditori saja atau visual saja. Oleh karena itu , alat-alat
audio visual dapat membuat suatu pengertian atau informasi lebih berarti.
Arief S. Sadiman, dkk (2014: 74) menyatakan bahwa video sebagai
media pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan media
video antara lain:
1) Dapat menarik perhatian untuk periode-periode singkat dan
rangsangan luas lainnya.
2) Demonstrasi yang sulit dapat dipersiapkan dan direkam sebelumnya,
sehingga pada waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian pada
penyajian dan siswanya.
3) Dapat menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang.
4) Keras lemahnya suara dapat diatur.
5) Gambar proyeksi dapat dibekukan untuk diamati.
6) Objek yang sedang bergerak dapat diamati lebih dekat.
8

Sementara kekurangan yang perlu diperhatikan sehubungan dengan


penggunaan media video dalam proses belajar mengajar adalah:
1) Komunikasi bersifat satu arah dan perlu diimbangi dengan pencarian
bentuk umpan balik yang lain.
2) Kurang mampu menampilkan detail obyek yang disajikan secara
sempurna.
3) Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks.

B. Problematika IPS Pada Pemahaman Materi


1. Permasalahan dan Penyebab
Materi Keragaman suku bangsa dan budaya yang cukup luas
mengakibatkan siswa kesulitan memahami teori dan konsep. Keragaman
suku bangsa di Indonesia tersebar di 33 provinsi denganciri fisik yang
berbeda-beda, sedangkan Keragaman budaya di Indonesia meliputi:
bahasa, tarian, lagu, pakaian adat, senjata tradisional, alat musik, dan
rumah adat. Siswa dihadapkan pada materi suku bangsa dengan
Keragaman budayanya yaitu rumah adat, pakaian adat, dan senjata
tradisional. Pada pembelajaran tentang keragaman suku bangsa, banyak
anak yang masih bingung dan belum hafal nama-nama suku di beberapa
provinsi tertentu, karena banyaknya materi yang harus disampaikan dan
dalam penyampaiannya terkadang kurang jelas, sehingga anak cenderung
bosen untuk mendengarkan, membaca, dan mengerjakan soal.
Suparmini (2015) dalam penelitiannya pada siswa kelas IV SD
mengungkapkan bahwa faktor penyebab rendahnya nilai hasil belajar
siswa ini dikarenakan beberapa faktor diantaranya, karena mata pelajaran
IPS merupakan mata pelajaran yang membosankan bagi siswa karena
harus menghafal.
Penyebab lain adanya materi yang terlalu luas dan kegiatan
pembelajaran pada umumnya berpusat pada guru (student centered) dan
siswa hanya mendengarkan uraian dan mengamati materi yang dituliskan
di papan tulis. Penyajian materi yang kurang tepat menyebabkan materi
9

keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia tidak membekas dalam


pikiran siswa.
Selain itu Baihaqi, dkk (2018) juga mengungkapkan bahwa studi
pendahuluan di sekolah dasar menunjukkan bahwa pembelajaran IPS
dianggap membosankan karena dalam memberikan materi pembelajaran
guru cenderung menggunakan metode ceramah dan teksbook. Selain itu,
pembelajaran terkesan monoton dan searah karena guru lebih
mendominasi dalam pembelajaran, sehingga pemahaman siswa terhadap
materi-materi pembelajaran IPS masih rendah.
Dari beberapa masalah diatas, dapat disimpulkan bahwa penyebab
mata pelajaran IPS khususnya materi keragaman suku bangsa dan budaya
yang cukup luas mengakibatkan siswa kesulitan memahami teori dan
konsep dan penggunaan model pembelajaran yang kurang inovatif,
sehingga siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

2. Solusi
Penggunaan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik permasalahan di atas yaitu metode Mind Mapping.
Penggunaan model Mind Mapping bertujuan untuk membantu
mengembangkan pemikiran ekspresif dengan cara yang menyenangkan
dan dapat memotivasi siswa. Metode Mind Mapping merupakan metode
meringkas materi yang dipelajari dan menuangkannya ke dalam bentuk
peta sesuai dengan pola yang ada dalam pikiran agar mempermudah
memahaminya (Jones, 2012: 2). Model pembelajaran PBL menurut Duch
merupakan model pembelajaran yang memiliki ciri-ciri adanya
permasalahan nyata sebagai konteks untuk belajar berpikir kritis,
memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan (Shoimin, 2016:
130).
Hasil penelitian Chen (2015) yang berjudul “Developing Critical
Thinking though Problem-Based Learning: an Action Research for
Class of Media Literacy” membuktikan bahwa penerapan model PBL
10

akan memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan


berpikir kritis melalui pengalaman belajar siswa, serta dapat
mengembangkan aspek afektif, kognitif, dan sosial.
Kemudian siswa mengidentifikasi masalah berkaitan dengan
konflik antara suku Lampung asli dan suku Bali pendatang. Kemudian
merumuskan alternatif strategi, guru mendorong siswa dan tim untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai dari teks bacaan tersebut, misal
berkaitan dengan keragaman suku dan budaya kita dapat merumuskan
pertanyaan suku apasaja yang terdapat di Lampung dan Bali, Senjata
tradisional apa yang digunakan oleh setiap suku, apa penyebab konflik
tersebut, apa dampak akibat dari konflik tersebut. Siswa bersama guru
menyimpulkan pembelajaran dan mereview selama pembelajaran
berlangsung. Penerapan model yang menarik dan sesuai dengan materi
pembelajaran sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pembelajaran di
sekolah dasar.
Oleh karena itu, penerapan media konkret akan membantu anak-
anak usia sekolah dasar untuk membangun sebuah konsep yang
dimilikinya. Sejalan dengan pendapat Johnson & Johnson bahwa ada
lima langkah dalam model PBL, yaitu: (1) mendefinisikan masalah; (2)
mendiagnosis masalah; (3) merumuskan alternatif strategi; (4)
menentukan dan menerapkan strategi pilihan; dan (5) melakukan evaluasi
(Sanjaya, 2013: 217-218).
Anitah (2009: 71) mengungkapkan bahwa keuntungan PBL yaitu:
(1) memandu peserta didik belajar; (2) memadukan materi sehingga
pemahaman lebih kompresensif; (3) memberikan prespektif yang
berbeda; dan (4) mengajarkan keterampilan memecahkan masalah.
Sedangkan kekurangan model PBL, yaitu: (1) siswa akan merasa enggan
mencoba apabila mereka tidak memiliki minat atau kepercayaan terhadap
permasalahan yang mereka pelajari; (2) dibutuhkan waktu yang cukup
dalam persiapan supaya strategi pembelajaran melalui problem solving
dapat berhasil; dan (3) siswa tidak akan belajar yang ingin mereka
11

pelajari tanpa adanya pemahaman mengapa mereka berusaha


memecahkan permasalahan yang sedang dipelajari (Sanjaya, 2013: 221).

C. Problematika IPS pada Proses Pembelajaran


1. Permasalahan dan Penyebab
Keragaman suku dan budaya Indonesia merupakan salah satu
materi IPS yang cukup banyak. Apabila tidak diajarkan dengan tepat,
maka akan menimbulkan kesulitan bagi siswa. Menurut Suparmini (2015:
162), permasalahan dalam proses pembelajaran yaitu siswa merasa bosan
dalam pembelajaran IPS karena identik dengan menghafal. Selain itu,
menurut Kosasih dan Mulyani (2017: 399), siswa pasif dalam
pembelajaran sehingga keaktifan siswa menjadi rendah.
Penyebab permaslahan tersebut antara lain: 1) guru masih
menggunakan metode ceramah dan penugasan, 2) media pembelajaran
masih konvensional, dan 3) motivasi dan aktivitas siswa masih rendah
(Mulyarsih, 2010: 99). Selain itu, menurut Kalsum dkk (2014: 82),
penyebab permasalahan dalam proses belajar IPS adalah penyajian materi
pembelajaran kurang menarik minat dan perhatian siswa sehingga siswa
cenderung merasa bosan. Selain itu pemikiran siswa lebih banyak ke hal-
hal yang abstrak dari pada hal-hal yang konkret.
2. Solusi
Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam
mempelajari materi keragaman suku dan budaya adalah model make a
match. Make a match dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994.
Model make a match ini memiiki tujuan yaitu: 1) pendalaman materi, 2)
penggalian materi dan 3) edutainment (Huda, 2014: 251). Dengan make a
match siswa dapat mempelajari konsep atau topik tertentu dalam suasana
yang menyenangkan.
Pelaksanaan model make a match ini cukup mudah, tetapi, guru
tetap harus melakukan persiapan. Persiapan yang dimaksud adalah (Huda,
2014: 251-252):
12

1. Membuat pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan materi


yang dipelajari dan menulisnya dalam kartu.
2. Membuat kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dan
menulisnya dalam kartu. Lebih baik jika kartu pertanyaan dan
kartu jawaban berbeda warna.
3. Membuat aturan mengenai penghargaan bagi siswa yang
berhasil dan sanksi bagi siswa yang gagal.
4. Menyediakan lembaran-lembaran yang digunakan untuk
mencatat pasangan yang tepat.
Setelah semua persiapan selesai dilakukan, maka model make a
match ini siap untuk dilaksanakan. Langkah-langkah pelaksanaan model
make a match ini adalah sebagai berikut (Huda, 2014: 252-253):
1. Guru menyampaikan materi kepada siswa.
2. Siswa dibagi menjadi dua kelompok (kelompok A dan B) dan
diminta untuk berhadap-hadapan.
3. Guru membagikan kartu pertanyaan pada kelompok A dan kartu
jawaban kepada kelompok B.
4. Guru menyampaikan kepada siswa untuk mencari
pasangan/mencocokkan kartu pertanyaan dan kartu jawaban.
Guru juga menyampaikan batasan waktu dalam mencari
pasangan.
5. Apabila siswa sudah menemukan pasangan, siswa melapor
kepada guru dan guru mencatat pada kertas yang sudah
disiapkan.
6. Jika waktu sudah habis, kegiatan dihentikan. Bagi siswa yang
belum menemukan pasangannya diminta untuk berkumpul
sendiri.
7. Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Siswa yang
lain memperhatikan dan memberikan tanggapan mengenai
kecocokkan kartu yang dipresentasikan.
8. Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan
13

kecocokkan kartu pertanyaan dan kartu jawaban.


9. Guru memanggil pasangan selanjutnya dan seterusnya sampai
seluruh pasangan selesai melakukan presentasi.
Dalam penerapan model make a match dalam kegiatan
pembelajaran, terdapat kelebihan dan kekurangan yang perlu diperhatikan.
Kelebihan dari model make a match adalah (Huda, 2014: 253):
1. Meningkatkan aktifitas belajar siswa, baik secara kognitif dan
fisik.
2. Metode ini menyenangkan karena terdapat unsur permainan.
3. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
dipelajari dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
4. Efektif untuk melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi.
5. Efektif melatih kediplinan siswa untuk menghargai waktu dalam
belajar.
Adapun kelemahan dari model make a match ini adalah:
1. Jika tidak disiapkan dengan baik, akan membuang banyak
waktu.
2. Pada awal pembelajaran, banyak siswa yang malu berpasangan
dengan lawan jenisnya.
3. Jika guru kurang baik dalam mengarahkan siswa, siswa tidak
memperhatikan teman yang berpresentasi.
4. Guru harus hati-hati dan bijaksana dalam memberikan sanksi
kepada siswa yang tidak mendapatkan pasangan supaya siswa
tidak malu.
5. Jika menggunakan model make a match secara terus menerus,
maka akan menimbulkan kebosanan.

D. Problematika IPS Pada Evaluasi


1. Permasalahan Dan Penyebabnya
Evaluasi dan penilaian mata pelajaran IPS pada materi materi
keragaman suku bangsa dan budaya masih kurang terlaksanan dengan
14

baik. Seharusnya, dalam kegiatan pembelajaran guru memperhatikan


proses interaksi saat proses pembelajaran berlangsung dan proses
evaluasi pembelajaran. Proses interaksi dan evaluasi yang berlangsung
antara siswa dan guru adalah hal yang penting. Untuk menilai apakah
interaksi tersebut membuat siswa aktif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran adalah dengan melakukan evaluasi pembelajaran. Menurut
Wirawan (2012:7) evaluasi adalah riset untuk mengumpulkan,
menganalisis, dan menyajikan informasi yang bermanfaat mengenai
objek evaluasi, selanjutnya menilainya dan membandingkannya dengan
indikator evaluasi dan hasilnya dipergunakan untuk mengambil
keputusan mengenai objek evaluasi tersebut. Dalam hal ini, guru
memiliki tugas untuk melakukan penilaian atau proses evaluasi
pendidikan terkait dengan pencapaian siswanya dalam belajar.
Pada proses evaluasi masih ada sebagian guru yang belum
sepenuhnya paham mengenai tujuan evaluasi. Dan hal ini terjadi selama
pelajaran IPS. Evaluasi pada mata pelajaran IPS masih menjadi
kelemahan dalam proses pembelajaran IPS. Dalam menilai tujuan IPS
kita harus memperhatikan aspek-aspek yang berikut : 1. Hasil belajar
berupa pengetahuan dan pengertian, 2. Hasil belajar dalam bentuk sikap
dan kelakuan sebagai warga negera yang baik, 3. Hasil belajar dalam
bentuk kemampuan untuk menggunakan metode ilmiah dalam
memecahkan masalah-masalah sosial, dan 4. Hasil belajar dalam bentuk
keterampilan dalam menggunakan alat-alat IPS seperti peta, grafik, tabel
dan lain-lain. Untuk menilai hasil belajar yang beranekaragam itu
diperlukan berbagai macam alat evaluasi.
Tujuan proses pembelajaran dan evaluasi terdapat hubungan yang
erat. Kekurangan pada salah satu aspek akan mempengaruhi aspek
lainnya. Karena itu apa saja yang kita ajarkan harus segera kita nilai
untuk mengetahui hingga hasil yang kita peroleh, sesuai dengan tujuan
yang ingin kita capai. Pada saat guru merumuskan tujuan pelajaran ia
juga harus memikirkan cara menyampaikannya dan untuk menilainya.
15

Dalam evaluasi yang kontinu guru segera menemukan kekurangan-


kekurangan dalam prosedur belajar mengajar dan berusaha mengadakan
perbaikan. Dalam hal ini guru masih melaksanakan hal tersebut, masih
ditemukan beberapa kekeliruan dalam proses evaluasi dan penilaian,
khususnya pada mata pelajaran IPS. Guru belum sepenuhnya
melaksanakan kegiatan evaluasi dan penilaian secara maksimal.
2. Solusi
Pada kegiatan evaluasi pembelajaran penilaian dengan prosedur tes
formatif, pretest dan post test dapat menjadi alternatif solusi yang dapat
diterapkan oleh guru. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan
pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan atau topik, dan
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu proses
pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Sedangkan,
pretest dan pos ttest adalah suatu kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh
guru untuk memperoleh informasi tentang pengetahuan, kemampuan,
bakat, dan kepribadian siswa dengan memberikan seperangkat
pertanyaan atau tugas yang direncanakan dengan memiliki ketentuan
atau jawaban yang dianggap benar, baik itu secara tertulis maupun lisan.
Maksud dari evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan di
tengah-tengah atau pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, yaitu
dilaksanakan pada setiap kali satuan pembelajaran atau subpokok
bahasan dapat diselesaikan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana
peserta didik “telah terbentuk” sesuai dengan tujuan pengajaran yang
telah ditentukan. (Sudijono, 2007: 23). Winkel menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan evaluasi formatif adalah penggunaan tes-tes selama
proses pembelajaran yang masih berlangsung, agar siswa dan guru
memperoleh informasi (feedback) mengenai kemajuan yang telah
dicapai.
Penilaian dengan prosedur pretest adalah suatu bentuk pertanyaan,
yang diberikan guru kepada peserta didik sebelum memulai suatu
pelajaran. Pertanyaan yang ditanya adalah materi yang akan diajar pada
16

hari itu (materi baru). Pertanyaan itu biasanya dilakukan guru di awal
pembukaan pelajaran. Pretest bisa di artikan sebagai kegiatan menguji
tingkatan pengetahuan siswa terhadap materi yang akan disampaikan,
kegiatan pretest dilakukan sebelum kegiatan pengajaran diberikan.
Adapun manfaat dari diadakannya pretest adalah untuk mengetahui
kemampuan awal siswa mengenai pelajaran yang disampaikan. Dengan
mengetahui kemampuan awal siswa ini, guru akan dapat menentukan
cara penyampaian pelajaran yang akan ditempuh nanti.
Sedangkan, penilaian dengan prosedur posttest adalah bentuk
pertanyaan yang diberikan setelah pelajaran atau materi telah
disampaikan. Dengan kata lain, posttest adalah evaluasi akhir saat materi
yang di ajarkan pada hari itu telah diberikan yang mana seorang guru
memberikan posttest dengan maksud apakah peserta didik sudah
mengerti dan memahami mengenai materi yang telah diberikan. Manfaat
dari diadakannya posttest ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang
kemampuan yang dicapai setelah berakhirnya penyampaian pelajaran.
Hasil pos test ini dibandingkan dengan hasil pretest yang telah dilakukan
sebelumnya sehingga akan diketahui seberapa jauh efek atau pengaruh
dari pengajaran yang telah dilaksanakan. Disamping itu sekaligus dapat
diketahui bagian-bagian mana dari bahan pengajaran yang masih belum
dipahami oleh siswa.
Evaluasi merupakan satu kegiatan utama yang harus dilaksanakan
dalam suatu kegiatan pembelajaran. Melalui evaluasi kita dapat
mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat,
hubungan sosial, dan kepribadian peserta didik serta keberhasilan suatu
program. Dengan melaksanakan tahap evaluasi seperti yang dijabarkan di
atas, diharapkan guru dapat menilai dan mengevaluasi kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan dengan baik, sehingga akan menunjang
ketercapaian suatu tujuan.
17
18

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemecahan masalah pada problematika IPS di awal pembelajaran.
Keterampilan guru dalam membuka pelajaran seperti,
menyiapakan peserta didik secara psikis dan fisik, memberikan motivasi
awal, dan memberikan apersepsi atau kaitan materi yang dipelajari pada
pertemuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari terlihat masih
kurang. Sehingga solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi
permasalahan kemampuan guru dalam membangun apersepsi siswa dalam
materi Keragaman suku bangsa dan budaya yaitu dengan bertanya kepada
siswa tentang : Kemarin kita sudah belajar tentang macam-macam suku
bangsa di Indonesi, coba siapa yang dapat menyebutkan suku-suku bangsa
yang ada di Indonesia?, Berasal dari suku manakah kalian?, Apakah kalian
tahu nama rumah adat dari Jawa Tengah?. Selain itu, solusi yang dapat
digunakan untuk mengatasi permasalahan kemampuan guru dalam
memotivasi siswa yaitu menggunakan media video berupa nyanyian suku-
suku bangsa yang ada di Indonesia.
2. Pemecahan masalah pada problematika IPS siswa dalam mempelajari
memahami materi.
Materi keragaman suku bangsa dan budaya yang cukup luas
mengakibatkan siswa kesulitan memahami teori dan konsep. Pada
pembelajaran tentang keragaman suku bangsa, banyak anak yang masih
bingung dan belum hafal nama-nama suku di beberapa provinsi tertentu,
karena banyaknya materi yang harus disampaikan dan dalam
penyampaiannya terkadang kurang jelas, sehingga anak cenderung bosen
untuk mendengarkan, membaca, dan mengerjakan soal. Sehingga
diperoleh solusi menggunakan model PBL (Problem Based Learning).

18
19

3. Alternatif pemecahan masalah IPS pada proses pembelajaran.


Problematika yang dihadapi yaitu: siswa merasa bosan dalam
pembelajaran IPS karena identik dengan menghafal dan siswa pasif dalam
pembelajaran sehingga keaktifan siswa menjadi rendah. Penyebab lain
yaitu : guru masih menggunakan metode ceramah dan penugasan, media
pembelajaran masih konvensional, motivasi dan aktivitas siswa masih
rendah, pembelajaran kurang menarik, dan pemikiran siswa dibawa pada
hal yang abstrak, bukan konkret. Solusinya adalah dengan menerapkan
model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam mempelajari
materi keragaman suku dan budaya adalah model make a match
4. Alternatif keragaman pemecahan masalah terhadap siswa dalam proses
evaluasi.
Problematika yang dihadapi pada mata pelajaran IPS materi
Keragaman suku bangsa dan budaya yaitu guru belum sepenuhnya
melaksanakan kegiatan evaluasi pembelajaran secara maksimal. Solusinya
yaitu dengan melaksanakan prosedur pretest dan posttest dan guru dapat
melaksanakan tes formatif.

B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Bagi guru, penggunaan media ataupun metode dalam pembelajaran sangat
direkomendasikan, karena dapat memudahkan siswa dalam memahami
materi pembelajaran IPS.
2. Bagi para siswa, dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya dapat
mengikuti dengan baik dan seungguh-sungguh, dengan begitu dapat
mendukung kelancaran proses pembelajaran dan memudahkan memahami
materi yang disampaikan guru.
20

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, S. (2009). Teknologi Pembelajaran. Surakarta: Inti Media Surakarta.

Arsyad, A. (2016). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajagravindo Persada.

Baihaqi, Rizky. (2018). Pengembangan Media Kartu Nusantara untuk


Pembelajaran IPS Kelas IV SD Pada Materi Keanekaragaman Suku
Bangsa dan Budaya, 5 (2): 1.

Chen, D.L. (2015). Developing Critical Thinking though Problem-Based


Learning: an Action Research for Class of Media Literacy.

Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013.


Yogyakarta: Gava Media.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional.

Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan.Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hamalik, Oemar. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hernawan, Asep Herry. 2007. Media Pembelajaran Sekolah Dasar.Bandung :


UPI Press.

Huda, Miftahul. 2014. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kalsum, Imran& Kapile, C. (2014). Meningkatkan hasil belajar IPS mengenai


keragaman suku bangsa dan budaya dengan menggunakan media
gambar di kelas V SD Inpres 5. Jurnal Kreatif Tadulako Online
Vol. 4 No. 6. Hal. 81-94

Mulyarsih. 2010. Peningkatan Prestasi Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran


Kooperatif Make A Match Pada Siswa Kelas IV SDN
Harjowinangun 01, Tersono Batang. KREATIF Jurnal
Kependidikan Dasar. Volume 1, Nomor 1, halaman 97-105.

Sadiman, dkk. (2014). Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan


Pemanfaatannya. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
21

Sanjaya, W. (2013). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prenamedia.

Shoimin, A. (2016). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sobur, A. (2016). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Suparmini. (2015). Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar IPS Keragamab


Suku Bangsa Dan Budaya Dengan Permainan Tembar Pada Siswa Kelas
4 A SDN Semboro 01 Jember,4 (3): 1.

Wirawan.2012. Evaluasi:Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi. Depok. PT


Raja Grafindo Persada.

Wisudawati, A.W. & Sulistyowati, E. (2014). Metodologi Pembelajaran IPA.


Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai