id
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Hasil Belajar IPS tentang Perjuangan Para Pejuang Pada Masa
Penjajahan Belanda dan Jepang di Kelas V SD
a. Karakteristik Siswa Kelas V SD
Anak usia sekolah dasar merupakan anak yang sedang mengalami tahap
perkembangan secara fisik, intelektual, sosial maupun emosional. Masa usia
sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak. Masa ini dialami anak
pada usia 6-12 tahun. Berdasarkan kategori kelas, usia tersebut terbagi
menjadi dua yaitu kelas rendah (kelas I, II, III) dan kelas tinggi (kelas IV, V,
VI). Pada masa ini anak sudah matang dan siap masuk sekolah dasar.
Sebagai seorang guru seharusnya mampu mengenal dan memahami setiap
perkembangan peserta didik, karena perkembangan karakter siswa
menentukan tingkat pendidikannya.
Siswa kelas V SD berumur antara 10-11 tahun. Buhler berpendapat
bahwa pada usia 9-11 tahun berada pada fase sekolah dasar. Pada fase ini
anak mulai menyelidik, mencoba, dan berekspresi yang dirangsang oleh
dorongan-dorongan menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar, masa
pemusatan dan penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah, dan
bereksplorasi (Sobur, A. 2016: 118). Pada akhir fase ini secara tidak sadar,
anak mulai berpikir tentang diri pribadi. Menurut Piaget anak usia (6/7-
11/12 tahun) termasuk dalam tahap operasional konkret, dimana anak
mampu berpikir rasional dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang
konkret/aktual (Desmita, 2012: 156).
Hurlock berpendapat bahwa pada masa usia 2-10/11 tahun anak masih
immature (Sobur, A. 2016: 119). Tahapan perkembangan anak pada usia ini
ditandai dengan usaha anak menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga
ia merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari
7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lingkungan yang ada. Erikson berpendapat bahwa anak-anak pada usia 8-11
tahun mulai senang berkelompok dan rajin mengerjakan segala hal (Sobur,
A. 2016: 119). Dalam hal ini orang tua harus tetap waspada dengan
mengarahkan anak ke hal-hal yang baik.
Perkembangan intelektual anak usia sekolah dasar (6-12 tahun) dapat
ditandai dengan perubahan pola berpikir anak yaitu anak dapat
melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual
atau kemampuan kognitif, seperti membaca; menulis; dan menghitung
(Chasiyah, Chadidjah, & Legowo. 2009: 37). Kemampuan intelektual pada
masa ini menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat
mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Dalam hal ini, guru
seharusnya memberikan kesempatan kepada anak untuk saling bertanya dan
menjawab, berkomentar atau berpendapat tentang materi pelajaran yang
dibacanya atau yang dijelaskan oleh guru.
Anak usia sekolah dasar mampu menyesuaikan diri sendiri (egosentris)
terhadap sikap bekerja sama (kooperatif) dan mulai memperhatikan
kepentingan orang lain (sosiosentris) (Chasiyah, Chadidjah, & Legowo.
2009: 39). Anak dapat menyesuaikan diri dengan kelompok sebayanya di
lingkungan masyarakat melalui perkembangan sosial. Proses perkembangan
sosial di sekolah dapat dilatih melalui tugas-tugas kelompok, baik yang
menggunakan tenaga fisik (seperti, membersihkan kelas dan halaman
sekolah) dan tugas yang membutuhkan pikiran (seperti, merencanakan
kegiatan porseni dan mengerjakan soal). Siswa dapat berlatih tentang
bekerja sama, saling menghormati, bertenggang rasa, dan bertanggung
jawab melalui tugas-tugas kelompok.
Perkembangan emosional anak sekolah dasar ditandai dengan perubahan
moral anak yang mampu menilai benar salah atau baik buruk di lingkungan
keluarga (Chasiyah, Chadidjah, & Legowo. 2009: 40). Hal ini sesuai dengan
tingkah laku anak yang mulai mengikuti peraturan dan tuntutan dari orang
tua atau lingkungan sosialnya. Anak dapat menilai suatu perilaku dengan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
konsep benar; salah atau baik; buruk, sehingga dapat disimpulkan bahwa
anak sudah mengetahui dan dapat memperkirakan suatu perbuatan atau
tindakan yang dapat dikatakan baik dan buruk.
Berdasarkan pembahasan tentang karakteristik siswa sekolah dasar, dapat
disimpulkan bahwa siswa kelas V sekolah dasar berusia 9-11 tahun
termasuk dalam tahap operasional konkret. Karakteristik yang dimiliki
yaitu: 1) berpikir secara logis terhadap objek dan peristiwa yang nyata; 2)
rasa ingin tahu yang besar untuk menyelidik, menjelajah, berekspresi,
bereksplorasi dan memusatkan tenaga untuk berlatih; 3) senang
berkelompok dan berorganisasi; 4) rajin mengerjakan tugas yang menuntut
kemampuan intelektual atau kognitif; dan 5) mampu menilai perilaku
dengan konsep benar atau salah dan baik atau buruk.
Karakteristik siswa kelas V SD termasuk dalam tahap operasional
konkret, maka dalam kegiatan pembelajaran sebaiknya guru menggunakan
pendekatan dan media pembelajaran yang menyenangkan, aktif, dan
inovatif. Oleh karena itu, peneliti menggunakan pendekatan saintifik, karena
dalam pendekatan saintifik memiliki beberapa tahap, yakni : mengamati;
menanya; mengumpulkan informasi, mengasosiasikan/ mengolah informasi/
menalar, dan menyimpulkan. Tahapan tersebut sesuai dengan karakteristik
siswa yang memiliki rasa ingin tahu yang besar dan juga mampu
melaksanakan tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual/kognitif.
Penggunaan media flashcard dapat menarik perhatian siswa, karena gambar
dan keterangannya berwarna-warni. Anak juga merasa senang dan tidak
bosan dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, melalui kartu bergambar
dapat merangsang otak untuk lebih lama mengingat informasi yang ada
dalam kartu tersebut. Melalui pendekatan saintifik dengan media flashcard
diharapkan siswa mampu aktif dalam belajar sehingga hasil belajar siswa
dapat meningkat.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
b. Hakikat Belajar
1) Pengertian Belajar
Belajar adalah proses yang terjadi dalam diri manusia. Walker
mengemukakan arti belajar yaitu perubahan perilaku yang diakibatkan
dari pengalaman (Sobur, A. 2016: 190). Menurut Gagne, belajar
merupakan proses suatu organisme dalam rangka merubah perilaku
sebagai akibat dari pengalaman (Sagala, S. 2013: 13). Burton
mendefinisikan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku pada
diri individu dengan adanya interaksi antara individu dengan individu
dan individu dengan lingkungannya, sehingga terjadilah interaksi
dengan lingkungannya (Hosnan, M. 2016: 3).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses yang dilakukan individu atau organisme melalui
interaksi dengan lingkungannya untuk merubah perilaku berdasarkan
pengalaman.
2) Hasil Belajar
Hasil belajar memiliki peranan penting dalam proses belajar
mengajar. Hasil belajar dapat diketahui dari hasil yang diperoleh siswa
melalui penilaian. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat
memberikan informasi kepada guru dan orang tua siswa mengenai
kemajuan siswa serta perkembangan siswa dalam mencapai tujuan
belajar.
Hasil belajar adalah segala perubahan pada diri siswa mengenai
pemahaman konsep, sikap, dan keterampilan proses sebagai hasil dari
kegiatan belajar (Susanto, A. 2013: 5). Bloom menetapkan bahwa jenis
perilaku hasil belajar digolongkan menjadi tiga ranah, yaitu: (a) ranah
kognitif, (b) ranah afektif, dan (c) ranah psikomotor (Aunurrahman,
2011: 49-50). Domain kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pada ranah kognitif terdapat
revisi dari pendapat Bloom yaitu mengingat, memahami,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
12
Pada ranah ini, penilaian hasil belajar dapat dilakukan dengan evaluasi
produk (Susanto, A. 2013: 8-9). Evaluasi produk dapat dilaksanakan
dengan melakukan tes lisan maupun tes tertulis. Penilaian pada ranah
kognitif dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan evaluasi
produk yaitu tes tertulis di setiap akhir pembelajaran.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
14
2) Tujuan IPS
Tujuan pendidikan IPS adalah mempersiapkan siswa menjadi warga
negara yang baik dalam bermasyarakat sehingga dapat mengembangkan
nalarnya dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang
dihadapinya, menurut Gross (Trianto, 2011: 173).
Tujuan utama pembelajaran IPS adalah untuk membentuk mental
yang baik terhadap segala perubahan yang terjadi dan mengembangkan
kepekaan siswa pada masalah sosial serta mampu mengatasi masalah di
lingkungannya (Susanto, A. 2013: 145).
“Tujuan pelajaran IPS sebagai berikut: a) mengenal konsep-konsep
yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, b)
memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan
sosial, c) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial
dan kemanusiaan, d) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja
sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat
lokal, nasional dan global, KTSP” (Sapriya, 2016: 194-195).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
pembelajaran IPS adalah a) membina siswa agar menjadi warga negara
yang baik, yang peka terhadap masalah sosial yang terjadi dengan
memahami kehidupan masyarakat dan lingkungannya; b) membina
siswa agar mampu berpikir logis dan kritis, memecahkan masalah dan
terampil dalam kehidupan sosial sehingga akan tercipta mental yang
baik terhadap segala perubahan yang terjadi; dan c) membina siswa
agar memiliki keterampilan untuk mengatasi masalah yang terjadi
sehari-hari di lingkungannya melalui kegiatan berkomunikasi, bekerja
sama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat
lokal, nasional, dan global.
Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, tujuan IPS
ini membantu agar siswa mampu bersosialisasi dengan masyarakat,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
16
17
18
19
20
21
22
a) Mengamati
Kegiatan ini dapat berupa: melihat, menyimak, mendengar, dan
membaca. Hal itu dapat melatih siswa untuk memperhatikan ciri
khas suatu benda atau objek.
b) Menanya
Kegiatan menanya merupakan dasar untuk mencari informasi
lebih dalam lagi dan bervariasi dari berbagai sumber belajar yang
ditentukan guru atau siswa.
c) Menalar
Dalam pendekatan saintifik, istilah menalar mengarah pada
kemampuan mengasosiasikan bermacam-macam peristiwa dan
mengelompokkan ide untuk dijadikan penggalan memori.
d) Mengolah
Pada tahapan mengolah ini, siswa dikondisikan belajar secara
bersama-sama untuk saling bertukar pendapat agar tercipta rasa
saling menghomati, empati, dan menerima kekurangan atau
kelebihan masing-masing.
e) Mencoba
Kegiatan ini dilakukan agar memperoleh hasil secara nyata
tentang informasi yang akan dicari dengan melakukan tiga tahap
berurutan yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.
f) Menyimpulkan
Kegiatan ini dapat dikerjakan secara individu maupun kelompok
setelah mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
g) Menyajikan
Menyajikan dalam hal ini bisa berbentuk laporan tertulis yang
sebelumnya dikonsultasikan dahulu kepada guru.
h) Mengomunikasikan
Kegiatan mengomunikasikan hasil kesimpulan yang telah dibuat
bersama dengan cara pelaporan lisan di depan kelas (Majid, A. 2014:
211-234).
Sejalan dengan pendapat di atas, Hosnan, M. (2016: 82) menjelaskan
langkah kegiatan pembelajaran dalam pendekatan saintifik sebagai
berikut:
a) mengamati, aktivitas belajar yang dilakukan adalah melihat,
membaca, mendengar, dan menyimak (tanpa atau dengan alat);
b) menanya yakni mengajukan pertanyaan tentang materi yang belum
dipahami setelah kegiatan mengamati;
c) mengumpulkan informasi/eksperimen, aktivitas ini mencakup
melakukan percobaan dan mencari informasi dari sumber lain selain
buku teks dan wawancara dengan narasumber;
d) mengolah informasi yang diperoleh baik dari hasil kegiatan
eksperimen dan kegiatan mengumpulkan informasi;
e) mengomunikasikan merupakan proses penyampaian hasil olahan
informasi berdasarkan analisis secara tertulis, lisan atau media
lainnya.
Berdasarkan pendapat tentang langkah pendekatan saintifik di atas
dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pendekatan saintifik adalah:
(a) mengamati, (b) menanya, (c) mengumpulkan informasi, (d)
menalar/mengolah informasi, dan (e) mengomunikasikan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
b. Media Flashcard
1) Media
a) Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan “bentuk
jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar” (Sadiman, dkk. 2014: 6). Gagne menyatakan bahwa media
adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang mampu
merangsang siswa untuk belajar (Sadiman, dkk. 2014: 6).
Gerlach & Ely mengatakan bahwa media adalah manusia, materi
atau kejadian yang membangun kondisi siswa untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap (Arsyad, A. 2016: 3). Briggs
berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar (Sadiman,
dkk. 2014: 6). Association for Educational Communications and
Technology (AECT) mendefinisikan “media merupakan segala bentuk
yang digunakan untuk menyalurkan berbagai informasi” (Anitah, S.
2009: 4).
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa pengertian media adalah suatu sarana/ perantara
berupa teknologi pembawa pesan/ informasi dalam kegiatan
pembelajaran yang digunakan untuk menyajikan suatu materi/
informasi pembelajaran serta merangsang siswa untuk belajar.
b) Karakteristik Media
Menurut Schramm karakteristik media dapat dilihat dari
karakterstik ekonomisnya, lingkup sasarannya yang dapat diliput, dan
kemudahan dalam pemakaiannya. (Sadiman, dkk. 2014: 28). Menurut
Gagne karakteristik media juga dapat dilihat menurut kemampuan
membangkitkan rangsangan indera penglihatan, pendengaran,
perabaan, pengecapan, maupun penciuman, atau kesesuaiannya
dengan tingkatan hierarki belajar (Sadiman, dkk. 2014: 28).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
26
27
28
29
30
31
32
1) Persiapan penggunaan
a) Mempersiapkan diri
Guru perlu menguasai bahan pelajaran dengan baik,
memiliki keterampilan menggunakan media tersebut. Jika
perlu untuk memperlancar lakukan dengan berulang
meskipun tidak langsung dihadapan siswa.
b) Mempersiapkan kartu bergambar
Sebelum dimulai pelajaran pastikan jumlahnya cukup,
urutannya betul, dan perlu tidaknya media untuk membantu.
c) Mempersiapkan tempat
Posisi penyaji baik atau tidak, bagaimana penerangannya
apakah semua siswa dapat melihat dengan jelas dan pastikan
ruangan tidak ada suara bising mengganggu.
d) Mempersiapkan siswa
Posisi siswa sebaiknya ditata dengan baik, agar semua
siswa dapat melihat kartu bergambar.
2) Cara penggunaan
a) Kartu-kartu yang sudah disusun, dipegang setinggi dada dan
menghadap ke depan siswa.
b) Cabutlah satu-persatu kartu tersebut setelah guru
menerangkan.
c) Berilah kartu-kartu yang telah diterangkan kepada siswa yang
duduk di dekat guru. Mintalah siswa untuk mengamati kartu
tersebut satu persatu, kemudian teruskan kepada siswa lain
sampai semua siswa kebagian.
d) Jika penyajian dengan cara permainan, letakkan kartu-kartu
tersebut di dalam sebuah kotak secara acak tidak perlu
disusun. Siapakan siswa yang akan berlomba misalnya tiga
orang berdiri sejajar, kemudian guru memberikan perintah,
misalnya cari binatang kuda, maka siswa berlari
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
34
35
36
37
38
B. Kerangka Berpikir
Kondisi awal suasana belajar IPS di SD N 1 Selang, saat mengajar guru
menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Pembelajaran IPS
tentang perjuangan para pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang pada
siswa SD N 1 Selang masih tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan dengan
rendahnya hasil ulangan IPS dengan ketuntasan 40% dari 20 siswa yang terdiri
dari 9 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan, diperoleh data sebanyak 12 siswa
yang nilainya masih di bawah 61 sehingga belum tuntas mencapai KKM. Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran yang berlangsung masih kurang efektif karena
tingkat ketuntasan yang masih rendah.
Pada saat pembelajaran berlangsung, guru belum menggunakan media yang
inovatif saat mengajar dan siswa belum mampu menyelesaikan masalah, siswa
cenderung pasif, siswa cepat merasa bosan dan suka bermain sendiri dan juga
hasil belajar IPS masih rendah dan belum memenuhi KKM. Media yang
digunakan oleh guru yaitu media yang sederhana, seperti media gambar yang
terdapat pada buku sumber. Akibatnya interaksi siswa dalam proses pembelajaran
kurang dan pencapaian hasil belajar belum maksimal.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu adanya suatu perbaikan dalam
pembelajaran menggunakan pendekatan dan media yang inovatif untuk
meningkatkan pembelajaran IPS tentang perjuangan para pejuang pada masa
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
40
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang, kajian pustaka, dan kerangka berpikir, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian yaitu. “Jika penerapan pendekatan saintifik
dengan media flashcard dilakukan dengan tepat, maka dapat meningkatkan hasil
belajar IPS tentang perjuangan para pejuang pada masa penjajahan Belanda dan
Jepang di kelas V SD Negeri 1 Selang tahun ajaran 2017/2018”.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id