Anda di halaman 1dari 35

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka
1. Hasil Belajar IPS tentang Perjuangan Para Pejuang Pada Masa
Penjajahan Belanda dan Jepang di Kelas V SD
a. Karakteristik Siswa Kelas V SD
Anak usia sekolah dasar merupakan anak yang sedang mengalami tahap
perkembangan secara fisik, intelektual, sosial maupun emosional. Masa usia
sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak. Masa ini dialami anak
pada usia 6-12 tahun. Berdasarkan kategori kelas, usia tersebut terbagi
menjadi dua yaitu kelas rendah (kelas I, II, III) dan kelas tinggi (kelas IV, V,
VI). Pada masa ini anak sudah matang dan siap masuk sekolah dasar.
Sebagai seorang guru seharusnya mampu mengenal dan memahami setiap
perkembangan peserta didik, karena perkembangan karakter siswa
menentukan tingkat pendidikannya.
Siswa kelas V SD berumur antara 10-11 tahun. Buhler berpendapat
bahwa pada usia 9-11 tahun berada pada fase sekolah dasar. Pada fase ini
anak mulai menyelidik, mencoba, dan berekspresi yang dirangsang oleh
dorongan-dorongan menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar, masa
pemusatan dan penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah, dan
bereksplorasi (Sobur, A. 2016: 118). Pada akhir fase ini secara tidak sadar,
anak mulai berpikir tentang diri pribadi. Menurut Piaget anak usia (6/7-
11/12 tahun) termasuk dalam tahap operasional konkret, dimana anak
mampu berpikir rasional dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang
konkret/aktual (Desmita, 2012: 156).
Hurlock berpendapat bahwa pada masa usia 2-10/11 tahun anak masih
immature (Sobur, A. 2016: 119). Tahapan perkembangan anak pada usia ini
ditandai dengan usaha anak menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga
ia merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari

7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

lingkungan yang ada. Erikson berpendapat bahwa anak-anak pada usia 8-11
tahun mulai senang berkelompok dan rajin mengerjakan segala hal (Sobur,
A. 2016: 119). Dalam hal ini orang tua harus tetap waspada dengan
mengarahkan anak ke hal-hal yang baik.
Perkembangan intelektual anak usia sekolah dasar (6-12 tahun) dapat
ditandai dengan perubahan pola berpikir anak yaitu anak dapat
melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual
atau kemampuan kognitif, seperti membaca; menulis; dan menghitung
(Chasiyah, Chadidjah, & Legowo. 2009: 37). Kemampuan intelektual pada
masa ini menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat
mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Dalam hal ini, guru
seharusnya memberikan kesempatan kepada anak untuk saling bertanya dan
menjawab, berkomentar atau berpendapat tentang materi pelajaran yang
dibacanya atau yang dijelaskan oleh guru.
Anak usia sekolah dasar mampu menyesuaikan diri sendiri (egosentris)
terhadap sikap bekerja sama (kooperatif) dan mulai memperhatikan
kepentingan orang lain (sosiosentris) (Chasiyah, Chadidjah, & Legowo.
2009: 39). Anak dapat menyesuaikan diri dengan kelompok sebayanya di
lingkungan masyarakat melalui perkembangan sosial. Proses perkembangan
sosial di sekolah dapat dilatih melalui tugas-tugas kelompok, baik yang
menggunakan tenaga fisik (seperti, membersihkan kelas dan halaman
sekolah) dan tugas yang membutuhkan pikiran (seperti, merencanakan
kegiatan porseni dan mengerjakan soal). Siswa dapat berlatih tentang
bekerja sama, saling menghormati, bertenggang rasa, dan bertanggung
jawab melalui tugas-tugas kelompok.
Perkembangan emosional anak sekolah dasar ditandai dengan perubahan
moral anak yang mampu menilai benar salah atau baik buruk di lingkungan
keluarga (Chasiyah, Chadidjah, & Legowo. 2009: 40). Hal ini sesuai dengan
tingkah laku anak yang mulai mengikuti peraturan dan tuntutan dari orang
tua atau lingkungan sosialnya. Anak dapat menilai suatu perilaku dengan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

konsep benar; salah atau baik; buruk, sehingga dapat disimpulkan bahwa
anak sudah mengetahui dan dapat memperkirakan suatu perbuatan atau
tindakan yang dapat dikatakan baik dan buruk.
Berdasarkan pembahasan tentang karakteristik siswa sekolah dasar, dapat
disimpulkan bahwa siswa kelas V sekolah dasar berusia 9-11 tahun
termasuk dalam tahap operasional konkret. Karakteristik yang dimiliki
yaitu: 1) berpikir secara logis terhadap objek dan peristiwa yang nyata; 2)
rasa ingin tahu yang besar untuk menyelidik, menjelajah, berekspresi,
bereksplorasi dan memusatkan tenaga untuk berlatih; 3) senang
berkelompok dan berorganisasi; 4) rajin mengerjakan tugas yang menuntut
kemampuan intelektual atau kognitif; dan 5) mampu menilai perilaku
dengan konsep benar atau salah dan baik atau buruk.
Karakteristik siswa kelas V SD termasuk dalam tahap operasional
konkret, maka dalam kegiatan pembelajaran sebaiknya guru menggunakan
pendekatan dan media pembelajaran yang menyenangkan, aktif, dan
inovatif. Oleh karena itu, peneliti menggunakan pendekatan saintifik, karena
dalam pendekatan saintifik memiliki beberapa tahap, yakni : mengamati;
menanya; mengumpulkan informasi, mengasosiasikan/ mengolah informasi/
menalar, dan menyimpulkan. Tahapan tersebut sesuai dengan karakteristik
siswa yang memiliki rasa ingin tahu yang besar dan juga mampu
melaksanakan tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual/kognitif.
Penggunaan media flashcard dapat menarik perhatian siswa, karena gambar
dan keterangannya berwarna-warni. Anak juga merasa senang dan tidak
bosan dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, melalui kartu bergambar
dapat merangsang otak untuk lebih lama mengingat informasi yang ada
dalam kartu tersebut. Melalui pendekatan saintifik dengan media flashcard
diharapkan siswa mampu aktif dalam belajar sehingga hasil belajar siswa
dapat meningkat.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

b. Hakikat Belajar
1) Pengertian Belajar
Belajar adalah proses yang terjadi dalam diri manusia. Walker
mengemukakan arti belajar yaitu perubahan perilaku yang diakibatkan
dari pengalaman (Sobur, A. 2016: 190). Menurut Gagne, belajar
merupakan proses suatu organisme dalam rangka merubah perilaku
sebagai akibat dari pengalaman (Sagala, S. 2013: 13). Burton
mendefinisikan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku pada
diri individu dengan adanya interaksi antara individu dengan individu
dan individu dengan lingkungannya, sehingga terjadilah interaksi
dengan lingkungannya (Hosnan, M. 2016: 3).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses yang dilakukan individu atau organisme melalui
interaksi dengan lingkungannya untuk merubah perilaku berdasarkan
pengalaman.
2) Hasil Belajar
Hasil belajar memiliki peranan penting dalam proses belajar
mengajar. Hasil belajar dapat diketahui dari hasil yang diperoleh siswa
melalui penilaian. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat
memberikan informasi kepada guru dan orang tua siswa mengenai
kemajuan siswa serta perkembangan siswa dalam mencapai tujuan
belajar.
Hasil belajar adalah segala perubahan pada diri siswa mengenai
pemahaman konsep, sikap, dan keterampilan proses sebagai hasil dari
kegiatan belajar (Susanto, A. 2013: 5). Bloom menetapkan bahwa jenis
perilaku hasil belajar digolongkan menjadi tiga ranah, yaitu: (a) ranah
kognitif, (b) ranah afektif, dan (c) ranah psikomotor (Aunurrahman,
2011: 49-50). Domain kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pada ranah kognitif terdapat
revisi dari pendapat Bloom yaitu mengingat, memahami,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta


(Anderson, W. L & Krathwohl D. R, 2010: 100-102). Hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa dan didapatkannya
dari pengalaman belajar (Sudjana, N. 2013: 22).
Berdasarkan pendapat mengenai hasil belajar di atas, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa
dalam pembelajaran yang dinyatakan dalam skor sebagai hasil dari
suatu proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan-tujuan dalam
suatu kompetensi dasar baik berupa aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Penelitian ini hanya mengamati aspek kognitif yang diukur
melalui tes hasil belajar.
3) Penilaian Hasil Belajar
Tingkat keberhasilan siswa diukur dengan penilaian hasil belajar dan
penilaian ini dilakukan pada akhir proses pembelajaran. Dalam penilian
hasil terdapat batas KKM untuk dijadikan tolak ukur keberhasilan
pembelajaran. Rata-rata kelas yang berada diatas KKM ini
menunjukkan bahwa penerapan pendekatan dengan media tersebut
berhasil. Sebaliknya, jika rata-rata kelas dibawah KKM maka perlu
adanya tindak lanjut melalui perbaikan yang dilaksanakan di luar jam
pelajaran. Penilaian hasil belajar terdapat tiga yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor (Sagala, S. 2013: 12). Pada penelitian ini hanya akan
memfokuskan pada ranah kognitif.
Ranah kognitif
Ranah kognitif yaitu kemampuan yang berkaitan erat dengan jenjang
pengetahuan, jenjang penalaran, dan pikiran manusia (Sagala, S. 2013:
12). Bloom membagi dimensi proses kognitif ke dalam enam kategori
Anderson, W. L & Krathwohl, D. R (2010: 100-102) sebagai berikut.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

Tabel 2.1 Dimensi Proses Kognitif


Kategori dan Proses Kognitif
C.1. Mengingat – mengambil 1.1 Mengenali
pengetahuan dari memori 1.2 Mengingat kembali
jangka panjang
C.2. Memahami – mengkonstruksi 2.1 Menafsirkan
makna dari materi 2.2 Memberi contoh
pembelajaran, termasuk apa 2.3 Mengklasifikasikan
yang diucapkan, ditulis, dan 2.4 Merangkum
digambar oleh guru. 2.5 Menyimpulkan
2.6 Membandingkan
2.7 Menjelaskan
C.3. Mengaplikasikan – 3.1 Menjalankan
menerapkan atau 3.2 Mengimplementasikan
menggunakan suatu prosedur
dalam keadaan tertentu
C.4. Menganalisis – memecah 4.1 Membedakan
materi menjadi bagian-bagian 4.2 Mengorganisai
penyusunnya dan menentukan 4.3Menemukan makna
hubungan antar bagian itu serta tersirat
hubungan antara bagian-bagian
tersebut dan keseluruhan
struktur atau tujuan.
C.5. Mengevaluasi – mengambil 5.1 Memeriksa
keputusan berdasarkan kriteria 5.2 Mengkritik
dan/atau standar
C.6 Mencipta – memadukan 6.1 Merumuskan
bagian-bagian untuk 6.2 Merencanakan
membentuk sesuatu yang baru 6.3 Memproduksi
dan koheren atau untuk
membuat suatu produk yang
orisinal.

(Anderson, W. L & Krathwohl, D. R, 2010: 100-102)

Pada ranah ini, penilaian hasil belajar dapat dilakukan dengan evaluasi
produk (Susanto, A. 2013: 8-9). Evaluasi produk dapat dilaksanakan
dengan melakukan tes lisan maupun tes tertulis. Penilaian pada ranah
kognitif dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan evaluasi
produk yaitu tes tertulis di setiap akhir pembelajaran.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

c. Tinjauan Ilmu Pengetahuan Sosial


1) Pengertian IPS
IPS merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan
menengah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik
dengan istilah “social studies”. Somantri berpendapat bahwa
pendidikan IPS adalah pemilihan berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial dan
humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan
disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan
pendidikan (Sapriya, 2016: 11).
IPS di persekolahan adalah program pengajaran, mata pelajaran yang
berdiri sendiri serta termasuk gabungan dari sejumlah mata pelajaran
atau disiplin ilmu (Sapriya, 2016: 31). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
merupakan integrasi berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, yaitu ekonomi,
sosiologi, sejarah, geografi, politik, hukum, dan budaya (Trianto,
2011:171).
IPS adalah ilmu pengetahuan yang dikaji dari beberapa disiplin ilmu
sosial dan humaniora yang kegiatannya berada di sekitar manusia yang
dikemas secara ilmiah untuk memperdalam pengetahuan siswa pada
jenjang dasar dan menengah (Susanto, A. 2013: 140). Buchari
menjelaskan bahwa IPS merupakan kegiatan pendidikan yang
membahas masalah manusia dalam lingkungan fisik dan sosialnya,
bahkan materi yang diperoleh dari berbagai ilmu sosial, seperti: sejarah,
sosiologi, geografi, antropologi, ekonomi, psikologi, dan politik
(Susanto, A. 2013: 141).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian IPS adalah mata pelajaran yang berdiri sendiri yang
merupakan gabungan dari sejumlah mata pelajaran yaitu geografi,
sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik dan psikologis yang
disajikan secara ilmiah guna memperdalam pengetahuan siswa pada
jenjang dasar dan menengah.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

2) Tujuan IPS
Tujuan pendidikan IPS adalah mempersiapkan siswa menjadi warga
negara yang baik dalam bermasyarakat sehingga dapat mengembangkan
nalarnya dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang
dihadapinya, menurut Gross (Trianto, 2011: 173).
Tujuan utama pembelajaran IPS adalah untuk membentuk mental
yang baik terhadap segala perubahan yang terjadi dan mengembangkan
kepekaan siswa pada masalah sosial serta mampu mengatasi masalah di
lingkungannya (Susanto, A. 2013: 145).
“Tujuan pelajaran IPS sebagai berikut: a) mengenal konsep-konsep
yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, b)
memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan
sosial, c) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial
dan kemanusiaan, d) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja
sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat
lokal, nasional dan global, KTSP” (Sapriya, 2016: 194-195).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
pembelajaran IPS adalah a) membina siswa agar menjadi warga negara
yang baik, yang peka terhadap masalah sosial yang terjadi dengan
memahami kehidupan masyarakat dan lingkungannya; b) membina
siswa agar mampu berpikir logis dan kritis, memecahkan masalah dan
terampil dalam kehidupan sosial sehingga akan tercipta mental yang
baik terhadap segala perubahan yang terjadi; dan c) membina siswa
agar memiliki keterampilan untuk mengatasi masalah yang terjadi
sehari-hari di lingkungannya melalui kegiatan berkomunikasi, bekerja
sama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat
lokal, nasional, dan global.
Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, tujuan IPS
ini membantu agar siswa mampu bersosialisasi dengan masyarakat,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

mampu berkomunikasi dan bekerjasama serta memiliki kemampuan


dasar untuk berpikir logis dan kritis. Penelitian ini di tekankan pada
pembelajaran IPS tentang materi perjuangan melawan penjajah,
sehingga siswa dapat berlatih menanamkan sikap menghargai dan
bersosialisasi antar teman.
3) Ruang Lingkup IPS
IPS berhubungan erat antara manusia dengan lingkungannya. Setiap
anak tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat. Anak juga
mulai mengerti dan paham tentang permasalahan yang ada di
lingkungan masyarakat.
Tasrif membagi ruang lingkup IPS menjadi beberapa aspek berikut:
a) Lingkup hubungan yang terdiri dari hubungan ekonomi, sosial,
budaya, psikologi, geografi, politik, dan sejarah
b) Lingkup kelompok yang mencakup keluarga, rukun tetangga,
kampung, warga desa, organisasi masyarakat, dan bangsa
c) Lingkup tingkatan terdiri dari tingkat lokal, tingkat regional, dan
tingkat global
d) Lingkup interaksi terdiri dari dunia ekonomi, politik, dan
kebudayaan (Nur, 2012: 13).
Ruang lingkup IPS menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006
adalah sebagai berikut: a) sistem sosial dan budaya; b) manusia, tempat,
dan lingkungan; c) perilaku ekonomi dan kesejahteraan; d) waktu,
keberlanjutan, dan perubahan (Nawardi & Naga, 2014: 11).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ruang
lingkup pembelajaran IPS meliputi : a) hubungan sosial, hubungan
geografi, hubungan psikologi yang mencakup hubungan manusia
dengan lingkungannya; hubungan sejarah yang mencakup waktu,
keberlanjutan, dan perubahan; c) hubungan budaya yang mencakup
sistem budaya dan sistem sosial; d) hubungan politik dan ekonomi yang
mencakup kegiatan kesejahteraan dan kegiatan ekonomi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

4) Materi Pembelajaran IPS Kelas V


a) Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPS
Kelas V Semester 2
Sapriya (2016 : 199) memaparkan SK dan KD IPS kelas V
semester 2 sebagai berikut:
(1) Standar Kompetensi
2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam
mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia.
(2) Kompetensi Dasar
2.1 Mendeskripsikan perjuangan para pejuang pada masa
penjajahan Belanda dan Jepang.
2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam
memproklamasikan kemerdekaan.
2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam
mempertahankan kemerdekaan.
Pada penelitian ini, peneliti mengambil kompetensi dasar
mendeskripsikan perjuangan para pejuang pada masa penjajahan
Belanda dan Jepang. Lebih lanjut lagi, secara rinci akan dipaparkan
dalam tabel penjabaran materi pada materi perjuangan para pejuang
pada masa penjajahan Belanda dan Jepang berdasarkan silabus
(data selengkapnya terdapat pada lampiran 2 halaman 145).
b) Materi Perjuangan Melawan Penjajah
(1) Sebab Jatuhnya Daerah-daerah Nusantara ke dalam
Kekuasaan Belanda
(2) Tokoh-tokoh Belanda Pada Masa Penjajahan
(3) Sistem Kerja Paksa, Tanam Paksa, dan Penarikan Pajak yang
Memberatkan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

(4) Tokoh-tokoh Daerah yang Berjuang Melawan Penjajah


(5) Latar Belakang Timbulnya Pergerakan Nasional
(6) Peranan Tokoh-tokoh Pergerakan Nasional
(7) Kongres Pemuda I dan Kongres Pemuda II
(8) Peranan Tokoh Sumpah Pemuda
(9) Pendudukan Jepang di Indonesia
(10) Tokoh Daerah yang Menentang Penjajahan Jepang di
Indonesia
Berdasarkan pemaparan hasil belajar dan materi perjuangan
para pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa tentang perjuangan para
pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang adalah suatu
tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran yang dinyatakan
dalam skor sebagai hasil dari suatu proses belajar mengajar dalam
mencapai tujuan – tujuan dalam suatu kompetensi dasar pada
materi perjuangan para pejuang pada masa penjajahan Belanda
dan Jepang, yang meliputi: (1) sebab jatuhnya daerah-daerah
nusantara ke dalam kekuasaan Belanda, (2) tokoh-tokoh Belanda
pada masa penjajahan, (3) sistem kerja paksa; tanam paksa dan
penarikan pajak yang memberatkan, (4) tokoh-tokoh daerah yang
berjuang melawan penjajah, (5) latar belakang timbulnya
pergerakan nasional, (6) peranan tokoh-tokoh pergerakan
nasional, (7) Kongres Pemuda I dan Kongres Pemuda II, (8)
Peranan tokoh sumpah pemuda, (9) pendudukan Jepang di
Indonesia, dan (10) tokoh daerah yang menentang penjajahan
Jepang di Indonesia yang mencakup ranah kognitif jenjang
mengingat, memahami, mengaplikasikan serta ranah afektif
jenjang penerimaan dan partisipasi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

Hasil belajar IPS merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran


IPS yang dinyatakan dalam skor sebagai hasil dari suatu proses belajar mengajar
dalam mencapai tujuan-tujuan dalam suatu kompetensi dasar baik berupa aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar yang ingin ditingkatkan pada
penelitian ini merupakan peningkatan hasil pembelajaran berupa hasil belajar IPS
mengenai materi perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah pada siswa kelas
V SD.
2. Pendekatan Saintifik dengan Media Flashcard
a. Pendekatan Saintifik
1) Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendekatan adalah (1)
proses, perbuatan, cara mendekati; (2) usaha dalam rangka aktivitas
pengamatan untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti,
metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah
pengamatan (Hosnan, M. 2016: 32). Adapun pengertian pendekatan
pembelajaran menurut Hosnan, M. (2016: 32) antara lain :
a) Perspektif (sudut pandang; pandangan) teori yang dapat digunakan
sebagai landasan dalam memilih model, metode, dan teknik
pembelajaran.
b) Suatu proses atau perbuatan yang digunakan guru untuk menyajikan
bahan pelajaran.
c) Sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran,
yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakapan
teoritis tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa pengertian pendekatan pembelajaran adalah proses yang
dilakukan guru untuk mengadakan hubungan dengan siswa dengan
kegiatan penyajian bahan pelajaran yang merujuk pada pandangan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya umum sebagai dasar


dalam memilih metode, model, dan teknik dalam pembelajaran.
2) Pengertian Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa untuk mengaktifkan peserta didik dalam mengonstruk
konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”
(Hosnan, M. 2016: 32).
Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang
mengarahkan siswa untuk melakukan proses pencarian pengetahuan
tentang materi pelajaran dengan cara menerapkan kegiatan layaknya
seorang ilmuwan dengan segala proses sainsnya dalam penyelidikan
ilmiah artinya siswa dibimbing untuk menemukan sendiri berbagai
konsep, fakta, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya
(Ine, M. E. 2015: 271).
Pendekatan saintifik mencakup tiga ranah yaitu pengetahuan,
sikap, dan keterampilan dengan penjelasan sebagai berikut.
a) Ranah sikap memegang materi ajar yang mengarahkan siswa agar
“tahu mengapa”.
b) Ranah pengetahuan memegang materi ajar yang mengarahkan
siswa agar “tahu apa”
c) Ranah keterampilan memegang materi ajar yang mengarahkan
siswa agar “tahu bagaimana” (Shoimin, A. 2014: 165).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
pendekatan saintifik adalah pendekatan yang mengarahkan siswanya
untuk mencari pengetahuan tentang materi pelajaran dengan segala
proses sainsnya seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan sehingga dapat


meningkatkan soft skills dan hard skills setiap siswa yang mencakup
ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
3) Kriteria Pendekatan Saintifik
Proses pembelajaran dapat dikatakan ilmiah jika dipandu dengan
kaidah-kaidah pendekatan ilmiah seperti materi pembelajaran
berdasarkan fakta, interaksi edukatif antara guru dan siswa berdasarkan
pemikiran yang objektif, mendorong siswa untuk berpikir kritis,
hipotesis dan mengembangkan pola berpikir yang rasional berdasarkan
konsep, teori, dan fakta empiris (Majid, A. 2014: 197).
Karakteristik pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah: 1)
berpusat pada siswa; 2) melibatkan keterampilan proses sains dalam
mengkonstruksi konsep, hukum, atau prinsip; 3) melibatkan proses-
proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan
intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa; dan 4)
dapat mengembangkan karakter siswa (Hosnan, M. 2016: 36).
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan
saintifik memiliki karakteristik yaitu 1) berpusat pada siswa; 2)
interaksi edukatif antara guru dan siswa dengan melibatkan proses-
proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan
intelek, khususnya kemampuan berpikir kritis; 3) melibatkan
keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi dan mengembangkan
pola pikir berdasarkan konsep, teori, hukum, fakta empiris dan prinsip.
4) Tujuan Pendekatan Saintifik
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada
keunggulan pendekatan tersebut. Berikut ini beberapa tujuan
pendekatan saintifik menurut Kemendikbud yaitu a) untuk
meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa, b) untuk membentuk kemampuan siswa dalam
menyelesaikan suatu masalah secara sistematik, c) terciptanya kondisi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu


kebutuhan, d) diperolehnya pembelajaran yang tinggi, e) untuk melatih
siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis
artikel ilmiah, f) untuk mengembangkan karakter siswa” (Hosnan, M.
2016: 36).
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik yaitu:
1) Meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa.
2) Membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu
masalah secara sistematik.
3) Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa
belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
4) Diperolehnya pembelajaran yang tinggi.
5) Melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam
menulis artikel ilmiah.
6) Mengembangkan karakter siswa (Daryanto, 2014: 54).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendekatan saintifik adalah a)
meningkatkan pengetahuan, khususnya kemampuan berpikir kritis
siswa, b) membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu
masalah secara sistematik, c) terciptanya kondisi pembelajaran dimana
siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan, d)
diperolehnya pembelajaran yang tinggi, e) melatih siswa dalam
mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah,
dan f) untuk mengembangkan karakter siswa.
5) Langkah dalam Pendekatan Saintifik
Langkah dalam pendekatan saintifik dalam kegiatan belajar
mengajar meliputi kegiatan mengamati, mananya, mengumpulkan
informasi, mengolah informasi, menyimpulkan, dan mengomunikasikan
(Daryanto, 2014: 60-80).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

“The five aspects of the scientific approach, namely: 1) observing;


2) asking questions; 3) exploring; 4) associating; and 5) presenting”
(Lima aspek pendekatan ilmiah meliputi kegiatan mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi,
menyimpulkan, dan mengomunikasikan) (Hajar, S. 2016: 58).
Selain itu langkah-langkah pendekatan saintifik sebagai berikut :

a) Mengamati
Kegiatan ini dapat berupa: melihat, menyimak, mendengar, dan
membaca. Hal itu dapat melatih siswa untuk memperhatikan ciri
khas suatu benda atau objek.
b) Menanya
Kegiatan menanya merupakan dasar untuk mencari informasi
lebih dalam lagi dan bervariasi dari berbagai sumber belajar yang
ditentukan guru atau siswa.
c) Menalar
Dalam pendekatan saintifik, istilah menalar mengarah pada
kemampuan mengasosiasikan bermacam-macam peristiwa dan
mengelompokkan ide untuk dijadikan penggalan memori.
d) Mengolah
Pada tahapan mengolah ini, siswa dikondisikan belajar secara
bersama-sama untuk saling bertukar pendapat agar tercipta rasa
saling menghomati, empati, dan menerima kekurangan atau
kelebihan masing-masing.
e) Mencoba
Kegiatan ini dilakukan agar memperoleh hasil secara nyata
tentang informasi yang akan dicari dengan melakukan tiga tahap
berurutan yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.
f) Menyimpulkan
Kegiatan ini dapat dikerjakan secara individu maupun kelompok
setelah mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

g) Menyajikan
Menyajikan dalam hal ini bisa berbentuk laporan tertulis yang
sebelumnya dikonsultasikan dahulu kepada guru.
h) Mengomunikasikan
Kegiatan mengomunikasikan hasil kesimpulan yang telah dibuat
bersama dengan cara pelaporan lisan di depan kelas (Majid, A. 2014:
211-234).
Sejalan dengan pendapat di atas, Hosnan, M. (2016: 82) menjelaskan
langkah kegiatan pembelajaran dalam pendekatan saintifik sebagai
berikut:
a) mengamati, aktivitas belajar yang dilakukan adalah melihat,
membaca, mendengar, dan menyimak (tanpa atau dengan alat);
b) menanya yakni mengajukan pertanyaan tentang materi yang belum
dipahami setelah kegiatan mengamati;
c) mengumpulkan informasi/eksperimen, aktivitas ini mencakup
melakukan percobaan dan mencari informasi dari sumber lain selain
buku teks dan wawancara dengan narasumber;
d) mengolah informasi yang diperoleh baik dari hasil kegiatan
eksperimen dan kegiatan mengumpulkan informasi;
e) mengomunikasikan merupakan proses penyampaian hasil olahan
informasi berdasarkan analisis secara tertulis, lisan atau media
lainnya.
Berdasarkan pendapat tentang langkah pendekatan saintifik di atas
dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pendekatan saintifik adalah:
(a) mengamati, (b) menanya, (c) mengumpulkan informasi, (d)
menalar/mengolah informasi, dan (e) mengomunikasikan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

b. Media Flashcard
1) Media
a) Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan “bentuk
jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar” (Sadiman, dkk. 2014: 6). Gagne menyatakan bahwa media
adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang mampu
merangsang siswa untuk belajar (Sadiman, dkk. 2014: 6).
Gerlach & Ely mengatakan bahwa media adalah manusia, materi
atau kejadian yang membangun kondisi siswa untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap (Arsyad, A. 2016: 3). Briggs
berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar (Sadiman,
dkk. 2014: 6). Association for Educational Communications and
Technology (AECT) mendefinisikan “media merupakan segala bentuk
yang digunakan untuk menyalurkan berbagai informasi” (Anitah, S.
2009: 4).
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa pengertian media adalah suatu sarana/ perantara
berupa teknologi pembawa pesan/ informasi dalam kegiatan
pembelajaran yang digunakan untuk menyajikan suatu materi/
informasi pembelajaran serta merangsang siswa untuk belajar.
b) Karakteristik Media
Menurut Schramm karakteristik media dapat dilihat dari
karakterstik ekonomisnya, lingkup sasarannya yang dapat diliput, dan
kemudahan dalam pemakaiannya. (Sadiman, dkk. 2014: 28). Menurut
Gagne karakteristik media juga dapat dilihat menurut kemampuan
membangkitkan rangsangan indera penglihatan, pendengaran,
perabaan, pengecapan, maupun penciuman, atau kesesuaiannya
dengan tingkatan hierarki belajar (Sadiman, dkk. 2014: 28).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

Menurut Gerlach & Ely, terdapat tiga karakteristik media yang


digunakan dalam kegiatan pembelajaran yaitu fiksatif, distributif, dan
manipulatif (Hosnan, M. 2016: 112). Menurut Kemp menjelaskan
bahwa klasifikasi media, karakteristik media, dan pemilihan media
merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penentuan strategi
pembelajaran (Sadiman, dkk. 2014: 28).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
karakteristik media dapat dilihat dari segi ekonomisnya, lingkup
sasarannya yang meliputi indera penglihatan, pendengaran, perabaan,
pengecapan maupun penciuman dan kesesuaian dengan tingkat
hierarki belajar dan tidak terpisahkan dalam strategi pembelajaran.
c) Jenis-jenis Media Pembelajaran
Schramm menggolongkan media menjadi media rumit, mahal, dan
media sederhana. Schramm juga menggolongkan media berdasarkan
kemampuan daya liputan, yaitu (1) liputan luas dan serentak seperti
TV, radio, facsimile; (2) liputan terbatas pada ruangan, seperti film,
video, slide, poster, audio tape; (3) media untuk belajar individual,
seperti buku, modul, program belajar dengan komputer, dan telepon
(Daryanto, 2013: 17) Menurut Gagne penggolongan media mencakup
tujuh kelompok, yaitu benda untuk didemonstrasikan, komunikasi
lisan, media cetak, gambar diam, gambar bergerak, film bersuara, dan
mesin belajar (Daryanto, 2013: 17).
Ibrahim juga berpendapat bahwa media dikelompokkan
berdasarkan ukuran serta kompleks tidaknya alat dan perlengkapannya
atas lima kelompok, yaitu (1) media tanpa proyeksi dua dimensi, (2)
media tanpa proyeksi tiga dimensi, (3) media audio, (4) media
proyeksi, (5) televisi, video, dan komputer (Daryanto, 2013: 18).
Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, media pembelajaran
dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu: (1) media
hasil teknologi cetak, (2) media hasil audio-visual, (3) media hasil
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

teknologi yang berdasarkan komputer, dan (4) media hasil gabungan


teknologi cetak dan komputer (Arsyad, A. 2016: 31).
Klasifikasi media pengajaran atau pembelajaran berdasarkan tujuan
praktis yang akan dicapai ialah sebagai berikut: (a) media grafis, (b)
media audio, dan (c) media proyeksi diam (Sadiman, dkk. 2014: 28).
Media pembelajaran berdasarkan karakteristik diantarnya adalah: (a)
media transparansi, (b) media audio, (c) media slide, (d) media video,
(e) media CD multimedia interaktif, dan (f) media internet (Hosnan,
M. 2016: 112).
Jadi, dapat disimpullan bahwa media pembelajaran meliputi (1)
media dua dimensi berupa media grafis (grafik, diagram, bagan,
sketsa, dan poster), media dalam bentuk papan (papan flanel, bulletin
board, dan magnetic board), serta media cetak (buku teks, modul,
majalah, dan koran); (2) media tiga dimensi meliputi media yang
berupa benda asli baik hidup maupun mati, dapat pula berwujud
tiruannya; (3) media proyeksi meliputi media slide dan media
filmstrip; (4) media audio-visual meliputi radio dan televisi; (5)
multimedia pembelajaran interaktif, (6) media video, (7) media
internet. Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis media visual
yaitu flashcard.
d) Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
Ely mengemukakan bahwa pemilihan media pembelajaran dilihat
dari karakteristik anak, strategi belajar-mengajar, organisasi kelompok
belajar, alokasi waktu dan sumber, serta prosedur penilaiannya
(Sadiman, dkk. 2014: 85). Dick dan Carey mengemukakan bahwa ada
beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media
yaitu pertama adalah ketersediaan sumber setempat, artinya bila media
yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada,
harus dibeli atau dibuat sendiri; kedua adalah apakah untuk membeli
atau memproduksi sendiri tersebut ada dana, tenaga dan fasilitasnya;
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

ketiga adalah faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan


ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu yang lama, artinya
media bisa digunakan di mana pun dengan peralatan yang ada di
sekitarnya dan kapanpun serta mudah dijinjing dan dipindahkan;
keempat adalah efektifitas biaya dalam jangka yang panjang
(Sadiman, dkk. 2014: 86).
Kriteria pemilihan media yaitu sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai; tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta,
konsep, prinsip, atau generalisasi; praktis, luwes dan bertahan; guru
terampil menggunakannnya; pengelompokkan sasaran; mutu, dan
teknis (Arsyad, A. 2016: 74-76).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kriteria pemilihan media pembelajaran meliputi : media yang dipilih
hendaknya menunjang tercapainya tujuan pengajaran; disesuaikan
dengan kemampuan dan daya nalar siswa; tersedia, artinya
alat/bahannya memang tersedia, baik dilihat dari waktu untuk
mempersiapkan maupun untuk mempergunakannya; disenangi oleh
guru dan siswa; media yang digunakan sesuai fungsinya; persiapan
dan penggunaan media hendaknya disesuaikan dengan biaya yang
tersedia; selain itu juga kondisi fisik lingkungan kelas juga harus
mendukung.
e) Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat media pembelajaran secara umum yaitu:
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis
(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti
a. Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar,
film bingkai, film atau model;
b. Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai,
film, atau gambar;
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu


dengan timelapse atau high-speed photography;
d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa
ditampilkan lagi lewat rekaman, film, video, film bingkai, foto
maupun secara verbal;
e. Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat
disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain, dan
f. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim
dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai,
gambar, dan lain-lain.
3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan
berguna untuk:
a. Menimbulkan kegairahan belajar;
b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik
dengan lingkungan dan kenyataan;
c. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut
kemampuan dan minatnya.
4) Dengan sikap yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan
lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum
dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka
guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus di
atasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan
guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan
media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam:
a. Memberikan perangsang yang sama;
b. Mempersamakan pengalaman;
c. Menimbulkan presepi yang sama” (Sadiman, dkk. 2014:17-18).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

Menurut Gerlach dan Ely manfaat media adalah


a. Kemampuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan
menampilkan kembali suatu objek atau kejadian. Dengan
kemampuan ini, objek atau kejadian dapat digambar, dipotret,
direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat
diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian
aslinya.
b. Kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan
kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan
(manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya,
kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang
penyajiannya.
c. Kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien
yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak,
misalnya siaran TV atau radio (Daryanto, 2013: 9).
Menurut Sudjana dan Rivai mengemukakan bahwa manfaat media
pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu:
1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa, sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar;
2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat
lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan
mencapai tujuan pembelajaran;
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru sehingga
siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau
guru mengajar pada setiap jam pelajaran;
4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak
hanya mendengarkan uraian, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan
lain-lain (Arsyad, A. 2016: 28).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

Berdasarkan uraian pendapat beberapa ahli di atas, dapat ditarik


kesimpulan, bahwa manfaat dari penggunaan media pembelajaran
adalah :
1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan
informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses
dan pembelajaran;
2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan
perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar,
interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan
kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan
kemampuan dan minatnya;
3. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang,
dan waktu;
4. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman
kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka,
serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru,
masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karyawisata,
kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang.
2) Flashcard
a) Pengertian Media Flashcard
Flashcard adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu
bergambar yang ukurannya sekitar 25 x 30 cm. Gambar yang
ditampilkan dalam kartu tersebut adalah gambar tangan atau folio
yang sudah ada dan ditempelkan pada lembaran kartu-kartu
tersebut. Gambar yang ada pada media ini merupakan rangkaian
pesan yang disajikan dengan keterangan pada bagian belakangnya
dan media ini hanya cocok untuk kelompok kecil yang tidak lebih
dari 25 orang (Indriana, D. 2011: 68).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

“Flashcard is a cardboard consisting of a word, a sentence, or


a simple picture on it” (Flashcard adalah kartu yang terdiri dari
sebuah kata, kalimat, atau yang sederhana dengan gambar
diatasnya) (Yusrika, S. 2013: 54).

Basuki Wibawa dan Farida Mukti menjelaskan bahwa media


kartu atau flashcard biasanya berisi kata-kata, gambar, atau
kombinasinya, dapat digunakan untuk meningkatkan
perbendaharaan kata-kata dalam mata pelajaran bahasa (Nurjannah,
2013: 3). Flashcard adalah kartu kecil yang berisi gambar, teks,
atau tanda simbol yang mengingatkan atau mengarahkan siswa
kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar. Flashcard
biasanya berukuran 8 x 12 cm, atau dapat disesuaikan dengan besar
kecilnya kelas yang dihadapi (Arsyad, A. 2016: 115). Flashcard
merupakan media pembelajaran yang berupa kartu bergambar
berukuran 25 X 30 cm. Gambar-gambar pada flashcard merupakan
serangkaian pesan yang disajikan dengan adanya keterangan pada
setiap gambar (Susilana & Riyana. 2007: 93).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian media flashcard adalah kartu belajar yang biasanya
berukuran 8 x 12 cm, 25 x 30 cm, atau dapat disesuaikan dengan
besar kecilnya kelas yang dihadapi yang mempunyai dua sisi yaitu
gambar, teks, atau kombinasinya yang berupa tanda simbol dan sisi
lainnya berupa definisi, keterangan gambar, jawaban, atau uraian
yang membantu mengingatkan atau mengarahkan siswa kepada
sesuatu yang berhubungan dengan gambar yang ada pada kartu.
b) Langkah-langkah Penggunaan Media Flashcard
Media kartu bergambar dapat digunakan pada semua rentang
usia dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Cara penggunan media
flashcard secara umum dapat dijabarkan yaitu sebelum penyajian
dan pada saat penyajian. Langkah-langkah penggunaan media
flashcard sebagai berikut:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

1) Persiapan penggunaan
a) Mempersiapkan diri
Guru perlu menguasai bahan pelajaran dengan baik,
memiliki keterampilan menggunakan media tersebut. Jika
perlu untuk memperlancar lakukan dengan berulang
meskipun tidak langsung dihadapan siswa.
b) Mempersiapkan kartu bergambar
Sebelum dimulai pelajaran pastikan jumlahnya cukup,
urutannya betul, dan perlu tidaknya media untuk membantu.
c) Mempersiapkan tempat
Posisi penyaji baik atau tidak, bagaimana penerangannya
apakah semua siswa dapat melihat dengan jelas dan pastikan
ruangan tidak ada suara bising mengganggu.
d) Mempersiapkan siswa
Posisi siswa sebaiknya ditata dengan baik, agar semua
siswa dapat melihat kartu bergambar.
2) Cara penggunaan
a) Kartu-kartu yang sudah disusun, dipegang setinggi dada dan
menghadap ke depan siswa.
b) Cabutlah satu-persatu kartu tersebut setelah guru
menerangkan.
c) Berilah kartu-kartu yang telah diterangkan kepada siswa yang
duduk di dekat guru. Mintalah siswa untuk mengamati kartu
tersebut satu persatu, kemudian teruskan kepada siswa lain
sampai semua siswa kebagian.
d) Jika penyajian dengan cara permainan, letakkan kartu-kartu
tersebut di dalam sebuah kotak secara acak tidak perlu
disusun. Siapakan siswa yang akan berlomba misalnya tiga
orang berdiri sejajar, kemudian guru memberikan perintah,
misalnya cari binatang kuda, maka siswa berlari
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

menghampiri kotak tersebut untuk mengambil kartu


bergambar kuda dan menceritakan isi gambar tersebut sesuai
imajinasi anak. (Susilana & Riyana. 2007: 94).
Proses pengoperasian flashcard dalam pembelajaran, antara lain
sebagai berikut:
a) Kartu-kartu yang sudah disusun dipegang setinggi dada dan
menghadap ke siswa.
b) Cabutlah satu persatu kartu tersebut setelah guru selesai
menerangkan.
c) Berikan kartu-kartu yang telah diterangkan kepada siswa
yang duduk di dekat guru. Mintalah siswa untuk mengamati
kartu tersebut, lalu teruskan kepada siswa yang lain hingga
semua siswa kebagian.
d) Jika sajian menggunakan jenis atau cara permainan, letakkan
kartu-kartu tersebut di dalam sebuah kotak secara acak dan
tidak perlu disusun. Siapkan siswa yang akan berlomba,
misalnya 3 orang, untuk berdiri sejajar di ujung sini.
Sedangkan kotak yang berisi kartu tersebut di sebelah sana.
Kemudian guru memberikan perintah kepada siswa untuk
mencari suatu benda. Selanjutnya anak berlomba lari menuju
kotak dan mencari gambar. Setelah mendapatkannya, anak
didik harus kembali ke tempat start. Siswa yang paling cepat
larinya dan mendapatkan bendanya harus menyebutkan nama
benda tersebut. Dalam permainan menggunakan kartu
bergambar atau flashcard, kreativitas guru harus muncul
untuk mendapatkan proses pembelajaran yang menarik
sambil bermain menggunakan media tersebut (Indriana, D.
2011: 138).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulakan


bahwa langkah–langkah penggunaan media flashcard yaitu :
1) Menggunakan media flashcard harus dilakukan dengan jarak
yeng dekat dengan siswa, agar siswa dapat melihat kartu dengan
jelas.
2) Penggunaan media flashcard dapat dilakukan dengan cara
menyebutkan kartu satu persatu atau dengan cara permainan,
yaitu dengan cara meletakkan kartu-kartu di dalam kotak secara
acak, kemudian persiapkan siswa untuk berlomba mengambil
kartu sesuai perintah.
3) Setelah mengambil kartu, minta anak untuk menceritakan isi
dari kartu yang telah diambilnya. Selain itu guru dapat
mengkreasikan media flashcard seperti halnya permainan
wayang. Kegiatan ini dapat dikreasikan dalam sebuah
permainan agar proses belajar mengajar lebih berkesan dan
bermakna.
c) Kelebihan Media Flashcard
Semua media pembelajaran yang dipilih berdasarkan
karakteristik siswa memiliki kelebihan. Berikut ini kelebihan media
flashcard, yaitu:
1) Mudah dibawa kemana-mana karena ukurannya yang seukuran
postcard.
2) Praktis dalam membuat dan menggunakan, sehingga kapanpun
anak didik bisa belajar dengan baik menggunakan media ini.
3) Gampang diingat karena kartu ini bergambar yang sangat
menarik perhatian, atau berisi huruf atau angka yang simple dan
menarik, sehingga merangsang otak untuk lebih lama mengingat
pesan yang ada dalam kartu tersebut.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

4) Media ini juga sangat menyenangkan digunakan sebagai media


pembelajaran, bahkan bisa digunakan dalam bentuk permainan,
(Indriana, D. 2011: 68).
Flashcard memiliki beberapa kelebihan, antara lain: 1) mudah
dibawa, dengan ukuran yang tidak terlalu besar media flashcard
dapat disimpan di tempat mana saja; 2) Praktis, guru tidak harus
memiliki keahlian khusus untuk memakainya; 3) dapat lebih
memusatkan perhatian peserta didik terhadap pesan yang
disampaikan; 4) mudah diingat, pesan yang disajikan singkat dan
mudah dipahami; 5) menyenangkan, dapat menimbulkan rasa
senang untuk pemakaiannya karena bisa digunakan untuk
permainan misalnya untuk beradu kecepatan menemukan pasangan
media flashcard sesuai gambar dan tulisannya; 6) dapat dipakai
berulang-ulang; 7) menjadikan siswa lebih aktif dalam belajar dan
anak ikut dilibatkan pada saat penyajiannya; dan 8) menumbuhkan
minat siswa serta dapat memberikan hubungan antara isi pelajaran
dengan dunia nyata (Susilana & Riyana. 2007: 94).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kelebihan media flashcard yaitu 1) mudah dibawa karena seukuran
postcard, sehingga dapat di simpan di tempat mana saja; 2) praktis
dalam membuat dan menggunakannya; 3) dapat lebih memusatkan
perhatian peserta didik, karena kartu ini bergambar sehingga
merangsang otak untuk lebih lama mengingat pesan yang
disampaikan; 4) dapat menimbulkan rasa senang untuk
pemakainya karena bisa digunkan untuk permainan; 5) dapat
dipakai berulang-ulang; 6) menjadikan siswa lebih aktif belajar dan
dapat menumbuhkan minat siswa serta dapat memberikan
hubungan antara isi pelajaran dengan dunia nyata.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

d) Kekurangan Media Flashcard


Media flashcard juga mempunyai kekurangan yaitu hanya
cocok untuk kelompok kecil siswa atau tidak lebih dari 30 orang
siswa (Nurseto, T. 2013: 27). Kekurangan flashcard yaitu hanya
menekankan pada indera mata dan ukuran gambarnya sangat
terbatas untuk kelompok besar (Susanto, A. 2013: 9). Berdasarkan
pendapat di atas dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
untuk perbaikan demi penyempurnaan penelitian yang akan
dilaksanakan.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kekurangan media
flashcard yaitu hanya menekankan pada indera mata dan
ukurannya sangat terbatas, sehingga hanya cocok untuk kelompok
kecil (tidak lebih dari 30 orang siswa).
3) Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Media Flashcard
Penelitian ini mengacu pada penerapan pendekatan saintifik
dengan didukung oleh media flashcard. Berdasarkan pemaparan
mengenai langkah-langkah pendekatan saintifik dan media flashcard
dapat dikombinasikan suatu langkah-langkah pembelajaran
pendekatan saintifik dengan media flashcard yaitu: (1) guru
mengarahkan siswa untuk mengamati dengan memperhatikan media
flashcard, (2) guru mengajukan pertanyaan pancingan dalam upaya
memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan mengenai materi
pelajaran yang belum dipahami dengan media flashcard, (3) siswa
mencari informasi dari berbagai sumber dan mencoba mencari kaitan
materi dengan media flashcard yang disediakan guru, (4) memahami
dan menggabungkan pengetahuannya setelah mengumpulkan
informasi yang berkaitan dengan materi yang berkaitan dengan media
flashcard, dan (5) siswa mengomunikasikan hasil yang diperolehnya
mengenai materi yang dipelajari.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

Pendekatan saintifik melibatkan kegiatan pengamatan sebagai


proses awal dalam mengumpulkan informasi. Proses pengumpulan
informasi ini dilandasi kegiatan pengamatan dan juga kegiatan
percobaan. Kegiatan mengumpulkan informasi meliputi beberapa
kegiatan aktivitas belajar, yakni melakukan percobaan, membaca
sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas, dan
wawancara dengan narasumber (Hosnan, M. 2016: 82). Pada kegiatan
pengumpulan informasi dalam penelitian ini menggunakan aktivitas
membaca sumber lain selain buku teks dan mengamati
objek/kejadian/aktivitas tertentu melalui media yang disediakan guru.
Untuk menjamin siswa melakukan kegiatan mengamati dan
mengumpulkan informasi, dapat dilakukan dengan penyediaan media
yang menunjang pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan
adalah flashcard. Flashcard adalah kartu belajar yang biasanya
berukuran 8 x 12 cm, 25 x 30 cm, atau dapat disesuaikan dengan besar
kecilnya kelas yang dihadapi yang mempunyai dua sisi yaitu gambar,
teks, atau kombinasinya yang berupa tanda simbol dan sisi lainnya
berupa definisi, keterangan gambar, jawaban, atau uraian yang
membantu mengingatkan atau mengarahkan siswa kepada sesuatu
yang berhubungan dengan gambar yang ada pada kartu. Dengan
menggunakan media yang bergambar dan berwarna diharapkan dapat
menarik perhatian siswa, sehingga dapat merangsang otak untuk lebih
lama mengingat pesan yang disampaikan.
Media Flashcard sangat cocok digunakan pada penerapan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan karena
pada beberapa langkah dalam pendekatan saintifik yang diantaranya
melakukan aktivitas mengamati dan mengumpulkan informasi, dapat
dilakukan dengan tersedianya media yang menunjang penerapannya.
Jadi, penggunaan media flashcard dimungkinkan untuk menjadi salah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

satu alternatif dalam mengoptimalkan penerapan pendekatan saintifik


dalam pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas tentang pendekatan saintifik dan media
flashcard, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik dengan
media flashcard adalah suatu proses pembelajaran yang di desain
dengan mengembangkan keaktifan siswa melalui langkah-langkah
sebagai berikut: 1) mengamati dengan media flashcard, 2) menanya,
3) mengumpulkan informasi dengan media flashcard, 4)
menalar/mengolah informasi, dan 5) mengomunikasikan.

B. Kerangka Berpikir
Kondisi awal suasana belajar IPS di SD N 1 Selang, saat mengajar guru
menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Pembelajaran IPS
tentang perjuangan para pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang pada
siswa SD N 1 Selang masih tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan dengan
rendahnya hasil ulangan IPS dengan ketuntasan 40% dari 20 siswa yang terdiri
dari 9 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan, diperoleh data sebanyak 12 siswa
yang nilainya masih di bawah 61 sehingga belum tuntas mencapai KKM. Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran yang berlangsung masih kurang efektif karena
tingkat ketuntasan yang masih rendah.
Pada saat pembelajaran berlangsung, guru belum menggunakan media yang
inovatif saat mengajar dan siswa belum mampu menyelesaikan masalah, siswa
cenderung pasif, siswa cepat merasa bosan dan suka bermain sendiri dan juga
hasil belajar IPS masih rendah dan belum memenuhi KKM. Media yang
digunakan oleh guru yaitu media yang sederhana, seperti media gambar yang
terdapat pada buku sumber. Akibatnya interaksi siswa dalam proses pembelajaran
kurang dan pencapaian hasil belajar belum maksimal.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu adanya suatu perbaikan dalam
pembelajaran menggunakan pendekatan dan media yang inovatif untuk
meningkatkan pembelajaran IPS tentang perjuangan para pejuang pada masa
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

39

penjajahan Belanda dan Jepang di kelas V SD Negeri 1 Selang. Pendekatan


saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang menuntut siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, karena dengan pendekatan ini
memungkinkan siswa untuk mengamati, lalu menanya, mengumpulkan informasi,
menalar, dan yang terakhir siswa belajar mengomunikasikan. Pendekatan ini
dipadukan dengan media flashcard untuk mengatasi sikap pasif siswa dan
menarik daya ingat siswa melalui gambar-gambar yang berkesan, sehingga
mempermudah penyamaan presepsi guru dengan siswa tentang perjuangan para
pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Adapun langkah-langkah
penerapan pendekatan saintifik dengan media flashcard yaitu: (1) mengamati
dengan media flashcard, (2) menanya, (3) mengumpulkan informasi dengan
media flashcard, (4) menalar, dan (5) mengomunikasikan hasil diskusi.
Melalui kolaborasi peneliti dengan guru kelas V SD Negeri 1 Selang,
pendekatan saintifik dengan media flashcard diterapkan melalui dua siklus. Kedua
siklus tersebut melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi
dengan indikator kinerja proses pembelajaran mencapai ≥85% yang akan diukur
melalui lembar observasi dan wawancara, serta hasil belajar siswa yang tuntas
dari KKM = 70 mencapai ≥85%, diukur melalui tes hasil belajar siswa pada setiap
pertemuan. Penerapan pendekatan saintifik akan lebih maksimal hasilnya apabila
didukung oleh media yang menarik siswa dan mampu meningkatkan daya ingat
siswa. Hal ini sesuai dengan karakteristik siswa yang masih berada pada tahap
operasional konkret. Melalui penerapan pendekatan saintifik dengan media
flashcard, diharapkan siswa mampu belajar mandiri; siswa menjadi aktif; dan
siswa menjadi kreatif, sehingga pada kondisi akhir penerapan pendekatan saintifik
dengan media flashcard dapat meningkatkan hasil belajar IPS tentang perjuangan
para pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang pada siswa kelas V SD
Negeri 1 Selang.
Alur kerangka berpikir di atas dapat diskemakan sebagai berikut:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

40

1. Pembelajaran yang 1. Siswa belum mampu


dilaksanakan belum menyelesaikan masalah.
KONDISI menggunakan 2. Siswa cenderung pasif.
AWAL pendekatan yang 3. Siswa cepat merasa bosan dan
mengaktifkan semua masih suka bermain sendiri
siswa dalam proses karena guru belum
pembelajaran dan menggunakan pendekatan yang
belum menggunakan mengaktifkan semua siswa
media yang inovatif. dalam proses pembelajaran.
4. Hasil belajar IPS rendah, belum
memenuhi KKM.
Pembelajaran IPS
menerapkan pendekatan
Saintifik dengan media
flashcard siklus I-II
TINDAKAN dengan langkah-
langkah :
1) Mengamati dengan 1. Siswa mampu belajar
media flashcard mandiri.
2) Menanya 2. Siswa menjadi aktif
3) Mengumpulkan bertanya.
informasi dengan 3. Siswa menjadi kreatif.
media flashcard
4) Menalar
5) Mengomunikasikan
hasil diskusi

Terjadi peningkatan hasil


KONDISI belajar IPS tentang
AKHIR perjuangan para pejuang
pada masa penjajahan
Belanda dan Jepang.

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang, kajian pustaka, dan kerangka berpikir, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian yaitu. “Jika penerapan pendekatan saintifik
dengan media flashcard dilakukan dengan tepat, maka dapat meningkatkan hasil
belajar IPS tentang perjuangan para pejuang pada masa penjajahan Belanda dan
Jepang di kelas V SD Negeri 1 Selang tahun ajaran 2017/2018”.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Anda mungkin juga menyukai