Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DASAR DASAR ILMU PENDIDIKAN

ASAS-ASAS PENDIDIKAN DAN PENERAPANNYA

KELOMPOK 4

ELSA RAHMA DANI (23129310)

FAIZAH ATIKA MUTHY (23129025)

FAIZAH SALSA SEPTIANI (23129159)

HASNUL ZAFRA (23129175)

DOSEN PENGAMPU:

DRA. TIN INDRAWATI,M.Pd.

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat waktu. Tanpa ridha dan petunjuk dari-Nya mustahil makalah ini dapat
dirampungkan.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Dasar-Dasar ilmu pendidikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Asas-asas pendidikan dan penerapannya”. Besar harapan kami bahwa makalah ini
dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai pegangan dalam mempelajari materi tentang
Asas-asas pendidikan dan penerapannya

Juga merupakan harapan kami dengan hadirnya makalah ini, akan mempermudah
semua pihak dalam proses perkuliahan pada mata kuliah dasar dasar ilmu pendidikan. Sesuai
kata pepatah “tak ada gading yang tak retak”, kami mengharapkan saran dan kritik,
khususnya dari rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi.

Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Akhir kata, semoga segala daya dan upaya
yang kami lakukan dapat bermanfaat, Aamiin.

Penyusun,

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
A. Latar belakang ..................................................................................................................... 4
B. Rumusan masalah ................................................................................................................ 4
C. Tujuan .................................................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................ 6
A. PENGERTIAN AZAS PENDIIDKAN ............................................................................. 6
1. Asas Tut Wuri Handayani .................................................................................................. 6
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat ........................................................................................... 7
3. Azas Kemandirian dalam Belajar ..................................................................................... 9
4. Asas Alam Takambang Jadi Guru ................................................................................... 10
B. IMPLEMENTASI ASAS-ASAS PENDIDIKAN DALAM KEGIATAN
PEMBELAJARAN ........................................................................................................... 12
1. Asas Tut Wuri Handayani ................................................................................................ 12
2. Asas Kemandirian Belajar ................................................................................................ 12
3. Asas Pendidikan Sepanjang Hayat ................................................................................... 12
4. Alam Takambang Jadi Guru............................................................................................. 12
C. Penerapan asas-asas Pendidikan (di sekolah dan di luar sekolah) .................................... 12
1. Keadaan yang di temui .................................................................................................. 13
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 16
B. Saran................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Kemajuan ilmu dan teknologi terutama teknologi informasi menyebabkan arus


komunikasi cepat. Hal ini berdampak pada norma kehidupan dan ekonomi, seperti
tersingkirnya pekerja yang tidak profesional dan kurang terampil. Menurunnya norma
masyarakat kita yang bersifat pluralistik sehingga rawan terhadap timbulnya sosial
serta integrasi bangsa.
Pendidikan sebagai usaha dasar yang sistematis-sistemik selalu bertolak dari
sejumlah asas tertentu. Asas-asas tersebut sangat penting karna pendidikan merupakan
pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat tertentu. Khusus untuk
pendidikan indonesia, terdapat sejumlah asas pendidikan yang memberi arah dalam
merancang dan melaksanakan pendidikan itu.
Di antara sejumlah asas tersebut, akan dikaji lebih lanjut tiga asas yaitu Asas
Tut Wuri Handayani,Ing Ngarsa Sung Tulada,Asas Ing Madya Mangun Karsa, Asas
Kemandirian dalam Belajar dan Asas Belajar Sepanjang Hayat,Asas Alam
Takambanag Jadi Guru,dan Implementasi dari masing- masing asas dalam pendidikan
. Keempat asas itu dipandang sangat relevan dengan upaya pendidikan, baik masa
kini maupun masa depan.

B. Rumusan masalah

A. pengertian azas pendididkan


1. Apa yang di maksud Tut Wuri Handayani , Ing Ngarsa Sung Tulada , Ing Madya
Mangun Karsa?
2. Apa yang di maksud Asas Kemandirian dalam belajar ?
3. Apa yang di maksud Asas Pendidikan Sepanjang Hayat ?
4. Apa yang dimaksud Asas Alam Takambang Jadi Guru ?
B. Bagaimana Imlementasi dari masing-masing Asas dalam pendidikan ?
C. Bagaimana impementasi di sekolah dan luar sekolah
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Asas Tut Wuri Handayani Ing Ngarsa Sung Tulada , Ing Madya
Mangun Karsa?
2. Untuk mengetahui Asas Kemandirian dalam belajar
3. Untuk mengetahui Asas Pendidikan sepanjang hayat
4. Untuk mengetahui Asas Alam takambang jadi guru
5. Untuk mengetahui Implementasi dari masing masing asas dalam pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

D. PENGERTIAN AZAS PENDIIDKAN

Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan
berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.

1. Asas Tut Wuri Handayani


Asas Tut Wuri Handayani merupakan gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh Ki
Hajar Dewantara seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional.
Asas Tut Wuri Handayani memberi kesempatan anak didik untuk melakukan usaha
sendiri, dan ada kemungkinan mengalami berbuat kesalahan, tanpa ada tindakan (hukuman)
pendidik (Karya Ki Hajar Dewantara, 1962:59).
Menurut asas tut wuri handayani :
(1) pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan
(2) pendidikan adalah penggulowenthah yang mengandung makna: momong, among,
ngemong (Karya Ki Hajar Dewantara, hal. 13)Among mengandung arti mengembangkan
kodrat alam anak dengan tuntutan agar anak didik dapat mengembangkan hidup batin
menjadi subur dan selamat.

Terdapat dua semboyan untuk melengkapinya agar menjadi satu kesatuan asas :
a. Ing Ngarsa Sung Tuladha Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan memberi contoh)
adalah hal yang baik mengingat kebutuhan anak maupun pertimbangan guru. Di bagian
depan, seorang guru akan membawa buah pikiran para muridnya itu ke dalam sistem ilmu
pengetahuan yang lebih luas.
Ia menempatkan pikiran / gagasan / pendapat para muridnya dalam cakrawala yang
baru, yang lebih luas. Dalam posisi ini ia membimbing dan memberi teladan. Akhirnya,
dengan filosofi semacam ini, siswa (dengan bantuan guru dan teman-temannya)
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri di antara pengetahuan yang telah dikonstruksi oleh
banyak orang termasukoleh para ahli.
b. Ing Madya Mangun Karsa Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangkitkan
kehendak) diterapkan dalam situasi ketika anak didik kurang bergairah atau ragu -ragu untuk
mengambil keputusan atau tindakan, sehingga perlu diupayakan untuk memperkuat
motivasi.Dan, guru maju ke tengah- tengah (pemikiran) para muridnya. Dalam posisi ini ia
menciptakan situasi yang memungkinkan para muridnya mengembangkan, memperbaiki,
mempertajam, atau bahkan mungkin mengganti pengetahuan yang telah dimilikinya itu
sehingga diperoleh pengetahuan baru yang lebih masuk akal, lebih jelas, dan lebih banyak
manfaatnya.
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat
Untuk mencapai integritas pribadi yang utuh harus ada Keseimbangan dan
keterpaduan dapat dilihat dari segi:
(1) jasmani dan rohani; jasmani meliputi: badan, indera, dan organ tubuh yang lain;
sedangkan rohani meliputi: potensi pikiran, perasaan, daya cipta, karya, dan budi nurani,
(2) material dan spiritual; material berkaitan dengan kebutuhan sandang, pangan, dan papan
yang memadai; sedangkan spiritual berkaitan dengan kebutuhan kesejahteraan dan
kebahagiaan
(3) individual dan sosial; manusia mempunyai kebutuhan untuk memenuhi keinginan pribadi
dan memenuhi tuntutan masyarakatnya,
(4) dunia dan akhirat; manusia selalu mendambakan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
sesuai dengan keyakinan agam masing-masing,
(5) spesialisasi dan generalisasi; manusia selalu mendambakan untuk memiliki kemampuan-
kemampuan yang umumnya dimiliki orang lain, tetapi juga menginginkan kemampuan
khusus bagi dirinya sendiri.

Artinya, setiap manusia Indonesia diharapkan untuk selalu berkembang sepanjang


hidupnya dan dilain pihak masyarakat dan pemerintah diharapkan agar dapatmenciptakan
situasi yang menantang untuk belajar. Pendidikan sepanjang hayat adalah pendidikan yang
harus:
a. Meliputi seluruh hidup setiap individu.
b. Mengarah kepada pembentukan, pembaruan, peningkatan, dan penyempurnaan
secara sistematis pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat meningkatkan kondisi
hidupnya.
c. Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (self fulfilment) setiap
individu.
d. Meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri. e. Mengakui
konstribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi termasuk yang formal,
nonformal, dan informal.

Kurikulum yang dapat mendukung terwujudnya belajar sepanjang hayat harus


dirancang dan diimplementasi dengan memperhatikan dua dimensi sebagai berikut:
a. Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah yang meliputi disamping keterkaitan dan
kesinambungan antar tingkatan persekolahan, harus pula terkait dengan kehidupan peserta
didik di masa depan. Termasuk dimensi vertikal diantara lain:
i. Keterkaitan antara kurikulum dengan masa depan peserta didik.
ii. Kurikulum dan perubahan sosial kebudayaan
iii. “the forecasting curriculum” yakni perancangan kurikulum berdasarkan suatu
prognosis.
iv. Keterpaduan bahan ajaran dan pengorganisasian pengetahuan.
v. Penyiapan untuk memikul tanggung jawab.
vi. Pengintegrasian dengan pengalaman yang telah dimiliki peserta didik.
vii. Dapat melihat kemanfaatan yang akan didapatkan dengan tetap mengikuti pendidikan.
b. Dimensi horizontal dari kurikulum sekolah yakni keterkaitan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah, antara lain :
viii. Kurikulum sekolah merefleksi kehidupan di luar sekolah.
ix. Memperluas kegiatan belajar keluar sekolah.
x. Melibatkan orang tua dan masyarakat dalam kegiatan belajar mengajar.

Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi
lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Apa yang dipelajari hari ini
belum tentu sesuai dengan tantangan perubahan pada beberapa tahun berikutnya. Implikasi
dari konsep yang demikian ialah bahwa manusia harus selalu belajar sepanjang hayat,
sehingga dia dapat mempelajari dan menyesuaikan diri sesuai dengan perubahan yang
berlangsung.
Dewasa ini, akibat kemajuan ilmu dan teknologi yang amat pesat, maka terjadi
perubahan yang amat pesat dalam berbagai aspek kehidupan. Akibatnya, apa yang dipelajari
oleh seseorang pada beberapa tahun yang lalu dapat menjadi tidak berarti atau tidak
bermanfaat. Sebab apa yang telah dipelajarinya sudah tidak relevan lagi dengan berbagai
masalah kehidupan yang dihadapinya.
Implikasi dari kemajuan ilmu dan teknologi yang amat pesat tersebut ialah seseorang
dituntut untuk mau dan mampu belajar sepanjang hayat. Dengan kemauan dan kemampuan
untuk dapat belajar sepanjang hayat, maka konsep belajar tidak lagi sekedar belajar untuk
tahu (learning to know) dan mampu (learning to do), akan tetapi belajar sepanjang hayat yang
menuntut kemauan dan kemampuan seseorang guna belajar untuk menjadi (learning to be)
3. Azas Kemandirian dalam Belajar
Asas ini tidak dapat dipisahkan dari 2 asas tut wuri handayani dan belajar sepanjang
hayat.
Perwujudan kemandirian dalam belajar akan menempatkan pendidik dalam peran
utama sebagai fasilitator, informator, dan motivator, disamping peran-peran lain seperti
organisator.
 Sebagai fasilitator, guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai sumber
belajar dengan sedemikian rupa, sehingga memudahkan peserta didik berinteraksi dengan
sumber-sumber tersebut.
 Sebagai informator, pendidik harus menyadari bahwa dirinya hanya merupakan
bagian kecil saja dari sumber informasi yang datangnya membanjir dewasa ini. Hal tersebut
berarti bahwa pendidik perlu memberikan dan bahkan merangsang peserta didik untuk
memburu informasi selain dari dirinya sendiri.
 Sebagai motivator, pendidik mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk
memanfaatkan sumber belajar secara maksimal. Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai
aktifitas belajar yang berlangsung lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan
tanggung jawab sendiri dari pembelajaran. Ada beberapa pandangan tentang belajar mandiri
yang diutarakan oleh para ahli seperti dipaparkan sebagai berikut:

a. Belajar Mandiri memandang siswa sebagai para manajer dan pemilik tanggung
jawab dari proses pelajaran mereka sendiri.
b. Belajar Mandiri mengintegrasikan self- management (manajemen konteks,
menentukan setting, sumber daya, dan tindakan) dengan self-monitoring (siswa memonitor,
mengevaluasi dan mengatur strategi belajarnya).
c. Peran kemauan dan motivasi dalam Belajar Mandiri sangat penting di dalam
memulai dan memelihara usaha siswa.
d. Di dalam belajar mandiri, kendali secara berangsur-angsur bergeser dari para guru
ke siswa. Siswa mempunyai banyak kebebasan untuk memutuskan pelajaran apa dan tujuan
apa yang hendak dicapai dan bermanfaat baginya.
Menurut Haris Mujiman, belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong
oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah. Di
sini belajar mandiri lebih dimaknai sebagai usaha siswa untuk melakukan kegiatan belajar
yang didasari oleh niatnya untuk menguasai suatu kompetensi tertentu. Belajar mandiri dapat
diartikan sebagai usaha individu untuk melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun
dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai suatu materi
pembelajaran

4. Asas Alam Takambang Jadi Guru


Asas ini diambil dari falsafah pendidikan yang digunakan di Minangkabau. Penerapan
asas ini tidak dapat diketahui sejak kapan pastinya digunakan sebagai filsafat pendidikan,
namun pepatah ini sudah sering digunakan dan didengungkan dewasa ini terutama dalam
mensosialisasikan pendidikan karakter di Indonesia.
“Alam Takambang Jadi Guru” diambil dari bahasa Minang yang kalau
diindonesiakan menjadi ‘alam terkembang menjadi guru’. Sebagaimana diketahui bahwa
bahasa Minang merupakan bahasa sehari-hari yang digunakan oleh suku Minangkabau yang
mendia
mi salah satu propinsi di Indonesia, yaitu Sumatera Barat.
Pengertian dari “alam takambang jadi guru” dapat dilihat dari istilah yang digunakan,
yaitu “Alam” berarti tempat kita hidup, sesuatu yang berada di sekitar, tempat lahir dan
berkembang yang dijadikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. “Takambang” memiliki makna
bahwa alam yang diciptakan Tuhan itu bukanlah alam yang sempit, namun memiliki keluasan
cakupan, tempat terjadinya aneka peristiwa dan dinamika kehidupan di dalamnya.
Sedangkan “jadi guru” dapat diartikan bahwa alam tersebut dapat dijadikan sebagai
sumber belajar, tempat terjadinya proses pendidikan yang maha luas, banyak hikmah yang
dapat diambil pelajaran sebagai pedoman hidup manusia dalam mengalami kehidupannya.
Hal ini berarti bahwa bahwa alam sekitar yang dijadikan sumber belajar bermakna jauh lebih
luas dan lebih bervariasi jika dibandingan dengan “guru” di sekolah sebagai sumber belajar.
Belajar dengan Alam Takambang akan selalu serasi dan selaras dengan
perkembangan, karena belajar dengan Alam Takambang tidak akan ada dijumpai apa yang
disebut dengan keterikatan, keterbelakangan, keterbatasan, kadaluarsa dan lain sebagainya.
Alam Takambang dijadikan guru tidak jadi soal jauh atau dekat karena dengan bantuan
teknologi banyak hal menjadi sangat mudah.
Pemanfaatan alam sebagai sumber pemenuhan kebutuhan manusia mutlak harus
dijaga dan dipelihara karena menyangkut keberlangsungan hidup mereka sekarang atau pun
untuk anak keturunan di kemudian hari. Orang Minangkabau berpikir dan menarik
pembelajaran dari ketentuan alam. Sehingga tidak jarang pepatah dan petitih yang menjadi
panduan adat mereka bersumber dari peristiwa yang terjadi di alam.
Ketentuan dari alam yang kita maksudkan umpamanya daratan, lautan, gunung,
bukit, lurah, batu, air, api, besi, tumbuh-tumbuhan, binatang-binatang, langit, bumi, bintang,
matahari, bulan, warna-warna, bunyi dan sebagainya yang mempunyai ketentuan-
ketentuannya sendiri-sendiri.
Seumpama ketentuan lautan berombak, gunung berkabut, lurah berair, air
menyuburkan, api membakar, batu dan besi keras, kelapa bermata, buluh berbuku, pokok
bertunas, ayam berkokok, murai berkicau, elang berkulit, merah, putih, hitam, dan sebagainya
(Hakimy, 2001:3).
Sementara itu nilai-nilai kemanusiaan seperti: penghargaan pada sesama, toleransi,
tolong menolong, dan lain sebagainya digali untuk dijadikan dasar berprilaku dalam interaksi
sosial masyarakat.
Pembelajaran seperti ini merupakan manifestasi dari keyakinan mereka bahwa agar menjadi
pribadi yang utuh manusia haruslah memiliki pandangan yang bijak dalam memahami alam
sebagai guru kehidupan. Sebagai guru alam sudah seharusnya melaksanakan proses
pendidikan yang sebenarnya.
Pendidikan yang dimaksud tentulah pendidikan yang bersifat menyeluruh, padu yang
tak terpisahkan dari kehidupan itu sendiri. Itulah, pendidikan yang tak hanya terkait dengan
ilmu sebagai sekedar pengetahuan, tetapi “ilmu yang hidup” menjadi amal perbuatan dalam
kehidupan, yang tidak hanya sekedar untuk mencapai ijazah ataupun gelar yang diinginkan.
Nilai pendidikan akan dangkal jika dipatok harganya dengan selembar ijazah.
Sedemikian mulianya nilai pendidikan bagi orang Minangkabau, sehingga
menganggap ilmu itu sesuatu yang hidup, mendampingi manusia dalam mencapai
kebahagiaan hakiki dalam hidup dan kehidupannya. Eksistensi ilmu turut membangun
dinamika kehidupan yang lebih bermartabat, karena pada dasarnya ilmu itu diperoleh dari
proses pendidikan yang tidak pernah berhenti dalam usaha mewujudkan manusia yang sesuai
dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan.
Alam takambang jadi guru banyak sekali mengandung nilai luhur yang dapat
dijadikan sebagai pedoman dalam merancang sistem pendidikan sekarang dan untuk masa
depan. Keterpurukan dunia pendidikan dewasa ini tidak terlepas dari sejauh mana usaha yang
dilakukan oleh seluruh komponen pendidik dalam menanamkan nilai tersebut. Proses
pendidikan saat ini seakanakan telah memisahkan anak didik dengan alam tempat mereka
selama ini tumbuh dan dibesarkan.
Suasana pendidikan sekarang terlalu mengutamakan lingkungan akademik yang
berorientasi pada penguasaan konsep untuk mencapai indeks prestasi yang tinggi tanpa
mempedulikan penerapannya dalam lingkungan kehidupan yang sesungguhnya. Alam
takambang jadi guru mengandung pengertian bahwa setiap orang ataupun kelompok
mempunyai kedudukan yang sama, tidak ada yang lebih tinggi dari yang lain, baik sebagai
individu, kelompok ataupun golongan.
Secara historis pandangan hidup semacam itu memberikan sprit tersendiri bagi
individu untuk mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, oleh karenanya mereka saling
berkompetisi meningkatkan harga diri dan martabat mereka masing-masing. Sistem
masyarakat yang komunal dan kolektif tersebut senantiasa menentang eksistensi personal
yang dengan sendirinya bisa melahirkan generasi yang sensitif akan kehidupan masyarakat ke
depan. Karena di satu sisi alam takambang jadi guru mengajarkan bahwa suatu keniscayaan
bagi seseorang untuk menjunjung dan menempatkan harga diri pada posisi yang wajar dan
terhormat agar tidak terjadi kesenjangan sosial ditengah masyarakat.
Tujuan akhir dari falsafah ini adalah kesuksesan bersama dengan memberdayakan
potensi individu sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Dalam falsafah alam
takambang jadi guru tidak ada manusia yang tidak “terpakai”. Memang kita tidak menampik
kelebihan kecerdasan antara orang yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda tetapi
perbedaan tersebut bukanlah suatu halangan bahkan sebenarnya dapat dijadikan sarana untuk
saling melengkapi dalam mencapai tujuan.
B. IMPLEMENTASI ASAS-ASAS PENDIDIKAN DALAM KEGIATAN
PEMBELAJARAN

Asas Tut Wuri Handayani


Asas Tut Wuri Handayani memiliki makna bahwa setiap manusia berhak mengatur diri
sendiri dengan berpegang teguh pada tata tertib yang berlaku secara umum. Dalam
pelaksanaan pendidikan peserta didik diberi keleluasaan untuk dapat mencari, mempelajari
dan memecahkan masalah yang dihadapi secara mandiri tanpa adanya paksaan dari pendidik.
Hal ini yang menjadikan pelaksanaan pendidikan berpusat kepada peserta didik dan
menjadi cikal bakal dalam pelaksanaan pendidikan yang menekankan cara belajar siswa aktif
Adapun penjabaran asas ini adalah sebagai berikut:
1. Hak untuk mengatur diri sendiri
2. Pengajaran yang dilakukan memberikan pengetahuan berfaedah
3. Pengajaran berdasarkan kebudayaan dan kebangsaan
4. Pengajaran ditujukan untuk seluruh rakyat
5. Berusaha dengan kekuatan sendiri
6. Membiayai sendiri setiap usaha
7. Rasa Ikhlas
Asas Kemandirian Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya guru memberikan arahan sedini mungkin
terhadap siswa untuk belajar dengan mandiri. Guru harus mengurangi campur tangan
terhadap kegiatan belajar siswa namun juga tetap sigap ketika dibutuhkan. Perwujudan dari
kemandirian belajar ini akan memberikan tempat kepada guru untuk berperan sebagai
fasilitator dan motivator.
Guru memberikan fasilitas dan motivasi kepada siswa untuk mendukung kegiatan
belajar setiap siswa. Sehingga semua kebutuhan siswa dalam belajar dapat terpenuhi dengan
baik.
Asas Pendidikan Sepanjang Hayat
Asas ini menunjukkan bahwa pendidikan yang dilakukan berlangsung seumur hidup
setiap individu. Pendidikan yang dilakukan mengarah kepada pembentukan, pembaruan,
peningkatan dan penyempurnaan terhadap semua aspek.
Termasuk memberikan peningkatan dan motivasi untuk belajar mandiri.
Alam Takambang Jadi Guru
Implikasi Alam Takambang jadi guru dalam pendidikan adalah :
a. Menunjukkan sikap seseorang terhadap tanggung jawab yang seharusnya dilaksanakan
dalam rangka pengembangan diri.
b. Menunjukkan kepada tata sumber dari pengetahuan dan teknologi atau keterampilan.
Dengan menumbuh kembangkan kemerdekaan.
c. Menjadikan alam bebas sebagai sumber pengetahuan dan pembelajaran bagi peserta didik.

C. Penerapan asas-asas Pendidikan (di sekolah dan di luar sekolah)


1. Keadaan yang di temui
Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa keadaan
yang ditemui sekarang, yakni :

1) Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan keterampilan yang
diminatinya di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh pemerintah
sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat. Peserta didik bertanggung jawab atas

pendidikannya sendiri

2) Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang


diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang tertentu
yang diinginkannya

3) Peserta didik memiliki kecerdasan yang luar biasa diberikan kesempatan untuk
memasuki program pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan gaya dan irama belajarnya

4) Peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental memperoleh
kesempatan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan cacat yang disandang
agar dapat bertumbuh menjadi manusia yang mandiri

5) Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan


dan ketrampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar
yang memadai sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari potensi dibawah normal
sampai jauh diatas normal (Jurnal Pendidikan,1989)

Dalam kaitan asas belajar sepanjang hayat, dapat dikemukakan beberapa keadaan
yang ditemui sekarang, yaitu :

1) Usaha pemerintah memperluas kesempatan belajar telah mengalami peningkatan.


Terbukti dengan semakin banyaknya peserta didik dari tahun ke tahun yang dapat ditampung
baik dalam lembaga pendidikan formal, non formal, dan informal; berbagai jenis pendidikan;
dan berbagai jenjang pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi

2) Usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga kependidikan pada
semua jalur, jenis, dan jenjang agar mereka dapat melaksanakan tugsnya secara proporsional.
Dan pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil pendidikan di seluruh tanah air.
Pembinaan guru dan tenaga guru dilaksanakan baik didalam negeri maupun diluar negeri
3) Usaha pembaharuan kurikulum dan pengembangan kurikulum dan isi pendidikan agar
mampu memenuhi tantangan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas
melalui pendidikan

4) Usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin meningkat:
ruang belajar, perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja, sarana pelatihan dan
ketrampilan, sarana pendidikan jasmani

5) Pengadaan buku ajar yang diperuntukan bagi berbagai program pendidikan masyarakat
yang bertujuan untuk:

a) Meningkatkan sumber penghasilan keluarga secara layak dan hidup bermasyarakat


secara berbudaya melalui berbagai cara belajar

b) Menunjang tercapainya tujuan pendidikan manusia seutuhnya

6) Usaha pengadaan berbagai program pembinaan generasi muda: kepemimpinan dan


ketrampilan, kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap patriotisme dan idealisme, kesadaran
berbangsa dan bernegara, kepribadian dan budi luhur

7) Usaha pengadaan berbagai program pembinaan keolahragaan dengan memberikan


kesempatan yang seluas-luasnya kepada anggota masyarakat untuk melakukan berbagai
macam kegiatanolahraga untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran serta prestasi di
bidang olahraga

8) Usaha pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita dengan memberikan


kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan keluarga sehat, sejahtera dan bahagia;
peningkatan ilmu pngetahuan dan teknologi, ketrampilan serta ketahanan mental.

Sesuai dengan uraian di atas, maka secara singkat pemerintah secara lintas sektoral telah
mengupayakan usaha-usaha untuk menjawab tantangan asas pendidikan sepanjang hayat
dengan cara pengadaan sarana dan prasarana, kesempatan serta sumber daya manusia yang
menunjang.

2. Permasalahan yang dihadapi

a.Masalah Peningkatan Mutu Pendidikan

Kebijakan peningkatan mutu pendidikan tidak harus dipertimbangkan dengan


kebijaksanaan pemerataan pendidikan. Karena peningkatan kualitas pendidikan harus
diimbangi dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pendidikan bertujuan membangun
sumber daya manusia yang mutunya sejajar dengan mutu sumber daya manusia negara lain.

Pemerintah mengusahakan berbagai cara dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, antara
lain:

(1) Pembinaan guru dan tenaga pendidikan di semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan
yang menyelenggarakan pendidikan

(2) Pengembangan sarana dan prasarana sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi

(3) Pengembangan kurikulum dan isi pendidikan sesuai dengan perkembangan ilmu dan
teknologi serta pengembangan nilai-nilai budaya bangsa

(4) Pengembangan buku ajar sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta perkembangan budaya bangsa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Asas – asas pendidikan terdiri dari Tut Wuri Handayani, belajar sepanjang hayat, dan
belajar mandiri. Dan alam takambang jadi guru. Dalam asas – asas tersebut perbedaan yang
mencolok walaupun asas – asas tersebut merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Dalam asas Tut Wuri Handayani menekankan pada peran pendidik dan anak didik dalam
kegiatan belajar namun dalam asas belajar sepanjang hayat menekankan pada peran anak
diidk dalam belajar.

Anak didik dalam asas belajar sepanjang hayat bukan berrati anak diidk yang selalu
membutuhkan pendiidk dalam belajar, melainkan semua orang yang ingin belajar seumur
hidupnya. Sedangkan asas kemandirian dalam belajar menekan pada proses belajar yang
harus mandiri dan tidak selalu bergantung dengan orang lain.

B. Saran

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang
membangun guna kesempurnaan pembuatan makalah ini dan bermanfaat khususnya untuk
penulis dan umumnya untuk pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Hanifah. 1950. Rintisan Filsafat, Filsafat Barat Ditilik dengan Jiwa Timur, Jilid

I.Jakarta: Balai Pustaaka.

Conny Seniawan, et. al. 1951. Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan

Siswa dalam Belajar. Jakarta: Gramedia.

Prof. Dr. Umar Tirtarahardja, dkk. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Jannah, F. (2013). Pendidikan Seumur Hidup dan Implikasinya. Dinamika Ilmu, 13(1).

Maunah, B. (2009). Ilmu pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai