Anda di halaman 1dari 23

Laporan Makalah

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

Untuk memenuhi tugas matakuliah Landasan Pendidikan

Dosen Pengampu: Yaumil Istiqlal M.Nur, S.Pd, M.Pd

Disusun oleh:

Kelompok V (Lima)

Nilam Syahfani (2306103010024)

Firna rismawati (2306103010018)

Riska armilia (2306103010064)

Rika Riani(2306103010040)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2024

0
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat
rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah dengan berjudul 'Azas-azas dalam
pendidikan' dapat selesai.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas semester dari Yaumil
Istiqlal M,nur, S.Pd, M,Pd. pada bidang studi Landasan Pendidikan. Selain itu,
penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang
Azas-azas dalam Pendidikan.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Yaumil selaku


Dosen pengampu mata kuliah Landasan Pendidikan. Berkat tugas yang diberikan
ini, dapat menambah wawasan kami berkaitan dengan topik yang diberikan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih


melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu kami memohon maaf atas
kesalahan dan ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini.
Kami juga mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan
kesalahan dalam makalah ini.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................i
BAB I.................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................1
BAB II................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Landasan pendidikan.............................................................................................3
2.2 Azas Pokok Pendidikan...........................................................................................................4
2.2.1 Azas Tut Wuri Handayani................................................................................................4
2.2.2 Azas Belajar Sepanjang Hayat.........................................................................................5
2.2.3 Azas Kemandirian dalam Belajar.....................................................................................7
2.3 Penerapan Azas-Azas Pendidikan (di Sekolah dan di luar sekolah) Dewasa ini.....................8
2.3.1 Penerapan Azas Pendidikan Tut Wuri Handayani...........................................................9
2.3.2 Penerapan Azas Pendidikan Belajar Sepanjang Hayat...................................................10
2.3.3 Penerapan Azas Pendidikan Kemandirian dalam Belajar..............................................11
2.4 Study Case (Keadaan yang Ditemui).....................................................................................12
2.5 Permasalahan yang Dihadapi Terkait Kasus yang Dibahas...................................................15
2.6 Pengembangan Penerapan Azas-Azas Pendidikan................................................................15
BAB III.............................................................................................................................................17
PENUTUP........................................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................17
3.2 Saran.......................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................18

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Landasan pendidikan adalah sekumpulan teori, asas, dan konsep yang
berfungsi sebagai dasar untuk penyelenggaraan pendidikan. Landasan pendidikan
juga memberikan arah dan tujuan yang jelas bagi pendidikan serta membantu
pendidik dalam membuat keputusan dan bertindak. Landasan pendidikan adalah
komponen yang sangat penting dari penyelenggaraan pendidikan. Para pendidik
dapat melakukan pekerjaan mereka dengan lebih baik dan membantu peserta didik
mencapai tujuan pendidikan.

Landasan pendidikan berfungsi sebagai dasar yang kokoh untuk


pendidikan berkualitas tinggi. Landasan pendidikan berfungsi seperti tiang
penyangga yang menopang seluruh bangunan dan memastikan bahwa itu berdiri
tegak. Landasan pendidikan memberi siswa jalan dan tujuan yang jelas. Tujuan ini
berasal dari dasar filosofis yang membahas hakikat manusia dan nilai-nilai yang
ingin ditanamkan pada siswa. Pendidikan dapat berjalan dengan fokus dan terarah
dengan tujuan yang jelas.

Landasan pendidikan memberikan pedoman bagi pendidik untuk


melakukan pekerjaan mereka. Salah satu contohnya adalah landasan pedagogis,
yang memberikan dasar untuk teori dan praktik pembelajaran yang efektif.
Landasan psikologis membantu guru memahami pertumbuhan siswa mereka
sehingga mereka dapat memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
mereka. Pendidikan dapat ditingkatkan dengan memahami dan menerapkan
landasan pendidikan. Landasan pendidikan membantu mempersiapkan generasi
penerus bangsa yang cerdas, berkarakter, dan bermoral. Dengan memahami
landasan pendidikan, para pendidik dapat membuat keputusan dan tindakan yang
tepat serta memberikan pembelajaran yang efektif dan berkualitas tinggi bagi
siswa mereka. Dengan memahami landasan pendidikan, para pendidik dapat
menanamkan nilai-nilai yang ingin ditanamkan dalam diri siswa mereka dan
membantu mereka menjadi anggota masyarakat yang baik.

Salah satu komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan


pendidikan adalah landasan pendidikan. Dengan memahami dan menerapkan
landasan ini, pendidikan dapat berjalan dengan lebih baik dan menghasilkan
generasi penerus yang berkualitas tinggi untuk bangsa ini.

1
Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran landasan pendidikan dalam kehidupan peserta didik?

2. Apa saja asas-asas yang ada dalam mempelajari landasan pendidikan?

3. Bagaimana penyelesaian yang bijak kasus yang diambil yang mewakili


kekuatan materi ini?

Tujuan

1. Memberikan pemahaman tentang pentingnya landasan pendidikan.

2. Mengenal dan menganalisa azas-azas pendidikan yang sesuai dan dapat


mengaplikasikan dengan baik.

3. Meningkatkan skill problem solving terhadap permasalahan yang diambil.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Landasan pendidikan


Dalam dunia pendidikan, landasan pendidikan berfungsi sebagai dasar
konseptual utama. Menurut Prof. Dr. Ir. Amos Neolaka, M.Pd. dan Grace Amialia
A. Neolaka, S.Pd., M.Pd., landasan pendidikan secara ontologis adalah bagian-
bagian dasar dari upaya, proses, atau kegiatan yang dimaksudkan untuk
meningkatkan kecakapan intelektual dan emosional seseorang. Landasan filosofis
atau filsafat pendidikan adalah landasan yang membahas makna dan hakikat
pendidikan. Ini bertujuan untuk menyelidiki masalah-masalah penting seperti
apakah pendidikan itu, mengapa itu diperlukan, dan apa tujuan pendidikan
seharusnya. Pemahaman tentang anak-anak sebagai individu yang aktif dalam
proses pembelajaran adalah dasar pendidikan, menurut filsuf dan pendidik
Amerika John Dewey.

Landasan merupakan tempat bertumpu, titik tolak, atau dasar pijakan


karena istilah "landasan" berarti tumpuan, dasar, atau alas. Titik tolak ini dapat
material (misalnya, landasan pesawat terbang) atau konseptual (misalnya,
landasan pendidikan). Sementara landasan koseptual sama dengan asumsi, asumsi
dapat dibagi menjadi tiga kategori: aksioma, postulat, dan premis
tersembunyi.Pendidikan antara lain dapat dipahami dari dua sudut pandang: sudut
praktik, di mana kita mengenal istilah "praktik pendidikan", dan sudut studi, di
mana kita mengenal istilah "pendidikan studi".Kegiatan yang dilakukan seseorang
atau sekelompok orang atau lembaga untuk membantu individu atau sekelompok
orang mencapai tujuan pendidikan disebut praktik pendidikan. Pengelolaan
pendidikan (makro maupun mikro) dan kegiatan pendidikan (bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan) adalah dua contoh kegiatan bantuan dalam praktik
pendidikan. Kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk memahami
pendidikan disebut studi pendidikan.Berdasarkan penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa landasan pendidikan adalah gagasan yang berfungsi sebagai
titik tolak dan pijakan untuk praktik dan studi pendidikan (Rasid, 2018).

Landasan ini sangat penting untuk melakukan analisis mendalam terhadap


prinsip-prinsip kebijakan dan praktik pendidikan. Praktik pendidikan tidak akan
menemukan jalan yang jelas tanpa landasan. Hak-hak pendidikan dilindungi oleh
landasan filosofis, ilmiah, hukum, dan akademik. Fungsi landasan pendidikan
adalah untuk memberikan arahan dan tujuan untuk pendidikan serta menjadi
pijakan atau rujukan untuk kegiatan dan pengembangan pendidikan.

3
Pemahaman tentang manusia sebagai siswa, situasi, proses, perubahan
sosial, proses pelaksanaan, dan masalah pendidikan adalah bagian dari landasan
pendidikan. Tujuan dasar pendidikan adalah untuk menjamin pendidikan yang
adil, berkualitas, dan tidak adil. Selain itu, landasan pendidikan memajukan dan
membantu perkembangan manusia secara keseluruhan.

Pentingnya landasan pendidikan terletak pada fungsinya sebagai acuan dan


pedoman untuk melaksanakan pendidikan. Dengan adanya landasan pendidikan,
pendidikan dapat berjalan dengan lebih baik dan lebih efektif. Ini memberi
pendidik dan pengambil kebijakan arahan yang jelas untuk membuat kebijakan,
merancang kurikulum, dan mengembangkan strategi pembelajaran yang efektif.

2.2 Azas Pokok Pendidikan


Azas pokok pendidikan menentukan tujuan, nilai, dan metode pendidikan
dalam sistem pendidikan suatu negara atau masyarakat. Asas pendidikan adalah
kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir selama tahap perancangan
dan pelaksanaan pendidikan. Untuk pendidikan di Indonesia, terdapat beberapa
asas yang membantu merancang dan menerapkan pendidikan. Salah satu dasar
utama azas-azas tersebut adalah Azas tut wuri handayani, azas belajar sepanjang
hayat, dan Azas kemandirian dalam belajar. Ketiga azas ini dianggap sangat
relevan dengan upaya pembinaan dan pengembangan pendidikan nasional, baik
masa kini maupun masa yang akan datang. Oleh karena itu, setiap tenaga
pendidikan harus memahami dengan tepat ketiga azas tersebut agar dapat
menerapkannya dengan semestinya dalam penyeleenggaraan pendidikan sehari-
hari.

Faktor-faktor pendidikan ini digunakan sebagai dasar acuan untuk


berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan kurikulum.
Pendidikan dapat mempelajari dan memanfaatkan banyak azas, seperti manfaat,
usaha bersama, demokratis, kesadaran hukum, kepercayaan pada diri sendiri,
efisiensi, dan fleksibilitas. Kecenderungan umum pendidikan di dunia, pemikiran
dan pengalaman sepanjang sejarah pelaksanaan pendidikan, tujuan pendidikan
yang ingin dicapai, dan faktor lain membentuk dasar pendidikan saat ini di
Indonesia. Tut wuri handayani, azas belajar sepanjang hayat, dan azas
kemandirian dalam belajar adalah acuan pendidikan di Indonesia yang cenderung
digunakan (Ferdinan, 2024).

2.2.1 Azas Tut Wuri Handayani


Prinsip pendidikan Azas Tut Wuri Handayani berasal dari ajaran Jawa,
terutama dalam budaya Jawa di Indonesia. Istilah "Tut Wuri Handayani" sendiri
berasal dari bahasa Jawa, yang berarti "mengambil tangan di belakang". Prinsip
ini sangat penting untuk kepemimpinan dan pendidikan.

4
Azas Tut Wuri Handayani menekankan pentingnya peran pendidik atau guru
sebagai pembimbing atau teladan yang memimpin, membimbing, dan mendukung
siswa. Guru tidak hanya harus mengajarkan pelajaran, tetapi juga harus
mengajarkan moral, etika, dan perilaku yang baik kepada siswa mereka.

Ki Hajar Dewantara adalah perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional


yang pertama kali mengemukakan konsep asas ini. Tut Wuri Handayani
menjelaskan bahwa pendidik memiliki kewibawaan untuk mengikuti dari
belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan
anak mencari jalan sendiri, dan membantu anak ketika mereka melakukan
kesalahan baru. Ki Hajar Dewantara mengembangkan gagasan ini selama masa
penjajahan dan perjuangan kemerdekaan. Konsep ini secara alami diakui sebagai
salah satu pilar pendidikan nasional Indonesia selama era kemerdekaan (Hidayat,
2019).

Salah satu kearifan lokal yang menasional dan diakui sebagai memberikan
kontribusi kepada bangsa Indonesia adalah tut wuri handayani. Kearifan lokal,
yang diciptakan oleh Ki Hadjar Dewantara, dianggap sebagai representasi dari
kementerian pendidikan. Dalam sistem pendidikan nasional, tut wuri handayani
adalah modal yang sangat penting. Ki Hadjar Dewantara telah mengenalkan
bahwa sistem among dengan pola asih, asah, dan asuh adalah metode pengajaran
dan pendidikan yang paling ideal. Metode ini mencakup kepala, hati, dan panca
indera.

Suparlan (2015) menyebut filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara


sebagai "filsafat pendidikan among". Ini merupakan perpaduan dari filsafat
progresivisme tentang bagaimana anak-anak memiliki kemampuan untuk
mengatasi masalah dengan memberikan kebebasan berpikir yang luas dan
pemikiran esensialisme yang mempertahankan kebudayaan yang telah diuji.
Sesuai dengan teori trikon (kontinyuitas, konvergen, dan konsentris), Ki Hadjar
Dewantara menggunakan kebudayaan asli Indonesia, sementara nilai-nilai dari
Barat digunakan secara adaptatif. Sistem paguron, tiga pusat pendidikan, dan tiga
kepemimpinan adalah tiga kontribusi filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara
kepada pendidikan Indonesia (Sugianto, 2023).

2.2.2 Azas Belajar Sepanjang Hayat


Pendidikan sepanjang hayat, juga dikenal sebagai "pendidikan sepanjang
hayat", adalah pendidikan yang berlangsung sepanjang hidup seseorang, bahkan
setelah mereka dewasa. Pentingnya pendidikan sepanjang hayat meningkat saat
ini karena manusia perlu terus menyesuaikan diri supaya dapat tetap hidup secara
wajar dalam masyarakatnya yang selalu berubah. Azas pendidikan sepanjang
hayat adalah gagasan yang menekankan betapa pentingnya pendidikan yang
berlangsung sepanjang hidup seseorang, bukan hanya selama masa sekolah atau

5
pendidikan formal. Konsep ini mengakui bahwa proses belajar tidak berhenti
setelah seseorang menyelesaikan sekolah formal, melainkan berlanjut sepanjang
hidup.

Pencarian pengetahuan yang "terus-menerus, sukarela, dan termotivasi"


untuk tujuan pribadi atau profesional melalui berbagai jalur pendidikan dikenal
sebagai pendidikan sepanjang hayat. memberikan dukungan untuk pendidikan
sepanjang hayat. Fakta menunjukkan bahwa pendidikan informal adalah proses
yang benar-benar "sepanjang hayat" di mana setiap orang memperoleh sikap,
nilai, keterampilan, dan pengetahuan dari pengalaman sehari-hari mereka. Ini juga
merupakan cara yang paling efisien untuk menjangkau orang dewasa pedesaan.
Pemerintah Indonesia telah meratifikasi beberapa kesepakatan internasional untuk
menjamin hak dasar warganya dan memberikan pendidikan berkualitas tinggi
kepada semua siswa pada jalur formal, nonformal, dan informal di setiap jenjang
dan jenis pendidikan, terutama bagi penduduk marginal. Secara konkret, ide-ide
ini diwujudkan melalui pendidikan nonformal dan informal, yang merupakan
upaya bersama dari seluruh bagian pemerintah dan masyarakat. Upaya ini
dilakukan secara sistematis dan terencana dengan tujuan membantu siswa
memperoleh keterampilan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan untuk mereka sendiri,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa pendidikan nonformal dan informal memiliki
peran strategis dalam meningkatkan kualitas, martabat, dan harkat setiap warga
negara sebagai bangsa yang berdaulat. Dalam situasi seperti ini, pendidikan harus
dilihat sebagai investasi manusia dari berbagai sudut pandang sosial, budaya,
ekonomi, dan politik (M Alwi, 2022).

Di beberapa Negara, seperti Jepang, Thailand, India, beberapa Negara


Afrika, dan Negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa, proses belajar
sepanjang hayat—juga dikenal sebagai proses pendidikan sepanjang hayat
nampaknya menjadi tren. Bahkan negara-negara lain, seperti Thailand dan India,
telah mengadopsi undang-undang yang mewakili komitmen bersama untuk
mendukung pendidikan sepanjang hayat. Komisi internasional untuk
Pembangunan Pendidikan (ICDE), suatu badan internasional di bawah UNESCO,
pertama kali mengemukakan gagasan pendidikan sepanjang hayat. Sesungguhnya,
kegiatan pendidikan merupakan fenomena alamiah dalam kehidupan manusia.
Misi pendidikan sepanjang hayat adalah untuk membentuk masyarakat belajar
(learning society) dan masyarakat berencana (planning society). Kegiatan
pendidikan ini muncul dan berkembang sepanjang sejarah manusia untuk
memenuhi kebutuhan belajar (learning needs) dan kebutuhan pendidikan (Hairani,
2018).

6
Konsep belajar selalu ada dalam proses pembangunan peradaban manusia.
23 Pandangan belajar dari buaian sampai liang lahat (yang berarti dari buaian
sampai liang lahat) sangat diterima dan dipromosikan di banyak negara. Konsep
dan bentuk pendidikan dan belajar semakin beragam seiring dengan waktu dan
kebutuhan belajar. Ini sejalan dengan semangat dan kebutuhan untuk belajar
secara konsisten di berbagai situasi.

Menurut Chen-Yen Wang, belajar sepanjang hayat berarti "belajar


sepanjang hidup" atau "belajar tanpa batas". Selanjutnya, Wang mengatakan
bahwa belajar sepanjang hayat adalah "revolusi tenang" yang melibatkan
perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan, politik, ekonomi,
dan sosial. "Pembelajaran sepanjang hayat, pembelajaran sepanjang hayat, dan
pembelajaran sepanjang hayat" adalah istilah tambahan yang disebutkan Wang
dan berkaitan dengan belajar sepanjang hayat. Sehingga dapat memuaskan
individu dan masyarakat dalam kehidupan mereka, budaya belajar sepanjang
hayat sangat fleksibel, inovatif, dan responsif.

Dengan mengingat bahwa pendidikan adalah suatu proses yang


berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan, lembaga pendidikan
harus meningkatkan tugas dan fungsinya sehubungan dengan pendidikan manusia
secara keseluruhan, yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Dengan
demikian, tujuan pendidikan tertuju pada siswa, yang secara konsisten tumbuh
dan berkembang dari lahir hingga akhir hayat mereka ( Junaid, 2014).

2.2.3 Azas Kemandirian dalam Belajar


Kemandirian adalah kemampuan untuk menampilkan sifat-sifat baik
manusia dalam sikap dan perilaku yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi seseorang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemandirian,
dalam hal ini termasuk kemandirian dalam situasi atau situasi di mana seorang
siswa dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain sesuai dengan
kemampuan mereka. Kemandirian juga merupakan cara untuk meningkatkan
kemampuan seseorang, meningkatkan peran mereka dalam berbagai bidang, dan
mendapatkan manfaat yang lebih besar dari kegiatan yang mereka lakukan
(Wijaya, 2015).

Kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu dan


bertanggung jawab atas tindakannya sendiri (Fadhillah & Faradina, 2016).
Kemandirian belajar adalah salah satu contohnya. Salah satu sikap penting yang
dimiliki oleh siswa adalah bahwa mereka dapat belajar sendiri. Kemandirian
belajar (Boekaerts, Zeidner, & Pintrich, 1999), adalah proses yang aktif dan
konstruktif di mana siswa menetapkan tujuan pembelajaran mereka dan mencoba
memantau, mengatur, dan mengendalikan kognisi, motivasi, dan perilaku mereka.

7
Proses ini dipandu dan dibatasi oleh tujuan dan elemen kontekstual lingkungan
mereka. Namun, menurut Tahar & Enceng (2006), kemandirian belajar adalah
ketika seseorang belajar sendiri dan memanfaatkan semua sumber belajarnya
sendiri (Aulia, 2019).

Prinsip kemandirian dalam belajar menekankan bahwa penting bagi


individu untuk mengambil inisiatif dan mengambil tanggung jawab dalam proses
pembelajaran. Dalam konteks ini, individu diharapkan memiliki kemampuan
untuk mengatur waktu, mencari sumber belajar, memilih pendekatan
pembelajaran yang paling sesuai, dan menilai kemajuan mereka sendiri.

Azas kemandirian belajar berkaitan dengan hal-hal berikut:


Motivasi intrinsik: Jika seseorang belajar secara mandiri, mereka akan memiliki
motivasi intrinsik, yang berarti motivasi yang berasal dari dalam diri mereka
sendiri. Mereka yang belajar secara mandiri memiliki keinginan yang kuat untuk
belajar dan berkembang tanpa bergantung pada dorongan atau hadiah dari luar.
Kemampuan berpikir kritis: Kemampuan seseorang untuk berpikir kritis juga
penting untuk kemandirian dalam belajar. Berpikir kritis membantu mereka
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam dan kritis tentang topik yang
mereka pelajari. Mereka dapat mengevaluasi informasi, menganalisis argumen,
dan membuat keputusan yang didasarkan pada pemikiran rasional dan bukti yang
ada.
Kemampuan mengatur diri: Belajar mandiri memungkinkan orang untuk
mengatur diri mereka sendiri. memberi orang kesempatan untuk terus belajar dan
berkembang sepanjang hidup. Orang dapat mengambil kendali atas proses
pembelajaran mereka dan dengan percaya diri menghadapi tantangan baru.

2.3 Penerapan Azas-Azas Pendidikan (di Sekolah dan di luar sekolah)


Dewasa ini
Dewasa ini, penerapan standar pendidikan sangat penting untuk
menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif dan relevan. Berikut adalah
beberapa contoh penerapan standar pendidikan dalam konteks saat ini.

 Kemandirian dalam belajar: Semakin banyak sekolah dan lembaga


pendidikan non-sekolah mendorong siswa untuk belajar sendiri. Teknologi
digital juga memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri di luar
lingkungan sekolah dan memungkinkan mereka untuk mengatur waktu
dan metode belajar mereka sendiri.
 Kolaborasi dan Kerjasama: Kolaborasi dan kerjasama dianggap penting
dalam pendidikan dewasa ini. Siswa dimotivasi untuk bekerja sama dalam
kelompok, proyek, atau kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan lembaga

8
non-sekolah. Siswa dapat belajar keterampilan sosial, kemampuan bekerja
dalam tim, dan memperluas wawasan mereka dengan bekerja sama.
 Pembelajaran berbasis proyek: Metode ini semakin populer di dunia
pendidikan saat ini dan digunakan oleh sekolah dan lembaga pendidikan di
luar sekolah untuk memberikan pengalaman belajar yang nyata dan
relevan bagi siswa. Dalam pembelajaran berbasis proyek, siswa terlibat
dalam proyek atau tugas yang membutuhkan kreativitas, pemecahan
masalah, dan penerapan pengetahuan ke situasi dunia nyata.
 Penggunaan teknologi dalam pembelajaran: Teknologi telah menjadi
komponen penting dari sistem pendidikan modern. Sekolah dan lembaga
non-sekolah menggunakan teknologi seperti komputer, ponsel, dan
internet untuk meningkatkan pendidikan siswa dan memberi mereka akses
ke sumber daya pendidikan yang lebih luas, seperti platform pembelajaran
online, video pembelajaran, dan simulasi interaktif.
 Pengembangan keterampilan abad ke-21: Semakin banyak perhatian
diberikan oleh sekolah dan lembaga pendidikan non-sekolah pada
pengembangan keterampilan abad ke-21. Untuk menghadapi tantangan
masa depan, orang harus memiliki keterampilan seperti kreativitas,
kolaborasi, kritis berpikir, komunikasi, dan pemecahan masalah. Oleh
karena itu, pendidikan saat ini berusaha untuk memasukkan
pengembangan keterampilan ini ke dalam program pembelajaran dan
kegiatan pembelajaran.

Tujuan dari penerapan azas pendidikan ini di sekolah dan di luar sekolah
dewasa adalah untuk membuat lingkungan pembelajaran yang relevan, inklusif,
dan mempersiapkan siswa untuk menghadapi kesulitan di masa depan. Pendidikan
dewasa ini berusaha untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih luas dan
bermakna bagi siswa dengan menggabungkan pendekatan tradisional dan inovatif.

2.3.1 Penerapan Azas Pendidikan Tut Wuri Handayani


Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, Asas Tut Wuri Handayani,
memainkan peran penting dalam sistem pendidikan Indonesia. "Mengikuti dari
belakang dengan penuh perhatian" adalah definisi dari asas ini. Ada beberapa
peran penting Tut Wuri Handayani dalam pendidikan, antara lain:

1. Peran Pendidik Harus Diubah

Atas dasar Tut Wuri Handayani, posisi pendidik diubah dari menjadi pengajar
yang otoriter menjadi membimbing dan memberi kesempatan. Pendidik tidak lagi
memaksakan kurikulum dan materi pelajaran kepada siswa mereka; sebaliknya,
mereka mendorong siswa untuk menemukan potensi mereka sendiri dan
menemukan cara untuk belajar dengan cara yang menyenangkan.

9
2. Membantu Peserta Didik Menjadi Mandiri

Basis ini mendorong siswa untuk menjadi pembelajar yang mandiri. Pendidik
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam
proses pembelajaran, mencari tahu sendiri, dan menyelesaikan masalah.

3. Mengembangkan Potensi dan Kreativitas Peserta Didik

Asas Tut Wuri Handayani memberikan ruang bagi siswa untuk


mengembangkan potensi dan kreativitas mereka. Guru tidak membatasi siswa
dengan satu cara belajar; sebaliknya, mereka memberi mereka kesempatan untuk
belajar dengan cara yang paling cocok dengan gaya belajar mereka sendiri.

4. Menciptakan Suasana Belajar yang Aman

Basis ini membantu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Guru


membuat lingkungan belajar yang nyaman dan aman sehingga siswa merasa
senang dan bebas untuk belajar.

5. Meningkatkan Motivasi Peserta Didik untuk Belajar

Asas Tut Wuri Handayani meningkatkan keinginan siswa untuk belajar.


Dengan memberikan pujian dan dorongan, guru membuat siswa merasa dihargai
dan termotivasi untuk belajar lagi.

Tut Wuri Handayani berarti dalam pendidikan bahwa siswa diberi


kesempatan untuk mencari, mempelajari, dan memecahkan masalah secara
mandiri. Namun, pendidik harus dapat memberikan arahan dan dorongan dari
belakang. Azas tut wuri handayani berarti memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengambil inisiatif. Ini dapat diterapkan dengan memberikan
kesempatan kepada semua peserta didik untuk menyuarakan pendapat dan ide
mereka tentang materi pelajaran yang mereka pelajari. Pendidik juga berusaha
melibatkan siswa sebanyak mungkin dalam mengaktualisasikan pengalaman
belajar mereka. Proses belajar mengajar yang menggunakan berbagai macam
media ajar dan dilakukan secara bebas tetapi terkendali. Dan peserta didik
berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan belajar, tetapi tetap di bawah bimbingan
dan arahan guru (Ferdinan, 2024).

10
2.3.2 Penerapan Azas Pendidikan Belajar Sepanjang Hayat
Azas pendidikan sepanjang hayat menekankan pentingnya pembelajaran
dan pengembangan diri yang berkelanjutan dari masa kanak-kanak hingga
dewasa, baik secara formal maupun informal, dari masa kanak-kanak hingga
dewasa. Pendekatan ini dikenal sebagai implementasi azas pendidikan sepanjang
hayat, yang mengakui bahwa proses pembelajaran tidak hanya terjadi di sekolah
atau dalam periode tertentu dalam hidup seseorang, tetapi berlangsung sepanjang
hidup.

Pendidikan sepanjang hayat memiliki banyak manfaat, termasuk


meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan peluang karir, dan meningkatkan
keterampilan sosial. Dengan belajar sepanjang hidup, kita dapat terus berkembang
dan menghadapi perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan dunia.

2.3.3 Penerapan Azas Pendidikan Kemandirian dalam Belajar


Faktor kemandirian dalam belajar sangat penting untuk proses pendidikan.
Ini mengacu pada kemampuan seseorang untuk mengambil inisiatif, mengatur
waktu, dan mengelola sumber daya mereka sendiri selama proses belajar mereka.
Berikut ini adalah beberapa cara untuk menerapkan asas pendidikan kemandirian
dalam belajar, yang menekankan pada peran aktif dan tanggung jawab siswa
selama proses belajar.

1. Memberikan Peserta Didik Tanggung Jawab Belajar

 Berikan tugas dan proyek yang menuntut peserta didik untuk mencari
informasi sendiri, menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan.
 Beri mereka kesempatan untuk memilih topik belajar dan membuat
rencana belajar mereka sendiri.
 Libatkan mereka dalam proses penilaian dan refleksi tentang apa yang
mereka pelajari.

2. Meningkatkan Kemampuan untuk Belajar Sendiri

 Ajarkan peserta didik cara mencari dan menggunakan sumber belajar yang
efektif, seperti internet, perpustakaan, dan lainnya.
 Ajarkan mereka cara mengatur waktu mereka dan menyelesaikan tugas.
 Ajarkan mereka cara berpikir kritis dan memecahkan masalah.

3. Memberikan inspirasi dan bantuan

 Berikan pujian dan motivasi kepada siswa atas upaya dan prestasi mereka.

11
 Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dari kesalahan dan
pengalaman mereka sendiri dan buat lingkungan belajar yang nyaman dan
aman bagi mereka untuk belajar.

4. Penggunaan Teknologi

 Gunakan teknologi pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar


secara mandiri, seperti aplikasi pembelajaran online, platform MOOC, dan
video tutorial.
 Gunakan platform media sosial untuk membentuk komunitas belajar dan
berbagi informasi.
 Gunakan teknologi untuk memberikan dukungan dan umpan balik kepada
siswa.

2.4 Study Case (Keadaan yang Ditemui)


Tema: Rekrutmen dan Pengadaan Guru yang Tidak Merata

Headline Berita: Hardiknas 2023, DPR: Pendidikan Indonesia Bermasalah,


Tertinggal

dari Negara Lain.

Image: siswa dan siswi melakukan proses belajar di Sekolah Menengah Atas

Source: https://kabar24.bisnis.com/read

Judul Kasus: Ketidakmerataan Rekrutmen dan Pengadaan Guru pada Instansi

Pendidikan di Indonesia

12
Latar Belakang

Kemungkinan terjadinya ketidakmerataan pengadaan guru di wilayah Indonesia


dapat melibatkan beberapa faktor yang kompleks. Adapun data yang telah
dikumpulkan terkait latar belakang permasalahan ini, diantaranya adalah:

1. Ketimpangan wilayah

Indonesia adalah negara kepulauan yang luas, dan setiap wilayahnya


memiliki infrastruktur dan perbedaan geografis yang beragam. Karena
keterbatasan aksesibilitas, fasilitas, dan tingkat pengembangan infrastruktur
pendidikan, mungkin sulit untuk menarik guru yang berkualitas di daerah
terpencil atau terpencil.

2. Ketimpangan ekonomi

Pengadaan guru dapat dipengaruhi oleh perbedaan ekonomi antara kota


dan pedesaan, serta antara wilayah yang lebih maju dan kurang berkembang.
Mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk merekrut dan mempertahankan
guru berkualitas mungkin menjadi tantangan bagi sekolah-sekolah yang terletak di
wilayah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi.

3. Ketimpangan pendidikan

Menghasilkan guru berkualitas tinggi dapat menjadi tantangan di daerah


dengan tingkat pendidikan yang rendah atau kurangnya akses ke pendidikan
berkualitas tinggi. Hal ini dapat menyebabkan ketergantungan pada rekrutmen
guru dari luar wilayah yang mungkin tidak berminat atau tidak memiliki
pemahaman yang cukup tentang kondisi dan kebutuhan lokal.

4. Kebijakan pemerintah yang tidak efektif

Ketidakmerataan dapat terjadi karena kebijakan pemerintah yang tidak


efektif atau karena tidak ada persiapan yang matang untuk pengadaan guru.
Ketidakseimbangan dalam distribusi guru dapat disebabkan oleh kebijakan yang
tidak merespons kebutuhan lokal atau kurangnya koordinasi antara pemerintah
pusat dan daerah.

5. Faktor Demografi

13
Perubahan dalam jumlah penduduk, migrasi, atau pola permukiman dapat
mempengaruhi kebutuhan dan penyebaran guru di wilayah tertentu. Perubahan ini
dapat tidak diantisipasi dan dapat menyebabkan ketidakmerataan dalam
pengadaan guru.

6. Faktor Sosial dan Budaya

Faktor-faktor sosial dan budaya seperti perbedaan bahasa, adat istiadat,


dan kepercayaan juga dapat mempengaruhi pengadaan guru yang tidak merata.
Mungkin ada guru yang tidak dapat atau tidak mampu beradaptasi dengan
lingkungan sosial dan budaya yang berbeda.

Tujuan

Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
Ketidakmerataan Rekrutmen dan Pengadaan Guru pada Instansi Pendidikan di
Indonesia. Dengan tujuan akhir dapat memberikan hasil evaluasi serta
penyelesaian masalah terkait kasus yang dibahas, serta menemukan perspektif
yang bijak dalam mengaplikasian azas-azas pendidikan yang telah dibahas pada
halaman sebelumnya.

Metode

1. Pengumpulan Data

Dilakukan dengan mengambil data- data secara online pada website yang
terpercaya akan kredibilitasnya.

2. Analisis Data

Dilakukan dengan membandingkan satu data dengan data yang lain, serta
menganalisa setiap aspek pada kasus yang ada.

3. Diskusi Kelompok

Dilakukan sebagai cara pemenuhan hasil yang diinginkan dengan membagi pola
pikir dan perspektif yang berbeda untuk menanggapi kasus yang ingin dibahas.

Hasil dan Pembahasan

14
Kualitas pendidikan secara keseluruhan dipengaruhi oleh ketidakmerataan
dalam rekrutmen dan pengadaan guru di institusi pendidikan Indonesia.
Ketidakmerataan dan masalah pengadaan guru di institusi pendidikan Indonesia
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perbedaan ekonomi antar
wilayah, kurangnya insentif untuk mengajar di daerah terpencil, kekurangan
sumber daya manusia yang berkualitas, dan kesulitan administratif dalam proses
rekrutmen guru. Sistem harus diperbaiki untuk memastikan guru berkualitas tinggi
tersedia di seluruh wilayah.

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil untuk menanggapi permasalahan ini adalah


perlunya kerjasama antar tenaga pendidik dan juga pemerintah dalam mengatasi
kecenderungan ketidakmerataan pengadaan guru ini.

2.5 Permasalahan yang Dihadapi Terkait Kasus yang Dibahas


Setelah menganalisa data yang valid tentang ini maka dapat dideteksi
bahwa permasalahan ini terjadi disebabkan adanya pihak berwenang yang tidak
bertanggung jawab dan ketidakpeduliaan terhadap pendidikan di suatu wilayah
secara khusus di Indonesia. Oleh karena itu, pentingnya menjaga prinsip
pendidikan yang harus diamalkan oleh setiap guru dan manajemen yang baik di
antara pihak pemerintah yang bertanggung jawab pada aspek pendidikan suatu
negara.

2.6 Pengembangan Penerapan Azas-Azas Pendidikan


Azas pendidikan adalah prinsip-prinsip dasar yang menjadi landasan bagi
pengembangan sistem pendidikan dalam suatu negara atau masyarakat. Azas-azas
pokok pendidikan ini menentukan tujuan, nilai, dan metode pendidikan yang
dijalankan dalam suatu sistem pendidikan. Azas pokok pendidikan Indonesia
tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003. Berikut adalah beberapa pengembangan yang dapat dilakukan untuk
memperkuat azas pokok pendidikan Indonesia.

(1) Peningkatan Akses dan Kesetaraan


Penting untuk terus meningkatkan akses pendidikan bagi semua orang,
tidak peduli latar belakang sosial, ekonomi, atau geografis mereka.
Diperlukan upaya untuk mengurangi perbedaan pendidikan antara
kelompok masyarakat yang berbeda dan antara wilayah perkotaan dan
pedesaan.

15
(2) Peningkatan Kualitas Pendidikan
Penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Ini
mencakup pelatihan dan pengembangan profesional yang berkelanjutan,
kurikulum yang relevan dan responsif, dan penggunaan pendekatan
pengajaran yang inovatif.

(3) Penguatan Pendidikan Karakter


Menumbuhkan pendidikan karakter yang kuat selain pengetahuan
akademik sangat penting. Pendidikan karakter mencakup membangun
sikap, nilai, dan perilaku yang baik, seperti integritas, tanggung jawab,
kerja sama, dan kepedulian sosial.

(4) Peningkatan Keterampilan Abad Ini


Mengembangkan keterampilan abad ini sangat penting untuk menghadapi
era digital dan globalisasi, termasuk keterampilan komunikasi, kolaborasi,
pemecahan masalah, kreativitas, dan literasi digital. Hal ini akan
membantu siswa mempersiapkan diri untuk menghadapi kesulitan yang
akan datang.

(5) Peningkatan Pendidikan Inklusif


Pendidikan inklusif berarti memastikan bahwa setiap orang, termasuk
mereka yang memiliki kebutuhan khusus, memiliki kesempatan yang sama
untuk masuk ke sekolah. Perlu ada upaya untuk mendukung siswa dengan
kebutuhan khusus agar mereka dapat menikmati proses pembelajaran
sepenuhnya.

(6) Peningkatan Pendanaan Pendidikan


Meningkatkan pendanaan pendidikan merupakan komponen penting
dalam memperkuat azas pokok pendidikan di Indonesia. Untuk
memastikan bahwa fasilitas, sumber daya, dan infrastruktur pendidikan
yang memadai tersedia, diperlukan alokasi anggaran yang memadai.

(7) Peningkatan Peran Komunitas dan Orang Tua


Orang tua dan komunitas memiliki peran yang sangat penting dalam
membantu pendidikan. Untuk membuat lingkungan pendidikan yang baik
dan mendukung perkembangan anak, sekolah, keluarga, dan masyarakat
harus bekerja sama.

Pengembangan ini harus dilakukan secara berkelanjutan dan melibatkan


berbagai pihak, seperti masyarakat, pemerintah, lembaga pendidikan, dan orang
tua. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa pendidikan di Indonesia dapat

16
memaksimalkan perkembangan dan kemajuan seseorang dan negara secara
keseluruhan.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Landasan pendidikan adalah sekumpulan teori, asas, dan konsep yang
berfungsi sebagai dasar untuk penyelenggaraan pendidikan. Landasan pendidikan
juga memberikan arah dan tujuan yang jelas bagi pendidikan serta membantu
pendidik dalam membuat keputusan dan bertindak. Azas pokok pendidikan
menentukan tujuan, nilai, dan metode pendidikan dalam sistem pendidikan suatu
negara atau masyarakat. Asas pendidikan adalah kebenaran yang menjadi dasar
atau tumpuan berpikir selama tahap perancangan dan pelaksanaan pendidikan.
Prinsip pendidikan Azas Tut Wuri Handayani berasal dari ajaran Jawa, terutama
dalam budaya Jawa di Indonesia. Tut Wuri Handayani menjelaskan bahwa
pendidik memiliki kewibawaan untuk mengikuti dari belakang dan memberi
pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan
sendiri, dan membantu anak ketika mereka melakukan kesalahan baru.

3.2 Saran
Diharapkan kepada tenaga pendidik dapat memaksimalkan kualitas
pengajaran dengan mengaplikasikan dan dapat membedakan azas-azas yang
berlaku di pendidikan Indonesia.

18
DAFTAR PUSTAKA

AF, M. A., Nurfadilah, K., & Hilman, C. (2022). Pendidikan Luar Sekolah dalam Kerangka
Pendidikan Sepanjang Hayat. Jurnal Inovasi, Evaluasi Dan Pengembangan
Pembelajaran (JIEPP), 2(2), 90-95.

Aulia, L. N., Susilo, S., & Subali, B. (2019). Upaya peningkatan kemandirian belajar siswa dengan
model problem-based learning berbantuan media Edmodo. Jurnal Inovasi Pendidikan
IPA, 5(1), 69-78.

Ferdinan F., Karuru P., Handoko Y., Zulfah Z., Martawijaya P.A., Sumiati., Syafruddin S.,
Sulaeman S., Muntahanah M., Kabanga T., Wahdaniya W. (2024). Buku Ajar Dasar-
Dasar Ilmu Pendidikan. PT. Sonpedia Publishing Indonesia. Jambi.

Hairani, E. (2018). Pembelajaran sepanjang hayat menuju masyarakat berpengetahuan. Tajdid:


Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan, 2(1), 355-377.

Hidayat R., Abdillah. (2019). Ilmu Pendidikan Konsep, Teori, dan Aplikasinya. Lembaga Peduli
Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI), Medan.

Junaid, H. (2014). Sumber, Azas dan Landasan Pendidikan (Kajian Fungsionalisasi secara makro
dan mikro terhadap rumusan kebijakan pendidikan nasional). Sulesana: Jurnal Wawasan
Keislaman, 7(2), 84-102.

Rasid, A. (2018). Implikasi Landasan-Landasan Pendidikan. AL-FIKRAH: Jurnal Studi Ilmu


Pendidikan dan Keislaman, 1(1), 1-15.

Sugiyanto., Yusuf-LN, S., Supriatna, M., & Budiamin, A. (2023). Analisis nilai-nilai karakter
dalam Tut Wuri Handayani sebagai asas pendidikan nasional. Jurnal Pendidikan
Karakter, 14(1), 101-110.

Wijaya, R. S. (2015). Hubungan kemandirian dengan aktivitas belajar siswa. Jurnal Penelitian
Tindakan Bimbingan & Konseling, 1(3).

Yusuf-LN, S., Supriatna, M., & Budiamin, A. (2023). Analisis nilai-nilai karakter dalam Tut Wuri
Handayani sebagai asas pendidikan nasional. Jurnal Pendidikan Karakter, 14(1), 101-
110.

19

Anda mungkin juga menyukai