Anda di halaman 1dari 26

KONSEP ILMU PENDIDIKAN

MAKALAH

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas

Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan

Dosen Pengampu : Bambang Eko Aditia,M.Pd

Disusun Oleh:

Sinta Khoiriyah (211101080028)

Lu’luil Laily Azmy (211101080014)

Usnida Alfa Rahma Aulia Haris (211101080012)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

TAHUN AJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan Rahmat,Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Shalawat serta salam tidak lupa kami curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat
kepada umat manusia. Beliaulah yang mengangkat kita dari alam kegelapan
menuju alam yang terang benderang dengan adanya agama Islam.
Pertama, kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu Bambang
Eko Aditia,M.Pd yang telah memberikan bimbingan kepada kami sehingga kami
mampu menyelesaikan makalah kami dengan judul “KONSEP ILMU
PENDIDIKAN” sehingga makalah kami mampu menjadi rujukan yang dapat
membantu para pembaca sekalian dalam menghadapi problem yang ada.
Kedua, kami juga ucapkan terimakasih kepada teman-teman sekalian yang
telah meberikan support serta dukungan kepada kami sehingga kami mampu
memberikan edukasi berupa makalah yang kami buat.
Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Studi Ilmu
Pendidkan dan juga untuk khalayak ramai sebagai bahan edukasi ilmu
pengetahuan serta informasi yang semoga bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal
mungkin. Namun, kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu
tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan.
Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan
pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata Kuliah Ilmu
Pendidikan yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami ke depannya.

Banyuwangi, 04 September 2021


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumus Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................. 2
BAB II ............................................................................................................. 3
A. Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu Pengetahuan .................................. 3
B. Kedudukan Ilmu Pengetahuan ......................................................... 6
C. Sifat-sifat Ilmu Pendidikan ............................................................... 8
D. Obyek-obyek Ilmu Pendidikan ......................................................... 12
E. Ilmu-ilmu Bantu Ilmu Pendidikan ................................................... 14
BAB III ........................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu pendidikan adalah ilmu yang mempelajari serta memproses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara,
pembuatan, mendidik (kangtofa.wordpress.com,15.27).
Pendidikan merupakan wadah untuk berlatih, berkreasi, mewujudkan cita-
cita manusia yang berkualitas disamping itu juga melatih ketrampilan didalam
bidang tertentu. Perubahan kualitas pembelajaran merupakan salah satu dasar
peningkatan pendidikan keseluruhan. Pendidikan di sekolah tidak bias lepas dari
kegiatan belajar mengajar, yang meliputi seluruh aktivitas yang menyangkut
pemberian materi pelajaran agar siswa memperoleh kecakapan pengetahuan yang
bermanfaat bagi kehidupan. Tercapainya tujuan pembelajaran menjadi cerminan
prestasi belajar siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar (Anonim, Paduan
Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu, (Jakarta: Depdiknas 2006).
Pengertian pendidikan menjadi penting manakala bahwa kita dapat
memungkir bahwa dengan perkembangan jaman di dunia pendidikan yang terus
berubah dengan signifikan sehingga banyak mengubah pola fikir pendidik, dari
pola fikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat
berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Hanya saja, seiring dengan
kemajuan pendidikan terkadang konsep dan pengertian tersebut mungkin menjadi
bias atau kabur (mberkuliah.blogspot.com)
Pendidikan sebagai gejala sekaligus upaya memanusiakan manusia itu
sendiri. Dalam perkembangan adanya tuntutan adanya pendidikan lebih baik,
teratur untuk mengembangkan potensi manusia, sehingga muncul pemikiran
teoritis tentang pendidikan. Pendidikan adalah upaya sadar untuk
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki manusia, melahirkan teori-teori
pendidikan.

1
B. Rumus Masalah
1. Bagaimana Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu Pendidikan
2. Bagaimana Kedudukan Ilmu Pendidikan
3. Bagaimana Sifat-sifat Ilmu Pendidikan
4. Bagaimana Obyek-obyek Ilmu Pendidikan
5. Apa saja Ilmu-ilmu Bantu Ilmu Pendidikan
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana ilmu pendidikan sebagai ilmu
pengetahuan
2. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan ilmu pendidikan
3. Untuk mengetahui bagaimana sifat-sifat ilmu pendidikan
4. Untuk mengetahui bagaimana obyek-obyek ilmu pendidikan
5. Untuk mengetahui apa saja ilmu-ilmu bantu ilmu pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu Pengetahuan
Pendidikan dan ilmu pengetahuan adalah dua bagian yang tidak dapat
dipisahkan. Dalam proses pendidikan terdapat sebuah ilmu pengetahuan, serta
sebalikya dalam proses ilmu pengetahuan itu terdapat kegiatan pendidikan di
dalamnya.

Manusia sebagai mahkluk yang memiliki akal dan pikiran tentunya


memerlukan pendidikan yang baik untuk mendapatkan imu pengetahuan yang luas
guna bekal hidupnya di kemudian hari. Ilmu pengetahuan yang didapatnya itu
tentu mampu menambah wawasan serta pandangan hidupnya untuk mewujudkan
tujuan yang dikehendakinya.

Menurut M.J Langeveld (1955), paedagogiek (ilmu mendidik atau ilmu


pendidikan) adalah suatu ilmu yang bukan saja menelaah obyeknya untuk
mengetahui betapa keadaan atau hakiki objek itu, melainkan mempelajari pula
betapa hendaknya bertindak.

Menurut S. Brodjonagoro (1966: 35), ilmu pendidikan atau paedagogiek


adalah teori pendidikan, perenungan tentang pendidikan. Dalam arti luas
paedagogiek adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari soal – soal yang timbul
dalam praktek pendidikan.

Menurut Cater V. Good (1945: 36), ilmu pendidikan adalah suatu


bangunan pengetahuan yang sistematis mengenai aspek – aspek kuantitatif dan
objektif dan proses belajar, menggunakan instrumen secara seksama dalam
mengajukan hipotesis-hipotesis pendidikan untuk diuji dan pengalaman,
seringkali dalam bentuk eksperimental.

Menurut Driyarkara (1980: 66 – 67), ilmu pendidikan adalah pemikiran


ilmiah, pemikiran yang bersifat kritis, metodis dan sistematis) tentang realitas

3
yang kita sebut pendidikan (mendidik dan matis) tentang realitas yang kita sebut
pendidikan (mendidik dan dididik).

Untuk mencapai status sebagai ilmu pengetahuan ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi. Menurut Prof.J.R. Pudjawijatno, 1960 : 9 syarat-syarat tersebut
ialah:

1. Mengejar kebenaran (obyektivitas) Objek dalam dunia ilmu pengetahuan


di bedakan menjadi dua, yaitu objek formal dan objek material. Objek
formal adalah sudut tinjauan dari penelitian atau pembicaraan suatu ilmu
pengetahuan. Sedangkan objek material adalah bahan atau masalah yang
menjadi pembicaraan atau penelitian dari suatu ilmu pengetahuan. Sebagai
contoh dari objek formal adalah sosiologi dan psikologi yang dapat
mempunyai objek material yang sama yakni manusia.
2. Metode Setiap ilmu pengetahuan harus di syaratkan mempunyai metode
penelitian yaitu cara-cara yang dapat di pertanggungjawabkan secara
ilmiah baik metode pengumpulan keterangan atau data ataupun metode
metode pengolahan dengan pola pikir yang induktif atau deduktif.
3. Bersistem Merupakan persyaratan ilmu pengetahuan yang otonom.
Maksudnya merupakan uraian sejumlah komponen atau unsur yang
berkaitan satu dengan lainya menurut susunan tetentu sehingga merupakan
satu kesatuan yang berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut Drs. Suwarno (1975) persyaratan suatu ilmu membaginya atas 4


macam yaitu:

1. Obyek sendiri
2. Metode penyelidikan
3. Sistimatika
4. Tujuan sendiri

Pendidikan merupakan suatu kegiatan mentransfer ilmu pengetahuan dari


pendidik kepada peserta didik. Ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan dengan

4
meletakkan ilmu pengetahuan sebagai obyeknya. Ilmu pengetahuan menurut
sistematikanya dibagi menjadi dua yaitu:

1. Ilmu-ilmu murni, yaitu ilmu yang mendahului pengalaman atau bebas dari
pengalaman ilmu murni
2. lmu-ilmu Empiris, yaitu ilmu berdiri sendiri tidak terikat oleh ilmu
empiris, misalnya matematika.yang terikat oleh obyek tertentu yang
terdapat didalam pengalaman seperti ilmu alam.

Ilmu Epmiris dibagi dua yaitu:

a. Ilmu pengetahuan alam, yaitu ilmu yang obyeknya terdapat di alam 8


b. ilmu pengetahuan rohani, yaitu ilmu yang obyeknya di dalam keaktifan
rohani manusia.

Ilmu pengetahuan rohani dibagi menjadi dua yaitu:

 Ilmu normatif, yaitu ilmu pengetahuan yang tergantung dari pertimbangan


nilai.
 Ilmu deskriptif, yaitu ilmu pengetahuan yang hanya memaparkan atau
melukiskan obyeknya.

Ilmu pendidikan termasuk ilmu pengetahuan empiris, rohani, normatif


yang diangkat dari pengalaman pendidikan, kemudian disusun secara teoritis
untuk digunakan secara praktis. Ilmu pendidikan adalah ilmu pengetahuan praktis
karena yang diuraikan didalam ilmu itu dilaksanakan dalam proses pendidikan.

Ilmu pendidikan merupakan ilmu yang berdiri dengan memenuhi sifat-


sifat ilmiah, sedangkan ilmu pendidikan dikatakan ilmu yang ilmiah apabila
mencangkup kriteria/ syaratsyarat ilmu pengatahuan yaitu:

a. Ilmu pengetahuan atau ilmu pendidikan yang bersitaf empiris


b. Ilmu itu bersifat sistematis
c. Ilmu itu mempunyai obyek atau lapangan tertentu yang jelas, dapat
dipisahkan dari obyek pengetahuan yang lain

5
d. Ilmu tersebut mempunyai metode dan tujuan tertentu.
B. Kedudukan Ilmu Pendidikan

Ilmu pendidikan mempunyai Peranan sebagai perantara dalam membentuk


masyarakat yang mempunyai landasan individual, sosial dan unsur dalam
penyelenggaraan pendidikan. Pada skala mikro pendidikan bagi individu dan
kelompok kecil berlangsung dalam skala unsur tebatas seperti antara unsur
sahabat, antara seorang guru dengan satu atau sekelompok kecil siswanya, serta
dalam keluarga antara suami dan isteri, antara orang tua dan anak serta anak
lainnya. Pendidikan dalam skala mikro diperlukan agar manusia sebagai individu
berkembang semua potensinya dalam arti perangkat pembawaanya yang baik
dengan lengkap.

Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar


1945. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta
meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka
upaya mewujudkan tujuan nasional dan Penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan
Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak


diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural, dan kemajemukan bangsa. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu
kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna. Pendidikan sistem
terbuka: fleksibilitas pilihan dan waktu penyelesaian program lintas satuan dan
jalur pendidikan. Pendidikan multimakna: proses pendidikan yang
diselenggarakan dengan berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan,
pembentukan watak dan kepribadian, serta berbagai kecakapan hidup.

6
Ilmu pendidikan adalah ilmu yg mempelajari serta memproses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, pembuatan
mendidik. Ilmu pendidikan sebagai suatu ilmu harus dapat bersifat:

1. Empiris, karena objeknya dijumpai dalam dunia pengalaman.


2. Rohaniah, karena situasi pendidikan berdasar atas tujuan manusia tidak
membiarkan peserta didik kepada keadaan alamnya.
3. Normatif, karena berdasar atas pemilihan antara yang baik dan yang
buruk.
4. Histories, karena memberikan uraian teoritis tentang sitem- sistem
pendidikan sepanjang zaman dengan mengingat latar belakang kebudayaan
dan filsafat yang berpengaruh pada zaman tertentu.
5. Praktis, karena memberikan pemikiran tentang masalah dan ketentuan
pendidikan yang langsung ditujukan kepada perbuatan mendidik.

Kedudukan ilmu pendidikan itu berada di tengah-tengah ilmu yang lain


dalam penyelenggaraan pendidikan. Ilmu pendidikan ialah suatu llmu
pengetahuan yang membahas masalah yamg berhubungan dengan pendidikan,
sedangkan, definisi yang terpenting dari suatu pendidikan itu sendiri yaitu:

1. Meningkatkan pengetahuan, pengertian, kesadaran, dan toleransi.


2. Meningkatkan questioning skills dan kemampuan menganalisis sesuatu -
termasuk pendidikannya.
3. Meningkatkan kedewasaan individu.

Untuk perkembangan Negara, diperlukan pendidikan yang menghargai


kreativitas dan supaya negara dapat membuat sesuatu yang baru dan lebih baik,
dan tidak hanya meng-copy dari negara lain. Pendidikan adalah fenomena yang
fundamental atau asasi dalam hidup manusia dimana ada kehidupan disitu pasti
ada pendidikan.

Pendidikan sebagai gejala sekaligus upaya memanusiakan manusia itu


sendiri. Dalam perkembangan adanya tuntutan adanya pendidikan lebih baik,

7
teratur untuk mengembangkan potensi manusia, sehingga muncul pemikiran
teoritis tentang pendidikan. Pendidikan adalah upaya sadar untuk
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki manusia, melahirkan teori-teori
pendidikan.

C. Sifat-sifat Ilmu Pendidikan

Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia


untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan. Sedangkan secara luas, pendidikan adalah segala pengalaman belajar
yang berlangsung dalam segala lingkungan hidup dan sepanjang hidup (Redja
Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, Remaja Rosdakarya: Bandung,2002,
hal.62). Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak, maksutnya menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Pendidikan menurut UU No.20 th 2003 adalah usaha sadar dan terencana


untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak yang mulia, serta
keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Jadi
pendidikan adalah usaha yang sadar, teratur dan sisitematis di dalam memberi
bimbingan atau bantuan kepada orang lain yang sedang berproses menuju
kedewasaan.

Ilmu pendidikan adalah ilmu yang membahas tentang masalah-masalah


yang bersifat ilmu, bersifat teori, ataupun bersifat praktis. Ilmu pendidikan juga
berbicara tentang masalah-masalah yang menyangkut segi pelaksanaan baik
menyangkut teori, pedoman-pedoman maupun prinsip-prinsip tentang
pelaksanaan pendidikan (Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, TERAS:Yogyakarta,
2009, hlm.4-7).

8
Ilmu pendidikan sebagai suatu ilmu juga memiliki beberapa sifat
diantaranya sebagai berikut:

1. Ilmu Pendidikan Bersifat Empiris

Ilmu pendidikan bersifat empiris artinya ilmu pengetahuan tersebut


didasarkan pada observasi kenyataan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat
spekulatif. Atau dengan kata lain berdasarkan sumber yang dapat dilihat langsung
secara materi atau wujud fisik. Empiris dalam sejarah yaitu sejarah yang memiliki
sumber sejarah yang merupakan kenyataan dalam ilmu sejarah.

Misalnya kalau kita bercerita tentang terjadinya perang, apakah perang itu
benar-benar terjadi atau tidak, kita bisa mencari tahu berdasarkan bukti-bukti atau
peninggalan yang ditemukannya, masih adanya saksi yang masih hidup, adanya
laporan tertulis, adanya tempat yang dijadikan pertempuran dan bukti-bukti
lainnya. Dengan demikian cerita sejarah merupakan cerita yang memang empiris,
artinya benar-benar tejadi karena berdasarkan bukti yang ditemukan. Kalau cerita
tidak berdasarkan bukti, bukan sejarah namanya, tetapi dongeng yang bersifat
fiktif (Bahrul Munir, Sifat dan Metode Ilmu Pengetahuan,
http://bahrululummunir.blogspot.co.id/2011/03/sifat-dan-metode-ilmu-
pengetahuan.html diakses pada Mingu,05 September 2021(17.30)).

Sementara artinya kebenaran ilmu pengetahuan itu tidak mutlak seperti


halnya kebenaran dalam agama. Kemutlakan kebenaran agama misalkan
dikatakan bahwa Tuhan itu ada dan memiliki sifat yang berbeda dengan
makhluknya. Ungkapan ini tidak dapat dibantah harus diyakini atau diimani oleh
manusia.

2. Ilmu Pendidikan Bersifat Normatif


Ilmu pendidikan itu selalu berhubungan dengan soal siapakah “manusia”
itu. Pembahasan mengenai siapakah manusia  biasanya termasuk bidang filsafat
yaitu filsafat antropologi. Pandangan filsafat tentang manusia sangat besar
pengaruhnya terhadap konsep serta praktek-raktek pendidikan. Karena pandangan
filsafat itu menentukan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oeh seorang

9
pendidik yang melaksanakan pendidikan. Nilai yang dijunjung tinggi ini dijadikan
norma untuk menentukan ciri-ciri manusia yang ingin dicapai melalui praktek dan
pengalaman mendidik, tetapi secara normatif bersumber dari norma masyarakat,
juga dari keyakinan keagamaan yang dianut oleh seseorang.

Nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam pandangan manusia seseorang atau


sesuatu bangsa itulah yang dijadikan norma atau kriteria untuk mendidik. Dan
norma ini biasanya tergambar dalam rumusan tujuan pendidikannya. Dengan
demikian, ilmu pendidikan diarahkan kepada perbuatan mendidik yang bertujuan.
Dan tujuan itu di tentukan oleh nilai yang dijunjung tinggi oleh seseorang.
Sedangkan nilai itu sendiri merupakan ukuran yang bersifat normatif, maka dapat
kita tegaskan bahwa ilmu pendidikan adalah ilmu yang bersifat normative
(Burhanuddin Salam, PENGANTAR PEDAGOGIK (Dasar-dasar Ilmu
Mendidik), PT. Rineka Cipta: Jakarta, 1997, hlm.18-20).

3. Ilmu Pendidikan Bersifat Historisitas

Ilmu pendidikan bersifat historis karena menguraikan teori sistem


sepanjang zaman dan kebudayaan serta makna filosofis yang berpengaruh pada
zaman tertentu.

Berikut merupakan sedikit contoh historis sebagai ilmu pendidikan yakni


pada masa Rasulullah SAW:

Pendidikan islam di Makkah

Pendidikan Islam terjadi sejak Nabi Muhammad di angkat menjadi Rasul


Allah di Makkah dan beliau sendiri sebagai gurunya. Nabi Muhammad menerima
wahyu yan petama di Gua Hiro di Makkah pada tahun 610 M, dalam wahyu itu
termaktub ayat al-Qur’an yang artinya: “Bacalah (ya Muhammad) dengan nama
Tuhanmu yang telah menjadikan (semesta alam). Dia menjadikan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Maha Pemurah. Yang mengajarkan
dengan pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum di ketahuinya (Q.S.
Al-Alaq ayat 1-5)

10
Dalam masa pembinaan pendidikan agama islam di Makkah, Nabi
Muhammad juga mengajarkan al-Qur’an karena al-Qur’an merupakan inti sari dan
sumber pokok ajaran Islam. Disamping itu, Nabi Muhammad SAW mengajarkan
tauhid kepada umatnya.

Intinya pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi Muhammad


selama di Makkah ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta menganjurkan
kpada manusia, supaya mempergunakan akal pikirannya memperhatikan kejadian
manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan alam semesta sesuai anjuran pendidikan
‘aqliyah dan ilmiyah.

Pembinaan pendidikan Islam pada masa Makkah meliputi:


a. Pendidikan keagamaan
b. Pendidikan ‘aqliyah dan ilmiyah
c. Pendidikan akhlak dan budi pekerti
d. Pendidikan jasmani atau kesehatan (Zuhairini, dkk., Sejarah Pendidikan
Islam, Bumi Aksara: Jakarta,2008,hal.28).

Sedangkan pembinaan dan pengajaran pendidikan Nabi di Madinah adalah


sebagai berikut:
a. Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan
sosial dan politik.
b. Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan
c. Pendidikan Anak (Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, PT. Raja
Grafindo Persada: Jakarta, 2008, hlm.18).

4. Ilmu Pendidikan Bersifat Teoritis-Praktis

Karena pada umumnya ilmu mendidik tidak hanya mencari pengetahuan


deskriptif tentang objek pendidikan, melainkan ingin juga mengetahui bagaimana
sebaiknya untuk berfaedah terhadap objek didiknya. Jadi dilihat dari maksud dan
tujuannya, ilmu mendidik boleh disebut “ilmu yang praktis”, sebab ditujukan

11
kepada praktik dan perbuatan-perbuatan yang mempengaruhi anak didiknya. Jadi,
dari praktik-praktik pendidikan disusun pemikiran-pemikiran secara teoritis.
Pemikiran teoritis ini disusun dalam satu sistem pendidikan yang biasanya disebut
ilmu mendidik teoritis. Ilmu mendidik teoritis ini disebut juga ilmu mendidik
sistematis. Jadi sebenarnya kedua istilah itu mempunyai arti yang sama, yaitu
teoritis sama saja dengan sistematis.

Dalam rangka membicarakan ilmu mendidik teoritis, perlu di  perhatikan


sejarah pendidikan. Dengan mempelajari sejarah pendidikan ituterlihat telah
tersusun pandangan-pandangan teoritis yag dapat dipakai sebagai peringatan
untuk menyusun teori pendidikan selanjutnya. Dapat di simpulkan bahwa
mendidik sistematis mendahului ilmu mendidik historis. Akan tetapi ilmu
mendidik historis memberikan bantuan dan memperkaya ilmu mendidik
sistematis. Kedua-duanya membantu para pendidik agar berhati-hati dalam
praktik-praktik pendidikan (Achmad Munib, dkk., Pengantar Ilmu Pendidikan,
UNNES Press: Semarang, 2006, hlm.34).

5. Ilmu Pendidikan yang Berdimensi Rohani/Lahiriyah dan Batiniyah

Ilmu pendidikan bersifat rohaniyah karena selalu memandang peserta


didik sebagai makhluk yang bersusila dan ingin menjadikannya sebagai makhluk
yang beradab. Selain itu juga situasi pendidikan yang berdasar atas tujuan
manusia tidak membiarkan peserta didik kepada keadaan alamnya.

Sedangkan ilmu pendidikan yang bersifat batiniyah yakni ilmu pendidikan


yang dalam hal ini lebih tertuju pada pemahaman batin atau kondisi jiwa
seseorang.

D. Obyek-obyek Ilmu Pendidikan


Secara umum yang menjadi objek atau sasaran ilmu pendidikan adalah
seluruh yang menjadi sasaran dalam aktivitas pendidikan atau praktek pendidikan
yang meliputi kegiatan mendidik, mengajar, melatih peserta didik agar
berkembang potensinya serta menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.

12
Peserta didik sebagai manusia menjadi obyek ilmu pendidikan yang
bersifat material sedangkan usaha untuk membawa peserta didik dalam mencapai
tujuan pendidikan atau kedewasaan disebut obyek pendidikan yang bersifat
formal. Upaya mendidik, membimbing dan melatih siswa menuju perbaikan dan
tanggungjawab sebagaimana dalam praktek pendidikan adalah menyangkut
persoalan-persoalan pendidikan.
Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek. Objek ilmu pengetahuan
dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: Objek material dan Objek formal
(Abu Ahmdi dan Nur Uhbiyanti, Ilmu Pendidikan, PT Rineka Cipta: Semarang,
1991, hlm.81).
1. Objek Material
Objek material adalah bahan atau masalah yang menjadi sasaran
pembicaraan, penelitian atau penelaahan dari ilmu pengetahuan.
Sedangkan menurut Surajiyo dkk. objek material dimaknai dengan suatu
bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan. Objek
material juga berarti hal yang diselidiki, dipandang atau disorot oleh suatu disiplin
ilmu. Objek material mencakup apa saja, baik yang konkret maupun yang abstrak,
yang materil maupun yang non-materil. Bisa pula berupa hal-hal, masalah-
masalah, ide-ide, konsep-konsep dan sebagainya.
Istilah objek material sering juga disebut pokok persoalan (subject matter).
Pokok persoalan ini dibedakan atas dua arti, yaitu:
a. Dimaksudkan sebagai bidang khusus dari penyelidikan faktual.
Misalnya: Penyelidikan tentang atom termasuk bidang fisika,
penyelidikan tentang chlorophyl termasuk penelitian bidang botani
atau bio-kimia dan sebagainya.
b. Dimaksudkan sebagai suatu kumpulan pertanyaan pokok yang
saling berhubungan.
Misalnya: Anatomi dan fisiologi keduanya berkaitan dengan
struktur tubuh. Anatomi mempelajari strukturnya sedangkan
fisiologi mempelajari fungsinya. Kedua ilmu tersebut dapat
dikatakan memiliki pokok persoalan yang sama, namun juga

13
dikatakan berbeda. Perbedaaan ini dapat diketahui apabila
dikaitkan dengan corak-corak pertanyaan yang diajukan dan aspek-
aspek yang diselidiki dari tubuh tersebut. Anatomi mempelajari
tubuh dalam aspeknya yang statis, sedangkan fisiologi dalam
aspeknya yang dinamis.
Sasaran dari objek material ini adalah peserta didik, yang memiliki
ciri khas yang perlu di pahami oleh pendidik:
Ø Individu yang mempunyai potensi fisik dan psikis yang khas,
sehingga merupakan insan yang unik.
Ø Individu yang sedang berkembang, karena itu individu tersebut
membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
Ø Individu yang mempunyai kemampuan mandiri (Umar
Tirtarahardja dan S.L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, Asdi
Mahasatya: 1991, hlm.81).
2. Objek Formal
Objek formal adalah bidang yan menjadi keseluruhan ruang lingkup
garapan riset pendidikan. Seperti upaya untuk mendidik, membimbing, dan
melatih siswa menuju perbaikan dan berkaitan dengan persoalan pendidikan.
Objek formal juga berarti sudut tinjauan dari penelitian atau pembicaraan yang
dilakukan oleh seseorang terhadap suatu ilmu pengetahuan atau bisa dikatakan
sudut pandang darimana objek material itu disorot. Jika sudut pandang itu logis,
konsisten dan efisien maka dihasilkanlah sistem filsafat yang lebih kepada
pembahasan secara mendalam.
Objek formal suatu ilmu tidak hanya memberikan keutuhan ilmu, tetapi
pada saat yang sama membedakannya dari bidang-bidang lain. Suatu objek
material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang sehingga menghasilkan ilmu
yang berbeda-beda. Oleh karena itu, akan tergambar lingkup suatu pengetahuan
mengenai sesuatu hal menurut segi tertentu. Dengan kata lain, tujuan pengetahuan
sudah ditentukan.
Misalnya, Objek materialnya adalah “manusia”, kemudian, manusia ini
ditinjau dari sudut pandang yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang

14
mempelajari manusia, diantaranya: psikologi, antropologi, sosiologi dan
sebagainya.
E. Ilmu-ilmu Bantu Ilmu Pendidikan

Adapun ilmu bantu dalam pendidikan adalah ilmu-ilmu yang dijadikan


landasan untuk membantu proses pendidikan yang merupakan strategi, cara
berpikir atau model berpikir dalam masalah pendidikan, ilmu-ilmu itu adalah:

1. Ilmu-ilmu Agama
Pendidikan agama disekolah bertujuan untuk membina dan
menyempurnakan pertumbuhan dan kepribadian anak didik, pendidikan agama
disekolah meliputi dua aspek yang penting:
a. Aspek pembentukkan (yang ditunjukkan kepada jiwa)
Tugas guru adalah menyadarkan anak didik tentang adanya Tuhan, melatih
anak didik untuk melakukan ibadah, membiasakan anak didik untuk
bersopan santun dan berakhlak yang mulia.
a. Aspek Pengajaran Agama (ditunjukkan kepada fikiran)
Tugas guru adalah menunjukkan apa yang disuruh dan apa yang dilarang
sesuai dengan ajaran agama. Jadi pendidikan agama tidak boleh lepas dari
pengajaran agama, artinya pengetahuan, pemahaman, norma-norma,
kewajiban-kewajiban, dan hukum-hukum yang berlaku.

Adapun contoh macam-macam ilmu agama yaitu:


1. Ilmu tafsir
2. Ilmu hadits
3. Ilmu mustalah hadits
4. Ilmu fiqh
5. Ilmu ushul fiqh
6. Ilmu kalam
7. Ilmu tasawuf (Hasan Langgulung, Pendidikan Islam dalam Abad ke-21,
Pustaka al-Husna Baru: Jakarta,2003.hal:26).

2. Ilmu Filsafat

15
Ilmu filsafat ini dapat memberi inspirasi bagi para pendidikan untuk
melaksanakan ide tertentu dalam pendidikan. Melalui filsafat tentang pendidikan,
filosof memaparkan idenya bagaimana pendidikan itu, kemana diarahkan
pendidikan itu, siapa saja yang patut menerima pendidikan itu dan bagaimana cara
mendidik serta peran didik. Pendidikan menurut filsafat ini bertujuan
mengembangkan kesadaran individu, memberi kesempatan untuk bebas memilih
etika, mendorong pengetahuan diri sendiri, bertanggung jawab dan
mengembangkan komitmen diri, peserta didik perlu mendapatkan pengalaman
sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual mereka, guru harus bersifat
demokratis dengan tehnik mengajar tidak langsung.

Diantara ilmu-ilmu lain yang bercabang dari filsafat dan dari logika
(mantiq) sendiri adalah ilmu debat dan diskusi yang dikembangkan oleh ahli-ahli
fiqih dan ahli-ahli kalam, yaitu kaum-kaum dan madzhab pemikiran Islam
bertambah banyak (Hasan Langgulung, Pendidikan Islam dalam Abad ke-21,
Pustaka al-Husna Baru: Jakarta,2003.hal:46).

3. Ilmu Psikologi

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala/ proses-


proses yang ada dijiwa manusia, jiwa adalah roh dalam keadaan mengendalikan
jasmani yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar, psikologi pendidikan perlu
dipelajari oleh setiap calon guru karena dengan mempelajari psikologi anak dan
remaja ia akan mendaptkan bantuan yang sangat berharga dalam mengembangkan
tugasnya selaku pendidik.

Dalam proses belajar mengajar diantara hal penting yang harus


dipehatikan guru adalah menyesuaikan materi pelajaran dengan anak didik (baik
kondisi pisik atau psikis) untuk mengetahui kondisi psikis anak didik harus
memahami masalah kejiwaan anak, yang hal ini dapat dipelajari melalui ilmu jiwa
terutama ilmu jiwa perkembangan.

4. Ilmu Sosiologi

16
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dengan
kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Pendidikan yang diinginkan oleh
mayarakat ialah proses pendidikan yang bisa memperhatikan dan meningkatkan
keselarasan hidup dalam pergaulan manusia untuk mewujudkan cita-cita,
pendidikan sangat membutuhkan bantuan sosiologi, konsep teori sosiologi
memberi petunjuk –petunjuk kepada guru-guru tentang bagaimana seharusnya
mereka membina para siswa agar mereka bisa memiliki kebiasaan hidup yang
harmonis, bersahabat dan akrab sesama teman.

Menurut Allan Jhonson, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari


kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan
bagaimana sistem tersebut memengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang
terlibat didalamnya memengaruhi sistem tersebut.

5. Ilmu Sejarah

Sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau
kegiatan yang dapt didasari oleh konsep-konsep tertentu, sejarah dalam
pendidikan merupakan motivasi yang kuat sebagai faktor penggerak dalam diri
manusia dalam hal ini nilai-nilai masa lampau yang telah teruji oleh zaman,
adapun fungsi sejarah adalah mengabdikan pengalaman-pengalaman masyarakat
diwaktu yang lampau yang menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat dalam
memecahkan masalah yang dihadapi.

Perkembangan manusia adalah sama dengan perkembangan alam, mulai


dari kuncup menjadi mekar, sehingga tugas pendidik adalah mengontrol
pertumbuhan anak agar menuju kearah yang benar sebagai anak manusia baik dan
juga harus mengetahui tingkatan-tingkatan perkembangan mental anak dengan
baik, maka perlu mempelajari perkembangan mental jenis manusia dalam sejarah
kehidupan.

6. Ilmu Ekonomi

17
Dalam dunia pendidikan faktor ekonomi bukan sebagai pemegang peran
yang utama melainkan sebagai pemeran yang cukup menentukkan keberhasilan
pendidikan, sebab ekonomi merupakan salah satu dari bagian sumber pendidikan
yang membuat anak mampu mengembangkan afeksi, kognisi dan keterampilan.

Dengan demikian ekonomi pendidikan yang berfungsi sebagai materi


pelajaran dalam masalah ekonomi kehidupan manusia seperti diketahui anak-anak
jika dewasa kelak kehidupannya tidak akan lepas adri kegiatan ekonomi,
sebagaimana disebutkan diatas ekonomi cukup menentukkan keberhasilan
pendidikan, sebab dengan ekonomi yang memadai:

a. Prasarana, sarana, media, alat belajar, dan kebutuhan lainnya terpenuhi


b. Proses belajar mengajar bisa dilaksanakan dengan baik dan intensif
c. Motivasi dan kegairahan kerja personalia pendidikan meningkat mereka
siap pula untuk meningkatkan profesi.

Adapun fungsi ekonomi pendidikan adalah:

1. Untuk menunjang kelancaran proses pendidikan


2. Bahan pelajaran untuk membentuk manusia ekonomi (memiliki
etos kerja dan prokduktif).
7. Ilmu Hukum

Hukum berarti melandasi atau mendasariatau titik tolak, landasan hukum


dapat diartikan peraturan tertentu sebagai tempat berpijak atau titik tolak dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan pendidikan,
tetapi tidak semua kegiatan pendidikan dilandasi oleh aturan-aturan, cukup
banyak pendidikan yang dilandasi oleh aturan lain seperti aturan kurikulum,
aturan cara mengajar, cara membuat persiapan, apalagi bila dikaitkan dengan
mengajar atau seni mendidik sangat banyak kegiatan pendidikan yang
dikembangkan sendiri oleh para pendidik, kegiatan pendidik yang dilandasi oleh
hukum antara lain adalah calon siswa SD tidak harus lulusan TK, masyarakat
harus membantu pembiayaan pendidikan adanya kerjasama antara masyarakat dan
sekolah.

18
19
BAB III

KESIMPULAN

Bahwa pendidikan lebih tua dibandingkan ilmu pendidikan, sebab


pendidikan telah ada sebelum ilmu pendidikan. Syarat dari suatu pengetahuan
dapat berubah menjadi suatu ilmu bila memenuhi persyaratan ilmu, yaitu
memiliki objek, punya metode penyelidikan, sistematis, dan punya tujuan sendiri.
Tampaknya pengetahuan tentang pendidikan ini dipandang sudah memnuhi
persyaratan sebagai ilmu (https://oktaseiji.wordpress.com/2011/04/24/konsep-
dasar-ilmu-pendidikan/ diakses senin,06 September 2021(09.13)).

Ilmu pendidikan termasuk ilmu pengetahuan empiris yang diangkat dari


pengalaman pendidikan, kemudian disusun secara teoritis untuk digunakan secara
praktis.

Sebagai ilmu, Ilmu pendidikan mempunyai sifat diantaranya:

1. Ilmu Pendidikan Bersifat Empiris


2. Ilmu Pendidikan Bersifat Normatif
3. Ilmu Pendidikan Bersifat Historisitas
4. Ilmu Pendidikan Bersifat Teoritis-Praktis
5. Ilmu Pendidikan yang Berdimensi Rohani/Lahiriyah dan Batiniyah.
Sasaran dari objek material ini adalah peserta didik, yang memiliki ciri
khas yang perlu di pahami oleh pendidik:

 Individu yang mempunyai potensi fisik dan psikis yang khas,


sehingga merupakan insan yang unik.
 Individu yang sedang berkembang, karena itu individu tersebut
membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
 Individu yang mempunyai kemampuan mandiri.

Secara umum yang menjadi objek atau sasaran ilmu pendidikan adalah
seluruh yang menjadi objek dalam aktivitas pendidikan atau praktek pendidikan

20
yang meliputi kegiatan mendidik, mengajar, melatih peserta didik agar
berkembang potensinya serta menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.

Objek formal suatu ilmu tidak hanya memberikan keutuhan ilmu, tetapi
pada saat yang sama membedakannya dari bidang-bidang lain. Suatu objek
material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang sehingga menghasilkan ilmu
yang berbeda-beda. Oleh karena itu, akan tergambar lingkup suatu pengetahuan
mengenai sesuatu hal menurut segi tertentu. Dengan kata lain, tujuan pengetahuan
sudah ditentukan.

Misalnya, Objek materialnya adalah “manusia”, kemudian, manusia ini


ditinjau dari sudut pandang yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang
mempelajari manusia, diantaranya: psikologi, antropologi, sosiologi dan
sebagainya.

Inti pembahasan atau pokok persoalan dan sasaran material dalam ilmu
pengetahuan sering disebut sebagai objek material ilmu pengetahuan, Sedangkan
cara pandang atau pendekatan-pendekatan terhadap objek material ilmu
pengetahuan biasa disebut sebagai objek formal.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdurrahman Saleh. 2007. Teori-Teori Pendidikan


Berdasarkan Al-Qur‟an. Jakarta: Rineka Cipta.

Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati.1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyanti.2007.Ilmu Pendidikan. Semarang: PT


Rineka Cipta.

Dewey, Jhon. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

21
Hasan Langgulung. Pendidikan Islam dalam Abad ke-21, Pustaka al-
Husna Baru: Jakarta, 2003. hal: 26

Hasan Langgulung. Pendidikan Islam dalam Abad ke-21, Pustaka al-


Husna Baru: Jakarta, 2003. hal: 46

http://mohkhoiruzaki.blogspot.co.id/2016/02/makalah-ilmu-pendidikan-
sifat-dan-objek.html

Maunah, Binti. 2009. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Teras.

Mudyahardjo, Redja. Filsafat Ilmu Pendidika. Remaja Rosdakarya:


Bandung. 2002.

Munib, Achmad dkk. Pengantar Ilm Pendidikan. UNNES Press:


Semarang. 2006.

Munir, Bahrul. Sifat dan Metode Ilmu Pengetahuan,


http://bahrululummunir.blogspot.co.id/2011/03/sifat-dan-metode-ilmu-
pengetahuan.html diakses pada Minggu,05 September 2021(17.30)

Salam, Burhanuddin. PENGANTAR PEDAGOGIK (Dasar-dasar Ilmu


Mendidik). PT. Rineka Cipta: Jakarta. 1997.

Suardi, M. 2010. Pengantar Pendidikan Teori Dan Aplikasi. Jakarta :


PTIndeks.

Sudirman,N.dkk. 1992. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakary


http://hamkamodern.blogspot.co.id/2009/11/makalah-ilmu-pendidikan-
pendidikan.html diakses Minggu,02 September 2021

Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. Pengantar Pendidikan. Asdi


Mahasatya: Jakarta. 2005.

Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam. PT. Raja Grafindo Persada:


Jakarta. 2008.

22
Zuhairini, dkk. Sejarah Pendidikan Islam. Bumi Aksara: Jakarta. 2008.

23

Anda mungkin juga menyukai