Anda di halaman 1dari 18

LANDASAN KEPENDIDIKAN

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Disusun oleh:
Agus Rofi’i (21510083)
Rini Astini (21510106)
Prasetiyani Pujiastuti (21510117)

PROGRAM STUDI
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCASARJANA
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2022

i
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaik
annya makalah Landasan Kependidikan dengan Topik Pendidikan dan
Kebudayaan. Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing Dr. Ghufron
Abdullah, M.Pd. yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyele
saikan makalah ini.

Makalah ini terdiri dari 3 bab tentang Pendidikan dan Kebudayaan. Makal
ah ini ditulis dengan tujuan untuk mengetahui dan memahami tentang Pengertian
Pendidikan, Hakikat Manusia, Hakikat Pendidikan, dan Hakikat Kebudayaan.
Kami jauh dari sempurna, dan ini merupakan langkah baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, dari keterbatasan waktu dan kemampuan kami, m
aka kami harapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi saya pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada u
mumnya.

Semarang, 16 Mei 2022

Penulis

II
iii

DAFTAR ISI

Hal

COVER ……………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………. 1
C. Tujuan dan Manfaat …………………………………….. 2
D. Sistematika Penulisan ....................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan........................................................ 3
B. Hakikat Manusia…………................................................. 8
C. Hakikat Pendidikan…………..............................................
D. Hakikat Kebudayaan………………………………………
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................
B. Saran………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

III
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Pendidikan modern menerapkan prinsip multiintegensi, yang
menuntut perkembangan anak didik secara harmonis yang mencakupi
perkembangan: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Landasan
Pendidikan sangat dibutuhkan dalam dunia Pendidikan dan wajib dipelajari oleh
mahasiswa pascasarjana manajemen Pendidikan. Pengembangan Intelektual,
pengembangan emosional trntunya menjadi point penting dalam mengembangkan
ilmu melalui materi perkuliahan ini.
Landasan Pendidikan sendiri memberikan ilmu yang memfokuskan pada
perkembangan anak didik. Tentunya dengan mempelajari materi Pendidikan dan
kebudayaan, dapat memberikan dasar seorang pendidik untuk memahami hakikat
Pendidikan yang sebenarnya. Karena topik pembicaraan dalam makalah ini akan
menjadi dasar dari seluruh bab berikutnya yang masuk dalam kualifikasi
Pendidikan.
Tentunya masalah Pendidikan adalah masalah utama yang dihadapi oleh
manusia. Dengan adanya Pendidikan tentunya diharapkan akan mendidik manusia
menjadi manusia yang bermartabat. Tentunya kita perlu pula mempelajari hakikat
manusia di samping hakikat Pendidikan itu sendiri. Dalam makalah ini, juga
menyinggung masalah mengenai hakikat kebudayaan, karena sejatinya manusia
dapat belajar melalui sebuah proses pembudayaan sehingga nantinya akan
menghasilkan manusia yang berbudaya dan bermartabat.
B. Rumusan Masalah
Adapun pokok-pokok permasalahan di dalam makalah ini, diantaranya adalah:
1. Apakah pengertian dan definisi pendidikan?
2. Apakah pengertian dari hakikat manusia?
3. Apakah pengertian hakikat pendidikan?
4. Apakah pengertian dari hakikat kebudayaan?

1
2

C. Tujuan dan Manfaat


1. Tujuan
Tujuan dari materi makalah ini, diharapkan agar mahasiswa mampu memahami
dan menguasai materi tentang :
a. Pengertian pendidikan.
b. Pengertian hakikat manusia,
c. Pengertian pendidikan, dan
d. Pengertian hakikat kebudayaan

2. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah mahasiswa dapat memahami penger
tian pendidikan, pengertian hakikat manusia, pengertian Pendidikan, dan
pengertian hakikat kebudayaan.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Pengertian pendidikan, asal dan arti kata pendidikan, batasan tentang
pendidikan, makna beberapa unsur Pendidikan,
2. Pengertian hakikat manusia, wujud hakikat manusia, dimensi hakikat
manusia, implikasi dan implementasi dalam kurikulum,
3. Pengertian hakikat Pendidikan, fungsi Pendidikan, tujuan Pendidikan dan
pembelajaran, konsep Pendidikan sepanjang hayat,
4. Pengertian hakikat kebudayaan, hubungan antara sekolah dan masyarakat,
Pendidikan dan perkembangan kebudayaan, Pendidikan dan perubahan sosial
budaya, Pendidikan dan moral serta agama.

2
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan
1. Asal dan arti Pendidikan
Pendidikan merupakan padan kata dari pedagogi (paedagogoi). Pedagogi atau
paedagogi berasal dari kata Bahasa Yunani pedagogues (paedagogia), dan dalam
bahasa Latin paedagogus. Pedagogues, paedagogus dalam kehidupan orang
Yunani kuno merupakan sebutan seseorang yang bertugas menghantar dan
menjemput anak sekolah serta mengasuhnya sebagai pembantu rumah tangga.
Bgaimanapun paedagogue itu bukan guru. Dalam kehidupan Yunani kuno, guru
disebut governor.
Pedagogi juga berarti “perbuatan mendidik”. Dan paedagogiek yang berarti
“ilmu Pendidikan”. Pendidikan dalam bahasa Inggris adalah pedagogy, yaitu: the
study of educational goals and processes (studi tentang tujuan dan proses
Pendidikan). Mendidik dalam bahasa Latin educare yang berasal dari e-ducare
yang artinya “menggiring ke luar”. pembentukan manusia atau pemuliaan
manusia (Drost, 1999:1).
Dari asal dan arti kata yang terkait dengan Pendidikan tersebut dikelompokkan
ke dalam dua kategori (Komar, 2006: 45), yaitu: (a) cara untuk mempengaruhi
anak agar mencapai kedewasaan (Pendidikan informal), dan (b) konsep education,
yaitu cara memperoleh pengetahuan di sekolah (“Pendidikan formal”;
pengajaran).

2. Batasan tentang Pendidikan


Berikut ini dipaparkan berbagai Batasan tentang Pendidikan dari berbagai ahli
yang bersangkutan.

3
4

Pedagogik atau ilmu mendidik ialah suatu ilmu yang bukan saja menelaah
obyeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki obyek itu, melainkan
mempelajari pula betapa hendaknya bertindak. Mendidik adalah mempengaruhi
anak dalam usaha membimbingnya supaya menjadi dewasa. Usaha membimbing
adalah usaha yang disadari dan dilakukan dengan sengaja antara orang dewasa
dengan anak/yang belum dewasa. (M.J.Langeveld).
Dari Batasan tersebut mencakupi unsur-unsur: Pendidikan adalah ilmu,
Pendidikan memiliki obyek kajian, Pendidikan merupakan suatu Tindakan, usaha
sadar, pengaruh, oleh orang dewasa.
Ilmu Pendidikan mempelajari Susana dan proses Pendidikan. (Sutari Imam
Bernadib). Batasan tersebut menunjuk obyek formal Pendidikan. Ilmu Pendidikan
adalah pemikiran ilmiah tentang realitas yang kita sebut Pendidikan (mendidik
dan dididik). Pendidikan adalah kegiatan atau proses memanusiakan manusia,
yang terjadi dalam dan dengan pembudayaan, yang disebut proses hominisasi dan
humanisasi. (Drijarkara, 1980).
Berikut ini menunjuk adanya unsur-unsur pendidikan sebagai pemikiran
ilmiah yaitu mencakup mendidik dan dididik. Lebih lanjut dijelakan tentang sifat-
sifat ilmiah, yaitu: kritis, metodis, dan sistematis. Kritis memiliki arti semua
pernyataan dan semua afirmasi harus memiliki dasar yang kuat, tidak membeo.
Metodus, artinya dalam prosesberpikir dan menyelidiki itu orang menggunakan
suatu cara tertentu. Sistematis, artinya dalam proses pemikiran ilmiah tersebut
pemikir dijiwai suatu ide yang menyeluruh dan menyatukan (sistematik, holistic,
dan sistematis). Unsur yang menonjol adalah: pemanusiaan manusia dalam
pembuadayaan.
Mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak
agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (Ki Hajar Dewantara).
Unsur-unsur yang dicakupi adalah: Kekuatan kodrat, sebagai manusia pribadi dan
anggota masyarakat, serta keselamatan dan kebahagiaan.

4
5

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaa, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU RI No.20 Tahun 2001 tentang Sistem
Pendidikan Naisonal).
Unsur-unsur yang terkandung dalam Batasan tentang Pendidikan tersebut
dapat dirumuskan ke dalam beberapa kategori, yang mencakup: filosofis,
psikologis, etis, sosiologis, ekonomis, politis, dan teologis.
Demikianlah unsur-unsur yang terkandung di dalam berbagai Batasan tentang
pendidikan. Sebagaimana telah disebut, unsur-unsur tersebut tidaklah saling
bertentangan melainkan saling melengkapi. Pada dasarnya tidak ada definisi yang
dapat dikatakan paling baik atau paling benar.

3. Makna beberapa unsur dalam pendidikan


a. Pendidikan sebagai usaha sadar
Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana, artinya dikehendaki,
diinginkan, ada maksud dan tujuan, baik secara eksplisit (nyata) maupun secara
implisit( terselubung) dari pihak pendidik. Mendidik selalu berpusat pada si
terdidik dalam bentuknya sebagai pembelajaran disebut student centered atau
student oriented, bukan teacher centered atau teacher oriented. Usaha sadar dan
terencana itu harus bermakna. Sebagaimana contoh tindakan orang tua menyuruh
anak menyapu halaman agar anak memiliki rasa tanggung jawab selalu menjaga
kebersihan. Demi kepentingan anak sendiri tidak selalu berarti yang
menyenangkan anak. Bisa terjadi anak tidak merasa senang melakukan suatu
tindskan, tetapi bila hal itu demi kepentingan anak itu sendiri, bermanfaat bagfi
pembentukan pribadi anak itu sendiri, demi tercapainya tujuan pendidikan, maka
hal itu merupakan Tindakan mendidik. Mendidik merupakan Kerjasama antara
pendidik dan si terdidik, namu kepentingan si terdidiklah yang diutamakan.
b. Pendidikan sebagai suatu bantuan

5
6

Kata bantuan lebih tepat karena lebih memposisikan si terdidik sebagai subyek,
yang berperan utama, sedang peran pendidik hanyalah membantu. Pendidik
adalah pendamping, sebagai kolega, teman berinteraksi, berkedudukan sederajad
dengan si terdidik, bukan sebagai atasan dan bawahan.Perkembangan bakat.
Prinsip pendidikan sebagai bantuan memiliki arti membantu proses penidikan
sebagai usaha sadar untuk “membentuk” anak didik. Yang memiliki arti
membentuk dirinya sendiri. Jadi bukan anak didik dibentuk oleh pendidik,
melainkan anak didik membentuk dirinya sendiri dengan bantuan pendidik.

c. Pendidikan dilakukan oleh orang dewasa


Orang dewasa dalam kaitannya dapat berupa: orang tua, wali atau wakil orang tua,
guru, pembimbing rohani, konselor, pelatih, tutor, pemimpin, dan lain-lain.
Pendidikan harus dilakukan oleh orang yang telah dewasa karena harus membantu
menjadikan anak didik dewasa. Kedewasan dapat diartikan baik secara jasmani
(fisik) maupun rohani (mental, kejiwaan). Dewasa dalam artian pendidikan dapat
dimaknai memiliki rasa tanggung jawab, kemandirian, kemampuan mengambil
putusan secara merdeka.
d. Subyek dan obyek pendidikan
Si terdidik adalah subyek pendidikan karena dialah yang menjadi pokok
penentu arah dan tujuan pendidikan; sementara pendidikan hanya membantu. Si
terdidiklah yang menentukan seluruh kegiatan mendidik.
Si terdidik adalah mereka yang belum dewasa, yaitu: kanak-kanak, anak,
remaja, dan pemuda (adolesens), usia 0 hingga kurang lebih 20 tahun (Drost,
1999:1). Walaupun terdapat buku yang membicarakan tentang “pendidikan orang
dewasa”. Pendidikan orang dewasa itu sinonim dari pengetahuan, sebagai
kebalikan dari pendidikan formal (Finger & Asun, 2004: 10-11).

e. Pendidikan sebagai proses pendewasaan

6
7

Pendidikan merupakan proses pemberian bantuan oleh orang dewasa untuk


mendewasakan anak yang belum dewasa. Dewasa memiliki arti menjadi pribadi
yang Susila, berakhlak mulia, berbudi luhur, cakap, terampil, bersifat dan bersikap
sosial, kekitaan, anggota keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara yang baik.
Berikut ini kategori pengertian kedewasaan yang perlu diketahui;
1) Secara filosofis, yang merumuskan pendidikan sebagai proses memanusiakan
manusia lewat pembudayaan; dewasa berarti terbentuknya pribadi yang
utuh,manusia seutuhnya, manusia yang berbudaya.
2) Secara psikologis, yang memberi Batasan pendidikan sebagai proses
pendewasaan secara psikis, dewasa berarti pribadi yang telah berkembang
potensi kejiwaannya sehingga mampu melaksanakan tugas-tugas
perkembangannya secara mandiri.

3) Secara etis, yang memberikan batasan pendidikan pendidikan sebagai proses


transfer nilai-nilai menuju manusia Susila, dewasa berarti terbentuknya
pribadi yang Susila, sopan, dan santun.
4) Secara sosiologis, yang membatasi pendidikan sebagai proses pembentukan
anggota masyarakat yang berjiwa sosial, dewasa beearti terbentuknya pribadi
sosial, bersifat kekitaan, insklusif, pluralistis, mampu bergaul sebagai anggota
keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara yang sinergis (mampu
bekerjasama).
5) Secara ekonomis, yang memberi Batasan pendidikan sebagai proses
pembentukan tenaga kerja, dewasa berarti terbentuknya pribadi yang mampu
bekerja dan menghidupi diri sendiri beserta keluarganya secara baik
(kecukupan sejahtera).
6) Secara politis, yang memberikan Batasan pendidikan sebagai proses
pembentukan warga negara yang baik, dewasa berarti terbentuknya pribadi
warga negara yang baik.

7
8

7) Secara teologis, yang memberi Batasan pendidikan sebagai proses


pembentukan warga surgawi, dewasa berarti terbentuknya pribadi yang
soleh/solekah, yang taqwa, yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.
f. Pendidikan sebagai pergaulan yang bermakna
Pendidikan adalah pergaulan/interaksi yang bermakna; pergaulan yang
memiliki arah dan tujuan, yang bernilai, yang berharga, yang baik, yang
diinginkan, yang terencana.
g. Pendidikan memerlukan alat
Alat pendidikan itu dapat berupa: pesan, ajaran, nilai-nilai, teladan,
instruksi/perintah, larangan, ganjaran (reward) dan hukuman (punishment).

4. Pendidikan dan Pengajaran


Orang yang mengajar dengan baik, dengan sendirinya ia telah mendidik. Melalui
pengajaran diperoleh pengetahuan, informasi, keterampilan tertentu (pengajaran).
Pendidikan merupakan proses transfer: transmisi (pemindahan) dan transformasi
(pengembangan) nilai-nilai. Pengajaran lebih bersifat transfer ilmu, pengetahuan,
atau informasi. Pendidikan merupakan proses yang informal (utamanya di
keluarga), sedang pengajaran merupakan proses formal (resmi, utamanya di
sekolah).
Drost (2000: 1-15) mengaskan bahwa semua pendidikan adalah proses informal
(konseppedagogik); tidak ada pendidikan formal, yang formal adalah pengajaran
(konsep education, edukasi). Yang dimaksud dengan formal dalam hal ini adalah
terstruktur secara resmi dalam kurikulum, silabus, dan jadwal. Tidak ada
pendidikan yang terjadwal, semua pendidikan informal, tidak ada kurikulum,

8
9

tidak terjadwal, tidak menggunakan silabus, tanpa evaluasi, tidak perlu


ijazah/sertifikat; utamanya terjadi di rumah/keluarga dan di masyarakat.
Yang terjadwal, ada kurikulum dan silabus, yang resmi, yang formal, itu adalah
pengajaran; terjadi di sekolah-sekolah. Bagaimanapun di dalam pengajaran
terkandung pendidikan. Pengajar mendidik lewat mengajar dan pelajar dididik
lewat belajar.

B. Pengertian Hakikat Manusia


1. Pengertian
Salah satu aspek dari hakikat pendidikan adalah hominisasi atau pemanusiaan,
yang berarti memanusiakan manusia, sesuai dengan kodratnya, bukan
membinatangkan, membedakan, bahkan juga mentuhankan atau memalaikatkan
manusia, maka para pendidik harus tahu tentang hakikat manusia itu sendiri.
Tanpa paham tentang hakikat manusia sudah barang tentu tuidak mungkin untuk
memanusiakan anak didik menjadi manusia dalam arti yang sebenar-benarnya.
Sifat hakikat manusia adalah ciri-ciri karakteristik, yang prinsipiil, yang
membedakan manusia dari hewan.

2. Wujud hakikat manusia


a. Kemampuan menyadari diri
Manusia menyadari tentang “aku” ang membedakan (mengambil jarak)
dari “engkau” (aku-aku lain, yang bukan aku; ia, mereka) dan
lingkungannya.Kemampuan mengambil jarak tersebut, ke luar menganggap di
luar akunya sebagai obyek, menimbulkan egoisme, dan ke dalam, menganggap
di luar akunya sebagai subyek, menimbulkan pengabdian, pengorbanan,
tenggang rasa (aku keluar dari dirinya dan menempatkan aku pada diri orang
lain).
b. Kemampuan bereksistensi

9
10

Manusia tidak dibatasi oleh ruang dan waktu (space and time) yang disebut
kemampuan bereksistensi. Manusia bukan “ber-ada” emlainkan “meng-ada”
atau “bereksistensi
c. Kata hati
Kata hati (conscience of man) = pelita hati, hati Nurani, suara hati, lubuk hati
adalah kemampuan memahami apa yang telah, sedang, dan akan terjadi serta
akibat bagi dirinya; yang memberikan penerangan tentang baik-buruknya
Tindakan sebagai manusia. Kata hati = kemampuan membuat keputusan yang
baik/benar secara cerdas; menjadi petunjuk moral/perbuatan.
d. Memiliki moral
Moral adalah norma (ukuran) tentang baik-buruknya Tindakan; filsafat
moral disebut etika, yang tidak identic dengan etiket (sopan-santun). Orang
yang moraknya tidak sesuai dengan kata hatinya= bermoral rendah (asor), atau
tidak bermoral.
e. Tanggung jawab
Tanggung jawab dapat terhadap: diri sendiri, sesama, dan
tuhan.Bertanggung jawab berarti sadar dan rela menerima akibat dari
tindakannya sesuai tuntutan hati Nurani, norma sosial, norma agama.

f. Kebebasan/kemerdekaan
Kebebasan tidak terlepas dari tuntutan kodrat manusia (hati Nurani, moral),
artinya: bebas untuk bertindak sejauh tidak bertentangan dengan tuntutan
kodrat manusia (bebas dalam keterikatan).
g. Hak dan kewajiban
Tidak ada hak tanpa kewajiban. Kewajiban bukan beban melainkan
keniscayaan, sebagai manusia. Mengingkari kewajiban berarti mengingkari
kemanusiaannya.

10
11

Hak dan kewajiban harus dilaksanakan berdasarkan berdasar keadilan. Ada


empat aspek disiplin, yaitu: (1) disiplin rational, yang apabila melanggar
menimbulkan rasa salah, (2) disiplin sosial, yang menimbulkan rasa malu, (3)
disiplin afektif, yang menimbulkan rasa gelisah, dan (4) disiplin agama, yang
menimbulkan rasa berdosa.
h. Kemampuan menghayati kebahagiaan
Kebahagiaan dapat dirasakan, tetapi sulit dirasionalkan. Kebhagiaan
merupakan integrasi dari kesenangan, kegembiraan, kepuasan, pengalaman
pahit dan penderitaan. Kebahagiaan mencakup dua aspek, yaitu usaha dan
takdir Tuhan, dan dapat ditingkatkan.
3. Dimensi hakikat manusia
a. Beberapa aliran tentang dimensi hakikat manusia
Ada beberapa sudut pandang dalam melihat hakikat manusia. Masing-
masing sudut pandanmg menimbulkan aliran, yaitu: Monisme, (mono = satu,
isme = paham, aliran), ialah aliran yang berpendapat bahwa segala sesuatu
berasal dari satu asas saja. Spiritualisme (spirit = jiwa) berpendapat bahwa
manusia berasal dari satu asas, yaitu jiwa. Materialisme (materi = benda),
berpendapat bahwa hakikat manusia berasal dari satu asas yaitu materi
(kebendaan, tubuh) saja. Atonimisme (atom = bagian atau unsur dari materi),
berpendapat bahwa hakikat manusia adalah satu asas, yaitu atom. Dualisme,
ialah aliran yang berpendapat bahwa segala sesuatu berasal dari dua asas,
yang masing-masing berdiri sendiri. Pluralisme (plural = jamak, banyak,
ganda), ialah aliran yang berpendapat bahwa segala sesuatu berasal dari
banyak asas. dan evolusionisme.(evolusi = perubahan secara perlahan, sedikit
demi sedikit, lambat-laun; lawan revolusi = perubahan cepat dan mendadak),
ialah aliran yang berpendapat bahwa segala sesuatu itu adalah hasil
perubahan secara lambat laun.
Dari paparan diatas dapat dibuat skema tentang dimensi hakikat manusia
sebagai berikut:

Akal
11
Jiwa Rasa

Kehendak
Susunan Kondrat
Unsur
Tubuh
Binatang 12

MANUSIA
Unsur Benda
Mati

Makhluk Hidup
Sifat Kodrat

Makhluk Sosial

MakhlukUnsur
Mandiri
Tumbuhan
Kebutuhan Kodrat
Makhluk Tuhan

b. Beberapa pilihan tentang dimensi hakikat manusia


1) Hakikat manusia jiwa-raga (jasmani-rohani)
Menurut kodratnya, manusia terdiri atas jiwa dan raga, rohani dan jasmani
yang saling berhubungan, saling melen gkapi, tidak terpisahkan, bahkan
merupakan kesatuan; maka juga disebut dengan monodualisme atau
dwitunggal.

12
13

2) Hakikat manusia individu dan sosial


Manusia memiliki sifat individu dan sosial. Pada hakikatnya tidak ada orang
yang murni individualistik, yang hanya memperhatikan kpentyingan diri
sendiri. Sebaliknya tidak ada orang yang murni bersifat sosialistik (altruistik),
artinya hanya memperhatikan kepentingan orang lain saja, sama sekali
mengabaikan kepentingan dirinya. Berikut ini perinciannya:
a) Dimensi keindividualan
Pendidikan tidak dimaknai sebagai mengembangkan sifat individualitas yang
egois, yang mementingkan diri sendiri, melainkan membentuk personal, yaitu
kepribadian yang utuh, tangguh, integral, memiliki jati diri, harga diri.
b) Dimensi kesosialan
Tidak ada orang lain yang mampu hidup wajar tanpa bantuan orang lain.
“Manusia hanya menjadi manusia jika berada di antara manusia” (Immanuel
Kant). Orang hanya mampu mengembangkan individualitasnya di dalam
pergaulan sosial. Implikasi pedagogis: pendidikan memerlukan lingkungan
hiudup sosial yang sehat.
c) Hakikat manusia makhluk Tuhan
 Dimensi kesusilaan, dapat diartikan sebagai kepantasan, kepatutan atau
kebaikan. Manusia Susila adalah yang memiliki nilai-nilai, menghayati dan
mengamalkan nilai-nilai dalam perbuatan (Drijakara).
 Dimensi keagamaan, pada dasarnya manusia bersifat religious, percaya
adanya Tuhan (dalam berbagai bentuknya), bahkan sebelum ada agama.
c. Pengembangan dimensi hakikat manusia
Manusia tidak dapat berkembang berdasar nalurinya saja sebagaimana hewan.
Aktualisasi potensi manusia tersebut memerlukan proses, sebagai fungsi atau jasa
pendidikan. Melalui pendidikan, potensi dikembangkan menjadimanusiawi.
Pengembangan potensi menjadi aktualisasi dapat terjadi secara utuh (baik) atau
secara tidak utuh (tidak baik).
d. Teori hakikat manusia
Ada empat teori atau pandangan tentang hakikat manusia, yaitu sebagai berikut:

13
14

1) Pandangan Psikoanalitik, Manusia digerakkan, dikontrol oleh dorongan-


dorongan intrinsic (dari dalam dirinya, tenaga dalam), untuk memuaskan
biologisnya. Sigmud Freud mengemukakan bahwa struktur kepribadian
individu terdiri dari tiga komponen, yaitu: Id sebagai penggerak, Ego sebagai
pengatur dan pengarah, dan Superego sebagai pengawas atau pengontrol.
2) Pandangan Humanistik, menurut Rogers, manusia pada hakikatnya dalam
proses menyadari “menjadi” (on becoming), tidak pernah berhenti, todak
pernah, selesai atau sempurna.
3) Pandangan Martin Buber, Buber berpendapat bahwa manusia tidak dapart
dikatakan pada dasarnya dosa dan dalam genggaman dosa, melainkan
manusia merupakan suatu keberadaan (eksistensi) yang berpotensi.
4) Pandangann Behavioristik, Kaum behavioristik (Skinner) menganggap
bahwa manusia sepenuhnya mahkluk reaktif, yang tingkah lakunya dikontrol
oleh faktor-faktor dari luar.

4. Implikasi dan Implementasi dalam Kurikulum


a. Pendidikan yang holistic
Pendidikan holistik artinya terpadu, sebagai wujud dari satu kesatuan dan
kesluruhan tak terpisahkan. Hal itu mencakup aspek guru maupun siswa.
b. Pendidikan yang demokratis
Pendidikan yang demokratis berarti suatu pendidikan yang membenbaskan.
Guru tidak mendominasi, tidak otoriter, dan mendekte siswa, melainkan
berperan sebagai: komunikator atau informator, organisator, motivator, atau
dinamisatror, konduktpor, katalisator, inisiator, pemgarah, moderator,
fasilitator, dan evaluator.

C.

14
15

Soegeng Ysh., A.Y.– Abdullah, Ghufron. 2020. Landasan Kependidikan jilid


I dan II. Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama.

15

Anda mungkin juga menyukai