Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan


“Pilar-Pilar Pendidikan “

Dosen Pengampu:
Dra. Tin Indrawati, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 5:
1. Fariska Ananta Gusti (23129161)
2. Wila Julia Putri (23129396)
3. Yasika Fitria (23129401)

23 BB 06

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita bersama dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan
makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pilar-Pilar Pendidikan”

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari dosen pengampu pembelajaran Dasa-dasar
Ilmu Pendidikan. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada ibu Tin Indrawati, M.Pd.
selaku dosen mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan.

Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan. Penulis
juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 10 Maret 2023

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 3
BAB I ................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 4
A. Kata Pengantar ........................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 4
BAB II .................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 5
A. Pengertian Pilar Pendidikan ........................................................................................ 5
B. Jenis-jenis Pilar Pendidikan ........................................................................................ 5
1. Learning to know .................................................................................................... 5
2. Learning to do ......................................................................................................... 6
3. Learning to be ......................................................................................................... 7
4. Learning to live together ......................................................................................... 7
5. Learning to believe in God ...................................................................................... 8
C. Implementasi Pilar Pendidikan ................................................................................... 9
1. Learning to know .................................................................................................... 9
2. Learning to do ......................................................................................................... 9
3. Learning to be ......................................................................................................... 9
4. Learning to live together ....................................................................................... 10
5. Learning to believe in God .................................................................................... 10
BAB III ............................................................................................................................... 11
PENUTUP .......................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 11
B. Saran ........................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Kata Pengantar
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia
membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat
penting, artinya tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan
terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk
menghasilkan manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Tujuan pendidikan yang
diharapkan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, bertakwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat
jasmani rohani, mandiri. Serta tertanam kuat rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan (Yaumi, 2016).
Dalam kamus umum pilar berarti tiang penyangga atau penguat. Sedangkan
pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan
kepada anak didik yang bertujuan pada pendewasaan anak. Jadi pilar pendidikan adalah
tiang atau penunjang dari suatu kegiatan usaha, pengaruh perlindungan dan bantuan
yang akan di berikan kepada anak didik untuk pendewasaannya. M.J Langelveld
mengatakan bahwa pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan batuan
yang diberikan kepada anak didik yang bertujuan pada pendewasaan anak itu sendiri.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pilar pendidikan adalah tiang
atau penunjang dari suatu kegiatan usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang
akan dan direkomendasikan oleh UNESCO (Smith, 2018).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pilar Pendidikan?
2. Apa saja jenis-jenis pilar pedidikan?
3. Bagaimana Implementasi pilar-pilar Pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Pilar-pilar Pendidikan
2. Mengetahui jenis jenis pilar Pendidikan
3. Dapat mengetahui implementasi pilar-pilar pendidikan

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pilar Pendidikan


Pilar merupakan sebuah penopang atau penyangga, dalam sebuah bangunan
pilar yang dapat membuat bangunan berdiri tegak dan kokoh. Dalam sistem
pendidikan juga demikian terdapat pilar yang menjadi penyangga sehingga sebuah
sistem pendidikan dapat berdiri untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pendidikan merupakan sutu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar manusia untuk memanusiakan
manusia itu sendiri, artinya pendidikan dimaksudkan untuk membudayakan
manusia. Tujuan pendidikan secara luas adalah untuk meningkatkan kecerdasan,
membentuk manusia yang berkualitas, terampil, mandiri, inovatif, dan dapat
meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Oleh karena itu, pendidikan sangat
diperlukan oleh manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan sebagai makhluk
individu, sosial dan beragama.
Sebagai objek sekaligus subjek Pendidikan, manusia menjadi titik sentral dalam
proses belajar dan mengarah pada tujuan Pendidikan. Manusia belajar dari apasaja
yang ada disekitarnya untuk survive sekaligus pengembangan diri, lahir dari
ketidaktahuan dari Rahim seorang ibu dan dibekali penglihatan, pendengaran, dan
akal digunakan dalam tugasnya sebagai khalifatullah fil ardh.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pilar Pendidikan
adalah tiang atau penunjang dari suatu kegiatan usaha, pengaruh, perlindungan dan
bantuan yang akan diberikan kepada anank didik yang bertujuan untuk
pendewasaan anak.
Dalam upaya memajukan pendidikan yang ada saat ini, UNESCO
mengemukakan lima pilar pendidikan yang digunakan sebagai landasan dalam
praktik pendidikan. Yakni learning to know, learning to do, learning to be,
learning to live together dan learning to believe in God. Dimana dalam
pelaksanaan kelima pilar ini guru bertindak sebagai fasilitator dan membantu siswa
untuk aktif dalam pembelajaran.

B. Jenis-jenis Pilar Pendidikan


1. Learning to know
Learning to know (belajar untuk mengetahui), artinya belajar itu harus
dapat memahami yang dipelajari bukan hanya dihafalkan tetapi harus ada
pengertian yang dalam. Hal ini dapat diartikan bahwa siswa harus memiliki
pemahaman yang bermakna terhadap proses Pendidikan mereka. Siswa
diharapkan memiliki tujuan dalam belajar, selalu mencari tahu dan menggali hal
yang harus diketahuinya.
Learning to know bukan sebatas proses belajar dimana siswa
mengetahui dan memiliki materi informasi sebanyak-banyaknya, menyimpan
dan mengingat, namun juga kemanpuan untuk dapat memahami makna dibalik
materi ajar yang telah diterimanya. Dengan Learning to know, kemampuan
menangkap peluang untuk melakukan pendekatan ilmiah diharapkan bisa
berkembaang yang tidak hanya melalui logika e,pirisme semata, tetapi juga

5
secara transcendental, yaitu kemampuan mengaitkannya dengan nilai nilai
spiritual.
Learning to know adalah suatu proses pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik menghayati dan akhirnya dapat merasakan serta
dapat menerapkan cara memperoleh pengetahuan. Suatu proses yang
memungkinkan tertanam sikap ilmiah, yaitu sikap ingin tahu dan selanjutnya
menimbulkan rasa mampu untuk mencari jawaban atas masalah yang dihadapi
secara ilmiah. Learning to know dilakukan dengan cara memadukan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan umum yang cukup luas dengan
kesempatan untuk bekerjasama secara mendalam pada sejumlah kecil mata
pelajaran.
Prinsip Learning to know:
a. Diarahkan untuk mampu mengembangkan ilmu dan trobosan teknologi
dan merespon sumber informasi baru
b. Memanfaatkan berbagai sumber pembelajaran
c. Network society
d. Learning to learn dan long life education.

2. Learning to do
Learning to do, yang berarti belajar untuk melakukan sesuatu. Artinya,
seseorang belajar untuk dapat menggunakan pengetahuan tersebut secara
praktikal dalam kehidupannya sehari-hari. Walaupun secara umum pengertian
belajar ini berkaitan dengan tujuan di sekolah kejuruan di mana mempersiapkan
peserta didik untuk dapat mengaplikasikan pengetahuan di dunia kerja, kita
perlu melihatnya dengan sudut pandang yang lebih luas. Pada dasarnya
pendidikan berperan besar dalam melakukan perubahan ke arah yang lebih baik,
di berbagai sektor, termasuk perkembangan ekonomi, ilmu pengetahuan, dan
teknologi. Untuk dapat melakukan berbagai inovasi dan pemikiran-pemikiran
kreatif, kegiatan belajar hendaknya diprioritaskan pada pemerolehan
pengetahuan baru yang dapat ditransformasikan pada pemecahan masalah dan
gagasan inovatif serta kritis untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.
Learning to do, akan bisa berjalan jika lembaga pendidikan memfasilitasi
para peserta didik untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimilikinya,
serta bakat dan minatnya. Walaupun bakat dan minat anak banyak dipengaruhi
unsur keturunan namun tumbuh berkembangnya bakat dan minat tergantung
pada lingkungannya. Keterampilan dapat digunakan untuk menopang
kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan
pengetahuan dalam mendukung keberhasilan kehidupan individu kedepannya.
Learning to do (belajar untuk menerapkan). Artinya siswa memiliki
keterampilan dan dapat melaksanakan proses pembelajaran yang memadai
untuk memacu peningkatan perkembangan intelektualnya. Beberapa hal yang
mendukung penerapan learning to do dalam pembelajaran adalah:
a. Pembelajaran berorientasi pada pendekatan konstruktivisme.
b. Belajar merupakan proses yang aktif, dinamik, dan generatif.
Learning to do lebih ditekankan pada bagaimana mengajarkan anak-anak
untuk mempraktikkan segala sesuatu yang telah dipelajarinya dan dapat

6
mengadaptasikan pengetahuan-pengetahuan yang telah diperolehnya tersebut
dengan pekerjaan di masa depan. Peserta didik diajarkan melakukan sesuatu
dalam situasi konkrit yang tidak hanya terbatas pada pengusaan keterampilan
yang mekanitis tetapi juga kemampuan terampil berkomunikasi, bekerja sama
dengan orang lain, mengelola dan mengatasi suatu konflik. Melalui pilar ini,
dimungkinkan mencetak generasi muda yang intelligent dalam bekerja dan
mempunyai kemampuan untuk berinovasi.
3. Learning to be
Learning to be (belajar untuk menjadi seseorang). Learning to be adalah
belajar untuk berkembang secara utuh. Konsep ini memaknai belajar sebagai
proses untuk membentuk manusia yang memiliki jatidirinya sendiri. Siswa
diharapkan untuk menjadi mandiri dan bertanggung jawab. Selain itu
Pendidikan diharapkan mampu menciptakan generasi muda yang
berperikemanusiaan.
Learning to be (belajar untuk menjadi). Artinya siswa dapat menghargai
atau mempunyai apresiasi terhadap nilai-nilai dan keindahan akan produk dan
proses pendidikan , yang ditunjukkan dengan sikap senang belajar, bekerja
keras, ulet, sabar, disiplin, jujur, serta mempunyai motif berprestasi yang tinggi
dan rasa percaya diri. Aspek-aspek di atas mendukung usaha siswa
meningkatkan kecerdasan dan mengembangkan keterampilan intelektual
dirinya secara berkelanjutan.
Konsep learning to be perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk
melatih siswa agar memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kepercayaan
merupakan modal utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat. Penguasaan
pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri
sendiri (learning to be). Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses
pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan
norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang
berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri (Priscilla
& Yudhyarta, 2021).
Learning to be yaitu mengembangkan kepribadian dirinya sendiri dan
mempu berbuat dengan kemandirian yang lebih besar, perkembangan dan
tanggungjawab pribadi. Learning to be merupakan pelengkap dari Learning to
know dan Learning to do.
Prinsip Learning to be:
a. Berfungsi sebagai andil terhadap pembentukan nilai-nilai yang dimiliki
bersama.
b. Menghubungkan antara tangan dan pikiran, individu dengan
masyarakat pembelajaran kognitif dan non-kognitif serta pembelajaran
formal dan nonformal.

4. Learning to live together


Learning to live together adalah belajar untuk bekerjasama melalui
proses bekerjasama. Hal ini sangat diperlukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan
dalam masyarakat global dimana manusia baik secara individual maupun secara
kelompok tidak mungkin dapat hidup sendiri atau mengasingkan diri dari

7
masyarakat sekitarnya. Dalam hal ini termasuk juga pembentukan masyarakat
demokratis yang memahami dan menyadari akan adanya perbedaan pandangan
antar individu.
Dalam konteks pendidikan, siswa diharapkan dapat bersosialisasi dan
berkomunikasi dalam proses pendidikan. Hal ini dapat dilmplemen tasikan
dalam kegiatan pembelajaran, seperti belajar kelompok dalam kelas,
menghargai pendapat teman, menerima pendapat teman yang berbeda,
metigemukakan pendapat untuk membagi ide dan pengalaman dengan siswa
lain.
Learning to live together ini mengajarkan seseorang untuk hidup
bermasyarakat dan menjadi manusia berpendidikan yang bermanfaat, baik bagi
diri sendiri dan masyarakatnya maupun bagi seluruh umat manusia.
Kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu atau ke lompok individu
yang bervariasi akan membentuk kepribadian siswa untuk memahami
kemajemukan dan melahirkan sikap sikap positif dan toleran terhadap
keanekaragaman dan perbedaan hidup.
Learning to live together dilakukan melalui perkembangan suatu pe-
mahaman tentang orang lain dan suatu penghargaan terhadap saling ke
tergantungan pelaksanaan proyek bersama dan belajar mengelola konflik dalam
semangat menghargai nilai-nilai kejamakan, pemahaman bersama dan
perdamaian. Kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi
dan menerima yang dikembangkan di sekolah, menumbuhkan rasa memahami,
menghargai dan menghormati orang lain. Siswa akan mampu menyadari adanya
ketergantungan dan hubungan timbal balik antarmanusia. Adanya tujuan
bersama menuju pada semangat kerja sama dan perdamaian demi kebaikan
bersama.
Pemahaman tentang diri dan orang lain yang didapat melalui ke lompok
belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakar Kansep learning to
live together dalam hal ini, merangsang kepekaan pe serta didik akan suka duka
dan makna empati terhadap orang lain. Hal ini dapat dijadikan bekal saat mereka
berkecimpung di lingkungan di mana mereka hidup dan bersosialisasi. Mereka
telah dibekali kemampuan untuk menempatkan diri sesuai dengan
lingkungannya.
Learning to live together berperan menjadi pilar belajar yang penting
Konsep ini berperan dalam mengembangkan semangat menghormati nilai-nilai
kemajemukan, saling memahami, dan perdamaian.
Prinsip learning in live together:
a. Membangun sistem nilal
b. Pembentukan identitas melalui proses pemilikan konsep tuas.

5. Learning to believe in God


Learning to believe in God (belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa). Satu pilar lagi yang sangat penting dalam proses
pembelajaran dan sistem pendidikan adalah belajar untuk beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai bentuk rasa syukur dan aplikasi dari
nilai keagamaan dari setiap peserta didik. Yang bertujuan untuk membentuk

8
kepribadian dan karakter serta akhlak mulia. Konsep pilar ini merupakan
konsep yang digunakan dalam pembelajaran untuk mengajarkan pada siswa
tentang keagamaan. Bagaimanapun konsep ini konsep yang sangat penting dan
mendasar di dunia pendidikan sebagai pembentuk akhlak dan budi pekerti
luhur.

C. Implementasi Pilar Pendidikan


1. Learning to know
Dalam pengimplementasian konsep learning to know guru dituntut
menempatkan dirinya sebagai fasilitator bagi siswanya dalam rangka
mengembangkan pengetahuan mereka. Selain itu, guru harus mampu
memotivasi dan menginspirasi siswanya dalam pengembangan, peren- canaan,
dan pembinaan pendidikan dan pembelajaran. Learning to know dilakukan
dengan cara memadukan penguasaan terhadap suatu penge tahuan umum yang
cukup luas dengan kesempatan untuk bekerja secara mendalam pada sejumlah
kecil mata pelajaran.
Semua guru yang mengajar, mengarahkan fokus agar anak menjadi pintar.
Untuk mengetahui perkembangan kepintaran anak,maka dibuat lah berbagai tes
atau ujian, dan dari situ si anak diketahui seberapa besar dapat memahami
materi yang diberikan oleh guru kepadanya. Guru juga dengan setia
mempelajari materi yang akan diberikan di sekolah, bahkan memperbaiki cara
mengajarnya. semua itu diarahkan agar anak memperoleh pengetahuan yang
baru.
Keberhasilan sekolah sering ditentukan oleh nilai rata rata ujian sekolah.
Sehingga berbagai cara dilakukan, semuanya dituntut agar menyiapkan diri
untuk menghadapi ujian akhir karena berhasil tidaknya anak bersekolah
ditentukan oleh faktor itu. Jika ujian nasional nilainya baik, maka si anak
dianggap telah berhasil dalam menempuh pendidikannya. Sehingga anak yang
secara intelegensi bawaan di atas rata-rata sering diuntungkan dengan keadaan
ini, dan kecerdasan ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan dimana
seorang siswa itu tinggal.

2. Learning to do
Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar hendaknya memfasilitasi siswanya
untuk mengaktualisasikan ketrampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya
agar “Learning to do” dapat terealisasi. Secara umum, bakat adalah kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang
akan datang. Sedangkan minat adalah kecendrungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Meskipun bakat dan minat anak
dipengaruhi factor keturunan namun tumbuh dan berkembangnya bakat dan
minat juga bergantung pada lingkungan .

3. Learning to be
Konsep learning to be perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk melatih
siswa agar memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kepercayaan merupakan
modal utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat. Penguasaan

9
pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri
sendiri (learning to be) (Atika, 2010). Menjadi diri sendiri diartikan sebagai
proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai
dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang
yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapain aktualisasi diri.

4. Learning to live together


Learning to do memungkinkan pembelajar untuk mengaplikasikan
pemahamannya dan bertindak secara kreatif terhadap lingkungan sehingga
tercapai kehidupan kebersamaan yang damai, learning to be menggaris bawahi
dimensi penting dalam pengembangan hubungan sosial manusia yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kebersamaan.
Learning to live together menjadi penting khususnya menghadapi dunia yang
penuh konflik dan banyaknya pelanggaran akan hak-hak asasi manusia.

5. Learning to believe in God


Pengetahuan yang dicari oleh seseorang harus dapat memberi manfaat untuk isi
alam itu sendiri, dan bagaimana mengelolanya untuk kebaikan bersama secara
berkelanjutan (sustainable), yang secara religius dapat
dipertanggungjawabkannya kepada Yang maha Kuasa.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pilar Pendidikan merupakan dasar yang digunakan seseorang dalam melakukan
tindakan mendidik. Tindakan mendidik, tidak hanya dilakukan secara formal,
melainkan juga non formal, dan tindakan mendidik merupakan salah satu tindakan yang
sudah dilakukan manusia sejak masa purbakala. Di kehidupan modern, maka tindakan
mendidik itu dilakukan secara sistematis dan formal, dengan tujuan pendidikan lebih
terarah, dan bisa terintegrasi dengan sektor lainnya, sehingga muncullah ijazah formal.
Pilar Pendidikan harus diasumsikan berangkat dari pandangan hidup manusia
itu sendiri (inner world). karena tindakan mendidik, adalah bagian dari aktivitas harian
manusia, kapanpun dan dimanapun. Semua etika dan tujuan dari semua pendidika yang
dilakukan oleh manusia itu disajikan secara sistematis oleh UNESCO lewat lima pilar,
yaitu belajar untuk mengetahui, belajar bagaimana melakukan, belajar untuk memiliki
karakter, belajar untuk hidup bersama, dan belajar untuk percara terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Itu lah yang diajarkan oleh umat manusia dari satu waktu ke waktu lainnya.
Kemudian diangkat, sebagai standart bagi lembaga modern di masa kini.

B. Saran
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang
membangun guna kesempurnaan pembuatan makalah ini dan bermanfaat khususnya
untuk penulis dan umumnya untuk pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Defindo. (2015). “Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan”. Padang: Universitas Negeri


Padang.
Hasan, Muhammad, dkk. (2023). “Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan”. Makasar: Tahta Media
Group.
Kurniawan, Andri, dkk. (2022). “Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan”. Padang: Global Eksekutif
Teknologi.
Syafril, & Zelhendri Zen. (2017). “Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan”. Jakarta: Kencana.

12

Anda mungkin juga menyukai