HAKIKAT PENDIDIKAN
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pendidikan AUD
OLEH:
Kelompok 5
1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Dengan menyebut nama Allah subhanahu wa ta'ala yang maha pengasih lagi maha
penyayang kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat nya yang telah melimpahkan rahmat
hidayah dan inayah-nya kepada kita semua sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang
hakikat pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu. Makalah inimerupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam mata kuliah manajemen pendidikan AUD di Sekolah Tinggi Agama Islam Al-
Hikmah.
Terlepas dari semua itu kami menyadari bahwa masih banyak kata yang belum
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami terbuka
untuk menerima segala masukan maupun kritik yang bersifat membangun dari pembaca
sehingga kami bisa melakukan perbaikan pada makalah berikutnya agar menjadi makalah yang
lebih baik dan benar. Akhir kata kami meminta semoga makalah yang kami buat dapat memberi
manfaat atau pun inspirasi para pembaca.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
B. Tujuan Masalah ............................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 2
A. Pengertian Hakikat Pendidikan ....................................................................................... 2
B. Manfaat Pendidikan ........................................................................................................ 3
C. Jenis Pendidikan..............................................................................................................3
D. Unsur Pendidikan ........................................................................................................... 4
E. Batas-Batas Pendidikan................................................................................................... 4
F. Perbedaan antara Mendidik dan Mengajar ...................................................................... 8
G. Mendewasakan Manusia ................................................................................................. 6
H. Memanusiakan Manusia ................................................................................................. 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hakikat pendidikan ?
2. Apa saja manfat dan jenis-jenis pendidikan ?
3. Bagaimana unsur, batasan dan perbedaan antara pendidik dengan mengajar ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui dan memahami hakikat pendidikan.
2. Untuk mengetahui dan memahami manfaat dan jenis-jenis pendidikan.
3. Untuk mengetahui dan memahami unsur, batasan dan perbedaan antara
pendidikdengan mengajar.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pendidikan
Arti hakikat pendidikan dapat dikelompokkan menjadi dua. Arti hakikat pendidikan secara
etimologi dan secara definitif pendidikan (padagogie) yang diartikan oleh para tokoh pendidikan.
Adapun arti pendidikan secara etimologi adalah paedagogie berasal dari bahasa yunani, terdiri
dari kata Pais artinya anak, dan again diterjemahkan membimbing. Jadi paedagogie yaitu
bimbingan yang diberikan kepada anak.
Sedangkan secara definitive pendidikan (Pedadogie)diartikan oleh para tokoh pendidikan
sebagai berikut:
SA.Bratanata, dkk.
Hakikat Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun cara yang
tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya.
Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia,1889-1959) merumuskan
pengertian pendidikan sebagai berikut :
Hakikat pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya adalah
pendidikan itu menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai
manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagian yang
setinggi-tingginya.
Rousseau(filosof Swiss 1712-1778)
Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak- anak, tetapi kita
membutuhkannya di waktu dewasa.
John Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan
emosional kearah alam dan sesama manusia.
GBHN
Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dankemampuan
didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Hakikat pendidikan adalah proses
menumbuh kembangkan ekstensi pesertadidik yang memasyarakat, membudaya, dalam tata
kehidupan yang berdemensi local, nasional dan global. Hakikat pendidikan sangat ditentukan
oleh nilai-nilai, motivasi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri
Bebarapa asumsi dasar yang berkenaan dengan hakikat pendidikan dinyatakan oleh Raka Joni
pendidikan adalah proses interaksi manusia yang ditandai oleh keseimbangan antara
2
kedaulatan subjek didik dengan kewibaan pendidikan. Dan juga pendidikan meningkatkan
kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat yang akan berlangsung seumur hidup.
B. Manfaat Pendidikan
Adapun manfaat dari pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Membentuk kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang MahaEsa.
2. Mendapatkan ilmu yang akan kita butuhkan untuk masa yang akan datang.
3. Dengan mendapatkan ilmu dan wawasan yang lebih luas kita bisa meraih cita-cita
yang kita impikan
4. Dengan kita belajar diluar sekolah kita bisa menambah wawasan yang lebih luas
sehingga penggetahuan kita bertambah.
5. Kita dapat mengembangkan nilai-nilai baru untuk sehingga kita dapat
melestarikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat dan Negara.
C. Jenis-Jenis Pendidikan
Jenis pendidikan terbagi tiga yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pendidikan
informal.
Pendidikan formal adalah pendidikan pendidikan yang diselenggarakan disekolah dan bersifat
resmi. Ciri- cirinya: Memiliki jenjang tertentu. Seperti TK,SD, SMP, SMA, dan Perguruan
Tinggi, Ijazah yang diperoleh memiliki nilai, mempunyai kurikulum dan sistemnya
terstruktur.
Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang berlangsung didalam masyarakat. Ciri-cirinya
: bersifat resmi, tapi ada juga yang tidak bersifat resmi misalnya ada orang yang ikhlas
mengajarkan anak-anak miskin/pengemis untuk mengajar dan membagi ilmu.tidak memiliki
jenjang tertentu, dapat diikuti oleh segala usia, mendapatkan sertifikat misalnya yang
mengikuti kursus computer, maka akan mendapatkan sertifikat
Pendidikan informal adalah pendidikan yang diberikan oleh orang tua danmasyarakat, yang
mengutamakan nilai etika, moral dan norma. Ciri-cirinya: bersifat tidak resmi, biasanya
berupa nasihat lisan dan perbuatan. Tidak terpaku pada jenjang tertentu dan tidak terpaku pada
jenis pendidikan tertentu.
3
D. Unsur-Unsur Pendidikan
Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu:
1. Subjek yang dibimbing(peserta didik)
Orang yang menerima pendidikan(anak didik,murid/siswa/mahasiswa, dari anak- anak
sampai orang dewasa).
2. Orang yang membimbing(pendidik)yang dimaksud pendidik adalah orang yang
memberikan pendidikan dan bertanggung jawabterhadap pelaksanaan pendidikan dengan
sasarannya adalah peserta didik. semua orang bisa menjadi pendidik tidak pandang jenis
kelamin dan usia(teman, orang tua, guru dan lain-lain).
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik(interaksi edukatif)
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbale balik antara peserta didik
dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapain tujuan pendidikan
secara optimal di tempuh melalui proses berkomunikasi intensif metode serta alat
pendidikan.
4. Pendukung pendidikan
Merupakan unsur yang membantu/mempermudah/memperjelas dan memperlancar
ataupun menentukan keberhasilan pendidikan.
5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan(materi pendidikan)
Perihal yng akan diberikan/didikan untuk dimengerti dan dipelajari serta diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari, dari pendidik kepada peserta didik.
6. Cara /teknik yang digunakan dalam bimbingan(alat dan metode)
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan
sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan dengan cara menyampaikan materi kepada
peserta didik.
7. Tempat dimana peristiwa berlangsung(lingkungan pendidikan)
8. Lingkungan pendidikan disebut tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan
masyarakat.
E. Batasa–Batas Pendidikan
Batas-batas pendidikan terbagi kedalam tiga bagian diantaranya:
a. Batas pendidikan pada peserta didik
Peserta didik sebagai manusia dapat memiliki perbedaan dalam kemampuan, bakat, minat,
motivasi, watak, ketahanan, semanagat dan sebagainya.
b. Batas pendidikan pada pendidik
Sebagai manusia biasa, pendidik memiliki keterbatasan. Namun yang menjadi
4
permasalahan adalah apakah keterbatasan itu dapat ditolerir atau tidak. Keterbatasan yang
dapat ditolerir ialah apabila keterbatasan itu menyebabkan tidak dapat terwujudnya
interaksi antara pendidik dan peserta didik misalnya pendidik yang sangat ditakuti oleh
peserta didik datang berhadapan dengannya. Pendidik yang tidak tahu apa yang ingin
dibicarakan /interaksi antara peserta didik akan menjadi kekosongan dan kebingungan
dalam berinteraksi. Pendidik yang bermoral adalah pendidik yang tidak dapat ditolerir,
karena pada dasarnya pendidikan dilandasi moral.
c. Batas-batas pendidikan dalam lingkungan dan sarana pendidikan
Lingkungan dan sarana pendidikan merupakan sumber yang dapat menentukan kualitas
dan berlangsungnya usaha pendidikan.
G. Mendewasakan Manusia
Pendidikan berasal dari bahasa Yunani “paedagogiek” (pais = anak, gogos
= membimbing/menuntun, iek = ilmu) adalah ilmu yang membicarakan bagaimana memberikan
bimbingan kepada anak. Dalam bahasa Inggris, pendidikan diterjemahkan menjadi „education’
(Yunani
= educare) yang berarti membawa keluar yang tersimpan dalam jiwa anak, untuk dituntun agar tumbuh
dan berkembang. Dalam bahasa Indonesia, pendidikan berarti proses mendidik atau melakukan suatu
kegiatan yang mengandung proses komunikasi pendidikan antara pihak pendidik dan yang dididik.
Melalui proses pendidikan, berbagai materi secara sadar dicerna oleh jiwa, akal maupun raganya
sehingga materi tersebut diketahui (kognitif), disadari dan didalami (afektif), serta dapat diwujudkan
dalam bentuk tindakan (psikomotorik).
Pendidikan merupakan upaya pencerdasan, pendewasaan, kemandirian manusia yang
dilakukan oleh perorangan, kelompok dan lembaga. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk
menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia (peserta didik) dengan cara mendorong dan
menfasilitasi kegiatan belajar mereka (Yamin, 2008 :11). Pendidikan juga merupakan upaya
pendewasaan manusia dengan kata lain disebut memanusiakan manusia.
Pengertian tersebut bermakna bahwa, pendidikan merupakan kegiatan untuk membimbing anak
manusia menuju kedewasaan dan kemandirian. Hal ini dilakukan guna membekali anak untuk menapaki
kehidupannya di masa yang akan datang. Jadi dapat dikatakan bahwa, penyelenggaraan pendidikan
tidak lepas dari perspektif manusia dan kemanusiaan.
Tilaar (2002: 435) menyatakan bahwa “hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia,
yaitu suatu proses yang melihat manusia sebagai suatu keseluruhan di dalam eksistensinya”. Mencermati
pernyataan dari Tilaar tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa dalam proses pendidikan, ada proses
belajar dan pembelajaran, sehingga dalam pendidikan jelas terjadi proses pembentukan manusia yang
lebih manusia. Proses mendidik dan dididik merupakan perbuatan yang bersifat mendasar
(fundamental), karena di dalamnya terjadi proses dan perbuatan yang mengubah serta menentukan jalan
hidup manusia.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang sistem Pendidikan Nasional, pendidikan
adalah sebuah usaha yang dilakukan secara dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
6
Pengertian pendidikan yang tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas tersebut menjelaskan
bahwa pendidikan sebagai proses yang di dalamnya seseorang belajar untuk mengetahui,
mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya untuk menyesuaikan
dengan lingkungan di mana dia hidup. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Muhammad Saroni (2011:
10) bahwa, pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung dalam kehidupan sebagai upaya
untuk menyeimbangkan kondisidalam diri dengan kondisi luar diri. Proses penyeimbangan ini
merupakan bentuk survive yang dilakukan agar diri dapat mengikuti setiap kegiatan yang berlangsung
dalam kehidupan.
Beberapa konsep pendidikan yang telah dipaparkan tersebut meskipun terlihat berbeda, namun
sebenarnya memiliki kesamaan dimana di dalamnya terdapat kesatuan unsur-unsur yaitu: pendidikan
merupakan suatu proses, ada hubungan antara pendidik dan peserta didik, serta memiliki tujuan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditegaskan bahwa pendidikan merupakan suatu proses reorganisasi
dan rekonstruksi (penyusunan kembali) pengalaman yang bertujuan menambah efisiensi individu
dalam interaksinya dengan lingkungan.
Secara umum pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian
khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam, yaitu pemberian pengetahuan,
pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar
kebudayaan melewati generasi.
Dalam pengertian yang sederhana dan umum, pendidikan dapat diartikan sebagai suatu usaha
manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani
sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha- usaha yang dilakukan
untuk menanamkan nilai-nilai tersebut serta mewariskannya pada generasi berikutnya untuk
dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan, atau dengan
kata lain bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang dikembangkan
atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat) yang berfungsi sebagai
filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikannya (Fuad, 2010: 1).
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi
sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup
berkembang sejalan dengan aspirasi (cita- cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep
pandangan hidup mereka (Fuad, 2010:2).
Pandangan diatas menggambarkan bahwa pendidikan sebagai usaha manusia untuk
mengembangkan potensi bawaannya agar sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan dapat menggunakan
7
keterampilan hidupnya dalam usahanya mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan sesuai pandangan
mereka.
H. Memanusiakan Manusia
Konsep Memanusiakan manusia berpegang kepada nilai-nilai keadilan, kesetaraan dan nilai
persaudaraan. Hak atas pelayanan, kesejahteraan, berpendapat dan beraktivitas menjadi salah satu
cara memanusiakan manusia. Seorang yang dianggap gila sekali pun tidak hilang haknya sebagai
manusia.
Istilah memanusiakan manusia merupakan upaya untuk membuat manusia menjadi berbudaya
dan atau berakal budi. Sesama manusia harus saling menghargai, menghormati dan tidak mengadili.
Tidak ada tindakan yang merendahkan, mencibir atau hal lain yang membuat sakit hati dan
sebagainya.
Kata “Memanusiakan Manusia” sering ditujukan pada pelayanan pemerintah kepada rakyat
melalui pelayanan publik. Padahal Memanusiakan Manusia menyentuh seluruh dimensi kehidupan
manusia.
Pada dasarnya Memanusiakan Manusia merupakan bagian dari humanisme. Humanisme
berasal dari kata Latin humanus dan mempunyai akar kata homo yang berarti manusia. Humanus
berarti sifat manusiawi atau sesuai dengan kodrat manusia (A.Mangunhardjana dalam Haryanto Al-
Fandi, 2011:71).
Humanisme adalah paham yang bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan dan mencita-
citakan pergaulan hidup yang lebih baik.
Dalam aplikasinya, humanisme tidak memandang bangsa, agama, daerah, suku, warna kulit
dan sejenisnya. Seorang yang memanusiakan manusia akan berusaha membantu siapa pun tidak
memandang apa pun.
Seperti kata Presiden keempat Indonesia Dr. K. H. Abdurrahman Wahid atau yang akrab
disapa Gus Dur bahwa: “Tidak penting apa pun agamamu, kalau kamu bisa berbuat baik untuk
semua orang, mereka tidak akan pernah tanya apa agamamu.”
Gus Dur juga berkata: “Tuhan tidak perlu dibela, dia sudah maha segalanya. Belalah mereka
yang diperlakukan tidak adil.”
Dilansir Kompasiana, ada juga pengertian Memanusiakan Manusia adalah menjadi manusia
seutuhnya. Artinya adalah tatkala kita sebagai manusia dapat menjadikan sesama manusia lebih
terdidik, lebih bermartabat, lebih sukses, lebih pintar dan lebih baik hidupnya. Lewat hal ini baru
seseorang benar-benar dapat memperoleh gelar “kemanusiaaan”.
Selama kepintaran, keterdidikan, kesuksesan, kekayaan dan semua kelebihan dimiliki hanya
untuk kepentingan dan kepuasan diri sendiri berarti belum menjadi manusia seutuhnya.
8
Peran pendidikan dalam memanusiakan manusia
Manusia yang dianugerahkan kesempurnaan oleh Tuhan membuat manusia mempunyai
banyak pilihan dalam hidupnya. Dalam pendidikan yang telah diperolehnya manusia diberi pilihan
untuk membangu dan mengembangkan atau menghancurkan.
Dilansir Wikipedia, jika pendidikan mempunyai tujuan untuk masa depan dan bukan pada
kemanusiaan manusia maka akan dapat terjadi pendidikan makin menjauhkan manusia dari rasa
kemanusiaannya.
Pendidikan hanya menjadi sarana bagi manusia misalnya hanya untuk menghasilan uang,
mencari keuntungan dan kenyamanan. Menurut Rose dan Nicholl masa depan yang sebenarnya tak
seorang pun dapat menggambarkannya dengan pasti. Kita hanya dapat memprediksi berdasarkan
apa yang telah dijalani selama ini .
Pendidikan sebaiknya berperan bukan hanya mempersiapkan masa depan saja, tetapi dapat
menjadikan manusia dapat hidup guna melaksanakan tugas kemanusiaannya yaitu mampu
menemukan kesempurnaannya sebagai manusia yang dianugerahkan oleh Tuhan, mengembangkan
karena manusia, bertumbuh dan berkembang guna mencapai perkembangan secara maksimal, dan
menunjukkan,karena manusia butuh diakui sebagai manusia di antara sesamanya serta eksistensinya
sebagai manusia yang sempurna.
Hal-hal inilah yang menjadi tugas manusia dalam melaksanakan tugas kemanusiaannya
sebagai manusia khususnya dalam memanusiakan manusia dalam dunia pendidikan.
BAB
PENUTUP
9
A. Kesimpulan
Hakikat pendidikan adalah proses menumbuh kembangkan ekstensi peserta didik yang
memasyarakat, membudaya dalam tata kehidupan yang berdimensi local, nasional, dan global.
Hakikat pendidikan sangat ditentukan oleh nilai-nilai, motivasi dan tujuan dari pendidikan itu
sendiri. Hakikat pendidikan itu akan terwujud melalui beerbagai macam proses pengajaran,
pembelajaran, dan latihan dengan memperhatikan kompetensi paedagogie( pendidikan).
Pendidikan menumbuhkan budi pekerti, kekuatan batin , karakter, pikiran. Pendidika itu terbagi
tiga jenis ada pendidikan formal, nonformal, dan informal ketiga pendidikan ini sering terjadi
dalam kehidupan kita.
B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah kita sebaiknya harus mengetahui apa saja hakikat
pendidikan yang sebenarnya, bukan hanya sekedar pengertian, tetapi masih banyak yang harus
kita pahami karena untuk kedepannya kita adalah seorang pendidik selain itu, kita juga dapat lebih
mudah untuk melakukan praktek di lapangan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi abu, Nur Uhibiyati. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta :PT. Milton Putra.
Hasbullah. 1999. Dasar- Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta:Rajawali Press.
Ngalim Purwanto MP. 2007. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung:PT Remaja
Rosadakarya.
http://mawarmerahtakberdurii.wordpress.com/2012/12/07/hakikat-pendidikan/
http://gitabahasa.wordpress.com/category/macam-macam-pendidikan/
http://ikhsanputroeaceh.wordpress.com/2011/10/24/makalah-hakikat-pendidikan/
https://stiki-indonesia.ac.id/2021/05/27/memanusiakan-manusia/
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/7835/51.pdf?sequence=1
11