“Pilar Pendidikan”
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Darmansyah, ST., M.Pd. dan Anes Fitria M.Pd
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan ................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Pilar Pendidikan ................................................................. 3
2. Macam-macam Pilar Pendidikan ......................................................... 4
3. Katerkaitan Antara Pilar Pendidikan .................................................... 8
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pilar Pendidikan ?
2. Apa saja macam-macam pilar Pendidikan ?
3. Bagaimana keterikatan antara pilar Pendidikan ?
1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pilar pendidikan
2. Untuk mengetahui macam-macam pilar pendidikan
3. Untuk mengetahui keterkaitan antara pilar Pendidikan
D. Manfaat Penulisan
1. Menambah pengetahuan tentang pilar pendidikan
2. Menambah pengetahuan tentang macam-macam pilar pendidikan
3. Menambah pengetahuan tentang keterkaiatan antara pilar pendidikan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Macam-macam Pilar Pendidikan
4
2. Learning to do (belajar untuk berbuat atau melakukan)
Learning to do (belajar untuk berbuat/melakukan), setelah kita memahami dan
mengerti dengan benar apa yang kita pelajari lalu kita melakukannya. Siswa dilatih
melakukan sesuatu dalam nyata yang menekankan pada penguasaan keterampilan.
Belajar untuk menerapkan. Sasaran dari pilar kedua ini adalah kamampuan kerja
generasi muda. Peserta didik diajarkan untuk melakukan sesuatu dalam situasi yang
konkrit yang tidak terbatas pada penguasaan keterampilan yang mekanistis
melainkan juga terampil dalam berkomusikasi, bekerja sama, mengelola dan
mengatasi suatu konflik. Melalui pilar kedua ini, dimungkinkan mampu mencetak
generasi muda yang intelligent dalam bekerja dan mempunyai kemampuan untuk
berinovasi.
Learnning to do mengandung makna bahwa belajar bukanlah sekedar
mendengar dan melihat untuk mengakumulasi pengetahuan, akan tetapi belajar
dengan dan untuk melakukan sesuatu aktivitas dengan tujuan akhir untuk
menguasai kompetensi yang diperlukan dalam menghadapi tantangan kehidupan.
Kompetensi akan dapat dimiliki oleh pesrta didik apabila diberikan kesempatan
untuk belajar dengan melakukan apa yang harus dipelajarinya secara langsung.
Dengan demikian learning to do juga berarti proses pembelajaran berorientasi
pada pengalaman langsung (learning by experience). Learning to do, untuk
memperoleh bukan hanya suatu keterampilan kerja tetapi juga lebih luas sifatnya,
kompetensi untuk berurusan dengan banyak situasi dan bekerja dalam tim.
3. Learning to be
Learning to be (belajar untuk menjadi seseorang). Kita harus me ngetahui diri
kita sendiri, siapa kita sebenarnya? Untuk apa kita hidup? Dengan demikian, kita
akan bisa mengendalikan diri dan memiliki ke- pribadian untuk mau dibentuk lebih
baik lagi dan maju dalam bidang pengetahuan. Learning to be adalah belajar untuk
berkembang secara utuh. Konsep ini memaknai belajar sebagai proses untuk
membentuk manusia yang memiliki jati dirinya sendiri. Siswa diharapkan untuk
dapat mandiri dan bertanggung jawab. Selain itu, pendidikan juga diharapkan
mampu mencetak generasi muda yang berperikemanusiaan.
Dalam konsep learning to be, siswa belajar berperilaku sesuai de ngan norma
5
dan kaidah di masyarakat, belajar menjadi orang yang ber- hasil, sesungguhnya
merupakan proses pencapaian aktualisasi diri. Da- lam konteks pendidikan, siswa
juga dituntut dapat menghargai proses pendidikan, yang ditunjukkan dengan sikap
senang belajar, bekerja keras, ulet, sabar, disiplin, jujur, serta mempunyai motif
berprestasi yang tinggi dan rasa percaya diri.
Peran guru dalam pilar learning to be sebagai kompas penunjuk arah sekaligus
menjadi fasilitator sangat diperlukan untuk menumbuh- kembangkan potensi diri
siswa secara utuh dan maksimal. Pendidik juga membimbing siswa belajar
mengaktualisasikan diri sebagai individu yang berkepribadian utuh dan
bertanggung jawab sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat. Konsep
learning to be perlu dihayati oleh seluruh praktisi pendidikan untuk melatih siswa
agar dapat mengem- bangkan kepribadian lebih baik. Dengan pilar ini, peserta didik
berpotensi menjadi generasi baru yang berkepribadian mantap dan mandiri.
Melengkapi learning to know dan learning to do, Robinson Crus soe berpendapat
bahwa manusia itu tidak bisa hidup sendiri tanpa kerja sama atau dengan kata lain
manusia saling tergantung dengan manu- sia lain. Manusia di era sekarang ini bisa
hanyut ditelan waktu jika tidak berpegang teguh pada jati dirinya. Learning to be
akan menuntun peserta didik menjadi ilmuwan sehingga mampu menggali dan
menentukan nilai kehidupannya dan menentukan nilai kehidupannya sendiri dalam
hidup bermasyarakat sebagai hasil belajarnya.
Learning to be yaitu mengembangkan kepribadian dirinya sendiri dan
mampu berbuat dengan kemandirian yang lebih besar, perkembang. an dan
tanggung jawah pribadi. Learning to be merupakan pelengkap dari learning to know
dan learning to do.
Learning to live together (belajar untuk hidup bersama). Sejak Allah SWT
menciptakan manusia, harus disadari bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri
tetapi saling membutuhkan seorang dengan yang lainnya, harus ada penolong.
Karena itu manusia harus hidup bersama, saling membantu, saling menguatkan,
saling menasihati, dan saling mengasihi, tentunya saling menghargai dan saling
6
menghormati satu dengan yang lain. Di era sekarang ini, muncul berbagai konflik
seperti perbedaan agama, ras, suku, dan kebudayaan. Penyebab dari semua konflik
itu adalah ketidakmampuan manusia untuk menerima perbedaan. Konsep ini
merupakan tanggapan terhadap arus individualisme yang merajalela dewasa ini.
Dalam konteks pendidikan, siswa diharapkan dapat bersosialisasi dan
berkomunikasi dalam proses pendidikan. Hal ini dapat diimplemen- tasikan dalam
kegiatan pembelajaran, seperti belajar kelompok dalam kelas, menghargai pendapat
teman, menerima pendapat teman yang berbeda, mengemukakan pendapat untuk
membagi ide dan pengalaman dengan siswa lain.
Learning to live together ini mengajarkan seseorang untuk hidup bermasyarakat
dan menjadi manusia berpendidikan yang bermanfaat, baik bagi diri sendiri dan
masyarakatnya maupun bagi seluruh umat manusia. Kesempatan berinteraksi
dengan berbagai individu atau ke- lompok individu yang bervariasi akan
membentuk kepribadian siswa untuk memahami kemajemukan dan melahirkan
sikap-sikap positif dan toleran terhadap keanekaragaman dan perbedaan hidup.
Learning to live together dilakukan melalui perkembangan suatu pemahaman
tentang orang lain dan suatu penghargaan terhadap saling ketergantungan
pelaksanaan proyek bersama dan belajar mengelola konflik dalam semangat
menghargai nilai-nilai kejamakan, pemahaman bersama dan perdamaian.
Kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima
yang dikembangkan di sekolah, menumbuhkan rasa memahami, menghargai dan
menghormati orang lain. Siswa akan mampu menyadari adanya ketergantungan dan
hubungan timbal balik antarmanusia. Adanya tujuan bersama menuju pada
semangat kerja sama dan perdamaian demi kebaikan bersama.
Pemahaman tentang diri dan orang lain yang didapat melalui kelompok belajar
merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat. Konsep learning to live
together dalam hal ini, merangsang kepekaan peserta didik akan suka duka dan
makna empati terhadap orang lain. Hal ini dapat dijadikan bekal saat mereka
berkecimpung di lingkungan di mana mereka hidup dan bersosialisasi.
7
Mereka telah dibekali kemampuan untuk menempatkan diri sesuai dengan
lingkungannya.Learning to live together berperan menjadi pilar belajar yang
penting. Konsep ini berperan dalam mengembangkan semangat menghormati
ni- lai-nilai kemajemukan, saling memahami, dan perdamaian.
Learning to believe in God (belajar untuk beriman kepada Tuhan Yang Maha
Esa) bahwa manusia mempunyai pegangan yang universal dalam berhubungan
dengan lingkungannya dan berhubungan dengan penciptanya. Dalam artian ini
bahwa pengetahuan yang dicari seseorang harus dapat memberi manfaat untuk isi
alam itu sendiri, dan bagaimana mengelolanya untuk kebaikan bersama secara
berkelanjutan (sustain- able) yang secara religius dapat dipertanggungjawabkan
kepada Yang Mahakuasa.
Kelima pilar pendidikan, yaitu learning to know, learning to do, learning to be,
learning to live together, dan learning to believe in God, memiliki keterkaitan yang
erat dan saling melengkapi dalam membentuk pendidikan yang holistik dan
berkelanjutan.
Berikut adalah penjelasan tentang keterkaitan antara kelima pilar pendidikan
tersebut:
1. Learning to know
Menekankan pentingnya memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang luas
dan mendalam tentang dunia di sekitar kita. Ini mencakup mempelajari ilmu
pengetahuan, matematika, sejarah, bahasa, dan berbagai bidang pengetahuan
lainnya. Learning to know membantu individu memahami realitas objektif dan
menjadi warga yang terdidik dan terinformasi.
8
2. Learning to do
Mengembangkan keterampilan praktis dan kemampuan untuk menerapkan
pengetahuan dalam situasi kehidupan nyata. Ini termasuk pembelajaran
keterampilan teknis, keterampilan kerja, keterampilan sosial, dan keterampilan
hidup sehari-hari. Learning to do memungkinkan individu untuk menjadi mandiri
dan produktif dalam masyarakat.
3. Learning to be
pentingnya pengembangan kepribadian dan nilai-nilai moral yang positif. Ini
mencakup pengembangan kualitas seperti rasa percaya diri, empati, kejujuran,
disiplin diri, dan tanggung jawab. Learning to be membantu individu menjadi
pribadi yang seimbang, bertanggung jawab, dan memiliki integritas.
9
Keterikatan antara kelima pilar ini menghasilkan pendidikan yang
komprehensif, yang tidak hanya mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
akademis, tetapi juga membentuk kepribadian yang baik, kemampuan untuk hidup
bersama dalam masyarakat yang beragam, serta dimensi spiritual yang mendalam.
Dengan demikian, pendidikan yang berbasis pada kelima pilar ini dapat
mempersiapkan individu untuk menghadapi tantangan dunia modern dan menjadi
anggota masyarakat yang berdaya.
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
12
13