PENDIDIKAN
DOSEN PEMBIMBING :
EFRIANTO, M. Pd
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun
pikiran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pilar Pendidikan” tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini, penulis
banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari
berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan pada penulisan makalah ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian. Penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain
kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan
bagi suatu bangsa, bagaimanapun mesti diprioritaskan. Sebab kualitas pendidikan
sangat penting artinya, karena hanya manusia yang berkualitas saja yang bisa
bertahan hidup di masa depan. Manusia yang dapat bergumul dalam masa dimana
dunia semakin sengit tingkat kompetensinya adalah manusia yang berkualitas.
Manusia demikianlah yang diharapkan dapat bersama-sama manusia yang lain
turut bepartisipasi dalam percaturan dunia yang senantiasa berubah dan penuh
teka-teki.
Sebagai mahasiswa jurusan keguruan dan ilmu pendidikan sudah
selayaknya kita mengetahui tentang pendidikan itu sendiri khususnya apa saja
unsur-unsur pendidikan sampai dengan pilar-pilar pendidikan. Disini dirasakan
perlu mengetahui apa saja pilar-pilar dari pendidikan itu sendiri agar senantiasa
para penikmat pendidikan bisa berorientasi pada produk dan hasil belajar. Dalam
pembahasan mengenai pilar-pilar pendidikan kita sebagai calon pendidik
diharapkan bisa nantinya untuk mengaplikasikan pilar-pilar ini ketika turun ke
lapangan serta mampu membangun kesadaran kepada peserta didik untuk
mengembangkan tujuan pendidikan dari pilar-pilar pendidikan yang ada.
B. Rumusan Masalah
1) Menjelaskan Pilar-Pilar Pendidikan
2) Menjelaskan Implementasi masing masing Pilar Pendidikan
C. Tujuan Masalah
1) Agar mengetahui serta memahami apa itu Pilar-Pilar Pendidikan
2) Implementasi dari Pilar-Pilar tersebut
1
BAB II
PEMBAHASAN
a. Learning to know
Pilar pertama ini memiliki arti bahwa para peserta didik dianjurkan untuk
mencari dan mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya, melalui
pengalaman-pengalaman. Hal ini akan dapat memicu munculnya sikap kritis dan
semangat belajar peserta didik. Learning to know selalu mengajarkan tentang arti
pentingnya sebuah pengetahuan, karena di dalam Learning to know terdapat
Learning how to learn, artinya peserta didik belajar untuk memahami apa yang
ada disekitarnya, karena itu adalah proses belajar. Hal ini sesuai pendapat Abu
2
Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004:128) yaitu belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Learning to know juga mengajarkan tentang Live long of education
disebut dengan belajar sepanjang hayat. Arti pendidikan sepanjang hayat (Long
Life education) adalah bahwa pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi
dewasa, tetapi berlanjut sepanjang hidupnya.
b. Learning to do
Konsep Learning to do terkait bagaimana kita mengadaptasikan
pendidikan sehingga mampu membekali siswa bekerja untuk mengisi berbagai
jenis lowongan pekerjaan dimasa depan. Dalam hal ini pendidikan di harapkan
mampu menyiapkan siswa berkaitan dengan dua hal. Pertama, berhubungan
dengan ekonomi industri, dimana para pekerja memperoleh upah dari
pekerjaannya. Kedua, suatu usaha yang kita kenal sebagai wirausaha, para
lulusan sekolah menyiapkan jenis pekerjaannya sendiri dan menggaji dirinya
sendiri (self employment) suatu hal yang patut dicatat dan diimplikasikan dengan
baik dalam kurikulum pembelajaran di sekolah, sejak paruh kedua abad ke-20
yang lalu telah ada pergeseran besar dalam dunia industri jika dulu lebih berfokus
kepada pekerjaan fisik dilingkungan manufaktur, maka saat ini justru yang banyak
berkembang yaitu layanan jasa, pekerjaan ini semakin dibutuhkan dengan
berkembang pesatnya teknologi komunikasi dan informasi.
Belajar untuk bekerja, Learning to do adalah belajar atau berlatih
menguasai keterampilan dan kompetensi kerja. Pada perkembangannya, dunia
usaha/dunia industri menuntut agar setelah lulus, para siswa pembelajar siap
memasuki lapangan kerja, sehingga seharusnya ada link and match antara sekolah
dengan dunia usaha. Keterampilan dan kompetensi kerja yang harus dikuasai
siswa, sejalan dengan tuntutan perkembangan dunia industri yang semakin tinggi,
tidak sekedar pada tingkat keterampilan kompetensi teknis bahkan sampai dengan
kompetensi profesional.
3
Keterampilan merupakan sarana untuk menopang kehidupan seseorang
bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan pengetahuan semata.
c. Learning to be
Belajar untuk menjadi manusia yang utuh ( learning to be ), mengharuskan
tujuan belajar dirancang dan diimplementasikan sedemikian rupa sehingga
pembelajar menjadi manusia yang utuh. Manusia yang utuh adalah manusia yang
seluruh aspek kepribadiannya berkembang secara optimal dan seimbang, baik
aspek ketakwaan terhadap tuhan, intelektual, emosi sosial, fisik, maupun moral.
Seimbang dalam kecerdasan emosional, kecerdasan sosial dan kecerdasan
spritualnya. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan individu-individu yang
banyak belajar dalam mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya. Dalam
kaitan itu mereka harus berusaha banyak meraih keunggulan.
Keunggulan diperkuat dan ditunjang oleh moral yang kuat (being
morality). Moral yang kuat dan wajib ditunjang oleh keimanan inilah yang
diharapkan mampu memandu pembelajar untuk belajar menghargai orang lain.
Penguasaan pengetahuan dan ketarampilan merupakan bagian dari proses
menjadi diri sendiri (learning to be), menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses
pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan
norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang
berhasil, sesengguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri.
4
yang memungkinkan tumbuhnya sikap saling pengertian antar ras suku dan
agama.
Dengan kemampuan yang dimiliki sebagai hasil dari proses pendidikan,
dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan dimana
individu tersebut berada dan sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan
perannya. Pemahaman tentang diri dan orang lain dalam kelompok belajar
merupakan bekal bersosialisasi dimasyarakat (learning to live together). Untuk itu
semua pendidikan di indonesia harus diarahkan pada peningkatan kualitas
kemampuan interektual dan profesional serta sikap kepribadian dan moral.
Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang demikian maka
pada gilirannya akan menjadikan masyarakat Indonesia masyarakat yang
bermatabat dimata manusia.
5
perencanaan untuk meningkatkan kemampuan belajar bagi siswa dan
memperbaiki kualitas mengajarnya seorang guru dapat dikatakan profesional jika
mampu mengembangkan kompotensi individunya dan tidak banyak bergantung
pada orang lain.
2. Learning to do
Sekolah adalah wadah bagi masyarakat untuk belajar dan hendaknya
memfasilitasi siswanya untuk mengembangkan keterampilan yang dimiliki serta
bakat dan minatnya agar “learning to do” dapat terwujud. Secara umum bakat
adalah kemampuan potensial seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa
yang akan datangl. Sedangkan minat adalah kecenderungan yang tinggi atau
dipengaruhi oleh faktor keturunan, namun tumbuh dan berkembangnya minat dan
bakat anak tergantung pada lingkungannya.
3. Learning to be
Konsep Learning to be harus diperhatikan oleh praktisi untuk melatih
siswa agar memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kepercayaan merupakan modal
utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat. Penguasaan pengetahuan dan
keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri. Belajar
berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat belajar
menjadi orang berhasil sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi
diri.
6
5. Learning to believe in God
Pengetahuan yang dicari seseorang haruss dapat memberikan manfaat
untuk isi alam itu sendiri dan bagaimana mengelolanya untuk kebaikan bersama
secara berkelanjutan. Secara religius dapat dipertanggung jawabkannya kepada
Yang Maha kuasa.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pilar-pilar pendidikan tersebut dirancang dengan sangat bagus dan dengan
tujuan yang sangat bagus pula. Dengan mengaplikasikan pilar-pilar tersebut,
diharapkan pendidikan yang berlangsung di seluruh dunia termasuk Indonesia
dapat menjadi lebih baik.
Namun masih banyak aspek penghalang dalam pelaksanaan tersebut baik
mengenai SDMnya, fasilitasnya, perbedaan pola pikir setiap masyarakat atau
daerah dalam memandang arti penting pendidikan dan kendala-kendala lain.
Persoalan pendidikan merupakan tanggung jawab kita bersama, karenanya
tentu secara bersama-sama pula kita mencari alternative pemecahannya. Mudah-
mudahan ke empat pilar tersebut dapat kita realisasikan dan akan nampak hasinya.
B. Saran
Mari melakukan introspeksi diri sejauh mana kita sudah melakukan yang
terbaik untuk perubahan dan perbaikan terhadap persoalan pendidikan yang
melilit negeri ini. Satu harapan kita semua agar dunia pendidikan di Indonesia
bisa menjadi lebih baik dan berkualitas.
8
DAFTAR PUSTAKA