Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN


(PILAR-PILAR PENDIDIKAN)

Dosen
Dra. Hj. Yul Syofriend, M. Pd.

GOVINDA OKTA (17087067)


MUHAMMAD RIFKI (17087035)
NINDI SILVIANA (19035094)
WILLY ZOFIANDRO (17087047)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………..………………………………………… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………..…………………. ii

BAB I PEMBAHASAN ………………………………………………………………..…….4

BAB II PENUTUP ………………………………………….…………………………...… 26


 A. Simpulan ……………………………………..……………………………… 30
 B. Saran …………………………………………………………………….…… 31

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………...……………. 32

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali
melalui peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan bagi suatu
bangsa, bagaimanapun mesti diprioritaskan. Sebab kualitas pendidikan sangat penting
artinya, karena hanya manusia yang berkualitas saja yang bisa bertahan hidup di masa
depan. Manusia yang dapat bergumul dalam masa dimana dunia semakin sengit
tingkat kompetensinya adalah manusia yang berkualitas. Manusia demikianlah yang
diharapkan dapat bersama-sama manusia yang lain turut bepartisipasi dalam
percaturan dunia yang senantiasa berubah dan penuh teka-teki .
Sebagai mahasiswa jurusan keguruan dan ilmu pendidikan sudah selayaknya
kita mengetahui tentang pendidikan itu sendiri khususnya apa saja unsur-unsur
pendidikan sampai dengan pilar-pilar pendidikan. Disini dirasakan perlu mengetahui
apa saja pilar-pilar dari pendidikan itu sendiri agar senantiasa para penikmat
pendidikan bisa berorientasi pada produk dan hasil belajar. Dalam pembahasan
mengenai pilar-pilar pendidikan kita sebagai calon pendidik diharapkan bisa nantinya
untuk mengaplikasikan pilar-pilar ini ketika turun ke lapangan serta mampu
membangun kesadaran kepada peserta didik untuk mengembangkan tujuan pendidikan
dari pilar-pilar pendidikan yang ada.

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan pilar-pilar pendidikan
2. Menjelaskan implementasi masing-masing pilar pendidikan

C. Tujuan Penulisan
Agar mengetahui serta memahami apa itu :
1. Pilar-pilar pendidikan
2. Implementasi dari pilar-pilar pendidikan tersebut

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pilar Pendidikan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “pilar” diartikan sebagai“tiang


penyangga” (terbuat dari besi atau beton). Kata pilar dalam bahasa Inggris berarti
pillars (sama artinya dengan pilar dalam bahasa Indonesia).

Eksistensi pilar dalam berbagai  hal bisa dikatakan sangat penting peranannya


sebagai penopang agar menjadi suatu yang utuh (unity). Bangunan atau rumah
berangkat dari  pondasi yang dilengkapi dengan pilar agar atap bisa berdiri kokoh dan
tidak mudah roboh sehingga tampak menjadi lengkap dan melengkapi.  .

Istilah pilar dalam pendidikan bisa menjadi bagian yang tak kalah penting,
eksistensinya seperti halnya tujuan, sasaran, instrument pendidikan, dll.  Adapun
maksud dari pembahasan pilar-pilar pendidikan adalah bahwa sendi pendidikan
ditopang oleh semangat belajar yang kuat melalui pola belajar yang bervisi ke depan
dengan melihat perubahan-perubahan kehidupan. Dalam pendidikan, belajar
merupakan bagian yang tak terpisahkan karena pendidikan adalah usaha sadar untuk
menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan
pengajaran (belajar-mengajar). Belajar juga dikatakan sebagai  key term  (kata kunci)
paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya
tidak pernah ada pendidikan.

Untuk mencapai tujuan mulia tersebut, diperlukan strategi dan paradigma baru
dalam pengelolaan pendidikan. Dalam laporan hasil konferensi UNESCO pada tahun
1998, kepada Komisi Internasional tentang Pendidikan harus berlandaskan pada 4
pilar dan di Indonesia di tambah satu pilar lagi yaitu Learning to belive Gold.

B. Macam Macam Pilar-Pilar Pendidikan

Komisi Pendidikan untuk Abad XX1 (Unesco 1996: 85) melihat bahwa


hakikat pendidikan sesungguhnya adalah belajar (learning). Selanjutnya
dikemukakan bahwa pendidikan bertumpu pada 5 pilar, yaitu :

(1) learning to know,

2
(2) learning to do,
(3) learning to live together,
(4) learning to be
(5) Learning to belive God

1. Learning to know (belajar untuk mengetahui)


Artinya belajar itu harus dapat memahami apa yang dipelajari bukan
hanya dihafalkan tetapi harus ada pengertian yang dalam. Hal ini dapat diartikan
bahwa siswa harus memiliki pemahaman yang bermakna terhadap proses
pendidikan mereka. Siswa diharapkan memahami secara bermakna asal mula teori
dan konsep, serta menggunakannya untuk menjelaskan dan memprediksi prose-
proses berikutnya. Ini adalah bagian dari proses pembelajaran yang
memungkinkan pelajar/mahasiswanya untuk tidak sekedar memperoleh
pengetahuan tapi juga menguasai teknik memperoleh pengetahuan tersebut. Pilar
ini berpotensi besar untuk mencetak generasi muda yang memiliki kemampuan
intelektual dan akademik yang tinggi.
Learning to know mengandung makna bahwa belajar tidak hanya
berorientasi pada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga harus berorientasi
pada proses belajar. Dalam proses belajar, peserta didik bukan hanya menyadari
apa yang harus di pelajari tetapi juga diharapkan menyadari bagaimana cara
mempelajari apa yang seharusnya dipelajari. Kesadaran tersebut, memungkinkan
proses belajar tidak terbatas di sekolah saja, akan tetapi memungkinkan peserta
didik untuk belajar secara berkesinambungan. Inilah hakekat dari semboyan
"belajar sepanjang hayat". Apabila hal ini dimiliki peserta didik, maka
masyarakat belajar (learning society) sebagai salah satu tuntutan global saat ini
akan terbentuk. Oleh sebab itu belajar untuk mengetahui juga dapat bermakna
belajar berpikir karena setiap individu akan terus belajar sehingga dalam dirinya
akan tumbuh kemauan dan kemampuan untuk berpikir.
Learning to know, dengan memadukan pengetahuan umum yang cukup
luas dengan keseempatan untuk mempelajari secara mendalam pada sejumlkah
kecil mata pelajaran. Pilar ini juga berarti learning to learn (belajar untuk belajar),
sehingga memperoleh keuntungan dari kesempatan-kesempatan pendidikan yang
disediakan sepanjang hayat.

3
2. Learning to Do (belajar untuk berbuat/melakukan)
Sejak Allah menciptakan manusia, harus disadari bahwa manusia tidak
dapat hidup sendiri tetapi saling membutuhkan seorang dengan yang lainnya,
harus ada penolong. Karena itu manusia harus hidup bersama, saling membantu,
saling menguatkan, saling menasehati dan saling mengasihi, tentunya saling
menghargai dan saling menghormati satu dengan yang lain.
Learning to do (belajar untuk berbuat/melakukan), setelah kita memahami
dan mengerti dengan benar apa yang kita pelajari lalu kita melakukannya. Siswa
dilatih melakukan sesuatu dalam nyata yang menekankan pada penguasaan
keterampilan. Belajar untuk menerapkan. Sasaran dari pilar kedua ini adalah
kamampuan kerja generasi muda. Peserta didik diajarkan untuk melakukan
sesuatu dalam situasi yang konkrit yang tidak terbatas pada penguasaan
keterampilan yang mekanistis melainkan juga terampil dalam berkomusikasi,
bekerja sama, mengelola dan mengatasi suatu konflik. Melalui pilar kedua ini,
dimungkinkan mampu mencetak generasi muda yang intelligent dalam bekerja
dan mempunyai kemampuan untuk berinovasi.
Learnning to do mengandung makna bahwa belajar bukanlah sekedar
mendengar dan melihat untuk mengakumulasi pengetahuan, akan tetapi belajar
dengan dan untuk melakukan sesuatu aktivitas dengan tujuan akhir untuk
menguasai kompetensi yang diperlukan dalam menghadapi tantangan kehidupan.
Kompetensi akan dapat dimiliki oleh pesrta didik apabila diberikan kesempatan
untuk belajar dengan melakukan apa yang harus dipelajarinya secara
langsung.Dengan demikian learning to do juga berarti proses pembelajaran
berorientasi pada pengalaman langsung (learning by experience).
Learning to do, untuk memperoleh bukan hanya suatu keterampilan kerja
tetapi juga lebih luas sifatnya, kompetensi untuk berurusan dengan banyak situasi
dan bekerja dalam tim. Ini juga belajar berbuat dalam konteks pengalaman kaum
muda dalam berbagai kegiatan sosial dan pekerjaan yang mungkin bersifat
informal, sebagai akibat konteks lokal atau nasional, atau bersifat formal
melibatkan kursus-kursus, program bergantian antara belajar dan bekerja.

3. Learning to Be (belajar untuk menjadi seseorang)

4
Learning to be adalah belajar untuk berkembang secara utuh. Konsep ini
memaknai belajar sebagai proses untuk membentuk manusia yang memiliki jati
dirinya sendiri. Siswa diharapkan untuk dapat mandiri dan bertanggung jawab.
Selain itu, pendidikan juga diharapkan mampu mencetak generasi muda yang
berperikemanusiaan.
Learning to be mengandung arti bahwa belajar adalah proses untuk
membentuk manusia yang memiliki jati dirinya sendiri. Oleh karena itu, pendidik
harus berusaha memfasilitasi peserta didik agar bealajar mengaktualisasikan
dirinya sendiri sebagai individu yang berkepribadian utuh dan bertanggung jawab
sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat. Dalam pengertian ini
terkandung makna bahwa kesadaran diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
yakni makhluk hidup yang memiliki tanggung jawab sebagai khalifah serta
menyadari akan segala kekurangan dan kelemahannya. Learning to be, sehingga
dapat mengembangkan kepribadian lebih baik dan mampu bertindak mandiri,
membuat pertimbangan dan rasa tanggung jawab pribadi yang semakin besar,
ingatan, penalaran, rasa estetika, kemampuan fisik, dan keterampilan
berkomunikasi.

4. Learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama)


Sejak Allah menciptakan manusia, harus disadari bahwa manusia tidak
dapat hidup sendiri tetapi saling membutuhkan seorang dengan yang lainnya,
harus ada penolong. Karena itu manusia harus hidup bersama, saling membantu,
saling menguatkan, saling menasehati dan saling mengasihi, tentunya saling
menghargai dan saling menghormati satu dengan yang lain.
Learning to live together ini mengajrakan seseorang untuk hidup
bermasyarakat dan menjadi manusia berpendidikan yang bermnafaat baik bagi diri
sendiri dan masyarakatnya maupun bagi seluruh umat manusia.Dalam konteks
pendidikan siswa diharapkan daopat bersosialisasi dan berkomunikasi dalam
proses pendidikan.
Learning to live together adalah belajar untuk bekerjasama melalui proses
bekerjasama. Hal ini sangat diperlukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam
masyarakat global dimana manusia baik secara individual maupun secara
kelompok tidak mungkin dapat hidup sendiri atau mengasingkan diri dari
masyarakat sekitarnya. Dalam hal ini termasuk juga pembentukan masyarakat
5
demokratis yang memahami dan menyadari akan adanya perbedaan pandangan
antar individu. Learning to live together, learning to live with others , dengan jalan
mengembangkan pengertian akan orang lain dan apresiasi atas interdependensi—
melaksanakan proyek-proyek bersama dan belajar memenej konflik—dalam
semangat menghormati nilai-nilai kemajemukan, saling memahami dan
perdamaian.
Learning to live together, pada dasarnya adalah mengajarkan, melatih dan
membimbing peserta didik agar mereka dapat menciptakan hubungan melalui
komunikasi yang baik, menjauhi prasangka-prasangka buruk terhadap orang lain
serta menjauhi dan menghindari terjadinya perselisihan dan konflik. Persaingan
dalam misi ini harus dipandang sebagai upaya-upaya yang sehat untuk mencapai
keberhasilan, bukan sebaliknya bahwa persaingan justru mengalahkan nilai-nilai
kebersamaan bahkan pengehancuran terhadap orang lain atau pihak lain untuk
kepentingan sendiri.

5. Learning to believe in God ( belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa )
Satu pilar lagi yang sangat penting dalam proses pembelajaran dan sistem
pendidikan adalah belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Sebagai bentuk rasa syukur dan aplikasi dari nilai keagamaan dari setiap
peserta didik. Yang bertujuan untuk membentuk kepribadian dan karakter serta
akhlak mulia.
Dalam artian ini bahwa pengetahuan yang dicari seseorang harus dapat
memberi manfaat untuk isi alam itu sendiri, dan bagaimana mengelolanya untuk
kebaikan bersama secara berkelanjutan yang secara religius dapat
dipertanggungjawabkan kepada Yang Mahakuasa.

C. Implikasi Pilar-Pilar Dalam Pendidikan


Penerapan pilar pendidikan menuntut kemampuan profesional guru dalam
bidang pendidikan. Kemampuan profesional guru akan terwujud apabila guru
memiliki kesadaran dan komitmen yang tinggi dalam mengelola interaksi belajar
mengajar pada tataran mikro, dan memiliki kontribusi terhadap upaya peningkatan
mutu pendidikan pada tataran makro.

1. Implementasi Learning to Know


6
Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas
dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus
memikirkan dan membuat perencanaan secara saksama dalam meningkatkan
kemampuan belajar bagi siswanya, dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal
ini menuntut perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan
metode mengajar, strategi belajar-mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru
dalam mengelola proses belajar-mengajar.
Konsep learning to know ini menyiratkan makna bahwa pendidik harus
mampu berperan sebagai berikut:
a. Guru berperan sebagai sumber belajar
Peran ini berkaitan penting dengan penguasaan materi pembelajaran.
Dikatakan guru yang baik apabila ia dapat menguasai materi pembelajaran
dengan baik, sehingga benar-benar berperan sebagi sumber belajar bagi anak
didiknya.
b. Guru sebagai Fasilitator
Guru berperan memberikan pelayanan memudahkan siswa dalam kegiatan
proses pembelajaran.
c. Guru sebagai pengelola
Guru berperan menciptakan iklim blajar yang memungkinkan siswa dapat
belajar secara nyaman.
d. Guru sebagai demonstrator
Guru berperan untuk menunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat
membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan.
e. Guru sebagai pembimbing
Siswa adalah individu yang unik. Keunikan itu bisa dilihat dari adanya setiap
perbedaan. Perbedaan inilah yang menuntut guru harus berperan sebagai
pembimbing.
f. Guru sebagai mediator
Guru selain dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang media pendidikan
juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan media dengan
baik.
g. Guru sebagai Evaluator

7
Yakni sebagai penilai hasil pembelajaran siswa. Dengan penilaian tersebut,
guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa
terhadap pelajaran, serta ketepatan/ keefektifan metode mengajar (Fakhruddin,
2010:49-61).

2. Implementasi Learning to Do
Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar hendaknya memfasilitasi
siswanya untuk mengaktualisasikan ketrampilan yang dimiliki, serta bakat dan
minatnya agar “Learning to do” dapat terealisasi. Keterampilan merupakan sarana
untuk menopang kehidupan seseorang bahkan banyak orang meyakini bahwa
memiliki keterampilan jauh lebih penting daripada menguasai pengetahuan
semata. Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Sedangkan minat
adalah kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu.
Oleh sebab itu, siswa harus dilibatkan secara aktif dalam menyelesaikan
tugas-tugas mereka. Hal ini bertujuan untuk membuat siswa bertanggung jawab
atas diri dan pendidikannya sehingga mereka akan belajar untuk meningkatkan
kemampuan dalam memecahkan masalah.

3. Implementasi Learning to Be
Peran guru adalah sebagai kompas penunjuk arah sekaligus menjadi
fasilitator sangat dibuthkan unutk menumbuhkembangkan potensi siswa secara
utuh dan maksimal. Pendidik juga membimbing siswa belajar mengaktualisasikan
diri sebagai individu yang berkepribadian utuh dan bertanggung jawab sebagai
individu sekaligus sebagai anggota masyarakat.
Konsep learning to be perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk
melatih siswa agar memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kepercayaan
merupakan modal utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat. Penguasaan
pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri
(learning to be) (Atika, 2010). Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses
pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan

8
norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang
berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapain aktualisasi diri.

4. Implementasi Learning to Live Together


Dalam kaitan ini adalah tugas pendidikan untuk memberikan pengetahuan
dan kesadaran bahwa hakekat manusia adalah beragam tetapi dalam keragaman
tersebut terdapat persamaan. Itulah sebabnya Learning to live together menjadi
pilar belajar yang penting untuk menanamkan jiwa perdamaian.

5. Implementasi learning to Believe in God


Dalam pendidikan adanya pelajaran Pendidikan agama , disini peserta
didik diajarkan nilai-nilai serta kaidah-kaidah tentang agamanya. Melalui ini
peserta didik diajarkan bagaimana dalam bersikap serta menggunakan ilmu yang
ia miliki.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pilar-pilar pendidikan tersebut dirancang dengan sangat bagus dan dengan tujuan
yang sangat bagus pula. Dengan mengaplikasikan pilar-pilar tersebut, diharapkan
pendidikan yang berlangsung di seluruh dunia termasuk Indonesia dapat menjadi lebih
baik.
Namun masih banyak aspek penghalang dalam pelaksanaan tersebut, baik
mengenai SDM nya, fasilitasnya, perbedaan pola pikir setiap masyarakat atau daerah
dalam memandang arti penting pendidikan, dan kendala-kendala lain.
Persoalan pendidikan merupakan tanggung jawab kita bersama, karenanya tentu
secara bersama-sama pula kita mencari alternative pemecahannya. Mudah-mudahan ke
empat pilar tersebut dapat kita realisasikan dan akan nampak hasinya.
B. Saran
Mari melakukan introspeksi diri sejauh mana kita sudah melakukan yang terbaik
untuk perubahan dan perbaikan terhadap persoalan pendidikan yang melilit negeri ini.
Satu harapan kita semua, agar dunia pendidikan di Indonesia bisa menjadi lebih baik dan
berkualitas.

10
DAFTAR PUSTAKA

Syafril & Zelhendri Zen. (2017). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Depok: KENCANA.
Syafril, Zelhendri Zen, dkk. (2012). Pengantar Pendidikan. Padang: SUKABINA PRESS.
Zulfi, Riska. 14 Maret 2018. Pilar-Pilar Pendidikan dan Implikasinya. Diunduh pada tanggal
26 Februari 2020 dari : http://riskaworldjam.blogspot.com/2018/03/makalah-pilar-
pilar-pendidikan-dan.html

11

Anda mungkin juga menyukai