Dosen
Dra. Hj. Yul Syofriend, M. Pd.
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan pilar-pilar pendidikan
2. Menjelaskan implementasi masing-masing pilar pendidikan
C. Tujuan Penulisan
Agar mengetahui serta memahami apa itu :
1. Pilar-pilar pendidikan
2. Implementasi dari pilar-pilar pendidikan tersebut
1
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah pilar dalam pendidikan bisa menjadi bagian yang tak kalah penting,
eksistensinya seperti halnya tujuan, sasaran, instrument pendidikan, dll. Adapun
maksud dari pembahasan pilar-pilar pendidikan adalah bahwa sendi pendidikan
ditopang oleh semangat belajar yang kuat melalui pola belajar yang bervisi ke depan
dengan melihat perubahan-perubahan kehidupan. Dalam pendidikan, belajar
merupakan bagian yang tak terpisahkan karena pendidikan adalah usaha sadar untuk
menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan
pengajaran (belajar-mengajar). Belajar juga dikatakan sebagai key term (kata kunci)
paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya
tidak pernah ada pendidikan.
Untuk mencapai tujuan mulia tersebut, diperlukan strategi dan paradigma baru
dalam pengelolaan pendidikan. Dalam laporan hasil konferensi UNESCO pada tahun
1998, kepada Komisi Internasional tentang Pendidikan harus berlandaskan pada 4
pilar dan di Indonesia di tambah satu pilar lagi yaitu Learning to belive Gold.
2
(2) learning to do,
(3) learning to live together,
(4) learning to be
(5) Learning to belive God
3
2. Learning to Do (belajar untuk berbuat/melakukan)
Sejak Allah menciptakan manusia, harus disadari bahwa manusia tidak
dapat hidup sendiri tetapi saling membutuhkan seorang dengan yang lainnya,
harus ada penolong. Karena itu manusia harus hidup bersama, saling membantu,
saling menguatkan, saling menasehati dan saling mengasihi, tentunya saling
menghargai dan saling menghormati satu dengan yang lain.
Learning to do (belajar untuk berbuat/melakukan), setelah kita memahami
dan mengerti dengan benar apa yang kita pelajari lalu kita melakukannya. Siswa
dilatih melakukan sesuatu dalam nyata yang menekankan pada penguasaan
keterampilan. Belajar untuk menerapkan. Sasaran dari pilar kedua ini adalah
kamampuan kerja generasi muda. Peserta didik diajarkan untuk melakukan
sesuatu dalam situasi yang konkrit yang tidak terbatas pada penguasaan
keterampilan yang mekanistis melainkan juga terampil dalam berkomusikasi,
bekerja sama, mengelola dan mengatasi suatu konflik. Melalui pilar kedua ini,
dimungkinkan mampu mencetak generasi muda yang intelligent dalam bekerja
dan mempunyai kemampuan untuk berinovasi.
Learnning to do mengandung makna bahwa belajar bukanlah sekedar
mendengar dan melihat untuk mengakumulasi pengetahuan, akan tetapi belajar
dengan dan untuk melakukan sesuatu aktivitas dengan tujuan akhir untuk
menguasai kompetensi yang diperlukan dalam menghadapi tantangan kehidupan.
Kompetensi akan dapat dimiliki oleh pesrta didik apabila diberikan kesempatan
untuk belajar dengan melakukan apa yang harus dipelajarinya secara
langsung.Dengan demikian learning to do juga berarti proses pembelajaran
berorientasi pada pengalaman langsung (learning by experience).
Learning to do, untuk memperoleh bukan hanya suatu keterampilan kerja
tetapi juga lebih luas sifatnya, kompetensi untuk berurusan dengan banyak situasi
dan bekerja dalam tim. Ini juga belajar berbuat dalam konteks pengalaman kaum
muda dalam berbagai kegiatan sosial dan pekerjaan yang mungkin bersifat
informal, sebagai akibat konteks lokal atau nasional, atau bersifat formal
melibatkan kursus-kursus, program bergantian antara belajar dan bekerja.
4
Learning to be adalah belajar untuk berkembang secara utuh. Konsep ini
memaknai belajar sebagai proses untuk membentuk manusia yang memiliki jati
dirinya sendiri. Siswa diharapkan untuk dapat mandiri dan bertanggung jawab.
Selain itu, pendidikan juga diharapkan mampu mencetak generasi muda yang
berperikemanusiaan.
Learning to be mengandung arti bahwa belajar adalah proses untuk
membentuk manusia yang memiliki jati dirinya sendiri. Oleh karena itu, pendidik
harus berusaha memfasilitasi peserta didik agar bealajar mengaktualisasikan
dirinya sendiri sebagai individu yang berkepribadian utuh dan bertanggung jawab
sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat. Dalam pengertian ini
terkandung makna bahwa kesadaran diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
yakni makhluk hidup yang memiliki tanggung jawab sebagai khalifah serta
menyadari akan segala kekurangan dan kelemahannya. Learning to be, sehingga
dapat mengembangkan kepribadian lebih baik dan mampu bertindak mandiri,
membuat pertimbangan dan rasa tanggung jawab pribadi yang semakin besar,
ingatan, penalaran, rasa estetika, kemampuan fisik, dan keterampilan
berkomunikasi.
5. Learning to believe in God ( belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa )
Satu pilar lagi yang sangat penting dalam proses pembelajaran dan sistem
pendidikan adalah belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Sebagai bentuk rasa syukur dan aplikasi dari nilai keagamaan dari setiap
peserta didik. Yang bertujuan untuk membentuk kepribadian dan karakter serta
akhlak mulia.
Dalam artian ini bahwa pengetahuan yang dicari seseorang harus dapat
memberi manfaat untuk isi alam itu sendiri, dan bagaimana mengelolanya untuk
kebaikan bersama secara berkelanjutan yang secara religius dapat
dipertanggungjawabkan kepada Yang Mahakuasa.
7
Yakni sebagai penilai hasil pembelajaran siswa. Dengan penilaian tersebut,
guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa
terhadap pelajaran, serta ketepatan/ keefektifan metode mengajar (Fakhruddin,
2010:49-61).
2. Implementasi Learning to Do
Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar hendaknya memfasilitasi
siswanya untuk mengaktualisasikan ketrampilan yang dimiliki, serta bakat dan
minatnya agar “Learning to do” dapat terealisasi. Keterampilan merupakan sarana
untuk menopang kehidupan seseorang bahkan banyak orang meyakini bahwa
memiliki keterampilan jauh lebih penting daripada menguasai pengetahuan
semata. Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Sedangkan minat
adalah kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu.
Oleh sebab itu, siswa harus dilibatkan secara aktif dalam menyelesaikan
tugas-tugas mereka. Hal ini bertujuan untuk membuat siswa bertanggung jawab
atas diri dan pendidikannya sehingga mereka akan belajar untuk meningkatkan
kemampuan dalam memecahkan masalah.
3. Implementasi Learning to Be
Peran guru adalah sebagai kompas penunjuk arah sekaligus menjadi
fasilitator sangat dibuthkan unutk menumbuhkembangkan potensi siswa secara
utuh dan maksimal. Pendidik juga membimbing siswa belajar mengaktualisasikan
diri sebagai individu yang berkepribadian utuh dan bertanggung jawab sebagai
individu sekaligus sebagai anggota masyarakat.
Konsep learning to be perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk
melatih siswa agar memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kepercayaan
merupakan modal utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat. Penguasaan
pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri
(learning to be) (Atika, 2010). Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses
pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan
8
norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang
berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapain aktualisasi diri.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pilar-pilar pendidikan tersebut dirancang dengan sangat bagus dan dengan tujuan
yang sangat bagus pula. Dengan mengaplikasikan pilar-pilar tersebut, diharapkan
pendidikan yang berlangsung di seluruh dunia termasuk Indonesia dapat menjadi lebih
baik.
Namun masih banyak aspek penghalang dalam pelaksanaan tersebut, baik
mengenai SDM nya, fasilitasnya, perbedaan pola pikir setiap masyarakat atau daerah
dalam memandang arti penting pendidikan, dan kendala-kendala lain.
Persoalan pendidikan merupakan tanggung jawab kita bersama, karenanya tentu
secara bersama-sama pula kita mencari alternative pemecahannya. Mudah-mudahan ke
empat pilar tersebut dapat kita realisasikan dan akan nampak hasinya.
B. Saran
Mari melakukan introspeksi diri sejauh mana kita sudah melakukan yang terbaik
untuk perubahan dan perbaikan terhadap persoalan pendidikan yang melilit negeri ini.
Satu harapan kita semua, agar dunia pendidikan di Indonesia bisa menjadi lebih baik dan
berkualitas.
10
DAFTAR PUSTAKA
Syafril & Zelhendri Zen. (2017). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Depok: KENCANA.
Syafril, Zelhendri Zen, dkk. (2012). Pengantar Pendidikan. Padang: SUKABINA PRESS.
Zulfi, Riska. 14 Maret 2018. Pilar-Pilar Pendidikan dan Implikasinya. Diunduh pada tanggal
26 Februari 2020 dari : http://riskaworldjam.blogspot.com/2018/03/makalah-pilar-
pilar-pendidikan-dan.html
11