Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PEDAGOGI
“Pilar-pilar Pendidikan dan Implementasinya”

Dosen Pengampu
Dr. Yarmis Syukur, M.Pd., Kons.

Oleh
Kelompok 4
Anggi Silvia Ningsih 22006006
Della Mardiana 22006014
Nindy Channisa Putri 22006033

DEPARTEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pilar-
pilar Pendidikan dan Implementasinya” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun untuk tugas mata kuliah Pedagogi.
Kami mengucapkan terima kasih kepala Ibu Dr. Yarmis Syukur, M.Pd., Kons.
selaku dosen pengampu mata kuliah Pedagogi yang telah membimbing kami. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini bukanlah karya tulis yang sempurna karena
masih banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun sistematika penulisan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat bagi penulis maupun pembaca.

Padang, 9 Maret 2024

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang ............................................................................................1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................1
C. Tujuan ..........................................................................................................2
BAB II PILAR-PILAR PENDIDIKAN DAN IMPLEMENTASINYA .................3

A. Pengertian Pilar Pendidikan ........................................................................3


B. Pilar-pilar Pendidikan ..................................................................................3
C. Implementasi Pilar-pilar Pendidikan ...........................................................8
BAB III PENUTUP ..............................................................................................12

A. Kesimpulan ...............................................................................................12
B. Saran ..........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................13

HALAMAN KONTRIBUSI .................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan pilar utama dalam membangun peradaban
manusia yang maju dan berkelanjutan. Seiring dengan perkembangan
zaman, konsep pendidikan terus mengalami evolusi untuk menyesuaikan
diri dengan tuntutan masyarakat yang dinamis. Salah satu konsep yang
menarik perhatian adalah "Pilar-Pilar Pendidikan" yang diperkenalkan oleh
UNESCO pada tahun 1996. UNESCO, sebagai badan khusus Perserikatan
Bangsa-Bangsa yang bergerak di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan, mengemukakan empat pilar pendidikan yang dianggap
fundamental untuk membentuk manusia seutuhnya dalam menghadapi
tantangan abad ke-21.
Pilar-pilar ini merupakan prinsip-prinsip yang mendasari sistem
pendidikan modern dan holistik, yang tidak hanya berfokus pada
pengetahuan akademik semata, tetapi juga menekankan pada
pengembangan keterampilan, nilai-nilai, dan sikap yang diperlukan untuk
hidup dalam masyarakat yang majemuk dan terus berubah. Implementasi
dari pilar-pilar pendidikan ini menjadi tantangan tersendiri bagi berbagai
negara dan institusi pendidikan di seluruh dunia. Setiap negara memiliki
konteks budaya, sosial, ekonomi, dan politik yang berbeda, sehingga
diperlukan pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan prioritas
masing-masing. Selain itu, perkembangan teknologi dan revolusi digital
juga memberikan peluang dan tantangan baru dalam mengimplementasikan
pilar-pilar pendidikan secara efektif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pilar pendidikan?
2. Apa saja pilar-pilar pendidikan?
3. Bagaimana implementasi pilar-pilar pendidikan?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengertian pilar pendidikan.
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang apa saja pilar-pilar
pendidikan.
3. Untuk mengetahui dan memahami tentang implementasi pilar-pilar
pendidikan.

2
BAB II
PILAR-PILAR PENDIDIKAN DAN IMPLEMENTASINYA

A. Pengertian Pilar Pendidikan


Pilar merupakan penopang atau penyangga dalam sebuah bangunan yang
membuat bangunan itu dapat berdiri dengan kukuh. Sistem pendidikan juga
memerlukan pilar yang akan menyangga sistem pendidikan yang dilaksanakan
agar pendidikan tersebut dapat berjalan dengan baik dalam mencapai tujuan
pendidikan. Pilar dalam kamus umum adalah tiang penyangga atau penguat
dari beton, dan sebagainya, sekaligus dipakai untuk keindahan atau keserasian
penunjang untuk kegiatan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata pilar
diartikan sebagai tiang penyangga (terbuat dari besi atau beton). Kata pilar
dalam bahasa Inggris berarti pillars (sama artinya dengan pilar dalam bahasa
Indonesia) (Priscilla & Yudhyarta, 2021).
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan
manusia yang berfikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka
mempertahankan hidup dalam hidup dan penghidupan manusia yang
mengemban tugas dari Sang Khalik untuk beribadah. Manusia sebagai
makhluk yang diberikan kelebihan oleh Allah SWT dengan suatu bentuk akal
pada diri manusia yang tidak di miliki makhluk Allah yang lain dalam
kehidupannya, bahwa untuk mengolah akal pikirannya diperlukan suatu pola
pendidikan melalui proses pembelajaran. Maka dapat disimpulkan bahwa pilar
pendidikan adalah tiang atau penunjang dari suatu kegiatan usaha yang akan
diberikan kepada anak didik. Pilar pendidikan merujuk pada prinsip-prinsip
pokok yang menjadi dasar dalam proses pendidikan. Pilar-pilar ini merupakan
fondasi atau landasan yang mendukung berbagai aspek dalam
sistem pendidikan.

B. Pilar-pilar Pendidikan
Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa dapat dilakukan melalui
peningkatan mutu pendidikan. Perserikatan bangsa-bangsa melalui lembaga
UNESCO (United Netlimx, Educational, Scientific anal Cultural

3
Organization) yang bergerak dibidang pendidikan, pengetahuan dan budaya
mencanangkan empat pilar pendidikan, yakni learning to know, learning to do,
learning to be, dan learning to live together. Keempat pilar tersebut
membentuk dan membangun pola pikir pendidikan di Indonesia. Adapun
empat pilar tersebut adalah sebagai berikut:
1. Learning to Know (Belajar untuk Mengetahui)
Learning to know mengandung makna bahwa belajar tidak hanya
berorientasi pada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga harus
berorientasi pada proses belajar. Dalam proses belajar, peserta didik bukan
hanya menyadari apa yang harus di pelajari tetapi juga diharapkan
menyadari bagaimana cara mempelajari apa yang seharusnya dipelajari.
Kesadaran tersebut memungkinkan proses belajar tidak terbatas di sekolah
saja, akan tetapi memungkinkan peserta didik untuk belajar secara
berkesinambungan. Inilah hakekat dari semboyan "belajar sepanjang
hayat". Apabila hal ini dimiliki peserta didik, maka masyarakat belajar
(learning society) sebagai salah satu tuntutan global saat ini akan terbentuk.
Oleh sebab itu, belajar untuk mengetahui juga dapat bermakna belajar
berpikir karena setiap individu akan terus belajar sehingga dalam dirinya
akan tumbuh kemauan dan kemampuan untuk berpikir.
Learning to know, dengan memadukan pengetahuan umum yang cukup
luas dengan kesempatan untuk mempelajari secara mendalam pada
sejumlkah kecil mata pelajaran. Pilar ini juga berarti learning to learn
(belajar untuk belajar), sehingga memperoleh keuntungan dari
kesempatan-kesempatan pendidikan yang disediakan sepanjang hayat
(Darmadi, 2019). Tidak hanya memperoleh pengetahuan tapi juga
menguasai teknik memperoleh pengetahuan tersebut. Pilar ini berpotensi
besar untuk mencetak generasi muda yang memiliki kemampuan
intelektual dan akademik yang tinggi. Secara implisit, learning to know
bermakna belajar sepanjang hayat (life long education). Azas belajar
sepanjang hayat bertitik tolak atas keyakinan bahwa proses pendidikan
dapat berlangsung selama manusia hidup, baik didalam maupun diluar

4
sekolah. Sehubungan dengan asas pendidikan seumur hidup berlangsung
seumur hidup, maka peranan subjek manusia untuk mendidik dan
mengembangkan diri sendiri secara wajar merupakan kewajiban
kodrati manusia.
Learning to know merupakan prinsip bahwa belajar adalah untuk
mengetahui atau memahami. Prinsip pembelajaran ini harus dikondisikan
agar siswa aktif dan menciptakan suasana untuk selalu ingin mengetahui
dan memahami sesuatu yang baru. Dengan demikian pembelajaran
hendaknya menciptakan sikap penasaran pada murid, sehingga murid
selalu ingin belajar lebih jauh (Sukiyasa, 2013).
Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh guru untuk
membangkitkan keaktifan siswa menurut Usman (1993) diantaranya
adalah:
a. Memberikan motivasi sebelum pembelajaran dimulai
b. Menjelaskan tujuan instruksional
c. Mengingatkan kompetensi belajar
d. Memberikan stimulus berupa masalah, topik, dan konsep yang akan
dipelajari
e. Memunculkan aktifitas, partisipasi peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran
f. Memberikan umpan balik (feedback)
g. Melakukan tagihan-tagihan kepada peserta didik berupa tes sehingga
kemampuan peserta didik selalu terpantau dan terukur
h. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran.
i. Keaktifan dapat ditingkatkan dan diperbaiki dalam keterlibatan siswa
pada saat belajar
2. Learning to Do (Belajar untuk Melakukan Sesuatu)
Learnning to do mengandung makna bahwa belajar bukanlah sekedar
mendengar dan melihat untuk mengakumulasi pengetahuan, akan tetapi
belajar dengan dan untuk melakukan sesuatu aktivitas dengan tujuan akhir
untuk menguasai kompetensi yang diperlukan dalam menghadapi

5
tantangan kehidupan. Kompetensi akan dapat dimiliki oleh pesrta didik
apabila diberikan kesempatan untuk belajar dengan melakukan apa yang
harus melakukan sesuatu aktivitas dengan tujuan akhir untuk menguasai
kompetensi yang diperlukan dalam menghadapi tantangan kehidupan.
Kompetensi akan dapat dimiliki oleh peserta didik apabila diberikan
kesempatan untuk belajar dengan melakukan apa yang harus dipelajarinya
secara langsung. Dengan demikian, learning to do juga berarti proses
pembelajaran berorientasi pada pengalaman langsung (learning by
experience).
Learning to do, untuk memperoleh bukan hanya suatu keterampilan
kerja tetapi juga lebih luas sifatnya, kompetensi untuk berurusan dengan
banyak situasi dan bekerja dalam tim. Ini juga belajar berbuat dalam
konteks pengalaman kaum muda dalam berbagai kegiatan sosial dan
pekerjaan yang mungkin bersifat informal, sebagai akibat konteks lokal
atau nasional, atau bersifat formal melibatkan kursus-kursus, program
bergantian antara belajar dan bekerja.
3. Learning to Be (Belajar untuk Menjadi Sesuatu)
Learning to be mengandung arti bahwa belajar adalah proses untuk
membentuk manusia yang memiliki jati dirinya sendiri. Oleh karena itu,
pendidik harus berusaha memfasilitasi peserta didik agar belajar
mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu yang berkepribadian
utuh dan bertanggung jawab sebagai individu sekaligus sebagai anggota
masyarakat. Dalam pengertian ini terkandung makna bahwa kesadaran diri
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yakni makhluk hidup yang
memiliki tanggung jawab sebagai khalifah serta menyadari akan segala
kekurangan dan kelemahannya. Learning to be, sehingga dapat
mengembangkan kepribadian lebih baik dan mampu bertindak mandiri,
membuat pertimbangan dan rasa tanggung jawab pribadi yang semakin
besar, ingatan, penalaran, rasa estetika, kemampuan fisik, dan keterampilan
berkomunikasi (Darmadi, 2019).

6
Pilar ketiga ini adalah usaha yang dilakukan pendidik agar siswa dapat
mencari jati dirinya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki baik itu
hard skill maupun soft skill. Terkait proses pencarian jati diri, terdapat
beberapa sumber yang mempengaruhi pembentukan identitas diri pada
remaja yaitu (Juliani & Hendro, 2019):
a. Lingkungan sosial, dimana remaja tumbuh dan berkembang seperti
keluarga, tetangga dan kelompok teman sebaya.
b. Kelompok acuan (reference group), yaitu kelompok yang terbentuk
pada remaja misalnya kelompok agama atau kelompok yang memiliki
minat yang sama, dimana melalui kelompok tersebut remaja dapat
memperoleh nilai-nilai dan peran yang dapat menjadi acuan bagi
dirinya.
c. Tokoh idola, yaitu seseorang yang sangat berarti seperti sahabat,
guru, kakak, atau orang yang mereka kagumi.
4. Learning to Live Together (Belajar untuk Hidup Bersama)
Learning to live together adalah belajar untuk bekerjasama melalui
proses bekerjasama. Hal ini sangat diperlukan sesuai dengan tuntutan
kebutuhan dalam masyarakat global di mana manusia baik secara
individual maupun secara kelompok tidak mungkin dapat hidup sendiri
atau mengasingkan diri dari masyarakat sekitarnya. Dalam hal ini termasuk
juga pembentukan masyarakat demokratis yang memahami dan menyadari
akan adanya perbedaan pandangan antar individu. Learning to live
together, learning to live with others, dengan jalan mengembangkan
pengertian akan orang lain dan apresiasi atas interdependensi,
melaksanakan proyek-proyek bersama dan belajar memanage konflik,
dalam semangat menghormati nilai-nilai kemajemukan, saling memahami
dan perdamaian (Darmadi, 2019).
Dari keempat pilar pendidikan di atas terlihat bahwa pilar learning to live
together, learning to live with others, dalam konteks kemajemukan merupakan
suatu pilar yang sangat penting. Pilar ini sekaligus juga menjadi pembenar
pentingnya pendidikan multikultur yang berupaya untuk mengkondisikan

7
supaya peserta didik mempunyai kemampuan untuk bersikap toleran terhadap
orang lain, menghargai orang lain, menghormati orang lain dan sekaligus yang
bersangkutan mempunyai tanggunga jawab terhadap dirinya serta orang lain.
Sehingga bila proses pembelajaran di sekolah diarahkan tidak hanya pada
learning to know, lerning to do dan leraning to be, tetapi juga diarahkan ke
learning to live together, masalah kemajemukan akan dapat teratasi dengan
melakukan manajemen konflik dan dengan demikian akan juga diikuti oleh
tumbuhnya kebudayaan nasional yang tidak melupakan kebudayaan daerah,
tumbuhnya bahasa nasional dengan tidak melupakan bahasa daerah,
tumbuhnya sistem politik nasional dengan tanpa mengabaikan sistem politik
daerah (pemerintahan daerah).

C. Implementasi Pilar-pilar Pendidikan


1. Learning to Know (Belajar untuk Mengetahui)
Menurut Isjoni (2008) Guru adalah orang yang identik dengan pihak
yang memiliki tugas dan tanggung jawab membentuk karakter generasi
bangsa. Di tangan gurulah tunas-tunas bangsa ini terbentuk sikap dan
moralitasnya, sehingga mampu memberikan yang terbaik untuk anak
negeri ini di masa yang akan datang. Guru memiliki peranan yang sangat
penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang
dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat
perencanaan secara saksama dalam meningkatkan kemampuan belajar bagi
siswanya, dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut
perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode
mengajar, strategi belajar-mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru
dalam mengelola proses belajar-mengajar. Guru bisa dikatakan unggul dan
profesional bilamampu mengembangkan kompetensi individunya dan
tidak banyak bergantung pada orang lain.
Contoh dari implementasi pilar ini adalah seorang siswa mengambil
pelajaran matematika, sains, sejarah, dan sastra. Dia belajar untuk
memahami konsep-konsep dasar dalam masing-masing mata pelajaran
tersebut, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, dan juga

8
mengintegrasikan pengetahuan baru ke dalam pemahamannya tentang
dunia. Konsep learning to know ini menyiratkan makna bahwa pendidik
harus mampu berperan sebagai berikut:
a. Guru sebagai Sumber Belajar
Peran ini berkaitan penting dengan penguasaan materi
pembelajaran. Dikatakan guru yang baik apabila guru dapat menguasai
materi pembelajaran dengan baik, sehingga benar-benar berperan sebagi
sumber belajar bagi anak didiknya.
b. Guru sebagai Fasilitator
Guru berperan memberikan pelayanan memudahkan siswa dalam
kegiatan proses pembelajaran.
c. Guru sebagai Pengelola
Guru berperan menciptakan iklim blajar yang memungkinkan siswa
dapat belajar secara nyaman. Prinsip-prinsip belajar yang harus
diperhatikan guru dalam pengelolaan pembelajaran yaitu:
1) Sesuatu yang dipelajari siswa, maka siswa harus mempelajarinya
sendiri.
2) Setiap siswa yang belajar memiliki kecepatan masing-masing.
3) Siswa akan belajar lebih banyak, apabila setiap selesai
melaksanakan tahapan kegiatan diberikan reinforcement.
4) Penguasaan secara penuh.
5) Siswa yang diberi tanggung jawab, maka ia akan lebih
termotivasi untuk belajar.
2. Learning to Do (Belajar untuk Melakukan Sesuatu)
Pendidikan membekali manusia tidak sekedar untuk mengetahui, tetapi
lebih jauh untuk terampil berbuat atau mengerjakan sesuatu sehingga
menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan. Sasaran dari pilar
kedua ini adalah kemampuan kerja generasi muda untuk mendukung dan
memasuki ekonomi industri (Soedijarto, 2010). Dalam masyarakat industri
tuntutan tidak lagi cukup dengan penguasaan keterampilan motorik yang
kaku melainkan kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan

9
seperti "controlling, monitoring, designing, organizing". Peserta didik
diajarkan untuk melakukan sesuatu dalam situasi konkrit yang tidak hanya
terbatas pada penguasaan ketrampilan yang mekanitis melainkan juga
terampil dalam berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain, mengelola
dan mengatasi suatu konflik. Contoh implementasi pilar ini yaitu seorang
siswa mengikuti program pelatihan kejuruan di sekolah menengah yang
mengajarkan keterampilan praktis seperti perbaikan komputer, atau teknik
tata rias. Dia memiliki kesempatan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan yang dipelajari dalam situasi nyata, yang membantu
persiapannya untuk karir masa depan. Melalui pilar kedua ini,
dimungkinkan mampu mencetak generasi muda yang intelligent dalam
bekerja dan mempunyai kemampuan untuk berinovasi.
3. Learning to Be (Belajar untuk Menjadi sesuatu)
Konsep learning to be perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk
melatih siswa agar memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kepercayaan
merupakan modal utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat.
Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses
menjadi diri sendiri (learning to be) (Atika, Wakhyudin, & Fajriah, 2019).
Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap
kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan
kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil,
sesungguhnya merupakan proses pencapain aktualisasi diri. Contoh
implementasi pilar ini yaitu sebuah sekolah menerapkan program
pengembangan karakter yang bertujuan untuk membentuk kepribadian
yang seimbang dan berintegritas pada siswanya. Program ini mendorong
siswa untuk mengembangkan sikap positif terhadap diri sendiri, belajar
mengelola emosi, dan membangun keterampilan kepemimpinan serta
kerjasama yang kuat.
4. Learning to Live Together (Belajar untuk Hidup Bersama)
Kemajuan dunia dalam bidang IPTEK dan ekonomi yang mengubah
dunia menjadi desa global ternyata tidak menghapus konflik antar manusia

10
yang selalu mewarnai sejarah umat manusia. Di zaman yang semakin
kompleks ini, berbagai konflik makin merebak seperti konflik nasionalis,
ras dan konflik antar agama. Apa pun penyebabnya, semua konflik itu
didasari oleh ketidakmampuan beberapa individu atau kelompok untuk
menerima suatu perbedaan. Pendidikan dituntut untuk tidak hanya
membekali generasi muda untuk menguasai IPTEK dan kemampuan
bekerja serta memecahkan masalah, melainkan kemampuan untuk hidup
bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, dan
pengertian.
Dalam kaitan ini adalah tugas pendidikan untuk memberikan
pengetahuan dan kesadaran bahwa hakekat manusia adalah beragam tetapi
dalam keragaman tersebut terdapat persamaan. Itulah sebabnya learning to
live together menjadi pilar belajar yang penting untuk menanamkan
jiwa perdamaian (Darmadi, 2019). Contoh implementasi pilar ini yaitu
sebuah sekolah menerapkan program pendidikan multikultural yang
mendorong pemahaman, toleransi, dan penghargaan terhadap
keanekaragaman budaya, agama, dan latar belakang siswa. Melalui
kegiatan seperti diskusi kelompok, proyek kolaboratif lintas budaya, dan
kunjungan ke tempat-tempat ibadah, siswa belajar untuk hidup secara
damai dan harmonis dalam masyarakat yang beragam.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pilar-pilar pendidikan yang terdiri dari "Learning to Know, Learning to Do,
Learning to Be, dan Learning to Live Together" mencerminkan pendekatan
holistik terhadap pengembangan manusia melalui pendidikan. Learning to
Know menunjukkan pentingnya pemahaman mendalam terhadap pengetahuan,
menggali potensi kognitif siswa untuk mengembangkan keterampilan analisis,
sintesis, dan evaluasi. Pilar Learning to Do menekankan pentingnya
pengembangan keterampilan praktis dan keterampilan berbasis pekerjaan. Pilar
Learning to Be menggarisbawahi pembentukan karakter dan identitas individu.
Pendidikan tidak hanya tentang apa yang diketahui atau dilakukan, tetapi juga
tentang siapa individu itu sebenarnya. Pilar ini menekankan nilai-nilai, etika,
dan sikap yang membentuk kepribadian siswa. Pilar Learning to Live Together
menyoroti pentingnya pembentukan sikap saling menghargai dan kerjasama
dalam masyarakat multikultural. Pilar ini menciptakan landasan untuk
mencapai keberagaman yang positif dan harmonis dalam masyarakat. Secara
keseluruhan, pilar-pilar pendidikan ini memberikan fondasi yang kokoh untuk
menghasilkan individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual dan terampil
secara praktis, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan mampu
berkontribusi secara positif dalam masyarakat global yang semakin kompleks.

B. Saran
Dari pembahasan yang telah ditulis dalam makalah ini diharapkan kepada
seluruh pembaca dapat mengetahui apa itu yang dimaksud pilar pendidikan, apa
saja pilar-pilar pendidikan dan bagaimaa implementasi pilar-pilar pendidikan
tersebut. Diharapkan kepada seluruh pembaca agar dapat juga memahami
tentang pilar-pilar pendidikan tersebut dan dapat mengaplikasikannya dalam
proses pendidikan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Atika, N. T., Wakhyudin, H., & Fajriah, K. (2019). Pelaksanaan Penguatan


Pendidikan Karakter Membentuk Karakter Cinta Tanah Air. Jurnal Mimbar
Ilmu. 24(1), 30-42.

Darmadi, H. (2019). Pengantar Pendidikan Era Globalisasi. Tangerang: Anmage.

Isjoni, I. (2008). Model-model Pembelajaran Mutakhir. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Juliani, W. I., & Hendro W. (2019). Integrasi Empat Pilar Pendidikan (UNESCO)
Melalui Pendidikan Holistik Berbasis Karakter di SMP Muhammadiyah 1
Prambanan. Jurnal Pendidikan Islam. 10(2), 30-45.

Priscilla, C., & Yudhyarta, D. Y. (2021). Implementasi Pilar-pilar Pendidikan


UNESCO. Asatiza: Jurnal Pendidikan. 2(1), 64-76.

Soedijarto, S. (2010). Motivasi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukiyasa, K. S. (2013). Pengaruh Media Animasi Terhadap Hasil Belajar dan


Motivasi Belajar Siswa Materi Sistem Kelistrikan Otomotif. Jurnal
Pendidikan Vokasi. 3(1), 10-21.

Usman, U. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

13
HALAMAN KONTRIBUSI

Nama NIM Deskripsi Kontribusi

Anggi Silvia Ningsih 22006006 Mencari materi dan membuat


makalah
Della Mardiana 22006014 Mencari materi, finishing makalah
dan membuat PPT
Nindy Channisa Putri 22006033 Mencari materi dan membuat
makalah

14

Anda mungkin juga menyukai