Anda di halaman 1dari 14

AZAS – AZAS PENDIDIKAN

D
I
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK 1 :

Nama : MEIWATI HAREFA


IDA MAWARNI MENDROFA
Semester : 1 (Satu)
Mata kuliah : PENGANTAR PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU MK:


Dra. MONDANG MUNTHE, MM

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) GUNUNGSITOLI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ( BK )
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTARs
Dengan mengucapkan puji syukur atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya serta
kesehatan yang diberikan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“AZAS AZAS PENDIDIKAN”. Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini tidak
lepas dari tuntunan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan
rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
penyelesaian makalah ini. Secara khusus, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen
pengampu yaitu Dra. Mondang Munthe, MM selaku Dosen mata kuliah Pengantar Pendidikan di
IKIP Gunungsitoli yang telah membimbing kami.

Kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
diselesaikan dengan baik dan oleh karenanya, dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Kami menyadari bahwa
dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka kami sebagai penulis menerima
kritikan serta saran yang membangun guna kesempurnaan makalah ini, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semuanya. Sekian dan Terimakasih

Penulis

Kelompok 1

I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................I

DAFTAR ISI..........................................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG ..............................................................................................1


B. TUJUAN....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. AZAS – AZAS PENDIDIKAN.................................................................................5


B. PENERAPAN AZAS – AZAS PENDIDIKAN........................................................9

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN..........................................................................................................13
B. SARAN......................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................III

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan sebagai usaha dasar yang sistematik – sistemik selalu bertolak dari sejumlah asas
tertentu. Asas asas tersebut berperan sangat penting , kerna fungsi pendidikan merupakan pilar
utama terhadap perekembangan manusia dan masyarakat tertentu. 
Asas – asas pendidikan merupakan ketentuan yg harus dipedomani atau menjadi pegangan dalam
melaksanakan pendidikan agar tercapai tujuannya dan asas pendidikan merupakan sesuatu
kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun
pelaksanaan pendidikan. Khusus di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi
arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan nasional. Asas-asas tersebut bersumber dari
pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia.
Diantara asas tersebut, ada tiga asas yang diuraikan secara mendetail, yaitu; Asas Tut Wuri
Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan Asas Kemandirian dalam Belajar. Ketiga asas itu
dianggap sangat relevan dengan upaya pembinaan dan pengembangan pendidikan nasional, baik
masa kini maupun masa datang. Oleh karena itu, setiap tenaga kependidikan harus memahami
dengan tepat ketiga asas tersebut agar dapat menerapkannya dengan semestinya dalam
penyelenggaraan pendidikan sehari-hari.

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Apa saja Azas – Azas Pendidikan
2. Untuk mengetahui Bagaimana penerapan asas-asas pendidikan?
BAB II

PEMBAHASAN

A. AZAS – AZAS PENDIDIKAN


Asas pendidikan memiliki arti hukum atau kaidah yang menjadi acuan kita dalam melaksanakan
kegiatan pendidikan. Asas pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau
tumpuan berpikir, baik pada tahap perencanaan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusus untuk
pendidikan di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang
dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani , Ing
Ngarsa Sung Tulada , Ing Madya Mangun Karsa , Asas Kemandirian dalam Belajar , Pendidikan
Sepanjang Hayat, dan Asas Alam Takambang Jadi Guru.
Pentingnya Azas Pendidikan ini karna Adanya pasar bebas, kemampuan bersaing, penguasaan
pengetahuan dan teknologi, menjadi semakin penting untuk kemajuan suatu bangsa. Ukuran
kesejahteraan suatu bangsa telah bergeser dari modal fisik atau sumber daya alam ke modal
intelektual, pengetahuan, sosial, dan kepercayaan.
Hal ini membutuhkan pendidikan yang memberikan kecakapan hidup (Life Skill ), yaitu yang
memberikan keterampilan, kemahiran, dan keahlian dengan kompetensi tinggi pada peserta didik
sehingga selalu mampu bertahan dalam suasana yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif
dalam kehidupannya. Kecakapan ini sebenarnya telah diperoleh siswa sejak dini mulai pendidikan
formal di sekolah maupun yang bersifat informal, yang akan membuatnya menjadi masyarakat
berpengetahuan yang belajar sepanjang hayat (Life Long Learning).

1. Asas Tut Wuri Handayani


Asas ini merupakan gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara seorang
perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional. Tut Wuri Handayani mengandung arti pendidik
dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-
narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila anak melakukan kesalahan baru
pendidik membantunya. Gagasan tersebut dikembangkan Ki Hajar Dewantara pada masa
penjajahan dan masa perjuangan kemerdekaan. Dalam era kemerdekaan gagasan tersebut serta
merta diterima sebagai salah satu asas pendidikan nasional Indonesia.
Asas Tut wuri Handayani merupakan asas pendidikan Indonesia yang bersumber dari asas
pendidikan Taman Siswa yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu seorang perintis
kemerdekaan dan pendidikan nasional. Makna Tut wuri Handayani adalah :
(*) Tut wuri : mengikuti perkembangan sang anak dengan penuh perhatian yang berdasarkan cinta
kasih tanpa pamrih.
(*) Handayani : mempengaruhi dalam arti, merangsang, memupuk, membimbing, dan
menggairahkan anak agar sang anak mengembangkan pribadi masing – masing melalui disiplin
pribadi.

Azas Tut Wuri Handayani ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono (filusof
dan ahli bahasa) dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing
Madyo Mangun Karso. Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas,
masing-masing sebagai berikut;

a. Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh) 


Adalah hal yang baik mengingat kebutuhan anak maupun pertimbangan guru. Di bagian depan,
seorang guru akan membawa buah pikiran para muridnya itu ke dalam sistem ilmu
pengetahuan yang lebih luas. Ia menempatkan pikiran / gagasan / pendapat para muridnya
dalam cakrawala yang baru, yang lebih luas. 

b. Ing Madya Mangu Karsa (di tengah membangkitkan kehendak) 


Adalah diterapkan dalam situasi ketika anak didik kurang bergairah atau ragu-ragu untuk
mengambil keputusan atau tindakan, sehingga perlu diupayakan untuk memperkuat motivasi.
Dan, guru maju ke tengah-tengah (pemikiran) para muridnya. Dalam posisi ini ia menciptakan
situasi yang memungkinkan para muridnya mengembangkan, memperbaiki, mempertajam, atau
bahkan mungkin mengganti pengetahuan yang telah dimilikinya itu sehingga diperoleh
pengetahuan baru yang lebih masuk akal, lebih jelas, dan lebih banyak manfaatnya. 

c. Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)


Asas ini memberi kesempatan anak didik untuk melakukan usaha sendiri, dan ada
kemungkinan melakukan kesalahan, tanpa ada tindakan (hukuman) pendidik. Hal itu tidak
menjadikan masalah, karena menurut Ki Hajar Dewantara, setiap kesalahan yang dilakukan
anak didik akan membawa pidananya sendiri, karena tidak ada pendidik sebagai pemimpin
yang mendorong datangnya hukuman tersebut. Dengan demikian, setiap kesalahan yang
dialami peserta didik bersifat mendidik. Maksud tut wuri handayani adalah sebagai pendidik
hendaknya mampu menyalurkan dan mengarahkan perilaku dan segala tindakan sisiwa untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah dirancang.
Ketiga asas tersebut sebagai semboyang dalam pendidikan merupakan satu kesatuan asas yang
telah menjadi asas penting dalam pendidikan di Indonesia. Pendidikan juga mengandung makna
mengembangkan kodrat alam anak dengan tuntutan agar anak didik dapat mengembangkan
kehidupan lahir dan bathin menjadi subur dan selamat, dan perkembangan peserta didik harus
senantiasa diikuti dengan memberi bantuan pada saat anak membutuhkan.

2. Asas Belajar Sepanjang Hayat


Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap
pendidikan seumur hidup ( long life education). Istilah pendidikan seumur hidup erat kaitannya dan
kadang-kadang digunakan saling bergantian dengan makna yang sama dengan istilah belajar
sepanjang hayat. Kedua istilah ini memang tidak dapat dipisahkan, tetapi dapat dibedakan.
Penekanan istilah “belajar”adalah perubahan perilaku (kognitif/afektif/psikomotor) yang relatif
tetap karena pengaruh pengalaman, sedang istilah “pendidikan” menekankan pada usaha sadar dan
sistematis untuk penciptaan suatu lingkungan yang memungkinkan pengaruh pengalaman tersebut
lebih efisien efektif, dengan kata lain, lingkungan yang membelajarkan subjek didik.
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup, dalam proses belajar mengajar di
sekolah seyogyanya mengemban sekurang-kurangnya dua hal pokok, yaitu; 
1. Membelajarkan peserta didik dengan efisien dan efektif 
2. Meningkatkan kemauan dan kemampuan belajar mandiri sebagai basis dari belajar sepanjang
hayat. Ditinjau dari segi kependidikan, perlunya merancang suatu program atau kurikulum yang
dapat mendukung terwujudnya belajar sepanjang hayat dengan memperhatikan dua dimensi,
yaitu; Pertama, Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan
kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di
masa depan. Kedua, Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah. Untuk mencapai integritas
pribadi yang utuh sebagaimana gambaran manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan nilai-niai
Pancasila, Indonesia menganut asas pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan sepanjang hayat
memungkinkan tiap warga negara Indonesia. 
a. Mendapat kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri dan kemandirian sepanjang
hidupnya .
b. Mendapat kesempatan untuk memanfaatkan layanan lembaga-lembaga pendidikan yang ada
di masyarakat. Lembaga pendidikan yang ditawarkan dapat bersifat formal, informal, non
formal.
3. Asas Kemandirian Dalam Belajar.
Azas kemandirian dalam belajar ini berkaitan dengan azaz tut wuri handayani maupun azaz
belajar sepanjang hayat. Azaz tut wuri handayani memiliki arti berasumsi dari kemampuan peserta
didik untuk mandiri dalam belajar. Disisi lain pendidik tetap tidak lepas tangan, bisa diperlukan
sebagai fasilator. Sedangkan asas belajar sepanjang hayat juga berasumsi peserta didik untuk
mampu belajar mandiri, jika peserta didik selalu bergantung ke guru, maka tidak akan mendapatkan
belajar sepanjang hayat.
Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktifitas belajar yang berlangsung lebih didorong
oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari pembelajaran. Pengertian
tantang belajar mandiri sampai saat ini belum ada kesepakatan dari para ahli.
Ada beberapa pandangan tentang belajar mandiri yang diutarakan oleh para ahli seperti
dipaparkan sebagai berikut:
(1) Belajar Mandiri memandang siswa sebagai para manajer dan pemilik tanggung jawab dari
proses pelajaran mereka sendiri.
(2) Belajar Mandiri mengintegrasikan self- management (manajemen konteks, menentukan
setting, sumber daya, dan tindakan) dengan self-monitoring (siswa memonitor, mengevaluasi
dan mengatur strategi belajarnya).
(3) Peran kemauan dan motivasi dalam Belajar Mandiri sangat penting di dalam memulai dan
memelihara usaha siswa.
(4) Di dalam belajar mandiri, kendali secara berangsur-angsur bergeser dari para guru ke siswa.
Siswa mempunyai banyak kebebasan untuk memutuskan pelajaran apa dan tujuan apa yang
hendak dicapai dan bermanfaat baginya. Haris Mujiman dalam Joni Raka, T 43 mencoba
memberikan pengertian belajar mandiri dengan lebih lengkap. Menurutnya belajar mandiri
adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu
kompetensi guna mengatasi suatu masalah. Di sini belajar mandiri lebih dimaknai sebagai
usaha siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang didasari oleh niatnya untuk menguasai
suatu kompetensi tertentu. Belajar mandiri dapat diartikan sebagai usaha individu untuk
melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan
motivasinya sendiri untuk menguasai suatu materi pembelajaran. Perwujudan asas kemandirian
dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motifator.
B. PENERAPAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN (DI SEKOLAH DAN DI LUAR SEKOLAH)
1. Keadaan yang di temui
Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang
ditemui sekarang, yakni :
a. Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan keterampilan yang
diminatinya di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh pemerintah
sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat. Peserta didik bertanggung jawab atas
pendidikannya sendiri
b. Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang diminatinya agar
dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang tertentu yang
diinginkannya
c. Peserta didik memiliki kecerdasan yang luar biasa diberikan kesempatan untuk memasuki
program pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan gaya dan irama belajarnya
d. Peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental memperoleh kesempatan
untuk memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan cacat yang disandang agar dapat
bertumbuh menjadi manusia yang mandiri
e. Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan
ketrampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar yang
memadai sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari potensi dibawah normal sampai
jauh diatas normal.
Dalam kaitan asas belajar sepanjang hayat, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui
sekarang, yaitu :
1) Usaha pemerintah memperluas kesempatan belajar telah mengalami peningkatan. Terbukti
dengan semakin banyaknya peserta didik dari tahun ke tahun yang dapat ditampung baik
dalam lembaga pendidikan formal, non formal, dan informal; berbagai jenis pendidikan; dan
berbagai jenjang pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi
2) Usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga kependidikan pada
semua jalur, jenis, dan jenjang agar mereka dapat melaksanakan tugsnya secara proporsional.
Dan pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil pendidikan di seluruh tanah air.
Pembinaan guru dan tenaga guru dilaksanakan baik didalam negeri maupun diluar negeri
3) Usaha pembaharuan kurikulum dan pengembangan kurikulum dan isi pendidikan agar mampu
memenuhi tantangan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas melalui
pendidikan
4) Usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin meningkat: ruang
belajar, perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja, sarana pelatihan dan ketrampilan,
sarana pendidikan jasmani
5) Pengadaan buku ajar yang diperuntukan bagi berbagai program pendidikan masyarakat yang
bertujuan untuk:
a) Meningkatkan sumber penghasilan keluarga secara layak dan hidup bermasyarakat secara
berbudaya melalui berbagai cara belajar
b) Menunjang tercapainya tujuan pendidikan manusia seutuhnya
6) Usaha pengadaan berbagai program pembinaan generasi muda: kepemimpinan dan
ketrampilan, kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap patriotisme dan idealisme, kesadaran
berbangsa dan bernegara, kepribadian dan budi luhur
7) Usaha pengadaan berbagai program pembinaan keolahragaan dengan memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada anggota masyarakat untuk melakukan berbagai
macam kegiatanolahraga untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran serta prestasi di
bidang olahraga
8) Usaha pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita dengan memberikan
kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan keluarga sehat, sejahtera dan bahagia;
peningkatan ilmu pngetahuan dan teknologi, ketrampilan serta ketahanan mental.
Sesuai dengan uraian di atas, maka secara singkat pemerintah secara lintas sektoral telah
mengupayakan usaha-usaha untuk menjawab tantangan asas pendidikan sepanjang hayat dengan
cara pengadaan sarana dan prasarana, kesempatan serta sumber daya manusia yang menunjang.
 
2. Permasalahan yang dihadapi
a. Masalah Peningkatan Mutu Pendidikan
Kebijakan peningkatan mutu pendidikan tidak harus dipertimbangkan dengan kebijaksanaan
pemerataan pendidikan. Karena peningkatan kualitas pendidikan harus diimbangi dengan
peningkatan kualitas pendidikan. Pendidikan bertujuan membangun sumber daya manusia yang
mutunya sejajar dengan mutu sumber daya manusia negara lain. Pemerintah mengusahakan
berbagai cara dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, antara lain:
(1) Pembinaan guru dan tenaga pendidikan di semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan,
(2) Pengembangan sarana dan prasarana sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi,
(3) Pengembangan kurikulum dan isi pendidikan sesuai dengan perkembangan ilmu dan
teknologi serta pengembangan nilai-nilai budaya bangsa,
(4) Pengembangan buku ajar sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta perkembangan budaya bangsa.

b. Masalah Peningkatan Relevansi Pendidikan


Pemerintah telah dan sedang mengusahakan peningkatan relevansi penyelenggaraan pendidikan
yang efektif dan efisien :
(1)meningkatkan kemudahan dalam komunikasi informasi antara pusat–daerah, daerah–daerah,
agar arus komunikasi informasi pembaharuan pendidikan berjalan lancar,
(2)desiminasi–inovasi pendidikan: kelembagaan’ sumber daya manusia, sarana dan prasarana,
proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara terpadu, dan
(3)peningkatan kegiatan penelitian untuk memberi masukan dalam upaya meningkatkan
relevansi pendidikan.

c. Masalah pendekatan komunikasi oleh guru


Sekarang masih terdapat kecendrungan bahwa peserta didik terikat oleh penggunaan
komunikasi satu arah dalam kegiatan pembelajaran dengan mengandalkan metode ceramah.
Dalam komunikasi demikian, pendididk menempatkan dirinya dalam kedudukan yang lebih
tinggi dari peserta didik. Tidak jarang, peserta didik dijadikan objek komunikasi oleh seorang
guru. Dengan rendahnya umpan balik dari peserta didik, dan cenderung hanya menghasilkan
perubahan pengetahuan memberikan implikasi yang negatif terhadap out put pendidikan, yakni
membuat peserta didik tidak terdorong untuk belajar mandiri, mereka lebih bergantung kepada
informasi yang diberikan pendidik.

d. Masalah peranan pendidik


Metode pembeajaran yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik, yakni metode ceramah
dimana pendidik melakukan komunikasi satu arah, pendidik sering menempatkan dirinya
sebagai  orang yang paling dominan. Tidak jarang, pendidik, dosen atau guru menempatkan
dirinya sebagai orang yang paling dan serba tahu dalam segala hal pada waktu kegiatan belajar
berlangsung. Tugas seorang pendidik sebenarnya mendorong peserta didik untuk mencari
informasi sendiri yang dikatakan sebagai upaya belajar mandiri.

e. Masalah tujuan belajar


Learning to know dan learning to do belum cukup untuk dijadikan tujuan belajar. Oleh karena
kemajuan teknologi terutama kemajuan transpotasi dan komunikasi membuat dunia semakin
sempit, sehingga intensitas interaksi manusia semakin tinggi tanpa dibatasi oleh perbedaan
suku, agama, ras, dan asal-usul. Oleh karena itu, tujuan belajar diperluas dengan learning to life
together dan learnign to be.

3. Pengembangan penerapan asas-asas pendidikan


Sehubungan dengan permasalah yang dihadapi dalam penerapan asas-asas pendidikan, maka
perlu diadakannya upaya pengembangan penerapan asas-asas pendidikan dengan tujuan untuk
membantu mengatasi permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya.
a. Meningkatkan mutu pendidikan
Dalam menghadapi masalah peningkatan sumber daya manusia sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi pemerintah telah dan sedang mengupayakan peningkatan: mutu
guru dan tenaga kependidikan, mutu sarana dan prasarana pendidikan, mutu kurikulum dan
isi kurikulum sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan
nilai-nilai budaya bangsa.

b. Meningkatkan relevansi pendidikan


Dalam upaya meningkatkan relevansi pendidikan, pemerintah melakukan berbagai upaya :
(1) usaha menemukan cara baru dan pemanfaatan teknologi pendidikan untuk memenuhi
kebutuhan peserta didik yang beragam
(2) usaha pemanfaatan hasil penelitian pendidikan bagi peningkatan kualitas kegiatan
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan
(3) usaha pengadaan ruang belajar, ruang khusus (bengkel kerja, konseling, pertemuan, dan
sebagainya) yang menunjang kegiatan pembelajaran.

c. Mengembangkan komunikasi dua arah


Dalam meningkatkan umpan balik dari siswa, seorang guru harus mengembangkan
komunikasi dua arah. Siswa tidak hanya mendengarkan namun juga memberikan respon
dalam setiap permasalahan yang diberikan seorang pendidik. Dengan demikian, peserta
didik akan terdorong untuk belajar mandiri, tidak tergantung kepada pendidik saja.

d. Menggeser peranan pendidik menjadi fasilitator, informator, motivator, dan organisator.


Fasilitator sebagai penyedia layanan misalnya memberikan kasus yang harus dipecahkan
atau didiskusikan. Informator sebagai pemberi informasi terkini yang berkaitan dengan
tujuan pembelajaran. Motivator sebagai pemberi motivasi kepada peserta didik. Organisator
yang membimbing peserta didik menyelesaikan tahap-tahap pembelajaran yang telah ada.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asas – asas pendidikan terdiri dari Tut Wuri Handayani, belajar sepanjang hayat, dan belajar
mandiri. Dalam asas – asas tersebut perbedaan yang mencolok walaupun asas – asas tersebut
merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dalam asas Tut Wuri Handayani menekankan
pada peran pendidik dan anak didik dalam kegiatan belajar namun dalam asas belajar sepanjang
hayat menekankan pada peran anak diidk dalam belajar. Anak didik dalam asas belajar sepanjang
hayat bukan berrati anak diidk yang selalu membutuhkan pendiidk dalam belajar, melainkan semua
orang yang ingin belajar seumur hidupnya. Sedangkan asas kemandirian dalam belajar menekan
pada proses belajar yang harus mandiri dan tidak selalu bergantung dengan orang lain.

B. Saran
Dari ketiga asas asas pendidikan itu, kita sebagai calon pendidik bisa menerapkannya sesuai
ketentuan di Indonesia. Permasalahan – permasalahan yang tengah terjadi kita hadapi dalam
pembelajaran haruslah diselesaikan sesuai dengan ketentuan yang ada.

 
DAFTAR PUSTAKA

Sulo, La. 1990. Penelah Kurikulum Sekolah. Ujung Pandang: FIP IKIP Ujung Pandang.

Tirtarahardja, Umar dan La Sulo, 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta:Depdikbud.

Rangga. 2011. “Konsep Pendidikan”. Jurnal Ilmu Pendidikan.

Susarno, Drs Lamijan Hadi, M.Pd dan Prof. Dr. MV Roesminingsih, M.Pd. Teori dan Praktek
Pendidikan. 2005. Universitas Negeri Surabaya: Surabaya.

Anshory, Ichsan. Pengantar Pendidikan. 2018. Universitas Muhammadiyah Malang: Malang.

III

Anda mungkin juga menyukai