Anda di halaman 1dari 1

Sejarah dan pandangan tentang alkitab

Alkitab adalah satu-satunya sumber dari segala pengetahuan manusia tentang Allah.
Allah tetap berinisiatif menyatakan dirinya secara khusus melalui alkitab sehingga alkitab
menjadi satu-satunya patokan yang berotoritas bagi orang percaya. Alkitab terdiri dari dua

bagian besar, yaitu Perjanjian Lama 39 kitab dan Perjanjian Baru 27 kitab.

Alkitab bukan catatan atau karya tulis yang direkayasa oleh manusia saja, melainkan
Allahlah yang telah berinisiatif mengilhamkan para penulis sehingga mereka menghasilkan
tulisan yang tanpa salah dan secara akurat menyampaikan kehendak Allah. Oleh sebab itu
mempelajari Alkitab haruslah mempelajarinya dengan praanggapan bahwa yang kita hadapi
adalah firman Allah yang berkuasa.
Alkitab sangat penting sehingga tanpa Alkitab, Allah tidak berbicara. Alkitab, firman
Allah, adalah penting dalam hubungan perjanjian antara Allah dan manusia. Apabila kita
menyakini bahwa Allah berkuasa, maka tentunya Ia memberikan perintah. Dengan demikian,
Alkitab adalah konstitusi dari perjanjian Allah dengan manusia dalam sejarah sehingga jelas
bahwa Allah yang berkuasa itu telah berbicara dan perkataan-Nya telah terdokumentasi
kedalam Alkitab.
Alkitab dipegang sebagai Wahyu Allah itu sendiri yang secara khusus diberikan Allah
agar manusia dapat mengenal maksud dan kehendak Allah yang sesungguhnya. Maksud dan
kehendak Allah itu hanya ada di dalam Alkitab.

sehingga statusnya sebagai Wahyu dan Firman-Nya inilah yang menjadikan Alkitab
berotoritas untuk memperkenalkan Allah dan kehendak-Nya. Dengan adanya Wahyu ada
sesuatu yang dapat dikenal mengenai Allah. Wahyu bukannya Allah itu sendiri, namun Wahyu
memiliki otoritas Allah. Wahyu mutlak hasil karya Allah sendiri.

Anda mungkin juga menyukai