Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

SAMPUL

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

MUTMAINNAH 1713440008
KASRIANI 1713440010
YOGI APRIZAL 1713441002
AULIA NURUL FITRAH 1713441003

PENDIDIKAN KIMIA ICP


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020-2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita selalu panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala

nikmat yang telah diberikan kepada kita semua sehingga penyusunan

makalah dengan judul “Hakikat Belajar dan pembelajaran” dapat

terselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam selalu kita kirimkan

kepada panutan dan tauladan hidup kita, yakni nabi Muhammad SAW.

Yang telah membawa hidup kita ini dari zaman kegelapan ke zaman terang-

benderang.

Dalam penyusunan makalah ini. Penulis tidak dapat menyelesaikan

makalah ini tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis sangat berterima kasih kepada Dosen mata kuliah Belajar

dan Pembelajaran dan teman-teman yang telah mendukung pembuatan

makalah ini.

Sungguh merupakan suatu kebanggaan dari penulis apabila makalah

ini dapat terpakai sesuai fungsinya, dan pembacanya dapat mengerti dengan

jelas apa yang dibahas didalamnya. Tidak lupa juga penulis menerima

kritikan dan saran yang membangun, yang sangat diharapkan demi

memperbaiki pembuatan makalah di kemudian hari.

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL........................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG MASALAH..................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................2
C.  TUJUAN..............................................................................................2
BAB II............................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................3
A. ASAS TUT WURI HANDAYANI....................................................3
B. ASAS BELAJAR SEPANJANG HAYAT.......................................7
C. ASAS KEMANDIRIAN DALAM BELAJAR..............................11
BAB III........................................................................................................14
PENUTUP...................................................................................................14
A. KESIMPULAN................................................................................14
B. SARAN.............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN
 

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang

SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Hal

ini dapat berlangsung apabila ada pemahaman tentang hakikat belajar dan

pembelajaran yang baik.

Proses belajar pada hakikatnya juga merupakan kegiatan mental

yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri

seseorang yang belajar tidak dapat disaksikan. Manusia hanya mungkin

dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang

tampak. Knight (1982: 82) menganjurkan lebih banyak kebebasan untuk

berekspresi bagi peserta didik dan lingkungan yang lebih terbuka sehingga

peserta didik dapat mengerahkan energinya dengan cara yang efektif.

Pendidikan sebagai usaha dasar yang sistematis-sistemik selalu

bertolak dari sejumlah asas tertentu. Asas-asas tersebut sangat penting karna

pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan

masyarakat tertentu. Khusus untuk pendidikan indonesia, terdapat sejumlah

1
asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan

pendidikan itu. Di antara sejumlah asas tersebut, akan dikaji lebih lanjut tiga

asas yaitu Asas Tut Wuri Handayani,Ing Ngarsa Sung Tulada,Asas Ing

Madya Mangun Karsa, Asas Kemandirian dalam Belajar dan Asas Belajar

Sepanjang Hayat,Asas Alam Takambanag Jadi Guru,dan Implementasi dari

masing- masing asas dalam pendidikan . Keempat asas itu dipandang sangat

relevan dengan  upaya pendidikan, baik masa kini maupun masa depan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, rumusan

masalah dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan Asas tut wuri handayani ?

2. Apakah yang dimaksud dengan Asas belajar sepanjang hayat ?

3. Apakah yang dimaksud dengan Asas kemandirian dalam belajar ?

C.  TUJUAN  
Adapun tujuan dari penyusunan makalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui penjelasan mengenai Azas tut wuri handayani

2. Untuk mengetahui penjelasan mengenai Asas belajar sepanjang

hayat

3. Untuk mengetahui pemahaman mengenai Asas kemandirian dalam

belajar

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. ASAS TUT WURI HANDAYANI

Asas tut wuri handayani adalah asas pendidikan Indonesia yang

bersumber dari asas Pendidikan Taman Siswa. Perguruan Nasional Taman

Siswa yang lahir pada tanggal 3 Juli 1992 berdiri diatas tujuh asas yang

merupakan asas perjuangan untuk menghadapi Pemerintah Kolonial

Belanda serta sekaligus untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan

sifat yang nasional dan demokrasi. Ketujuh asas tersebut yang secara

singkat disebut “Asas 1922” adalah sebagai berikut:

a. Bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri

dengan mengingat tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum.

b. Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah, yang

dalam arti lahir dan bathin dapat memerdekakan diri.

c. Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan

sendiri.

d. Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau

kepada seluruh rakyat.

e. Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuh-penuhnya

lahir maupun bathin hendakalah diusahakan dengan kesatuan

sendiri,dan menolak bantuan apa pun dan dari siapa pun yang

mengikat, baik berupa ikatan lahir maupun ikatan bathin.

3
f. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka

mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.

g. Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan

bathin untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi

keselamatan dan kebahagiaan anak-anak ( Kadir, 2012: 113-114).

Asas tut wuri handayani menegaskan bahwa setiap orang

mempunyai hak mengatur dirinya sendiri (zelf-veschikkingsrecht) dengan

berpedoman kepada tata tertib kehidupan yang umum. Asas Tut Wuri

Handayani merupakan gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh Ki Hajar

Dewantara yaitu seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional. Tut

Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang

dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-

narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila anak

melakukan kesalahan baru pendidik membantunya (Junaid. 2012: 95).

Dengan demikian maka kegiatan belajar tidak berpusat kepada guru, akan

tetapi berpusat kepada peserta didik sendiri.

Sebagai asas pendidikan pertama, Tut Wuri Handayani merupakan

inti dari sistem Among perguruan, di mana guru memperoleh sebutan

pamong yang berdiri di belakang dengan semboyan tut wuri handayani.

Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara ini kemudian

dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono seorang fisuf dan ahli bahasa

dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung

Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso Kini ketiga semboyan tersebut telah

menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:

4
a. Ing Ngarso Sung Tulodo (jika di depan memberi contoh)

b. Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan

dan semangat), dan

c. Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan). (Syafril

dan Zen, 2017: 62).

Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan memberi contoh) adalah hal

yang baik mengingat kebutuhan anak maupun pertimbangan guru. Di bagian

awal, seorang guru akan membawa buah pikiran para muridnya ke dalam

sistem ilmu pengetahuan yang lebih luas. Ia menempatkan pikiran, gagasan,

atau pendapat para muridnya dalam cakrawala baru dan lebih luas. Dalam

posisi ini pendidik membimbing dan memberi teladan.

Ing Madya Mangu Karsa (di tengah membangkitkan kehendak)

diterapkan dalam situasi ketika peseta didik kurang bergairah atau ragu-ragu

untuk mengambil keputusan atau tindakan, sehingga perlu diupayakan untuk

memperkuat motifasi. Dalam hal ini pendidik maju ke tengah-tengah

(pemikiran) para muridnya, ia menciptakan situasi yang memungkinkan

para muridnya mengembangkan, memperbaiki, mempertajam, atau bahkan

mungkin mengganti pengetahuan yang telah dimilikinya itu sehingga

diperoleh pengetahuan baru yang lebih masuk akal, lebih jelas, dan lebih

banyak manfaatnya. Guru menciptakan situasi agar terjadi perubahan

konsepsional dalam pikiran siswa-siswanya. Yang salah digantiyang benar,

yang keliru diperbaiki, yang kurang tajam dipertajam, yang kurang lengkap

dilengkapi, dan yang kurang masuk akal argumentasinya diperbaiki. Dalam

5
pembelajaran, seorang guru dapat meposisikan dirinya baik di belakang,

ditengah maupun di depan (pengetahuan) para muridnya. ( Junaid. 2012: 95)

Keadaan yang dapat ditemukan dalam pendidikan berkaitan dengan

asas ini antara lain :

a. Peserta didik mendapat kebebasan dalam memilih pendidikan dan

keterampilan yang diminati di semua jalur, jenis dan jenjang

pendidikan yang disediakan sesuai potensi, bakat, dan kemampuan

yang dimiliki.

b. Peserta didik mendapat kebebasan memilih pendidikan kejuruan

yang diminati agar mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan

kerja dan bidang yang diinginkan.

c. Peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa mendapat

kesempatan untuk memasuki program pendidikan dan keterampilan

yang diminati sesuai dengan gaya dan irama belajarnya.

d. Peserta didik yang memiliki keistimewaan atau kekurangan dalam

fisik dan mental memperoleh kesempatan untuk memilih

pendidikan dan keterampilan yang sesuai dengan keadaanya.

e. Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan

memperoleh pendidikan keterampilan yang sesuai dengan kondisi

daerahnya.

f. Peserta didik dari keluarga tidak mampu mendapatkan kesempatan

memperoleh pendidikan dan keterampilan sesuai dengan minat dan

kemampuanya dengan bantuan dan dari pemerintah masyarakat

(Joni. 1983: 33).

6
B. ASAS BELAJAR SEPANJANG HAYAT

Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut

pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long

education) (syafrill dan Zen, 2017). Istilah pendidikan seumur hidup erat

kaitannya dan kadang-kadang digunakan saling bergantian dengan makna

yang sama dengan istilah belajar sepanjang hayat. Kedua istilah ini memang

tidak dapat dipisahkan, tetapi dapat dibedakan. Istilah “belajar” menekankan

pada perubahan perilaku baik kognitif, afektif dan psikomotor yang relative

tetap karena pengaruh pengalaman. Sedangkan istilah “pendidikan” lebih

menekankan pada usaha sadar dan sistematis untuk penciptaan suatu

lingkungan yang memungkinkan pengaruh pengalaman yang lebih efisiensi,

efektif. Pendidikan seumur hidup didefinisikan sebagai tujuan atau ide

formal untuk pengorganisasian dan perstrukturan pengalaman pendidikan.

Pengorganisasian dan perstrukturan ini diperluas mengikuti seluruh

rentangan usia, dari usia yang paling muda sampai yang paling tua.

Belajar sepanjang hayat (life long learning) dan pendidikan seumur

hidup (life long education) di dalam kehidupan manusia disebabkan oleh

munculnya kebutuhan belajar (learning needs) dan kebutuhan pendidikan

(educational needs) yang terus tumbuh dan berkembang sepanjang alur

kehidupan manusia. Tujuan dari belajar sepanjang hayat ini adalah untuk

perubahan dan tercapainya kepuasan setiap orang yang melakukannya dan

sebagai kekuatan motivasi bagi peserta didik agar dapat melakukan kegiatan

belajar berdasarkan dorongan dari dirinya sendiri dengan cara berpikir dan

berbuat terhadap kehidupannya.

7
Dalam asas pendidikan seumur hidup proses belajar mengajar

disekolah mengemban dua misi yaitu:

1. Membelajarkan peserta didik dengan efisiensi dan efektif

2. Meningkatkan kemapuan belajar mandiri sebagai basis dari belajar

sepanjang hayat.

Menurut Kadir, 2012 untuk kurikulum yang mendukung

terwujudnya belajar sepanjang hayat ini harus dirancang dan di

implementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu:

1. Dimensi vertical dari kurikulum sekolah meliputi:

a. Keterkaitan antara kurikulum dengan masa depan peserta didik,

termasuk relevansi bahan ajaran dengan masa depan dan

pengintegrasian masalah kehidupan nyata ke dalam kurikulum.

b. Kurikulum dan perubahan sosial kebudayaan, kurikulum seyogyanya

memungkinkan antisipasi terhadap perubahan sosial kebudayaan,

karena peserta didik justru akan hidup dalam sosial kebudayaan yang

telah berubah setelah menyelesaikan sekolahnya

c. The forecasting curriculum, yakni perancangan kurikulum

berdasarkan suatu prognosis, baik tentang perilaku peserta didik saat

akan menyelesaikan skolahnya, pada saat hidup dengan sistem yang

sedang berlaku, maupun pada saat hidup dengan sistem yang telah

berubah dimasa depan.

d. Keterpaduan bahan ajar dan pengorganisasian pengetahuan, terutama

dalam kaitannya dengan struktur pengetahuan yang sedang dipelajari

8
dengan peguasaan kerangka dasar untuk memperoleh keterpaduan

ide bidang studi itu.

e. Penyiapan untuk memikul tanggung jawab, baik tentang dirinya

sendiri maupun dalam bidang sosial/pekerjaan agar kelak dapat

membnagun dirinya sendiri dan bersama-sama membangun

masyarakatnya.

f. Pengintegrasian dengan pengalaman tyang telah dimiliki peserta

didik yakni pengalaman dikeluarga untuk pendidikan dasar dan

seterusnya.

g. Mempertahnkan motivasi belajar secara permanen, peserta didik

dapat melihat mamfaat dengan mengikuti pendidikan, seperti

kesempatan yang terbuka baginya, mobilitas pekerjaan, dan

pengembangan kepribadiannya.

2. Dimensi horizontal dari kurikulum sekolah meliputi:

a. Keterkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan

pengalaman di luar sekolah yaitu kurikulum sekolah merefleksi

kehidupan di luar sekolah, kehidupan diluar sekolah menjadi objek

refleksi teoritis didalam bahan ajaran di sekolah sehingga peserta

didik lebih memahami persoalan pokok yang terdapat di luar

sekolah.

b. Memperluas kegiatan belajar keluar sekolah yaitu: kehidupan diluar

sekolah dijadikan tempat kajian empiris, sehingga kegiatan belajar

mengajar terjadi di dalam dan di luar sekolah.

9
c. Melibatkan orang tua dan masyarakat dalam kegiatan belajar

mengajar baik sebagai nara sumber dalam kegiatan belajar di

sekolah maupun dalam kegiatan belajar di luar sekolah.

Defenisi kerja pendidikan seumur hidup yang ditetapkan oleh

UNESCO sebagagai konsep bahwa pendidikan harus menetapkah hal-hal

yaitu:

1. Meliputi setiap hidup individu

2. Mengarah kepada pembentukan, pembaruan, peningkatan, dan

penyempurnaan secara sistematis pengetahuan, keterampilan, dan

sikap yang dapat meningkatkan kondisi hidupnya

3. Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (self

fulfillment) setiap individu

4. Meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri

5. Mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin

terjadi, termasuk yang formal, non formal dan in formal.

Asas belajar sepanjang hayat ini bertitik tolak atas keyakinan bahwa

proses pendidikan dapat berlangsung selama manusia hidup baik di dalam

maupun di luar sekolah. Sehubungan dengan asas pendidikan seumur hidup

berlangsung seumur hidup, maka peranan subjek manusia untuk mendidik

dan mengembangkan diri sendiri secara wajar merupakan kewajiban kodrati

manusia.

Dengan kebijakan tanpa batas umur dan batas waktu untuk belajar,

maka kita mendorong supaya tiap pribadi sebagai subjek yang bretanggung

jawab atas pendidikan diri sendiri menyadari bahwa; proses dan waktu

10
pendidikan berlangsung seumur hidup sejak dalam kandungan hingga

manusia meninggal; bahwa untuk belajar , tidak ada batas waktu, artinya

tiada kata terlambat atau terllau dini untuk belajar; belajar atau mendidik

diri sendiri adalah proses alamiah sebagai bagian integral atau totalitas

kehidupan (Darmadi, 2019).

C. ASAS KEMANDIRIAN DALAM BELAJAR

Baik Tut Wuri Handayani maupun belajar sepanjang hayat secara

langsung erat kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas Tut

Handayani pada prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan peserta untuk

mandiri, termasuk mandiri dalam belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar,

sedapat mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan

menghindari campur tangan pendidik, namun selalu siap untuk membantu

apabila diperlukan. Selanjutnya, asas belajar sepanjang hayat hanya dapat

diwujudkan apabila didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik mau dan

mampu mandiri dalam belajar, karena tidak mungkin seseorang belajar

sepanjang hayat apabila selalu tergantung dari bantuan orang lain

(Tirtarahardja, 2005: 10-11).

Perwujudan kemandirian dalam belajar akan menempatkan pendidik

dalam peran utama sebagai fasilitator, informator, dan motivator, disamping

peran-peran lain sebagai organisator. Sebagai fasilitator, guru diharapkan

menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar dengan sedemikian

rupa, sehingga memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber-

sumber tersebut. Sebagai informator, pendidik harus menyadari bahwa

11
dirinya hanya merupakan bagian kecil dari sumber informasi yang datang

belakangan ini. Hal tersebut berarti bahwa pendidik perlu memberikan dan

bahkan merangsang peserta didik untuk memburu informasi selain dari

dirinya sendiri. Adapun sebagai motivator, pendidik mengupayakan

timbulnya prakarsa peserta didik untuk memanfaatkan sumber belajar secara

maksimal (Syafril dan Zen, 2017: 64-65).

Pengembangan kemandirian dalam belajar ini seyogyanya dimulai

dengan kegiatan intrakurikuler, yang dikembangkan dan dimantapkan

selanjutnya dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Atau, untuk

latar perguruan tinggi: Dimulai dalam kegiatan tatap muka, dan

dikembangkan dan dimantapkan dalam kegiatan terstruktur dan kegiatan

mandiri. Kegiatan tatap muka atau intrakurikuler terutama berfungsi

membentuk konsep-konsep dasar dan cara-cara pemanfaatan berbagai

sumber belajar, yang akan menjadi dasar pengembangan kemandirian dalam

belajar di dalam bentuk-bentuk kegiatan terstruktur dan mandiri, atau

kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler itu (Tirtarahardja, 2005: 10-11)

Terdapat beberapa strategi belajar-mengajar dan atau kegiatan

belajar-mengajar yang dapat memberi peluang pengembangan kemandirian

dalam belajar. Cara belajar siswa aktif (CBSA) merupakan salah satu

pendekatan yang memberi peluang itu, karena siswa dituntut mengambil

prakarsa dan atau memikul tanggung jawab tertentu dalam belajar-mengajar

di sekolah, umpamanya melalui lembaga kerja. Di samping itu, beberapa

jenis kegiatan belajar mandiri akan sangat bermanfaat dalam

mengembangkan kemandirian dalam belajar itu, seperti belajar melalui

12
modul, paket belajar, pengajaran berprogram, dan sebagainya. Keseluruhan

upaya itu akan dapat terlaksana dengan semestinya apabila setiap lembaga

pendidikan, utamanya sekolah, didukung oleh suatu pusat sumber belajar

(PSB) yang memadai. Seperti diketahui, PSB itu memberi peluang

tersedianya berbagai jenis sumber belajar, di samping bahan pustaka di

perpustakaan, seperti rekaman elektronik, ruang-ruang belajar (tutorial)

sebagai mitra kelas, dan sebagainya. Dengan dukungan PSB itu asas

kemandirian dalam belajar akan lebih dimantapkan dan

dikembangkan (Syafril dan Zen, 2017: 64-65).

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Asas pendidikan memiliki arti hukum atau kaidah yang menjadi

acuan kita dalam melaksanakan kegiatan pendidikan. Asas pendidikan

merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik

pada tahap perencanaan maupun pelaksanaan pendidikan. Beberapa asas

pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan

pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani,

Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar.

Asas Tut Wuri Handayani mempunyai prinsip pendidik memberikan

kesempatan kepada peserta didik dalam menyampaikan ide-idenya ketika

dalam proses pembelajaran, Asas belajar sepanjang hayat lebih menekankan

bahwa setiap manusia itu berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan

sistematis untuk mendapatkan pengajaran, studi dan belajar kapan pun 

sepanjang hidupnya (long life education). Sedangkan asas kemandirian

dalam belajar lebih menekankan bahwa siswa dituntut untuk aktif sendiri

dalam kegiatan belajar tanpa ada bimbingan lagi dari seorang guru.

B. SARAN

Dari ketiga asas asas pendidikan itu, kita sebagai calon pendidik bisa

menerapkannya sesuai ketentuan di Indonesia. Permasalahan-permasalahan

yang tengah terjadi kita hadapi dalam pembelajaran haruslah diselesaikan

sesuai dengan ketentuan yang ada.

14
DAFTAR PUSTAKA

Darmadi, Hamid. 2019.pengantar Pendidikan Era Globalisasi. Jakarta:


An1mage.

Joni Raka, T, Cara Belajar Siswa Aktif, Wawasan Kependidikan dan


pembaruan Pendidikan Guru. Malang; IKIP Malang, 1983.

Junaid, Hamzah 2012. Sumber, Azas Dan Landasan Pendidikan (Kajian


Fungsionalisasi Secara Makro Dan Mikro Terhadap Rumusan
Kebijakan Pendidikan Nasional). Dpk Uin Alauddin Makassar.
Vol. 7., No.2.

Kadir, Abdul. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan Edisi Pertama. Jakarta:


Prenadamedia Group.

Munib, Achmad. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes


Press.

Syafril dan Zelhendri Zen. 2017. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Edisi


Pertama. Depok: Kencana.

Tirtarahardja, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

15

Anda mungkin juga menyukai