Anda di halaman 1dari 15

FILSAFAT PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Fisika


Dosen Pengampu Dr. Lia Yuliati, M.Pd

Oleh
Kelompok 1:
1. Umi Azizah (170321863034)
2. Una Desy A. (170321863052)
Offering : A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
OKTOBER 2017

1
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Masalah atau Topik Bahasan ................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan Makalah .................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pendidikan menurut Pemikiran Ki Hadjar Dewantara ........................... 3
B. Analsis Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Dilihat dari Tiga Aspek
Filsafat ................................................................................................... 9
C. Pendidikan Berbasis Pemikiran Ki Hadjar Dewantara ....................... 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ......................................................................................... 12
B. Saran ..................................................................................................... 12

DAFTAR RUJUKAN

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan dihadirkan untuk mengantarkan bangsa Indonesia menjadi
bangsa yang beradab dan berbudaya. Proses pendidikan tidak hanya menekan
pada kesiapan siswa dalam belajar, melainkan kesiapan guru dalam mengajar dan
mendidik. Pada konteks ini, sangat tepat untuk membahas pendidikan melalui
pandangan Bapak pendidikan nasional yaitu Ki Hadjar Dewantara. Hal ini
dikarenakan agar pendidik dapat memahami prinsip dasar pendidikan menurut Ki
Hadjar Dewantara dalam mengembangkan pendidikan nasional.
Ki Hadjar Dewantara merupakan salah satu tokoh yang penting dalam
perkembangan pendidikan di Indonesia. Bentuk nyata dari perjuangan Ki Hajar
Dewantara adalah dengan mendirikan perguruan taman siswa yaitu perguruan
yang bercorak nasional (Rukiyati, 2015). Pemikiran-pemikiran beliau tentang
pendidikan menjadi dasar dalam pengajaran. Konsep pemikiran Ki Hajar
Dewantara dijelaskan dalam bukunya tentang pendidikan dan kebudayaan.
Konsep tersebut dikembangkan dengan bercorak pada tri pusat pendidikan, asas-
asas panca dharma, metode sistem among sebagai metode pendidikan dan
pengajaran serta teori trikon.
Berdasarkan uraian sebelumnya yang telah dipaparkan, maka makalah ini
disusun untuk menjelaskan tentang konsep pendidikan menurut Ki Hadjar
Dewantara, konsep pendidikan tersebut dilihat dalam tiga aspek filsafat yakni
ontologi, aksiologi dan epistemologi, serta menganalisis pendidikan berbasis
pemikiran Ki Hadjar Dewantara

B. Masalah atau Topik Bahasan


1. Bagaimana konsep pendidikan menurut pemikiran Ki Hadjar Dewantara?
2. Bagamaiana analsis pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara dilihat dari
tiga aspek filsafat?
3. Bagaimana pendidikan berbasis pemikiran Ki Hadjar Dewantara?

1
2

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Menjelaskan konsep pendidikan menurut pemikiran Ki Hadjar Dewantara
2. Menganalisis pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara dilihat dari tiga
aspek filsafat
3. Menjelaskan pendidikan berbasis pemikiran Ki Hadjar Dewantara
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara


Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara dijelaskan dalam buku yang
ditulis oleh Ki Hadjar Dewantara sendiri pada bagian pertama tentang
pendidikan. Pada umumnya, pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara
adalah daya dan upaya untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan
batin dan karakter), pikiran dan jasmani siswa. Pendidikan dan pengajaran
merupakan dua hal yang dipakai bersama-sama. Namun dalam arti atau
pengertiannya berbeda. Pengajaran merupakan bagian dari pendidikan.
Pengajaran adalah pendidikan cara memberi ilmu atau pengetahuan serta
kecakapan kepada anak-anak, yang keduanya dapat bermanfaat dalam
kehidupan anak baik lahir maupun batin Sedangkan pendidikan yaitu
tuntutan dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksud pendidikan itu
adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya Pendidikan yang teratur
yaitu pendidikan yang bersandar atas pengetahuan, yang dinamakan ilmu
pendidikan.
Ilmu ini tidak berdiri sendiri, akan tetapi masih memakai ilmu-ilmu
lainnya yang dinamakan ilmu syarat-syarat pendidikan, yang terbagi menjadi
5 jenis, yaitu (1) Ilmu hidup batin manusia (psikologi); (2) Ilmu hidup-
jasmani manusia (fisiologi); (3) Ilmu keadaan atau kesopanan (etika atau
moral); (4) Ilmu keindahan (estetika); (5) Ilmu tambo pendidikan (ikhtisari
cara-cara pendidikan). Selain itu, Ki Hadjar Dewantara dalam bukunya juga
menyebutkan cara-cara mendidik yaitu (1) Memberi contoh; (2) Pembiasaan;
(3) Pengajaran; (4) Perintah, paksaan dan hukuman; (5) Tingkah laku; dan
(6) Pengalaman lahir dan batin
Perjuangan Ki Hajar Dewantara untuk Bangsa Indonesia melalui
pendidikan yakni mendirikan perguruan taman siswa yaitu perguruan yang
bercorak nasional (Rukiyati, 2015). Perguruan Taman Siswa (National
Onderwija Institut Taman siswa) didirikan pada tanggal 3 Juli 1922.
3
4

Penyelenggaraan perguruan Taman siswa diawali dengan pendirian Taman


Indria (Taman Kanak-Kanak), kemudian berkembang menjadi Taman Muda
(Sekolah Dasar), Taman Dewasa (Sekolah Menengah Pertama), Taman
Madya (Sekolah Menengah Atas), Taman Karya Madya (Sekolah Menegah
Kejuruan), Taman Guru (Sekolah Pendidikan Guru, dan Sarjanawiyata
(Universitas), bahkan beliau juga mendirikan Taman Tani (pendidikan
nonformal). Taman Siswa sendiri mempunyai azaz yakni sebagai berikut.

a. Hak seseorang akan mengatur dirinya sendiri dengan mengikuti


tertibnya persatuan, dalam kehidupan umum. Tujuan tertinggi yaitu
tertib dan damai. Tidak akan ada ketertiban jika tidak ada kedamaian.
Sebaliknya tidak ada kedamaian jika di rintangi dalam segala syarat
kehidupan. Tumbuh menurut kodrat perlu dalam segala kemajuan dan
mengembangkan diri menurut kodratnya. Oleh karena itu Ki Hadjar
Dewantara menolak paham pendidikan dalam arti dengan sengaja
membentuk watak anak melalui paksaan dan hukuman. Ki Hadjar
Dewantara menganut sistem among yakni mendidik siswa berdasarkan
kodratnya sendiri-sendiri.
b. Pelajaran berarti mendidik anak menjadi manusia yang merdeka
batinnya, merdeka pikirannya, dan merdeka tenaganya. Seorang guru
atau pamong tidak hanya memberi pengetahuan yang perlu dan baik
saja, namun harus mendidik kepada siswa untuk mencari sendiri
pengetahuan itu dan memakainya untuk amal keperluan umum.
c. Tentang zaman yang akan datang, rakyat Indonesia dalam keadaan
kebingungan. Sering tertipu oleh keadaan, yang dipandang perlu dan
selaras untuk kehidupan manusia, padahal itu adalah keperluan bangsa
asing. Oleh karena itu, sebaiknya kembali pada jati diri bangsa sendiri.
d. Pengajaran hendaknya diberikan kepada semua rakyat secara merata,
tidak pandang bulu. Memajukan pengajaran untuk rakyat secara
merata lebih baik daripada meningkatkan kualitas pendidikan untuk
rakyat tertentu saja
5

e. Bekerja menurut kekuatan sendiri, apabila terdapat bantuan dari orang


lain hendaknya menerima. Namun apabila bantuan tersebut tidak
sesuai dengan jati diri atau kodrat, maka hendaknya ditolak
f. Oleh karena kita beridiri pada kekuatan sendiri maka kita harus
menghidupi diri kita dengan usaha kita sendiri
g. Ikhlas dalam mengajar dan mendidik siswa

Selain asas-asas yang telah dijelaskan diatas. Taman siswa juga memiliki
dasar-dasar pendidikan sebagai lanjutan cita-cita Ki Hadjar Dewantara yaitu
terkenal dengan sebutan Panca Darma (Haryanto, 2010). Lima poin tersebut
disusun tahun 1947 yang kemudian dikenal dengan asas-asas 1922
(Yamin,2013). Panca Darma tersebut adalah sebagai berikut.
a. Asas Kodrat alam
Kodrat alam mengandung pengertian pada hakekatnya manusia sebagai
makhluk tidak dapat terlepas dari kehendak hukum kodrat alam. Manusia
akan mengalami kebahagiaan jika dapat menyatukan diri dengan kodrat
alam yang mengandung kemajuan tersebut. Oleh karena itu, setiap
makhluk hendaknya dapat berkembang dengan sewajarnya.
b. Asas Kemerdekaan
Dasar kemerdekaan mengandung arti, kemerdekaan sebagai karunia
Tuhan kepada semua makhluk manusia yang memberikan kepadanya hak
untuk mengatur dirinya sendiri, dengan selalu mengingat syarat-syarat
tertib damainya hidup bersama (masyarakat).Ini diartikan bahwa disiplin
pada diri sendiri atas dasar dari nilai hidup yang tinggi baik hidup sebagai
individu maupun sebagai anggota masyarakat.
c. Asas Kebudayaan
Dasar kebudayaan mengandung pengertian, membawa kebudayaan
kebangsaan itu kearah kemajuan dunia dan kepentingan hidup rakyat, lahir
dan batin. Budaya yang dimiliki bangsa sendiri merupakan sebuah
keniscayaan yang harus menjadi pelestarian dengan sedemikian aktif.
Segala hal yang yang dikerjakan demi kemajuan bangsa Indonesia
6

kedepannya harus berakar dari nilai-nilai budaya sendiri, merupakan


refleksi dan cerminan kehidupan keseharian berbangsa Indonesia sendiri.
d. Asas Kebangsaan
Asas kebangsaan memiliki maksud bahwa seluruh elemen bangsa yang
berbeda budaya, ras dan lain sebagainya harus satu perjuangan dibawah
naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ia harus mengandung rasa
satu dengan bangsa sendiri, rasa satu dalam suka dan duka, rasa satu dalam
kehendak menuju kebahagiaan hidup lahir dan batin seluruh elemen
bangsa Indonesia.
e. Asas Kemanusiaan
Dasar kemanusiaan mempunyai maksud bahwa darma tiap-tiap
manusia itu adalah mewujudkan kemanusiaan, yang harus terlihat pada
kesucian hati seseorang serta adanya rasa cinta kasih terhadap sesama
manusia dan terhadap makhluk Tuhan seluruhnya. Misi kemanusiaan
adalah menyelamatkan bangsa Indonesia dari konflik yang
berlatarbelakang suku, agama, ras dan adat istiadat; membangun sebuah
bangunan bangsa yang berbalutkan nilai-nilai damai, kedamaian dan
perdamaian hidup di tengah perbedaan budaya, suku dan yang lainnya; dan
mewujudkan keadilan ditengah perbedaan-perbedaan yang ada tersebut.

Asas dan dasar pendidikan yang digagas Ki Hadjar Dewantara


diatasmerupakan landasan yang kokoh untuk membangun karakter bangsa
bersendi pada budaya bangsa dengan tidak mengabaikan budaya asing.

Ki Hadjar Dewantra juga memandang adanya tiga pusat atau tiga pilar
pendidikan yang dituliskan dalam buku karangannya sendiri bagian pertama
tentang pendidikan. Tiga pusat atau tiga pilar tersebut didasarkan pada proses
pertumbuhan dan perkembangan anak yang nantinya akan berpengaruh pada
pembentukan karakter anak. Tiga pilar pendidikan tersebut adalah (1)
Pendidikan di lingkungan keluarga; (2) Pendidikan di lingkungan sekolah; (3)
Pendidikan di lingkungan masyarakat. Tiap-tiap tripusat pendidikan
mengetahui kewajibannya sendiri-sendiri dan mengakui hak-hak pusat
pendidikan lainnya yaitu.
7

(1) Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan yang terpenting,
karena lingkungan keluarga yang paling akan berpengaruh pada
perkembangan seorang anak. Keluarga berkewajiban untuk mendidik
budi pekerti dan tingkah laku sosial anak.
(2) Sekolah atau perguruan merupakan pusat pendidikan yang berkewajiban
mengusahakan kecerdasan pikiran dan pemberian ilmu pengetahuan pada
anak. Proses belajar disekolah tidak boleh lebih dari 8 jam dalam 1 hari,
agar tidak menimbulkan jiwa anti sosial pada diri anak.
(3) Masyarakat merupakan pusat pendidikan yang bertujuan untuk
membentuk watak sosial anak. Masyarakat juga merupakan penyokong
yang baik menuju kecerdasan sosial atau budi pekerti, maupun menuju
tingkah laku sosial.

Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara merupakan tonggak berdirinya


sebuah bangsa yang besar , berdaulat, berharkat dan bermartabat. Pendidikan
bertujuan menanamkan nilai hidup rukun dan damai di antara semua elemen
bangsa, tanpa memandang kelas sosial apapun. Sesama elemen bangsa hidup
damai dan tentram, tidak saling menjatuhkan antara satu golongan atas
golongan yang lain atas nama kepentingan tertentu. Kemudian Ki Hadjar
Dewantara mencetuskan sistem pendidikan nasional yang berdasarkan atas
kebudayaan bangsa, mementingkan kepentingan masyarakat dan tidak
mengambil kebudayaan dan perilaku bangsa lain. Sistem pendidikan nasional
mempraktikkan sistem mengajar yang menanamkan sistem among. Sistem
among menurut Yamin (2013) mengemukakan dua prinsip dasar:

(1) Kemerdekaan merupakan syarat untuk menghidupkan dan


menggerakkan kekuatan lahir dan batin sehingga hidup merdeka, tidak
berada dalam kekuasaan golongan apapun.
(2) Kodrat alam yang merupakan syarat untuk menghidupkan dan
mencapai kemajuan dengan secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya.
Kodrat alam tersebut adalah bahwa alam harus dijaga dengan baik
karena menjadi modal bagi peserta didik untuk melestarikan dan
memajukannya.
8

Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa (dalam Zuriah, 2015) menjelaskan


bahwa dalam sistem among, setiap pamong sebagai pemimpin dalam proses
pendidikan diwajibkan bersikap : Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya
mangun karsa, dan Tutwuri handayani

1. Ing Ngarsa Sung Tuladha


In Ngarsa Sung berarti di depan atau orang yang lebih berpengalaman dan
Tuladha contoh. Jadi sebagai pamong atau pendidik adalah orang yang
lebih berpengetahuan dan berpengalaman, hendaknya mampu menjadi
contoh bagi siswa
2. Ing Madya Mangun Karsa
Ing Madya berarti ditengah-tengah, sedangkan Mangun Karsa berarti
membina kehendak, kemauan dan hasrat untuk mengabdikan diri kepada
kepentingan umum. Jadi pamong atau pendidik sebagai pemimpin
hendaknya mampu menumbuhkembangkan minat, kemauan dan hasrat
peserta didik untuk mengabdikan diri kepada cita-cita yang luhur dan
ideal.
3. Tutwuri Handayani
Tutwuri berarti mengikuti dari belakang dengan penuh perhatian dan
penuh tanggung jawab berdasarkan cinta dan kasih sayang yang bebas
pamrih. Sedangkan handayani adalah memberi kebebasan, kesempatan
dan bimbingan yang memungkinkan peserta didik atas inisiatif sendiri
dan pengalaman sendiri, agar peserta didik berkembang menurut
kodratnya

Ki Hajar Dewantara juga mengajarkan Teori Trikon (kontinuitas,


konsentrisitas dan konvergensi) sebagai rujukan pendidikan karakter dan
usaha pembinaan kebudayaan nasional. Menurut Haryanto (2011), teori
Trikon merupakan usaha pembinaan kebudayaan nasional yang mengandung
tiga unsur yaitu dasar kontinuitas, dasar konvergensi, dan dasar
konsentrisitas, sebagai berikut.

a. Dasar kontinuitas berarti bahwa kebudayaan bangsa itu sifatnya harus


berlanjut dari zaman dahulu sehingga terus bersambung dan tidak terputus,
9

serta tidak merupakan tiruan dari bangsa lain. Kelanjutan dari budaya
sendiri inilah dapat mengembangkan dan membina karakter bangsa.
b. Dasar konvergensi berarti bahwa dalam membina karakter bangsa haruslah
bersama-sama dengan bangsa lain sehingga terbina karakter dunia sebagai
kebudayaan kesatuan umat sedunia (konvergen) tanpa mengorbankan
identitas bangsa masing-masing.
c. Dasar konsentris berarti bahwa dalam mengembangkan kebudayaan harus
bersikap terbuka namun kritis dan selektif terhadap pengaruh kebudayaan
lain.

Berdasarkan teori trikon, sesungguhnya pendidikan harus berasaskan pada


kebudayaan sendiri, karena kebudayaan merupakan kearifan lokal yang harus
tetap dipertahankan. Kearifan lokal merupakan satu bentuk nyata dari karakter
bangsa Indonesia.

B. Analsis Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Dilihat dari Tiga Aspek


Filsafat
Filsafat memandang tiga aspek yakni ontologi, epistemologi, dan aksiologi
dalam mencari kebenaran yang hakiki. Berikut adalah analisis pendidikan
menurut pemikiran Ki Hadjar Dewantara dilihat dari tiga aspek tersebut.
1. Ontologi
Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan adalah daya upaya untuk
memajukan perkembangan budi pekerti, fikiran dan jasmani anak-anak.
Maksudnya ialah supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup,yakni
kehidupan dan penghidupan anak-anak selaras dengan alamnya dan
masyarakatnya. Dua dasar dalam ontologi pendidikan Ki Hadjar
Dewantara yakni kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan
menggerakkan kekuatan lahir dan batin anak sehingga dapat hidup
merdeka serta kodrat alam sebagai syarat untuk mencapai kemajuan
dengan secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya menurut hukum evolusi.
2. Epistemologi
Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah proses
pembudayaan bahwa proses anak atau siswa dalam belajar adalah dengan
10

cara membawa natur anak kearah kultur. Anak seharusnya mendapatkan


perlakuan sebagai berikut:
1. Tut Wuri Handayani
2. Kemerdekaan anak tetap terjaga
sehingga terjadi perubahan dari sifat-sifat alamiahnya (nature) menjadi
manusia berperadaban (kultur) yang selanjutnya dapat hidup dalam
komunitasnya. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang sistem tri pusat
pendidikan yang juga menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan
mendapatkan perlakuan yang sama dalam hal pendidikan.
3. Aksiologis
Pendidikan akan menjadikan manusia merdeka dan mandiri,
menjadikan diri sendiri atau learning to be. Landasan aksiologis di dalam
pemikiran Ki Hadjar Dewantara bahwa manfaat pendidikan itu
menumbuhkembangkan segala potensi budi yang berupa cipta, rasa dan
karsa anak didik serta membekali diri mereka dengan segala hal yang
diperlukan di dalam membangun hidup dan kehidupannya di dalam
masyarakatnya dengan jiwa merdeka.
Ki Hadjar Dewantara menggunakan kultur-kultur (budaya) yang ada di
masing-masing daerah dalam pengembangan pendidikan di Indonesia.
Budaya ini dipakai sebagai perekat kesatuan bangsa.Seperti misalnya
Taman siswa yang ada di daerah Jawa akan berbeda dengan di daerah
Kalimantan, Sulawesi dan daerah yang lain.

4. Pendidikan Berbasis Pemikiran Ki Hadjar Dewantara


Pendidikan berbasis pemikiran Ki Hadjar Dewantara menurut Suparlan
(2015) yaitu menggunakan sistem Paguron, yaitu suatu sistem pendidikan yang
berorientasi pada nilai-nilai kultural, hidup kebangsaan serta masyarakat
Indonesia. Contoh konkret sistem Paguron atau sistem pondok asrama terwujud
dalam kehidupan masyarakat yakni SMA Taruna Nusantara di Magelang. SMA
Taruna Nusantara tersebut adalah bentuk kerjasama Taman Siswa dengan ABRI.
Pendidikan berbasis pemikiran Ki Hadjar Dewantara juga dijelaskan oleh
Zuriah (2015) yakni menggunakan model dan cara mendidik yang disebut
11

sebagai peralatan pendidikan oleh Ki Hadjar Dewantara. Peralatan pendidikan


yang dimaksud yaitu:
a. Memberi contoh (voorbelt)
b. Pembiasaan (pakulinan)
c. Pengajaran (wulang-wuruk)
d. Laku
e. Pengalaman lahir dan batin
Menurut Zuriah (2015), model atau cara mendidik tersebut sangat tepat untuk
membangun karakter bangsa. Pemberian contoh yang disertai pembiasaan
sangatlah tepat untuk menenamkan karakter pada beserta didik.
Pada pelaksanaan proses pendidikan, hendaknya pendidik juga
menggunakan sistem among yang dicetuskan oleh Ki Hadjar Dewantara. Pada
sistem among, setiap pamong sebagai pemimpin (dalam hal ini adalah pendidik)
dalam proses pendidikan diwajibkan bersikap Ing ngarsa sung tuladha, Ing
madya mangun karsa dan Tutwuri handayani. Sistem among merupakan
warisan luhur yang patut diimplementasikan dalam perwujudan masyarakat yang
berkarakter (Zuriah, 2015). Menurut Yamim (2013) terdapat dua poin penting
yang hendaknya dilakukan oleh guru, yaitu (1) seorang guru harus memiliki
modal cukup luar biasa mengenai kejiwaan, kepribadian dan budaya yang
dimiliki bangsa Indonesia apabila ingin benar-benar menjadi pendidik sejatinya.
Hal ini dikarenakan modal kecerdasan saja tidak cukup untuk menjadi pendidik
yang bisa menanamkan nilai-nilai kecintaan terhadap tanah air; (2) seorang
pendidik harus sabar dan telaten memberikan wejangan bagaimana
sesungguhnya menjadi seorang anak bangsa yang bermanfaat bagi bangsanya.
12

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah daya dan upaya untuk
memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran dan
jasmani siswa. Ki Hadjar Dewantra memandang adanya tiga pusat atau tiga pilar
pendidikan yang akan berpengaruh pada pembentukan karakter anak. Tiga pilar
pendidikan tersebut adalah (1) Pendidikan di lingkungan keluarga; (2) Pendidikan
di lingkungan sekolah; (3) Pendidikan di lingkungan masyarakat
Ontologi pendidikan Ki Hadjar Dewantara yakni kemerdekaan sebagai syarat
untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin anak sehingga
dapat hidup merdeka. Epistemologi pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara
adalah proses pembudayaan bahwa proses anak atau siswa dalam belajar adalah
dengan cara membawa natur anak kearah kultur. Pendidikan dipandang dari
aksiologi yakni akan menjadikan manusia merdeka dan mandiri, menjadikan diri
sendiri atau learning to be.
Pada pelaksanaan proses pendidikan, hendaknya pendidik menerapkan sistem
among yang dicetuskan oleh Ki Hadjar diwajibkan bersikap Ing ngarsa sung
tuladha, Ing madya mangun karsa dan Tutwuri handayani.

B. Saran
Sebagai calon pendidik hendaknya memahami arti dari sistem among yang
telah diwariskan oleh Ki Hadjar Dewantara, agar dapat diwujudkan masyarakat
yang berkarakter melalui pengajaran di sekolah.

\
13

DAFTAR RUJUKAN

Dewantara, Ki Hadjar. 1977. Karya Ki Hadjar Dewantara, bagian Pertama :


Pendidikan (Cetakan Kedua). Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan
Taman Siswa
Haryanto. 2011. Pendidikan Karakter Menurut Ki Hajar Dewantara. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta
Ki Gunawan. 1989. Aktualisasi Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara Dalam
Sistem Pendidikan Nasional Indonesia di Gerbang XX1. Yogyakarta:
MLPTS
Rukiyati. 2015. Draft Buku:Mengenal Filsafat Pendidikan. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Suparlan, Henricus. 2015. Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Dan
Sumbangannya Bagi Pendidikan Indonesia. Jurnal Filsafat, Vol.25.
No.1, Februari 2015 (online), diakses tanggal 29 September 2017
Yamin, Moh. 2013. Ideologi dan Kebijakan Pendidikan: Menuju Pendidikan
Berideologis dan Berkarakter. Malang: Madani
Zuriah, Nurul. 2015. Pendidikan Karakter Bangsa Berbasis Kearifan Lokal
(Belajar dan Napak Tilas Gagasan Besar Ki Hajar Dewantara dalam
Mengembangkan Pendidikan Ke-Indonesiaan). Prosiding Seminar
Nasional 2015 Memperkuat Nilai Karakter Keindonesiaan Memasuki
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 (online), diakses tanggal 29
September 2017

Anda mungkin juga menyukai